PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN KOLASE PADA ANAK KELOMPOK B DI TK PKK KARTINI PADOKAN KIDUL TIRTONIRMOLO KASIHAN BANTUL.

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu jenjang pendidikan yang ditujukan untuk anak usia 0-6 tahun. Aspek yang dikembangkan dalam pendidikan anak usia dini adalah aspek pengembangan pembiasaan meliputi sosial, emosi, kemandirian, moral dan nilai-nilai agama, serta pengembangan kemampuan dasar yang meliputi pengembangan bahasa, kognitif, dan fisik motorik.

Dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada BAB I pasal 1 Ayat 14 disebutkan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah salah satu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Selanjutnya pada pasal 1 ayat 7 disebutkan bahwa Taman Kanak-kanak yang selanjutnya disingkat TK adalah salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak berusia empat tahun sampai enam tahun.

Tujuan pendidikan di TK yaitu untuk pencapaian perkembangan : nilai-nilai agama dan moral, fisik yaitu motorik kasar dan motorik halus, kesehatan, kognitif yaitu pengetahuan umum dan sains, konsep bentuk warna


(2)

2

dan ukuran dan pola, konsep bilangan lambang bilangan dan huruf, bahasa yaitu menerima bahasa, mengungkapkan bahasa, keaksaraan, dan sosial emosional.

Pendekatan pembelajaran di TK dilakukan dengan berorientasi pada prinsip-prinsip perkembangan anak, yaitu belajar sambil bermain, akan dilakukan dalam situasi yang menyenangkan dengan menggunakan strategi, metode, dan materi yang menarik. Dalam bermain, anak akan bereksplorasi, menemukan dan memanfaatkan objek-objek yang dekat dan menarik untuk anak sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna dan menimbulkan rasa kesenangan serta kepuasan bagi anak sehingga dapat mengembangkan sebagian besar potensi dalam dirinya.

Husein dkk dalam Sumantri (2005: 3) mengemukakan bahwa anak usia dini mempunyai potensi besar untuk mengoptimalkan segala aspek perkembangannya, termasuk perkembangan keterampilan motorik. Perkembangan keterampilan motorik pada anak usia dini akan berkembang secara optimal jika mendapatkan stimulasi yang tepat.

Menurut Rini Hildayani (2011: 8.15), anak usia 4-6 tahun perkembangan motorik halus sudah berkembang dengan baik. Anak sudah dapat menggunakan kemampuan untuk mengurus dirinya sendiri dengan bantuan orang dewasa, anak dapat menyikat gigi, menyisir rambut, mengancingkan baju, membuka dan memakai sepatu serta makan menggunakan sendok serta koordinasi mata tangan anak semakin baik.


(3)

3

Keterampilan motorik halus anak merupakan salah satu keterampilan yang sangat penting untuk ditingkatkan guna mempersiapkan diri anak untuk ke jenjang pendidikan selanjutnya. Keterampilan motorik halus pada anak dapat dirangsang dengan memberikan stimulus-stimulus dalam bentuk kegiatan bermain, seperti melipat kertas, menganyam, menempel, meniru garis lurus, menggunting, menggambar dan lain sebagainya.

Salah satu upaya yang dilakukan oleh guru adalah melalui metode pembelajaran melalui bermain. Pembelajaran bagi anak usia dini pada hakikatnya adalah permainan, bahwa bermain adalah belajar, dimana bermain adalah sebuah kegiatan yang dilakukan berulang-ulang dan menimbulkan rasa senang dan puas bagi anak, bermain sebagai sarana untuk mengekspresikan diri, bereksplorasi, berkreasi dan sebagai wahana pengenalan diri dan lingkungan sekitar. Pembelajaran hendaknya disusun sedemikian rupa sehingga menyenangkan, membuat anak tertarik untuk mengikuti dan tidak terpaksa. Guru memasukkan unsur edukatif dalam setiap kegiatan bermain sehingga anak secara tidak sadar telah belajar berbagai hal dari kegiatan bermain tersebut.

Selain itu guru perlu memberikan berbagai kesempatan dan pengalaman pada anak agar dapat meningkatkan keterampilan motorik halus pada anak agar keterampilan motorik halus anak dapat berkembang secara optimal. Peluang-peluang ini tidak saja berbentuk membiarkan anak melakukan kegiatan fisik, akan tetapi perlu didukung dengan berbagai fasilitas


(4)

4

dan media pembelajaran yang berguna untuk meningkatkan keterampilan motorik halus pada anak.

Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat bahwa perkembangan anak pada anak usia dini sangat penting untuk ditumbuh kembangkan karena pada anak usia dini pertumbuhan otak dan fisik sedang mengalami perkembangan sangat pesat, stimulasi seluruh aspek perkembangan berperan penting untuk tugas perkembangan anak selanjutnya. Dengan pemberian stimulus, rangsangan, motivasi serta bimbingan yang tepat maka diharapkan dapat meningkatkan seluruh aspek perkembangan yang ada pada anak khususnya pada keterampilan motorik halus.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, di kelompok B Taman Kanak-kanak PKK Kartini sebanyak 8 dari 10 anak masih kesulitan dalam mengikuti kegiatan yang melibatkan keterampilan motorik halus seperti saat kegiatan menggunting, menempel dan mewarnai. Hal tersebut terlihat saat kegiatan menempelkan gambar sesuai dengan pola yang ada, gambar yang ditempelkan oleh anak belum sesuai dengan pola yang ada.

Pada kegiatan menggunting dengan pola persegi empat, dari 10 anak terdapat 8 anak yang hasil guntingannya belum sesuai dengan pola yang sudah diberikan. Pada saat kegiatan mewarnai ada 8 anak yang mewarnai gambar hingga keluar garis dan arah gerak tangan anak saat mewarnai belum teratur.

Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menstimulasi keterampilan motorik halus pada anak yaitu melalui penyediaan berbagai macam alat permainan dan media yang menarik yang dapat menstimulasi keterampilan


(5)

5

motorik halus. Alat permainan dan media tersebut tidak perlu mahal akan tetapi aman untuk belajar anak dan digunakan dengan cara baik dan benar sehingga perkembangan anak dapat berkembang secara optimal. Disamping itu guru harus selalu memberikan motivasi serta penguatan pada anak agar anak mau mengikuti kegiatan pembelajaran dan memahaminya dengan baik sehingga anak menjadi lebih senang saat mengikuti pembelajaran.

Salah satu cara untuk meningkatkan keterampilan motorik halus di Taman Kanak-kanak usia 5-6 tahun yaitu dengan melakukan kegiatan yang eksploratif dan menyenangkan yaitu dengan kegiatan kolase. Alasan dipilihnya kegiatan kolase karena kegiatan kolase adalah salah satu kegiatan yang dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan motorik halus dan juga merupakan kegiatan yang menuntut adanya penggunaan jari jemari dan koordinasi mata tangan serta membutuhkan ketepatan dan kerapian sehingga dengan anak melakukan kegiatan kolase secara berulang-ulang diharapkan keterampilan motorik halus pada anak dapat meningkat. Selain itu kegiatan kolase merupakan salah satu kegiatan yang menarik minat anak karena berkaitan dengan meletakkan dan merekatkan bahan kolase sesuka mereka.

Kegiatan kolase juga merupakan kegiatan yang memungkinkan adanya variasi dan kreasi bentuk secara bebas. Anak nantinya lebih bebas untuk mengekspresikan apa yang akan anak buat melalui kegiatan kolase. Dalam kegiatan kolase ini nantinya anak akan menempelkan berbagai bahan untuk membuat kolase dengan ampas kelapa yang sudah diberi warna, kertas


(6)

6

bekas, kulit telur,dan biji-bijian ke dalam pola yang sudah disediakan pada selembar kertas sesuai dengan apa yang anak inginkan.

Oleh sebab itu dalam penelitian ini akan mengkaji mengenai Peningkatan Keterampilan Motorik Halus melalui Kegiatan Kolase Pada Anak Kelompok B di Taman Kanak-kanak PKK Kartini Padokan kidul, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul.

B. Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka dapat diidentifikasi masalah yang terjadi pada kelompok B Taman Kanak-kanak PKK Kartini adalah :

1. Sebanyak 8 dari 10 anak kelompok B masih kesulitan dalam mengikuti kegiatan yang melibatkan keterampilan motorik halus.

2. Pada kegiatan menggunting dengan pola persegi empat, dari 10 anak terdapat 8 anak yang hasil guntingannya belum sesuai dengan pola yang sudah diberikan.

3. Pada saat kegiatan mewarnai ada 8 anak yang mewarnai gambar hingga keluar garis dan arah gerak tangan anak saat mewarnai belum teratur.

C. Pembatasan masalah

Permasalahan yang diuraikan dalam identifikasi masalah masih terlalu luas sehingga diperlukan pembatasan masalah agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam penerimaan dan pembahasan. Dalam penelitian ini, masalah dibatasi pada peningkatan keterampilan motorik halus pada anak kelompok B di TK PKK Kartini Padokan Kidul melalui Kegiatan Kolase.


(7)

7 D. Rumusan masalah

Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan masalah yaitu :“ Bagaimana meningkatkan keterampilan motorik halus pada anak kelompok B melalui kegiatan kolase di Taman Kanak-kanak PKK Kartini Padokan Kidul, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul?”. E. Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan motorik halus pada anak kelompok B melalui kegiatan kolase di Taman Kanak-kanak PKK Kartini Padokan Kidul, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul. F. Manfaat penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat dalam pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi anak didik

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan motorik halus pada anak kelompok B di Taman Kanak-kanak PKK Kartini Padokan kidul, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul.

2. Bagi Guru

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan motivasi pada guru untuk memperbaiki kinerjanya dalam upaya memberikan perbaikan pada pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan motorik halus anak kelompok B. Selain itu guru dapat berperan aktif dalam mengembangkan keterampilan


(8)

8

dan pengetahuan. Serta guru lebih bisa berinovasi dan berkreasi dalam setiap pembelajaran.

3. Bagi Sekolah

Hasil yang diharapkan dari penelitian ini yaitu dapat meningkatkan kualitas para peserta didik, memberikan masukan terhadap kemajuan sekolah yang tercermin dari peningkatan profesional guru dan perbaikan proses belajar peserta didik.

G. Definisi Operasional

Untuk menghindari kemungkinan meluasnya penafsiran terhadap permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, maka perlu disampaikan definisi operasional yang digunakan dalam penelitian yaitu sebagai berikut :

1. Keterampilan motorik halus

Keterampilan motorik halus adalah penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari jemari dan tangan yang membutuhkan kecermatan, ketepatan, kerapian dan koordinasi mata tangan untuk mengontrol dalam mencapai pelaksanaan keterampilan. Keterampilan motorik halus dalam penelitian ini adalah penggunaan sekelompok otot-otot kecil untuk mengontrol dalam mencapai pelaksanaan keterampilan yang melibatkan koordinasi mata dan tangan yang membutuhkan ketepatan dan kerapian.

2. Kegiatan kolase

Kegiatan kolase adalah kegiatan menempelkan, merekatkan, dan meletakkan sesuatu pada selembar kertas datar dan bahan yang digunakan bisa bermacam-macam jenisnya seperti bahan alam, bahan buatan, bahan setengah


(9)

9

jadi, bahan jadi, bahan sisa/bekas, dan sebagainya. Kegiatan kolase yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kegiatan menempelkan sesuatu pada selembar kertas yang sudah diberi pola gambar dan bahan yang digunakan yaitu menggunakan bahan bekas dan bahan alam seperti ampas kelapa yang sudah diwarnai, kulit telur, sobekan kertas bekas dan biji-bijian.


