PERANAN BALAI PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN TERHADAP PENYALURAN MINUMAN ALKOHOL ILEGAL DALAM KAITANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN.

SKRIPSI
PERANAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
TERHADAP PENYALURAN MINUMAN ALKOHOL ILEGAL
DALAM KAITANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR
8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

IDA BAGUS EDDY PRABAWA
NIM. 1116051080

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016

i

PERANAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
TERHADAP PENYALURAN MINUMAN ALKOHOL ILEGAL
DALAM KAITANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR
8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN


Skripsi Ini Dibuat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
Pada Fakultas Hukum Universitas Udayana

IDA BAGUS EDDY PRABAWA
NIM. 1116051080

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
PROGRAM EKSTENSI
2016

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi karunia
dan rahmat-NYA kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tepat pada
waktunya laporan akhir skripsi ini yang berjudul “Peranan Balai Pengawas
Obat Dan Makanan Terhadap Penyaluran Minuman Alkohol Ilegal Dalam
Kaitannya


Dengan

Undang-Undang

Nomor

8

Tahun

1999

Tentang

Perlindungan Konsumen”.
Tugas laporan akhir SKRIPSI ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
dapat menyelesaikan studi pada Fakultas Hukum Udayana. Dalam penyusunan
laporan ini penulis menyadari bahwa penulis banyak mendapatkan bantuan moral
dan moril dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dengan rasa hormat kepada :
1. Bapak Prof. Dr. I Gusti Ngurah Wairocana, SH., MH., Dekan Fakultas
Hukum Universitas Udayana.
2. Bapak I Ketut Sudiartha, SH., MH., Pembantu Dekan I Fakultas Hukum
Universitas Udayana.
3. Bapak I Wayan Bela Siki Layang, SH., MH., Pembantu Dekan II
Fakultas Hukum Universitas Udayana.
4. Bapak I Wayan Suardana, SH.,MH., Pembantu Dekan III Fakultas
Hukum Universitas Udayana.
5. Bapak A.A. Gde Oka Parwata, SH., M.si, Ketua Program Ekstensi
Fakultas Hukum Universitas Udayana.

v

6. Bapak Dr,I Wayan Wiryawan SH,.MH. Ketua Bagian Hukum Perdata,
Fakultas Hukum Universitas Udayana.
7. Bapak I Gde Putra Ariana SH.,Mkn Pembimbing Akademik yang
dengan penuh perhatian memberikan kemudahan selama saya menuntut
ilmu di Fakultas Hukum Universitas Udayana.
8. Bapak Dr. I Ketut Westra, SH.,MH. Dosen Pembimbing I yang dengan

penuh kesabaran memberikan masukan dan saran yang berarti dalam
penyelesaian skripsi ini.
9. Bapak A. A. Ketut Sukranatha, SH.,MH. Dosen Pembimbing II yang
telah

banyak

memberikan

bimbingan

dan

mengarahkan

serta

memberikan masukan sehingga terselesaikannya skripsi ini.
10. Seluruh Dosen di lingkungan Fakultas Hukum Universitas


Udayana

yang telah menuntun dan memberikan ilmu pengetahuan selama kuliah
sihingga penulis dapat menyelesaikan studi ini.
11. Seluruh Staff Tata Usaha Fakultas Hukum Universitas Udayana yang
telah

membantu

segala

urusan

administrasi

selama

menempuh

Pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Udayana.

12. Kepala beserta Staff Balai Pengawas Obat dan Makanan di Kota
Denpasar.
13. Bapak I Wayan Eka Ratnata sebagai Kepala Bidang Pemeriksaan dan
Penyidikan Balai Pengawas Obat dan Makanan Kota Denpasar.
14. Kepada Orang Tua Ida Bagus Oka Samudra, SH. dan Ida Ayu Suartini
yang telah memberikan semangat dan dukungan moril maupun materiil.

vi

15. Semua

sahabat



sahabat seperjuangan angkatan 2011.

Penulis

mengucapkan terimakasih atas kebersamaannya selama kuliah hingga

selesai.
16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dan mendukung terselesaikannya skripsi ini.
Penulis
penyempurnaan

menyadari bahwa
selanjutnya,

penulis

skripsi ini belum sempurna,
mengharapkan

saran

dan

dan


demi

kritik

yang

membangun demi kepentingan ilmu hukum. Akhir kata di harapkan skripsi ini
berguna dan bermanfaat bagi semua pihak terutama dalam perkembangan ilmu
hukum serta mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah turut
membantu, semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan rahmat dan berkah-nya
kepada kita semua.

Denpasar, 21 Februari 2016

Penulis

vii

DAFTAR ISI


HALAMAN SAMPUL ..................................................................................

i

HALAMAN PERSYARATAN GELAR SARJANA HUKUM ...................

ii

HAL AMAN PE RSE T UJUAN PE MBIMBING ...........................................

iii

HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI ........................

iv

KATA PENGANTAR ..................................................................................

v


SURAT PE RNYAT AAN KE ASLIAN .........................................................

viii

DAFT AR ISI ....................................................................... ..........................

ix

ABST RAK ....................................................................................................

xii

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ...................................................

1

1.2. Rumusan Masalah…..………………………….…......


6

1.3 Ruang Lingkup Masalah.....................................................

6

1.4 Orisinalitas Penelitian.........................................................

7

1.5. Tujuan Penelitian...............................................................

8

1.5.1. Tujuan Umum……………...…...…….....................

8

1.5.2. Tujuan Khusus……………...…..…….….…...........

9

1.6. Manfaat Penelitian.............................................................

9

1.6.1. Manfaat Teoritis….………...….…….……..............

9

1.6.2. Manfaat Praktis.…………......…..….….………… ..

10

1.7. Landasan Teoritis……………….....................................

10

1.8. Metode Penelitian………………………..……....….......

16

1.8.1Jenis Penelitian............................................................

16

1.8.2Jenis Pendekatan..........................................................

17

1.8.3.Sifat Penelitian............................................................

18

1.8.4.Data Dan Sumber Data...............................................

18

1.8.5Teknik Pengumpulan Data..........................................

20

ix

BAB II

1.8.6Teknik Penentuan Sampel Penelitian..........................

21

1.8.7.Teknik Pengolahan Data.............................................

22

1.8.8Teknik Analisis Data...................................................

22

TINJAUAN UMUM TENTANG BALAI PENGAWAS
OBAT DAN MAKANAN, DAN PERLINDUNGAN
KONSUMEN
2.1 Balai Pengawas Obat dan Makanan ...............................
2.1.1

Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan
Badan POM Republik Indonesia............................

2.1.2

25

Kebijakan dan Strategi Badan POM Republik
Indonesia ................................................................

32

2.2 Perlindungan Konsumen .................................................

35

2.2.1

Pengertian Dan Dasar Hukum Perlindungan
Konsumen...............................................................

35

2.2.2

Asas-Asas Perlindungan Konsumen ......................

37

2.2.3

Tujuan Perlindungan Konsumen ............................

