HUBUNGAN PENGGUNAAN LKS (LEMBAR KERJA SISWA) DENGAN HASIL BELAJAR SISWA SMA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI KOTA CIMAHI.
HUBUNGAN PENGGUNAAN LKS(LEMBAR KERJA
SISWA) DENGAN HASIL BELAJAR SISWA SMA
PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI KOTA
CIMAHI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Sejarah
Oleh
Vanny Gustikasari 0806147
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG 2013
(2)
Hubungan Penggunaan LKS (Lembar
Kerja Siswa) Dengan Hasil Belajar
Siswa SMA Pada Mata Pelajaran
Sejarah Di Kota Cimahi
Oleh Vanny Gustikasari
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
© Vanny Gustikasari 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
LEMBAR PENGESAHAN
Vanny Gustikasari
HUBUNGAN PENGGUNAAN LKS (LEMBAR KERJA SISWA) DENGAN HASIL BELAJAR SISWA SMA PADA MATA
PELAJARAN SEJARAH DI KOTA CIMAHI
Disetujui dan Disahkan Oleh: Pembimbing I
Dr. Erlina Wiyanarti, M.Pd NIP. 19620718 198601 2 001
Pembimbing II
Dra. Yani Kusmarni, M. Pd. NIP. 19660113 199001 2 002
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah
Prof. Dr. H. Dadang Supardan, M.Pd NIP. 19570408 198403 1 003
(4)
HUBUNGAN PENGGUNAAN LKS (LEMBAR KERJA SISWA) DENGAN HASIL BELAJAR SISWA SMA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI
KOTA CIMAHI Vanny Gustikasari1
ABSTRACT
This research is motivated from the importance of teaching history requires learning resources. History learning resource in question is LKS (Student Worksheet). The use of worksheets in the teaching of history has benefits such as minimizing the role of the teacher also allows the students to understand the material. LKS history that had been circulating developing impressed factual material is a summary of the book package. Based on the above issues, this study uses correlation research method aims to find the relationship between the use of worksheets with High School Student Results on Historical Subjects Cimahi. Variable use of worksheets are translated into sub-variables such as display LKS (X Ό), availability of LKS (X ), component LKS (X Ύ), and form about LKS (X Ώ) while the variable is not defined learning outcomes. Results of calculations using SPSS (Statistical Product and Service Solutions) version 18.0 for windows, the results of this study are received research hypothesis (H1), is accepted- positive and significant relationship between the use of Student Worksheet (LKS) with Student Learning Outcomes High School in Eye History Lesson in Cimahi with a low correlation coefficient. The low correlation between the use worksheets with Student Results occur due to many factors, one of which worksheets are used not made by the teacher concerned. Authors feel this research is not perfect, so expect no improvement in next research.
Keyword : learning resources, student work sheet, learning outcomes ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi dari pentingnya pembelajaran sejarah yang membutuhkan sumber belajar. Sumber belajar sejarah yang dimaksud adalah LKS (Lembar Kerja Siswa). Penggunaan LKS dalam pembelajaran sejarah memiliki manfaat diantaranya meminimalkan peran pengajar juga memudahkan peserta didik untuk memahami materi. LKS sejarah yang selama ini beredar mengembangkan materi yang faktual terkesan merupakan rangkuman dari buku paket. Berdasarkan dari permasalahan di atas, penelitian ini menggunakan metode penelitian korelasi bertujuan mengetahui besarnya hubungan antara penggunaan LKS dengan Hasil Belajar Siswa SMA pada Mata Pelajaran Sejarah di Kota Cimahi. Variabel penggunaan LKS dijabarkan ke dalam sub-variabel diantaranya tampilan LKS (XΌ), ketersediaan sarana LKS (XЇ), komponen LKS (XЈ), dan
1
Penulis adalah mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah UPI. Penulis dapat dihubungi melalui nomor kontak di 085624859970 atau melalui surat elektronik di alamat vannygustikasari@gmail.com
(5)
bentuk soal LKS (XЉ) sedangkan variabel hasil belajar tidak dijabarkan. Hasil perhitungan menggunakan program SPSS (Statistical Product and service Solution) versi 18.0 for windows, hasil penelitian ini adalah diterimanya hipotesis penelitian (H1), yaitu ada hubungan yang positif dan signifikan antara penggunaan
Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan Hasil Belajar Siswa SMA pada Mata Pelajaran Sejarah di Kota Cimahi dengan koefisien korelasi rendah. Rendahnya hubungan antara penggunaan LKS dengan Hasil Belajar Siswa terjadi karena banyak faktor, salah satunya LKS yang digunakan bukan dibuat oleh guru yang bersangkutan. Penulis merasa penelitian ini belum sempurna, sehingga diharapkan ada perbaikan pada penelitian selanjutnya.
(6)
DAFTAR ISI
ABSTRAK i
KATA PENGANTAR ii
UCAPAN TERIMA KASIH iii
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN x
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang Penelitian 1
1.2. Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian 7
1.3. Tujuan Penelitian 7
1.4. Manfaat Penelitian 8
1.5. Hipotesis Penelitian 8
1.6. Struktur Organisasi Skripsi 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA 12
2.1 Pembelajaran Sejarah 12
2.2 Lembar Kerja Siswa sebagai Sumber Belajar 15 2.3 Penggunaan Lembar Kerja Siswa dalam Pembelajaran
Sejarah 20
2.4 Hasil Belajar 25
2.5 Hubungan LKS dengan Hasil Belajar dalam Pembelajaran
Sejarah 31
2.6 Penelitian yang Relevan 34
BAB III METODE PENELITIAN 36
3.1. Populasi/sampel Penelitian 36
3.2. Metode Penelitian 39
3.3. Desain Penelitian 41
(7)
3.4.1. Lembar Kerja Siswa (LKS) 43
3.4.2. Hasil Belajar Siswa 44
3.5. Instrumen Penelitian 45
3.5.1. Angket (Kuesioner) 45
3.5.2. Studi dokumentasi 46
3.6. Pengembangan Instrumen 46
3.6.1. Uji Validasi 47
3.6.2. Uji Reliabilitas 49
3.7. Teknik Pengumpulan Data 52
3.7.1. Angket (Kuesioner) 52
3.7.2. Studi Dokumentasi 55
3.8. Analisis Data 55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 58
4.1. Hasil Penelitian 58
4.1.1. Deskripsi Penelitian 58
4.1.2. Analisis Variabel 58
4.1.2.1.Analisis Variabel Penggunaan LKS 58 4.1.2.2.Analisis Variabel Hasil Belajar 71 4.1.3. Pengujian Hipotesis Sub-variabel LKS 72
4.1.4. Pengujian Hipotesis Penelitian 87
4.2. Pembahasan Penelitian 88
4.2.1. Pembahasan Hubungan Tampilan LKS dengan Hasil
Belajar 88
4.2.2. Pembahasan Hubungan Ketersediaan Sarana dengan
Hasil Belajar 90
4.2.3. Pembahasan Hubungan Komponen LKS dengan Hasil
Belajar 92
4.2.4. Pembahasan Hubungan Bentuk Soal dengan Hasil
Belajar 94
4.2.5. Pembahasan Hubungan Penggunaan LKS dengan Hasil
(8)
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 104
5.1. Kesimpulan 104
5.2. Saran 105
DAFTAR PUSTAKA 106
(9)
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Pentingnya pembelajaran sejarah di sekolah memerlukan sumber belajar yang dapat digunakan untuk meningkatkan penguasaan materi siswa. Hal ini sangat diperlukan untuk lebih mengaktifkan siswa dan memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada siswa. Salah satu sumber belajar yang direncanakan dalam pembelajaran termasuk pembelajaran sejarah bagi siswa adalah Lembar Kerja Siswa selanjutnya akan disebut dengan LKS.
Definisi LKS menurut Rustaman (Dewi, 2007:13) mengemukakan bahwa :
“LKS adalah salah satu alat bantu pengajaran yang dimaksudkan untuk
memperlancar kegiatan belajar mengajar dan mempermudah memberikan pemahaman konsep-konsep pembelajaran, LKS tersebut berisi sejumlah pertanyaan dan beberapa persiapan serta kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa dengan LKS siswa dapat mengembangkan keterampilan proses yang diharapkan mampu membangun sendiri struktur pengetahuannya dari
data-data yang diperolehnya melalui pengalaman dalam mengamati.”
LKS merupakan alat bantu dalam pembelajaran untuk mempermudah siswa dalam memahami konsep-konsep pembelajaran yang dapat mengembangkan keterampilan proses yang mampu memperkaya pengetahuan siswa, termasuk dalam pembelajaran sejarah. Sebagai alat bantu pembelajaran tentu LKS memiliki fungsi seperti yang diungkapkan oleh Prastowo (2011:205) bahwa fungsi LKS adalah :
1.Sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran pendidik, namun lebih mengaktifkan peserta didik;
2.Sebagai bahan ajar yang mempermudah peserta didik untuk memahami materi yang diberikan;
3.Sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih; serta 4.Mempermudah pelaksanaan pengajaran kepada peserta didik.
Fungsi LKS yang dijabarkan di atas, diantaranya mampu mengaktifkan siswa juga mempermudah siswa untuk memahami materi, menjadikan LKS salah
(10)
satu sumber belajar yang diandalkan oleh pengajar dalam pembelajaran sejarah. LKS yang diandalkan oleh pengajar ini, karena LKS sejarah dirasa dapat membantu pengajar dalam meminimalkan peran pengajar dan mengaktifkan siswa dalam pembelajaran, juga memudahkan peserta didik untuk memahami materi yang diberikan pengajar.
LKS memiliki banyak tujuan, menurut Prastowo (2011:206), tujuan LKS diantaranya:
1.Menyajikan bahan yang memudahkan peserta didik untuk berinteraksi dengan materi yang diberikan;
2.Menyajikan tugas-tugas yang meningkatkan penguasaan peserta didik terhadap materi yang diberikan;
3.Melatih kemandirian belajar peserta didik, dan
4.Memudahkan pendidik dalam memberikan tugas kepada peserta didik.
