TATA CARA PERHITUNGAN, PELAPORAN PP 46 TAHUN 2013 SPT TAHUNAN ORANG PRIBADI TAHUN 2014.

(1)

i

TATA CARA PERHITUNGAN,PELAPORAN PP 46 PADA SPT TAHUNAN ORANG PRIBADI TAHUN 2014

Oleh:

KOMANG SRI UTAMI NIM : 1306043039

PROGRAM STUDI DIPLOMA III PERPAJAKAN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR


(2)

ii

Tugas Akhir Studi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing, serta diuji pada tanggal:...

Tim Penguji: Tanda Tangan

1. Ketua : Dra. Ni Ketut Lely A.M.,M,Si.,Ak ... 2. Sekretaris : I Ketut Jati,SE.,M,Si.,Ak. ...

Mengetahui,

Ketua Program Pembimbing

(Drs.I Komang Ardana,MM.) (Dra.Ni Ketut lely A.M.,M.Si.,Ak.) NIP. 19561012 198403 1 003 NIP. 196611071992032001


(3)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Studi (TAS) yang berjudul “ Tata Cara Perhitungan, Pelaporan PP 46 Tahun 2013 SPT Tahunan Orang Pribadi Tahun 2014 pada Tuan Z ” dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir Studi ini tidak berhasil tanpa bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya dalam penyusunan Tugas Akhir Studi ini. Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1) Bapak Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

2) Ibu Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., M.S., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

3) Bapak Drs. I Komang Ardana, MM selaku Ketua Program Diploma III Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

4) Ibu Dra. Ni Ketut Lely A. M, MSi.,Ak selaku pembimbing PKL yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan sampai dengan selesainya Tugas Akhir Studi ini.

5) Bapak I Ketut Jati, SE.,M.Si selaku Pembimbing Akademik (PA) selama penulis menjalankan kuliah pada Program Studi Diploma III Perpajakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.


(4)

iv

6) Seluruh staf dosen yang telah banyak membimbing penulis selama mengikuti kuliah pada Program Studi Diploma III Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

7) Bapak I Gde Sentana selaku Pimpinan PT. Manasa Sistematika Indonesia yang telah memberikan kesempatan penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL).

8) Seluruh karyawan/ karyawati PT. MSI yang telah banyak membantu dalam penyusunan Tugas Akhir Studi (TAS).

9) Ayah dan Ibu atas segala dukungan baik secara moral maupun material. 10)Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut

membantu dalam penyusunan Tugas Akhir Studi (TAS) ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Tugas akhir Studi (TAS) ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan yang disebabkan karena keterbatasan kemampuan serta pengalaman penulis. Namun demikian Tugas Akhir Studi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi yang berkepentingan.

Denpasar, Juni 2016


(5)

v

Judul : Tata Cara Perhitungan,Pelaporan PP 46 Tahun 2013 Pada SPT Tahunan Orang Pribadi tahun 2014 Tuan Z ( Klien PT. Manasa Sistematika Indonesia)

Nama : Komang Sri Utami NIM : 1306043039

ABSTRAK

Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan/menghitung pembayaran pajak, objek pajak/bukan objek pajak, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Tata Cara Perhitungan,pelaporan PP 46 Tahun 2013 pada SPT Tahunan Orang Pribadi Tahun 2014 pada PT. Z yang merupakan klien pada PT. Manasa Sistematika Indonesia. Sumber data yang digunakan merupakan data sekunder.Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan dokumentasi, sedangkan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskristif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa PT.Z telah mengetahui secara jelas tentang Tata Cara Perhitungan,Pelaporan PP 46 Tahun 2013 pada SPT Tahunan Orang Pribadi Tahun 2013 sesuai dengan Peraturan Undang-undang yang berlaku.