38

2.2.4

Hak Dan Kewajiban Konsumen Dan Pelaku
Usaha ......................................................................

BAB III

23

Struktur Organisasi Badan POM Republik
Indonesia ................................................................

2.1.3

23

40

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN TERHADAP
PEREDARAN MINUMAN BERALKOHOL ILEGAL
3.1 Mekanisme Penerbitan Izin Tempat Penjualan Minuman
Beralkohol ..........................................................................
3.2 Tanggung

Jawab

Perusahaan

Penyalur

Minuman

Beralkohol Atas Peredaran Minuman Beralkohol Ilegal.

x

43

46

BAB IV

PENGAWASAN

BPOM

TERHADAP

PENYALUR

MINUMAN BERALKOHOL ILEGAL
4.1 Hambatan

Yang Dihadapi Oleh Balai Pengawas Obat

dan Makanan Terhadap Peredaran Minuman Alkohol
Ilegal...................................................................................
4.2 Upaya Penyelesaian

Yang

Dilakukan

54

Oleh Balai

Pengawas Obat dan Makanan Atas Peredaran Minuman
Beralkohol Ilegal ................................................................

BAB V

56

PENUTUP
5.1 Kesimpulan........................................................................
5.2 Saran-saran ........................................................................

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRANLAMPIRAN

xi

60
61

Abstrak
Hak dasar konsumen yang berkaitan dengan minuman kadaluwarsa
tersebut yaitu hak untuk mendapatkan keamanan (the right to safety). Hak atas
keamanan dan keselamatan ini dimaksudkan untuk menjamin keamanan dan
keselamatan konsumen dalam penggunaan barang atau jasa yang diperolehnya
sehingga konsumen dapat terhindar dari kerugian (fisik maupun psikis) apabila
mengkonsumsi suatu produk khususnya produk minuman. Berbagai masalah yang
muncul akibat minuman beralkohol sangat meresahkan masyarakat, sehingga
kenyamanan masyarakat terganggu.
Minuman beralkohol saat ini tidak hanya dikonsumsi oleh orang dewasa
tetapi juga anak-anak. Peredaran minuman beralkohol yang tidak terkendali akan
menimbulkan efek negatif di masyarakat. Minuman beralkohol menjadi salah satu
faktor tingginya angka kriminalitas dan penyakit masyarakat.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu yuridis empiris, yang
bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis Bagaimanakah tanggung jawab
perusahaan penyalur minuman beralkohol terhadap peredaran minuman
beralkohol ilegal. Yang menggunakan bahan hukum data primer dan data
sekunder dengan teknik studi dokumen dan wawancara. Apabila keseluruhan data
telah di dapat akan dianalisis secara kualitatif atau lebih dikenal dengan analisis
deskriptif kualitatif.
Tanggung jawab perusahaan penyalur minuman beralkohol terhadap
peredaran minuman beralkohol ilegal, merupakan tangung jawab yang didasarkan
pada product liability (pertanggungjawaban produk) yaitu tanggungjawab perdata
secara langsung (strict liability) dari pelaku usaha (produsen barang) atas kerugian
yang dialami konsumen akibat mengkonsumsi barang yang dihasilkannya.
Product liability ini dapat digunakan oleh konsumen untuk memperoleh ganti rugi
secara langsung dari produsen (barang), sekalipun konsumen tidak memiliki
hubungan kontraktual (privaty of contract) dengan produsen tersebut.
Kata Kunci : Peranan Balai Pengawas Obat Dan Makanan, Penyaluran
Minuman Alkohol Ilegal, Dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
Tentang Perlindungan Konsumen.

xii

Abstract
Basic rights of consumers with regard to the expiration drinks are right to
security (the right to safety). The right to security and safety is intended to ensure
the security and safety of consumers in the use of goods or services obtained so
that consumers can avoid losses (physical and psychological) when consuming a
product especially beverage products.
Various problems that arise from alcoholic beverages is very disturbing
society, so the convenience of the people affected. Alcoholic beverages are not
currently consumed only by adults but also children. Circulation uncontrollable
alcoholic beverages will have a negative effect on society.
Alcoholic beverages is one factor high crime rate and social ills. The
method used in this research is empirical juridical, which aims to identify and
analyze How corporate responsibility distributor of alcoholic beverages on the
circulation of illegal alcoholic beverages. That uses legal materials primary data
and secondary data with document study and interview techniques. If all the data
has been can be analyzed qualitatively better known by the descriptive and
qualitative analysis.
Corporate responsibility distributor of alcoholic beverages on the
circulation of alcoholic beverages illegal, is the responsibility that is based on
product liability (product liability) which is the responsibility of civil directly
(strict liability) of businesses (producer goods) for the losses suffered by
consumers due to the consumption of goods it produces , Product liability can be
used by consumers to obtain compensation directly from the manufacturer (of
goods), even if the consumer does not have a contractual relationship (privaty of
contract) with the manufacturer.
Keywords : Role Center for Drug and Food Control, Distribution of Illegal
Alcohol Beverages, And Law Number 8 of 1999 on Consumer Protection.

xiii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Konsep

perlindungan konsumen telah diperkenalkan beberapa puluh tahun lalu

diberbagai negara dan sampai saat ini sudah puluhan negara memiliki undang-undang atau
peraturan khusus yang memberikan perlindungan kepada konsumen termasuk menyediakan
sarana peradilannya. Sejalan dengan itu, berbagai negara telah pula menetapkan hak-hak
konsumen yang digunakan sebagai landasan pengaturan perlindungan kepada konsumen. 1
Hak dasar konsumen yang berkaitan dengan minuman kadaluwarsa tersebut yaitu hak
untuk mendapatkan keamanan (the right to safety). Hak atas keamanan dan keselamatan ini
dimaksudkan untuk menjamin keamanan dan keselamatan konsumen dalam penggunaan barang
atau jasa yang diperolehnya sehingga konsumen dapat terhindar dari kerugian (fisik maupun
psikis) apabila mengkonsumsi suatu produk khususnya produk minuman. 2 Sikap konsumen di
Indonesia terhadap suatu produk seperti minuman dalam kenyataannya sangatlah peka ketika
produk minuman yang dikonsumsinya atau beredar di masyarakat ada indikasi tidak memenuhi
standar sebagai produk yang tidak layak. Hal ini disebabkan karena konsumen pada umumnya
kurang memperoleh informasi lengkap mengenai produk yang dibelinya.