Pendapat Prastowo tersebut menyatakan bahwa LKS memberikan manfaat bagi pengajar dan siswa, seperti yang dijabarkan di atas. Manfaat dan tujuan inilah yang menjadikan LKS banyak digunakan pengajar dalam menyampaikan materi pembelajaran sejarah. Namun saat ini di sekolah masih terdapat beberapa permasalahan dalam penggunaan LKS. Permasalahan tersebut diantaranya:
1. Pengadaan LKS sejarah dalam pembelajaran masih dibeli dari penerbit. Guru belum membuat LKS sejarah sendiri yang disesuaikan dengan materi dan indikator pembelajaran sejarah.
2. Salah satu sumber belajar yang dapat digunakan adalah LKS. Akan tetapi keberadaan LKS dalam pembelajaran sejarah dijadikan sebagai sumber utama belajar bagi siswa, sehingga guru mengandalkan LKS.
3. LKS juga menjadikan siswa tidak mandiri dalam pembelajaran, siswa hanya mengandalkan materi pembelajaran dari ringkasan saja tanpa menggali materi sejarah dari sumber lainnya.
4. Penggunaan LKS membentuk suasana pembelajaran menjadi tidak aktif, siswa menjadi pasif karena komunikasi antara siswa dan guru menjadi terhambat oleh keberadaannya.
(11)
Permasalahan yang didapatkan peneliti di lapangan baik dari pengadaan dan penggunaan LKS dalam pembelajaran sejarah di atas sejalan dengan pendapat yang diungkapakan oleh Budiono (Permana, 2008:1) terhadap dampak keberadaan LKS, bahwa:
“Keberadaan LKS memberikan dampak buruk, yaitu membuat kegiatan
belajar menjadi pasif, mematikan kreativitas, tidak semua hasil kerja anak dinilai dengan semestinya, dan LKS membuat anak menjadi malas. Jika anak disuruh mengerjakan LKS, tidak banyak yang mengerjakannya. Mereka menunggu temannya menyelesaikannya untuk kemudian tinggal
menyalin.”
Pada perkembangannya, penggunaan LKS seperti penyataan dan penjelasan di atas membentuk suasana pembelajaran yang tidak efektif. LKS sejarah yang selama ini beredar mengembangkan materi yang faktual terkesan merupakan rangkuman dari buku paket siswa (Permana, 2008:2). Sehingga siswa belum diarahkan untuk mengembangkan materi pembelajaran dari berbagai sumber lainnya.
Kochhar (2008:198) mengungkapkan pula bahwa penggunaan buku latihan atau yang kita kenal LKS juga dikritik dengan berbagai alasan. Buku tersebut menyebabkan pelajaran menjadi kaku, narasumbernya statis, merampas kebebasan siswa, dan menyebabkan guru tidak aktif. Pembelajaran kaku seperti yang diungkapkan di atas secara langsung akan menyebabkan siswa kurang diberi kebebasan dalam menggali materi sejarah lebih dalam, karena hanya terpaku pada LKS yang dimiliki oleh siswa. Pembelajaran seperti ini terjadi karena LKS yang dimiliki oleh siswa pada dasarnya merupakan ringkasan materi dan latihan soal.
Buku latihan banyak digunakan untuk salah satunya menyediakan sumber-sumber belajar mandiri, dan memberikan landasan yang tidak memihak bagi penilaian hasil kerja (Kochhar, 2008: 198).
Penyataan tersebut sejalan dengan pendapat Permana (2008:2), bahwa :
“LKS bahkan digunakan sebagai satu-satunya alat dan sumber utama dalam evaluasi pembelajaran. LKS kemudian memuat soal-soal faktual yang jawabannya sudah ada di dalam lembar materi. Siswa hanya tinggal
(12)
menyalin jawaban dan tentu saja tidak ada pedoman kegiatan yang
melibatkan seluruh kemampuan siswa.”
LKS yang memuat soal-soal faktual yang jawabannya sudah ada sehingga siswa tinggal menyalin jawaban untuk LKS tersebut. Jika terus dibiarkan, maka hai ini akan menyebabkan persebaran penguasaan materi pelajaran sejarah tidak merata, dan kurang melibatkan seluruh kemampuan siswa. Karena pendidikan yang baik adalah pendidikan yang berhasil mengembangkan potensi siswa secara maksimum (Hamid, 1996:76). Pendapat tersebut menjabarkan penggunaan LKS dalam pembelajaran sejarah yang belum mampu mengaktifkan siswa sehingga hal ini berdampak pula pada hasil belajar siswa.
Hasil belajar menurut Sudjana (2009: 22) adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar memiliki peranan penting yaitu digunakan untuk mengetahui keberhasilan proses pembelajaran. Selain itu hasil belajar juga digunakan untuk mengetahui efisiensi penggunaan metode, sumber atau media pembelajaran di dalam kelas. Hasil belajar tersebut dipengaruhi beberapa faktor.
Faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Sudjana (Firmansyah, 2011:26), diantaranya :
“dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa itu seperti faktor
kemampuan yang dimilikinya dan faktor yang datang dari luar diri siswa. Disamping faktor kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar, minat, dan perhatian, sikap dan kebiasaan dalam
belajar, ketekunan, sosial dan ekonomi, serta faktor fisik dan psikis.”
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Sudjana berasal dari dalam maupun luar diri siswa. Selain itu faktor motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan mempengaruhi hasil belajar siswa. Sejalan dengan pendapat Sukitno (2009:14) menjelaskan ada beberapa faktor yang mempengaruhi, baik faktor yang datang dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal) atau bisa saja gabungan dari kedua faktor tersebut.
(13)
Faktor internal diantaranya faktor jasmaniah, psikologis, kelelahan. Sedangkan faktor eksternal diantaranya faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Faktor sekolah terbagi lagi yaitu faktor kurikulum, keadaan gedung, waktu sekolah, alat pelajaran, metode pembelajaran, hubungan antara guru dengan siswa dan hubungan antara siswa dengan siswa (Sukitno, 2009:14-24).
Faktor internal dan eksternal tersebut akan mempengaruhi tinggi rendahnya hasil belajar yang dicapai dalam pembelajaran. Sehingga hasil belajar siswa hanya dipengaruhi dari siswanya saja, namun pemilihan alat bantu yang kurang tepat pun dapat mempengaruhi hasil belajar seperti yang diungkapkan oleh Sudjana (2009:4) bahwa:
“Kegagalan para siswa dalam hasil belajar yang dicapai hendaknya tidak dipandang sebagai kekurangan pada diri siswa semata-mata, tetapi juga bisa disebabkan oleh program pengajaran yang diberikan kepadanya atau oleh kesalahan strategi dalam melaksanakan program tersebut. Misalnya kekurangtepatan dalam memilih dan menggunakan metode mengajar dan
alat bantu pengajaran.”
Pendapat di atas melihat bahwa rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa semata-mata bukan berasal dari kesalahan siswa saja, tetapi kurang tepatnya pemilihan alat bantu pengajaran akan berdampak terhadap hasil belajar yang diperoleh siswa. Dengan kata lain tinggi dan rendahnya hasil belajar pada intinya dipengaruhi oleh banyak faktor, baik dari dalam dan luar diri siswa, serta dari pembelajaran di dalam kelas. Melihat pendapat Sudjana tersebut, maka penelitian ini bertujuan mengetahui besarnya keterhubungan penggunaan LKS sebagai sumber belajar dengan hasil belajar siswa pada mata pembelajaran sejarah.
Lokasi penelitian ini berada di Kota Cimahi. Kota ini dipilih karena dalam pembelajaran sejarah masih menggunakan LKS dan dijadikan sumber utama pembelajaran. LKS yang digunakan dibeli dari penerbit, bukan dibuat oleh guru untuk membantu siswa dalam pemahaman materi. Berdasarkan hasil pra penelitian yang dilakukan di SMA Kota Cimahi, hasil belajar harian atau ulangan harian yang peneliti dapatkan dari beberapa SMA di Kota Cimahi, siswa yang
(14)
lulus KKM persentasenya sebesar 46,2% dan sebanyak 53,8% berada di bawah KKM.
Jika kita analisis maka lebih dari 50 % siswa nilai pelajaran sejarah berada di bawah nilai Kriteria Kelulusan Minimum (KKM). Melihat jumlah persentase tersebut dapat dikatakan bahwa nilai siswa yang berada di bawah KKM tidak sedikit, hal ini menjadi tugas yang tidak mudah dilakukan bagi seorang guru untuk mengurangi jumlah persentase nilai siswa yang berada di bawah KKM tersebut. Sumber belajar yang di gunakan pun harus mampu meningkatkan hasil belajar siswa sehingga nilai siswa berada di atas KKM.
Terkait dengan penggunaan LKS dalam proses pembelajaran dikelas, peneliti melihat hasil penelitian yang dilakukan oleh Farmahni (2009) bahwa penggunaan LKS model Treffinger dalam pembelajaran teknologi informasi & komunikasi dapat meningkatkan hasil belajar yang cukup signifikan. Begitu pula penelitian Kusnandar (2011) didapatkan hasil bahwa hasil belajar menggunakan LKS akan lebih signifikan dan menonjol dibandingkan dengan metode pembelajaran ekspositori pada mata pelajaran ilmu bangunan gedung.
Penelitian-penelitian tersebut menyatakan LKS mampu meningkatkan hasil belajar siswa dan hasil belajar menggunakan LKS lebih signifikan dan menonjol. Namun penelitian Firmansyah (2011) menyatakan hal yang berbeda, dimana hasil belajar siswa yang menggunakan media video lebih baik dari pada pembelajaran menggunakan LKS dalam materi mengelas pada posisi di bawah tangan dengan menggunakan las listrik. Sedangkan pada pembelajaran sejarah belum ada penelitian yang melihat keterhubungan penggunaan LKS dengan hasil belajar siswa.
Berdasarkan dari pemikiran dan penjelasan yang ada, penulis tertarik melakukan penelitian mengenai “Hubungan Penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) Dengan Hasil Belajar Siswa SMA Pada Mata Pelajaran Sejarah Di Kota Cimahi.”
(15)
1.2. Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
“Apakah ada hubungan penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan hasil
belajar siswa SMA pada mata pelajaran sejarah di Kota Cimahi?”
Untuk lebih memfokuskan kajian penelitian ini, maka rumusan masalah tersebut dibuat kedalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Apakah ada hubungan tampilan Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan hasil belajar siswa SMA pada mata pelajaran sejarah di Kota Cimahi?