(10)

10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A.Keterampilan Motorik Halus

1. Pengertian Keterampilan Motorik Halus

Dini P. Daeng Sari (1996: 121) menyatakan bahwa motorik halus adalah aktivitas motorik yang melibatkan aktivitas otot-otot kecil yang menuntut koordinasi mata dan tangan serta pengendalian gerak yang memungkinkannya melakukan ketepatan dan kecermatan dalam gerak.

Sejalan dengan pendapat di atas, Sumantri (2005:143) menyatakan bahwa keterampilan motorik halus adalah pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari-jemari dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan dan koordinasi mata dengan tangan. Hal yang sama dikemukakan oleh Mahendra (Sumantri, 2005: 143) keterampilan motorik halus (fine motor skill) merupakan keterampilan yang memerlukan kemampuan untuk mengontrol otot-otot kecil/halus untuk mencapai pelaksanaan keterampilan yang berhasil.

Bambang Sujiono (2012: 1.14) juga mengungkapkan bahwa gerakan motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti jari jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat.

Magill A. Richard (Sumantri, 2005: 143) keterampilan ini melibatkan koordinasi neuromusculer (syaraf otot) yang memerlukan ketepatan derajat tinggi untuk berhasilnya keterampilan ini. Keterampilan jenis ini sering disebut sebagai keterampilan yang memerlukan koordinasi mata dan tangan (hand-eye


(11)

11

coordination). Menulis, menggambar, membentuk, bermain piano adalah

contoh keterampilan tersebut.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan motorik halus adalah penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari-jari jemari dan tangan yang membutuhkan kecermatan, ketepatan, kerapian dan koordinasi mata dengan tangan untuk mengontrol dalam mencapai pelaksanaan keterampilan. Keterampilan motorik halus dalam penelitian ini adalah penggunaan sekelompok otot-otot kecil untuk mengontrol dalam mencapai pelaksanaan keterampilan yang melibatkan koordinasi mata dan tangan yang membutuhkan ketepatan dan kerapian.

2. Tujuan Pengembangan Motorik Halus

Sumantri (2005:146) mengemukakan bahwa aktivitas keterampilan motorik halus anak usia Taman Kanak-kanak bertujuan untuk melatih kemampuan koordinasi motorik anak. Koordinasi antara mata dan tangan dapat dikembangkan melalui kegiatan bermain membentuk atau memanipulasi dari tanah liat/lilin/adonan, mewarnai, menempel, memalu, menggunting, merangkai benda dengan benang (meronce), menjiplak bentuk.

Pengembangan keterampilan motorik halus akan berpengaruh terhadap kesiapan anak dalam menulis, kegiatan melatih koordinasi antara mata dan tangan dengan yang dianjurkan dalam jumlah waktu yang cukup meskipun penggunaan tangan secara utuh belum mungkin tercapai. Kemampuan daya lihat juga merupakan kegiatan keterampilan motorik halus


(12)

12

lainnya, melatihkan kemampuan anak melihat ke arah kiri, atas bawah yang penting untuk persiapan membaca awal.

Yudha M. Saputra (2005: 115), menjelaskan tujuan dari keterampilan motorik halus yaitu :

a. Mampu memfungsikan otot-otot kecil seperti gerakan jari tangan. b. Mampu mengkoordinasikan kecepatan tangan dengan mata. c. Mampu mengendalikan emosi.

Hal yang sama dikemukakan oleh Sumantri (2005: 9) yang menyebutkan bahwa tujuan motorik halus untuk anak usia 5-6 tahun yaitu:

a. Mampu mengembangkan kemampuan motorik halus yang berhubungan dengan keterampilan gerak kedua tangan.

b. Mampu mengendalikan emosi dalam beraktivitas motorik halus. c. Mampu menggerakkan anggota tubuh yang berhubungan dengan

gerak jari jemari seperti kesiapan menulis, menggambar dan memanipulasi benda.

d. Mampu mengkoordinasikan indra mata dan aktivitas tangan dapat dikembangkan melalui kegiatan permainan membentuk atau memanipulasi dari tanah liat/lilin/adonan, mewarnai, menempel, menggunting, memotong, merangkai benda dengan benang (meronce).

e. Secara khusus tujuan keterampilan motorik halus untuk anak (4-6 tahun) adalah anak dapat menunjukkan kemampuan menggerakkan anggota tubuhnya terutama terjadinya koordinasi mata dan tangan sebagai persiapan untuk menulis.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tentang manfaat motorik halus, penulis menyimpulkan bahwa tujuan dari pengembangan motorik halus pada anak diantaranya adalah:

a. Meningkatkan keterampilan motorik halus pada anak kelompok B agar mampu mengembangkan keterampilan motorik halus khususnya jari tangan dengan optimal ke arah yang lebih baik.


(13)

13

b. Anak mampu mengembangkan keterampilan motorik halus jari tangannya ke arah yang lebih baik, diharapkan anak akan lebih siap dalam hal menulis.

c. Diharapkan anak akan lebih mandiri dalam aktivitas kehidupannya dan dapat menyesuaikan diri dilingkungannya dengan baik.

3. Fungsi Pengembangan Motorik Halus

Menurut Toho dan Gusril (2004: 51) bahwa fungsi utama motorik ialah mengembangkan kesanggupan dan keterampilan setiap individu yang berguna untuk mempertinggi daya kerja. Lebih lanjut dijelaskan bahwa dengan mempunyai keterampilan motorik yang baik, tentu individu mempunyai landasan untuk menguasai tugas keterampilan khusus.

Definisi yang serupa dikemukakan oleh Elizabeth B. Hurlock (1978:162) bahwa keterampilan motorik yang berbeda memainkan peran yang berbeda pula dalam penyesuaian sosial dan pribadi anak untuk memperoleh kemandiriannya. Kemandirian yang terasah akan menimbulkan rasa kebahagiaan dan rasa percaya diri bagi anak. Sebaliknya ketergantungan menimbulkan kekecewaan dan ketidakpuasan diri. Keterampilan motorik juga berfungsi untuk mendapatkan penerimaan sosial yang memungkinkan anak memerankan peran kepemimpinannya.

Fungsi pengembangan motorik halus anak menurut Elizabeth B. Hurlock (1978: 163) yaitu sebagai berikut:

a. Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang. Seperti anak merasa senang dengan


(14)

14

memiliki keterampilan memainkan boneka, makan, berpakaian, dan memainkan alat-alat mainannya.

b. Melalui keterampilan motorik, anak dapat bergerak bebas dari satu tempat ke tempat lainnya, dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya. Kondisi ini akan menunjang perkembangan rasa percaya diri. c. Melalui keterampilan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya

dengan lingkungan sekolah. Pada usia taman kanak-kanak atau usia kelas awal sekolah dasar, anak sudah dapat dilatih menggambar, melukis, dan persiapan menulis.

Sejalan dengan hal itu Sumantri (2005: 146) mengemukakan bahwa fungsi pengembangan keterampilan motorik halus adalah mendukung aspek perkembangan lainnya seperti aspek perkembangan kognitif dan aspek perkembangan bahasa serta aspek perkembangan sosial karena pada hakekatnya setiap pengembangan tidak dapat terpisahkan satu sama lain.

Hal yang hampir sama dikemukakan oleh Yudha M Saputra dan Rudyanto (2005: 116) bahwa fungsi pengembangan keterampilan motorik halus yaitu :

a. Sebagai alat untuk mengembangkan keterampilan gerak kedua tangan.

b. Sebagai alat untuk mengembangkan koordinasi kecepatan tangan dengan gerakan mata.

c. Sebagai alat untuk melatih penguasaan emosi.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi keterampilan motorik halus erat kaitannya dengan keterampilan hidup anak untuk memposisikan diri pada kehidupan yang lebih baik serta mendukung


(15)

15

aspek perkembangan lain seperti aspek perkembangan kognitif, aspek perkembangan bahasa dan aspek perkembangan sosial.

4. Pendekatan Pengembangan Motorik Halus

Sumantri (2005: 148) mengemukakan bahwa pendekatan pengembangan motorik halus anak usia Taman Kanak-kanak hendaknya memperhatikan beberapa prinsip sebagai berikut:

a. Berorientasi pada kebutuhan anak

Kegiatan pengembangan AUD harus senantiasa berorientasi pada kebutuhan anak. Anak usia dini adalah masa yang sedang membutuhkan stimulasi secara tepat untuk mencapai optimalisasi seluruh aspek pengembangan baik fisik maupun psikis.

b. Belajar sambil bermain

Upaya stimulasi yang diberikan pendidik terhadap anak usia dini (4-6 tahun) hendaknya dilakukan dalam situasi yang menyenangkan. Menggunakan pendekatan bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan dan memanfaatkan objek-objek yang dekat dengannya sehingga diharapkan kegiatan akan lebih bermakna.

c. Kreatif dan inovatif

Aktivitas kreatif dan inovatif dapat dilakukan oleh pendidik melalui kegiatan-kegiatan yang menarik, membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk berfikir kritis, dan menemukan hal-hal baru.


(16)

16 d. Lingkungan kondusif

Lingkungan harus diciptakan sedemikian menarik, sihingga anak akan betah. Lingkungan fisik hendaknya memperhatikan keamanan dan kenyamanan anak dalam bermain. Penataan ruang harus disesuaikan dengan ruang gerak anak.

e. Tema

Jika kegiatan yang dilakukan memanfaatkan tema, maka pemilihan tema hendaknya disesuaikan dari hal-hal yang paling dekat dengan anak, sederhana, dan menarik minat anak. Penggunaan tema dimaksudkan agar anak mampu mengenali berbagai konsep secara mudah dan jelas.

f. Mengembangkan keterampilan hidup

Proses pembelajaran perlu diarahkan untuk pengembangan keterampilan hidup. Pengembangan keterampilan hidup didasarkan dua tujuan yaitu :

a) Memiliki kemampuan untuk menolong diri sendiri (self help), disiplin, dan sosialisasi.

b) Memiliki bekal keterampilan dasar untuk melanjutkan pada jenjang selanjutnya.

g. Menggunakan kegiatan terpadu

Kegiatan pengembangan hendaknya dirancang dengan menggunakan model pembelajaran terpadu dan beranjak dari tema yang menarik minat anak (center of interest).


(17)

17

h. Kegiatan berorientasi pada prinsip-prinsip perkembangan anak

a) Anak belajar dengan sebaik-baiknya apabila kebutuhan fisiknya terpenuhi serta merasakan aman dan tentram secara psikologis

b) Siklus belajar anak selalu berulang

c) Anak belajar melalui interaksi sosial dengan orang dewasa dan anak-anak lain

d) Minat anak dan keingintahuannya memotivasi belajarnya

e) Perkembangan dan belajar anak harus memperhatikan perbedaan individual.

