PENGARUH PROGRAM LATIHAN DENGAN PRINSIP INTERVAL TUGAS LATIHAN LOMPAT SEGI-6, LOMPAT SEGI-4 DAN LARI 200 METER TERHADAP PERKEMBANGAN KEBUGARAN JASMANI SISWA SEKOLAH DASAR.

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

ABSTRAK ... x

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Masalah Penelitian ... 10

C. Identifikasi Pertanyaan Penelitian ... 13

D. Pertanyaan Penelitian ... 15

E. Tujuan Penelitian ... 16

F. Manfaat Penelitian ... 17

G. Anggapan Dasar dan Hipotesis ... 17

H. Definisi Operasional ... 19

BAB II : TINJAUAN TEORITIS ... 22

A. Perkembangan Motorik Anak SD ... 22

B. Konsep Pendidikan Jasmani di SD ... 24

C. Konsep Kebugaran Jasmani ... 27

D. Komponen Kebugaran Jasmani ... 33


(2)

F. Interval Training ... 43

BAB III : METODE PENELITIAN ... 48

A. Desain Penelitian ... 48

B. Pemograman Latihan Eksperimen ... 50

C. Program Latihan Eksperimen ... 56

D. Populasi dan Sampel ... 59

E. Instrumen Penelitian ... 59

F. Pengumpulan Data ... 64

G. Analisis Data ... 65

BAB IV : PROSEDUR PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA ... 66

A. Prosedur Pengolahan Data ... 66

B. Pengolahan Data ... 67

C. Diskusi Hasil Temuan Penelitian ... 78

BAB V : KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ... 83

A. Kesimpulan ... 83

B. Implikasi Hasil Penelitian ... 85

C. Rekomendasi dan Saran ... 85


(3)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Syukur Alhamdulilah dan memanjatkan puji Kepada Allah SWT, berkat rahmat, karunia dan hidayah-Nya, pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan tesis yang disusun guna memenuhi salah satu syarat dalam penyelesaian studi S2 pada bidang Pendidikan Olahraga di SPS UPI.

Persoalanpokok yang menjaditopikdalamtesisiniadalahuntukmengetahuidanmengkajipengaruh program kebugaranjasmanimetode interval training tugaslatihanlompat segi-6, lompat segi-4 danlari 200 meter terhadap perkembangan kebugaran jasmani anak sekolah dasar.

Penulisan tesis ini dilandasi oleh metode eksperimen, dan yang menjadi subjek adalah para siswa-siswi kelas IV dan V dari Sekolah Dasar Negeri Bakalan I dan II Bulu lawang Kabupaten

Malang.Penelitian ini merupakan eksperimen lapangan, yang tentunya mempunyai hambat andala meksperimen.

Isi tesis ini terdiri dari lima bab, ditambah dengan lampiran kepustakaan, lampiran data yang menunjang pengolahan data dan analisis data, serta penarikan kesimpulan sebagai hasil penelitian ini. Bab kesatu, berisikan latar belakang masalah, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan

penelitian, kegunaan penelitian, pembatasan penelitian, anggapan dasar dan hipotesis.Bab kedua, berisikan tinjauan teori dissesuai kebutuhan penelitian. Bab ketiga, berisikan prosedur penelitian yang mencakup metode penelitian, desain penelitian, instrument, materi latihan, program latihan, pelaksaan eksperimen dan pengumpulan data. Kemudian Bab keempat, berisikan pengolahan dan analisis data serta pembahasan hasil-hasil penelitian.Bab kelima berisi kankesimpulandan saran. Penulis menyadari bahwa tesis ini jauhdari sempurna, meskipun telah diusahakan semaksimal mungkin.Namun penulis berharap agar penulisan ini akan ada manfaatnya bagipembaca yang memerlukannya.

Bandung, 11 -01 - 2012 Penulis,


(4)

UCAPAN TERIMA KASIH

Seraya mengucapkan Syukur dan Alhamdulilah Kepada Allah SWT, yang telah memberikan

taufikdanhidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing secara langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan tesis ini.

Ucapan terima kasih tersebut terutama disampaikan kepada yang terhormat Pembimbing I, Bapak Prof dr. Drs. H. Santosa Giriwijoyo, dan Bapak Prof. Drs.H. Imam Hidayat, M.Pd. yang telah

mencurahkan perhatian dan selalu meluangkan waktu disela-sela kesibukannya dengan penuh kesabaran untuk membimbing, mengarahkan, dan mengoreksi penulis sejak awal sampai akhir penulisan tesis ini.

Ucapan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Adang Suherman, M.A selakuketua program studi Pendidikan Olahraga yang selalu memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi penulis untuk menyelesaikan studi ini dengan sebaik-baiknya.

Ucapan terima kasih kepada Bapak Direktur PascaSarjana UPI beserta staf danj ajarannya yang banyak memberi bimbingan dan kelancaran dalam administrasi kepada penilis dalam melaksanakan studi ini.

Terima kasih kepada Ibu Kepala Sekolah Dasar Negeri Bakalan I dan Bapak Kepala Sekolah Dasar Negeri Bakalan II, Bululawang Kabupaten Malang yang telah mengijinkan penuli smenggunakan para siswa-siswinya sebagai subyek dalam penelitian ini.

Terima kasih kepada Ibu guru olah raga Sekola hDasar Negeri Bakalan I dan II yang telah membantu sebagai pengajar dal proses penelitian ini.

Terimakasihkepadarekan-rekanmahasiswaSPS program studiPendidikanOlahraga UPI yang telahbanyakmembantusertamemotivasipenulisgunapenyelesaianpenulisanini.

Terima kasih kepada rekan-rekan dosen Pendidikan Jasmani dan Olahraga FIK UM Malang yang telah memberi bantuan baik tenaga maupun pikiran sampai selesainya penelitian dan penulisan tesis ini.


(5)

Akhirnya dalam kesempatan ini juga penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tuaku,adik-adikku, serta istri tercinta, dan anak-anakku tersayang yang dengan penuh perhatian telah mendorong penulis untuk menyelesaikan studi S2 di SPS UPI.

Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan pembuatan tesis ini.


(6)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Olahraga sudah menjadi kebutuhan masyarakat, khususnya olahraga kesehatan yang merupakan salah satu alat untuk memelihara kesehatan dinamis. Olahraga juga sebagai media pendidikan sudah pula diakui peranannya. Pendidikan jasmani dan olahraga di sekolah menjadi bagian dari kebutuhan hidup sehari-hari. Kesehatan dinamis diperlukan oleh semua orang, termasuk anak usia sekolah mulai dari Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Lanjutan Atas (SLTA). Jika memiliki kesehatan dinamis, siswa mampu melakukan aktivitas sehari-hari dengan waktu lebih lama dibanding siswa yang tidak memiliki kesehatan dinamis.

Pembelajaran pendidikan jasmani di SD memiliki tujuan pendidikan jasmani sebagai berikut;

(a) Meletakan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai dalam pendidikan jasmani, (b) Membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cinta damai, sikap sosial dan toleransi dalam konteks kemajemukan budaya, etnis, dan agama, (c) Menumbuhkan kemampuan berfikir kritis melalui pelaksanaan tugas-tugas ajar pendidikan jasmani, (d) Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerjasama, percaya diri dan demokratis melalui aktivitas jasmani. (e) Mengembangkan kemampuan gerak dan keterampilan berbagai macam permainan dan olahraga, (f) Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani secara pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani, (g) Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri dan orang lain, (h) Mengetahui dan memahami konsep aktivitas jasmani sebagai informasi untuk mencapai kesehatan, kebugaran, dan


(7)

2

pola hidup sehat, (i) Mampu mengisi waktu luang dengan aktivitas jasmani yang bersifat rekreatif. (Depdikbud,2003;6-7).

Menurut Annarino (1980) dalam Winarno (1997:4) mengemukakan, pembelajaran pendidikan jasmani memiliki empat tujuan yang ingin dicapai, yaitu:

(1) domain fisik meliputi: kekuatan otot, daya tahan otot, daya tahan kardiovaskuler, dan kelentukan, (2) domain psikomotor meliputi : motor perseptual, gerak dasar fundamental dan keterampilan olahraga dan tari, (3) domain kognitif meliputi: pengetahuan, informasi fakta, kemampuan dan keterampilan intelektual, dan (4) domain afektif: respon kesehatan untuk melakukan aktivitas fisik, aktualisasi diri, rasa percaya diri, dan konsep diri.

Penyajian materi pendidikan jasmani yang sesuai dengan kurikulum seringkali sulit dilaksanakan. Permasalahan yang sering muncul adalah tidak semua SD memiliki sarana dan prasarana yang cukup tersedia. Minimnya sarana dan prsarana pendidikan jasmani dan olahraga di SD menuntut guru pendidikan jasmani dan olahraga untuk lebih kreatif dalam menciptakan sesuatu yang baru, atau memodifikasi sesuatu yang sudah ada, untuk disajikan dengan cara yang lebih menarik, murah, bermanfaat dan mudah dilaksanakan, dengan kondisi lingkungan , sarana dan prasarana, media atau alat bantu yang menunjang pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga.