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK) pada
Pasal 8 ayat (1) huruf g mengamanatkan bahwa “pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau
memperdagangkan barang dan/atau jasa yang tidak mencantumkan tanggal kadaluwarsa atau

1
2

Shidarta, 2000, Hukum Perlindungan Konsumen
Indonesia, PT. Grasindo, Jakarta, h. 16
1
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, 2010, Hukum Perlindungan Konsumen, Rajawali Pers, Jakarta, h. 41

jangka waktu penggunaan/pemanfaatan yang paling baik atas barang tertentu”. Pencantuman
tanggal kadaluwarsa ini harus dilakukan oleh pelaku usaha agar konsumen mendapat informasi
yang jelas mengenai produk yang dikonsumsinya akan tetapi tanggal yang biasanya tercantum
pada label produk tersebut tidak hanya masa kadaluwarsanya tapi tanggal-tanggal lain.3
Berbagai masalah

yang

muncul akibat minuman beralkohol sangat meresahkan

masyarakat, sehingga kenyamanan masyarakat terganggu. Minuman beralkohol saat ini tidak
hanya dikonsumsi oleh orang dewasa tetapi juga anak-anak. Peredaran minuman beralkohol yang
tidak terkendali akan menimbulkan efek negatif di masyarakat. Minuman beralkohol menjadi
salah satu faktor tingginya angka kriminalitas dan penyakit masyarakat. Salah satu masalah yang
sangat memprihatinkan dan harus mendapatkan perhatian serius dari pemerintah ialah masalah
minuman keras yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat luas.
Mengkonsumsi

minuman

beralkohol

yang

berlebihan

sangat

besar

pengaruhnya

terhadap sikap dan tindakan pelaku yang mengarah kepada deviasi, seperti kebut-kebutan di
jalan raya yang dapat mengganggu lalu lintas, membuat keributan dan kekacauan, dan
mengganggu ketenangan masyarakat lainnya. Hal itu disebabkan kontrol diri menjadi berkurang
karena mengkonsumsi minuman keras secara berlebihan.
Penyalahgunaan minuman keras dengan mengkonsumsinya di luar batas kewajaran,
disamping akan menjadi masalah individu yang dapat merugikan diri sendiri, selain itu yang
lebih luas lagi dapat menjadi masalah bagi masyarakat. Kebiasaan minum-minuman keras yang
melebihi batas yang wajar dapat menyebabkan sikap seseorang menjadi anti sosial dan
cenderung merugikan kepentingan orang lain. Disisi lain kebiasaan minum-minuman keras

3

Ibid, h. 78

secara berlebihan dapat menyebabkan kecanduan dan menjadi ketergantungan terhadap
minuman keras.
Dapat dilihat belakangan ini banyak jatuh korban meninggal dunia yang diakibatkan
karena minuman keras oplosan yang selain dikonsumsi secara berlebihan juga dicampur dengan
zat-zat kimia yang mematikan yang seharusnya tidak diperuntukkan untuk dikonsumsi manusia.
Keadaan yang demikian itu apabila tetap dibiarkan akan menimbulkan keresahan dalam
masyarakat juga rusaknya generasi muda yang akan datang.
Minuman beralkohol merupakan jenis minuman dengan potensi ekonomi tinggi tetapi
memiliki kandungan ethanol yang dapat membahayakan kesehatan pemakainya, sehingga
mengganggu

ketertiban

masyarakat.

Di

Bali

pengaturan

mengenai

peredaran

minuman

beralkohol diatur dalam Perda Nomor 5 Tahun 2012 tentang Pengendalian Peredaran Minuman
Beralkohol Di Provinsi Bali. Menurut ketentuan yang diatur dalam Pasal 1 angka 8 Perda No. 5
Tahun 2012 menyatakan bahwa :
Minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung ethanol yang diproses dari hasil
pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi dan destilasi atau
fermentasi tanpa destilasi, baik dengan cara memberikan perlakuan terlebih dahulu atau
tidak, menambah bahan lain atau tidak, maupun yang diproses dengan cara mencampur
konsentrat dengan ethanol atau dengan cara pengenceran minuman mengandung ethanol.
Setiap peredaran minuman beralkohol di masyarakat harus terlebih dahulu mendapatkan
izin edar dari Gubernur. Peraturan daerah ini juga melarang pengedaran dan atau menjual
minuman beralkohol ditempat umum, kecuali di hotel, bar, restoran dan di tempat tertentu
lainnya yang ditetapkan oleh Bupati/Walikota. Tempat tertentu yang dimaksud yaitu tempat
peribadatan,

sekolah,

Bupati/Walikota.

rumah

sakit

atau

lokasi tertentu

lainnya

yang

ditetapkan

oleh

Distributor minuman beralkohol juga memiliki kewajiban untuk menggunakan label yang
mengacu pada Perda No. 5 Tahun 2012. Pengaturan minuman beralkohol di Bali dimungkinkan
diatur melalui Perda didasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintah antara Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten Kota yang mengamanatkan perdagangan minuman beralkohol merupakan urusan
pemerintahan daerah.
Pasal 10, bab VI Peredaran Minuman Beralkohol, bagian ke satu tentang Peredaran,
Perda Bali No 5 Tahun 2012 menguraikan :
1.

2.
3.

Minuman Beralkohol produksi luar negeri (impor) dan produksi dalam negeri yang
diedarkan oleh distributor, sub distributor pengecer, dan penjual langsung wajib
dikemas, menggunakan pita cukai dan label edar.
Minuman beralkohol produksi tradisional yang dikonsumsi dan diedarkan oleh
kelompok usaha atau koperasi wajib dikemas dengan menggunakan label edar
Minuman beralkohol produksi tradisional yang tidak untuk dikonsumsi dan diedarkan
oleh kelompok usaha atau koperasi peredarannya dengan menggunakan label untuk
upacara (tetabuhan) dan label edar.

Menurut ketentuan pasal di atas dapat diketahui bahwa

apabila sebuah minuman berakohol

sudah memiliki kemasan, pita cukai dan label edar untuk minuman beralkohol impor dan
produksi dalam negeri, dan bagi minuman beralkohol untuk produksi tradisonal cukup hanya
mencantumkan label edar maka sudah dapat diedarkan di Bali tanpa perlu mencantumkan nomor
pendaftaran pangan pada label pangan olahannya. Pasal 30 Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun
1999 tentang Label dan Iklan Pangan menyatakan : “Terhadap produksi baik dalam maupun luar
negeri yang dimasukan ke dalam wilayah Indonesia, pada label pangan olahan yang
bersangkutan harus mencantumkan nomor pendaftaran Pangan.”
Menurut

Peraturan

Menteri

Kesehatan

No.

382/MENKES/PER/VI/1989

tentang

Pendaftaran Makanan, nomor pendaftaran pangan tersebut barulah bisa diperoleh bila para
produsen, distributor mendaftarkan minuman beralkohol tersebut kepada Badan Pengawas Obat

dan Makanan. Sehingga peranan BPOM diperlukan untuk melakukan penegakan hukum dan
memberikan perlindungan hukum apabila terdapat konsumen yang dirugikan akibat peredaran
minuman beralkohol ilegal ini.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka menarik untuk dibahas
lebih lanjut dalam skripsi ini dengan mengangkat judul

Peranan Balai Pengawas Obat dan

Makanan Terhadap Penyaluran Minuman Alkohol Ilegal Dalam Kaitannya Dengan UndangUndang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

1.2 Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang hendak diangkat dalam skripsi ini yaitu sebagai berikut :
1. Bagaimanakah tanggung jawab

perusahaan penyalur minuman beralkohol terhadap

peredaran minuman beralkohol ilegal?
2. Bagaimanakah upaya penyelesaian terhadap penyalur minuman alkohol yang ilegal oleh
Balai Pengawas Obat dan Makanan?