Selain prinsip-prinsip di atas, menurut Departemen Pendidikan Nasional tahun 2007, untuk mengembangkan motorik halus anak usia Taman Kanak-kanak perlu memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut.

a. Memberikan kebebasan ekspresi pada anak

Ekspresi adalah proses penungkapan perasaan dan jiwa secara jujur dan langsung dalam diri anak.

b. Melakukan pengaturan waktu, tempat dan media agar dapat merangsang anak untuk kreatif

Kreativitas merupakan kemampuan mencipta sesuatu yang baru yang bersifat asli dari dirinya sendiri. Untuk mendukung anak dalam merangsang kreativitasnya perlu dialokasikan waktu, tempat, dan media.

c. Memberikan bimbingan kepada anak untuk menemukan teknik/cara yang baik dalam melakukan kegiatan dengan berbagai media


(18)

18

Anak menggunakan berbagai macam/alat dan bahan sehingga perlu kiranya anak mendapatkan contoh dan menguasai berbagai cara menggunakan alat-alat tersebut.

d. Menumbuhkan keberanian anak dan hindarkan petunjuk yang dapat merusak keberanian dan perkembangan anak

Hindari komentar negatif ketika melihat hasil karya motorik halus anak, begitu pula kata-kata yang membatasi berupa larangan atau petunjuk yang terlalu banyak serta labeling kepada anak.

e. Membimbing anak sesuai dengan kemampuan dan taraf perkembangan

Memperhatikan apa dan bagaimana bimbingan serta stimulasi yang dapat diberikan kepada anak sesuai dengan usia perkembangannya.

f. Memberikan rasa gembira dan ciptakan suasana yang menyenangkan pada anak

Anak akan melakukan kegiatan dengan seoptimal mungkin jika ia berada dalam kondisi psikologis yang baik, yaitu dalam suasana yang menyenangkan hatinya tanpa ada tekanan.

g. Melakukan pengawasan menyeluruh terhadap pelaksanaan kegiatan

Dalam mengembangkan kegiatan motorik halus orang dewasa harus memberikan perhatian yang memadai pada anak agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

B.Karakteristik Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 5-6 Tahun

John W. Santrock (2007:217) menyatakan bahwa anak usia 5-6 tahun koordinasi gerakan motorik halus berkembang pesat. Pada masa ini anak telah


(19)

19

mampu mengkoordinasikan gerakan visual motorik, seperti mengkoordinasikan gerakan mata tangan, lengan, dan tubuh secara bersama.

Sejalan dengan hal di atas, Yudha M. Saputra (2005:120) mengemukakan bahwa keterampilan motorik halus anak usia 5-6 tahun yaitu anak mampu menempel, mengerjakan puzzle, menjahit sederhana, mewarnai dengan rapi, mengisi pola sederhana, mengancingkan baju, menggambar dengan gerakan naik turun, menarik garis lurus dan lengkung, serta mampu melipat kertas.

Hal yang sama juga dikemukakan oleh Bambang Sujiono (2012: 3.22) bahwa anak usia 5-6 tahun perkembangan gerak anak yaitu anak mampu menempel, mengerjakan puzzle, mencoblos kertas dengan pensil, mewarnai dengan rapi, mengancingkan baju, menggambar gerakan naik turun, menarik garis (lurus, lengkung, miring) dan melipat kertas.

Caughlin (Sumantri, 2005:105) menunjukkan sejumlah indikator perkembangan keterampilan motorik halus anak usia dini berdasarkan kronologis usia. Untuk anak usia 5-6 tahun yaitu sebagai berikut:

1. Anak usia 5 tahun

a. Menulis nama depan.

b. Membangun menara setinggi 12 kotak. c. Mewarnai dengan garis-garis.

d. Memegang pensil dengan benar antara ibu jari dan dua jari. e. Mengambar orang beserta rambut dan hidung.

f. Menjiplak persegi panjang dan segitiga. g. Memotong bentuk-bentuk sederhana. 2. Anak usia 6 tahun

a. Menggambar orang termasuk :leher, tangan, dan mulut. b. Menjiplak gambar wajik.

Bredekamp & Copple (M. Ramli, 2005:191) mengemukakan bahwa anak usia TK dapat melakukan berbagai kemampuan dalam beberapa bidang


(20)

20

perkembangan, berikut bidang perkembangan motorik halus anak usia 5-6 tahun yaitu:

a. Memukul paku dengan kepala palu;menggunakan gunting dan obeng tanpa bantuan.

b. Membangun kerangka balok tiga dimensi;mengerjakan 10-15 buah teka-teki dengan mudah.

c. Suka melepas benda-benda dan merangkainya kembali serta melepas dan memasangkan baju boneka.

d. Memiliki pemahaman dasar tentang kanan dan kiri tetapi mencampurnya pada suatu saat.

e. Menyalin berbagai bentuk; mengkombinasikan dua bentuk geometri atau lebih dalam gambar dan konstruksi.

f. Menggambar orang; mencetak huruf secara kasar tetapi kebanyakan dapat dikenal oleh orang dewasa, termasuk konteks atau pemandangan dalam gambar;mencetak nama pertama.

g. Membuka resleting mantel;memasang kancing dengan baik;mengikat sepatu dengan bantuan orang dewasa;berpakaian dengan cepat.

h. Memegang pensil, sikat, atau krayon seperti pegangan orang dewasa antara ibu jari dan telunjuk.

i. Dapat menyalin lingkaran, silang, dan empat persegi. j. Dapat memasang benang jarum besar.

Hal yang hampir sama juga dikemukakan Martini Jamaris (2005:14-15) bahwa keterampilan motorik halus anak usia 5-6 tahun menyangkut koordinasi gerakan jari-jari tangan dalam melakukan berbagai aktivitas diantaranya adalah :

a. Dapat menggunakan gunting untuk memotong kertas. b. Dapat memasang dan membuka kancing dan resleting.

c. Dapat menahan kertas dengan satu tangan, sementara tangan yang lain digunakan untuk menggambar, menulis atau kegiatan lainnya.

d. Dapat memasukkan benang ke dalam jarum.

e. Dapat mengatur (meronce) manik-manik dengan benang dan jarum. f. Dapat melipat kertas untuk dijadikan suatu bentuk.

g. Dapat menggunting kertas sesuai dengan garis, dan lain-lain.

Dari berbagai pendapat di atas bahwa karakteristik motorik halus anak usia 5-6 tahun diantaranya adalah anak mampu mengkoordinasikan mata dan tangan. Contohnya seperti menempel dan mengisi pola sederhana.


(21)

21 C.Kolase

1. Pengertian Kolase

Sumanto (2005:93) mengemukakan bahwa kolase berasal dari bahasa Perancis (Collage) yang berarti merekat. Kolase adalah kreasi aplikasi yang dibuat dengan menggabungkan teknik melukis (lukisan tangan) dengan menempelkan bahan-bahan tertentu. Bahan yang digunakan untuk berkreasi kolase tidak hanya terbatas seperti halnya mosaik dan montase namun bisa menggunakan aneka jenis bahan. Bahan kolase bisa berupa bahan alam, bahan buatan, bahan setengah jadi, bahan jadi, bahan sisa/bekas, dan sebagainya.

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, kolase adalah komposisi artistik yang dibuat dari berbagai bahan (kain, kertas, kayu) yang ditempelkan pada permukaan gambar (Depdiknas:2001,580). Hal yang hampir sama juga dikemukakan Hajar Pamadhi (2008:5.4) bahwa kolase yaitu merupakan karya seni rupa dua dimensi yang menggunakan bahan yang bermacam-macam selama bahan dasar tersebut dapat dipadukan dengan bahan dasar lain yang akhirnya dapat menyatu menjadi karya yang utuh dan dapat mewakili ungkapan perasaan estetis orang yang membuatnya.

Nancy Beal (2003: 93) mengemukakan bahwa menempel merupakan salah satu kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengembangkan keterampilan motorik halus pada anak. Menempel sering disebut kolase. Kegiatan menempel adalah salah satu kegiatan yang menarik minat anak-anak karena berkaitan dengan meletakkan dan merekatkan sesuatu sesuka mereka. Dari pengertiannya, kolase adalah penyusunan berbagai bahan pada sehelai kertas


(22)

22

yang datar. Bahan yang digunakan untuk direkatkan terdiri dari berbagai bentuk kertas, kain, bahan-bahan bertekstur dan benda-benda menarik lainnya, bisa 2 dimensi atau 3 dimensi.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan kolase adalah kegiatan menempelkan, merekatkan, dan meletakkan sesuatu pada selembar kertas datar dan bahan yang digunakan bisa bermacam-macam jenisnya seperti bahan alam, bahan buatan, bahan setengah jadi, bahan jadi, bahan sisa/bekas, dan sebagainya. Kegiatan kolase dalam penelitian ini adalah kegiatan kolase menggunakan bahan bekas dan bahan alam dimana anak akan menempelkan atau menyusun berbagai bahan bekas seperti ampas kelapa yang sudah diwarnai, kulit telur, biji-bijian dan kertas bekas pada pola yang sudah disediakan pada selembar kertas.

2. Jenis-jenis Kolase

Cut Kamaril (2003:4.60), mengatakan bahwa ada beberapa jenis-jenis kolase, diantaranya sebagai berikut :

a. Kolase dari bahan buatan

Bahan buatan adalah bahan yang diolah dari bahan yang telah ada seperti kertas, plastik, kapas, manik-manik, yang sebelum ditempelkan dibentuk terlebih dahulu.

b. Kolase dari bahan alam

Kolase ini dibuat dari bahan alami seperti biji-bijian, daun kering, batu, kerang, dan lain-lain. Selain bahan alam telah membawa warna dan tekstur alami, bentuk yang bagus dan hampir seragam juga mudah ditemui di sekitar lingkungan.


(23)

23

Pembuatan kolase dengan bahan alam cukup membersihkannya lalu membentuk dan menempelkannya.

c. Kolase dari bahan bekas

Kolase dari bahan bekas ini dibuat dengan cara memanfaatkan bahan sisa atau bahan bekas yang terdapat dilingkungan sekitar kita. Misalnya botol bekas, tutup botol, atau kaleng, kardus, koran, kulit telur, ampas kelapa dan lain-lain. Barang limbah yang bersih dapat dimanfaatkan asalkan bahan itu ada dilingkungan sekitar kita. Bahan yang baik yaitu bahan yang berwarna, mudah dibentuk atau dipotong dan mudah dilem. Dengan kemudahan itu akan lebih mudah membuat kolase.

Berdasarkan jenis-jenis kolase di atas, pada penelitian ini menggunakan jenis kolase dari bahan bekas dan bahan alam karena menggunakan bahan seperti ampas kelapa yang sudah diberi warna, sobekan kertas bekas, kulit telur dan biji-bijian.

3. Manfaat Kolase

Nancy Beal (2003:99) mengemukakan bahwa menempel sering disebut kolase. Kegiatan menempel dapat mengembangkan kemampuan motorik halus, mampu memecahkan masalah, mengembangkan kreativitas dan imajinasi, dan dapat mengembangkan kemampuan berkomunikasi pada anak.

Hal yang sama juga dikemukakan oleh Sumanto (2006:94), bahwa manfaat kolase yaitu dapat meningkatkan perkembangan otak, bahasa, dan melatih kemampuan motorik halus pada anak.


(24)

24

Berdasarkan pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa kegiatan kolase merupakan kegiatan yang berperan dalam pengembangan keterampilan motorik halus pada anak.

4. Bahan dan Peralatan Membuat Kolase

Sumanto (2005:94) mengemukakan bahwa untuk siswa TK dapat diberikan latihan membuat kolase dengan menggunakan bahan sobekan/potongan kertas koran, kertas majalah, kalender, kertas lipat, kertas berwarna atau bahan-bahan alam yang tersedia dilingkungan sekitar sekolah.