Seseorang yang memiliki tingkat kebugaran jasmani tinggi akan dapat melakukan pekerjaan dengan baik dan tanpa kelelahan yang berarti, serta tubuhnya tetap segar ketika berhenti bekerja. Sebaliknya seseorang yang tingkat kebugaran jasmaninya rendah akan menjadi kendala dalam pelaksanaan pekerjaannya, oleh karena tuntutan pekerjaan yang meminta aktivitas jasmani tidak dapat dipenuhi, sehingga berpengaruh terhadap tingkat


(8)

3

produktivitasnya. Tidak terjadinya kelelahan yang berlebihan pada seseorang dalam melakukan pekerjaannya dan tetap segarnya kondisi tubuh setelah bekerja, memungkinkan mereka secara wajar melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat menikmati kehidupan dalam arti luas.

Kebugaran jasmani merupakan modal utama untuk melakukan aktivitas, karena semakin tinggi tingkat kebugaran jasmani seseorang akan semakin tinggi pula kemampuan dan kesanggupannya untuk melakukan tugas fisik tanpa mengalami kelelahan dan mempunyai cadangan energi untuk memulai tugas-tugas fisik yang baru.

Untuk mendapatkan kebugaran jasmani atau meningkatkan kebugaran jasmani atau meningkatkan derajat sehat (sehat dinamis), hanyalah melalui olahraga. Santosa Giriwijoyo (1984) menyatakan ”olahraga adalah satu-satunya alat dan cara meningkatkan derajat sehat dinamis”.

Latihan fisik atau olahraga jika dilakukan menurut proporsi yang sebenarnya dapat meningkatkan derajat kesehatan dinamis atau kebugaran jasmani, sehingga berguna sekali untuk mencegah atau membatasi terjadinya penyakit. Otot-otot akan cepat menyusut dan menjadi lemah bilamana terus menerus tidak digunakan, akan tetapi sebaliknya melalui latihan jasmani/olahraga yang teratur dan terukur, otot dapat berkembang ukurannya serta kekuatan otot juga bertambah. Demikian juga halnya dengan otot jantung dapat berkembang karena efek latihan.


(9)

4

Salah satu cara untuk mencapai derajat kebugaran jasmani yang prima adalah dengan cara melakukan latihan-latihan fisik. Latihan-latihan fisik dapat dipilih yang disenangi, digemari dan syukur bila dapat menimbulkan kepuasan diri. Bisa bentuknya jalan cepat, jogging, lari, lompat-lompat dan sebagainya.

Latihan-latihan kebugaran jasmani yang dilakukan secara tepat dan benar akan memberikan manfaat bagi tubuh, yaitu:

(a)Meningkatkan kemampuan jantung dan paru-paru, (b) Memperkuat sendi dan otot, (c) Menurunkan tekanan darah,

(d) Mengurangi lemak, (e) Memperbaiki bentuk badan, (f) Memperbaiki kadar gula darah, (g) Mengurangi risiko penyakit

jantung coroner, (h) Memperlancar aliran darah, (i) Memperlancar pertukaran gas, (j) Memperlambat proses menjadi tua. (Pusat Kebugaran Jasmani dan Rekreasi:1996:2-3).

Kebugaran jasmani pada hakekatnya berkenaan dengan kemampuan dan kesanggupan fisik seseorang untuk melaksanakan tugasnya sehari-hari secara efisien dan efektif dalam waktu yang relatif lama tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti, dan masih memiliki tenaga cadangan untuk melaksanakan aktifitas lainnya. Menurut Santosa Giriwijoyo & Dikdik (2010:23)

Kebugaran jasmani adalah keadaan kemampuan jasmani untuk dapat menyesuaikan fungsi alat-alat tubuhnya terhadap tugas jasmani tertentu dan/atau terhadap keadaan lingkungan yang harus diatasi dengan cara yang efisien, tanpa kelelahan yang berlebihan dan telah pulih sempurna sebelum datang tugas yang sama pada esok harinya

Dengan demikian, kebugaran jasmani sesungguhnya adalah derajat sehat dinamis tertentu yang diharapkan dapat menanggulangi tuntutan jasmani dalam melaksanakan tugas hidup sehari-hari dengan selalu masih mempunyai


(10)

5

cadangan kemampuan (tidak lelah berlebihan) untuk melakukan kegiatan fisik extra serta telah pulih kembali esok harinya menjelang tugas sehari-harinya lagi.

Menurut Sigit Muryono (1980) dalam Wasis (1990:17) menyatakan “kebugaran jasmani dimaksudkan adanya kebugaran daya tahan dimana bukan hanya otot-otot tetapi juga pengembangan paru-paru, jantung, serta pembuluh darah dan alat-alat dalam lainnya untuk konsumsi oksigen secara maksimal”. Wasis (1990:21), menyatakan “kebugaran jasmani dapat diartikan sebagai kemampuan fisik untuk melakukan tugas pekerjaan sesuai dengan bidangnya tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan dan akan mendapat pemulihan yang cepat seperti pada waktu sebelum melakukan kegiatan/aktivitas”.

Secara umum komponen atau unsur-unsur dari Pusat kebugaran jasmani dan Rekreasi itu adalah sebagai berikut :

Daya tahan (endurance), kekuatan otot (muscle strength), kecepatan (speed), kelincahan (agility), kelentukan (flexibility), keseimbangan (balance), koordinasi (coordination), dan komposisi tubuh (body composition) (Pusat Kebugaran Jasmani dan Rekreasi:1997:4).

Menurut. Santosa Giriwijoyo & Dikdik (2010;117), komponen

kebugaran jasmani yang dikemukakan oleh Larson yang terdiri dari; 1) Endurance, 2) Biological function, 3) Body composition, 4)

Muscle strength, 5) Muscle explosive power, 6) Muscle endurance, 7) Speed, 8) Agility, 9) Flexibility, 10) Reaction time, 11) Coordination, 10) Balance


(11)

6

Cara membagi dalam komponen-komponen tersebut di atas tidak tampak jelas dasar pemikirannya dan karena itu pula maka tidak jelas sistematikanya.

Menurut Santosa Giriwijoyo (2010;118), dengan menganalisnya lebih lanjut terlihat bahwa komponen-komponen itu sesungguhnya terdiri dari; - Komponen anatomical fitness; body composition

- Kondisi kesehatan statis; biological function - Komponen physiciogical fitness yang terdiri dari;

-Kemampuan/kualitas dasar ES-I; - muscle strength

- muscle explosive power kekuatan dan daya tahan otot - musle endurance

- flexibility – luas pergerakan persendian

- reaction time – fungsi dasar syaraf : - menerima dan menghantarkan rangsang

- coordination – koordinasi fungsi otot - Kemampuan/kualitas dasar ES-II:

- endurance – daya tahan umum – kapasitas aerobic.

-Kemampuan penampilan yang merupakan gabungan dari berbagai kemampuan/kualitas dasar ES-I:

- speed (kecepatan) dan agility (kelincahan)


(12)

7

Dilihat dari unsur-unsur kebugaran jasmani yang ada, unsur yang paling penting untuk dilatih, adalah kapasitas aerobik/VO2 max (daya tahan kardiovaskuler), karena dengan latihan secara langsung juga melatih kekuatan otot, kelentukan, daya tahan otot, koordinasi dan komponen kebugaran jasmani lainnya serta dapat membentuk komposisi tubuh.

Kebugaran jasmani tidak hanya ditentukan oleh kekuatan dan perkembangan otot, akan tetapi kapasitas jantung dan paru-paru untuk melimpahkan oksigen (O2) dan darah ke seluruh jaringan tubuh. Dewasa ini masalah aerobik merupakan pusat perhatian dalam penyelidikan dan pembinaan kebugaran jasmani. Jantung dan paru-paru orang yang benar-benar bugar akan mampu melimpahkan lebih banyak darah dan oksigen kejaringan-jaringan tubuhnya, sehingga tidak perlu terlalu bersusah payah dalam mengerahkan segala tenaga diwaktu bekerja, dibandingkan dengan mereka yang sistem jantung dan paru-parunya tidak bugar.

Latihan fisik yang melibatkan aktivitas aerobik, merupakan cara yang paling tepat dan sempurna untuk meningkatkan derajat kesehatan dinamis dan pembinaan tingkat kebugaran jasmani. Program latihan yang baik memusatkan perhatian dan menghayati manfaat dari aktivitas aerobik. Adapun bentuk latihan dalam hal ini hendaklah aktivitas yang dapat melibatkan kelompok otot-otot besar, seperti: berjalan, berlari, lompat-lompat, berenang dan bersepedah.

Latihan lari dan lompat-lompat merupakan bentuk latihan yang murah, mudah dan aman dilakukan oleh setiap orang, oleh karenanya latihan lari dan lompat-lompat cocok untuk jenis kegiatan olahraga kesehatan.


(13)

8

Menurut Santosa Giriwijoyo (1992:2) “sifat/ciri umum olahraga kesehatan adalah masal, mudah, murah, bermanfaat dan aman”.

Seperti telah dikemukakan di atas, peningkatan unsur daya tahan (endurance) adalah sangat penting, bahkan daya tahan adalah sebagai dasar atau inti dari peningkatan kondisi fisik atlet sebelum latihan keterampilan (skill), kecepatan, mobilitas gerak, kekuatan otot dan lainnya.

Dalam upaya meningkatkan daya tahan, hal-hal yang bersangkut paut dengan metode latihan fisik yang baik dan benar-benar harus mendapatkan perhatian penuh. Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi latihan fisik meliputi: intensitas latihan, frekwensi latihan, durasi latihan, dan gerakan-gerakannya melibatkan otot-otot besar.