2. Apakah ada hubungan ketersediaan sarana Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan hasil belajar siswa SMA pada mata pelajaran sejarah di Kota Cimahi?
3. Apakah ada hubungan komponen Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan hasil belajar siswa SMA pada mata pelajaran sejarah di Kota Cimahi?
4. Apakah ada hubungan bentuk soal Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan hasil belajar siswa SMA pada mata pelajaran sejarah di Kota Cimahi?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh jawaban dari permasalahan di atas. Secara umum untuk memperoleh gambaran besarnya hubungan antara penggunaan LKS dengan hasil belajar siswa SMA pada mata pelajaran sejarah di Kota Cimahi. Secara khusus penelitian ini bertujuan sebagai berikut :
1. Memperoleh gambaran keterhubungan tampilan Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan hasil belajar siswa SMA pada mata pelajaran sejarah di Kota Cimahi.
2. Mengetahui besarnya keterhubungan antara ketersediaan sarana Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan hasil belajar siswa SMA pada mata pelajaran sejarah di Kota Cimahi.
(16)
3. Menganalisis keterhubungan antara komponen Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan hasil belajar siswa SMA pada mata pelajaran sejarah di Kota Cimahi.
4. Mengkaji keterhubungan bentuk soal Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan hasil belajar siswa SMA pada mata pelajaran sejarah di Kota Cimahi.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :
a. Bagi guru penelitian ini diharapkan mampu menjadi pedoman dalam mengembangkan sumber belajar dalam pembelajaran sejarah sehingga menjadikan pembelajaran yang interaktif dan menyenangkan bagi siswa. b. Bagi siswa dapat meningkatkan hasil belajar yang diperoleh dalam
pembelajaran sejarah dengan memaksimalkan penggunaan sumber belajar yang ada.
c. Bagi penulis diharapkan mampu memberi pengalaman baru dalam pembelajaran sejarah dalam menggunakan sumber belajar, sehingga dapat menambah referensi penulis ketika nanti menjadi guru.
1.5. Hipotesis Penelitian
Menurut Margono (2009:67) hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin atau paling tinggi tingkat kebenarannya. Hipotesis adalah dugaan sementara atau jawaban sementara atas permasalahan penelitian yang memerlukan data untuk menguji kebenaran dugaan tersebut (Kountur, 2007:90).
Rumusan hipotesis dalam penelitian ini dibuat kedalam hipotesis penelitian (HΌ) dan Hipotesis Nol (H) untuk pengujian kemudian. Uraian hipotesis umum dalam penelitian adalah sebagai berikut:
(17)
1. (HΌ) : Ada hubungan yang positif dan signifikan antara penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan Hasil Belajar Siswa SMA pada mata pelajaran sejarah di Kota Cimahi.
2. (H) : Tidak ada hubungan yang positif dan signifikan antara penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan Hasil Belajar Siswa SMA pada mata pelajaran sejarah di Kota Cimahi.
Sesuai dengan pertanyaan penelitian yang telah di tentukan, maka hipotesis tersebut diperluas kedalam sub-hipotesis sesuai dengan sub-variabel. Sub-hipotesis pada sub-subvariabel X penggunaan LKS, yaitu sebagai berikut:
a. (HΌ) : Ada hubungan yang positif dan signifikan antara tampilan Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan hasil belajar siswa SMA pada mata pelajaran sejarah di Kota Cimahi.
(H) : Tidak ada hubungan yang positif dan signifikan antara tampilan Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan hasil belajar siswa SMA pada mata pelajaran sejarah di Kota Cimahi.
b. (HΌ) : Ada hubungan yang positif dan signifikan antara ketersediaan sarana Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan hasil belajar siswa SMA pada mata pelajaran sejarah di Kota Cimahi. (H) : Tidak ada hubungan yang positif dan signifikan antara ketersediaan sarana Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan hasil belajar siswa SMA pada mata pelajaran sejarah di Kota Cimahi. c. (HΌ) : Ada hubungan yang positif dan signifikan antara komponen
Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan hasil belajar siswa SMA pada mata pelajaran sejarah di Kota Cimahi.
(H) : Tidak ada hubungan yang positif dan signifikan antara komponen Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan hasil belajar siswa SMA pada mata pelajaran sejarah di Kota Cimahi.
(18)
d. (HΌ) : Ada hubungan yang positif dan signifikan antara bentuk soal Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan hasil belajar siswa SMA pada mata pelajaran sejarah di Kota Cimahi.
(H) : Tidak ada hubungan yang positif dan signifikan antara bentuk soal Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan hasil belajar siswa SMA pada mata pelajaran sejarah di Kota Cimahi.
1.6. Struktur Organisasi Skripsi
Adapun struktur organisasi dalam penyusunan skripsi ini, adalah sebagai berikut:
BAB I, merupakan pendahuluan pada bab ini secara garis besar penulis menguraikan masalah yang dikaji. Adapun sub-bab yang ada di dalamnya terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, hipotesis dan struktur organisasi skripsi.
BAB II, merupakan kajian pustaka dalam bab ini akan diuraikan mengenai pembelajaran sejarah, lembar kerja siswa sebagai sumber belajar, penggunaan lembar kerja siswa dalam pembelajaran sejarah, hasil belajar, dan hubungan LKS dengan hasil belajar dalam pembelajaran sejarah, serta penjabaran konsep-konsep yang berkaitan dengan tema penelitian.
BAB III, merupakan metode penelitian bab ini akan menjelaskan mengenai prosedur penelitian yang menguraikan populasi/sampel penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, dan analisis data.
BAB IV, merupakan hasil penelitian dan pembahasan dalam bab ini berisi mengenai uraian pembahasan dan análisis hasil penelitian yang berdasarkan kepada keseluruhan dari hasil penelitian yang telah dilakukan selama penelitian berlangsung.
(19)
BAB V, merupakan kesimpulan dalam bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan saran dari penelitian yang telah dilakukan sebagai bahan tindak lanjut.
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(20)
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bagian ini, peneliti akan memaparkan lebih lanjut mengenai metode penelitian pada penulisan skripsi ini. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif, dengan menggunakan metode korelasi untuk mengetahui hubungan satu atau lebih variabel. Rancangan penelitian korelasi ini menggunakan korelasi bivariat untuk mendeskripsikan hubungan antar dua variabel.
3.1. Populasi/sampel Penelitian
Penelitian ini dilakukan di beberapa SMA di Kota Cimahi. Kota ini dipilih karena SMA baik Negeri dan Swasta dalam pembelajaran sejarah masih menggunakan LKS dan dijadikan sumber utama pembelajaran. LKS yang digunakan dibeli dari penerbit, bukan dibuat oleh pengajar diseuaikan dengan indikator yang ingin dicapai untuk membantu siswa dalam pemahaman materi sejarah.
Subjek penelitian dalam penelitian ini disebut dengan populasi. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Sugiyono (2009:117), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Menurut Arikunto (2006:130) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.
Berdasarkan pendapat di atas, adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA di Kota Cimahi, baik SMA negeri atau pun SMA swasta yang terdapat pada enam belas SMA. Daftar SMA yang ada di Kota Cimahi tertera pada tabel 3.1.
Tabel 3.1
Daftar SMA Di Kota Cimahi
No NSS Nama Sekolah Status Alamat Kecamatan
1 301020803004 SMA NEGERI 4 CIMAHI
Negeri JL. Kihapit Barat No. 323
Cimahi Selatan
(21)
2 301020903016 SMAN 6 CIMAHI
Negeri MELONG RAYA NO 172
Cimahi Selatan 3 302020903023 SMA WARGA
BAKTI
Swasta JL. CIBEBER NO.148 CIMAHI
Cimahi Selatan 4 302020803082 SMA
PASUNDAN 2 KOTA CIMAHI
Swasta MELONG RAYA NO.4 PERUMNAS
CIJERAH 2
Cimahi Selatan 5 301020802001 SMA NEGERI
1 CIMAHI
Negeri PACINAN 22A Cimahi Tengah 6 301020803006 SMA NEGERI
5 CIMAHI
Negeri Jl.Pacinan No.23 Rt.03/04
Cimahi Tengah 7 302020802079 SMA BUDI
LUHUR
Swasta JL. KPAD KEBON RUMPUT NO. 1
CIMAHI
Cimahi Tengah 8 302020802078 SMA
MUHAMMADI YAH 1 CIMAHI
Swasta JL. JEND. AMIR MACHMUD NO. 7
CIMAHI
Cimahi Tengah
9 302020902026 SMA SANTA MARIA 3
CIMAHI
Swasta JENDERAL GATOT SUBROTO
NO.6
Cimahi Tengah 10 304020902011 SMA
PASUNDAN 1 CIMAHI
Swasta TERUSAN NOMOR 32
Cimahi Tengah 11 302020902020 SMA
KARTIKA XIX-4 CIMAHI
Swasta DR. Samratulangi D.20 Cimahi
Cimahi Tengah 12 301030802002 SMA NEGERI
2 CIMAHI
Negeri KPAD SRIWIJAYA IX NO 45 A
Cimahi Tengah 13 302026703012 SMA
TUTWURI HANDAYANI
Swasta ENCEP KARTAWIRIA NO.
93
Cimahi Utara 14 301020801003 SMA NEGERI
3 CIMAHI
Negeri JL. PASANTREN NO.161
Cimahi Utara 15 302020901029 SMA
PASUNDAN 3 CIMAHI
Swasta ENCEP KARTAWIRIA NO
97/A
Cimahi Utara 16 30203080173 SMA PUTRA
MANDIRI
Swasta Jalan.Sangkuriang No.36 Cimahi
Cimahi Utara
http://www.cimahikota.go.id
Sampel dalam penelitian ini adalah bagian dari populasi, seperti yang diutarakan oleh Arikunto (2006:131), sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Teknik sampling atau teknik pengambilan sampel yang peneliti gunakan pada penelitian ini dilakukan dengan teknik sampel wilayah (Area Probability Sample). Menurut Sugiyono (2009:121) teknik sampling daerah
(22)
digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau data sangat luas. Untuk itu, maka peneliti mengambil sampel berdasarkan daerah populasi di Kota Cimahi. Pemilihan sampel wilayah karena populasi yang digunakan luas yaitu enam belas SMA, sehingga peneliti memilih berdasarkan daerah agar memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian dalam mengambil sampel.