1.3 Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menghindari agar pembahasan dalam skripsi ini tidak keluar atau melenceng dari
pokok permasalahan, maka diperlukan adanya batasan-batasan terhadap permasalahan yang akan
dibahas yaitu sebagai berikut: Pada permasalahan pertama dibahas mengenai tanggung jawab
perusahaan penyalur minuman beralkohol terhadap peredaran minuman beralkohol ilegal dan
pada permasalahan kedua membahas mengenai upaya penyelesaian terhadap penyalur minuman
alkohol yang ilegal oleh Balai Pengawas Obat dan Makanan.

1.4 Orisinalitas Penelitian

Dengan ini penulis menyatakan bahwa tulisan yang berjudul Peranan Balai Pengawas
Obat Dan Makanan Terhadap Penyaluran Minuman Alkohol Ilegal Dalam Kaitannya Dengan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
adalah sepenuhnya hasil pemikiran dan tulisan yang ditulis oleh penulis sendiri dengan
menggunakan 3 (tiga) skripsi sebagai referensi. Beberapa penelitian yang ditelusuri berkaitan
dengan penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut:
No
1

NAMA & NIM

JUDUL

I Komang Yogi Penegakan

Hukum

RUMUSAN MASALAH
Terhadap 1. Bagaimana

upaya

Dinas

Triana Putra

Peredaran Minuman Beralkohol

Perindustrian

dan

0910110038

Tanpa Label Edar (Studi Di

Perdagangan

Provinsi Bali

Dinas

dalam

Perindustrian

dan

Perdagangan Provinsi Bali)

melakukan

penegakan hukum terhadap
peredaran

minuman

beralkohol tanpa label edar?
2. Apa

kendala

Dinas

Perindustrian

dan

Perdagangan

Provinsi Bali

dalam

penegakan

terhadap

hukum

peredaran

minuman beralkohol tanpa
label edar?
2.

Dewi

Maharani Analisis

Kebijakan

Pelekatan 1. Bagaimanakah

Cukai

Minuman

Ismitania

Pita

1006816205

Mengandung

Etil

Buatan Dalam Negeri

Alkohol

sistem
dilakukan

perubahan

pengawasan
oleh

Jenderal Bea

yang

Direktorat
dan Cukai

pada minuman mengandung
etil alkohol buatan dalam
negeri?
2. Bagaimanakah

penerapan

kebijakan
cukai

pelekatan
atas

mengandung

pita

minuman
etil

alkohol

buatan dalam negeri?

3

M. Khalil Qibran

Tinjauan Kriminologis Terhadap 1. Faktor apa yang menjadi

B 111 08 138

Penyalahgunaan
Beralkohol

Oleh

Kabupaten

Mamuju

Minuman
Anak

Di

Sulawesi

penyebab

sehingga

terjadinya

penyalahgunaan

minuman

beralkohol

Barat (Studi Kasus Tahun 2009-

dilakukan

2012)

Kab.

oleh

yang

Anak

Mamuju

di

Provinsi

Sulawesi Barat?
2.

Upaya

apakah

yang

ditempuh

oleh

aparat

penegak

hukum

untuk

menanggulangi

terjadinya

penyalahgunaan

minuman

beralkohol yang dilakukan
oleh Anak di Kab. Mamuju
Provinsi Sulawesi Barat?

1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penulisan skripsi ini terbagi menjadi dua tujuan yakni tujuan umum dan
tujuan khusus :
1.5.1

Tujuan umum

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah dalam kerangka pengembangan ilmu
hukum sehubungan dengan paradigma science as a

process (ilmu sebagai suatu proses).

Paradigma ilmu tidak akan berhenti dalam penggaliannya atas kebenaran dalam bidang

perlindungan konsumen, khususnya yang berkaitan dengan Peranan Balai Pengawas Obat dan
Makanan Terhadap Penyaluran Minuman Alkohol Ilegal Dalam Kaitannya Dengan UndangUndang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Dengan demikian tujuan umum
penelitian ini sebagai berikut :
a.

Untuk

mengetahui

tanggung

jawab

perusahan

penyalur

minuman

alkohol

terhadap peredaran minuman alkohol ilegal.
b.

Untuk mengetahui upaya penyelesaian terhadap penyalur minuman alkohol ilegal
oleh BPOM

1.5.2

Tujuan khusus

Adapun tujuan khusus yang hendak dicapai dari penelitian skripsi ini yaitu sebagai
berikut:
1. Untuk memahami mengenai tanggung jawab perusahaan penyalur minuman beralkohol
terhadap peredaran minuman beralkohol ilegal.
2. Untuk memahami dan menganalisa lebih lanjut mengenai upaya penyelesaian terhadap
penyalur minuman alkohol yang ilegal oleh Balai Pengawas Obat dan Makanan.

1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1

Manfaat teoritis

Adapun manfaat teoiris yang hendak dicapai dari penulisan skripsi ini yaitu sebagai
berikut:
a. Manfaat positif
Secara keilmuan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat positif bagi
perkembangan

ilmu

hukum,

khususnya

bidang

Hukum

Perlindungan

Konsumen

terutama yang berkaitan dengan Peranan Balai Pengawas Obat dan Makanan Terhadap

Penyaluran Minuman Alkohol Ilegal Dalam Kaitannya Dengan Undang-Undang Nomor
8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
b. Manfaat bagi pihak Pemerintahan
Bagi pihak pemerintahan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran
agar lebih tegas untuk menindak pelaku usaha yang dengan sengaja mengedarkan
minuman beralkohol oplosan di masyarakat sehingga dapat membahayakan masyarakat
sebagai konsumen yang mengkonsumsinya.
c. Manfaat bagi masyarakat
Bagi masyarakan pada umumnya hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
referensi bagi masyarakat pada umumnya sebagai konsumen agar lebih berhati-hati
dalam membeli minuman beralkohol agar tidak merugikan dirinya sendiri
1.6.2

Manfaat praktis

Adapun manfaat praktis yang hendak dicapai dari penulisan skripsi ini yaitu sebagai
berikut: untuk lebih memahami mengenai aturan-aturan hukum yang berkaitan dengan peredaran
minuman beralkohol ilegal dan juga untuk mengetahui perlindungan hukum yang dapat
diberikan kepada konsumen akibat kerugian yang ditimbulkan karena mengkonsumsi minuman
beralkohol ilegal.