Latihan interval merupakan salah satu metode latihan fisik yang dilakukan secara sistematis dan ilmiah. Metode ini dapat dimodifikasi sedemikian rupa, sehingga dapat dijadikan suatu pola untuk mengembangkan sistem energi yaitu: sistem energi aerobik maupun sistem energi anaerobik, atau mengembangkan perpaduan dari kedua sistem energi utama tersebut secara seimbang, tergantung dari intensitas dan durasi latihan yang dipakai. (Fox:1984: dalam Roesdiyanto 1995:55).

Lebih lanjut Roesdiyanto (1995:56), mengatakan,

Latihan interval dianggap sebagai suatu metode latihan yang paling baik, karena latihan ini menggunakan prinsip overload secara progresif, dengan beban latihan yang semakin meningkat mendekati maksimal, sehingga kemampuan fisik seseorang akan dapat meningkat secara bertahap.

Menurut Woeryanto (1984), “interval training memberikan rangsang yang sangat tinggi kepada jantung berserta peredarannya, paru-paru dengan sistem pernafasannya, dan organ-organ tubuh lainnya”. Lebih lanjut Woeryanto


(14)

9

menyatakan “interval training adalah salah satu cara atau metode latihan untuk meningkatkan daya tahan dengan cepat”. Latihan interval training menurut Harsono (1984:45), yaitu: “suatu program latihan untuk melatih kondisi fisik yang menghasilkan endurance dan stamina atlet secara efektif”.

Setelah menyimak pentingnya memiliki tingkat kebugaran jasmani yang baik, menurut pendapat penulis, pembinaan kebugaran jasmani perlu menjadi perhatian utama bagi seluruh lapisan masyarakat, termasuk anak-anak usia sekolah dari TK, SD sampai SMU. Dalam mengkaji permasalahan ini bentuk latihan hendaklah yang dapat melibatkan otot-otot besar seperti lari dan lompat-lompat.

Latihan lompat-lompat sering dilakukan dalam latihan olahraga, baik sebagai pemanasan maupun sebagai model latihan fisik untuk memperkuat otot tungkai, daya tahan otot tungkai dan kelincahan otot tungkai, salah satunya adalah model latihan lompat segi-6 dan lompat segi-4.

Ditinjau dari gerakannya latihan lompat segi-6 dan segi-4 mampu mengembangkan kekuatan otot tungkai, daya tahan otot tungkai, kelincahan otot tungkai dan sekaligus bisa meningkatkan kemampuan aerobik maupun anaerobik jika dalam latihannya menggunakan metode interval training.

Disamping itu latihan lompat segi-6 dan lompat segi-4 tidak memerlukan tempat luas, sehingga bisa digunakan sebagai alternatip model latihan kebugarann jasmani bagi sekolah yang bermasalah dengan keterbatasan sarana dan prasarana olahraga.

Latihan lari dan lompat-lompat adalah suatu bentuk latihan yang mudah dilakukan, tidak membutuhkan biaya mahal dan bisa dilakukan secara masal. Selain


(15)

10

itu lari dan lompat-lompat merupakan gerakan dasar yang melibatkan kelompok otot besar. Menurut Santosa Giriwijoyo (1992;26) “aktivitas otot-otot tubuh sebanyak lebih dari 40%, yang menjadi salah satu ciri olahraga aerobik sebagai bentuk olahraga kesehatan”. Oleh karena itu latihan lari dan lompat-lompat sesuai untuk jenis kegiatan olahraga kesehatan.

Berangkat dari dasar pemikiran di atas bahwa metode interval training dengan tugas latihan lompat segi-6, lompat segi-4 dan lari 200 meter mampu meningkatkan kebugaran jasmani, perlu dilakukan pembuktian dengan jalan penelitian.

B. MASALAH PENELITIAN

Untuk bisa meningkatkan kebugaran jasmani, faktor latihan fisik sangat signifikan meningkatkan kebugaran jasmani. Latihan fisik yang baik akan menimbulkan efek yang baik pula pada berkembangnya organ tubuh. Dalam upaya meningkatkan kebugaran jasmani, hal-hal yang bersangkut paut dengan metode latihan fisik yang baik dan benar harus mendapat perhatian penuh. Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi latihan fisik meliputi: intesitas, volume, frekwensi, durasi dan gerakan-gerakannya harus melibatkan otot-otot besar.

Metode latihan harus berangkat dari prinsip-prinsip dan konsep-konsep dasar latihan yang benar. Untuk itu perlu diciptakan dasar latihan secara ilmiah yang dapat diterapkan sesuai dengan kemampuan individu serta mempunyai daya guna yang optimal.


(16)

11

Menurut Santosa Giriwijoyo & Dikdik (2010;113) komponen kebugaran jasmani secara struktur dan sistematikanya terbagi seperti pada bagan sebagai berikut :

Kebugaran Jasmani

Ergosistem I

(Sistem Kerja Primer) Terdiri dari :

Kerangka : Otot :

Saraf :

Kelentukan

Kekuatan dan daya tahan : ∼ Statis (isometrik endurance) ∼ Dinamis (moscular endurance)

∼ Dinamis metabolik (peningkatan metabolisme lemak) untuk durasi lebih dari 30 menit

∼ Power ∼ Kecepatan Koordinasi Keseimbangan Kelincahan Ergosistem II

(Sistem Kerja Sekunder) Terdiri dari :

Cairan tubuh Pernapasan Jantung

Peredaran darah

Daya tahan umum/kapasitas aerobik

Bagan Komponen Kebugaran Jasmani

Semua unsur-unsur tersebut dimiliki oleh setiap individu hanya berbeda dalam tingkatannya oleh karena kesesuaian kebutuhan masing-masing. Adapun unsur yang paling penting yang perlu mendapat perhatian khusus adalah daya tahan jantung, peredaran darah dan pernapasan atau sering disebut daya tahan kardiovaskuler (Cardiovascular Endurance).

Olahraga kesehatan ditujukan bagi semua orang, oleh karena itu bentuk latihannya harus mudah dilakukan, murah, sederhana tidak membutuhkan tempat


(17)

12

yang luas, tidak terikat waktu dan tempat. Ditinjau dari segi gerakannya, latihan lari dan lompat-lompat adalah merupakan bentuk latihan yang murah, mudah dan aman dilakukan oleh setiap orang, oleh karenanya latihan lari dan lompat-lompat cocok untuk jenis olahraga kesehatan. Menurut Santosa Giriwijoyo (1991:21) “sifat/ciri umum olahraga kesehatan adalah masal, mudah, murah, meriah, manfaat dan aman”.

Berdasarkan uraian di atas, pokok masalahnya adalah tingkat kebugaran jasmani yang rendah akan menjadi kendala bagi pelaksanaan tugas, oleh karena itu latihan fisik/olahraga adalah solusinya. Latihan fisik yang baik dan benar akan menimbulkan efek yang baik pada peningkatan kebugaran jasmani. Tugas latihan lari dan lompat-lompat merupakan bentuk latihan fisik yang murah, mudah dan aman dilakukan oleh setiap orang. Selain itu lari dan lompat merupakan gerak dasar yang melibatkan kelompok otot besar, sehingga terjadi aktivitas otot-otot tubuh sebanyak lebih dari 40% yang menjadi salah satu ciri olahraga aerobik sebagai bentuk olahraga kesehatan, oleh karena itu latihan lari dan lompat-lompat cocok untuk tugas latihan olahraga kesehatan.

Penentuan tujuan latihan kebugaran jasmani dapat memberi arti berbeda bagi individu yang berbeda. Misalnya, seseorang yang sangat tinggi berat badannya akan memerlukan penekanan latihan pada komposisi tubuh (mengurangi berat badan) dan daya tahan kardiovaskuler, sedang orang yang kurus tentu ingin meningkatkan kekuatan otot, dan daya tahan ototnya yang sekaligus akan meningkatkan berat badannya. Tujuan latihan kebugaran jasmani dalam pengkajian


(18)

13

penelitian ini adalah pada peningkatan daya tahan kardiovaskuler sebagai unsur kebugaran jasmani yang paling penting yang perlu mendapat perhatian khusus.

Cara yang paling tepat dan sempurna untuk mendapatkan kebugaran jasmani atau meningkatkan derajat sehat dinamis adalah latihan fisik/olahraga. Adapun latihan fisik yang baik memanfaatkan aktivitas aerobik yang melibatkan otot-otot besar, sepertri: berlari, lompat-lompat, berenang, bersepeda dan lain-lain.

Keterbatasan sarana dan prasarana olahraga seperti lapangan yang luas, di kota-kota semakin hari semakin memperhatinkan termasuk sarana-sarana olahraga di sekolah-sekolah tidak banyak tersedia bahkan banyak sekolah yang tidak punya lapangan yang cukup luas. Ini suatu kendala dan tantangan tersendiri untuk guru pendidikan jasmani dan olahraga dalam pelaksanaan pendidikan jasmani dan olahraga.

Diperlukannya suatu metode latihan yang bisa bermanfaat terhadap peningkatan kebugaran jasmani walaupun ada kendala dalam hal kurangnya sarana dan prasarana olahraga yang terbatas. Dipandang perlu untuk menciptakan model latihan yang bisa dilaksanakan ditempat yang tidak memerlukan tempat yang terlalu luas, mudah dilakukan, murah dan bisa dilakukan secara masal.

C. Identivikasi Pertanyaan Penelitian

1. Penyajian materi pendidikan jasmani yang sesuai kurikulum, seringkali sulit dilaksanakan. Permasalahan yang muncul adalah tidak semua sekolah dasar memiliki sarana dan prasarana yang cukup tersedia.