Dari pendapat di atas, maka sampel dalam penelitian ini diambil berdasarkan kluster atau sampel daerah kecamatan yang ada di Kota Cimahi, ada tiga kecamatan diantaranya Kecamatan Cimahi Selatan, Kecamatan Cimahi Tengah dan Kecamatan Cimahi Utara. Setelah sampel daerah didapatkan, maka peneliti menentukan sampel sekolah yang ada pada sampel daerah tersebut secara sampling/acak. Setelah didapatkan sampel sekolah, maka sampel orangnya atau sampel siswa dipilih dari sekolah yang terpilih menjadi sampel disetiap kecamatan di Kota Cimahi. Sampel sekolah diambil secara acak (random) dari setiap kecamatan yang ada di Kota Cimahi, setiap kecamatan berjumlah dua sekolah, sehingga total sampel adalah enam sekolah dari tiga kecamatan yang ada. Data sekolah berdasarkan tiga kecamatan terdapat pada tabel 3.2, sebagai berikut :
Tabel 3.2
Daftar Sekolah Yang Menjadi Sampel
KECAMATAN NAMA SEKOLAH
Kecamatan Cimahi Selatan SMA WARGA BAKTI SMA PASUNDAN 2 KOTA CIMAHI Kecamatan Cimahi Tengah SMA NEGERI 1 CIMAHI
SMA NEGERI 2 CIMAHI Kecamatan Cimahi Utara SMA TUTWURI HANDAYANI
SMA PASUNDAN 3 CIMAHI
Jumlah sekolah 6 SMA
Total sekolah yang menjadi sampel dalam penelitian ini dari enam belas SMA negeri dan swasta di Kota Cimahi adalah sebanyak enam SMA baik negeri maupun swasta. Sampel siswa dalam penelitian ini adalah siswa SMA kelas XI. Alasan pengambilan populasi tersebut dikarenakan kelas XI sudah beradaptasi
(23)
dengan lingkungan dan sistem pembelajaran di sekolah tersebut dibandingkan dengan kelas X yang baru memasuki jenjang pendidikan menengah, sementara kelas XII akan mengakhiri jenjang pendidikan menengah.
Kelas XI yang dijadikan sampel adalah kelas XI dengan program IPA dan IPS. Jumlah sampel siswa dari beberapa sampel sekolah berdasarkan daerah wilayah tertera pada tabel 3.3.
Tabel 3.3
Jumlah Kelas Dan Siswa Yang Menjadi Sampel
Daerah wilayah Nama SMA Jumlah
kelas XI
Jumlah siswa Kecamatan Cimahi
Selatan
SMA WARGA BAKTI 2 40
SMA PASUNDAN 2 KOTA CIMAHI
2 65
Kecamatan CImahi Tengah
SMA NEGERI 1 CIMAHI 10 386
SMA NEGERI 2 CIMAHI 2 44
Kecamatan Cimahi Utara
SMA TUTWURI HANDAYANI 2 47
SMA PASUNDAN 3 CIMAHI 4 97
TOTAL 31 679
Untuk SMA Negeri 2 Cimahi dan SMA Pasundan 2 Cimahi hanya pada kelas XI IPS saja yang dijadikan sampel siswa, karena pada semester genap/II ini mata pelajaran sejarah tidak diajarkan di kelas XI IPA.
3.2.Metode Penelitian
Metode penelitian memiliki peranan penting dalam sebuah penelitian. Hal tersebut dikarenakan dapat menjadi pedoman peneliti dalam mencari jawaban sebuah penelitian. Metode penelitian yang dipilih harus sesuai dengan rancangan penelitian yang digunakan, seperti yang diungkapkan Suryabrata (2008:15), yaitu:
“dalam melakukan penelitian, orang dapat menggunakan berbagai macam
metode, dan sejalan dengan rancangan penelitian yang digunakan juga dapat bermacam-macam. Untuk menyusun sesuatu rancangan penelitian yang baik perlulah berbagai persoalan dipertimbangkan. Keputusan mengenai rancangan apa yang akan dipakai akan tergantung kepada tujuan penelitian, sifat masalah yang akan digarap, dan berbagai alternatif yang mungkin
(24)
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan persoalan adalah pendekatan kuantitatif, menurut Danial (2009:59) pengembangan pendekatan kuantitatif positivistik, amat mengagumkan dalam pengolahan dan analisis data. Karena dibantu oleh teknik statistika dan komputer yang akurat, sehingga terkesan tanpa cacat, semua persoalan dapat dihitung secara matematik. Menurut Sugiyono (2009:14), yaitu:
“Pendekatan penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme,
digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan”.
Pendekatan kuantitatif digunakan dalam meneliti populasi dan mengumpulkan data di lapangan untuk menguji hipotesis penelitian. Metode penelitian berdasarkan pendekatan kuantitaif yang dipilih harus sesuai dengan permasalahan penelitian, sesuai dengan Syaodih (2005:52) yang mengatakan bahwa metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis dan ideologis, pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi. Dalam penelitian ini metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode penelitian korelasi karena penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel.
Penelitian korelasi menurut Usman (1995:197), yaitu:
“Korelasi adalah istilah statistik yang menyatakan derajat hubungan linier
antara dua variabel atau lebih. Hubungan antara dua variabel di dalam teknik korelasi bukanlah dalam arti hubungan sebab akibat (timbal balik),
melainkan hanya merupakan hubungan searah saja”.
Sedangkan Purwanto (2010:288) mengatakan bahwa penelitian korelasi adalah penelitian yang melibatkan hubungan satu atau lebih variabel dengan satu atau lebih variabel lain dalam satu kelompok. Menurut Gay (Emzir 2008:37) bahwa:
“Penelitian korelasional kadang-kadang diperlakukan sebagai penelitian deskriptif, terutama disebabkan penelitian korelasional mendeskripsikan
(25)
sebuah kondisi yang telah ada. Suatu studi korelasional mendeskripsikan, dalam istilah kuantitatif tingkatan di mana variabel-variabel berhubungan.” Menurut Sukardi (2009:166) penelitian korelasi adalah suatu penelitian yang melibatkan tindakan pengumpulan data guna menentukan, apakah ada hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih. Sugiyono (2009:19) peneliti kuantitatif dalam melihat hubungan variabel terhadap obyek yang diteliti lebih bersifat sebab dan akibat (kausal), sehingga dalam penelitiannya ada variabel independen dan dependen.
Tujuan studi korelasional adalah untuk menentukan hubungan antara variabel, atau untuk menggunakan hubungan tersebut untuk membuat prediksi menurut Gay (Ezmir 2008:38). Penelitian korelasi dipilih untuk memperoleh gambaran bagaimana keterhubungan antara dua variabel dalam penelitian ini. Variabel bebas (dependent variable) yang dimaksud dalam penelitian ini ialah Lembar Kerja Siswa (X) dan variabel terikatnya (independent variable) adalah Hasil Belajar Siswa (Y). Berdasarkan pada indikator LKS yang akan diamati dalam penelitian ini maka variabel bebas terbagi ke dalam beberapa sub variabel, diantaranya : tampilan LKS (X ), ketersediaan sarana LKS (X ), dan komponen LKS (X ), dan bentuk soal LKS (X ).
3.3. Desain Penelitian
Rancangan penelitian korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi bivariat, korelasi bivariat menurut Emzir (2008:48) adalah suatu rancangan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan antar dua variabel. Hubungan antara dua variabel diukur dan mempunyai tingkatan dan arah. Rancangan korelasi bivariat ini dipilih karena pada penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan dua variabel, LKS dan hasil belajar siswa.
Dimana variabel bebas (dependent variable) yang dimaksud dalam penelitian ini ialah lembar kerja siswa (X) dan variabel terikatnya (independent variable) adalah hasil belajar siswa (Y). Menurut Arikunto (2006:121) memecah-mecah variabel menjadi sub-variabel disebut kategorisasi, yakni memecah variabel
(26)
menjadi kategori-kategori data yang harus dikumpulkan oleh peneliti. Kategori-kategori ini dapat diartikan sebagai indikator variabel. Agar peneliti lebih mudah mengumpulkan data pada variabel yang memiliki sub-variabel.
Sub-variabel pada penelitian ini melihat pendapat Arikunto di atas dari variabel X yaitu Lembar Kerja Siswa adalah tampilan LKS (X ), ketersediaan sarana LKS (X ), dan komponen LKS (X ), dan bentuk soal LKS (X ). Sedangkan untuk variabel Y tidak ada indikator sub-variabel. Masing-masing sub-variabel X akan dilihat keterhubungan secara langsung terhadap variabel Y yaitu hasil belajar siswa.
Secara umum gambar desain dari penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.1.
Gambar 3.1.
Hubungan Dua Variabel Dalam Analisis Bivariat
Lembar Kerja Siswa (X)
Hasil Belajar Siswa (Y)
S
U
B
V
A
R
I
A
B
E
L
Tampilan LKS (X
Ketersediaan sarana LKS (X )
Komponen LKS (X )
Bentuk soal LKS (X )
(27)
3.4.Definisi Operasional
Supaya tidak terjadi perbedaan persepsi mengenai definisi operasional variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, definisi operasional variabel penelitian yang dimaksud dijelaskan sebagai berikut :
3.4.1.Lembar Kerja Siswa (LKS)
Menurut Pedoman umum pengembangan bahan ajar Diknas (2004) dalam Prastowo (2011:203) LKS (student worksheet) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. LKS biasanya berupa petunjuk atau langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas, dan tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan haruslah jelas kompetensi dasar yang akan dicapai. Budiman (Ma`aruf 2002:33) mengatakan LKS adalah lembar kegiatan siswa yang berisi pedoman bagi siswa untuk melakukan kegiatan yang mencerminkan keterampilan proses agar siswa memperoleh pengetahuan untuk keterampilan yang perlu dikuasainya. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, peneliti cenderung mengadopsi pendapat Budiman bahwa LKS adalah lembar berisi petunjuk yang dilakukan oleh siswa untuk mengetahui ketercapaian pembelajaran yang dikuasinya.
