PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN FINGER PAINTING PADA ANAK KELOMPOK B1 DI TK ABA GAMBRENGAN, SRANDAKAN, BANTUL, YOGYAKARTA.

PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS MELALUI
KEGIATAN FINGER PAINTING PADA ANAK KELOMPOK
B1 DI TK ABA GAMBRENGAN, SRANDAKAN, BANTUL,
YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh
Yuventi Amanda
NIM 11111241043

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
FEBRUARI 2016


PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS MELALUI
KEGIATAN FINGER PAINTING PADA ANAK KELOMPOK
B1 DI TK ABA GAMBRENGAN, SRANDAKAN, BANTUL,
YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh
Yuventi Amanda
NIM 11111241043

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
FEBRUARI 2016
i

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi yang berjudul "PENINGKATAN KETERAI\1PILAN MOTORIK HALUS
MELALUI KEGIATAN FiNGER PAiNTiNG PADA ANAK KELOMPOK BI
Dr TK ABA GAMBRENGAN, SRANDAKAN, BANTUL, YOGYAKARTA"

yang disusun oleh Yuventi Amanda, NIM 11111241043 iill telah disetujui
pembimbing untuk diujikan.

Yogyakarta,1O Desember 2015
Pembimbing II,

Dr. Chri ti a lsmaruati, M. Pd.
NIP. 19
326 1987022001


Eka Saptl '., M.M, M.Pd.
NfP. 197710202005012001

11

HALAMANPERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri.
Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau
diterbitkan orang lain kecnali sebagai acnall atan kntipan dengan mengikuti tata
penulisan karya ilmiah yang telah lazim.
Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam halaman pengesahan adalah ash.
Jika tidak ash, saya siap menerima sanksi ditunda yudisium pada periode
berikutnya.

Yogyakarta,lO Desember 2015
Yang menyatakan,

Yuventi Amanda
NIM 11111241043


1Il

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul "PENlNGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS
MELALUJ KEGIATAN FINGER PAINTING PADA ANAK KELOMPOK Bl
DI TK ABA GAMBRENGAN, SRANDAKAN, BANTUL, YOGYAKARTA"
yang disusun oleh Yuventi Amanda, NIM 11111241043 ini telah dipertahankan di
depan Dewan Penguji pada tanggal 29 Desember 2015 dan dinyatakan luius.

DEWAN PENGUJI
Nama

Jabatan

Tanda Tangan

Dr. Ch. Ismaniati, M. Pd.

Ketua Penguji


Nelva Rolina, M. Si.

Sekretaris Penguji

Banu Setyo Adi, M. Pd.

Penguji Utarna

Eka Sapti C., MM., M. Pd.

Penguji Pendarnping

IV

Tanggal

セスIN
Rセ


RセQBN
:lO1'"

... .. . ... ...

QセNoiP
II'; :zo10
... ... ...

...

MOTTO

Pemberian stimulus fisik motorik yang tepat pada anak usia dini menjadi bekal
keterampilan hidup di hari esok
(Penulis)

v

PERSEMBAHAN


Skripsi ini penulis persembahkan untuk:
1. Kedua orang tua, yang selalu memberikan doa dan dukungan.
2. Almamater Kebanggaan Universitas Negeri Yogyakarta.

vi

PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS MELALUI
KEGIATAN FINGER PAINTING PADA ANAK KELOMPOK
B1 DI TK ABA GAMBRENGAN, SRANDAKAN, BANTUL,
YOGYAKARTA
Oleh
Yuventi Amanda
NIM 11111241043
ABSTRAK

Keterampilan motorik halus harus dikuasai oleh anak sebagai dasar
kemampuan fisik motorik yang lain. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk
meningkatkan keterampilan motorik halus pada anak kelompok B1 di TK ABA
Gambrengan, Srandakan, Bantul, Yogyakarta.

Jenis penelitian adalah penelitian tindakan kelas, yang dilakukan secara
kolaboratif antara peneliti dan guru kelas. Subjek penelitian sebanyak 15 anak,
yang terdiri dari 10 anak perempuan dan 5 anak laki-laki. Objek penelitian adalah
keterampilan motorik halus melalui kegiatan finger painting. Teknik
pengumpulan data menggunakan observasi, sedangkan teknik analisis data
menggunakan deskriptif kualitatif dan kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan keterampilan motorik
halus anak kelompok B1 di TK ABA Gambrengan. Dapat dilihat dari peningkatan
rata-rata persentase saat pelaksanaan pra tindakan yaitu 46,11% yang termasuk
dalam kriteria mulai berkembang. Pada Siklus I, rata-rata persentase sebesar
58,15% yang termasuk dalam kriteria berkembang sesuai harapan. Pada Siklus II,
rata-rata persentase menunjukkan peningkatan yaitu 81,48% yang termasuk dalam
kriteria berkembang sangat baik. Berdasarkan perolehan data, dapat disimpulkan
bahwa keterampilan motorik halus anak kelompok B1 di TK ABA Gambrengan
mengalami peningkatan mencapai indikator yang diinginkan yaitu ≥ 80%. Proses
peningkatannya dengan menyediakan bubur warna yang berwarna-warni dengan
warna yang disukai anak agar anak tertarik mengikuti kegiatan finger painting dan
meningkatkan kembali pemberian contoh agar anak lebih mengerti dan menguasai
kegiatan finger painting. Jika anak tertarik mengikuti, mengerti dan menguasai
kegiatan finger painting maka keterampilan motorik halus anak mulai dari

ketepatan dalam menyelesaikan tugas, keterampilan menggerakkan dan
koordinasi mata dengan tangan meningkat.

Kata kunci: keterampilan motorik halus, kegiatan finger painting, anak kelompok
B1

vii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur dipanjatkan hanya pada Allah SWT, Tuhan
semesta alam. Semoga keselamatan senantiasa Dia berikan pada Nabi Muhammad
SAW dan orang yang senantiasa mengikuti ajaran yang dibawanya. Atas segala
yang Allah SWT berikan akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Peningkatan Keterampilan Motorik Halus melalui Kegiatan Finger
Painting pada Anak Kelompok B1 di TK ABA Gambrengan, Srandakan, Bantul,
Yogyakarta” dengan baik. Tanpa bantuan dari berbagai pihak maka skripsi ini
tidak dapat terselesaikan dengan baik, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan
terimakasih yang tak terhingga pada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan saran, motivasi dan
nasehat pada penulis untuk menyelesaikan studi tepat waktu.
3. Ibu Dr. Christina Ismaniati, M. Pd. dan Ibu Eka Sapti Cahyaningrum, MM.,
M. Pd., dosen pembimbing skripsi yang telah berkenan meluangkan waktu,
selalu memberikan saran, arahan, dan motivasi pada penulis untuk tetap
semangat menyelesaikan skripsi.
4. Kepala sekolah TK ABA Gambrengan beserta segenap guru dan siswa
Kelompok B1 yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan dalam
kegiatan penelitian.
5. Ibu Suratmi dan Bapak Musman yang selalu memberikan doa, dukungan, dan
semangat tanpa henti.
viii