2. Minimnya sarana dan prasarana pendidikan jasmani di sekolah dasar menuntut guru pendidikan jasmani untuk lebih kreatif dalam menciptakan


(19)

14

sesuatu yang baru, atau memodifikasi sesuatu yang sudah ada untuk disajikan dengan cara yang lebih menarik, murah, mudah dilakukan dan bermanfaat. Dengan memanfaatkan kondisi lingkungan yang dimiliki sekolah sebagai sarana, media atau alat bantu guru menunjang pembelajaran pendidikan jasmani.

3. Secara teoritis metode interval training dapat untuk meningkatkan kapasitas aerobik maupun anaerobik, dan gerakan-gerakan lompat-lompat merupakan gerak dasar yang melibatkan kelompok otot besar, sehingga terjadi aktivitas otot-otot tubuh sebanyak lebih dari 40%, yang menjadi salah saatu ciri olahraga aerobik sebagai bentuk latihan kesehatan, oleh karena itu latihan lompat-lompat cocok untuk jenis latihan kebugaran jasmani.

4. Dalam aplikasi di lapangan penggunaan metode interval training hanya menggunakan tugas latihan lari, padahal model latihan tugas latihan lompat segi-6 dan lompat segi-4 secara teoritis mempunyai dampak latihan yang cukup baik terhadap peningkatan physical fitness, yaitu: kekuatan otot tungkai, dayatahan otot tungkai, kelincahan. maupun kemampuan aerobik. 5. Ketidaktahuan guru penjas dan pelatih olahraga dalam memilih metode

interval training model tugas latihan lompat segi-6 dan lompat segi-4 dikarenakan masih jarang masyarakat yang menggunakan metode interval training tugas latihan lompat segi-6 dan lompat segi-4 disamping itu belum banyaknya penelitian yang meneliti metode interval training tugas latihan


(20)

15

lompat segi-6 dan lompat segi-4 terhadap perkembangan kebugaran jasmani.

Berdasar pada pemikiran diatas peneliti ingin mengetahui secara impiris metode interval training model tugas latihan lompat segi-6 , lompat segi-4 dan lari 200 meter terhadap perkembangan kebugaran jasmani.

Berdasarkan permasalahan tersebut, penelitian ini difokuskan pada beberapa variabel sebagai berikut:

Tabel: 1.1. Variabel Penelitian:

Metode Tugas Latihan

Variabel Bebas Interval Training

• Lompat segi-6 • Lompat segi-4 • Lari 200

meter Ergosistem

(Sistem Kerja) Komponen Fisik

Variabel Terikat Kebugaran jasmani

Primer (physical fitnees)

Sekunder (aerobik)

• Power otot tungkai • Daya tahan

otot tungkai • Kelincahan • Aerobik

D. Pertanyaan Penelitian

1. Adakah pengaruh metode interval training tugas latihan lompat segi-6, terhadap perkembangan kebugaran jasmani.

2. Adakah pengaruh metode interval training tugas latihan lompat segi-4 terhadap perkembangan kebugaran jasmani.

3. Adakah pengaruh metode interval training tugas latihan lari 200 meter terhadap perkembangan kebugaran jasmani


(21)

16

4. Adakah perbedaan pengaruh metode interval training tugas latihan lompat segi-6, lompat segi-4 dan lari 200 meter terhadap perkembangan kebugaran jasmani.

E. Tujuan Penelitian Tujuan Umum :

Untuk memperoleh kejelasan secara empiris pengaruh metode interval training dengan tugas latihan lompat segi-6, lompat segi-4 dan lari 200 meter terhadap perkembangan kebugaran jasmani melalui parameter kekuatan otot tungkai, daya tahan otot tungkai, kelincahan dan aerobik (daya tahan kardiovaskuler).

Tujuan Khusus :

Secara spesifik tujuan penelitian ini untuk:

1. Mengungkapkan pengaruh metode interval training dengan tugas latihan lompat segi-6 terhadap perkembangan kebugaran jasmani.

2. Mengungkapkan pengaruh metode interval training dengan tugas latihan lompat segi-4 terhadap perkembangan kebugaran jasmani.

3. Mengungkapkan pengaruh metode interval training dengan tugas latihan lari 200 meter terhadap perkembangan kebugaran jasmani.

4. Mengungkapkan perbedaan pengaruh metode interval training tugas latihan lompat segi-6, lompat segi-4 dan lari 200 meter terhadap perkembangan kebugaran jasmani.


(22)

17 F. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis.

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan terhadap pengembangan metode latihan kebugaran jasmani melalui pendekatan yang menekankan pada peningkatan kualitas kebugaran jasmani (fitnees approach). Menjadi masukan bagi peneliti dalam melaksanakan latihan kebugaran jasmani yang efektif dan efisien, serta dijadikan khasanah kepustakaan ilmu keolahragaan.

2. Secara Praktis.

Menjadi masukan bagi para guru, Pembina olahraga, pelatih olahraga yang dalam tugasnya dan pekerjaannya seringkali dihadapkan pada masalah memilih dan menggunakan metode yang sesuai dengan tujuan latihan kebugaran jasmani. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan pemikiran untuk menentukan metode latihan kebugaran jasmani yang sesuai untuk digunakan.

G.Anggapan Dasar dan Hipotesis 1. Anggapan Dasar

Anggapan dasar merupakan titik tolak pemikiran yang akan memberikan landasan bagi keseluruhan proses penelitian. Selain itu dapat membantu dan member arah terhadap pembuatan kesimpulan. Adapun anggapan dasar yang menjadi landasan pengkajian penelitian ini adalah sebagai berikut:


(23)

18

a. Latihan lari dan lompat-limpat adalah suatu bentuk latihan yang mudah dilaksanakan, tidak membutuhkan biaya mahal, dan bisa dilakukan secara masal. Selain itu lari dan lompat-lompat merupakan gerakan dasar yang melibatkan kelompok otot besar, sehingga terjadi aktivitas otot-otot tubuh sebanyak lebih dari 40% yang menjadi salah satu ciri olahraga aerobik sebagai bentuk olahraga kesehatan.

b. Interval training memberikan rangsang yang sangat tinggi kepada jantung beserta peredarannya, paru-paru dengan sistem pernapasannya dan organ-organ tubuh lainnya. Interval training adalah metode latihan untuk meningkatkan daya tahan aerobik, dan daya tahan anaerobik secara efektip.

c. Dengan menerapkan prinsip latihan seperti: prinsip individu , intensitas latihan, durasi latihan, volume latihan dan frekwensi latihan, serta kriteria penyusunan interval training seperti lamanya latihan, beban (intensitas) latihan, Ulangan (repetisi) latihan, dan masa istirahat (recovery interval) setelah setiap repetisi latihan, akan banyak berdampak efektip terhadap perkembangan kebugaran jasmani.

d. Ditinjau dari manfaatnya metode interval training tugas latihan lompat segi-6 , lompat segi-4 lebih unggul disbanding tugas latihan lari 200 meter, karena tugas latihan lompat segi-6 dan lompat segi-4 mampu mengembangkan kebugaran jasmani secara lebih lengkap, yaitu disamping mampu mengembangkan aerobik dia juga mampu mengembangkan kekuatan otot tungkai, daya tahan otot tungkai dan


(24)

19

kelincahan. Disamping itu tugas latihan lompat segi-6 dan lompat segi-4 tidak memerlukan tempat yang luas dan tidak terbebas dari situasi dan kondisi cuaca, waktu dan tempat, karena dapat dimainkan di ruangan tertutup jika terjadi cuaca panas atau hujan.

2. Hipotesis

Berangkat dari anggapan dasar tadi, maka penulis mengajukan hipotesis penelitian ini sebagai berikut :

1. Ada pengaruh metode interval training tugas latihan lompat segi-6, terhadap perkembangan kebugaran jasmani.

2. Ada pengaruh metode interval training tugas latihan lompat segi-4 terhadap perkembangan kebugaran jasmani.

3. Ada pengaruh metode interval training tugas latihan lari 200 meter terhadap perkembangan kebugaran jasmani.

4. Ada perbedaan pengaruh metode interval training tugas latihan lompat segi-6, lompat segi-4 dan lari 200 meter terhadap perkembangan kebugaran jasmani.

H. Definisi Operasional

1. Progam latihan kebugaran metode interval training dengan tugas latihan lompat segi-6 lompat segi-4 dan lari 200 meter diartikan sebagai bentuk/macam latihan yang digunakan mengembangkan kebugaran jasmani melalui para meter daya tahan kardiovaskuler (aerobik), kelincahan, power otot tungkai, dan daya tahan otot tungkai .


(25)

20

2. Kebugaran jasmani adalah suatu kesanggupan dan kemampuan tubuh dalam melakukan penyelesaian atau adaptasi terhadap pembebanan fisik (dari kerja yang dilakukan sehari-hari) tanpa timbul kelelahan yang berlebihan dan masih memiliki cadangan energi untuk keperluan yang mendadak.

3. Daya tahan adalah kesanggupan sistem jantung, paru-paru dan pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal pada keadaan istirahat dan kerja dalam mengambil oksigen dan menyalurkan kejaringan sehingga dapat dipergunakan pada proses metabolisme tubuh.

4. Kelincahan adalah kemampuan mengubah secara cepat arah tubuh/bagian tubuh tanpa gangguan pada keseimbangan.

5. Power otot adalah kemampuan otot untuk mengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.

6. Daya tahan otot adalah kemampuan atau kapasitas sekelompok otot untuk melakukan kontraksi yang beruntun atau berulang-ulang terhadap suatu beban dalam jangka waktu tertentu. Jadi daya tahan otot merupakan kemampuan untuk mengatasi kelelahan otot.

