PROSEDUR PENGURANGAN DAN PENGHAPUSAN SANKSI ADMINISTRASI DI PT. X DENPASAR.

(1)

i

PROSEDUR PENGURANGAN DAN PENGHAPUSAN SANKSI ADMINISTRASI DI PT X DENPASAR

Oleh :

MADE DWI ARSA WIJAYA NIM : 1306043007

Tugas Akhir Studi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan

menyelesaikan studi pada Program Studi Diploma III Perpajakan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana Denpasar


(2)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Tugas Akhir Studi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing serta diuji pada tanggal :

Tim Penguji : Tanda Tangan

1. Ketua : Ni Luh Supadmi, SE.,M.Si.,Ak ……….

2. Sekretaris : I Gst Ayu Eka Damayanthi, SE., M.Si .………

Mengetahui,

Ketua Program Pembimbing

( Drs. I Komang Ardana, MM ) ( Ni Luh Supadmi, SE.,M.Si.,Ak ) NIP. 19561012 198403 1 003 NIP. 19660908 199203 2 001


(3)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-nya, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Studi yang berjudul “ Prosedur Pengurangan dan Penghapusan Terhadap Sanksi Administrasi di PT X Denpasar “

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir Studi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya dalam penyusunan Tugas Akhir Studi ini. Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

2. Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., M.S., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

3. Drs. I Komang Ardana, MM., selaku Ketua Program Diploma III Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

4. Ni Luh Supadmi, SE., MSi., Ak, selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir Studi yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan sampai dengan selesainya Tugas Akhir Studi ini.

5. I Gst Ayu Eka Damayanthi, SE., M.Si, selaku Pembimbing Akademis yang telah membimbing dan memberikan dorongan selama menempuh pendidikan di Program Diploma III Perpajakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.


(4)

iv

6. Dosen Pengajar pada Program Diploma III Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana yang telah mendidik dan memberi bekal ilmu pengetahuan yang tak ternilai harganya.

7. Arief Satriawan SE., Ak, selaku Pimpinan Prima Artha Konsultama yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada lembaga yang beliau pimpin.

8. Seluruh karyawan/karyawati Prima Artha Konsultama yang telah banyak membantu memberikan arahan selama mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL).

9. Orang tua yang telah memberikan dukungan dan perhatian, juga memberikan dorongan material maupun spiritual yang tak terhingga serta doa restu kepada penulis dalam kuliah sampai penyusunan laporan ini.

10.Keluarga di Badan Perwakilan Mahasiswa Lembaga Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana yang telah memberikan dukungan serta semangat.

11.Teman-teman Diploma III Perpajakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana angkatan 2013, yang telah memberikan banyak bantuan dan semangat selama penulis mengikuti kegiatan PKL.

12.Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut membantu dalam penyusunan Tugas Akhir Studi ini.


(5)

v

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih belum sempurna, mengingat kemampuan yang penulis miliki sangat terbatas. Penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak agar laporan ini lebih sempurna. Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Denpasar, 17 April 2016


(6)

vi

Judul : Prosedur Pengurangan dan Penghapusan Sanksi Administrasi di PT X Denpasar

Nama : Made Dwi Arsa Wijaya Nim : 1306043007

ABSTRAK

Dalam rangka menghadapi dampak krisis keuangan global, sangat mendesak untuk memperkuat basis perpajakan nasional guna mendukung penerimaan negara dari sektor perpajakan yang lebih stabil. Pelaksanaan kebijakan pengurangan dan penghapusan sanksi sangat efektif untuk memperkuat basis perpajakan nasional, dan masih banyak masyarakat yang ingin memanfaatkan Pengurangan dan Penghapusan Pajak sampai dengan tanggal akhir desember 2015, demikian konsideran Peraturan Mentri Keuangan Nomor 91/PMK.03/2015 yaitu tentang Pengurangan atau Penghapusan sanksi administrasi atas keterlambatan penyampaian surat pemberitahuan, pembetulan surat pemberitahuan dan Keterlambatan Pembayaran atau Penyetoran Pajak

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini menjelaskan/ mendeskripsikan Prosedur Pengurangan dan Penghapusan Sanksi Administrasi di PT X Denpasar dengan sumber data dari dokumen PT X yang dimiliki oleh wajib pajak badan di Kantor Konsultan Pajak Prima Artha Konsultama.