6. Kakak dan adik tercinta Febriana dan Krisna Handayani serta Rindang
Trusilaningsih, dan keluarga yang selalu mendukung, mendoakan, dan
memotivasi.
7. Sahabat-sahabat dan pengisi hatiku yang selalu memberi semangat, dukungan
dan doa selama proses penyusunan skripsi.
8. Teman-temanku PG-PAUD 2011 yang selalu memberikan dukungan dan

motivasi.
9. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini.
Penulis berharap semoga segala doa, bantuan, pengorbanan, dan dukungan
yang telah diberikan menjadi amal yang dapat diterima dan mendapat balasan dari
Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu, penulis juga berharap skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Yogyakarta, 30 Desember 2015

Penulis

ix

DAFTAR ISI
hal
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………....

i

HALAMAN PERSETUJUAN …………………………………………….

ii

HALAMAN PERNYATAAN …………………………………………….

iii

HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………..

iv

MOTTO …………………………………………….……………………...

v

PERSEMBAHAN …………………………………………........................

vi

ABSTRAK ………………………………………………………………...

vii

KATA PENGANTAR ………………………………………………….…

viii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………....

x

DAFTAR TABEL …………………………………………………………

xiii

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………...

xiv

DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………

xv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ………….…………………………….....

1

B. Identifikasi Masalah ……………………………………..………...

6

C. Pembatasan Masalah ……………………………………………....

7

D. Rumusan Masalah ……….…………………………...………...…

7

E. Tujuan Penelitian ……………………………………………….…

8

F. Manfaat Penelitian ……………………………………….………..

8

G. Definisi Operasional ........................................................................

8

BAB II KAJIAN TEORI
A. Keterampilan Motorik Halus ...........................................................

10

1. Pengertian Keterampilan Motorik Halus ....................................

10

2. Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 5-6 Tahun .................

12

3. Tujuan Pengembangan Keterampilan Motorik Halus .................

15

4. Fungsi Pengembangan Keterampilan Motorik Halus .................

16

5. Prinsip-prinsip Pengembangan Keterampilan Motorik Halus ....

17

x

B. Proses Belajar dan Pembelajaran Anak Usia 5-6 Tahun .................

20

1. Pengertian Anak Usia 5-6 Tahun ................................................

20

2. Karakteristik Perkembangan Anak Usia 5-6 Tahun ....................

21

3. Prinsip Pembelajaran Anak Usia Dini ........................................

24

C. Kegiatan Finger Painting ................................................................

28

1. Pengertian Finger Painting .........................................................

28

2. Tujuan Finger Painting ...............................................................

29

3. Manfaat Finger Painting .............................................................

30

4. Bahan dan Peralatan Finger Painting .........................................

31

5. Langkah-langkah Pembelajaran melalui Finger Painting ……..

34

D. Teori Belajar ....................................................................................

37

E. Kerangka Berpikir ............................................................................

41

F. Hipotesis Tindakan ..........................................................................

42

BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ……………………………………………………

43

B. Subjek Penelitian ………………………………………………….

44

C. Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………………..

44

D. Prosedur Penelitian ………………………………………………..

44

E. Metode Pengumpulan Data ………………………………………..

44

F. Instrumen Penelitian ………………………………………………

49

G. Teknik Analisis Data .......................................................................

49

H. Indikator Keberhasilan …………………………………………….

51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ……………………………………………………

53

1. Deskripsi Pelaksanaan Pra Tindakan ......……………………...

53

2. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I ………………………………..

55

3. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II ....…………………………….

66

B. Pembahasan Hasil Penelitian ……………………………………...

77

xi

BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan …………………………………………………………..

82

B. Saran ………………………………………………………….……

83

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………..

84

LAMPIRAN ……………………………………………………………….

87

xii

DAFTAR TABEL
hal
Tabel 1.Kisi-kisi Observasi Keterampilan Motorik Halus ……………………

49

Tabel 2.Persentase Kriteria Keberhasilan ..........................................................

51

Tabel 3.Data Hasil Observasi Keterampilan Motorik Halus pada Pra Tindakan

54

Tabel 4.Data Hasil Observasi Keterampilan Motorik Halus pada Siklus I …...

64

Tabel 5.Rekapitulasi Hasil Observasi Keterampilan Motorik Halus pada Pra
Tindakan dan Siklus I ………………………………………………… 65
Tabel 6.Data Hasil Observasi Keterampilan Motorik Halus pada Siklus II …..

75

Tabel 7.Rekapitulasi Hasil Observasi Keterampilan Motorik Halus pada Pra
Tindakan, Siklus I dan Siklus II ……………………………………… 76

xiii

DAFTAR GAMBAR
hal
Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir ..............................................................

42

Gambar 2. Model Penelitian Tindakan Kelas dari Kemmis dan Mc. Taggart

46

xiv

DAFTAR LAMPIRAN
hal
Lampiran 1. Surat Pernyataan Validasi …………………………………....

88

Lampiran 2. Instrumen Penelitian ................................…...………….........

90

Lampiran 3. Surat Izin Penelitian ................................................................

93

Lampiran 4. Rencana Kegiatan Harian (RKH) …………………................

98

Lampiran 5. Data Hasil Observasi ...............………………………………

122

Lampiran 6. Rekapitulasi Hasil Observasi ................................................... 130
Lampiran 7. Foto Penelitian ……………………………………………..... 132

xv

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan sengaja
untuk mengubah tingkah laku manusia baik secara individu maupun kelompok
untuk mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan
(Sugihartono, Kartika Nur Fathiyah, Farida Harahap, & Siti Rohmah Nurhayati,
2007: 3-4). Setiap manusia berhak mendapatkan pendidikan, termasuk anak usia
dini. Anak usia dini membutuhkan pendidikan yang berkualitas untuk bekal
kehidupan. Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan
Nasional Pasal 1 Nomor 14, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu
upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia
enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Sementara itu,
menurut NAEYC (National Association Education for Young Children) anak usia
dini adalah sekelompok individu yang berada pada rentang usia antara 0-8 tahun
(Sofia Hartati, 2005: 7). Anak usia dini adalah kelompok manusia yang berada
dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang pesat.
Anak usia dini sedang dalam masa perkembangan yang optimal (the
golden age), sehingga informasi yang mereka dapatkan akan mudah terserap
dalam otak. The golden age merupakan masa dimana seluruh aspek
perkembangan anak sedang berkembang dengan pesatnya. Aspek perkembangan