7. Lompat segi-6 adalah melompat dengan dua kaki secara bersamaan pada kotak segi-6 yang berjari-jari 20 cm dan mempunyai enam arah lompatan dengan irama lompatan 132 kali/menit. Arah dan urutan lompatan searah jarum jam yaitu dari sudut satu sampai sudut enam.

8. Lompat segi-4 adalah melompat pada kotak segi empat yang berukuran 20 cm dengan cara melompat buka tutup kesamping kanan kiri dan buka tutup depan belakang, dengan irama lompatan 132 kali/menit.


(26)

21

9. Lari 200 meter adalah berlari pada lintasan yang berjarak 200 meter dengan tempo lari ( kecepatan lari) 74 detik/200 meter.


(27)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji program pembinaan kebugaran jasmani metode interval training dengan tugas latihan lompat segi-6, lompat segi-4 dan lari 200 meter. Untuk mengkaji ada tidaknya pengaruh metode interval training dengan tugas latihan tersebut di atas digunakan parameter kelincahan, daya tahan kardiovaskuler, daya tahan otot tungkai, dan power otot tungkai.

Atas dasar tujuan tersebut, metodologi dalam penelitian ini, menggunakan metode eksperimen.Rancangan eksperimen yang digunakan adalah pre-test post-test control group design.

Dalam desain ini para subyek dikelompokan menjadi tiga kelompok. Adapun pemisahan dan pemasangan subyekkemasing-masing kelompok eksperimen adalah atas dasar test kelincahan, daya tahan kardiovaskuler, power otot tungkai dan daya tahan otot tungkai sebelum perlakuan diberikan.

Adapun alasan pemilihan ketiga latihan ini adalah:

1. Tugas latihan lompat segi-6 dan lompat segi-4 ditinjau dari gerakannya: mudah dilakukan, murah, sederhana, aman dan tidak membutuhkan tempat yang luas, tidak terikat waktu dan tempat. Oleh karenanya, lompat segi-6 dan lompat segi-4 cocok untuk olahraga kesehatan.

2. Ditinjau dari manfaatnya, latihan lompat segi-6 dan lompat segi-4 diperkirakan mampu mengembangkan kemampuan kebugaran jasmani


(28)

sekaligus seperti: daya tahan kardiovaskuler, kelincahan, power otot tungkai, daya tahan otot tungkai, serta keseimbangan secara serempak.

3. Tugas latihan lari 200 meter ditinjau dari gerakannya: mudah dilakukan, murah, sederhana, aman, sehingga latihan ini cocok untuk olahraga kesehatan. Sedangkan manfaatnya latihan lari 200 meter dalam program latihan interval bagus unbtuk mengrembangkan kemampuan aerobik, yang merupakan dasar indicator kebugaran jasmani.

Selanjutnya perlakuandiberikan selama 8 minggu dengan frekwensi perminggu sebanyak 3 kali. Rancangan penelitiannya dapat dilihat pada table 3.1 di bawah ini:

Tabel:3.1. Rancangan Penelitian

Kelompok Pre-test Treatment Post-test

A T1 X1 T2

B T1 X2 T2

C T1 X3 T2

Keterangan:

X1= Interval training tugas latihan lompat segi-6 X2= Interval training tugas latihan lompat segi-4 X3= Interval training tugas latihan lari 200 meter

Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini terbagi dalam langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menyiapkan dan uji coba instrument dan program latihan pembinaan kebugaran jasmani metode interval training dengan tugas latihan lompat segi-6, lompat segi-4 dan lari 200 meter.


(29)

2. Menyiapkan dan menentukan populasi dan sampel penelitian. 3. Uji coba perlakuan (treatment).

4. Mengumpulkan data awal (pre-test).

5. Memisahkan subyek penelitian ke masing-masing kelompok dengan cara random.

6. Membagi treatment ke masing-masing kelompok dengan cara random.

7. Memberikan perlakuan (treatment) kepada masing-masing kellompok eksperiment selama delapan minggu dengan frekwensi perminggu tiga kali. 8. Mengambil data akhir (post-test).

9. Menganalisis data akhir dengan statistik analisis uji-t dan anava. 10.Menyajikan hasil penelitian dan menyimpulkan.

B. Pemograman Latihan Eksperimen

1.Prosedur pemograman tugas latihan dilakukan sebagai berikut: 1.1.Tugas latihan lompat segi-6

Prosedurnya sebagai berikut: 1.1.1. Besar beban

Besar beban (besarnya ukuran jari-jari segi-6) diambil sepertiga rata-rata kemampuan maksimal lompat jauh tanpa awalan siswa (subyek), yang dalam hal ini jari-jari segi-6 sebesar 20 cm.

1.1.2.Frekwensi

Frekwensi (irama lompatan) diambil rata-rata kemampuan maksimal siswa mengikuti irama lompat (irama yang paling sesuai


(30)

dengan siswa), yang dalam hal ini jumlah irama berkecepatan 132 kali/menit.

1.1.3.Dosis maksimal

Dosis maksimal adalah durasi maksimal individu siswa dalam melakukan tugas latihan.

Keterangan:

Dosis maksimal ditentukan sebagai berikut: Dosis = intensitas x waktu

Intensitas = beban xfrekwensi waktu

Jadi dosis = beban xfrekwensi/waktu x waktu

Karena beban dan frekwensi sudah ditentukan (merupakan faktor tetap) sedangkan yang berubah adalah waktu, maka dosis maksimal disini adalah waktu maksimal.

1.1.4.Dosis latihan.

Dosis latihan sebagai olahraga kesehatan adalah prosentase sebesar 70%-80% dari dosis maksimal (70%-80% x waktu maksimal).

1.2. Tugas latihan lompat segi-4. Prosedurnya sebagai berikut: 1.2.1.Besar beban.

Besar beban (besarnya ukuran luas segi empat diambil sepertiga rata-rata kemampuan lompat jauh tanpa awalan siswa, yang dalam hal ini segi-4 dengan luas sisi 20 cm.


(31)

1.2.2.Frekwensi.

Frekwensi (irama lompat) diambil dari rata-rata kemampuan maksimal siswa mengikuti irama lompat (irama yang paling sesuai dengan siswa), yang dalam hal ini jumalh irama lompat sebesar 132 kali/menit.

1.2.3.Dosis maksimal.

Dosis maksimal adalah durasi maksimal individu siswa dalam melakukan tugas latihan.

Keterangan:

Dosis maksimal ditentukan sebagai berikut: Dosis = intensitas X waktu

Intensitas = beban X frekwensi/waktu.

Jadi dosis = beban X frekwensi/waktu X waktu.

Karena beban dan frekwensi sudah ditentukan (merupakan faktopr tetap) sedangkan yang berubah adalah waktu (merupakan faktor tidak tetap), maka dosis maksimal disini adalah waktu maksimal. 1.2.4.Dosis latihan.

Dosis latihan sebagai olahraga kesehatan adalah prosentase sebesar 70%-80% dari dosis maksimal (70%-80% X waktu maksimal).

1.3. Tugas latihan lari 200 meter. Prosedurnya sebagai berikut: 1.3.1.Besar beban


(32)

Besarnya beban ( jarak lari) diambil dari sepertiga tes lari 600 meter (tes daya tahan kardiovaskuler SD), yang dalam hal ini berjarak 200 meter.

1.3.2.Frekwensi

Frekwensi sesuai pola langkah pada lari maksimal masing-masing siswa.

1.3.3.Dosis maksimal

Dosis maksimal adalah kemampuan maksimal individu dalam memacu kecepatan lari 200 meter dalam satuan waktu.

1.3.4.Dosis latihan

Dosis latihan bagi olahraga kesehatan diambil dari prosentase sebesar 70%-80% dari waktu malksimal (70%-80% X kecepatan maksimal lari 200 meter).

Contoh perhitungan:

Jika si A, kemampuan maksimal dari tugas latihan lompat segi-6 selama 120 detik maka dosis latihannya adalah:

70%-nya adalah 0,7 X120 detik = 84 detik. 80%-nya adalah 0,8 X 120 detik = 96 detik.

Jadi dosis latihan si A, untuk lompat segi-6 adalah 84 – 96 detik setiap dosis latihan (setiap repetisi).

Jika si C, kemampuan maksimal dari kecepatan lari 200 meter sebesar 60 detik maka dosis latihannya adalah:


(33)

80%-nya adalah 100/80 X 60 detik = 75 detik

Jadi dosis latihan si C, untuk lari 200 meter pace larinya adalah 85.71detik – 75 detik setiap dosis latihan (setiap repitisi).

2. Durasi Latihan

Durasi latihan ditentukan sebesar minimal 20 menit sesuai kriteria olahraga kesehatan yang adekuat untuk pembinaan kebugaran jasmani.

Keterangan:

- Dosis latihan = volume latihan - Dosis per kali = 1 repetisi

- Dosis per hari = jumlah repetisi per hari - Dosis perminggu = jumlah repetisi per minggu

- Satu dosis interval = satuan waktu yang meliputi waktu aktif berlatih ditambah waktu istirahat (satu repetisi).

- Durasi satu dosis interval (1 repetisi) = kurang lebih 2 menit, yang terdiri 1 menit interval kerja 1 menit interval istirahat jadi durasi latihan perkali latihan (per hari) sebesar 20 menit memerlukan 10 repetisi.

3. Frekwensi Latihan

Frekwensi latihan ditentukan 3 kali per minggu. C. Program Latihan Eksperimen.