(6)

vi DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK... ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 3

1.2.1 Tujuan Penelitian ... 3

1.2.2 Kegunaan Penelitian... 3

1.3 Sistematika Penulisan ... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Pajak ... 6

2.1.1 Pengertian Pajak ... 6

2.1.2 Fungsi Pajak ... 7


(7)

vii

2.2 Pengertian Pajak Penghasilan (Pph) ...9

2.2.1 Subjek Pajak Penghasilan (Pph) ... 9

2.2.2 Objek Pajak Penghasilan (Pph) ... 12

2.2.3 Surat Pemberitahuan (SPT) ... 13

2.2.4 Fungsi Surat Pemberitahuan (SPT) ... 18

2.2.5 Peraturan Pemerintah No.46 Tahun 2013 ... 18

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian ...19

3.2 Objek Penelitian ...19

3.3 Jenis dan Sumber Data ...19

3.3.1 Jenis Data ...19

3.3.2 Sumber Data ...20

3.4 Metode Pengumpulan Data ...20

3.5 Teknik Analisis Data ...21

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum/ Deskripsi Tempat Penelitian ...22

4.1.1 Sejarah Berdirinya Perusahaan ...22

4.1.2 Bidang Tugas/Kegiatan Istitusi ...23

4.1.3 Visi Dan Misi ...24

4.1.4 Struktur Organisasi ...24


(8)

viii

4.2.1 Tata Cara Perhitungan SPT Tahunan...30

4.2.2 Tata Cara Pengisian SPT Bagi Wajib Pajak OP...30

4.2.3 Tata Cara Penyetoran SPT Tahunan Tuan Z...33

4.2.4 Tata cara Pelaporan SPT Tahunan Tuan Z...37

BAB V SIMPULAN & SARAN 5.1 Simpulan ...38

5.2 Saran ...38

DAFTAR PUSTAKA Lampiran


(9)

ix

DAFTAR GAMBAR

No Gambar Halaman


(10)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah dan pembangunan. Hal ini terutang dalam Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) dimana penerimaan pajak merupakan penerimaan dalam negeri yang terbesar.Semakin besarnya pengeluaran pemerintah dalam rangka pembiayaan negara menuntut peningkatan penerimaan negara yang salah satunya berasal dari penerimaan pajak.Direktorat Jenderal Pajak sebagai istansi pemerintahan di bawah Departemen keuangan sebagai pengelola sistem perpajakan di Indonesia berusaha meningkatkan penerimaan pajak dengan mereformasi pelaksanaan sistem perpajakan yang lebih modern.

Peraturan terbaru yang dikeluarkan pemerintah salah satunya Peraturan Pemerntah No 46 tahun 2013 yang mulai berlaku bulan juli 2014. Peraturan Pemerintah No 46 ini mengatur mengenai pengenaan pajak sebesar 1% final untuk wajib pajak orang pribadi maupun badan selain Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang omzetnya tidak lebih dari 4,8 Milyar per bulan .Peraturan ini dibuat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam melakukan kewajiban perpajakannya.Yang kita ketahui bersama tingkat kepatuhan masyarakat Indonesia dalam melakukan kewajiban perpajakannya masih rendah dibandingkan negara-negara lain.Melalui Peraturan Pemerintah ini diharapkan tingkat partisipasi masyarakat dalam mnelaksanakan kewajiban perpajakannya meningkat,


(11)

2

terutama wajib pajak yang belum melakukan kewajiban perpajakan menjadi ikut melakukan kewajiban perpajakan.

Tuan Z merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan alat-alat kesehatan dengan omzet tahun 2013 sebesar

Rp 1.861.063.227,00,- ini berarti Tuan Z pada tahun 2014 mengikuti peralihan peraturan dalam perhitungan PPh terutang sebelumnya berdasarkan tarif pasal 17 UU No.36 tahun 2008 menjadi PP 46 tahun 2014.

Berdasarkan uraian diatas maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penulisan laporan ini adalah.

1) Bagaiman tata cara perhitungan,pelaporan PP 46 pada SPT tahunan orang pribadi tahun 2014.

1.2 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.2.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Tata cara perhitungan ,dan pelaporan PP 46 tahun 2013 pada SPT tahunan Orang Pribadi tahun 2014.

1.2.1 Kegunaan Penelitian Laporan 1) Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat digunakan sebagai aplikasi teori yang diperoleh di bangku kuliah dengan kenyataan yang ada di lapangan agar dapat meningkatkan dan menambah wawasan terhadap masalah perpajakan yang terus berkembang.


(12)

3 2) Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan referensi bagi pegawai mengenai Tata cara perhitungan, dan pelaporan PP 46 tahun 2013 pada SPT tahunan Orang pribadi tahun 2014.

1.3 Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran yang cukup jelas dan terarah maka pada laporan ini disajikan dengan sistematika sebagai berikut.

Bab I Pendahuluan

Bab pendahuluan ini dikemukan tentang latar belakang masalah, tujuan penelitian dan kegunaan penelitian.