1

tersebut meliputi fisik, kognitif, sosio-emosional, kreativitas, bahasa dan
komunikasi. Oleh karenanya, menggali potensi anak sejak usia dini merupakan
proses yang sangat penting sehingga seluruh potensi yang dimilikinya dapat
berkembang secara optimal. Untuk mengoptimalkan seluruh aspek perkembangan
anak, maka didirikan lembaga pendidikan anak usia dini salah satunya yaitu
Taman Kanak-kanak (TK). Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor
20 Tahun 2003 Pasal 28 Ayat 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional menetapkan
bahwa Taman Kanak-kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan anak usia
dini yang diselenggarakan untuk mengembangkan kepribadian dan potensi diri
anak sesuai dengan tahap perkembangannya. Tujuan pendidikan Taman Kanakkanak adalah membantu anak untuk mengembangkan seluruh potensi dirinya,
yang meliputi: moral dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa,
fisik motorik, kemandirian, dan seni serta siap untuk memasuki pendidikan dasar
(Popon Suwili, 2013: 1). Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal
khususnya TK berada dalam rentang usia 4-6 tahun.
Anak usia 4-6 tahun secara fisik semakin berkembang sesuai dengan
perkembangan otak yang bertambah matang sehingga memungkinkan anak
menjadi lincah dan aktif bergerak. Anak yang bertambah usianya berkembang
dari gerakan motorik kasar ke arah gerakan motorik halus yang memerlukan
kecermatan dan kontrol yang lebih baik (Gunarsa, 1995 dalam Rita Eka Izzaty,
2005: 53). Perkembangan motorik halus meliputi perkembangan otot halus yang
berfungsi untuk melakukan gerakan-gerakan bagian-bagian tubuh yang lebih

2

spesifik, seperti menulis, melipat, merangkai, mengancing baju, mengikat tali
sepatu, dan menggunting.
Standar Pendidikan Anak Usia Dini Tingkat Pencapaian Perkembangan
(TPP) khusus aspek perkembangan motorik halus dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 58 Tahun 2009 yang seharusnya sudah dicapai anak
usia 5-6 tahun meliputi: (1) menggambar sesuai gagasannya, (2) meniru bentuk,
(3) melakukan eksplorasi dengan berbagai media dan kegiatan, (4) menggunakan
alat tulis dengan benar, (5) menggunting sesuai dengan pola, (6) menempel
gambar dengan tepat, dan (7) mengekspresikan diri melalui gerakan menggambar
secara detail. Pada usia ini, anak sudah dapat menggunakan kemampuannya untuk
melatih diri dengan bantuan orang dewasa, misalnya: menyikat gigi, menyisir,
mengancingkan baju, membuka dan memakai sepatu serta makan menggunakan
sendok dan garpu. Anak dapat menggunakan gunting, dapat membentuk tanah
liat, bermain membuat kue-kue dan menjahit, mewarnai dan menggambar dengan
pensil atau krayon, anak juga sudah dapat menggambar orang (Rita Eka Izzaty,
dkk, 2008: 87).
Pikiran-pikiran pendidikan pada teori di atas didasarkan pada pengetahuan
dan pemahaman yang mendalam mengenai pertumbuhan dan perkembangan anak,
sehingga dapat mengetahui kebutuhan yang harus dipenuhi pada anak. Secara
tegas, Montessori menekankan pentingnya pendidikan motorik, sensori, dan
bahasa bagi anak prasekolah, dan yakin bahwa anak-anak belajar bahasa dan
keterampilan hidup dari lingkungan dimana anak menghabiskan waktunya (Rita
Eka Izzaty, 2005: 26-27). Gerakan-gerakan motorik akan membuat anak

3

mengarahkan kebebasan yang berarti dan membuat anak menjadi lebih tenang,
gembira dan merasakan kepuasan (Rita Eka Izzaty, 2005: 27).
Hasil pengamatan pada tanggal 13 April 2015 menunjukkan bahwa anak
kelompok B1 TK ABA Gambrengan belum terampil dalam melakukan aktivitas
yang berhubungan dengan motorik halus. Pada saat makan bersama, 12 dari 15
anak belum dapat membuka plastik bungkus makanan dan melepas lidi pada salah
satu makanan yang dibungkus daun pisang lalu meminta pendidik untuk
membantu membukanya. Selain itu pada saat penugasan membuat garis dengan
pola lingkaran-strip-lingkaran, semua anak mengalami kesulitan dalam membuat
garis tersebut. Pendidik menggunakan LKA (Lembar Kegiatan Anak) ASA (Anak
Sholeh Aisyiyah) sebagai media pembelajaran pada tanggal 13 April 2015.
Terdapat satu contoh garis dengan pola lingkaran-strip-lingkaran di dalam LKA.
Terdapat 9 anak yang hanya menebalkan contoh, setelah itu membuat garis lalu
menggambar lingkaran-lingkaran pada garis tersebut, 6 anak dibiarkan hanya
membuat garis. Terlihat goresan pensil yang sangat tebal pada hasil karya
menggambar anak. Hal ini menunjukkan bahwa anak belum mampu mengontrol
gerakan jari dan tangan dengan baik dalam memegang dan menggoreskan pensil
pada saat menggambar.
Pendidik belum menggunakan metode yang bervariasi dan media yang
digunakan belum menarik bagi anak dalam meningkatkan keterampilan motorik
halus. Hal tersebut terlihat saat pengamatan pada tanggal 11 dan 13 April 2015
yang menunjukkan bahwa pembelajaran hanya menggunakan majalah dan
kegiatannya mewarnai gambar yang ada dalam majalah tersebut. Selain itu,

4

kemampuan

yang dimiliki

pendidik

dalam

merancang

kegiatan

untuk

meningkatkan keterampilan motorik halus masih kurang sehingga keterampilan
motorik halus anak belum berkembang secara optimal. Pendidik tidak selalu
membuat

rencana

kegiatan

harian

pada

setiap

harinya

dan

kegiatan

pembelajarannya tidak selalu mengikuti tema yang sedang berlangsung.
Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 11 April 2015, pendidik mengikuti
kemampuan anak dalam menyelesaikan tugas, misalnya dalam satu hari anak
hanya mampu menyelesaikan 1 dari 3 kegiatan inti yang direncanakan.
Menyikapi kenyataan di atas, perlu diadakan upaya peningkatan
keterampilan motorik halus anak dengan menggunakan kegiatan pembelajaran
yang menarik sehingga dapat menciptakan suasana menyenangkan dan minat
belajar anak salah satunya yaitu melukis dengan jari atau yang biasa disebut
dengan finger painting. Finger painting dapat diartikan sebagai kegiatan membuat
gambar yang dilakukan dengan cara menggoreskan adonan warna (bubur warna)
secara langsung dengan jari tangan secara bebas di atas bidang gambar (Sumanto,
2005: 53). Kelebihannya yaitu bahan dan peralatan untuk finger painting mudah
didapatkan. Bahan dan peralatan finger painting antara lain; bubur warna dari
adonan lem kayu dicampur dengan pewarna makanan, kertas gambar, kertas
koran, dan air. Kelebihan dari kegiatan ini adalah membantu melatih kemampuan
motorik halus anak karena melibatkan aktivitas jari-jemari yang nantinya dapat
dibutuhkan dalam segi akademis. Selain itu, anak-anak dapat mengembangkan
imajinasinya untuk merancang objek dimana imajinasi setiap anak tidak terbatas.
Melalui kegiatan finger painting anak-anak dapat berkreasi untuk membuat kartu