Kelompok A


(34)

Intensitas Dosis Maksimal Dosis Latihan Waktu Istirahat Jumlah Repetisi Frekwensi Perminggu Beban Frekwensi

Lompat segi-6 berjari-jari 20 cm Irama lompat 132 kali permenit Kemampuan maksimal (t maksimal) individu dalam melakukan tugas latihan 70-80% dari dosis maksimal (70-80% t maksimal) 1-2 menit Mengacu kepada durasi minimal 20 menit 3 kali latihan

Pelaksanaan Tugas Latihan Lompat segi-6

Subyek pertama-tama berdiri tegak di titik pusat segi-6, selanjutnya melakukan gerakan melompat keluar lingkaran segi enam kemudian kembali lagi ketitik puat segi enam. Arah dan urutan lompatan searah jarum jam sesuai dengan arah dan urutan lompat, yaitu dari nomor 1 sampai nomor 6, setelah sampai nomor 6 kembali lagi kearah lompat nomor 1. Demikian dan seterusnya gerakan itu diulang-ulang dengan kecepatan irama lompat 132 kali/menit. Kecepatan irama menggunakan metronom lihat gambar:3.1.


(35)

Kelompok B

Metode Interval Tugas Latihan Lompat Segi-4 Intensitas Dosis

maksimal Dosis Latihan Waktu Istirahat Jumlah Repetisi Frekwensi Perminggu Beban Frekwensi

Lompat segi-4 luas kotak 20 cm Irama lompat 132 kali lompatan permenit Kemampuan maksimal (t maksimal) individu dalam melakukan tugas latihan 70-80% dari dosis maksimal (70-80% t maksimal) 1-2 menit Mengac u kepada durasi minimal 20 menit 3 kali latihan

Pelaksanaan tugas latihan lopat seg-4

Subyek pertama-tama berdiri tegak di dalam lingkaran segi empat. Selanjutnya melakukan gerakan melompat buka-tutup ke samping kanan dan kiri. Setelah itu melakukan gerakan melompat kedepan-belakang. Demikian seterusnya gerakan itu dilakukan dan diulang-ulang dengan kecepatan irama lompat 132 kali/menit. Lihat gambar: 3.2


(36)

Alasan pemilihan lompat segi-6 dan segi-4 adalah:

1. Gerakan lompat segi-6 dan segi-4 melibatkan 2/3 anggota tubuh sebagai syarat olahraga kebugaran.

2. Mudah dilakukan.

3. Gerakannya bisa mengembangka keseimbangan, kelincahan, kekuan dan daya tahan otot tungkai.

Kelompok C

Metode Interval Tugas Latihan Lari 200 Meter Intensitas Dosis

maksimal Dosis latihan Waktu istirahat Juml:ah repetisi Frekwensi perminggu Beban Frekwensi

Lari jarak tempuh 200 meter Langkah lari Kemampuan maksimal individu dalam memacu lari jarak tempuh 200 meter. 70-80% dari dosis maksimal (70-80% t maksimal) 1-2 menit Mengac u kepada durasi minimal 20 menit 3 kali latihan

Pelaksanaan tugas latihan lari 200 meter: 1. Subyek berdiri di garis start.

2. Aba-aba Bersedia - Siap – Ya.. Pada saat aba-aba Ya subyek berlari menempuh jarak 200 meter.

3. Kecepatan lari maksimal 90 detik sudah harus masuk kegaris finis.

4. Istirahat 90 detik dengan cara berjalan atau jogging dan sudah harus siap berlari berikutnya.


(37)

5. Setelah istirahat 90 detik, berikutnya subyek melakukan lari lagi sampai beberapa pengulangan yang telah di program 10-15 pengulagan. Lihat gambar:3.3.

Gambar 3.3. Lari 200 Meter

Alasan memilih tugas latihan lari 200 meter:

1. Gerakannya melibatkan 2/3 anggota tubuh sebagai syarat olahraga kesehatan.

2. Gerakannya mudah dilakukan.

3. Memberikan keleluasaan dan kebebasan gerak secara maksimal. 4. Memudahkan dalam pengamatan latihan.

D. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa pendidikan Sekolah Dasar (SD) Negeri Bakalan I dan II Kecamatan Bululawang Kabupaten Malang. Pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan teknik sampling bertujuan, yaitu dengan mengambil siswa SD kelas 4 dan 5 usia 10-12 tahun.


(38)

E.Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: untuk mengukur kelincahan menggunakan test Shuttle-Run (4 x 10 m), mengukur daya tahan kardiovaskuler menggunakan test lari 1.069 km, mengukur power otot tungkai menggunakan tes Vertical-Jumps dan mengukur daya tahan otot tungkai menggunakan test Squat-Jumps.

Pelaksanaa Test: 1.Vertical-Jumps.

a. Tujuan mengukur power otot tungkai. b. Perlengkapan:

1) Papan berskala

2) Penghapus papan tulis 3) Serbuk kapur.

4) Alat tulis c. Pelaksanaan: 1).Sikap permulaan:

a) Terlebih sdahulu ujung jari peserta diolesi dengan serbuk kapur.

b) Peserta berdiri tegak dekat dinding, kaki rapat, papan skala berada di samping kiri atau kananya. Kemudian tangan yang dekat dinding diangkat lurus ke atas dan telapak tangan ditempelkan pada papan berskala, sehingga meninggalkan bekas raihan jarinya.


(39)

2).Gerakan:

a) Peserta mengambil awalan dengan sikap menekukkan lutut dan kedua lengan diayun ke belakang. Kemudian peserta meloncat setinggi mungkin sambil menepuk papan dengan tangan yang terdekat sehingga menimbulkan bekas.

b) Ulangi loncatan ini sampai 3 kali berturut-turut. d. Petugas tes:

Pengamat dan pencatat hasil. e. Pencatatan hasil:

1) Selisih raihan loncatan dikurangi raihan tegak.

2) Ketiga selisih raihan dicatat dan diambil yang terbaik. 2.Squat-Jumps:

a. Tujuan :

Mengukur daya tahan otot tungkai. b. Perelengkapan:

bidang datar. c. Pelaksanaan:

Tester berada pada sikap setengah jongkok dengan salah satu kakinya berada di depan, sedangkan kedua tangan saling berkaitan dibelakang kepala, pandangan ke depan. Tester melompat ke atas sehingga kedua tungkai lurus, lalu mendarat dengan berganti kaki ke depan dan ke belakang, dengan posisi sikap setengah jongkok. Lakukan gerakan ini berulang-ulang dengan sikap


(40)

kaki bergantian, sampai tester tak dapat melompat lagi secara sempurna seperti ketentuan tersebut di atas.

d. Pencatatan hasil:

Jumlah lompatan yang sempurna. e. Petugas tes:

Pengamat dan pencatat hasil. 3. Shuttle-Run 4 x 10 meter:

a. Tujuan:

Mengukur kelincahan dan koordinasi. b. Perlengkapan:

1) Stop Watch.

2) Bidang datar selebar maksimal 15 meter. c. Pelaksanaan:

Tester berdiri di belakang garis start, dengan salah satu kaki diletakan di depan. Pada aba-aba “ya” diberikan, tester dengan segera dan secepat mungkin lari kedepan garis akhir dan menyentuh garis tersebut, kemudian kembali lagi dan segera lari.Demikian seterusnya dilakukan dengan lari sebanyak 6 x 10 meter. Tester diberi kesempatan melakukan test tersebut sebanyak 2 kali.

d. Pencatatan hasil.

Waktu terbaik dari dua kali kesempatan. Yang dicatat sampai 1/10 detik. e. Petugas tes.


(41)

2) Pencatat hasil.

4.Tes lari 1.069 km. a. Tujuan:

Mengukur daya tahan kardiovaskuler. b. Perlengkapan:

1) Lintasan lari berjarak 1.069 km. 2) Stop watch

3) Bendera start. 4) Peluit.

5) Tiang pancang. 6) Nomor dada. 7) Formulir test. 8) Alat tulis. c. Petugas test:

1) Juri keberangkatan. 2) Pengukur waktu. 3) Pencatat hasil. d. Pelaksanaan:

1) Sikap permulaan’

Peserta berdiri di belakang garis start. 2) Gerakan:


(42)

a) Pada aba-aba “siap” peserta mengambil sikap start berdiri, siap untuk lari.

b) Pada aba-aba “ya” peserta lari menuju garis finis, menempuh jarak 1.069 km.

e. Pencatatan hasil.

1) Pengambilan waktu dilakukan dari saat bendera diankat sampai pelari tepat melintas garis finis.

2) Hasil yang dicatat adalah waktu yang dicapai oleh pelari untuk menempuh jarak 1.069 km. Waktu dicatat dalam satuan menit dan detik.

F.Pengumpulan Data.

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan test, yaitu: test Vertical-Jumps untuk mengukur power otot tungkai, test Squat-Jumps untuk mengukur daya taha otot tungkai, test Shuttle-Run 4 x 10 meter untuk mengukur kelincahan dan test lari 1.069 km untuk mengukur daya tahan kardiovaskuler. Tes ini dilakukan sebanyak 2 kali, pertama sebelum diberikan perlakuan yangbertujuan untuk mengetahui kemampuan awal. Test kedua dilakukan setelah diberikan perlakuan, yang bertujuan untuk mengetahui hasil dari pengaruh program latihan yang diberikan.