Alat pengumpul data dari LKS ini adalah angket (kuesioner) yang mengukur mengenai:
1) Tampilan LKS
Tampilan LKS yang diukur adalah gambar pada cover LKS, baik kesesuaian dengan materi, penempatan gambar dan ukuran gambar yang secara keseluruhan. Warna pada cover LKS pun dinilai, kombinasi warna yang akan melihat kemenarikan warna secara keseluruahan. Selain itu bentuk huruf pun dilihat baik, bentuk dan ukuran sehingga mudah di baca.
(28)
2) Ketersediaan sarana LKS
Dalam hal ini yang diukur melihat dari penyediaan LKS oleh pihak sekolah, LKS yang dimiliki siswa, penggunaan LKS dalam kelas dan LKS sejarah lainnya yang dimiliki siswa.
3) Komponen LKS
Komponen LKS yang dinilai adalah judul, petunjuk belajar, kompetensi yang dicapai, informasi pendukung, tugas-tugas dan langkah kerja, tes dan penilaian.
4) Bentuk soal LKS
Melihat keterhubungan dengan ulangan harian yang dilaksanakan, karena hasil belajar yang dilihat adalah nilai ulangan harian. Keterhubungan tersebut melihat kalimat soal pada LKS, pengerjaan jawaban LKS oleh siswa, kalimat soal pada ulangan harian, butir soal pada ulangan harian, pengerjaan jawaban ulangan harian dan terakhir perbandingan nilai LKS dan nilai ulangan harian.
3.4.2.Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar menurut Bakri (1994:22) adalah tingkah laku yang baru keseluruhan, yang diperoleh dari suatu proses usaha individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Sudjana (2009:22), hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Hasil belajar yang diukur pada penelitian ini berdasarkan pada aspek kognitif klasifikasi Bloom. Karena LKS yang digunakan dalam pembelajaran sejarah lebih didominasi pada ranah kognitif. Dominan ranah kognitif yang ada pada LKS sejarah menjadikan penelitian ini lebih menitikberatkan mengkaji hasil belajar pada ranah kognitif agar ada kesinambungan antara penggunaan LKS dengan pengukuran hasil belajar siswa pada ranah kognitif.
Hasil belajar didapatkan dari salah satu nilai ulangan harian kelas XI baik IPA dan IPS di semester II. Ulangan harian pada penelitian ini yang dimaksud berupa tes formatif, yaitu tes yang diberikan sesudah satu kegiatan
(29)
belajar diselesaikan (Zainul dan Nasution, 2001: 36). Butir soal yang guru gunakan itu menjadi wewenang guru sepenuhnya, peneliti hanya melihat hasil akhir nilai ulangan harian/tes formatif tersebut. Alat pengumpul data untuk hasil belajar pada penelitian ini didapat melalui studi dokumentasi yang dilihat dari nilai siswa/i kelas XI yang diperoleh dari guru mata pelajaran sejarah yang bersangkutan.
3.5. Instrumen Penelitian
Menurut Sugiyono (2009: 148) instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian. Adapun instrumen dalam penelitian ini, dijabarkan sebagai berikut:
3.5.1.Angket (Kuesioner)
Danial (2009:73) kuesioner adalah alat untuk mengumpulkan informasi sesuai dengan tujuan penelitian. Alat ini berupa sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis kepada responden sesuai dengan masalah penelitian untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian dan informasi mengenai suatu masalah secara bersamaan dari sampel yang telah di tentukan. Arikunto (2006:151) kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.
Angket yang digunakan pada penelitian ini untuk memperoleh informasi dalam bentuk pertanyaan tertulis mengenai variabel X Lembar Kerja Siswa (LKS). Angket atau kuesioner yang digunakan memiliki keuntungan menurut Arikunto (2006:152) diantaranya dapat dibagikan serentak kepada banyak responden, dapat dibuat anonim sehingga responden bebas, jujur dan tidak malu-malu menjawab. Keuntungan ini yang menjadikan peneliti memilih instrumen angket dalam pengumpulan data berkaitan dengan variabel X.
Instrumen angket ini diberikan kepada sampel siswa kelas XI dari sampel sekolah yang terpilih pada masing-masing kecamatan di Kota Cimahi. Dari
(30)
tiga kecamatan yang ada, dipilih masing-masing dua sekolah sehingga total enam sampel sekolah dari 16 SMA. Untuk sampel kelas dari enam sampel sekolah tersebut didapatkan sebanyak 31 dengan jumlah 679 siswa.
3.5.2. Studi dokumentasi
Menurut Danial (2009:79) studi dokumentasi adalah mengumpulkan sejumlah dokumen yang diperlukan sebagai bahan data informasi sesuai dengan masalah penelitian. Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang tertulis (Arikunto, 2006:158).
Dokumentasi digunakan untuk mencari data mengenai hal yang berupa catatan, buku, transkrip, dan sebagainya yang berhubungan dengan variabel yang bersangkutan. Jika peneliti memang cermat dan mencari bukti-bukti dari landasan hukum dan peraturan atau ketentuan, maka penggunaan metode dokumentasi menjadi tidak terhindarkan (Arikunto, 2006:159).
Melihat pentingnya penggunaan instrumen ini dalam pengumpulan data yang diperlukan, maka pada penelitian ini dokumen tersebut berupa nilai ulangan harian. Data pada dokumen yang diperlukan ini berupa hasil belajar siswa kelas XI yang menjadi sampel kelas dan siswa pada sampel sekolah yang terpilih. Nilai ulangan harian pelajaran sejarah tersebut didapatkan dari guru.
3.6. Pengembangan Instrumen
Instrumen yang dibuat sebelum digunakan untuk mengumpulkan data, diperlukan uji coba terlebih dahulu. Uji coba ini diperlukan untuk menguji kelayakan instrumen tersebut sebagai alat pengumpul data. Pengujian yang dilakukan meliputi uji validasi dan uji reliabilitas pada instrumen angket.
Sebelum digunakan dalam penelitian, angket dikonsultasikan terlebih dahulu kepada dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II. Selanjutnya angket diujicobakan pada siswa di luar sampel penelitian yang juga menggunakan LKS dalam pembelajaran sejarah. Menurut Danial (2009:88) uji coba adalah prosedur untuk mengkaji instrumen secara empirik yaitu mencobakan angket itu di
(31)
lapangan yang diasumsikan responden dan lingkungannya sama dengan objek kajian sesungguhnya.
Pada penelitian ini uji coba dilakukan pada 50 siswa kelas XI dari satu sekolah. Soal yang digunakan pada uji coba ini adalah sebanyak 50 butir soal objektif dengan lima pilihan jawaban. Pengembangan instrumen melalui beberapa tahapan pengujian, uji validitas dan uji reliabilitas, sebagai berikut:
3.6.1. Uji Validasi
Menurut Sugiyono (2009:363) validasi merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Menurut Arikunto (2006:168) validasi adalah suatu ukuran untuk menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Pengujian validitas pada penelitian ini menggunakan program dalam SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 18.0 for windows
yaitu korelasi Product moment yang dikemukakan oleh Pearson untuk memudahkan peneliti.
Rumus korelasi yang dapat digunakan menurut Arikunto (2006:170) yang dikemukakan oleh Pearson dikenal dengan rumus korelasi Product moment , adalah sebagai berikut:
2 2
2
2
Y Y
N X X
N
Y X XY
N rxy
rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang
dikorelasikan. X = variabel X Y = variabel Y N = jumlah siswa.
Jika nilai rxy lebih kecil (<) dari rtabel maka data tidak valid, sebaliknya jika
(32)
Hasil perhitungan validitas uji coba instrumen angket menggunakan aplikasi SPSS 18.0 korelasi pearson product moment. Menurut Priyanto (2013: 139) rtabel untuk N= 50 dengan signifikansi () = 5 % (2-tailed)
adalah 0.279. Hasil uji coba instrumen dapat dilihat pada tabel 3.4 sebagai berikut:
Tabel 3.4
Hasil Pengujian Validitas Instrumen
No r Hitung (rxy) r tabel Keputusan
Soal ke 1 0.371 0.279 Valid
Soal ke 2 0.243 0.279 Tidak Valid
Soal ke 3 0.159 0.279 Tidak Valid
Soal ke 4 0.338 0.279 Valid
Soal ke 5 0.179 0.279 Tidak Valid
Soal ke 6 0.342 0.279 Valid
Soal ke 7 0.316 0.279 Valid
Soal ke 8 0.452 0.279 Valid
Soal ke 9 0.309 0.279 Valid
Soal ke 10 0.207 0.279 Tidak Valid
Soal ke 11 0.103 0.279 Tidak Valid
Soal ke 12 0.357 0.279 Valid
Soal ke 13 0.537 0.279 Valid
Soal ke 14 0.190 0.279 Tidak Valid
Soal ke 15 0.362 0.279 Valid
Soal ke 16 0.036 0.279 Tidak Valid
Soal ke 17 0.168 0.279 Tidak Valid
Soal ke 18 0.269 0.279 Tidak Valid
Soal ke 19 -0.106 0.279 Tidak Valid
Soal ke 20 0.275 0.279 Tidak Valid
Soal ke 21 0.077 0.279 Tidak Valid
Soal ke 22 0.330 0.279 Valid
Soal ke 23 0.448 0.279 Valid
Soal ke 24 0.369 0.279 Valid
Soal ke 25 0.238 0.279 Tidak Valid
Soal ke 26 0.236 0.279 Tidak Valid
Soal ke 27 0.176 0.279 Tidak Valid
Soal ke 28 0.351 0.279 Valid
Soal ke 29 0.259 0.279 Tidak Valid
Soal ke 30 0.044 0.279 Tidak Valid
Soal ke 31 0.362 0.279 Valid
Soal ke 32 0.478 0.279 Valid
Soal ke 33 0.490 0.279 Valid
(33)
Dari 50 butir soal yang diujikan didapatkan bahwa 24 butir soal dalam keadaan valid, sedangkan sisanya sebanyak 26 butir soal keadaan tidak valid. Tabel di atas menggunakan Microsoff Excel dengan rumus =IF(rhitung>0.279,"Valid","Tidak Valid") untuk memudahkan dalam pengambilan keputusan. Jika r Hitung (rxy) lebih besar (>) dari rtabel (0.279)
maka soal tersebut valid, sedangkan jika lebih kecil (<) dari 0.279 maka data tidak valid.