5

ucapan ulang tahun, undangan, pembatas buku dan sebagainya. Kegiatan finger
painting memiliki manfaat untuk menuangkan ide, gagasan, dan imajinasi yang
dimiliki anak agar tidak kandas dan hilang ketika melukis (Hajar Pamadhi dan
Evan Sukardi, 2011: 3.35).
Finger painting ini keberadaannya kurang diperhatikan dan bahkan kurang
dimengerti oleh masyarakat umum. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai peningkatan keterampilan motorik halus melalui
kegiatan finger painting. Dengan adanya kegiatan yang menarik ini diharapkan
anak dapat belajar dengan senang dan dapat meningkatkan keterampilan motorik
halus anak kelompok B1 di TK ABA Gambrengan, Srandakan, Bantul,
Yogyakarta.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
dapat ditentukan identifikasi masalahnya sebagai berikut:
1. Keterampilan motorik halus anak kelompok B1 TK ABA Gambrengan masih
rendah. Berdasarkan hasil pengamatan pada 13 April 2015, 12 dari 15 anak
tidak dapat membuka plastik dan melepas lidi bungkus makanan, 15 anak
mengalami kesulitan dalam membuat garis dengan pola lingkaran-striplingkaran.
2. Kurang adanya penggunaan metode dan media yang tepat dan variatif dalam
proses pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan pada 11 dan 13 April
2015, pembelajaran hanya menggunakan majalah.

6

3. Belum ada inovasi metode dan media dalam meningkatkan keterampilan
motorik halus. Berdasarkan hasil wawancara pada 11 April 2015, dari 3
kegiatan inti yang direncanakan secara “dadakan” ada yang tidak terlaksana
karena pendidik mengikuti mood anak, dan kegiatan untuk meningkatkan
keterampilan motorik halus yang sering dilakukan yaitu mewarnai.
4. Anak kelompok B1 TK ABA Gambrengan kurang tertarik mengikuti kegiatan
pembelajaran motorik halus karena kegiatannya monoton yaitu mewarnai
gambar yang ada dalam majalah.

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, melihat
keterbatasan pengetahuan penulis dan keterbatasan waktu, maka penulis
membatasi penelitian ini agar mendapat fokus penelitian pada peningkatan
keterampilan motorik halus melalui kegiatan finger painting pada anak kelompok
B1 di TK ABA Gambrengan, Srandakan, Bantul, Yogyakarta.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam identifikasi dan pembatasan masalah yang
dikemukakan di atas, maka dalam penelitian ini dapat diajukan rumusan masalah
yaitu “Bagaimana meningkatkan keterampilan motorik halus melalui kegiatan
finger painting pada anak kelompok B1 di TK ABA Gambrengan, Srandakan,
Bantul, Yogyakarta?”.

7

E. Tujuan Penelitian
Tujuan

yang dicapai

dalam penelitian ini

untuk

meningkatkan

keterampilan motorik halus anak kelompok B1 di TK ABA Gambrengan,
Srandakan, Bantul, Yogyakarta melalui kegiatan finger painting.

F. Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan pada anak kelompok B1 di TK ABA
Gambrengan, Srandakan, Bantul, Yogyakarta dapat memberikan manfaat:
1. Bagi Anak
Penelitian ini dapat meningkatkan keterampilan motorik halus anak
melalui kegiatan finger painting.
2. Bagi Pendidik
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan kegiatan atau
alternatif bagi pendidik dalam meningkatkan keterampilan motorik halus anak
melalui kegiatan finger painting.
3. Bagi Sekolah
Memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka perbaikan
proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan.

G. Definisi Operasional
1. Keterampilan Motorik Halus
Keterampilan

motorik

halus

adalah

keterampilan

beraktivitas

menggunakan jari dan tangan yang menuntut koordinasi mata dengan tangan dan

8

kemampuan pengendalian gerak yang baik yang memungkinkan anak melakukan
ketepatan dan kecermatan dalam gerakannya.
2. Kegiatan Finger Painting
Kegiatan finger painting adalah kegiatan berkreasi membuat gambar di
bidang datar yang dilakukan dengan cara menggoreskan bubur berwarna
menggunakan jari atau telapak tangan secara bebas.

9

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Keterampilan Motorik Halus
1. Pengertian Keterampilan Motorik Halus
Perkembangan adalah proses perubahan kapasitas fungsional atau
kemampuan kerja organ-organ tubuh ke arah keadaan yang makin terorganisasi
dan terspesialisasi (Sumantri, 2005: 46). Perkembangan motorik merupakan
proses sejalan dengan bertambahnya usia secara bertahap dan berkesinambungan,
gerakan individu meningkat dari keadaan sederhana, tidak terorganisasi, dan tidak
terampil ke arah penampilan keterampilan motorik yang kompleks dan
terorganisasi dengan baik, yang pada akhirnya ke arah penyesuaian keterampilan
menyertai terjadinya proses menua (menjadi tua) (Sumantri, 2005: 47).
Perkembangan motorik meliputi perkembangan otot kasar (gross muscle) dan otot
halus (fine muscle) (Slamet Suyanto, 2005: 51). Perkembangan motorik halus
meliputi perkembangan otot halus dan fungsinya. Otot ini berfungsi untuk
melakukan gerakan-gerakan bagian-bagian tubuh yang lebih spesifik, seperti
menulis, melipat, merangkai, mengancing baju, mengikat tali sepatu, dan
menggunting.
Keterampilan adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas (Kamus Besar
Bahasa Indonesia, 2005: 1180). Motorik halus merupakan gerak yang
berhubungan dengan keterampilan fisik yang menggerakkan otot-otot kecil (Astri
Widya Jayanti, 2014: 1). Motorik halus adalah kemampuan anak beraktivitas
dengan menggunakan otot-otot halus (kecil) seperti menulis, meremas,

10

menggenggam, menggambar, menyusun balok dan memasukkan kelereng (Yudha
M. Saputra dan Rudyanto, 2005: 118). Namun demikian, kegiatan-kegiatan
tersebut memerlukan keterampilan menggerakkan jari dan tangan serta koordinasi
mata dengan tangan. Sumantri (2005: 143) mengemukakan bahwa keterampilan
motorik halus adalah pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil
seperti jari-jemari dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan dan
koordinasi mata dengan tangan, keterampilan yang mencakup pemanfaatan
dengan alat-alat untuk bekerja dan objek yang kecil atau pengontrolan terhadap
mesin misalnya mengetik, menjahit dan lain-lain. Mahendra (dalam Sumantri,
2005: 143) mendefinisikan keterampilan motorik halus (fine motor skill) sebagai
keterampilan-keterampilan yang memerlukan kemampuan untuk mengontrol otototot kecil/halus untuk mencapai pelaksanaan keterampilan yang berhasil. Motorik
halus adalah aktivitas motorik yang melibatkan aktivitas otot-otot kecil atau halus;
gerakan ini lebih menuntut koordinasi mata dan tangan serta kemampuan
pengendalian gerak yang baik, yang memungkinkannya untuk melakukan
ketepatan dan kecermatan dalam gerakan-gerakannya (Dini P. Daeng Sari, 1996:
121). Gerakan ini memerlukan kecepatan, ketepatan, dan keterampilan
menggerakkan (Kamtini dan Husni Wardi Tanjung, 2005: 124-125).
Kesimpulan dari beberapa definisi terkait keterampilan motorik halus ialah
keterampilan-keterampilan yang memerlukan kecakapan untuk beraktivitas
menggunakan otot halus/otot jari-jemari dan tangan yang membutuhkan
koordinasi mata dengan tangan. Keterampilan motorik halus dalam penelitian ini
adalah keterampilan beraktivitas menggunakan jari dan tangan yang menuntut