1.7 Landasan Teoritis
Menurut pendapat Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, teori adalah suatu penjelasan yang
berupaya untuk menyederhanakan pemahaman mengenai suatu fenomena atau teori juga
merupakan simpulan dari rangkaian berbagai fenomena menjadi sebuah penjelasan yang sifatnya
umum.4 Untuk meneliti mengenai suatu permasalahan hukum, maka pembahasan adalah relevan

apabila dikaji menggunakan teori-teori hukum, konsep-konsep hukum dan asas-asas hukum.
Teori hukum dapat digunakan untuk menganalisis dan menerangkan pengertian hukum dan
konsep yuridis, yang relevan untuk menjawab permasalahan yang muncul dalam penelitian
hukum.5
Teori

hukum adalah cabang ilmu

hukum yang membahas atau menganalisis tidak

sekedar menjelaskan atau menjawab pertanyaan atau permasalahan secara kritis ilmu hukum
maupun hukum positif dengan menggunakan interdisipliner. Jadi, tidak hanya menggunakan
metode sinskripsi saja. Dikatakan secara kritis karena pertanyaan-pertanyaan atau permasalahan
teori hukum tidak cukup

dijawab secara “otomatis” oleh hukum positif karena memerlukan

argumentasi atau penalaran.6
Landasan Teoritis atau Kerangka Teori adalah upaya untuk mengidentifikasi teori hukum
umum/teori khusus, konsep-konsep hukum, asas-asas hukum, aturan hukum, norma-norma dan
lain-lain yang akan dipakai sebagai landasan untuk membahas permasalahan penelitian. Untuk
membahas permalasahan yang diangkat dalam skripsi ini maka digunakan beberapa teori hukum,
diantaranya yaitu:

1.

Teori perlindungan hukum
Pada hakikatnya terdapat hubungan antara subjek hukum dengan objek hukum yang

dilindungi oleh hukum dan menimbulkan kewajiban. Sunaryati Hartono mengatakan bahwa
hukum dibutuhkan untuk mereka yang lemah dan belum kuat secara sosial, ekonomi dan politik

4

Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, 2010, Dualisme Penelitian Hukum Normatif & Empiris, Pustaka Pelajar,
Yogjakarta, h. 134
5
Salim H.S., 2010, Perkembangan Teori Dalam Ilmu Hukum, Rajawali, Jakarta, h. 54
6
Sudikno Mertokusumo, 2012, Teori Hukum (edisi revisi), Cahaya Atma Pusaka, Yogjakarta, h. 87.

untuk memperoleh keadilan sosial.7 Hak dan kewajiban yang timbul dari hubungan hukum
tersebut harus dilindungi oleh hukum, sehingga anggota masyarakat merasa aman dalam
melaksanakan kepentingannya. Hal ini menunjukkan bahwa perlindungan hukum dapat diartikan
sebagai suatu pemberian jaminan atau kepastian bahwa seseorang akan mendapatkan apa yang
telah menjadi hak dan kewajibannya, sehingga yang bersangkutan merasa aman.
Menurut Fitzgerald

sebagaimana dikutip

oleh Satjipto Rahardjo, menjelaskan teori

pelindungan hukum bahwa hukum bertujuan mengintegrasikan dan mengkoordinasikan berbagai
kepentingan dalam masyarakat karena dalam suatu lalu lintas kepentingan, perlindungan
terhadap

kepentingan

tertentu

hanya

dapat

dilakukan dengan

cara membatasi berbagai

kepentingan di lain pihak.8 Menurut Satijipto Raharjo, perlindungan hukum adalah memberikan
pengayoman terhadap hak asasi manusia (HAM) yang dirugikan orang lain dan perlindungan itu
di berikan kepada masyarakat agar dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum.9
Teori perlindungan hukum dalam penelitian ini tentunya didasari oleh teori perlindungan
hukum yang dikemukakan oleh Philipus M. Hadjon, dimana perlindungan hukum yang
dilakukan

dalam wujud

perlindungan

hukum preventif,

artinya ketentuan hukum dapat

dihadirkan sebagai upaya pencegahan atas tindakan pelanggaran hukum. Upaya pencegahan ini
diimplementasikan dengan membentuk aturan-aturan hukum yang bersifat normatif.10 Ada dua
macam bentuk perlindungan hukum, yaitu perlindungan hukum yang bersifat preventif dan
represif. Preventif artinya perlindungan yang diberikan sebelum terjadinya sengketa, sedangkan
sebaliknya perlindungan hukum yang represif bertujuan untuk menyelesaikan sengketa yang

7

Sunaryati Hartono, 1991, Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum Nasional, Alumni, Bandung, h. 55
Satjipto Rahardjo, 2000, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, h. 53
9
Ibid, h. 54

8

10

Budi Agus Riswandi, 2005, Aspek Hukum Internet Banking, Persada, Jogjakarta, h.200

muncul apabila terjadi suatu pelanggaran terhadap norma-norma hukum dalam peraturan
perundang-undangan. Dalam kaitannya dengan penelitian dalam skripsi ini, teori perlindungan
hukum dipergunakan untuk membahas permasalahan pertama terkait dengan perlindungan
hukum bagi masyarakat dari bahaya minuman beralkohol oplosan yang beredar di pasaran.
Perlindungan hukum tentunya diperlukan dari segi prefentif untuk mencegah peredaran minuman
beralkohol oplosan tersebut, sedangkan secara represif memberikan perlindungan hukum bagi
konsumen yang menderita kerugian akibat mengkonsumsi minuman beralkohol oplosan tersebut.

2.

Teori tanggung jawab
Menunjuk pada pertanggungjawaban terdapat dua istilah yang berkaitan dengan tanggung

jawab dalam kamus hukum, yaitu liability dan responsibility. Liability merupakan istilah hukum
yang luas yang menunjuk

hampir semua karakter risiko atau tanggung jawab, yang pasti, yang

bergantung atau yang mungkin meliputi semua karakter hak dan kewajiban secara aktual atau
potensial seperti kerugian, ancaman, kajahatan, biaya atau kondisi yang menciptakan tugas untuk
melaksanakan undang-undang. Responsibility berarti hal yang dapat dipertanggungjawabkan atas
suatu kewajiban, dan termasuk putusan, ketrampilan, kemampuan dan kecakapan meliputi juga
kewajiban bertanggung jawab atas undang-undang yang dilaksanakan.11
Dalam

pengertian

dan

penggunaan

praktis,

istilah

liability

menunjuk

pada

pertanggungjawaban hukum, yaitu tanggung gugat akibat kesalahan yang dilakukan oleh subyek

11

Busyra Azheri, 2012, Corporate Social Responsibility, Cet.II, RajaGrafindo Persada, Jakarta, h. 86.