3.6.2. Uji Reliabilitas
Menurut Sukardi (2008:127) reliabilitas sama dengan konsistensi atau keajekan. Suatu instrumen penelitian dikatakan mempunyai nilai reliabilitas yang tinggi, apabila tes yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur yang hendak diukur. Koefisien reliabilitas yang menyatakan derajat keterandalan alat evaluasi, dinyatakan dengan r Erman, 2003:139).
Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini akan menggunakan program dalam SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 18.0 for windows
yaitu reliability analysis model Alpha untuk memudahkan peneliti. Hasil perhitungan pengujian reliabilitas uji coba instrumen, dapat dilihat pada tabel 3.5 :
Soal ke 35 0.231 0.279 Tidak Valid
Soal ke 36 0.193 0.279 Tidak Valid
Soal ke 37 0.258 0.279 Tidak Valid
Soal ke 38 0.289 0.279 Valid
Soal ke 39 0.030 0.279 Tidak Valid
Soal ke 40 0.459 0.279 Valid
Soal ke 41 0.428 0.279 Valid
Soal ke 42 0.367 0.279 Valid
Soal ke 43 0.258 0.279 Tidak Valid
Soal ke 44 0.420 0.279 Valid
Soal ke 45 0.222 0.279 Tidak Valid
Soal ke 46 0.265 0.279 Tidak Valid
Soal ke 47 0.143 0.279 Tidak Valid
Soal ke 48 0.252 0.279 Tidak Valid
Soal ke 49 0.380 0.279 Valid
(34)
Tabel 3.5
Hasil Pengujian Reliabilitas Instrumen
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 50 100.0
Excludeda 0 .0
Total 50 100.0
. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach’s
Alpha N of Items
.950 50
Berdasarkan tabel 3.5, N (jumlah responden) sebanyak 50 orang dengan valid sebesar 100% atau seluruh responden telah menjawab. Koefisien reliabilitas dari uji coba instrumen ialah sebesar 0,950 dari 50 soal ujicoba instrumen.
Tabel 3.6 Kriteria Reliabilitas
Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas
0,90 < r ≤ 1,00 Sangat tinggi 0,70 < r ≤ 0,90 Tinggi 0,40 < r ≤ 0,70 Sedang 0,20 < r ≤ 0,40 Rendah
r ≤ 0,20 Sangat Rendah
Berdasarkan koefisien reliabilitas tersebut maka hasil perhitungan reliabilitas uji coba instrumen termasuk kategori sangat tinggi. Berdasarkan tabel kriteria reliabilitas yang dibuat oleh J.P. Guilford (Erman, 2003:139) pada tabel 3.6 di atas.
Hasil analisis uji coba instrumen menggunakan pengujian validitas
pearson product moment , dan reliability analysis model Alpha. Butir soal uji coba instrumen tersebut mendapatkan reliabilitas analysis model Alpha yang sangat tinggi. Hasil tersebut diperoleh data dari 50 butir soal sebanyak 24 butir
(35)
soal instrumen dinyatakan valid dan 26 butir soal lainnya akan dibuang/drop karena dinyatakan tidak valid setelah melalui uji validitas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.7.
Tabel 3.7
Hasil Uji Coba Instrumen
No Soal Validitas Keputusan
Soal ke 1 Valid Diterima
Soal ke 2 Tidak Valid Drop
Soal ke 3 Tidak Valid Drop
Soal ke 4 Valid Diterima
Soal ke 5 Tidak Valid Drop
Soal ke 6 Valid Diterima
Soal ke 7 Valid Diterima
Soal ke 8 Valid Diterima
Soal ke 9 Valid Diterima
Soal ke 10 Tidak Valid Drop
Soal ke 11 Tidak Valid Drop
Soal ke 12 Valid Diterima
Soal ke 13 Valid Diterima
Soal ke 14 Tidak Valid Drop
Soal ke 15 Valid Diterima
Soal ke 16 Tidak Valid Drop
Soal ke 17 Tidak Valid Drop
Soal ke 18 Tidak Valid Drop
Soal ke 19 Tidak Valid Drop
Soal ke 20 Tidak Valid Drop
Soal ke 21 Tidak Valid Drop
Soal ke 22 Valid Diterima
Soal ke 23 Valid Diterima
Soal ke 24 Valid Diterima
Soal ke 25 Tidak Valid Drop
Soal ke 26 Tidak Valid Drop
Soal ke 27 Tidak Valid Drop
Soal ke 28 Valid Diterima
Soal ke 29 Tidak Valid Drop
Soal ke 30 Tidak Valid Drop
Soal ke 31 Valid Diterima
Soal ke 32 Valid Diterima
Soal ke 33 Valid Diterima
Soal ke 34 Valid Diterima
Soal ke 35 Tidak Valid Drop
(36)
Soal ke 37 Tidak Valid Drop
Soal ke 38 Valid Diterima
Soal ke 39 Tidak Valid Drop
Soal ke 40 Valid Diterima
Soal ke 41 Valid Diterima
Soal ke 42 Valid Diterima
Soal ke 43 Tidak Valid Drop
Soal ke 44 Valid Diterima
Soal ke 45 Tidak Valid Drop
Soal ke 46 Tidak Valid Drop
Soal ke 47 Tidak Valid Drop
Soal ke 48 Tidak Valid Drop
Soal ke 49 Valid Diterima
Soal ke 50 Valid Diterima
Dari tabel di atas, didapatkan hasil bahwa 24 butir soal yang valid maka keputusannya adalah diterima. Butir soal tersebut diantaranya butir soal no 1, 4, 6, 7, 8, 9, 12, 13, 15, 22, 23, 24, 28, 31, 32, 33, 34, 38, 40, 41, 42, 44, 49 dan 50. Sedangkan 26 butir soal yang tidak valid akan dibuang/drop diantaranya butir soal no 2, 3, 5, 10, 11, 14, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 25, 26, 27, 29, 30, 35, 36, 37, 39, 43, 45, 46, 47, dan 48. Maka kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari 24 soal yang akan ditanyakan perihal variabel X dalam penelitian ini mengenai penggunaan LKS.
3.7. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada instrumen penelitian yang telah dipaparkan di atas. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini hanya menggunakan dua instrumen yang terdiri dari angket (kuesioner) dan studi dokumentasi.
3.7.1.Angket (Kuesioner)
Penggunaan angket dalam penelitian ini untuk memperoleh data variabel X yaitu LKS. Bentuk pertanyaan dalam angket ini tertutup seperti yang diutarakan oleh Danial (2009:75) angket tertutup adalah angket dengan pertanyaan yang diajukan kepada responden telah disediakan jawabannya
(37)
oleh peneliti. Sehingga siswa yang menjadi sampel hanya tinggal memilih jawaban yang sesuai dengan pendapatnya dan tidak memberikan kesempatan siswa memberikan jawaban lain.
Dalam menjawab pilihan jawaban dari pertanyaan, peneliti menggunakan skala likert. Skala ini bersifat ordinal (berjenjang) dengan skor untuk jawaban a adalah 5, b adalah 4, jawaban c dengan 3, jawaban d dengan 4 dan jawaban e dengan 1 karena menurut Sugiyono (2009:134) skala likert
digunakan untuk mengukur pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Untuk nomor yang tidak dijawab maka skornya adalah nol (0).
Tabel 3.8
Pilihan Jawaban Pada Angket
Jawaban Keterangan Skor
A Sangat menarik/ sangat setuju/ selalu 5
B Menarik/ setuju/ sering 4
C Kurang menarik/ kurang setuju/ kadang-kadang 3
D Tidak menarik/ tidak setuju/ tidak pernah 2
E Tidak tahu 1
Kosong Tidak jawab 0
Sebelum angket dibuat maka diperlukan kisi-kisi atau acuan yang peneliti gunakan dalam membuat angket atau kuesioner yang telah melewati uji validitas dan uji reliabilitas seperti yang dijelaskan sebelumnya. Kisi-kisi dari kuesioner variabel X dapat lebih jelas tertera pada tabel 3.9.
Tabel 3.9
Pembuatan Kuesioner Variabel LKS
No Subvariabel Indikator Deskriptor Sub deskriptor
1. Tampilan LKS Tampilan luar secara keseluruhan
a. Gambar
b. Warnanya
c. Bentuk huruf
a.1 menarik a.2 penempatan gambar
b.1 kombinasi warna cocok b.2 menarik c.1 huruf
seimbang dengan gambar
(38)
c.2 mudah di baca c.3 ukuran bentuk huruf
2. Ketersediaan sarana LKS
Penyediaan LKS di Sekolah
a. penyediaan LKS oleh pihak sekolah b. LKS yang dimiliki siswa
a.1difasilitasi b.1 LKS dibeli di sekolah melalui koperasi
3. Komponen LKS Bagian-bagian yang ada di dalam LKS
a.Judul
b.Petunjuk belajar
c.Informasi pendukung d.Tes
e.Penilaian.
a.1 anak judul pada setiap materi berkaitan dengan judul utama b.1 petunjuk belajar/kegiatan jelas dan sederhana b.2 petunjuk belajar/ kegiatan memudahkan dalam pengerjaan latihan c.1 membantu siswa
d.1 jumlah soal objektif (Benar-salah, pilihan ganda,
menjodohkan, dan melengkapi) d.2 jumlah soal uraian (uraian terbuka dan uraian tertutup) membutuhkan analisis dalam pengerjaannya e.1 komponen penilaian e.2 pelaksanaan penilaian 4. Bentuk Soal
LKS Pendapat siswa terhadap soal yang terdapat pada latihan a. Pengerjaan jawaban soal LKS a.1 diperlukan bantuan orang lain untuk mengerjakan a.2 membutuhkan
(39)
di dalam LKS dan ulangan harian
b. Kalimat soal ulangan harian
c. butir soal pada ulangan
d. pengerjaan jawaban soal ulangan
e. perbandingan hasil nilai
analisis b.1 sederhana b.2 sama dengan latihan soal pada LKS
c.1 sesuai dengan materi LKS d.1 mengerjakan dengan referensi lain
e.1 nilai LKS dan nilai ulangan
3.7.2.Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi yang digunakan untuk variabel Y, yaitu dengan memperoleh data dari guru yang mengajar mata pelajaran sejarah mengenai hasil belajar siswa, berupa nilai ulangan harian.