11

koordinasi mata dengan tangan dan kecakapan pengendalian gerak yang baik yang
memungkinkan anak melakukan ketepatan dan kecermatan dalam gerakannya
misalnya dalam kegiatan finger painting. Keterampilan motorik halus dalam
kegiatan finger painting diantaranya yaitu: ketepatan dalam menyelesaikan
kegiatan finger painting, keterampilan menggerakkan, dan koordinasi mata
dengan tangan. Keterampilan motorik halus dalam kegiatan finger painting
memerlukan kemampuan menyelesaikan kegiatan finger painting sebelum waktu
pembelajaran berakhir, kemampuan menggerakkan jari dan tangan dalam kegiatan
finger painting dengan terampil, dan kemampuan mengontrol gerakan koordinasi
mata dengan tangan dalam kegiatan finger painting sesuai arah, urutan dan tujuan
gerakan.
2. Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 5-6 Tahun
Tingkat pencapaian perkembangan anak usia 5-6 tahun sesuai dengan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun
2009 yaitu:
a. Menggambar sesuai gagasannya
b. Meniru bentuk
c. Melakukan eksplorasi dengan berbagai media dan kegiatan
d. Menggunakan alat tulis dengan benar
e. Menggunting sesuai dengan pola
f. Menempel gambar dengan tepat
g. Mengekspresikan diri melalui gerakan menggambar secara detail

12

Anak usia TK pada usia lima tahun dapat melakukan berbagai
keterampilan dalam bidang perkembangan motorik halus menurut Bredekamp dan
Copple (dalam Ramli, 2005: 191-192) yaitu:
a. Memukul paku dengan kepala palu, menggunakan gunting dan obeng tanpa
bantuan
b. Membangun kerangka balok tiga dimensi, mengerjakan 10-15 buah teka-teki
dengan mudah
c. Suka melepas benda-benda dan merangkainya kembali serta melepas dan
memasangkan baju boneka
d. Memiliki pemahaman dasar tentang kanan dan kiri tetapi mencampurnya pada
suatu saat
e. Menyalin berbagai bentuk, mengkombinasikan dua bentuk geometri atau lebih
dalam gambar dan konstruksi
f. Menggambar orang, mencetak huruf secara kasar tetapi kebanyakan dapat
dikenal oleh orang dewasa, termasuk konteks atau pemandangan dalam
gambar, mencetak nama pertama
g. Membuka resleting mantel, memasang kancing dengan baik, mengikat tali
sepatu dengan bantuan orang dewasa, berpakaian dengan cepat
Caplan dan Caplan (dalam Ramli, 2005: 195) menyatakan bahwa anak
usia TK pada usia enam tahun dapat menunjukkan berbagai kompetensi sebagai
kelanjutan kompetensi yang dicapai pada usia sebelumnya.

13

Keterampilan-keterampilan pada bidang perkembangan motorik halus yang
dimaksud yaitu:
a. Ketangkasan terbentuk dengan baik
b. Dapat membedakan tangan kanan dari tangan kirinya sendiri tetapi tidak dapat
membedakan tangan kanan dan kiri orang lain
c. Memegang pensil, sikat, atau krayon seperti pegangan orang dewasa antara
ibu jari dan telunjuk
d. Menggambar sosok manusia yang dapat dikenali terdiri atas kepala, lengan,
kaki, dan batang tubuh
e. Menggambar rumah yang memiliki pintu, jendela, dan atap. Mengatakan apa
yang akan digambar sebelum memulainya
f. Dapat menyalin lingkaran, silang, dan empat persegi
g. Dapat menyalin huruf-huruf besar V, T, H, O, X, L, Y, U, C, A
h. Dapat memasang benang jarum besar
Melukis dengan jari (finger painting) dalam penelitian ini merupakan
bagian dari tingkat pencapaian perkembangan motorik halus mengekspresikan diri
melalui gerakan menggambar secara detail. Hal tersebut dikarenakan finger
painting merupakan kegiatan yang dapat dilakukan anak untuk mengekspresikan
diri melalui gerakan menggambar dengan media kertas, bubur warna, jari dan
telapak tangan. Perkembangan motorik halus anak usia 5-6 tahun dalam penelitian
ini yaitu anak mampu menyelesaikan kegiatan finger painting, menggerakkan jari
dan tangan dalam kegiatan finger painting, dan mengontrol gerakan koordinasi
mata dengan tangan dalam kegiatan finger painting.

14

3. Tujuan Pengembangan Keterampilan Motorik Halus
Sumantri (2005: 145) menyebutkan bahwa aktivitas pengembangan
keterampilan motorik halus anak usia TK bertujuan untuk melatihkan kemampuan
koordinasi motorik anak. Pengembangan keterampilan motorik halus akan
berpengaruh terhadap kesiapan anak dalam menulis (pengembangan bahasa),
kegiatan melatihkan koordinasi antara tangan dengan mata yang dianjurkan dalam
jumlah waktu yang cukup meskipun penggunaan tangan secara utuh belum
mungkin tercapai. Kemampuan daya lihat juga merupakan kegiatan keterampilan
motorik halus lainnya, melatihkan kemampuan anak melihat ke arah kiri dan
kanan, atas bawah yang penting untuk persiapan membaca awal.
Sumantri (2005: 146) mengungkapkan bahwa tujuan pengembangan
motorik halus di usia 4-6 tahun adalah anak:
a. Mampu mengembangkan kemampuan motorik halus yang berhubungan
dengan keterampilan gerak kedua tangan.
b. Mampu menggerakkan anggota tubuh yang berhubungan dengan gerak jarijemari: seperti kesiapan menulis, menggambar dan memanipulasi bendabenda.
c. Mampu mengkoordinasi indera mata dan aktivitas tangan.
d. Mampu mengendalikan emosi dalam beraktivitas motorik halus.
Tujuan pengembangan motorik halus (Yudha M. Saputra dan Rudyanto,
2005: 115):
a. Mampu memfungsikan otot-otot kecil seperti gerakan jari tangan.
b. Mampu mengkoordinasikan kecepatan tangan dengan mata.