Hal yang hampir serupa juga dikemukakan Hajar Pamadhi (2008:5.39) bahwa bahan dan alat untuk karya kolase di Taman Kanak-kanak yaitu dapat berbahan kertas, kain, gabus, lem, daun kering, sedotan, gelas bekas aqua, potongan kayu dadu, benang, biji-bijian, sendok plastik, karet, manik-manik, atau masih banyak media lainnya. Alat yang digunakan yaitu gunting khusus anak-anak dan penggaris.

Berdasarkan pendapat di atas bahwa bahan yang dapat digunakan untuk membuat kolase bisa menggunakan bahan alam, bahan bekas dan lain sebagainya. Kemudian alat yang dibutuhkan yaitu gunting dan kertas serta lem yang aman untuk anak. Dalam penelitian ini bahan yang digunakan untuk membuat kolase adalah menggunakan bahan bekas dan bahan alam seperti koran bekas, majalah bekas, kulit telur, ampas kelapa yang sudah diberi warna dan biji-bijian. Sedangkan alat yang dibutuhkan yaitu lem yang aman bagi anak dan kertas yang sudah diberi pola.


(25)

25 5. Langkah Kerja Membuat Kolase

Sumanto (2005:94) mengemukakan bahwa langkah-kerja membuat kolase adalah sebagai berikut :

a. Persiapan, yaitu mengumpulkan dan memilih jenis bahan yang akan dibuat kolase, mempersiapkan bidang dasaran, peralatan dan bahan pembantu.

b. Pelaksanaan yang meliputi langkah kerja : melakukan penyusunan sementara, dilanjutkan dengan penyusunan tetap dengan cara merekatkan bagian-bagian bahan yang dipilih pada bidang dasaran, dan penyelesaiannya yaitu dengan memberikan warna cat agar hasil lebih bagus.

Sejalan dengan hal di atas, Priyanto (2010:11) mengemukakan bahwa langkah-langkah yang harus dilakukan dalam keterampilan kolase dari melepas bahan, mengenali bentuk bahan, cara menempel yang baik, memilih bahan, dan seterusnya. Bila anak belum memahami dengan baik, ulangi lagi penjelasannya sampai dia benar-benar memahami. Biasanya kalau sudah paham, anak akan dengan mudah mengerjakan kolase sendiri.

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah dalam membuat kolase yaitu menyediakan alat dan bahan, memberi contoh cara mengerjakan dan latihan hendaknya dilakukan secara berulang-ulang.

Langkah-langkah yang dilakukan anak untuk membuat kolase dalam penelitian ini yaitu:

1) Anak dikenalkan pada bahan yang akan digunakan untuk membuat kolase 2) Anak membuat kolase di mulai dari anak mengambil lem dan


(26)

26

3) Anak mengambil bahan kolase yang sudah dipersiapkan kemudian menempelkan satu persatu bahan kolase yang ada pada pola gambar yang sudah diberi lem.

6. Langkah-langkah Pembelajaran Kolase

Dalam penelitian ini langkah-langkah pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan motorik halus anak melalui kegiatan kolase yaitu :

a. Guru menyiapkan alat dan bahan untuk membuat kolase seperti pola gambar, potongan kertas bekas, ampas kelapa yang sudah diberi warna, kulit telur, biji-bijian dan lem kertas.

b. Guru menjelaskan mengenai kegiatan kolase yang akan dilakukan pada hari ini.

c. Guru menjelaskan bahan apa saja yang akan digunakan untuk membuat kolase. d. Guru menjelaskan cara membuat kolase dari bahan-bahan kolase yang sudah

dipersiapkan hari ini.

e. Guru mempraktekkan cara membuat kolase mulai dari memberikan lem pada pola gambar yang ada dan menempelkan bahan-bahan kolase yang ada pada pada pola gambar yang sudah diberi lem.

f. Anak membuat kolase dimulai dari anak mengambil lem dan mengoleskan lem pada pola gambar yang sudah ada.

g. Anak mengambil bahan kolase yang sudah dipersiapkan kemudian menempelkan satu persatu bahan kolase yang ada pada pola gambar yang sudah diberi lem.


(27)

27 7. Kelebihan Kolase

Dalam penelitian yang dilakukan oleh V. Abriastanti tahun 2012 yang berjudul Studi Komparatif Efektivitas Penggunaan Metode Inkuiri Berbantuan Media Kolase dengan Metode Inkuiri Berbantuan Media Picture dalam Pembelajaran IPA Pada Siswa, adapun kelebihan dengan menggunakan media kolase dalam pembelajaran diantaranya sebagai berikut:

a. Dalam media kolase bahan yang digunakan mudah didapatkan seperti memanfaatkan kertas bekas atau barang-barang lain yang sudah tidak terpakai. b. Media kolase juga dapat berperan sebagai bentuk hiburan bagi anak, sebagai

imbangan mata pelajaran yang sedang dilaksanakan.

c. Dengan media kolase dalam pembelajaran dapat mengembangkan kreatifitas siswa dan pembelajaran tidak menjadi membosankan lagi, sehingga siswa lebih berani dalam mengeksplorasi ide-ide kreatif, bahan dan teknik untuk menghasilkan karya kolase unik.

d. Dengan bermain dengan media kolase siswa dapat melatih konsentrasi. Pada saat melepas dan menempel dibutuhkan pula koordinasi pergerakan tangan dan mata. Koordinasi ini sangat baik untuk merangsang pertumbuhan otak dimasa yang sangat pesat.

e. Melatih memecahkan masalah, kolase merupakan sebuah masalah yang harus diselesaikan anak. Tetapi bukan masalah sebenarnya, melainkan sebuah permainan yang harus dikerjakan anak. Masalah yang mengasyikkan yang membuat anak tanpa sadar sebenarnya sedang dilatih untuk memecahkan


(28)

28

sebuah masalah. Hal ini akan memperkuat kemampuan anak untuk keluar dari permasalahannya.

D.Kerangka Berpikir

Anak usia 5-6 tahun masih berada pada masa keemasan (golden age) yang membutuhkan banyak stimulasi untuk mengoptimalkan seluruh aspek perkembangan (Slamet Suyanto, 2005:6). Salah satu perkembangan yang perlu dioptimalkan ialah aspek perkembangan motorik khususnya motorik halus. Motorik halus merupakan gerakan yang hanya melibatkan tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil serta memerlukan koordinasi mata dan tangan, kecermatan, ketepatan dan kerapian. Keterampilan motorik halus anak perlu distimulasi agar anak tidak mengalami kesulitan dalam mengkoordinasikan gerakan tangan dan jari jemarinya secara fleksibel. Keterampilan motorik halus ini sangat diperlukan oleh anak dalam kesiapan untuk menulis.

Berdasarkan hasil observasi yang sudah dilakukan, anak kelompok B di TK PKK Kartini Padokan Kidul masih mengalami kesulitan saat mengikuti kegiatan yang melibatkan keterampilan motorik halus. Untuk meningkatkan keterampilan motorik halus pada anak diperlukan suatu kegiatan yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak. Kegiatan tersebut salah satunya adalah dengan kegiatan kolase.

Kegiatan kolase merupakan kegiatan yang berperan dalam pengembangan keterampilan motorik halus. Salah satu jenis kegiatan kolase yaitu kegiatan kolase menggunakan bahan bekas dan bahan alam. Kegiatan kolase menggunakan bahan bekas dan bahan alam merupakan kegiatan menempelkan


(29)

29

atau menyusun berbagai bahan bekas dan bahan alam seperti ampas kelapa yang sudah diwarnai, kulit telur, sobekan kertas bekas, dan biji-bijian pada pola yang sudah disediakan pada selembar kertas. Dalam kegiatan kolase dengan menggunakan bahan bekas dan bahan alam ini anak diminta untuk mengisi pola sederhana dengan sobekan kertas, ampas kelapa, kulit telur dan biji-bijian.

Penggunaan kegiatan kolase dalam pembelajaran dapat membantu anak melatih keterampilan tangan dan jari jemari. Ketika anak mengisi pola sederhana dengan berbagai bahan tersebut anak berlatih keterampilan seperti memegang, menempel dan menaburkan ampas kelapa pada pola sederhana. Sehingga dengan anak melakukan kegiatan kolase ini diharapkan keterampilan motorik halus pada anak semakin meningkat.

Alur berpikir dalam penelitian ini dapat diperjelas menggunakan gambar berikut:

Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir Anak kelompok B

mengalami kesulitan dalam

mengikuti kegiatan yang

melibatkan keterampilan motorik halus

Penerapan kegiatan

kolase

Peningkatan keterampilan motorik halus

melalui kegiatan kolase


(30)

30 E.Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan sebelumnya maka dapat diajukan hipotesis dalam penelitian ini yaitu keterampilan motorik halus dapat ditingkatkan melalui kegiatan kolase pada anak kelompok B di TK PKK Kartini Padokan Kidul, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul.


(31)

31 BAB III

METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas. Menurut Sa’dun Akbar (2010:28) Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah proses investigasi terkendali untuk menemukan dan memecahkan masalah pembelajaran di kelas, proses pemecahan masalah tersebut dilakukan secara siklus dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil pembelajaran di kelas tertentu.

Wina Sanjaya (2010:99) mengemukakan bahwa jenis penelitian kolaboratif yaitu hadirnya suatu kerja sama dangan pihak-pihak lain seperti atasan, teman sejawat, atau guru dengan peneliti. Dalam penelitian kolaboratif ini guru hanya berperan sebagai anggota tim peneliti yang berfungsi untuk melaksanakan tindakan seperti yang telah dirancang oleh peneliti.

Dalam penelitian tindakan kelas ini dikemas dalam bentuk penelitian tindakan kelas kolaboratif dengan bekerjasama dengan guru kelas dalam merencanakan, mengobservasi, dan merefleksikan tindakan yang telah dilakukan. Dengan demikian, sejak perencanaan penelitian peneliti senantiasa terlibat, selanjutnya peneliti memantau, mengumpulkan data, menganalisis data serta melaporkan hasil penelitian dengan dibantu kolaborator.

B.Desain Penelitian

Penelitian tindakan kelas yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan modifikasi model penelitian dari Kemmis dan Mc. Taggart (Wijaya & Dedi, 2011: 21) yang meliputi empat komponen diantaranya: perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan, dan refleksi (reflection) dalam suatu


(32)

32

sistem spiral yang saling terkait antara langkah satu dengan langkah berikutnya yang secara singkat akan dapat digambarkan seperti berikut:

Keterangan :

0. Pre Action (Pra Tindakan) 1.Plan (perencanaan)

2. Act & observe (pelaksanaan dan observasi) 3. Reflect (refleksi)

4. Revised plan (revisi perencanaan)

Gambar 2. PTK model spiral Kemmis & Mc. Taggart (Sumber: Wijaya Kusumah & Dedi Dwitagama, 2011:21)

Berdasarkan gambar di atas, setiap siklus terdiri dari empat kegiatan yang terdiri dari:

Siklus I

1. Perencanaan

Rencana penelitian tindakan umumnya bersifat fleksibel. Artinya rencana penelitian ini telah tersusun dan terencana, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk mengalami perubahan sesuai keadaan yang terjadi. Sebagai tahap persiapan, peneliti melakukan observasi mengenai keadaan sekolah secara umum, kegiatan


(33)

33

pembelajaran yang dilakukan dan sarana pendukung yang digunakan dalam pembelajaran. Hasil observasi digunakan sebagai dasar bagi peneliti untuk melakukan tindakan yang akan dilakukan dalam penyusunan perencanaan. Hal-hal yang perlu direncanakan anatara lain:

a. Menyusun Rencana Kegiatan Harian (RKH) bersama dengan guru kelas kelompok B TK PKK Kartini Padokan Kidul yang kemudian RKH tersebut digunakan sebagai acuan dalam penyampaian pembelajaran yang akan dilaksanakan.

b. Menyiapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian. c. Menyiapkan lembar observasi pelaksanaan pembelajaran untuk setiap

pertemuan.