Hasil penelitian ini menunjukkan bagaimana prosedur pengurangan dan penghapusan sanksi administrasi di PT X Denpasar yaitu wajib pajak dapat menghapuskan sanksi administrasi dengan cara membuat pembetulan bagi wajib pajak yang kurang bayar pada bulan sebelumnya serta bagi wajib pajak yang terlambat melaporkan kewajibannya, setelah itu melaporkan pembetulan atas SPT masa sebelumnya dan menunggu diterbitkannya STP (surat tagihan pajak), mengisi formulir Peraturan Mentri Keuangan 91/PMK.03/2015. Tahap terakhir menyerahkan SPT pembetulan,bukti pembayaran,formulir PMK 91/PMK.03/2015 dan STP ke Direktorat Jendral Pajak. Menunggu proses penghapusan terhadap denda yang di terima atas sanksi administrasi atas keterlambatan pelaporan dan/ kurang bayar masa sebelumnya,


(7)

vii DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR JUDUL... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 3

1.3 Kegunaan Penelitian…………... 3

1.4 Sistematika Penulisan ... 3

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 6

2.1 Landasan Teori ... 6

2.1.1 Pengertian Pajak ... 6

2.1.2 Subjek Pajak ... 8

2.1.3 Sistem Pemungutan Pajak... 11

2.1.4 Objek Pajak ... 12

2.1.5 Fungsi Pengurangan dan Penghapusan Sanksi Administrasi. ... 15

2.1.6 Dasar Hukum Pengurangan dan Penghapusan Sanksi Administrasi... 15

2.1.7 Surat Tagihan Pajak ... 16

2.1.8 Penerbitan Surat Tagihan Pajak... 17

2.1.9 Sanksi Administrasi Surat Tagihan Pajak... 18

BAB III METODE PENELITIAN ... 19

3.1 Lokasi Penelitian ... 19

3.2 Objek Penelitian ... 19

3.3 Identifikasi Variabel ... 19

3.4 Defisini Operasional Variabel ... 19

3.5 Jenis dan Sumber Data... 20

3.6 Metode Pengumpulan Data ... 20


(8)

viii

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 22

4.1 Gambaran Umum Daerah/ Deskripsi Hasil Penelitian ... 22

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 30

4.2.1 Dasar Hukum Penyampain Permohonan Pengurangan dan Penghapusan Sanksi Administrasi... 30

4.2.2 Sistem Pemungutan Pajak... 31

4.2.3 Surat Tagihan Pajak... 31

4.2.4 Penerbitan Surat Tagihan Pajak... 32

4.2.5 Perhitungan Sanksi Administrasi di PT X atas Keterlambatan, Pelaporan SPT tahunan pada Tahun 2014... 33

4.2.6 Alur Pengurangan dan Penghapusan Sanksi Administrasi... 34

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 38

5.1 Simpulan ... 38

5.2 Saran ... 39 DAFTAR RUJUKAN


(9)

ix

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar


(10)

x

DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran

1 Surat Tagihan Pajak (STP)


(11)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pembayaran pajak merupakan perwujudan dari kewajiban kenegaraan dan peran serta Wajib Pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional.

Pajak sebagai salah satu instrumen kebijakan fiskal yang dapat digunakan oleh pemerintah sebagai tujuan ekonomi nasional. Pajak berfungsi untuk membiayakan pengeluaran-pengeluaran Negara untuk menjalankan tugas-tugas rutin Negara. Dalam rangka menghadapi dampak krisis keuangan global, sangat mendesak untuk memperkuat basis perpajakan nasional guna mendukung penerimaan negara dari sektor perpajakan yang lebih stabil. Pelaksanaan pengurangan dan penghapusan sanksi administrasi ini sangat efektif untuk memperkuat basis perpajakan nasional, dan masih banyak masyarakat yang ingin memanfaatkan pengurangan, penghapusan sanksi administrasi.