15

c. Mampu mengendalikan emosi.
Kesimpulan dari beberapa pernyataan di atas menunjukkan bahwa tujuan
pengembangan

keterampilan

motorik

halus

yaitu

agar

anak;

mampu

mengembangkan fungsi otot-otot kecil yang berhubungan dengan keterampilan
gerak kedua tangan, mampu mengkoordinasikan mata dengan tangan dalam
bentuk aktivitas menulis, menggambar dan memanipulasi benda-benda, dan
mampu mengendalikan emosi dalam beraktivitas motorik halus. Tujuan
pengembangan

keterampilan

motorik

halus

dalam

penelitian

ini

yaitu

meningkatkan kemampuan koordinasi mata dengan tangan saat melakukan
kegiatan finger painting.
4. Fungsi Pengembangan Keterampilan Motorik Halus
Fungsi pengembangan motorik halus (Yudha M. Saputra dan Rudyanto,
2005: 116):
a. Sebagai alat untuk mengembangkan keterampilan gerak kedua tangan.
b. Sebagai alat untuk mengembangkan koordinasi kecepatan tangan dengan
gerakan mata.
c. Sebagai alat untuk melatih penguasaan emosi.
Sumantri (2005: 146) mengemukakan bahwa fungsi pengembangan
keterampilan motorik halus adalah mendukung aspek pengembangan aspek
lainnya seperti kognitif dan bahasa serta sosial karena pada hakekatnya setiap
pengembangan tidak dapat terpisah satu sama lain. Senada dengan itu Elizabeth
B. Hurlock (1978: 162) menyebutkan bahwa keterampilan motorik yang berbeda
memainkan peran yang berbeda pula dalam penyesuaian sosial dan pribadi anak.

16

Sebagian

keterampilan

berfungsi

membantu

anak

untuk

memperoleh

kemandiriannya, sedangkan sebagian lainnya berfungsi untuk membantu
mendapatkan penerimaan sosial.
Kesimpulan dari beberapa pendapat di atas menunjukkan bahwa fungsi
pengembangan keterampilan motorik halus adalah alat untuk mengembangkan
koordinasi kecepatan tangan dengan gerakan mata, melatih penguasaan emosi,
dan mendukung pengembangan aspek lain seperti kognitif, bahasa, dan sosial.
Fungsi pengembangan keterampilan motorik halus dalam penelitian ini yaitu
sebagai alat untuk mengembangkan kemampuan koordinasi mata dengan tangan
misalnya dalam kegiatan finger painting.
5. Prinsip-prinsip Pengembangan Keterampilan Motorik Halus
Sumantri (2005: 147-148) menyatakan bahwa pendekatan pengembangan
motorik halus anak usia Taman Kanak-kanak hendaknya memperhatikan beberapa
prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Berorientasi pada kebutuhan anak
Kegiatan pengembangan anak usia dini harus senantiasa berorientasi pada
kebutuhan anak. Anak usia dini adalah masa yang sedang membutuhkan stimulasi
secara tepat untuk mencapai optimalisasi seluruh aspek pengembangan baik fisik
maupun psikis. Dengan demikian, ragam jenis kegiatan pembelajaran hendaknya
dilakukan melalui analisis kebutuhan yang disesuaikan dengan berbagai aspek
perkembangan dan kemampuan pada masing-masing anak.

17

b. Belajar sambil bermain
Upaya stimulasi yang diberikan pendidik terhadap anak usia dini (4-6 tahun)
hendaknya dilakukan dalam situasi yang menyenangkan. Menggunakan
pendekatan bermain, anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan dan
memanfaatkan objek-objek yang dekat dengannya sehingga diharapkan kegiatan
akan lebih bermakna.
c. Kreatif dan inovatif
Aktivitas kreatif dan inovatif dapat dilakukan oleh pendidik melalui kegiatankegiatan yang menarik, membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi anak
untuk berpikir kritis, dan menemukan hal-hal baru.
d. Lingkungan kondusif
Lingkungan harus diciptakan sedemikian menarik, sehingga anak akan betah.
Lingkungsn fisik hendaknya memperhatikan keamanan dan kenyamanan anak
dalam bermain. Penataan ruang harus senantiasa disesuaikan dengan ruang gerak
anak dalam bermain dan tidak menghalangi interaksi dengan pendidik atau
dengan temannya.
e. Tema
Jika kegiatan yang dilakukan memanfaatkan tema, maka pemilihan tema
hendaknya disesuaikan dari hal-hal yang paling dekat dengan anak, sederhana,
dan menarik minat anak. Penggunaan tema dimaksudkan agar anak mampu
mengenali berbagai konsep secara mudah dan jelas.

18

f. Mengembangkan keterampilan hidup
Proses pembelajaran perlu diarahkan untuk pengembangan keterampilan hidup.
Pengembangan keterampilan hidup didasarkan dua tujuan yaitu:
1) Memiliki kemampuan untuk menolong diri sendiri (self help), disiplin, dan
sosialisasi.
2) Memiliki bekal keterampilan dasar untuk melanjutkan pada jenjang
selanjutnya.
3) Menggunakan

kegiatan

terpadu.

Kegiatan

pengembangan

hendaknya

dirancang dengan menggunakan model pembelajaran terpadu dan beranjak
dari tema yang menarik minat anak (center of interest).
g. Kegiatan berorientasi pada prinsip-prinsip perkembangan anak
1) Anak belajar dengan sebaik-baiknya apabila kebutuhan fisiknya terpenuhi
serta merasakan aman dan tenteram secara psikologis.
2) Siklus belajar anak selalu berulang.
3) Anak belajar melalui interaksi sosial dengan orang dewasa dan anak-anak lain.
4) Minat anak dan keingintahuannya memotivasi belajarnya.
5) Perkembangan dan belajar anak harus memperhatikan perbedaan individual.
Kesimpulan dari pendapat di atas yaitu terdapat 8 prinsip pengembangan
keterampilan motorik halus yaitu berorientasi pada kebutuhan anak, belajar sambil
bermain, kreatif dan inovatif, lingkungan kondusif, tema, mengembangkan
keterampilan hidup, menggunakan kegiatan terpadu, dan kegiatan berorientasi
pada prinsip-prinsip perkembangan anak seperti dalam penelitian ini melalui
kegiatan finger painting.