Bab II Kajian Pustaka

Bab ini menguraikan tentang teori-teori yang diperlukan untuk memecahkan masalah, serta menjabarkan masalah dan menganalisis masalah.

Bab III Metode Penelitian

Bab metode penelitian menguraikan tentang lokasi penelitian, obyek penelitian, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, serta teknik analisis data yang digunakan selama penelitian. Bab IV Pembahasan Hasil Penelitian

Bab ini menguraikan tentang sejarah berdirinya perusahaan, bidang kegiatan perusahaan, struktur organisasi dan uraian jabatan perusahaan, dan pembahasan hasil penelitian.


(13)

4 Bab V Simpulan dan Saran

Bab ini merupakan bab terakhir yang akan menguraikan simpulan dan saran yang berkaitan dengan masalah yang ada dalam tugas akhir ini.


(14)

5 BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Pajak

2.1.1 Pengertian Pajak

Pengertian pajak menurut Mardiasmo (2013:1) “Pajak adalah iuran rakyat ke kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada memeroleh jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Pengertian pajak menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Berdasarkan kedua pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-unsur.

1) Iuran dari rakyat ke Negara. Yang berhak memungut pajak hanyalah Negara. Iuran tersebut berupa uang (bukan barang).

2) Berdasarkan undang-undang. Pajak dipungut atau dengan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaanya.

3) Tanpa jasa timbal balik atau kontraprestasi dari Negara yang secara langsung dapat ditunjuk. pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah.


(15)

6

4) Digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara, yakni pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat.

2.1.2 Fungsi Pajak

Pajak memiliki fungsi sebagai sumber pendapatan Negara, namun fungsi tersebut bukanlah merupakan fungsi utama. Ada dua fungsi pajak yang paling penting antara lain.

1) Fungsi penerimaan (budgetair) yaitu pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.

2) Fungsi mengatur (regulerend) yaitu pajak sebagai alat untuk melaksanakan atau mengatur kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.

Menurut Anne Ahira (2012), pajak dirasa sangat penting bagi kelangsungan hidup suatu negara. Negara memiliki target atas pemasukan pajak agar bisa menentukan anggaran belanja negara. Dengan kata lain, besar kecilnya anggaran belanja negara dipengaruhi oleh pendapatan pajak, selain pajak yang dipungut negara.


(16)

7 2.1.3 Pengelompokkan Pajak

Menurut Waluyo (2010: 12) pajak dapat digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu.

1) Menurut golongannya terdiri atas.

(1) Pajak langsung, adalah pajak yang pembebanannya tidak dapat dilimpahkan pihak lain, tetapi harus menjadi beban langsung Wajib Pajak yang bersangkutan.

(2) Pajak tak langsung, adalah pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan kepada pihak lain.

2) Menurut sifat

Pembagian pajak menurut sifat dimaksudkan pembedaan dan pembagian berdasarkan ciri-ciri prinsip, yaitu.

(1) Pajak subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan subjeknya.

(2) Pajak objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memerhatikan keadaan diri Wajib Pajak.

3) Menurut pemungut dan pengelolanya, antara lain.

(1) Pajak pusat, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara. (2) Pajak daerah, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah

daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.


(17)

8 2.2 Pengertian Pajak Penghasilan 2.2.1 Subjek Pajak Penghasilan

Subjek Pajak Penghasilan diatur pada pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 36 tahun 2008,yaitu.

1) Orang Pribadi yang dapat bertempat atau berada di Indonesia ataupun di luar Indonesia.

2) Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak,atau ahli waris.

3) Badan adalah sekumpulan orang dan/atau yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas,perseroan komanditer.

4) BUT adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia.

Yang bukan termasuk subjek pajak. 1) Kantor perwakilan Negara Asing.

2) Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari ngara asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bertempat tinggal bersama-sama mereka.

2.2.2 Objek Pajak Penghasilan

Pada pasal 4 Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, menyebutkan yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai


(18)

9

untuk kosumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk:

1) Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, hononarium, komisi, kecuali ditentukan lain dalam Undang-Undang ini.

2) Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan. 3) Laba usaha.

4) Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk: a) Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan,

persekutuan,dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal.

b) Keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham,sekutu , atau anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya.

c) Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, pengambilan usaha, atau reorganisasi dengan nama dan dalam bentuk apapun.

d) Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat dan badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Mentri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan,


(19)

10

kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yan bersangkutan.

e) Keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan dalam perusahaan pertambangan.

5) Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak.

6) Bung termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang.

7) Deviden, dengan nama dan dalam bentuk apapun, deviden dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi.

8) Royalty atau imbalan atas penggunaan hak.

9) Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta. 10)Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala.

11)Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

12)Keuntungan selisih kurs mata uang asing.

13)Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva’

14)Premi asuransi.

15)Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas. 16)Penghasilan dari usaha berbasis syariah.


(20)

11 Tidak Termasuk Objek Pajak

Berikut ini adalah yang dikecualikan dari objek pajak.

1) a) Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh sumbangan yang berhak, yang ketentuannyan diatur dengan atau berdasarkan peraturan pemerintah.

b) Harta atau hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu sederajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan mikro kecil, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Mentri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan.

2) Warisan.

3) Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal.

4) Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali yang diberikn oleh bukan Wajib


(21)

12

Pajak,Wajib Pajak yang dikenakan pajak secara final atau Wajib Pajak yang menggunakan norma perhitungan khusus.

5) Pembayaran dari perusahaan asuransikepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa.

6) Deviden atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau usaha milik daerah, dari penyertaan modal pada usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:

a) Deviden berasal dari cadangan laba yang ditahan.

b) Bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah yang menerima deviden, kepemilikan saham pada badan yang memberikan deviden paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah yang disetor.

7) Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pediriannya telah disahkan Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai.

8) Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun sebagaimana dimaksud pada angka 7, dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan keputusan Mentri Keuangan.

9) Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saha-saham persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif.


(22)

13

10)Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia, dengaan syarat badan pasangan usaha tersebut:

a) Merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Mentri Keuangan.

b) Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek Indonesia.

11)Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Mentri Keuangan.

12)Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan penyelenggara Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Mentri Keuangan.

2..2.3 Surat Pemberitahuan (SPT)

Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

2.2.4 Fungsi SPT

1) Fung Surat Pemberitahuan (SPT) bsgi Wajib Pajak PPh adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggung jawabkan perhitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang:


(23)

14

a) Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan/atau melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam 1 (satu) Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak.

b) Penghasilan yang merupakan objek pajak dan/atau bukan objek pajak. c) Harta dan kewajiban

d) Pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan atau pemungutan pajak orang pribadi atau badan lain dalam 1(satu) Masa Pajak sesuai dengan ketemtuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

2) Fungsi Surat Pemberitahuan (SPT) bagi Pengusaha Kena Pajak adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang: a) Pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran.

b) Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri oleh Pengusaha Kena Pajak dan/atau melalui pihak lain dalam satu Masa Pajak, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

3) Fungsi Surat Pemberitahuan (SPT) adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong atau dipungut dan disetorkannya.

2.2.2 Peraturan Pemerintah No.46 tahun 2013

Ketentuan pajak penghasilan yang di atur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 46 tahun 2013, merupakan kebijakan pemerintah yang mengatur


(24)

15

mengenai Pajak Penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh Wajib pajak yang dimiliki peredaran bruto tertentu.Pajak yang terhutang dan harus dibayar adalah 1% dari jumlah peredaran bruto (omzet).

Kebijakan pemerintah dengan pemberlakuan PP ini didasari dengan maksud : 1) untuk memberikan kemudahan dan penyederhanaan aturan perpajakan, 2) mengedukasi masyarakat untuk tertib administrasi,

3) mengedukasi masyarakat untuk tranparansi,

4) memberikan masyarakat untuk berkontribusi dalam penyelenggaran Negara.

Tujuan diberlakukannya PP 46 Tahun 2013.

1) Kemudahan bagi masyarakat dalam melaksanakan kewajiban perpajakan. 2) Meningkatnya pengetahuan tentang manfaat perpajakan bagi masyarakat. 3) Terciptanya kondisi kontrol sosial dalam memenuhi kewajiban

perpajakan.

Objek pajak yang dikenai Pajak Penghasilan berdasarkan ketentuan PP Nomor 46 Tahun 2013 ini adalah penghaslan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak dengan peredaran bruto(omzet) yang tidak melebihi Rp 4.800.000.000,- dalam 1 tahun pajak. Peredaran broto (omzet) merupakan jumlah peredaran bruto semua gerai/counter/outlet atau sejenisnya baik pusat maupun cabangnya.