(12)

2

Dalam menjalankan perannya di dunia perpajakan Direktorat Jenderal Pajak banyak menerima kritikan terkait pembayaran pajak yang butuh tenaga ekstra dan di katakan Bayar Pajak itu rumit, menyita waktu dan biaya. Pertama harus minta surat setoran pajak ke kantor pajak. Kemudian diisi manual satu-satu dan tidak boleh salah. Wajib pajak harus pergi ke Bank dengan perhitungan biaya bensin, biaya parkir dan mengantre di Teller Bank. Setelah itu wajib pajak harus ke Kantor Pajak lagi untuk lapor. Wajar jika wajib pajak banyak memiliki keluhan dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

Apalagi masalah sanksi administrasi yang diterima wajib pajak, maka dari itu Direktorat Jendral Pajak menerapkan kebijakan pada tahun 2015 yaitu pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi bagi wajib pajak yang terlambat mebayarkan dan melaporkan kewajiban perpajakannya sehingga sanksi administrasi yang dikenakan bisa di hapuskan dan wajib pajak tidak merasa terbebani dalam melakukan kewajibannya, Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka yang menjadi pokok permasalahan yaitu “ Prosedur Pengurangan dan Penghapusan Sanksi Administrasi di PT X Denpasar”.


(13)

3 1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami bagaimana prosedur pengurangan dan penghapusan Sanksi Administrasi di PT X Denpasar.

1.3 Kegunaan Penelitian 1) Kegunaan Teoritis

Secara teoretis ,penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi peningkatkan mutu pendidikan di bidang perpajakan khususnya mengenai pengurangan dan penghapusan sanksi administrasi itu sendiri.

2) Kegunaan Praktis

Secara praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi wajib pajak untuk mengetahui bagi wajib pajak serta bagi pihak lain ini juga diharapkan dapat membantu dalam penyajian informasi jika melakukan penelitian serupa.

1.4 Sistematika Penulisan

Dalam pembahasan materi yang ada di dalam Tugas Akhir Studi ini, maka sistematika penulisan laporan ini dapat disajikan sebagai berikut:


(14)

4 Bab I Pendahuluan

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, tujuan, kegunaan penelitian serta sistematika penulisan.

Bab II Kajian Pustaka

Bab ini memuat tentang landasan teori yang mendukung pembahasan penelitian dalam menganalisis masalah meliputi teori-teori mengenai Pengertian pajak, Subjek pajak, Sistem pemungutan pajak, Objek pajak, Fungsi dan dasar hukum pengurangan dan penghapusan sanksi pajak, Pengertian surat tagihan, Penerbitan surat tagihan pajak, Sanksi administrasi surat tagihan pajak.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini menguraikan lokasi penelitian, objek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data.

Bab IV Pembahasan Hasil Penelitian

Bab ini berisikan gambaran umum daerah/deskripsi hasil penelitian serta pembahasan hasil penelitian.


(15)

5 Bab V Simpulan dan Saran

Bab ini merupakan bagian akhir dari laporan yang berisi simpulan berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan dan dapat ditarik simpulan yang berguna bagi wajib pajak di masa mendatang.


(16)

6 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Pajak

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat. Pembayaran pajak merupakan perwujudan dari kewajiban kenegaraan dan peran serta wajib pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Sesuai falsafah undang-undang perpajakan, membayar pajak bukan hanya merupakan kewajiban, tetapi merupakan hak dari setiap warga negara untuk ikut berpartisipasi dalam bentuk peran serta terhadap pembiayaan negara dan pembangunan nasional.

Menurut Mardiasmo (2011:1), “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum.” Menurut Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang


(17)

7

Nomor 28 Tahun 2007 pada Pasal 1 Ayat 1 menyebutkan bahwa “Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

Menurut Waluyo (2011;2) “Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terhutang oleh yang wajib membayar menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaram-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas yang menyelenggarakan pemerintahan”.

Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak, adalah sebagai berikut.

1) Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaanya yang sifatnya dapat dipaksakan.

2) Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontrapretasi individual oleh pemerintah.

3) Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

4) Pajak diperuntuhkan bagi pengeluaran – pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai public investment.


(18)

8 2.1.2 Subjek Pajak

Subjek Pajak Penghasilan diatur pada Pasal 2 Ayat 1 Undang Undang Pajak Penghassilan No. 36 tahun 2008, yaitu.:

1) Orang Pribadi yang dapat bertempat tinggal atau berada di Indonesia ataupun di luar Indonesia.

2) Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak, atau ahli waris.

3) Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, Badan Usaha Milik Negaraatau Badan Usaha Milik Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik atau organisasi lainnya, lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.

4) Bentuk Usaha Tetap (BUT) adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia dan badan yang tidak didirikan dan tidak berkedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia.

Sedangkan pada Pasal 2 Ayat (2) Undang Undang Pajak Penghasilan, Subjek Pajak dikelompokkan menjadi dua (2) kelompok, yaitu:


(19)

9

1) Subjek Pajak Dalam Negeri terdiri atas :

Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia, badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak.

2) Subjek Pajak Luar Negeri terdiri atas:

(1) Subjek Pajak Orang Pribadi, yaitu orang yang tidak bertempat tinggal atau berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan

(2) Menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia

(3) Dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau menjalankan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.

3) Subjek Pajak Badan, yaitu badan yang tidak berkedudukan di Indonesia yang:

(1) Menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.

(2) Dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.


(20)

10 Yang bukan termasuk subjek pajak:

1) Kantor perwakilan Negara Asing.

2) Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari negara asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka, dengan syarat:

(1) Bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatannya di Indonesia.

(2) Negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik. (3) Organisasi Internasional, dengan syarat:

a) Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut.

b) Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari

c) Indonesia selain pemberian pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota.

(4) Pejabat perwakilan organisasi internasional, dengan syarat: a) Bukan warga negara Indonesia.

b) Tidak menjalankan usaha, kegiatan, atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan di Indonesia


(21)

11 2.1.3 Sistem pemungutan pajak

Menurut Waluyo (2010:17), sistem pemungutan pajak dibagi menjadi 3, yaitu:

1) Official Assessment System

Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak terutang.

Ciri-ciri official assessment system adalah sebagai berikut.

a) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang berada pada fiskus.

b) Wajib Pajak bersifat pasif.

c) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.

2) Self Assessment System

Sistem ini merupakan pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jwab kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar

3) Withholding System

Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.


(22)

12 2.1.4 Pengertian Objek Pajak

Objek pajak yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk:

1) Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang ini;

2) Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan; 3) Laba usaha;

4) Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta

5) Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak.

6) Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang.

7) Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi.

8) Royalti atau imbalan atas penggunaan hak.


(23)

13

10) Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala.

11) Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tetentu yang ditetapkan Peraturan Pemerintah.

12) Keuntungan selisih kurs mata uang asing. 13) Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva.

14) Premi asuransi.

15) Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas. 16) Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum

dikenakan pajak.

17) Penghasilan dari usaha berbasis syariah.

18) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang–Undang yang mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan.

Sedangkan yang tidak termasuk sebagai Objek Pajak berdasarkan Pasal 4 ayat (3) Undang-Udang Nomor 36 Tahun 2008 adalah:

1) Bantuan sumbangan dan harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan oleh badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan.


(24)

14 2) Warisan

3) Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal.

4) Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah.

5) Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa.

6) Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, Badan Usaha Milik Negara, atau Badan Usaha Milik Daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia.

7) Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai.

8) Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun, dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan.

9) Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi.


(25)

15

10) Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksadana selama 5 (lima) tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian ijin usaha.

11) Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia.

2.1.5 FungsiPengurangan dan Pengapusan Sanksi Administrasi

Dari segi fungsinya pengurangan dan penghapusan sanksi administrasi tidak jauh beda dari artinya bahwa fungsinya sebagai fasilitas bagi wajib pajak yang ingin menghapuskan dendanya akibat keterlambatan penyampaian surat pemberitahuan, pembetulan surat pemberitahuan dan keterlambatan pembayaran atau penyetoran pajak.