2. Pelaksanaan tindakan

Pelaksanaan dilakukan dalam pembelajaran seperti biasa sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Dalam pelaksanaan ini guru dan peneliti merekam semua yang terjadi dalam pembelajaran baik dalam bentuk catatan maupun hasil karya anak guna dijadikan data yang akan digunakan sebagai bahan refleksi dan evaluasi.

3. Observasi

Pelaksanaan observasi dilakukan selama kegiatan kolase berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang sudah dipersiapkan. Pengamatan dalam proses kegiatan kolase dilakukan oleh peneliti untuk mengamati perubahan keterampilan motorik halus yang ada pada diri anak pada saat melakukan kegiatan


(34)

34

kolase. Kegiatan tersebut dilakukan untuk mengumpulkan data-data yang akan diolah untuk menentukan tindakan yang akan dilaksanakan selanjutnya.

4. Refleksi

Data yang diperoleh pada lembar observasi dianalisis dan dievaluasi, yang bertujuan untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan selama proses pembelajaran. Pelaksanaan refleksi ini berupa diskusi antara peneliti dan guru kelas dengan melakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan. Evaluasi yang dilakukan dijadikan sebagai acuan mencari jalan keluar untuk mengatasi permaslahan yang terjadi sehingga dapat disusun rencana tindakan pada siklus selanjutnya apabila diperlukan.

Siklus II

Siklus kedua ini dilaksanakan apabila pada pelaksanaan siklus pertama belum mencapai indikator keberhasilan yang diinginkan. Kegiatan yang dilaksanakan pada siklus kedua ini bertujuan untuk memperbaiki permasalahan-permasalahan yang terjadi atau ditemukan pada siklus pertama. Tahap-tahap yang dilakukan pada siklus kedua ini juga sama dengan tahap-tahap yang dilaksanakan pada siklus pertama. Keterampilan motorik halus anak pada kegiatan kolase pada siklus kedua diharapkan dapat mencapai hasil yang lebih optimal daripada siklus pertama.

C.Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan dikelas dan ditujukan untuk anak kelompok B TK PKK Kartini Padokan Kidul.


(35)

35 2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan selama 1 sampai 2 bulan pada semester ganjil tahun ajaran 2014/2015.

D.Subyek Penelitian

Suharsimi Arikunto (2010:99) mengemukakan bahwa subyek penelitian adalah benda, hal atau orang tempat variabel melekat. Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah anak-anak kelompok B. Subyek penelitian ini adalah siswa kelompok B TK PKK Kartini Padokan Kidul yang berjumlah 10 siswa yang terdiri dari 4 laki-laki dan 6 perempuan. Anak-anak tersebut berada pada rentang usia 5-6 tahun.

E.Metode Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi. Observasi yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada pendapat Rochiati Wiriaatmadja (2006: 107) yaitu observasi partisipasi lengkap yang artinya dalam melakukan pengumpulan data, peneliti terlibat sepenuhnya dalam pembelajaran yang dilakukan sumber data. Observasi atau pengamatan dilaksanakan saat sebelum ada tindakan dalam pembelajaran yang bertujuan mengetahui keterampilan motorik halus pada anak, kemudian pada saat proses pembelajaran setelah ada tindakan yang tujuannya untuk mengetahui perubahan-perubahan keterampilan motorik halus dari anak yang diharapkan sesuai dengan tujuan. Serta pada saat terakhir proses pembelajaran dalam penelitian untuk mengetahui keterampilan motorik halus akhir anak setelah beberapa proses tindakan pembelajaran.


(36)

36 F. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen penelitian menurut Wina Sanjaya (2010:84) adalah alat yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi.

Lembar observasi merupakan catatan tentang perkembangan yang dilakukan dalam proses pembelajaran. Pencatatan dan pengambilan data dilakukan pada saat proses pembelajaran berupa observasi dengan menggunakan

checklist dengan diskriptif keterampilan yang diharapkan dicapai anak.

Adapun lembar obsevarsi yang digunakan adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Lembar Observasi Keterampilan Motorik Halus Anak

No Nama Keterampilan Motorik Halus Anak Skor total

Ketepatan Kerapian

0 1 2 3 0 1 2 3

1. 2. 3. 4. Dst.

Keterangan: pengisian dengan cara checklist (√)

Adapun kisi-kisi instrumen keterampilan motorik halus anak melalui kegiatan kolase adalah sebagai berikut :

Tabel 2. Kisi-Kisi Observasi

Variabel Aspek-Aspek

Motorik Halus

Indikator Deskripsi

Keterampilan Motorik Halus Anak

Ketepatan Dapat mengisi dan

menempelkan bahan kolase dengan tepat sesuai dengan pola yang tersedia

Anak dapat mengisi dan menempelkan bahan kolase dengan tepat sesuai dengan pola yang tersedia

Kerapian Mampu mengisi dan

menempelkan bahan kolase dengan rapi sesuai dengan pola yang tersedia

Anak mampu mengisi dan menempelkan bahan kolase dengan rapi sesuai dengan pola yang tersedia


(37)

37

Adapun kriteria penilaian keterampilan motorik halus anak adalah sebagai berikut ini :

Tabel 3. Kriteria Penilaian Keterampilan Motorik Halus Anak

No Aspek yang diamati Skor Deskripsi Kriteria Keterangan 1. Dapat mengisi dan

menempelkan bahan kolase dengan tepat sesuai dengan pola yang tersedia

3 Jika anak sudah dapat

mengisi dan

menempelkan bahan kolase dengan tepat dan cepat sesuai dengan pola yang tersedia

BSB Anak dapat mengisi dan menempelkan bahan kolase dengan tepat dan cepat sesuai dengan pola yang tersedia

2 Jika anak sudah dapat

mengisi dan

menempelkan bahan kolase dengan tepat sesuai dengan pola yang tersedia

BSH Anak dapat mengisi dan menempelkan bahan kolase dengan tepat sesuai pola yang tersedia

1 Jika anak sudah dapat

mengisi dan

menempelkan bahan kolase sesuai dengan pola yang tersedia dengan bantuan guru

MB Anak dapat mengisi dan menempelkan bahan kolase sesuai pola yang tersedia dengan bantuan guru 0 Jika anak sama sekali

belum dapat mengisi dan menempelkan bahan kolase

BB Anak belum dapat

mengisi dan

menempelkan bahan kolase

2. Mampu mengisi dan menempelkan bahan kolase dengan rapi sesuai dengan pola yang tersedia

3 Jika anak mampu

mengisi dan

menempelkan bahan kolase dengan rapi dan tepat sesuai dengan pola yang tersedia

BSB Anak mampu mengisi dan menempelkan bahan kolase dengan rapi dan tepat sesuai dengan pola yang tersedia

2 Jika anak mampu

mengisi dan

menempelkan bahan kolase dengan rapi sesuai dengan pola yang tersedia

BSH Anak mampu mengisi dan menempelkan bahan kolase dengan rapi sesuai dengan pola yang tersedia

1 Jika anak mampu

mengisi dan

menempelkan bahan kolase sesuai pola dengan bantuan guru

MB Anak mampu mengisi dan menempelkan bahan kolase sesuai pola yang tersedia dengan bantuan guru 0 Jika anak belum

mampu mengisi dan menempelkan bahan kolase

BB Anak belum mampu

mengisi dan

menempelkan bahan kolase


(38)

38 G.Teknik Analisis Data

Wina Sanjaya (2010:106-107) mengemukakan bahwa analisis data dilakukan untuk mengolah dan menginterpretasikan data untuk memperoleh informasi yang bermakna dan jelas sesuai dengan tujuan penelitian. Kegiatan analisis data dalam penelitian tindakan kelas bertujuan untuk membuktikan tentang ada tidaknya perbaikan yang dihasilkan setelah dilakukan penelitian. Dengan adanya analisis data, maka dapat diketahui seberapa besar mengenai peningkatan kualitas pembelajaran.

Analisis data dapat dilakukan dengan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Wina Sanjaya (2010:106) mengatakan bahwa analisis data kualitatif digunakan untuk menentukan peningkatan proses belajar khususnya berbagai tindakan yang dilakukan guru sedangkan analisis data kuantitatif digunakan untuk menentukan peningkatan hasil belajar peserta didik sebagai pengaruh dari setiap tindakan yang dilakukan guru.

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan teknik deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Penghitungan data kuantitatif adalah dengan menghitung rata-rata keterampilan motorik halus anak berdasarkan skor yang diperoleh dari data lembar observasi peserta didik saat kegiatan kolase sedang berlangsung.

Untuk mengetahui ketuntasan belajar data di analisa dengan menggunakan statistik deskriptif sederhana dengan rumus sebagai berikut (Acep Yoni, 2010:176):


(39)

39

Kemudian data tersebut diinterpretasikan ke dalam lima tingkatan, menurut Suharsimi Arikunto (2005:44) yaitu:

a. Kriteria sangat baik, yaitu 81%-100% b. Kriteria baik, yaitu 61%-80%

c. Kriteria cukup, yaitu 41%-60%

d. Kriteria kurang baik, yaitu 21% - 40% e. Kriteria kurang sekali yaitu 0%-20% H.Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah meningkatnya keterampilan motorik halus anak. Peningkatan keterampilan motorik halus anak dapat dilihat dari 80% (8 anak) dari 10 anak kelompok B di TK PKK Kartini Padokan Kidul berada dalam kriteria baik.


(40)

40 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian

1. Data Awal Sebelum Penelitian a. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di TK PKK Kartini Padokan Kidul, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul. Penelitian dilaksanakan pada tahun ajaran 2014/2015, sekolah ini mempunyai 2 ruang kelas terdiri dari kelompok A dan kelompok B. Jumlah anak didik TK PKK Kartini keseluruhan ada 22 anak, kelompok A 12 anak dan kelompok B 10 anak. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian pada anak kelompok B yang terdiri dari 4 anak laki-laki dan 6 anak perempuan.

Dalam pembelajaran dikelas, di TK PKK Kartini menggunakan acuan kurikulum 2010. Suasana kelas juga sudah cukup kondusif bagi siswa karena halaman yang cukup luas dan fasilitas cukup memadai untuk melakukan aktivitas mengajar. Lingkungan sekitar sekolah cukup tenang karena berada di dekat persawahan dan agak jauh dari keramaian jalan raya sehingga membantu anak lebih tenang dalam kegiatan pembelajaran.