Objek pajak yang tidak dikenai pajak penghasilan sesuai ketentuan PP Nomor 46 Tahun 2013 ini harus memenuhi kriteria sebagai berikut.

1) Pekerjaan dari jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas, seperti misalnya: dokter, advokat/pengacara, akuntan, notaris, PPAT,


(25)

16

arsitek, pemain music, pembawa acara, dan sebagaimana diuraikan dalam penjelasan PP tersebut,

2) Penghasilan dari usaha yang dikenai Pph Final (Pasal 4 ayat (2)), seperti misalnya sewa kamar kos, sewa rumah, jasa kontruksi (perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan), PPH usaha migas dan lain sebagainya yang diatur berdasarkan Peraturan Pemerintah tersendiri.

3) Penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri. Yang dikenai Pajak Pemghasilan sesuai PP No. 46 Tahun 2013 adalah.

1)Orang Pribadi,

2)Badan, tidak termasuk Bentuk Usaha Tetap (BUT)

Yang menerima penghasilan dari usaha dengan peredaran bruto (omzet) yang tidak melebihi Rp. 4.800.000.000,- dalam 1 tahun pajak.

Yang tidak dikenai Pajak Penghasilan sesuai PP No.46 tahun 2013 adalah.

1) Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha perdagangan dan/atau jasa yang menggunakan sarana yang dapat di bongkar pasang dan menggunakan sebagian atau seluruh tempat kepentingan umum. Misalnya pedagang keliling, pedangan asongan , warung tenda di area kaki lima dan sejenisnya.

2) Badan yang belum beroperasi secara komersial atau yang dalam jangka waktu 1 tahun beroperasi secara setelah komersial memperoleh peredaran bruto (omzet) melebihi


(26)

17

Pajak Penghasilan yang di atur oleh PP No. 46 tahun 2013

termasuk dalam PPh Pasal 4 auyat (2), bersifat final. Setoran bulanan dimaksud merupakan PPh Pasal 4 ayat (2),bukan PPh pasal 25. Jika penghasilan semata-mata dikenai PPh final,tidak wajib PPh Pasal 25.

Pajak Penghasilan yang diatur oleh PP No. 46 Tahun 2013 termasuk dalam PPh Pasal 4 Ayat (2), bersifat final.

Setoran bulanan dimaksud merupakan PPh Pasal 4 ayat (2), bukan PPh pasal 25. Jika penghasilan semata-mata dikenai PPh final.

Penyetoran dan Pelaporan PPh sesuai ketentuan PP No. 46 Tahun 2013 dilakukan paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP). Jika SSP sudah validasi,wajib pajak tidak perlu melaporkan SPT masa PPh Pasal 4 ayat (2) karena dianggap telah menyampaikan SPT masa PPh Pasal 4 ayat (2) sesuai tanggal validasi.Penyetoran dimaksud dengan mencantumkan kode pada SSP sebagai berikut:

Kode akun Pajak : 411128 Kode Jenis Setoran : 420


(27)

(1)

13

10)Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia, dengaan syarat badan pasangan usaha tersebut:

a) Merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Mentri Keuangan.

b) Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek Indonesia.

11)Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Mentri Keuangan.

12)Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan penyelenggara Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Mentri Keuangan.

2..2.3 Surat Pemberitahuan (SPT)

Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

2.2.4 Fungsi SPT

1) Fung Surat Pemberitahuan (SPT) bsgi Wajib Pajak PPh adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggung jawabkan perhitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang:


(2)

14

a) Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan/atau melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam 1 (satu) Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak.

b) Penghasilan yang merupakan objek pajak dan/atau bukan objek pajak. c) Harta dan kewajiban

d) Pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan atau pemungutan pajak orang pribadi atau badan lain dalam 1(satu) Masa Pajak sesuai dengan ketemtuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

2) Fungsi Surat Pemberitahuan (SPT) bagi Pengusaha Kena Pajak adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang: a) Pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran.

b) Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri oleh Pengusaha Kena Pajak dan/atau melalui pihak lain dalam satu Masa Pajak, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

3) Fungsi Surat Pemberitahuan (SPT) adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong atau dipungut dan disetorkannya.