3.8. Analisis Data
Analisis data untuk penelitian korelasi menurut Emzir (2008:42) yaitu:
“ bila dua variabel dikorelasikan hasilnya adalah koefisien korelasi.
Suatu koefisien korelasi (r) angka desimal, antara 0,00 dan + 1,00 atau -0,00 dan -1,00, yang mengindikasikan derajat hubungan dua variabel. Jika koefisien mendekati +1,00; kedua variabel tersebut mempunya hubungan positif. Jika koefisien korelasi tersebut mendekati 0,00, kedua variabel tidak berhubungan dan jika koefisien tersebut mendekati -1,00 kedua variabel memiliki hubungan negatif.”
Senada dengan pendapat Emzir, Arikunto (2006:279) menyatakan bahwa arah korelasi, dinyatakan dengan tanda + (plus) dan – (minus). Tanda + menunjukkan adanya korelasi sejajar searah, dan tanda – menunjukkan korelasi sejajar berlawanan arah.
Korelasi + : “Makin tinggi nilai X makin tinggi nilai Y” atau kenaikan nilai X diikuti kenailkan nilai Y”.
Korelasi -: “Makin tinggi nilai X, makin rendah nilai Y” atau “kenaikan nilai X,
(40)
Agar memudahkan peneliti dalam mengolah dan menganalisis data maka peneliti menggunakan salah satu fasilitas dalam program SPSS (Statistical Product and service Solution) versi 18.0 for windows. Kekuatan hubungan antar variabel dapat dilihat besar kecilnya korelasi. Menurut Sugiyono (2008:257) pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi adalah sebagai berikut:
Tabel 3.10
Interpretasi Koefisien Korelasi
Nilai r hitung Interpretasi
0,00 ≤ 0,199 hubungan sangat rendah
0,20 ≤ 0,399 hubungan rendah atau kecil
0,40 ≤ 0,599 hubungan sedang atau cukup
0,60 ≤ 0,799 hubungan tinggi atau kuat
0,80 ≤ 1,000 hubungan sangat tinggi atau sangat kuat
Penelitian ini menggunakan dua uji korelasi dari Pearson dan Spearman-Brown . Korelasi Pearson akan digunakan untuk data kuantitatif interval atau ratio), sedangkan korelasi Spearman-Brown digunakan bila data berbentuk ordinal.
Untuk pengambilan keputusan hipotesis menggunakan statistik menurut Sugiyono (2009:258), dilihat dari nilai r (koefisien korelasi), maka :
Apabila Koefisien Korelasi r hitung > r tabel, maka H Ditolak Apabila Koefisien Korelasi r hitung< r tabel, maka H Diterima
Sedangkan menurut Priyanto (2013: 104) keputusan pengambilan keputusan statistik melihat dari nilai Signifikansi, adalah sebagai berikut:
Apabila nilai Sig. < 0,05 maka H Ditolak Apabila nilai Sig. > 0,05 maka H Diterima
(41)
Keputusan pengambilan hipotesis pun dilihat dari kurva daerah penerimaan Ho. Menurut Arikunto (2006:77) daerah kritik merupakan daerah
penolakan hipotesis (hipotesis nihil) dan disebut daerah signifikansi. Sebaliknya daerah yang terletak di antara dua daerah kritis dinamakan daerah penerimaan hipotesis, atau daerah non-signifikansi. Untuk lebih jelasnya kurva dapat dilihat pada gambar 3.2.
Gambar 3.2
Kurva Daerah Penerimaan Ho
D. Penolakan Daerah penerimaan D. Penolakan
- r tabel 0 r tabel
Gambar 3.2 merupakan gambar kurva daerah penerimaan H0. Dapat dilihat
pada daerah penerimaan terdapat arsiran, maka artinya H0 diterima. Gambar 3.3
Kurva Daerah Penolakan Ho
D. Penolakan Daerah penerimaan D. Penolakan
- r tabel 0 r tabel
Sedangkan pada gambar di atas, arsiran terdapat pada daerah penolakan, maka itu berarti H0 di tolak dan hipotesis penelitian diterima.
(42)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
Kesimpulan dari penelitian ini diperoleh berdasarkan hasil analisis instrumen yang digunakan untuk memperoleh data penelitian, diantaranya angket (kuesioner) dan dokumentasi hasil belajar siswa. Hasil analisis instrumen ini dijadikan dasar perumusan kesimpulan untuk menjawab permasalahan yang telah menunjukan hasil, sebagai berikut:
Pertama, hasil perhitungan koefisien korelasi r hitung untuk sub-variabel tampilan LKS menunjukkan hubungan sangat rendah dengan hasil belajar siswa. Keterhubungan yang sangat rendah ini disebabkan karena tampilan LKS tidak terlalu mempengaruhi hasil belajar. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar terdiri dari berbagai faktor bukan hanya dilihat dari tampilan LKS.
Kedua, untuk ketersediaan sarana LKS, hasil perhitungannya menunjukkan hubungan sangat rendah dengan hasil belajar siswa. Keterhubungan yang sangat rendah ini disebabkan karena LKS yang disediakan sekolah bukan merupakan LKS yang dibuat oleh guru yang bersangkutan, sehingga guru tidak terlalu fokus pada rencana pelaksanaan pembelajaran dan mengikuti alur yang ada di LKS. Padahal seharusnya penggunaan LKS harus disesuaikan dengan materi ajar, kondisi kelas dan karakteristik siswa.
Ketiga, hasil perhitungan koefisien korelasi r hitung untuk sub-variabel komponen LKS menunjukkan hubungan rendah dengan hasil belajar siswa. Keterhubungan yang rendah ini disebabkan karena komponen LKS tidak memperhatikan tujuan dari LKS untuk melatih kemandirian belajar. Di mana LKS yang tersedia di lapangan komponen isi secara keseluruhan tidak melatih kemandirian karena siswa hanya tinggal memindahkan jawaban saja.
Keempat, hasil perhitungan koefisien korelasi r hitung untuk sub-variabel menunjukkan hubungan rendah antara bentuk soal dengan hasil belajar siswa. Keterhubungan yang rendah ini disebabkan karena bentuk soal yang ada pada LKS merupakan bentuk soal yang bersifat faktual pada level C1 sehingga hasil
(43)
belajar yang diperoleh tidak menggambarkan kemampuan siswa, khususnya untuk pemahaman dan analisis materi.
SARAN
Berdasarkan hasil temuan yang peneliti dapatkan dari penelitian hubungan penggunaan LKS terhadap hasil belajar siswa SMA pada mata pelajaran sejarah di Kota Cimahi, peneliti memberikan saran sebagai berikut :
1. Bagi peneliti
Melihat tidak semua sub-variabel penggunaan LKS berhubungan dengan hasil belajar siswa, bahkan dengan hubungan yang rendah memotivasi peneliti untuk melakukan penelitian serupa kembali dengan sumber belajar lainnya selain LKS. Sehingga akan terlihat keterhubungan sumber belajar lainnya dalam pembelajaran sejarah dengan hasil belajar siswa.
2. Bagi siswa
Melalui penelitian ini memotivasi siswa untuk terus menggali lebih banyak lagi sumber belajar lainnya yang bisa digunakan dalam pembelajaran sejarah, sehingga tidak hanya terpaku pada LKS yang dimiliki saja.
3. Bagi guru
Peneliti berharap, melalui penelitian ini dengan hasil koefisien korelasi penggunaan LKS dengan hasil belajar siswa SMA yang rendah, menggugah guru mata pelajaran sejarah untuk membuat LKS sendiri sehingga mampu memaksimalkan materi pembelajaran di dalam kelas sesuai dengan tujuan pembelajaran sejarah. LKS disesuaikan dengan materi yang ada pada RPP dan indikator yang ingin dicapai.
(44)
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
Anderson, L dan Krathwohl, D. (2010). Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran dan Asesmen Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Arikunto,S. (2003). Dasar-dasar evaluasi pendidikan edisi revisi. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Bakri, S. (1994). Prestasi belajar dan kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional.
Danial, E. dkk. (2009). Metode Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Laboratorium Pkn.
Dimyati. dan Mudjiono. (2009). Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, B dan Zain,A. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Emzir. (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif & Kualitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Erman. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: FPMIPA UPI
Hamalik, O. (2004). Proses Belajar Mengajar.Jakarta: Bumi Aksara
Hamid, H. (1996). Pendidikan Ilmu Sosial. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Dirjen Dikti.
Kochhar, S. (2008). Pembelajaran Sejarah. Jakarta: PT Gramedia.
Kountur, R. (2007). Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis Edisi Revisi. Jakarta: PPM
Margono, S. (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan Komponen MKDK. Jakarta: Rineka Cipta.
(45)
Prastowo, A. (2011). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif Menciptakan Metode Pembelajaran yang Menarik dan Menyenangkan. Jogjakarta: Diva Press.
Priyanto, D. (2013). Mandiri Belajar Analisis Data dengan SPSS. Jakarta: Mediakom.
Purwanto.(2010). Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk psikologi dan pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Rohani, A. (1997). Media Instruksional Edukatif. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sanjaya, W. (2010). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Sjamsuddin, H. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak
Sudjana. (2001). Media Pengajaran. Jakarta: Sinar Baru-Algensindo
Sudjana, N. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta.
Sukardi. (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara
Sukitno, M. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Prospect.
Sunaryo, W. (2011). Taksonomi Berfikir. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Suryabrata, S. (2008). Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali Press.
Syaodih, N. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Usman, H. dkk. (1995). Pengantar Statistik. Jakarta: Bumi Aksara.