Sarana dan prasarana yang ada di TK PKK Kartini meliputi kantor kepala sekolah, ruang kelas, kamar mandi, dapur, dan gudang. Sarana pembelajaran cukup baik dan lengkap yang pengadaannya disesuaikan dengan kebutuhan dan usia anak. Ruang kelas di TK PKK Kartini ini juga sudah cukup memadai untuk melakukan proses kegiatan pembelajaran, karena ruang kelas sudah diberikan ventilasi udara yang cukup. Sedangkan sarana bermain di luar terdiri dari


(41)

41

bermacam mainan diantaranya papan luncur, ayunan, jungkitan, jaring laba-laba dan terowongan. Guru di TK PKK Kartini berjumlah 2 orang.

b. Hasil Observasi Keterampilan Motorik Halus

Berdasarkan hasil observasi yang sudah dilakukan peneliti, di Kelompok B TK PKK Kartini sebanyak 8 dari 10 anak masih kesulitan dalam mengikuti kegiatan yang melibatkan keterampilan motorik halus seperti saat kegiatan menggunting, menempel dan mewarnai. Hal tersebut terlihat saat kegiatan menempelkan gambar sesuai dengan pola yang ada, gambar yang ditempelkan oleh anak belum sesuai dengan pola yang ada. Metode pembelajaran yang digunakan lebih menekankan pada pemberian lembar kerja pada anak. Selain itu guru jarang memberi contoh saat pembelajaran sehingga anak mengalami kesulitan saat mengerjakan tugas. Kegiatan pembelajaran yang digunakan kurang bervariasi, sehingga membuat anak kurang tertarik dan cepat bosan dalam mengikuti pembelajaran. Dengan adanya proses pembelajaran yang seperti ini, maka menjadikan anak kurang bersemangat dan kurang aktif dalam belajar. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap tingkat pencapaian perkembangan anak khususnya pada keterampilan motorik halus anak.

Dalam rangka untuk meningkatkan keterampilan motorik halus anak, maka peneliti menggunakan kegiatan kolase untuk meningkatkan keterampilan motorik halus anak. Dengan kegiatan kolase bertujuan memberikan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Selain itu kegiatan kolase merupakan kegiatan yang menuntut adanya penggunaan jari jemari dan koordinasi mata tangan serta membutuhkan ketepatan, kecermatan dan kerapian sehingga dengan anak


(42)

42

melakukan kegiatan kolase secara berulang-ulang diharapkan keterampilan motorik halus pada anak dapat berkembang secara optimal.

c. Kemampuan Awal Sebelum Tindakan

Langkah awal sebelum diadakan sebuah penelitian tindakan kelas, peneliti melakukan pengamatan terhadap keterampilan motorik halus anak tanpa menggunakan kegiatan kolase. Nilai yang diperoleh dari kemampuan awal sebelum tindakan ini nantinya akan dibandingkan dengan nilai yang diperoleh setelah diadakannya suatu tindakan keterampilan motorik halus melalui kegiatan kolase. Dengan adanya perbandingan antara nilai sebelum dilakukan tindakan dan setelah dilakukan tindakan maka diharapkan akan terlihat jelas suatu peningkatan sebelum dan sesudah dilakukan tindakan.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti, terkait dengan aspek perkembangan motorik halus selama observasi pembelajaran berlangsung anak mengalami kesulitan dalam mengikuti kegiatan yang melibatkan keterampilan motorik halus, seperti ketika anak menggunting pola gambar buku, hasil guntingan anak belum tepat dan saat anak diminta menempelkan hasil guntingan tersebut pada buku tempel terlihat pola gambar buku yang sudah digunting tersebut ditempel dengan posisi miring dan tidak sesuai dengan tempat yang sudah disediakan.

Anak masih sangat memerlukan bimbingan dan stimulus agar anak dapat mengembangkan keterampilan motorik halus yang berhubungan dengan gerak jari jemari dan koordinasi mata tangan seperti kesiapan menulis, menggambar, mewarnai, menjiplak, menggunting dan menempel. Hasil observasi yang


(43)

43

dilakukan pada tanggal 20 September 2014 dapat dilihat bahwa hasil dari kemampuan awal dengan menggunakan instrumen lembar observasi diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4. Rekapitulasi Data Keterampilan Motorik Halus Pra Tindakan

Kriteria Jumlah Anak Persentase (%)

Sangat Baik - -

Baik 2 20%

Cukup 6 60%

Kurang baik 2 20%

Tabel di atas menunjukkan bahwa keterampilan motorik halus pada anak masih rendah. Dari data di atas dapat diketahui bahwa anak yang berada pada kriteria baik hanya 2 anak dari 10 anak atau 20%. Hal tersebut diperoleh karena beberapa anak belum mencapai skor yang diharapkan pada aspek ketepatan dan kerapian. Pada pelaksanaan pra tindakan sebanyak 2 anak dari 10 anak atau 20% berada pada kriteria kurang baik, 6 anak dari 10 anak atau 60% berada pada kriteria cukup, dan 2 anak dari 10 anak atau 20% berada pada kriteria baik. Untuk lebih jelasnya akan di tampilkan pada grafik berikut ini:


(44)

44

Dari grafik di atas menunjukkan bahwa keterampilan motorik halus anak pada saat pra tindakan belum berkembang dengan baik. Hasil observasi pada saat pra tindakan menunjukkan bahwa anak yang berada pada kriteria baik ada 2 anak dari 10 anak atau 20%. Hal ini belum mencapai indikator keberhasilan yang diinginkan yaitu dengan kriteria baik dan persentase 80%. Keadaan seperti ini menjadi suatu landasan peneliti untuk melakukan sebuah tindakan dalam rangka meningkatkan keterampilan motorik halus anak.

2. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian Tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus dengan tahapan perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Masing-masing siklus dalam tindakan dilaksanakan proses pembelajaran selama 3 kali pertemuan. Kegiatan siklus I Selasa, 23 September 2014, Kamis, 25 September 2014 dan Sabtu, 27 September 2014. Siklus II Selasa, 7 Oktober 2014, Kamis 9 Oktober 2014 dan Sabtu, 11 Oktober 2014. Berikut gambaran penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan.

a. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Siklus I 1) Perencanaan

Adapun tahap perencanaan pada siklus I meliputi sebagai berikut:

a) Melakukan koordinasi dengan guru kelas sebagai kolaborator peneliti. b) Menyusun rencana kegiatan harian (RKH).

c) Mempersiapkan media dan alat-alat yang dibutuhkan.

d) Mempersiapkan lembar observasi untuk melihat peningkatan keterampilan motorik halus anak.


(45)

45

e) Mempersiapkan alat untuk mendokumentasi kegiatan pembelajaran yang dilakukan berupa foto.

2) Pelaksanaan

a) Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pertemuan 1

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa, 23 September 2014 dari pukul 07.30-10.00 WIB. Pada pertemuan ini tema yang digunakan yaitu tema Kebutuhanku dengan subtema Kebersihan, Keamanan, dan Kesehatan. Jumlah anak yang mengikuti pembelajaran pada siklus I pertemuan I sebanyak 10 anak. Pembelajaran terbagi menjadi kegiatan awal, inti, istirahat dan dilanjutkan dengan kegiatan akhir. Pada hari Selasa pembelajaran dimulai dengan kegiatan berbaris, berdoa, tanya jawab dan berbincang-bincang tentang tema. Tema hari ini mengenai kebersihan, oleh karena itu pada saat tanya jawab guru bertanya pada anak mengenai apa saja alat-alat kebersihan yang ada di rumah. Kemudian anak menjawab sapu, serok , dan alat pengepel lantai.

Kegiatan inti dimulai dengan guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan hari ini. Guru menjelaskan kegiatan kolase pada hari ini yaitu menggunakan potongan kertas koran dan pola gambar yang digunakan adalah gambar alat-alat kebersihan yaitu gambar sapu dan serok. Lalu guru menjelaskan bahan lain apa saja yang digunakan untuk membuat kolase dari kertas koran. Anak-anak memperhatikan apa yang disampaikan guru. Guru menjelaskan cara membuat kolase dari kertas koran. Guru mempraktikkan cara membuat kolase dari potongan kertas koran mulai


(46)

46

dari memberikan lem pada pola gambar sapu dan serok kemudian cara menempelkan potongan kertas koran pada pola gambar dan anak-anak melihat guru membuat kolase dari potongan kertas koran.

Langkah dalam membuat kolase yang dilakukan oleh anak adalah anak dikenalkan pada bahan yang akan digunakan untuk membuat kolase. Kemudian anak membuat kolase di mulai dari anak mengambil lem dan mengoleskan lem pada pola gambar yang sudah ada, selanjutnya anak mengambil potongan kertas koran yang sudah dipersiapkan kemudian menempelkan satu persatu potongan kertas koran pada pola gambar yang sudah diberi lem.

Pada saat anak memberikan lem pada pola gambar, ada beberapa anak yang memberikan lem terlalu banyak pada pola gambar sehingga pola gambar yang ada menjadi kotor dan hampir robek. Saat membuat kolase, banyak anak yang meminta bantuan guru untuk membuat kolase.

Kegiatan berikutnya adalah anak-anak menghubungkan gambar alat kebersihan dengan kata. Kegiatan selanjutnya istirahat. Setelah itu, kegiatan dilanjutkan dengan tanya jawab kegiatan yang dilakukan hari ini, bernyanyi dan doa pulang. Selesai berdoa, guru mengucap salam dan anak-anak menjawab salam. Anak keluar kelas sambil berpamitan dan mencium tangan guru.

b) Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pertemuan 2

Pertemuan 2 siklus I dilaksanakan pada hari Kamis, 25 September 2014 dari pukul 07.30-10.00 WIB. Dengan tema Kebutuhanku dengan


(47)

47

subtema Kebersihan, Keamanan dan Kesehatan. Jumlah anak yang mengikuti pembelajaran pada siklus I pertemuan 2 sebanyak 10 anak. Pembelajaran terbagi menjadi kegiatan awal, inti, istirahat dan dilanjutkan dengan kegiatan akhir. Pada hari Kamis pembelajaran dimulai dengan kegiatan berbaris, berdoa, tanya jawab dan berbincang-bincang tentang tema. Tema hari ini mengenai keamanan, oleh karena itu pada saat tanya jawab guru bertanya pada anak mengenai apa saja alat-alat keamanan yang ada di pos ronda. Kemudian anak menjawab kentongan.

Kegiatan inti dimulai dengan guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan hari ini. Guru menjelaskan kegiatan kolase pada hari ini yaitu menggunakan kulit telur dan pola gambar yang digunakan adalah gambar alat keamanan yang ada di pos ronda yaitu gambar kentongan. Lalu guru menjelaskan bahan lain apa saja yang digunakan untuk membuat kolase dari kulit telur. Anak-anak memperhatikan apa yang disampaikan guru. Guru menjelaskan cara membuat kolase dari kulit telur. Guru mempraktikkan cara membuat kolase dari potongan kulit telur mulai dari memberikan lem pada pola gambar kentongan kemudian cara menempelkan potongan kulit telur pada pola gambar kentongan dan anak-anak melihat guru membuat kolase dari potongan kulit telur.

Langkah dalam membuat kolase yang dilakukan oleh anak adalah anak dikenalkan pada bahan yang akan digunakan untuk membuat kolase. Kemudian anak membuat kolase di mulai dari anak mengambil lem dan mengoleskan lem pada pola gambar yang sudah ada, selanjutnya anak


(48)

48

mengambil kulit telur yang sudah dipersiapkan kemudian anak menempelkan satu persatu kulit telur pada pola gambar kentongan yang sudah diberi lem.

Pada pertemuan kedua ini, masih banyak anak yang meminta bantuan guru saat membuat kolase. Saat membuat kolase dengan kulit telur ini, ada beberapa anak yang membuat kolase dengan cara menempelkan kulit telur yang masih utuh sehingga pola gambar menjadi tidak terlihat.