G.Analisis Data

Sesuai dengan tujuan dalam penelitian ini, yaitu untuk mengkaji ada tidaknya pengaruh metode interval training dengan tugas latihan lompat segi-6,


(43)

lompat segi-4 dan lari 200 meter terhadap peningkatan kelincahan, daya tahan otot tungkai, power otot tungkai dan daya tahan kardiovaskuler, maka dalam menganalisis data menggunakan statistik inferensial yang berupa uji beda mean dari (pre-test dan post-test). Dengan pertimbangan jenis data, maka analisis data yang digunakan adalah uji-t dan anava. Analisis data menggunakan komputer program SPSS/PCT.


(44)

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

Berdasarkan deskrepsi, analisis hasil latihan, serta pembahasan yang telah dilakukan pada bagian terdahulu, selanjutnya dikemukakan rumusan kesimpulan, implikasi dan rekomendasi dan saran kepada pihak yang terkait pada bidang kajian pendidikan jasmani.

A. Kesimpulan

Atas dasar perhitungan data, interprestasi dan pembahasan, dapat disimpulkan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Program latihan kebugaran jasmani metode interval training tugas latihan lompat segi-6 mempunyai pengaruh positip terhadap perkembangan kebugaran jasmani anak SD melalui parameter: daya tahan kardiovaskuler, kelincahan, power otot tungkai dan daya tahan otot tungkai.

2. Program latihan kebugaran jasmani metode interval training tugas latihan lompat segi-4 mempunyai pengaruh positip terhadap perkembangan kebugaran jasmani anak SD melalui parameter: daya tahan kardiovaskuler, kelincahan, power otot tungkai dan daya tahan otot tungkai.

3. Program latihan kebugaran jasmani metode interval training tugas latihan lari 200 meter mempunyai pengaruh positip terhadap perkembangan kebugaran jasmani anak SD melalui parameter: daya tahan kardiovaskuler, kelincahan, power otot tungkai dan daya tahan otot tungkai.


(45)

4. Perbandingan pengaruh latihan antara program latihan kebugaran jasmani metode interval training tugas latihan lompat segi-6, lompat segi-4 dan lari 200 meter tidak ada perbedaan yang nyata terhadap perkembangan kebugaran jasmani anak SD melalui parameter: daya tahan kardiovaskuler, kelincahan, power otot tungkai dan daya tahan otot tungkai.

5. Ditinjau dari analisis diagram presentasi peningkatan hasil latihan perkembangan kebugaran jasmani anak SD pada kelompok B (tugas latihan lompat segi-4) lebih baik dari kelompok A (tugas latihan lompat segi-6) dan kelompok C (tugas latihan lari 200 meter).

6. Ditinjau dari analisis presentasi antara peningkatan hasil latihan perkomponen kebugaran jasmani yang paling baik peningkatannya adalah daya tahan otot tungkai, diikuti power otot tungkai, daya tahan kardiovaskuler dan kelincahan.

B. Implikasi Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil temuan penelitian yang dirumuskan dalam kesimpulan tadi, implikasi hasil penelitian ini dapat:

1. Memberi sumbangan terhadap pemberdayaan pembelajaran pendidikan jasmani di SD yang mengacu pada perkembangan kebugaran jasmani. 2. Dapat dijadikan masukan bagi guru pendidikan jasmani dan pelatih olahraga

untuk lebihb produktif, kreatif dan selektif dalam memilih suatu metode latihan kebugaran jasmani untuk mencapai tujuan kebugaran jasmani secara efisien dan efektif. Kepada guru pendidikan jasmani, disarankan untuk dapat


(46)

menggunakan metode interval training tugas latihan lompat segi-6, lompat segi-4 atau lari 200 meter. Metode interval training ini cukup baik dalam program pemeliharaan dan peningkatan kebugaran jasmani anak SD.

C. Rekomendasi dan Saran

Penelitian ini dilaksanakan dilapangan terbuka dengan kondisi lingkungan dan tempat latihan yang terbatas, tidak menutup kemungkinan memiliki beberapa kelemahan dan kekurangannya.Disamping faktor eksternal, faktor internal seperti faktor gizi, bakat, intelegensi, struktur dan fungsional fisik, pengalaman gerak dan motivasi untuk latihan.Beberapa faktor tersebut cukup menarik untuk diteliti lebih cermat lagi, terutama dalam konteks pengembangan kebugaran jasmani.

Karena itu penulis merekomendasikan kepada: (a). pihak peneliti yang akan dating diharapkan munculnya beberapa penelitian lanjutan yang hamper sama dengan masalah ini atau yang ada kaitannyadengan isi,metode latihan dan evaluasi kebugaran jasmani, baik tingkat Pendidikan Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Pertama (SLTP), Sekolah Lanjutan Atas (SLTA), Pendidikan Tinggi (PT) dan bahkan masyarakat umum. Dalam penelitian ini digunakan subyek penelitian siswa Sekolah Dasar (SD) dengan usia rata-rata antara 10-12 tahun putra dan putri, karena itu penelitian lanjutan dengan karakteristik jenjang pendidikan yang berbeda merupakan suatu masalah yang menarik dan layak untuk diteliti oleh pihak yang peduli dengan permasalahan yang sama, (b) kepada pihak yang terkait dan peduli terhadap mutu pendidikan jasmani dan


(47)

kesehatan seperti: FPOK (Fakultas Pendidikan Olahraga Kesehatan), FIK (Fakultas Ilmu Olahraga dan sanggar-sanggar kebugaran jasmani, patut juga meneliti kembali beberapa permasalahan yang berkaitan dengan penelitian ini.


(48)

87

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Arma. 1994. Evaluasi dalam Pendidikan Jasmani. Jakarta. P2LPTK. Dirjen Dikti.

Ateng, Abdulkadir. 1993. Pendidikan Jasmani di Indonesia. Jakarta. FPOK IKIP Jakarta.

Bompa, Tudor, O. 1986. Theory and Methodology of Training.Toronto: Kendall/Hunt Publishing Company.

Depdikbud.2003. Kurikulum Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Jakarta.

Depdikbud. 1987. SK Mendikbud 04/3/0/1987. Tentang Perubahan Nama Pendidikan dan Kesehatan menjadi Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdikbud.

Fox, Edward, L. 1984. Sport Physiology. Philadelphia: Saunders. College Publishing.

Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-aspek Psikologi dalam Coaching. Jakarta: P2LPTK. Depdikbud.

Hasan, Said. 1972. Manusia Energik dan Produktif adalah Modal Utama Bagi Pembangunan. Jakarta. Dirjen Pemuda dan Olahraga.Depdikbud.

Harrow, Anita, J. 1972. A Taxonomy of The Psychomotor Domain: A Guide for Developing Behavioral Objectives. New York: Longman Inc.

Hoywood, Kathleen. M. 1986. Life Span Motor Development. Linois: Human Kinetics. Inc.

Iskandar dkk. 1999. “Panduan teknis: Tes dan Latihan Kesegaran Jasmani untuk Anak Usia Sekolah”. Seminar dan Widiakarya Nasional Olahraga dan Kesegaran Jasmani. Jakarta. September. 1999.

Kirkendal, Don R, Joseph J, Guber, & Robert E, Johnso. 1980. Measurement and Evaluation for Physical Educations. Dubugua. Lowa: Wm.C. Brown Company.

Nurhasan. 1983. Tes dan Pengukuran. Bandung. FPOK IKIP Bandung. Pusat Kesegaran Jasmani dan Rekreasi. 1996.

KetahuilahTingkatKesegaranJasmani Anda. Jakarta. Depdikbud Jakarta.


(49)

88

Santosa Giriwijoyo. 1992. Ilmu Faal Olahraga. Bandung. FPOK IKIP Bandung. Santosa Giriwijoyo. 1984. Ilmu Faal Olahraga Kegiatan Pengabdian Pada

Masyarakat. Bandung. FPOK IKIP Bandung.

Santosa Giriwijoyo & Dikdik Zafar Sidik. 2010. Ilmu Faal Olahraga. Bandung. Jurusan Kepelatihan FPOK UPI.

Sajoto.Muhamad.1988. Pembinaan Kondisi Fisik dalam Olahraga.Jakarta Depdikbud P2LPTK.

Sigit Maryono. 1980. Peran Kinisiologi Terapan Dalam Pembangunan Olahraga. Jakarta. PIO KONI Pusat.

Suhendro, Bambang. 1990.Pengaruh Inteval dengan Istirahat Aktif dan Istirahat Pasif pada Latihan Sirkuit Terhadap Daya Ledak dan Daya Tahan Anaerobik. Tesis. Surabaya. Pasca Sarjana Universitas Airlangga Surabaya.

Hartoyo. 1992. Pengaruh Latihan Skipping Rope Terhadap Peningkatan Eksplosive Power dan VO2-max. Malang.Puslit IKIP Malang.

Roesdiyanto. 1995. “Pengaruh Latihan Lari Cepat Interval Istirahat Aktif Terus Menerus dan Interval Istirahat Aktif Berkala Terhadap Daya Alaktat Anaerobik serta Kapasitas Laktat Anaerobik”. Tesis. Surabaya. Universitas Airlangga.

Rushall BS. FS Pyke. 1990. Training For Sport and Fitness. Melbourne; McbMillan Co

Roesdiyanto dkk. 2010. Penjaskes SMP. Malang. Panitia Sertifikasi Guru (PSG) Rayon 15.Universitas Negeri Malang.

Roesdiyanto. 2011. Pendidikan Jasmani Berbasis Kecerdasan Majemuk Untuk Pendidikan Anak Usia Dini.Malang. Lembaga Penelitian UM.