hukum, sedangkan istilah responsibility menunjuk pada pertanggungjawaban politik.12 Secara
umum prinsip-prinsip tanggung jawab dalam hukum dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Prinsip tanggung jawab berdasarkan Unsur Kesalahan yaitu prinsip yang cukup
umum berlaku dalam hukum pidana dan perdata. Dalam KUHPerdata Pasal 1365,
1366, dan 1367, prinsip ini dipegang secara teguh. Prinsip ini menyatakan, seseorang
baru dapat dimintakan pertanggungjawabannya secara hukum jika ada unsur
kesalahan yang dilakukannnya. Pasal 1365 KUHPerdata yang lazim dikenal sebagai
pasal tentang perbuatan melawan hukum, mengharuskan terpenuhinya empat unsur
pokok, yaitu :

a. Adanya perbuatan;
b. Adanya unsur kesalahan;
c. Adanya kerugian yang diderita;
d. Adanya hubungan kausalitas antara kesalahan dan kerugian. 13
Kesalahan yang dimaksud adalah unsur yang bertentangan dengan hukum. Pengertian
hukum tidak hanya bertentangan dengan undang-undang tetapi juga kepatutan dan
kesusilaan dalam masyarakat.
2. Prinsip Praduga Untuk Selalu Bertanggung Jawab. Prinsip ini menyebutkan bahwa
tergugat selalu dianggap bertanggung jawab, sampai ia dapat membuktikan bahwa ia
tidak bersalah. Kata “dianggap” dalam prinsip ini sangat penting karena ada
kemungkinan tergugat membebaskan diri dari tanggung jawab, yaitu dalam hal ia
dapat membuktikan bahwa ia telah “mengambil” semua tindakan yang diperlukan
12

Ridwan H.R., 2006, Hukum Administrasi Negara, Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 335-337.
13

Shidarta, 2006, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Gramedia Widiasrana, Jakarta, h. 73.

untuk menghindarkan terjadinya kerugian, dalam prinsip ini, beban pembuktiannya
ada pada si tergugat.
3. Prinsip Praduga Untuk Tidak Selalu Bertanggung Jawab. Prinsip ini adalah kebalikan
dari prinsip kedua yang telah disebutkan tadi. Prinsip praduga untuk tidak selalu
bertanggung jawab hanya dikenal dalam lingkup transaksi konsumen yang sangat
terbatas.
4. Prinsip Tanggung Jawab Mutlak disamakan dengan absolute liability, dalam prinsip
ini tidak ada kemungkinan untuk membebaskan diri dari tanggung jawab, kecuali
apabila kerugian yang timbul karena kesalahan pihak yang dirugikan sendiri.
5. Prinsip Tanggung Jawab Dengan Pembatasan. Prinsip tanggung jawab dengan
pembatasan (limitation of liability principle) ini sangat disenangi oleh pelaku usaha
untuk dicantumkan sebagai klausula eksonerasi dalam perjanjian strandar yang
dibuatnya.14
Sebagai pelaku usaha yang menjual produk yang bisa dikonsumsi oleh masyarakat secara
luas tentunya pelaku usaha juga bertanggungjawab atas keamanan dari produk yang dijual
kepada masyarakat tersebut. Dalam kaitannya dengan permasalahan yang diangkat dalam skripsi
ini, teori pertanggungjawaban dipergunakan untuk membahas permasalahan kedua .

1.8 Metode Penelitian
1.8.1

Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah jenis penelitian hukum
empiris,

yaitu penelitian hukum yang objek kajiannya meliputi ketentuan dan mengenai

pemberlakuan atau implementasi ketentuan hukum normatif (kodifikasi, Undang-Undang atau

14

ibid

kontrak) secara in action/in abstracto pada setiap peristiwa hukum yang terjadi dalam
masyarakat (in concreto).15
Penelitian ini dilakukan untuk memastikan apakah hasil penerapan pada peristiwa hukum
in concreto itu telah sesuai atau tidak dengan ketentuan Undang-Undang atau kontrak telah
dilaksanakan sebagaimana mestinya atau tidak, sehingga para pihak yang berkepentingan
mencapai tujuannnya. Penelitian yuridis empiris harus dilakukan di lapangan dengan metode dan
teknik penelitian lapangan yaitu mengadakan kunjungan dan berkomunikasi dengan para pihak
yang berkaitan langsung.
1.8.2

Jenis pendekatan

Pendekatan dalam penelitian hukum dimaksudkan adalah bahan untuk mengawali sebagai
dasar sudut pandang dan kerangka berpikir seorang peneliti untuk melakukan analisis. Dalam
penelitian hukum empiris terdapat beberapa pendekatan yaitu :
a. Pendekatan kasus (case approach), pendekatan kasus dalam penelitian hukum
bertujuan untuk mempelajari norma-norma atau kaidah hukum yang dilakukan dalam
praktik hukum.
b. Pendekatan perundang-undangan (statute approach) hal ini dimaksudkan bahwa
peneliti menggunakan peraturan perundang-undangan sebagai dasar awal melakukan
analisis.
c.

Pendekatan fakta (the fact approach)

d. Pendekatan Analisis Konsep Hukum (Analitical & Conseptual Approach)
e. Pendekatan Frasa (Words and Phrase Approach)

15

Abdulkadir Muhamad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, h. 134

Pendekatan sejarah (Historical Approach), pendekatan sejarah ini dilakukan dengan

f.

menelaah latar belakang dan perkembangan dari materi yang diteliti.
g. Pendekatan perbandingan (Comparative Approach), pendekatan ini dilakukan dengan
membandingkan

peraturan

perundangan

peraturan perundangan negara-negara lain.

Indonesia

dengan

satu

atau

beberapa

16

Dalam penulisan karya ilmiah ini, agar mendapatkan hasil yang ilmiah, serta dapat
dipertahankan secara ilmiah, maka masalah dalam penelitian ini akan dibahas menggunakan
jenis pendekatan Perundang-undangan (The Statute Approach), pendekatan Analisis Konsep
Hukum (Analitical & Conseptual Approach) dan pendekatan fakta (The Fact Approach).
1.8.3

Sifat penelitian

Sifat penelitian dalam penulisan karya ilmiah ini bersifat deskriptif analitis. Penelitian
yang bersifat deskriptif analitis bertujuan untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang
manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya,17 maka dapat diambil data obyektif karena ingin
menggambarkan kenyataan yang terjadi pada Balai Pengawas Obat dan Makanan dalam hal
melakukan pengawasan minuman beralkohol ilegal di Provinsi Bali.
1.8.4

Data dan sumber data

Dalam penelitian hukum empiris data dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu :

16

Fajar Mukti dan Yulianto Achmad, 2010, Dualisme Penelitian Hukum Normatif & Empiris, Pustaka
Pelajar, Yogjakarta, h. 185-190.
17
Soerjono Soekanto, 2000, Pengantar Penelitian Hukum, UI press, Jakarta, (selanjutnya disebut Soerjono
Soekanto II) h. 10.

1. Data primer, yaitu data yang diperoleh terutama dari penelitian yang dilakukan
langsung didalam masyarakat.18 Sumber data primer yang diperoleh dari penelitian ini
dengan melakukan penelitian yang berlokasi di Provinsi Bali, yaitu dengan melakukan
penelitian pada Balai Pengawas Obat dan Makanan mengenai peredaran minuman
beralkohol ilegal. Penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan wawancara dengan
informan dan responden yang ada pada lokasi penelitian tersebut. Informan, adalah
orang atau individu yang memberikan informasi data yang dibutuhkan oleh peneliti
sebatas yang diketahuinya. Informan diperlukan didalam penelitian empiris untuk
mendapatkan data secara kualitatif. Responden, adalah seseorang atau individu yang
akan memberikan respons terhadap pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Responden
ini merupakan orang atau individu yang terkait secara langsung dengan data yang
dibutuhkan.19
2. data sekunder diperoleh melalui penelitian kepustakaan (Library Research) dengan
menggunakan bahan-bahan hukum20 sebagai berikut:
i.

Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang terdiri dari :
(a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
(b) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata;
(c) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen;

18

Ibid, h. 156
Ibid, h. 174
20
Ronny Hanitijo Soemitro, 1983, Metodologi Penelitian Hukum, Cetakan I, Ghalia Indonesia, Jakarta, h.
19

24.

(d) Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No. 06/M-DAG/PER/1/2015
tentang Pengendalian dan Pengawasan terhadap Pengadaan, Peredaran dan
Penjualan Minuman Beralkohol;
(e) Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 5 Tahun 2012 tentang Pengendalian
Peredaran Minuman Beralkohol Di Provinsi Bali.
ii.

Bahan hukum sekunder, yang terdiri dari literatur-literatur, buku-buku, makalah,
dan jurnal yang ditulis oleh para ahli dan dokumen-dokumen yang berkenaan
dengan masalah yang dibahas.

iii. Sedangkan Bahan hukum tersier, yang terdiri dari kamus dan ensiklopedi. 21
1.8.5

Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data primer yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah dengan
metode wawancara dengan mengambil sampel secara Non Random Sampling, yaitu suatu cara
menentukan sampel dimana peneliti telah menentukan atau menunjuk sendiri sampel dalam
penelitiannya. Sesuai dengan judul dalam penulisan skripsi ini maka dalam penelitian ini sampel
yang digunakan yaitu Balai Pengawas Obat dan Makanan Provinsi Bali dengan mewawancarai
para informan dan responden yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas.
Tehnik pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini menggunakan tehnik studi
dokumen melalui kepustakaan dipergunakan dengan cara mencatat
data-data yang bersumber pada bahan hukum primer maupun dari bahan hukum sekunder yang
berupa buku-buku tulisan dari para sarjana dan bahan hukum tersier yang berupa kamus dan
ensiklopedi.
1.8.6

21

Teknik penentuan sampel penelitian

Amiruddin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, 2004, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, h. 120

Adapun lokasi Penelitian dalam penyusunan penelitian ini pada Balai Pengawas Obat dan
Makanan Provinsi Bali. Terpilihnya lokasi tersebut sebagai lokasi penelitian dikarenakan Balai
Pengawas Obat dan Makanan Provinsi Bali mempunyai wewenang untuk mengawasi peredaran
obat-obatan dan makanan di masyarakat.
Dalam Penelitian ini metode sampel yang digunakan adalah sampel secara Non Random
Sampling, yaitu suatu cara menentukan sampel dimana peneliti telah menentukan atau menunjuk
sendiri sampel dalam penelitiannya. Sesuai dengan judul dalam penulisan tesis ini maka dalam
penelitian ini sampel yang digunakan yaitu pegawai Balai Pengawas Obat dan Makanan Provinsi
Bali.
Penentuan informan dilakukan dengan teknik penentuan informan dengan menggunakan
metode snowball sampling yang dipilih berdasarkan penunjukan atau rekomendasi dari sampel
sebelumnya. Sampel pertama yang diteliti ditentukan sendiri oleh peneliti yaitu dengan mencari
informan kunci, kemudian informan berikutnya yang akan dijadikan sampel tergantung dari
rekomendasi yang diberikan oleh informan kunci. yang diawali dengan menunjuk sejumlah
informan yaitu informan yang mengetahui, memahami, dan berpengalaman sesuai dengan objek
penelitian ini yakni Pegawai Balai Pengawas Obat dan Makanan Provinsi Bali.
1.8.7

Teknik pengolahan data

Pengolahan data adalah kegiatan merapikan data hasil pengumpulan data di lapangan
sehingga siap pakai untuk dianalisa.22 Setelah data dikumpulkan kemudian data diolah secara
kualitatif dengan melakukan studi perbandingan antara data lapangan dengan data kepustakaan
sehingga akan diperoleh data yang bersifat saling menunjang antara teori dan praktik.
1.8.8

22

Teknik analisis data

Bambang Waluyo, 2002, Penelitian Hukum Dalam Praktek , Sinar Grafika, Jakarta, h. 72.

Dalam menganalisa data yang telah dikumpulkan tersebut, digunakan metode analisis
deskriptif, yaitu menggambarkan dengan kata-kata atau kalimat yang dipisah-pisahkan menurut
kategori untuk

memperoleh

kesimpulan.23 Dalam metode analisis deskriptif,

setelah data

dianalisis kemudian disusun kembali secara sistematis sehingga mendapatkan kesimpulan
tentang permasalahan hukum dalam penelitian ini.

23

Suharsini Arikunto, 1986, Prosedur Penelitian, Bina Aksara, Jakarta, h. 194.

BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, DAN
PERLINDUNGAN KONSUMEN

1.1 Balai Pengawas Obat dan Makanan
1.1.1

Kedudukan, tugas, fungsi, dan kewenangan balai POM Republik Indonesia

Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001, tentang Kedudukan, Tugas,
Fungsi,

Kewenangan,

Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Non Departemen

sebagaimana telah beberapa kali diubah, dengan perubahan terakhir yaitu Peraturan Presiden
Nomor 3 Tahun 2013, Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) ditetapkan sebagai Lembaga
Pemerintah Non Kementerian (LPNK) yang bertanggungjawab langsung kepada Presiden.
Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2005 tentang Perubahan Keenam Atas
Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tersebut, bahwa dalam melaksanakan tugasnya
BPOM dikoordinasikan oleh Menteri Kesehatan, khususnya dalam perumusan kebijakan yang
berkaitan dengan instansi pemerintah lainnya serta penyelesaian permasalahan yang timbul
dalam pelaksanaan kebijakan yang dimaksud.
Balai Pengawas Obat dan Makanan atau disingkat BPOM adalah sebuah lembaga di
Indonesia yang bertugas mengawasi peredaran obat-obatan dan makanan di Indonesia. Fungsi
dan

tugas

badan

ini

menyerupai

fungsi

dan

tugas Food

and

Drug

Administration (FDA) diAmerika Serikat.1 Pengawasan Obat dan Makanan merupakan bagian
integral dari upaya pembangunan kesehatan di Indonesia. Misi Balai POM dalam melindungi
masyarakat dari produk Obat dan Makanan
yang membahayakan kesehatan dituangkan dalam
23