Kegiatan berikutnya adalah anak-anak menuliskan kata yang berawalan dari huruf h pada buku masing-masing sesuai dengan kata yang sudah dituliskan oleh guru pada papan tulis. Kegiatan selanjutnya istirahat. Setelah itu, kegiatan dilanjutkan dengan tanya jawab kegiatan yang dilakukan hari ini, bernyanyi dan doa pulang. Selesai berdoa, guru mengucap salam dan anak-anak menjawab salam. Anak keluar kelas sambil berpamitan dan mencium tangan guru.

c) Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pertemuan 3

Pertemuan 3 siklus I dilaksanakan pada hari Sabtu, 27 September 2014 dari pukul 07.30-10.00 WIB. Dengan tema Kebutuhanku dengan subtema Kebersihan, Keamanan dan Kesehatan. Jumlah anak yang mengikuti pembelajaran pada siklus I pertemuan 3 sebanyak 10 anak. Pembelajaran terbagi menjadi kegiatan awal, inti, istirahat dan dilanjutkan dengan kegiatan akhir. Pada hari Sabtu pembelajaran dimulai dengan kegiatan berbaris, senam, berdoa, tanya jawab dan berbincang-bincang


(49)

49

tentang tema. Tema pada hari ini adalah kesehatan, oleh karena itu pada saat tanya jawab guru bertanya pada anak apabila ada orang sakit maka akan di bawa berobat kemana. Kemudian anak-anak menjawab rumah sakit.

Kegiatan inti dimulai dengan guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan hari ini. Guru menjelaskan kegiatan kolase pada hari ini yaitu menggunakan ampas kelapa yang sudah diberi warna dan pola gambar yang digunakan adalah gambar tempat merawat orang yang sakit yaitu rumah sakit. Lalu guru menjelaskan bahan lain apa saja yang digunakan untuk membuat kolase dari ampas kelapa yang sudah diberi warna. Anak-anak memperhatikan apa yang disampaikan guru. Guru menjelaskan cara membuat kolase dari ampas kelapa yang sudah diberi warna. Guru mempraktikkan cara membuat kolase dari ampas kelapa yang sudah diberi warna mulai dari memberikan lem pada pola gambar rumah sakit kemudian cara menaburkan ampas kelapa pada pola gambar dan anak-anak melihat guru membuat kolase dari ampas kelapa yang sudah diberi warna.

Pada saat anak membuat kolase dengan ampas kelapa yang sudah diberi warna, ada anak yang memberikan lem terlalu sedikit sehingga ampas kelapa yang udah diberi warna terebut tidak bisa menempel dengan baik pada pola gambar yang ada.

Langkah dalam membuat kolase yang dilakukan oleh anak adalah anak dikenalkan pada bahan yang akan digunakan untuk membuat kolase.


(50)

50

Kemudian anak membuat kolase di mulai dari anak mengambil lem dan mengoleskan lem pada pola gambar yang sudah ada, selanjutnya anak mengambil ampas kelapa yang sudah dipersiapkan kemudian menaburkan ampas kelapa pada pola gambar rumah sakit yang sudah diberi lem.

Kegiatan berikutnya adalah anak-anak diminta menunjukkan gambar alat kebersihan yang ada pada gambar yang dibawa oleh guru. Kegiatan selanjutnya istirahat. Setelah itu, kegiatan dilanjutkan dengan tanya jawab kegiatan yang dilakukan hari ini, bernyanyi dan doa pulang. Selesai berdoa, guru mengucap salam dan anak-anak menjawab salam. Anak keluar kelas sambil berpamitan dan mencium tangan guru.

3) Observasi

Dalam kegiatan observasi yang diamati adalah seluruh kegiatan anak selama mengikuti kegiatan kolase. Pengamatan dilakukan bersamaan dengan pendampingan dalam pembelajaran. Pada proses pembelajaran siklus I selama 3 pertemuan dari kegiatan awal sampai dengan kegiatan akhir berjalan dengan baik dan lancar sesuai dengan yang telah direncanakan.

Pada awalnya anak penasaran dengan kegiatan yang dipersiapkan. Setelah diberi penjelasan dan gambaran, anak melakukan kegiatan kolase dengan semangat dan senang karena kegiatan kolase jarang dilakukan oleh anak. Hari pertama melakukan kegiatan kolase beberapa anak masih bergantung pada guru dan meminta guru untuk mengerjakannya, tetapi guru tetap membimbing dan memotivasi anak agar mau melakukan meskipun masih dengan bantuan guru.


(51)

51

Berdasarkan pengamatan selama proses observasi kegiatan kolase pada siklus I pertemuan pertama anak berada pada tahap penyesuaian dengan kegiatan yang jarang mereka lakukan, sehingga ada anak yang cepat menyesuaikan dan ada anak yang lama menyesuaikan. Beberapa anak terlihat membuat kolase dengan tidak rapi dan hanya sekedar ditabur di atas pola gambar yang ada sehingga pola gambar yang ada menjadi tidak terlihat. Peneliti dan guru kelas pada pelaksanaan tindakan siklus I lebih banyak membimbing dan memotivasi agar anak dapat membuat kolase tanpa bantuan guru. Pada siklus I pertemuan kedua dan ketiga, anak sudah mulai bisa membuat kolase dengan rapi tanpa dibantu oleh guru kelas. Aspek yang diamati yaitu ketepatan dan kerapian.

Dari hasil observasi saat siklus I diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 5. Rekapitulasi Data Kumulatif Hasil Observasi Siklus I

Kriteria Jumlah

Anak

Persentase (%)

Sangat baik 2 20%

Baik 5 50%

Cukup 3 30%

Kurang baik - -

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa keterampilan motorik halus anak kelompok B TK PKK Kartini Padokan Kidul pada saat siklus I adalah sebagai berikut:

Keterampilan motorik halus pada saat siklus I selama tiga kali pertemuan, anak yang berada pada kriteria cukup ada 3 anak dari 10 anak atau 30%, pada kriteria baik ada 5 anak dari 10 anak atau 50%, dan pada kriteria sangat baik ada 2 anak dari 10 anak atau 20%. Dari tabel di atas


(52)

52

dapat diketahui lebih jelas berdasarkan gambar grafik diagram dibawah ini: 0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40% 45% 50% Sangat baik

Baik Cukup Kurang

baik 20% 50% 30% 0% Sangat baik Baik Cukup Kurang baik

Gambar 4. Diagram Data Kumulatif Hasil Observasi Siklus I

Berdasarkan persentase pada gambar grafik di atas, anak yang memiliki kriteria sangat baik ada 2 anak dari 10 anak atau 20%. Hal tersebut terbukti bahwa pada kriteria ketepatan, anak dapat menempelkan bahan kolase dengan tepat dan cepat sesuai dengan pola yang tersedia. Pada kriteria kerapian, anak mampu menempelkan bahan kolase dengan rapi dan tepat sesuai dengan pola yang tersedia. Anak yang berada pada kriteria baik ada 5 anak dari 10 anak atau 50%. Hal tersebut terbukti bahwa pada kriteria ketepatan, anak dapat menempelkan bahan kolase dengan tepat sesuai dengan pola yang tersedia. Pada kriteria kerapian, anak mampu menempelkan bahan kolase dengan rapi sesuai dengan pola yang tersedia.

Anak yang berada pada kriteria cukup ada 3 anak dari 10 anak atau 30%. Hal tersebut terbukti bahwa pada kriteria ketepatan, anak mampu


(53)

53

menempelkan bahan kolase sesuai dengan pola yang tersedia namun masih dibantu oleh guru kelas. Pada kriteria ketepatan, anak mampu menempelkan bahan kolase sesuai dengan pola yang tersedia dengan rapi namun masih dibantu oleh guru kelas.

Tabel 6. Perbandingan Hasil Observasi Pra Tindakan Dengan Siklus I

Pra Tindakan Siklus I

Kriteria Jumlah Anak

Persentase Kriteria Jumlah Anak

Persentase

Sangat baik - - Sangat baik 2 20%

Baik 2 20% Baik 5 50%

Cukup 6 60% Cukup 3 30%

Kurang baik 2 20% Kurang baik - -

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa keterampilan motorik halus anak kelompok B TK PKK Kartini Padokan Kidul pada saat pra tindakan dan siklus I adalah sebagai berikut :

Keterampilan motorik halus pada saat pra tindakan, anak yang berada pada kriteria baik ada 2 anak dari 10 anak atau 20%, pada kriteria cukup ada 6 anak dari 10 anak atau 60%, dan pada kriteria kurang baik ada 2 anak dari 10 anak atau 20%. Sedangkan keterampilan motorik halus pada saat siklus I selama tiga kali pertemuan, anak yang berada pada kriteria sangat baik ada 2 anak dari 10 anak atau 20%, pada kriteria baik ada 5 anak dari 10 anak atau 50%, dan pada kriteria cukup ada 3 anak dari 10 anak atau 30%. Meskipun ada peningkatan pada saat pra tindakan ke siklus I namun hal tersebut belum mencapai indikator yang ditentukan oleh peneliti yaitu 80% (8 anak) dari 10 anak berada pada kriteria baik.


(54)

54

Dari hasil perbandingan antara keterampilan motorik halus pada tabel pra tindakan dan siklus I dapat digambarkan pada grafik di bawah ini sebagai berikut:

Gambar 5. Diagram Perbandingan Hasil Observasi Pra Tindakan dan Siklus I

Berdasarkan gambar grafik di atas dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan keterampilan motorik halus pada anak. Dari hasil penelitian tersebut akan diuraikan tentang bagaiman peningkatan dari pra tindakan ke siklus I tersebut dapat terjadi. Berikut adalah uraian bagaimana peningkatannya.

Pada grafik di atas terlihat bahwa setiap anak mengalami peningkatan. Adanya peningkatan pada setiap anak dikarenakan kegiatan kolase ini dilakukan secara berulang-ulang sehingga jari jemari dan koordinasi mata tangan anak semakin berkembang. Dengan semakin berkembangnya jari jemari dan koordinasi mata tangan pada anak maka anak semakin lebih terampil dalam membuat kolase. Meskipun ada


(55)

55

peningkatan pada saat pra tindakan ke siklus I yaitu 50% dari 20% atau 2 anak dari 10 anak ke 70% atau 7 anak dari 10 anak berada pada kriteria baik namun hal tersebut belum mencapai indikator yang ditetapkan oleh peneliti yaitu 80% atau 8 anak dari 10 anak berada pada kriteria baik, sehingga perlu adanya upaya peningkatan lanjut untuk meningkatkan keterampilan motorik halus pada anak melalui kegiatan kolase dengan cara menambah bahan-bahan kolasenya.