2.1.6 Dasar Hukum Pengurangan dan Penghapusan Sanksi Administrasi

Yang menjadi dasar hukum adalah Peraturan Menteri Keuangan Nomor 91/PMK.03/2015 tentang Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi atas keterlambatan penyampaian surat pemberitahuan, pembetulan, surat pemberitahuan dan keterlambatan, pembayaran atau penyetoran pajak.


(26)

16 2.1.7 Surat Tagihan Pajak (STP)

Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan atau sanksi administrasi berupa denda, dan atau bunga.

Surat tagihan pajak biasanya terbit bila wajib pajak ada melakukan keterlambatan bayar, melaporkan SPT pembetulan dan kurang bayar biasanya untuk satu STP, wajib pajak dapat mengajukan permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi paling banyak 2 (dua) kali tidak ada pembatasan jumlah STP yang hendak diajukan permohonan pengurangan sanksi. Permohonan juga dapat mencakup pajak-pajak tahun sebelumnya sepanjang di terbitkan STP karena wajib pajak melakukan pelaporan, pembetulan atau pembayaran di tahun 2015.

Pajak penghasilan sesuai dengan pasal 1 Undang Undang pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subyek pajak atas penghasilan yang diterima dalam tahun pajak. Pajak Penghasilan termasuk salah satu jenis pajak subjektif. Subyek pajak akan dikenai pajak apabila dia menerima atau memperoleh penghasilan. Dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan, subyek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan disebut sebagai Wajib Pajak.


(27)

17

2.1.8 Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP)

STP dikeluarkan apabila:

a. Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang di bayar b. Dari hasil penelitian terdapat kekurangan pembayaaran pajak

sebagai akibat salah tulis dan/ atau salah hitung.

c. Wajib pajak dikenai sanksi administrasi berupa denda dan/atau bunga;

d. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak, tetapi tidak membuat faktur pajak atau membuat faktur pajak, tetapi tidak tepat waktu

e. Pengusaha yang telah di lakukan sebagai pengusaha kena pajak yang tidak mengisi faktur pajak secara lengkap (selain;identitas pembeli, nama dan tanda tangani)

f. Pengusaha kena pajak melaporkanfaktur pajak tidak sesuai dengan masa penerbitan faktur pajak;atau

g. Pengusaha kena pajak yang gagal berproduksi dan telah di berikan pengembalian pajak masukan sebagaimana di maksud dalam pasal 9 ayat (6a) Undang-undang pajak pertambahan nilain 1984 dan perubahannya.


(28)

18

2.1.9 Sanksi Administrasi Surat Tagihan Pajak (STP)

a.) Jumlah kekurangan pajak yang terutang (poin2a dan 2b) di tambah dengan sankksi administrasi berupa bunga sebesar 2% per bulan untuk paling lama 24 bulan, dihitung sejak saat terutang pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak,atau tahun pajak sampai dengan diterbitkannya surat tagihan pajak.

b.) Terhadap pengusaha atau pengusaha kena pajak (poin d,2e,atau 2f) selain wajib menyetor pajak yang terutang , dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 2% dari dasar pengenaan pajak. c.) Terhadap pengusaha kena pajak (poin 2g) dikenai sanksi

administrasi berupa bunga sebesar 2% perbulan dari jumlah pajak yang di tagih kembali, dihitung dari tanggal penerbitan surat keputusan pengembalian kelebihan pembayaran pajak sampai dengan tanggal penerbitan surat tagihan pajak dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 bulan.


(1)

13

10) Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala.

11) Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tetentu yang ditetapkan Peraturan Pemerintah.

12) Keuntungan selisih kurs mata uang asing.

13) Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva.

14) Premi asuransi.

15) Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.

16) Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak.

17) Penghasilan dari usaha berbasis syariah.

18) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang–Undang yang mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan.

Sedangkan yang tidak termasuk sebagai Objek Pajak berdasarkan Pasal 4 ayat (3) Undang-Udang Nomor 36 Tahun 2008 adalah:

1) Bantuan sumbangan dan harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan oleh badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan.


(2)

14 2) Warisan

3) Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal.

4) Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah.

5) Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa.

6) Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, Badan Usaha Milik Negara, atau Badan Usaha Milik Daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia.

7) Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai.

8) Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun, dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan.

9) Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi.


(3)

15

10) Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksadana selama 5 (lima) tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian ijin usaha.

11) Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia.

2.1.5 FungsiPengurangan dan Pengapusan Sanksi Administrasi

Dari segi fungsinya pengurangan dan penghapusan sanksi administrasi tidak jauh beda dari artinya bahwa fungsinya sebagai fasilitas bagi wajib pajak yang ingin menghapuskan dendanya akibat keterlambatan penyampaian surat pemberitahuan, pembetulan surat pemberitahuan dan keterlambatan pembayaran atau penyetoran pajak.

2.1.6 Dasar Hukum Pengurangan dan Penghapusan Sanksi Administrasi

Yang menjadi dasar hukum adalah Peraturan Menteri Keuangan Nomor 91/PMK.03/2015 tentang Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi atas keterlambatan penyampaian surat pemberitahuan, pembetulan, surat pemberitahuan dan keterlambatan, pembayaran atau penyetoran pajak.


(4)

16 2.1.7 Surat Tagihan Pajak (STP)

Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan atau sanksi administrasi berupa denda, dan atau bunga. Surat tagihan pajak biasanya terbit bila wajib pajak ada melakukan keterlambatan bayar, melaporkan SPT pembetulan dan kurang bayar biasanya untuk satu STP, wajib pajak dapat mengajukan permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi paling banyak 2 (dua) kali tidak ada pembatasan jumlah STP yang hendak diajukan permohonan pengurangan sanksi. Permohonan juga dapat mencakup pajak-pajak tahun sebelumnya sepanjang di terbitkan STP karena wajib pajak melakukan pelaporan, pembetulan atau pembayaran di tahun 2015.

Pajak penghasilan sesuai dengan pasal 1 Undang Undang pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subyek pajak atas penghasilan yang diterima dalam tahun pajak. Pajak Penghasilan termasuk salah satu jenis pajak subjektif. Subyek pajak akan dikenai pajak apabila dia menerima atau memperoleh penghasilan. Dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan, subyek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan disebut sebagai Wajib Pajak.


(5)

17

2.1.8 Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP)

STP dikeluarkan apabila:

a. Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang di bayar b. Dari hasil penelitian terdapat kekurangan pembayaaran pajak

sebagai akibat salah tulis dan/ atau salah hitung.

c. Wajib pajak dikenai sanksi administrasi berupa denda dan/atau bunga;

d. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak, tetapi tidak membuat faktur pajak atau membuat faktur pajak, tetapi tidak tepat waktu

e. Pengusaha yang telah di lakukan sebagai pengusaha kena pajak yang tidak mengisi faktur pajak secara lengkap (selain;identitas pembeli, nama dan tanda tangani)

f. Pengusaha kena pajak melaporkanfaktur pajak tidak sesuai dengan masa penerbitan faktur pajak;atau

g. Pengusaha kena pajak yang gagal berproduksi dan telah di berikan pengembalian pajak masukan sebagaimana di maksud dalam pasal 9 ayat (6a) Undang-undang pajak pertambahan nilain 1984 dan perubahannya.


(6)

18

2.1.9 Sanksi Administrasi Surat Tagihan Pajak (STP)

a.) Jumlah kekurangan pajak yang terutang (poin2a dan 2b) di tambah dengan sankksi administrasi berupa bunga sebesar 2% per bulan untuk paling lama 24 bulan, dihitung sejak saat terutang pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak,atau tahun pajak sampai dengan diterbitkannya surat tagihan pajak.

b.) Terhadap pengusaha atau pengusaha kena pajak (poin d,2e,atau 2f) selain wajib menyetor pajak yang terutang , dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 2% dari dasar pengenaan pajak. c.) Terhadap pengusaha kena pajak (poin 2g) dikenai sanksi

administrasi berupa bunga sebesar 2% perbulan dari jumlah pajak yang di tagih kembali, dihitung dari tanggal penerbitan surat keputusan pengembalian kelebihan pembayaran pajak sampai dengan tanggal penerbitan surat tagihan pajak dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 bulan.