1

Wikipedia, Badan Pengawas Obat dan Makanan, https://id.wikipedia.org/wiki/
Balai_Pengawas_Obat_dan_Makanan, diakses pada 07 Januari 2016

sistem pengawasan full spectrum mulai dari pre-market hingga post-market control yang disertai
dengan upaya penegakan hukum dan pemberdayaan masyarakat (community empowerment).2
Menurut Keputusan Kepala Badan POM RI No. 02001/SK/BPOM tahun 2001, Balai
POM RI merupakan lembaga pemerintah non departemen yang dibentuk untuk melaksanakan
tugas kepemerintahan tertentu dari Presiden. Balai POM RI dikepalai oleh pejabat setingkat
menteri.Tugas Balai POM RI adalah melaksanakan tugas pemerintah di bidang pengawasan obat
dan makanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam
melaksanakan tugasnya Balai POM RI melakukan fungsinya yang meliputi berbagai kegiatan
sebagai berikut :
1. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang pengawasan obat dan
makanan.
2. Pelaksanaaan kebijakan tertentu di bidang pengawasan obat dan makanan.
3. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BPOM.
4. Pemantauan,

pemberian

bimbingan

dan

pembinaan

terhadap

kegiatan

instansi

pemerintah di bidang pengawasan obat dan makanan.
5. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan
umum, ketatausahaan, organisasi dan tata laksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan,
persandian, perlengkapan dan rumah tangga.
Dalam menyelenggarakan fungsinya, Balai POM RI memiliki kewenangan sebagai
berikut :
1. Penyusunan rencana nasional secara makro di bidang pengawasan obat dan makanan.

2

Badan Pengawas Obat dan Makanan, Pelaksanaan Program dan Kegiatan Reformasi Birokrasi Badan
POM RI, http://www.pom.go.id/index.php/home/reformasi_birokrasi/next1, diakses pada 07 Januari 2016

2. Perumusan kebijakan di bidang pengawasan obat dan makanan untuk mendukung
pengobatan secara makro.
3. Penetapan sistem informasi di bidang pengawasan obat dan makanan.
4. Penetapan persyaratan penggunaan bahan makanan tambahan (zat aditif) tertentu untuk
makanan dan penetapan pedoman pengemasan peredaran obat dan makanan.
5. Pemberian izin dan pengawasan peredaran obat serta pengawasan industri farmasi.
6. Penetapan pedoman penggunaan, konservasi dan pengembangan tanaman obat.
1.1.2 Struktur organisasi Balai POM Republik Indonesia
Dalam rangka tercapainya tata kelola pemerintahan yang baik, Balai POM diwajibkan
melaksanaan Reformasi Birokrasi (RB) secara menyeluruh yang dilaksanakan bertahap 5 (lima)
tahunan sampai tahun 2025. Berbagai peraturan sebagai landasan legal dan operasional untuk
mempercepat pelaksanaan RB periode 2010–2014 telah dikeluarkan oleh Pemerintah yaitu:
1)

Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi
(GDRB) yang berisi rancangan induk kebijakan reformasi birokrasi secara nasional
untuk kurun waktu 2010-2025;

2)

Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
(PAN dan RB) Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi (RMRB)
berisi rancangan rinci program reformasi birokrasi berdasarkan dalam kurun waktu lima
tahun 2010-2014; dan

3)

Sembilan (9) Peraturan Menteri PAN dan RB sebagai pedoman operasional penyusunan
dan penerapan program RB di Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah. eraturan
Presiden Nomor 81 Tahun 2010 menegaskan bahwa pada tahun 2011 seluruh

Kementerian

dan

Lembaga

telah

mewujudkan

komitmen

melaksanakan

proses

Reformasi Birokrasi secara bertahap untuk mewujudkan Visi RB 2025.
Visi Reformasi Birokrasi

adalah “Terwujudnya Pemerintahan Kelas Dunia”, yaitu pemerintahan

yang profesional dan berintegritas tinggi yang mampu memberikan pelayanan prima kepada
masyarakat dan manajemen pemerintahan yang demokratis. Visi Reformasi Birokrasi

tersebut

adalah keputusan strategis untuk memaksimalkan peran aparatur birokrasi guna mewujudkan visi
pembangunan nasional berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional, yaitu: “Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan
Makmur”.
Keputusan Kepala Badan POM RI No. 02001/SK/BPOM mengatur struktur organisasi
Balai POM

RI. Bagan struktur organisasi Badan POM dapat dilihat pada Lampiran 1 yaitu

sebagai berikut:
(1)

Kepala Balai POM RI Organisasi Balai POM RI dipimpin oleh seorang Kepala yang
bertugas :
1.

Memimpin Balai POM RI sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.

2.

Menyiapkan kebijakan nasional dan kebijakan umum sesuai dengan tugas Balai
POM RI.

3.

Menetapkan kebijakan teknis pelaksanaan tugas Balai POM RI yang menjadi
tanggung jawabnya.

4.
(2)

Membina dan melaksanakan kerja sama dengan instansi dan organisasi yang lain.

Sekretariat Utama Balai POM RI

Sekretariat

Utama

yang

dipimpin

mengkoordinasikan perencanaan,

oleh

seorang

Sekretaris

Utama

bertugas

pengendalian terhadap program, administrasi dan

sumber daya lingkungan Balai POM RI. Sekretariat utama terdiri atas :
1.

Biro Perencanaan dan Keuangan.

2.

Biro Kerjasama Luar Negeri.

3.

Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat.

4.

Biro Umum.

5.

Kelompok Jabatan Fungsional.

Sekretaris Utama Balai POM RI secara administrasi membina pelaksanaan tugas seharihari dari Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional, Pusat Penyidikan Obat dan
Makanan, Pusat Riset Obat dan Makanan, dan Pusat Informasi Obat dan Makanan.
(3)

Deputi Bidang Pengawasan Produk Terapetik dan Narkotika, Psikotropika dan Zat
Adiktif
Dikepalai oleh seorang Deputi bertugas melaksanakan perumusan kebijakan di

Dokumen yang terkait

Prosedur Mutasi Jabatan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Ditinjau Dari Persektif Hukum Administrasi Negara (Studi Kasus Dinas Pekerjaan Umum)

10 119 83

Pengoplosan Beras Dalam Perspektif Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

11 144 123

Tinjauan Mengenai Perlindungan Terhadap Konsumen Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) Dalam Kaitannya Dengan Penerapan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

0 68 136

PERANAN LEMBAGA PENGAWASAN OBAT DAN MAKAN TERHADAP PEREDARAN PRODUK MAKANAN LUAR NEGERI DALAM KAITANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN 1999 DI KOTA PADANG.

0 0 1

PELAKSANAAN PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM KAITANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN.

0 0 11

Peranan Lembaga Pengawasan Obat dan makanan (BPONM) Terhadap Peredaran Produk Makanan Luar Negeri Dalam Kaitannya Dengan Undang-undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999 di Kota Padang.

0 3 12

PERANAN LEMBAGA PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BPPOM) TERHADAP PEREDARAN PRODUK MAKANAN LUAR NEGERI DALAM KAITANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN 1999 DI KOTA PADANG.

0 0 11

PELAKSANAAN PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM KAITANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN.

0 0 6

PERANAN BALAI BESAR PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN (BBPOM) DALAM MENGAWASI BEREDARNYA MAKANAN PRODUK LUAR NEGERI DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN.

0 0 10

ASPEK PERJANJIAN BAKU DALAM KAITANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN - Repository UNRAM

0 0 19