4) Refleksi

Kegiatan refleksi ini dimaksudkan sebagai bahan masukan pada perencanaan siklus selanjutnya. Hasil refleksi pada siklus I ini diharapkan memberikan perubahan yang lebih baik terhadap proses pembelajaran dan hasil penelitian pada siklus II. Pada kegiatan ini, peneliti bersama guru kelas melakukan diskusi mengenai pelaksanaan pembelajaran yang sudah dilakukan, kendala yang muncul yang dapat mempengaruhi ketercapaian keterampilan motorik halus dengan optimal. Beberapa kendala yang perlu dicari solusinya yaitu:

1. Instruksi yang diberikan oleh guru mengenai cara membuat kolase kurang jelas sehingga anak yang mampu membuat kolase tanpa bantuan guru hanya sedikit dan sebagian besar masih bergantung pada bantuan guru. 2. Pola gambar yang dibuat terlalu besar yaitu sebesar kertas hvs sehingga


(56)

56

Dari beberapa kendala yang muncul, maka peneliti dengan guru kelas melakukan diskusi untuk mencari solusi atas kendala tersebut. Adapun solusi dari beberapa kendala tersebut adalah :

1. Guru memaksimalkan penjelasan, perhatian, dan motivasi kepada anak agar dapat membuat kolase dengan tepat dan rapi tanpa bantuan guru. 2. Membuat pola gambar yang lebih kecil yaitu setengah kertas hvs dan

menambah bahan untuk membuat kolase yaitu dengan bahan alam seperti biji-bijian.

Berdasarkan data yang diperoleh dan dikumpulkan selama siklus I, peneliti juga membandingkan dengan data kemampuan anak sebelum dilakukan tindakan penelitian. Hasil dari pengamatan dan perbandingan tersebut memperlihatkan adanya perubahan jumlah anak yang memiliki keterampilan motorik halus yang meningkat, namun peneliti ingin lebih mengoptimalkan peningkatan anak yang memiliki keterampilan motorik halus pada target yang diharapkan. Berdasarkan refleksi tersebut maka peneliti merencanakan kembali tindakan pembelajaran keterampilan motorik halus melalui kegiatan kolase pada siklus II.

b. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Siklus II 1) Perencanaan

Berdasarkan hasil observasi dan refleksi siklus I, peneliti dan guru kelas berdiskusi menyusun rencana untuk pelaksanaan penelitian siklus II. Perencanaan tersebut meliputi:


(1)

68

kelompok B di TK PKK Kartini Padokan Kidul mendapatkan tindakan melalui kegiatan kolase menggunakan bahan bekas dan bahan alam seperti ampas kelapa yang sudah diberi warna, kulit telur, kertas bekas, dan biji-bijian yang dilakukan selama dua siklus ini menunjukkan adanya peningkatan pada keterampilan motorik halus pada anak.

Pada siklus I, keterampilan motorik halus pada anak mengalami peningkatan yaitu sebanyak 7 anak dari 10 anak atau 70% berada pada kriteria baik dan mencapai tingkat keberhasilan 70%. Berdasarkan data tersebut masih diperlukan tindakan lebih lanjut karena belum mencapai indikator keberhasilan yang telah ditentukan yaitu kriteria baik atau sebesar 80%. Hambatan yang dialami pada siklus I adalah instruksi guru kurang jelas saat menjelaskan cara membuat kolase, sehingga banyak anak yang masih bergantung pada bantuan guru saat membuat kolase. Selain hal tersebut bahan yang digunakan dalam membuat kolase hanya satu ragam sehingga menyebabkan anak mudah bosan saat membuat kolase. Pemecahan hambatan pada siklus I dilakukan bersama-sama antara guru dan observer. Berdasarkan hasil diskusi maka ditentukan beberapa solusi yang dapat menangani hambatan yang terjadi pada siklus I, yaitu menambah bahan untuk membuat kolase dengan bahan alam seperti biji-bijian dan guru memaksimalkan penjelasan, perhatian dan motivasi kepada anak.

Pada pelaksanaan kegiatan kolase pada siklus II guru memaksimalkan penjelasan, perhatian, dan motivasi kepada anak serta menambah bahan untuk membuat kolase. Keterampilan motorik halus anak yang ditingkatkan terdiri dari dua aspek yaitu ketepatan dan kerapian. Hasil penelitian pada siklus II


(2)

69

menunjukkan bahwa dari dua aspek keterampilan motorik halus tersebut dapat diketahui bahwa sebanyak 9 anak dari 10 anak atau 90% berada pada kriteria baik. Dari hasil yang diperoleh tersebut dapat diketahui adanya peningkatan pada keterampilan motorik halus anak kelompok B di TK PKK Kartini Padokan Kidul. Pada aspek ketepatan, anak dapat menempelkan bahan kolase dengan tepat dan cepat sesuai dengan pola yang tersedia. Pada aspek kerapian, anak mampu menempelkan bahan kolase dengan rapi dan cepat sesuai dengan pola yang tersedia.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, keterampilan motorik halus pada anak melalui kegiatan kolase semakin meningkat karena melalui kegiatan kolase ini anak telah melakukan aktivitas motorik yang melibatkan penggunaan jari jemari dan koordinasi mata tangan yang membutuhkan ketepatan, kecermatan, dan kerapian ketika anak membuat kolase sehingga pada saat anak membuat kolase anak telah melatih penggunaan jari jemari dan tangannya. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Mahendra (Sumantri, 2005:143) bahwa keterampilan motorik halus merupakan keterampilan yang memerlukan kemampuan untuk mengontrol otot-otot kecil/halus untuk mencapai pelaksanaan keterampilan yang berhasil. Selain itu, hal tersebut juga disebabkan karena kegiatan kolase adalah salah satu kegiatan yang menarik minat anak karena berkaitan dengan menempelkan, merekatkan, dan meletakkan sesuatu pada selembar kertas datar. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Nancy Beal (2003:93) bahwa kegiatan kolase adalah salah satu kegiatan yang menarik


(3)

70

kegiatan yang menarik minat anak-anak karena berkaitan dengan meletakkan dan merekatkan sesuatu sesuka mereka.

Selain itu bahan yang digunakan untuk membuat kolase dapat memanfaatkan bahan bekas dan bahan alam. Hal ini sesuai dengan pendapat Cut Kamaril (2003:4. 60) bahwa ada jenis-jenis kolase diantaranya kolase dari bahan bekas dan bahan alam. Peralatan dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lem, kertas koran, kertas kalender, biji-bijian, kulit telur, dan ampas yang sudah diberi warna. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sumanto (2005:94) dan Hajar Pamadhi (2008:5.39) bahwa untuk siswa TK dapat diberikan latihan membuat kolase menggunakan bahan potongan kertas koran atau kalender, dan bahan-bahan alam.

Tujuan dari pengembangan keterampilan motorik halus melalui kegiatan kolase ini yaitu anak mampu mengembangkan keterampilan motorik halus khususnya gerak jari jemari tangan dan koordinasi mata tangan serta mampu mengendalikan emosinya. Sebagaimana yang telah dijelaskan Sumantri ( 2005:9) bahwa tujuan motorik halus anak usia 5-6 tahun yaitu mampu mengembangkan kemampuan motorik halus yang berhubungan dengan keterampilan gerak kedua tangan, mampu mengendalikan emosi dalam beraktivitas motorik halus, mampu menggerakkan anggota tubuh yang berhubungan dengan gerak jari jemari, dan mampu mengkoordinasikan indra mata dan aktivitas tangan.

C.Keterbatasan Penelitian

Penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan oleh peneliti dan guru kelas dalam meningkatkan keterampilan motorik halus melalui kegiatan kolase


(4)

71

pada anak kelompok B dapat meningkat dengan baik. Akan tetapi dalam pelaksanaan penelitian masih terdapat keterbatasan yaitu pelaksanaan kegiatan kolase masih kekurangan waktu, hal ini dikarenakan anak-anak diminta untuk menyelesaikan kegiatan kolase dan dua kegiatan inti yang lain hanya 60 menit.


(5)

72 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Keterampilan motorik halus anak kelompok B di TK PKK Kartini Padokan Kidul dapat ditingkatkan melalui kegiatan kolase. Kegiatan kolase yang dilakukan yaitu (1) anak dikenalkan pada bahan yang akan digunakan untuk membuat kolase (2) anak mengambil lem dan mengoleskan lem pada pola gambar (3) anak mengambil bahan kolase yang sudah dipersiapkan dan menempelkan bahan kolase pada pola gambar yang sudah diberi lem. Melalui kegiatan kolase keterampilan motorik halus anak dapat meningkat setelah melalui dua siklus.

Peningkatan keterampilan motorik halus dapat dilihat pada saat sebelum tindakan diperoleh 20% atau 2 anak dari 10 anak berada pada kriteria baik, pada siklus I diperoleh 70% atau 7 anak dari 10 anak berada pada kriteria baik, dan pada siklus II diperoleh 90% atau 9 anak dari 10 anak berada pada kriteria baik. Pada siklus II, peningkatan persentase keterampilan motorik halus sudah melebihi indikator keberhasilan yaitu 80% (8 anak) dari 10 anak berada pada kriteria baik sehingga penelitian dihentikan.

B.Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian di atas, peneliti memberikan saran sebagai berikut:

1. Bagi Guru

Guru di TK PKK Kartini dapat mengembangkan keterampilan motorik halus anak melalui kegiatan kolase menggunakan bahan bekas dan bahan alam lainnya. Guru bisa membuat pola gambar pada kertas yang lebih tebal dan bahan


(6)

73

yang digunakan untuk membuat kolase dapat divariasikan. Misalnya bahan bekas kertas koran digantikan dengan kertas kado yang lebih berwarna-warni. Sehingga kegiatan kolase menjadi lebih menyenangkan dan anak semakin tertarik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya bisa menggunakan bahan-bahan lain untuk membuat kolase agar kolase yang dibuat lebih menarik.

3. Bagi Sekolah

Diharapkan dapat menyediakan sarana dan media dalam pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan motorik halus.


Dokumen yang terkait

Artikel Publikasi PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS MELALUI PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS MELALUI METODE DEMONSTRASI DENGAN KOLASE PADA ANAK KELOMPOK B TK PERTIWI II BANGKLE BLORA TAHUN AJARAN 2015/2016.

0 2 19

PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS MELALUI METODE DEMONSTRASI DENGAN KOLASE PADA ANAK PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS MELALUI METODE DEMONSTRASI DENGAN KOLASE PADA ANAK KELOMPOK B TK PERTIWI II BANGKLE BLORA TAHUN AJARAN 2015/2016.

0 3 14

UPAYA MENINGKATKAN MOTORIK HALUS MELALUI KOLASE PADA ANAK KELOMPOK B Upaya meningkatkan motorik halus melalui kolase pada anak kelompok b tk krebet kecamatan masaran kabupaten sragen Tahun 2013/2014.

0 3 13

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN KOLASE PADA KELOMPOK B Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Kolase Pada Kelompok B Tk Dawungan I Masaran Sragen Tahun Pelajaran 2012 / 2013.

0 1 16

PENDAHULUAN Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Kolase Pada Kelompok B Tk Dawungan I Masaran Sragen Tahun Pelajaran 2012 / 2013.

0 1 7

PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS MELALUI TEKNIK MOZAIK PADA ANAK KELOMPOK B1 TK PKK 51 TERONG, DLINGO, BANTUL, DIY.

3 56 143

PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN FINGER PAINTING PADA ANAK KELOMPOK B1 DI TK ABA GAMBRENGAN, SRANDAKAN, BANTUL, YOGYAKARTA.

1 5 151

PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MOSAIK PADA ANAK KELOMPOK B DI TK PAMARDISIWI MUJA-MUJU YOGYAKARTA.

0 1 111

PENGEMBANGAN MEDIA APRON HITUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK PKK KARTINI PADOKAN KIDUL TIRTONIRMOLO KASIHAN BANTUL.

9 55 128

PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MENGANYAM DENGAN KERTAS PADA ANAK KELOMPOK B TK KKLKMD SEDYO RUKUN BAMBANGLIPURO BANTUL.

2 9 187