Rusli Lutan. 1997. StrategiPembelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Depdikbud RI.


(50)

89

Wasis Djoko Dwiyogo. 1990. Pengetahuan Kesegaran Jasmani: Malang. POK.IKIP Malang.

Wasis dkk. 2010 Penjaskes SD. Malang. Panitia Sertifikasi Guru (PSG) Rayon 15..Universitas Negeri Malang.

Winarno. 1997. “Strategi MeningkatkanEfektivitas Pembelajaran Pendidikan Jasmani di Sekolah”. Makalah disampaikan pada Konferensi Nasional Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Bandung, 22-23 September. 1997. Winarno.2002. Pembelajaran Penjas SD Dengan Metode Penjelajahan

Gerak.Jurnal.IPTEK Olahraga ISSN 1411-0016 volume VI Nomor 2 .Jakarta; PPPITOR Direktorat Jenderal Olahraga Depdiknas.


(1)

4. Perbandingan pengaruh latihan antara program latihan kebugaran jasmani metode interval training tugas latihan lompat segi-6, lompat segi-4 dan lari 200 meter tidak ada perbedaan yang nyata terhadap perkembangan kebugaran jasmani anak SD melalui parameter: daya tahan kardiovaskuler, kelincahan, power otot tungkai dan daya tahan otot tungkai.

5. Ditinjau dari analisis diagram presentasi peningkatan hasil latihan perkembangan kebugaran jasmani anak SD pada kelompok B (tugas latihan lompat segi-4) lebih baik dari kelompok A (tugas latihan lompat segi-6) dan kelompok C (tugas latihan lari 200 meter).

6. Ditinjau dari analisis presentasi antara peningkatan hasil latihan perkomponen kebugaran jasmani yang paling baik peningkatannya adalah daya tahan otot tungkai, diikuti power otot tungkai, daya tahan kardiovaskuler dan kelincahan.

B. Implikasi Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil temuan penelitian yang dirumuskan dalam kesimpulan tadi, implikasi hasil penelitian ini dapat:

1. Memberi sumbangan terhadap pemberdayaan pembelajaran pendidikan jasmani di SD yang mengacu pada perkembangan kebugaran jasmani. 2. Dapat dijadikan masukan bagi guru pendidikan jasmani dan pelatih olahraga

untuk lebihb produktif, kreatif dan selektif dalam memilih suatu metode latihan kebugaran jasmani untuk mencapai tujuan kebugaran jasmani secara efisien dan efektif. Kepada guru pendidikan jasmani, disarankan untuk dapat


(2)

menggunakan metode interval training tugas latihan lompat segi-6, lompat segi-4 atau lari 200 meter. Metode interval training ini cukup baik dalam program pemeliharaan dan peningkatan kebugaran jasmani anak SD.

C. Rekomendasi dan Saran

Penelitian ini dilaksanakan dilapangan terbuka dengan kondisi lingkungan dan tempat latihan yang terbatas, tidak menutup kemungkinan memiliki beberapa kelemahan dan kekurangannya.Disamping faktor eksternal, faktor internal seperti faktor gizi, bakat, intelegensi, struktur dan fungsional fisik, pengalaman gerak dan motivasi untuk latihan.Beberapa faktor tersebut cukup menarik untuk diteliti lebih cermat lagi, terutama dalam konteks pengembangan kebugaran jasmani.

Karena itu penulis merekomendasikan kepada: (a). pihak peneliti yang akan dating diharapkan munculnya beberapa penelitian lanjutan yang hamper sama dengan masalah ini atau yang ada kaitannyadengan isi,metode latihan dan evaluasi kebugaran jasmani, baik tingkat Pendidikan Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Pertama (SLTP), Sekolah Lanjutan Atas (SLTA), Pendidikan Tinggi (PT) dan bahkan masyarakat umum. Dalam penelitian ini digunakan subyek penelitian siswa Sekolah Dasar (SD) dengan usia rata-rata antara 10-12 tahun putra dan putri, karena itu penelitian lanjutan dengan karakteristik jenjang pendidikan yang berbeda merupakan suatu masalah yang menarik dan layak untuk diteliti oleh pihak yang peduli dengan permasalahan yang sama, (b) kepada pihak yang terkait dan peduli terhadap mutu pendidikan jasmani dan


(3)

kesehatan seperti: FPOK (Fakultas Pendidikan Olahraga Kesehatan), FIK (Fakultas Ilmu Olahraga dan sanggar-sanggar kebugaran jasmani, patut juga meneliti kembali beberapa permasalahan yang berkaitan dengan penelitian ini.


(4)

87

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Arma. 1994. Evaluasi dalam Pendidikan Jasmani. Jakarta. P2LPTK. Dirjen Dikti.

Ateng, Abdulkadir. 1993. Pendidikan Jasmani di Indonesia. Jakarta. FPOK IKIP Jakarta.

Bompa, Tudor, O. 1986. Theory and Methodology of Training.Toronto: Kendall/Hunt Publishing Company.

Depdikbud.2003. Kurikulum Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Jakarta.

Depdikbud. 1987. SK Mendikbud 04/3/0/1987. Tentang Perubahan Nama Pendidikan dan Kesehatan menjadi Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdikbud.

Fox, Edward, L. 1984. Sport Physiology. Philadelphia: Saunders. College Publishing.

Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-aspek Psikologi dalam Coaching. Jakarta: P2LPTK. Depdikbud.

Hasan, Said. 1972. Manusia Energik dan Produktif adalah Modal Utama Bagi Pembangunan. Jakarta. Dirjen Pemuda dan Olahraga.Depdikbud.

Harrow, Anita, J. 1972. A Taxonomy of The Psychomotor Domain: A Guide for Developing Behavioral Objectives. New York: Longman Inc.

Hoywood, Kathleen. M. 1986. Life Span Motor Development. Linois: Human Kinetics. Inc.

Iskandar dkk. 1999. “Panduan teknis: Tes dan Latihan Kesegaran Jasmani untuk Anak Usia Sekolah”. Seminar dan Widiakarya Nasional Olahraga dan Kesegaran Jasmani. Jakarta. September. 1999.

Kirkendal, Don R, Joseph J, Guber, & Robert E, Johnso. 1980. Measurement and Evaluation for Physical Educations. Dubugua. Lowa: Wm.C. Brown Company.

Nurhasan. 1983. Tes dan Pengukuran. Bandung. FPOK IKIP Bandung. Pusat Kesegaran Jasmani dan Rekreasi. 1996.

KetahuilahTingkatKesegaranJasmani Anda. Jakarta. Depdikbud Jakarta.


(5)

88

Santosa Giriwijoyo. 1992. Ilmu Faal Olahraga. Bandung. FPOK IKIP Bandung. Santosa Giriwijoyo. 1984. Ilmu Faal Olahraga Kegiatan Pengabdian Pada

Masyarakat. Bandung. FPOK IKIP Bandung.

Santosa Giriwijoyo & Dikdik Zafar Sidik. 2010. Ilmu Faal Olahraga. Bandung. Jurusan Kepelatihan FPOK UPI.

Sajoto.Muhamad.1988. Pembinaan Kondisi Fisik dalam Olahraga.Jakarta Depdikbud P2LPTK.

Sigit Maryono. 1980. Peran Kinisiologi Terapan Dalam Pembangunan Olahraga. Jakarta. PIO KONI Pusat.

Suhendro, Bambang. 1990.Pengaruh Inteval dengan Istirahat Aktif dan Istirahat Pasif pada Latihan Sirkuit Terhadap Daya Ledak dan Daya Tahan Anaerobik. Tesis. Surabaya. Pasca Sarjana Universitas Airlangga Surabaya.

Hartoyo. 1992. Pengaruh Latihan Skipping Rope Terhadap Peningkatan Eksplosive Power dan VO2-max. Malang.Puslit IKIP Malang.

Roesdiyanto. 1995. “Pengaruh Latihan Lari Cepat Interval Istirahat Aktif Terus Menerus dan Interval Istirahat Aktif Berkala Terhadap Daya Alaktat Anaerobik serta Kapasitas Laktat Anaerobik”. Tesis. Surabaya. Universitas Airlangga.

Rushall BS. FS Pyke. 1990. Training For Sport and Fitness. Melbourne; McbMillan Co

Roesdiyanto dkk. 2010. Penjaskes SMP. Malang. Panitia Sertifikasi Guru (PSG) Rayon 15.Universitas Negeri Malang.

Roesdiyanto. 2011. Pendidikan Jasmani Berbasis Kecerdasan Majemuk Untuk Pendidikan Anak Usia Dini.Malang. Lembaga Penelitian UM.

Rusli Lutan. 1997. StrategiPembelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Depdikbud RI.


(6)

89

Wasis Djoko Dwiyogo. 1990. Pengetahuan Kesegaran Jasmani: Malang. POK.IKIP Malang.

Wasis dkk. 2010 Penjaskes SD. Malang. Panitia Sertifikasi Guru (PSG) Rayon 15..Universitas Negeri Malang.

Winarno. 1997. “Strategi MeningkatkanEfektivitas Pembelajaran Pendidikan Jasmani di Sekolah”. Makalah disampaikan pada Konferensi Nasional Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Bandung, 22-23 September. 1997. Winarno.2002. Pembelajaran Penjas SD Dengan Metode Penjelajahan

Gerak.Jurnal.IPTEK Olahraga ISSN 1411-0016 volume VI Nomor 2 .Jakarta; PPPITOR Direktorat Jenderal Olahraga Depdiknas.