19

B. Proses Belajar dan Pembelajaran Anak Usia 5-6 Tahun
1. Pengertian Anak Usia 5-6 Tahun
Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang mengalami suatu proses
perkembangan dan pertumbuhan yang pesat. Anak memiliki karakteristik tertentu
yang khas dan akan berkembang menjadi manusia seutuhnya. Sofia Hartati (2005:
7) mengungkapkan

bahwa seluruh

potensi

yang dimiliki

anak harus

dikembangkan, meskipun pada umumnya anak memiliki perkembangan pola yang
sama, namun ritme perkembangan antar individu akan berbeda karena anak
bersifat individual.
Anak usia 5-6 tahun merupakan bagian dari anak usia dini. National
Assosiation Education for Young Children (NAEYC) mengemukakan bahwa anak
usia dini adalah sekelompok individu yang berada pada rentang usia antara 0-8
tahun (Sofia Hartati, 2005: 7). Pada usia ini, anak

termasuk dalam usia

prasekolah pada jalur pendidikan formal. Dalam pendidikan jalur formal
mencakup Taman Kanak-kanak (TK) dan Raudlatul Athfal (RA) dengan rentang
usia 4-6 tahun. Usia prasekolah merupakan masa emas (the golden age). Mulyasa
(2012: 34) mengemukakan bahwa golden age merupakan masa dimana seluruh
aspek perkembangan anak berkembang dengan pesatnya dimana terjadi
pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis anak sehingga siap merespon stimulasi
yang datang dari lingkungannya. Aspek perkembangan tersebut meliputi:
perkembangan sensori dan persepsi, fisik motorik, sosial emosional, kognitif dan
bahasa (Harun Rasyid, Mansyur & Suratno, 2009: 47). Perkembangan kognitif
anak usia 5-6 tahun sedang beralih dari fase pra-operasional ke fase konkret
operasional menurut Piaget (dalam Slamet Suyanto, 2005: 4). Anak akan belajar
20

melalui benda-benda konkret untuk membangun pengetahuan-pengetahuan yang
baru dipelajarinya. Slamet Suyanto (2005: 4) berpendapat bahwa cara berpikir
anak TK juga bersifat transduktif, yaitu menghubungkan benda-benda yang baru
dipelajari

berdasarkan

pengalamannya

berinteraksi

dengan

benda-benda

sebelumnya.
Dengan demikian perkembangan anak usia dini khususnya dalam hal ini
anak

usia

5-6

tahun

membutuhkan

rangsangan

atau

stimulus

untuk

memaksimalkan potensi yang ada pada diri anak. Oleh karena pada periode ini
hampir seluruh potensi anak mengalami masa peka untuk tumbuh dan
berkembang

sehingga

anak

dapat

mencapai

potensi

sesuai

tahap

perkembangannya melalui rangsangan tersebut.
Kesimpulan dari pendapat di atas menunjukkan bahwa anak usia 5-6 tahun
yang merupakan bagian dari anak usia dini yaitu anak yang berada pada usia emas
dimana seluruh aspek perkembangan anak berkembang dengan pesat. Anak usia
5-6 tahun adalah anak yang berada pada rentang usia antara 5-6 tahun dan berada
pada jenjang pendidikan Taman Kanak-kanak seperti dalam penelitian ini anak
kelompok B1 di TK ABA Gambrengan.
2. Karakteristik Perkembangan Anak Usia 5-6 Tahun
Wiguna dan Noorhana (dalam Rita Eka Izzaty, 2005: 53-54) secara umum
menyatakan bahwa tahapan perkembangan fisik yang dicapai anak usia TK
adalah: naik sepeda roda tiga, kebebasan diri dalam melakukan gerakan, meniru
bentuk lingkaran, fungsi motorik halus bertambah baik dengan semakin

21

terarahnya pada koordinasi antara mata dan tangan, serta dapat memegang
gunting dengan baik.
Mulyasa (2012: 23-24) menyatakan bahwa anak usia 4-6 tahun memiliki
karakteristik sebagai berikut:
a. Perkembangan fisik, anak sangat aktif melakukan berbagai kegiatan. Hal itu
bermanfaat untuk pengembangan otot-otot baik otot kecil maupun otot besar,
seperti memanjat, melompat, dan berlari.
b. Perkembangan bahasa, anak sudah mampu memahami pembicaraan orang lain
dan mampu mengungkapkan pikirannya dalam batas-batas tertentu, seperti
mengulang pembicaraan.
c. Perkembangan kognitif, anak memiliki rasa ingin tahu yang luar biasa
terhadap lingkungan sekitar. Hal itu terlihat dari seringnya anak menanyakan
segala sesuatu yang dilihat.
d. Bentuk permainan anak masih bersifat individu, bukan permainan sosial
walaupun aktivitas bermain dilakukan anak secara bersama.
Suyadi (2010: 71-138) mengungkapkan bahwa capaian perkembangan
anak usia 5-6 tahun sebagai berikut:
a. Perkembangan motorik kasarnya, yaitu menunjukkan perubahan yang cepat
dengan sudah mampu bertambah jauh melempar bola dan cekatan
menangkapnya dan mengendarai sepeda dengan bergaya atau variasi
sedangkan perkembangan motorik halusnya yaitu mampu menggunakan pisau
untuk memotong makanan yang lunak, mengikat tali sepatu, menggambar
dengan enam titik, dan dapat menirukan sejumlah angka kata-kata sederhana.

22

b. Perkembangan kognitif, yaitu mampu mengurutkan bilangan 1 hingga
(minimal) 50, senang dengan permainan otak-atik bilangan, menyukai
permainan dalam komputer, dan mampu meletakkan benda sesuai dengan
kelompoknya.
c. Perkembangan bahasa, yaitu mampu berbicara dengan lancar, bertanya lebih
banyak dan menjawab lebih kompleks, mengenal bilangan dan berhitung
sederhana, menulis namanya sendiri, dan membuat pantun sederhana.
d. Perkembangan sosial emosional, yaitu mampu mengekspresikan marah secara
gerak verbal, sering bersumpahuntuk meyakinkan pada teman – temannya
terhadap apa yang dikatakan, memahami perasaan orang lain, dan seringkali
mengajak humor orang dewasa.
e. Perkembangan, yaitu mampu menghafal beberapa surah dalam Al Qur‟an,
menghafal gerakan shalat secara sempurna, menyebutkan beberapa sifat Allah,
menghormati orang tua, menghargai teman, menyayangi adik atau anak di
bawah usianya, mengucapkan syukur dan terima kasih.
Kesimpulan dari beberapa pendapat di atas menunjukkan bahwa
karakteristik perkembangan anak usia 5-6 tahun yaitu anak mengalami
peningkatan dari aspek perkembangan anak yang meliputi perkembangan bahasa,
kognitif, sosial emosional, motorik kasar maupun motorik halus, dan Nilai-nilai
Agama dan Moral (NAM). Karakteristik perkembangan anak usia 5-6 tahun
dalam penelitian ini anak mengalami peningkatan dari aspek perkembangan fisik
khususnya motorik halus yaitu peningkatan kemampuan koordinasi mata dengan
tangan.