2.2.2 Peraturan Pemerintah No.46 tahun 2013

Ketentuan pajak penghasilan yang di atur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 46 tahun 2013, merupakan kebijakan pemerintah yang mengatur


(3)

15

mengenai Pajak Penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh Wajib pajak yang dimiliki peredaran bruto tertentu.Pajak yang terhutang dan harus dibayar adalah 1% dari jumlah peredaran bruto (omzet).

Kebijakan pemerintah dengan pemberlakuan PP ini didasari dengan maksud : 1) untuk memberikan kemudahan dan penyederhanaan aturan perpajakan, 2) mengedukasi masyarakat untuk tertib administrasi,

3) mengedukasi masyarakat untuk tranparansi,

4) memberikan masyarakat untuk berkontribusi dalam penyelenggaran Negara.

Tujuan diberlakukannya PP 46 Tahun 2013.

1) Kemudahan bagi masyarakat dalam melaksanakan kewajiban perpajakan. 2) Meningkatnya pengetahuan tentang manfaat perpajakan bagi masyarakat. 3) Terciptanya kondisi kontrol sosial dalam memenuhi kewajiban

perpajakan.

Objek pajak yang dikenai Pajak Penghasilan berdasarkan ketentuan PP Nomor 46 Tahun 2013 ini adalah penghaslan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak dengan peredaran bruto(omzet) yang tidak melebihi Rp 4.800.000.000,- dalam 1 tahun pajak. Peredaran broto (omzet) merupakan jumlah peredaran bruto semua gerai/counter/outlet atau sejenisnya baik pusat maupun cabangnya.

Objek pajak yang tidak dikenai pajak penghasilan sesuai ketentuan PP Nomor 46 Tahun 2013 ini harus memenuhi kriteria sebagai berikut.

1) Pekerjaan dari jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas, seperti misalnya: dokter, advokat/pengacara, akuntan, notaris, PPAT,


(4)

16

arsitek, pemain music, pembawa acara, dan sebagaimana diuraikan dalam penjelasan PP tersebut,

2) Penghasilan dari usaha yang dikenai Pph Final (Pasal 4 ayat (2)), seperti misalnya sewa kamar kos, sewa rumah, jasa kontruksi (perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan), PPH usaha migas dan lain sebagainya yang diatur berdasarkan Peraturan Pemerintah tersendiri.

3) Penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri. Yang dikenai Pajak Pemghasilan sesuai PP No. 46 Tahun 2013 adalah.

1)Orang Pribadi,

2)Badan, tidak termasuk Bentuk Usaha Tetap (BUT)

Yang menerima penghasilan dari usaha dengan peredaran bruto (omzet) yang tidak melebihi Rp. 4.800.000.000,- dalam 1 tahun pajak.

Yang tidak dikenai Pajak Penghasilan sesuai PP No.46 tahun 2013 adalah.

1) Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha perdagangan dan/atau jasa yang menggunakan sarana yang dapat di bongkar pasang dan menggunakan sebagian atau seluruh tempat kepentingan umum. Misalnya pedagang keliling, pedangan asongan , warung tenda di area kaki lima dan sejenisnya.

2) Badan yang belum beroperasi secara komersial atau yang dalam jangka waktu 1 tahun beroperasi secara setelah komersial memperoleh peredaran bruto (omzet) melebihi


(5)

17

Pajak Penghasilan yang di atur oleh PP No. 46 tahun 2013

termasuk dalam PPh Pasal 4 auyat (2), bersifat final. Setoran bulanan dimaksud merupakan PPh Pasal 4 ayat (2),bukan PPh pasal 25. Jika penghasilan semata-mata dikenai PPh final,tidak wajib PPh Pasal 25.

Pajak Penghasilan yang diatur oleh PP No. 46 Tahun 2013 termasuk dalam PPh Pasal 4 Ayat (2), bersifat final.

Setoran bulanan dimaksud merupakan PPh Pasal 4 ayat (2), bukan PPh pasal 25. Jika penghasilan semata-mata dikenai PPh final.

Penyetoran dan Pelaporan PPh sesuai ketentuan PP No. 46 Tahun 2013 dilakukan paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP). Jika SSP sudah validasi,wajib pajak tidak perlu melaporkan SPT masa PPh Pasal 4 ayat (2) karena dianggap telah menyampaikan SPT masa PPh Pasal 4 ayat (2) sesuai tanggal validasi.Penyetoran dimaksud dengan mencantumkan kode pada SSP sebagai berikut:

Kode akun Pajak : 411128 Kode Jenis Setoran : 420


(6)