Zainul, A dan Nasution, N. (2001). Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: PAU-PPAI-UT
Sumber Skripsi
Dewi, N. (2007). Perbandingan Kemampuan Membuat Kesimpulan Antara Siswa yang Menggunakan LKS Pertanyaan Pengarah
(46)
dengan Siswa yang Menggunakan LKS Tanpa Pertanyaan Pengarah (Penelitian eksperimen pasa siswa kelas XI IPA 1 MAN 1 Kota Bandung). Skripsi sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Farmahni, R. (2009). Penerapan LKS Model Treffinger dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMP Kelas VIII pada Pembelajaran Teknologi Informasi & Komunikasi. Skripsi sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Firmansyah, A. (2011). Komparasi Hasil Belajar Siswa yang Menggunakan Media Video dengan LKS (Lembar Kerja Siswa) pada Pembelajaran Teori Pengelasan di SMK Negeri 9 Garut Tahun Ajaran 2010/2011. Skripsi sarjana pada FPTK UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Kusnandar, A. (2011). Eksperimen Metode Pembelajaran Resitasi Menggunakan LKS untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Ilmu Bangunan Gedung di SMK Negeri 5 Bandung. Skripsi sarjana pada FPTK UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Ma`aruf, P. (2002). Daya Dukung LKS (Lembar Kerja Siswa) Terhadap Hasil Pembelajaran Dalam Kegiatan Pembelajaran Yang Menerapkan Pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) dan Keterampilan Proses Pada Mata Pelajaran IPS Geografi di SLTP(Studi Eksperimen dalam Pembelajaran IPS Geografi Pokok Bahasan Perindustrian Kelas II Caturwulan III di SLTPN 2 Rancaekek Kabupaten BandungTahun Ajaran 2001/2001). Tesis Magister pada Pascasarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan Permana, D. (2008). Mengembangkan Pembelajaran yang Bermakna
melalui Penggunaan LKS Kontekstual (Penelitian Tindakan Kelas di SMAN 3 Bandung Kelas XI IPS Semester Ganjil Tahun Ajaran 2007/2008). Skripsi sarjana pada FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Sumber Undang-undang
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
(47)
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
Publikasi Departemen
Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Asiknya Belajar Dengan PAKEM IPS untuk SD dan Madrasah Ibtidaiyah (MI), Jakarta: Depdiknas
Sumber Internet
Hariyanto. (2012). Pengertian Sarana Pendidikan. [online]. Tersedia: http://belajarpsikologi.com/pengertian-sarana-pendidikan/ [13 Juni 2013]
Wiyanarti. Model Pembelajaran Kontekstual Dalam Pengembangan Pembelajaran Sejarah. [online]. Tersedia http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJARAH/1962 07181986012ERLINA_WIJANARTI/CTL_DLM__PMBLRAN_ SEJARAH.pdf [ 24 oktober 2012]
(1)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
Kesimpulan dari penelitian ini diperoleh berdasarkan hasil analisis instrumen yang digunakan untuk memperoleh data penelitian, diantaranya angket (kuesioner) dan dokumentasi hasil belajar siswa. Hasil analisis instrumen ini dijadikan dasar perumusan kesimpulan untuk menjawab permasalahan yang telah menunjukan hasil, sebagai berikut:
Pertama, hasil perhitungan koefisien korelasi r hitung untuk sub-variabel tampilan LKS menunjukkan hubungan sangat rendah dengan hasil belajar siswa. Keterhubungan yang sangat rendah ini disebabkan karena tampilan LKS tidak terlalu mempengaruhi hasil belajar. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar terdiri dari berbagai faktor bukan hanya dilihat dari tampilan LKS.
Kedua, untuk ketersediaan sarana LKS, hasil perhitungannya menunjukkan hubungan sangat rendah dengan hasil belajar siswa. Keterhubungan yang sangat rendah ini disebabkan karena LKS yang disediakan sekolah bukan merupakan LKS yang dibuat oleh guru yang bersangkutan, sehingga guru tidak terlalu fokus pada rencana pelaksanaan pembelajaran dan mengikuti alur yang ada di LKS. Padahal seharusnya penggunaan LKS harus disesuaikan dengan materi ajar, kondisi kelas dan karakteristik siswa.
Ketiga, hasil perhitungan koefisien korelasi r hitung untuk sub-variabel komponen LKS menunjukkan hubungan rendah dengan hasil belajar siswa. Keterhubungan yang rendah ini disebabkan karena komponen LKS tidak memperhatikan tujuan dari LKS untuk melatih kemandirian belajar. Di mana LKS yang tersedia di lapangan komponen isi secara keseluruhan tidak melatih kemandirian karena siswa hanya tinggal memindahkan jawaban saja.
Keempat, hasil perhitungan koefisien korelasi r hitung untuk sub-variabel menunjukkan hubungan rendah antara bentuk soal dengan hasil belajar siswa. Keterhubungan yang rendah ini disebabkan karena bentuk soal yang ada pada LKS merupakan bentuk soal yang bersifat faktual pada level C1 sehingga hasil
(2)
belajar yang diperoleh tidak menggambarkan kemampuan siswa, khususnya untuk pemahaman dan analisis materi.
SARAN
Berdasarkan hasil temuan yang peneliti dapatkan dari penelitian hubungan penggunaan LKS terhadap hasil belajar siswa SMA pada mata pelajaran sejarah di Kota Cimahi, peneliti memberikan saran sebagai berikut :
1. Bagi peneliti
Melihat tidak semua sub-variabel penggunaan LKS berhubungan dengan hasil belajar siswa, bahkan dengan hubungan yang rendah memotivasi peneliti untuk melakukan penelitian serupa kembali dengan sumber belajar lainnya selain LKS. Sehingga akan terlihat keterhubungan sumber belajar lainnya dalam pembelajaran sejarah dengan hasil belajar siswa.
2. Bagi siswa
Melalui penelitian ini memotivasi siswa untuk terus menggali lebih banyak lagi sumber belajar lainnya yang bisa digunakan dalam pembelajaran sejarah, sehingga tidak hanya terpaku pada LKS yang dimiliki saja.
3. Bagi guru
Peneliti berharap, melalui penelitian ini dengan hasil koefisien korelasi penggunaan LKS dengan hasil belajar siswa SMA yang rendah, menggugah guru mata pelajaran sejarah untuk membuat LKS sendiri sehingga mampu memaksimalkan materi pembelajaran di dalam kelas sesuai dengan tujuan pembelajaran sejarah. LKS disesuaikan dengan materi yang ada pada RPP dan indikator yang ingin dicapai.
(3)
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
Anderson, L dan Krathwohl, D. (2010). Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran dan Asesmen Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Arikunto,S. (2003). Dasar-dasar evaluasi pendidikan edisi revisi. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Bakri, S. (1994). Prestasi belajar dan kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional.
Danial, E. dkk. (2009). Metode Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Laboratorium Pkn.
Dimyati. dan Mudjiono. (2009). Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, B dan Zain,A. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Emzir. (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif & Kualitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Erman. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: FPMIPA UPI
Hamalik, O. (2004). Proses Belajar Mengajar.Jakarta: Bumi Aksara Hamid, H. (1996). Pendidikan Ilmu Sosial. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional Dirjen Dikti.
Kochhar, S. (2008). Pembelajaran Sejarah. Jakarta: PT Gramedia.
Kountur, R. (2007). Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis Edisi Revisi. Jakarta: PPM
Margono, S. (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan Komponen
(4)
Prastowo, A. (2011). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif Menciptakan Metode Pembelajaran yang Menarik dan Menyenangkan. Jogjakarta: Diva Press.
Priyanto, D. (2013). Mandiri Belajar Analisis Data dengan SPSS. Jakarta: Mediakom.
Purwanto.(2010). Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk psikologi dan pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Rohani, A. (1997). Media Instruksional Edukatif. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sanjaya, W. (2010). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Sjamsuddin, H. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak
Sudjana. (2001). Media Pengajaran. Jakarta: Sinar Baru-Algensindo Sudjana, N. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta.
Sukardi. (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara
Sukitno, M. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Prospect.
Sunaryo, W. (2011). Taksonomi Berfikir. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Suryabrata, S. (2008). Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali Press. Syaodih, N. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Usman, H. dkk. (1995). Pengantar Statistik. Jakarta: Bumi Aksara.
Zainul, A dan Nasution, N. (2001). Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: PAU-PPAI-UT
Sumber Skripsi
Dewi, N. (2007). Perbandingan Kemampuan Membuat Kesimpulan Antara Siswa yang Menggunakan LKS Pertanyaan Pengarah
(5)
dengan Siswa yang Menggunakan LKS Tanpa Pertanyaan Pengarah (Penelitian eksperimen pasa siswa kelas XI IPA 1 MAN 1 Kota Bandung). Skripsi sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Farmahni, R. (2009). Penerapan LKS Model Treffinger dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMP Kelas VIII pada Pembelajaran Teknologi Informasi & Komunikasi. Skripsi sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Firmansyah, A. (2011). Komparasi Hasil Belajar Siswa yang
Menggunakan Media Video dengan LKS (Lembar Kerja Siswa) pada Pembelajaran Teori Pengelasan di SMK Negeri 9 Garut Tahun Ajaran 2010/2011. Skripsi sarjana pada FPTK UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Kusnandar, A. (2011). Eksperimen Metode Pembelajaran Resitasi
Menggunakan LKS untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Ilmu Bangunan Gedung di SMK Negeri 5 Bandung. Skripsi sarjana pada FPTK UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Ma`aruf, P. (2002). Daya Dukung LKS (Lembar Kerja Siswa) Terhadap Hasil Pembelajaran Dalam Kegiatan Pembelajaran Yang Menerapkan Pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) dan Keterampilan Proses Pada Mata Pelajaran IPS Geografi di SLTP(Studi Eksperimen dalam Pembelajaran IPS Geografi Pokok Bahasan Perindustrian Kelas II Caturwulan III di SLTPN 2 Rancaekek Kabupaten BandungTahun Ajaran 2001/2001). Tesis Magister pada Pascasarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan
Permana, D. (2008). Mengembangkan Pembelajaran yang Bermakna
melalui Penggunaan LKS Kontekstual (Penelitian Tindakan Kelas di SMAN 3 Bandung Kelas XI IPS Semester Ganjil Tahun Ajaran 2007/2008). Skripsi sarjana pada FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Sumber Undang-undang
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
(6)
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
Publikasi Departemen
Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Asiknya Belajar Dengan PAKEM IPS untuk SD dan Madrasah Ibtidaiyah (MI), Jakarta: Depdiknas
Sumber Internet
Hariyanto. (2012). Pengertian Sarana Pendidikan. [online]. Tersedia: http://belajarpsikologi.com/pengertian-sarana-pendidikan/ [13 Juni 2013]
Wiyanarti. Model Pembelajaran Kontekstual Dalam Pengembangan
Pembelajaran Sejarah. [online]. Tersedia http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJARAH/1962 07181986012ERLINA_WIJANARTI/CTL_DLM__PMBLRAN_ SEJARAH.pdf [ 24 oktober 2012]