PT Dituntut Benahi Demokrasi.

.'
-2
18

-::lYJa~-

3

4

19

~SEPUTAR INDONESIA

.
20

Selasa
5
6


0

21

Rabu

7
22

0

\ Kamis

8

9

10

23


@

25

0

Jumat
11

12

26

Sabtu
13
27

0
28


Minggu
14
15
29

16
30

31

peb- ()Ma; - U Ap~ 0 Mei 0 Jun 0 Ju{ 0 Ags 0 Sep 0 Okt 0 Nov 0 Des

PT Dituntut Benahi Demokrasi
BANDUNG(SINDO)-Perguroan tinggi (PT) dituntut untuk memberikan kontribusi
dala:r;nmembangundemokrasi yang berkeadaban. Inovasi
PT diperlukan untuk penyehatan proses demokrasi yang
saat ini masih relatif rendah.
Pakar hukum dan tata
negara dari Universitas Parahyangan (Unpar) Asep Warlan

Yusufmengatakan, selama ini
keterlibatan kaum akademisi
dalamprosespenyehatankehidupan demokrasi diIndonesia
masih bersifat personal, insidental, dancenderungreaktif.
"Padahal jika dipandang
dari sisi potensi dan kewibawaan keilmuan, eksistensi
para akademisi itu sepatutnya memberi pencerahan,
baik diminta ataupunatasinisiatif sendiri,"ujar dia saat dihubungi SINDOkemarin.
Kontribusi
perguroan
tinggi ini, kata dia, tentunya
sangat berharga dalam rangka membangun demokrasi
yang hermoral, rasional, sehat, dan berkeadaban.
Tidak
sedIkit hasi!Jleneli-- -----

-

tian baik yang khusus maupun untuk keperluan disertasi, tesis, atau skripsi, yang sangat berpotensimemperkaya
khasanah pengetahuan tentang hukum dan demokrasi,

tapi masih relatif kedl pemanfaatannya.
"Faktor penyebabnya antara lain hasil karya tulis, penelitian, dan pemikiran akademisi tidak terpublikasi, juga kurangnya komunikasidan interaksi antara dunia kampus dan
praktikpemerintahansertakemasyarakatan, sehingga tidak
terjalin hubungan simbiosis
mutualisme yang salingdapat
memanfaatkan
secara
fungsionaldanfair,"ucap dia.
Asep mengemukakan,adanya keengganan untuk membuka diri dari pihak penyelenggata pemerintahan membuat kalangan aka demisi sering kali bertindak arogan, jumawa, adiguna, sulit menerima perbedaan pendapat, sok
menggurui, dan seolah-olah
mereka yangpaling pintar dan
paling tabu segalanya.
AdaIJU!!yang lebih ironis,

ketika para aka demisi dan
institusinya telah bersifat
business minded dan profit
oriented,sehinggakaum praktisi enggan mengundangnya.
Faktor lainnya, kalangan
akademisi terlalu sibuk dengan urusan mengajar dan

membimbingmahasiswa serta
meneliti, sehingga mereka lupa dan tidak cukup waktu bagi
kewajiban untuk pengabdian
ilmunyakepadamasyarakat.
"Yang paling dikhawatirkan adalah kualitas pemikiran dan karya akademisi kalah
jauh atau paling tidak sama
dengankaum praktisi,sehingga tidak ada kontribusi apa
pun, bahkan kehadiran kaum
akademisi akhirnya hanya
sebatas menimba ilmu dari
kaum praktisi,"ucapAsep.
Lantaran lemahnya peran
perguruan tinggi ini, pada
praktiknya kini peran pencerahan dap pencerdasan berdemokrasi itu lebih banyak dilakukan lembaga swadaya masyarakat (LSM)dan bahkan pihakasing.
(radi sapuf!~

--

Kliping


Humes

Unped

2009

"