23

3. Prinsip-prinsip Pembelajaran Anak Usia Dini
Sofia Hartati (2005: 30-33) mengemukakan bahwa proses pembelajaran
pada anak usia dini dapat mencapai tahapan perkembangan yang optimal apabila
memenuhi prinsip-prinsip pembelajaran sebagai berikut:
a. Berangkat dari yang dimiliki anak
Pengalaman belajar hendaknya mengandung unsur yang sudah dikenal anak dan
pengalaman baru sehingga anak tertarik terhadap pengalaman barunya dan
memiliki kesempatan untuk mengekspresikan sesuatu.
b. Belajar harus menantang pemahaman anak
Aktivitas

pembelajaran

yang

dirancang

harus

menantang

anak

untuk

mengembangkan pemahaman sesuai dengan apa yang dialaminya. Bila anak
mampu menyelesaikan tantangan pertama, maka anak diberikan tantangan
berikutnya yang lebih sulit sehingga anak akan merasa tertantang dan tidak
membosankan.
c. Belajar dilakukan sambil bermain
Belajar melalui bermain dapat memberi kesempatan pada anak untuk
bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi, dan belajar
dengan menyenangkan. Selain itu, bermain juga dapat membantu anak mengenal
tentang diri sendiri dan lingkungannya.
d. Menggunakan alam sebagai sarana pembelajaran
Alam merupakan sarana yang tak terbatas bagi anak untuk bereksplorasi dan
berinteraksi dalam membangun pengetahuannya. Robin Dranath Tagore

24

menggunakan model pembelajaran dimana hampir 90% kegiatan dilakukan
dengan berinteraksi dengan alam.
e. Belajar dilakukan melalui sensorinya
Anak memperoleh pengetahuan melalui sensori atau inderawinya yaitu peraba.
pencium, pendengar, penglihat, dan perasa. Setiap sensori anak akan merespon
stimulant atau rangsangan yang diterima sehingga pembelajaran hendaknya
memberikan stimulasi yang dapat merangsang setiap sensori anak.
f. Belajar membekali keterampilan hidup
Pembelajaran hendaknya membekali anak untuk memiliki keterampilan hidup
sesuai dengan kemampuan anak.
g. Belajar sambil melakukan
Pendidikan hendaknya dirancang secara kreatif sehingga akan menghasilkan
pebelajar yang aktif. Anak akan terbiasa belajar dan mempelajari berbagai aspek
pengetahuan, sikap dan keterampilan melalui aktivitas mengamati, mencari,
menemukan, mendiskusikan, menyimpulkan dan mengemukakan berbagai hal di
lingkungannya.
Mulyasa

(2012:

32-34)

mengemukakan

bahwa

prinsip-prinsip

pembelajaran pada anak usia dini sebagai berikut:
a.

Mulai dari yang konkret dan sederhana

Pembelajaran bagi anak harus dimulai dari hal-hal yang konkret dan sederhana
agar dapat diikuti oleh setiap anak sesuai dengan perkembangannya.

25

b. Pengenalan dan pengakuan
Pengenalan dan pengakuan atas peran anak sangat penting dalam memunculkan
inisiatif dan keterlibatan aktif anak dalam pembelajaran.
c. Fokus pada proses, bukan pada produknya
Pembelajaran bagi anak hendaknya difokuskan pada proses belajar, proses
berpikir, dan proses bersosialisasi, bukan pada hasil belajar anak.
Slamet Suyanto mengemukakan hal yang sama namun ada beberapa hal
yang berbeda dengan yang telah diungkapkan oleh Sofia Hartati dan Mulyasa.
Slamet Suyanto (2005: 8-29) menyatakan bahwa prinsip-prinsip pembelajaran
pada anak usia dini antara lain:
a. Sesuai tingkat perkembangan anak
Dalam pembelajaran untuk anak usia dini harus disesuaikan dengan tingkat
perkembangan anak. Kegiatan pembelajaran untuk anak disesuaikan dengan DAP
(Developmentally Appropiate Practice) yang menyarankan bahwa pembelajaran
disesuaikan dengan usia dan kebutuhan individual anak.
b. Sesuai kebutuhan individual
Pada dasarnya anak itu unik, ia memiliki karakteristik, bakat dan minat yang
berbeda antar individu sehingga pembelajaran hendaknya memperhatikan
kebutuhan individual anak, seperti bakat, minat, dan tingkat kecerdasan masingmasing anak.
c. Mengembangkan kecerdasan
Pembelajaran untuk anak usia dini hendaknya mengembangkan kecerdasan karena
anak usia dini berada pada usia yang sangat kritis bagi pengembangan

26

kecerdasannya. Oleh karenanya perlu memahami teknik stimulasi otak yang
sesuai untuk mengembangkan kecerdasan anak sehingga pembelajaran tidak
sekadar menjejali anak dengan informasi hafalan.
d. Sesuai langgam belajar anak
Anak yang memiliki tipe kecerdasan dan modalitas belajar yang berbeda akan
menyebabkan anak belajar dengan cara yang berbeda pula. Modalitas belajar yang
dimaksud adalah semua organ indera yang mendukung fungsi belajar. Langgam
belajar anak ini dibedakan menjadi tiga macam, yaitu haptik atau kinestetik,
visual, dan auditorial. Dengan mengetahui langgam belajar masing-masing anak
maka hendaknya dapat membantu anak dalam belajar sehingga optimal.
e. Terpadu
Pembelajaran untuk anak hendaknya bersifat terpadu atau terintegrasi sehingga
apa yang dipelajari dapat menyeluruh. Dalam sebuah kegia

Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN FINGER PAINTING DI TK DHARMA Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Finger Painting di TK Dharma Wanita Geneng Kecamatan Jepon, Blora Tahun Ajaran 2015/2016.

1 3 14

PENINGKATAN KREATIFITAS ANAK MELALUI PERMAINAN FINGER PAINTING PADA ANAK KELOMPOK B Peningkatan Kreativtas Anak Melalui Permainan Finger Painting Pada Anak Kelompok B Tk Aba Jimbung Iii Kalikotes Klaten 2012 / 2013.

0 1 14

PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS MELALUI TEKNIK MOZAIK PADA ANAK KELOMPOK B1 TK PKK 51 TERONG, DLINGO, BANTUL, DIY.

3 56 143

PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MOSAIK PADA ANAK KELOMPOK B DI TK PAMARDISIWI MUJA-MUJU YOGYAKARTA.

0 1 111

PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS MELALUI BERMAIN BUBUR KERTAS DI KELOMPOK B TK ABA KORIPAN, SRANDAKAN, BANTUL.

3 20 180

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MENGGUNTING DAN MENEMPEL PADA ANAK KELOMPOK B1 DI TK ABA KARANGBENDO BANGUNTAPAN BANTUL.

6 96 132

PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN KOLASE PADA ANAK KELOMPOK B DI TK PKK KARTINI PADOKAN KIDUL TIRTONIRMOLO KASIHAN BANTUL.

1 6 73

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK KASAR ANAK KELOMPOK B1 MELALUI PERMAINAN DENGAN SIMPAI DI TK ABA GENDINGAN YOGYAKARTA.

2 33 165

PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MENGANYAM DENGAN KERTAS PADA ANAK KELOMPOK B TK KKLKMD SEDYO RUKUN BAMBANGLIPURO BANTUL.

2 9 187

PERBEDAAN BERMAIN PLASTISIN DAN FINGER PAINTING TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK PRASEKOLAH DI TK ABA TRINI TRIHANGGO GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - Perbedaan Bermain Plastisin dan Finger Painting terhadap Perkembangan Motorik Halus

0 0 18