EFEKTIVITAS PELAKSANAAN SUPERVISI OLEH PENGAWAS DALAM PEMBINAAN KINERJA GURU SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) DI JAWA BARAT.

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN SUPERVISI OLEH
PENGAWAS DALAM PEMBINAAN KINERJA GURU

SEKOLAH LUAR BIASA (SLB)
Dl JAWA BARAT

TESIS

Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis Program Pasca Sarjana
Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung

Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Administrasi Pendidikan

^f?%.

4>
Oleh:
EMED TARMEDI
NIM. XXX-22.989679


PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA (UPI)
BANDUNG 2000

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING

UNTUK MENGIKUTl UJIAN TAHAP II (DUA)

Pembimbing I

Prof. Dr. H. Tb

sudin Makmun, MA

Pembimbing II

Prof. Dr. H. Djam'an Satori, MA

MENGETAHUI:


Pengelola Program Studi Administrasi Pendidikan
Program Pasca Sarjana

Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung

Prof. Dr. H

yamsuddin Makmun, MA.

Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala
juga malaikat, serta para penghuni langit dan bumi, sampai-sampai semut yang
di dalam lubangnya dan ikan hiu yang ada di lautan, semuanya memohonkan
rahmat bagi orang yang mengajarkan kebaikan pada orang banyak.
(diriwayatkan oleh Tirmidzi- Bimbingan untuk mencapai tingkat mukmin/ihya
ulumuddin - Imam Alghazali, Diponegoro Bandung, 1975, hal.21).

Allah akan meninggikan beberapa derajat
orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan

(Q.S. Al-Mujadalah, [58]; 11

Karya ini dipersembahkan untuk:
Istriku tercinta Lilih Sayakti, S.Pd dan
anak-anak kami tersayang
1. Rahadian Tarmedi
2. Yulianti Tarmedi

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Efektivitas Pelaksanaan Supervisi Oleh
Pengawas Sekolah dalam Pembinaan Kineria Guru Sekolah Luar Biasa di

Jawa Barat. Studi deskriptif analitis tentang supervisi pengawas sekolah
terhadap pelaksanaan administrasi pengajaran bagi guru SLB di Jawa Barat,
Penelitian ini berupaya untuk mengungkapkan salah satu aspek
penting dalam administrasi pendidikan, yaitu pengawasan pendidikan.
Masalah efektivitas supervisi pengawas sekolah dalam pengelolaan

pendidikan ditentukan oleh banyak faktor, dan pengawasan pendidikan

sebagai suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari kegiatan manajemen
pendidikan menjadi salah satu aspek yang menentukan. Dengan demikian
npnnflw/flssn pendidikan perlu diupayakan secara terus menerus untuk
ditingkatkan kualitas pelaksanaanya, salah satunya melalui pelaksanaan
supervisi oleh pengawas sekolah sebagai aparat pelaksana pengawasan
pendidikan.

Fokus penelitian ini diarahkan pada permasalahan pokok: "Bagaimana

efektivitas pelaksanaan supervisi oleh pengawas sekolah dalam pembinaan
kineria guru SLB diJawa Barat"?

Landasan teoritik sebagai upaya memahami masalah berdasarkan

konsep keilmuan, dikelompokkan sesuai dengan masalah yang diteliti,
meliputi: (1) Supervisi dalam konteks administrasi pendidikan, (2) Peranan
supervisi dalam meningkatkan mutu pendidikan, (3) Hakekat, fungsi dan tujuan
supervisi pengajaran, (4) Efektivitas supervisi pengajaran, dan (5) Rangkuman
hasil studi kepustakaan dan Penelitian sebelumnya yang relevan.
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan deskriptif

analitis kualitatif. Untuk memamahi masalah yang diteliti dilakukan eksplorasi
naturalistik. Instrumen penelitian yang utama adalah peneliti sendiri dengan

menggunakan teknik dan alat pengumpul data yang diperlukan sesuai dengan
sifat data yang dikumpulkan, Tahap penelitian terdiri atas: tahap orientasi,
tahap eksplorasi, dan tahap member check. Sumber data menggunakan
sampel purposif, kemudian data yang diperoleh dihimpun dalam catatan
lapangan. Sedangkan pengolahan dan analisis data dilakukan dengan cara
content analysis melalui unitisasi, katagorisasi, dan deskripsi data dengan
memperhatikan hubungan diantara unit dan katagori data.

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa supervisi pengawas sekolah
terhadap pelaksanaan administrasi pengajaran bagi guru SLB di Jawa Barat

telah dilaksanakan sesuai dengan kebijakan yang berlaku. Secara rinci hasil

penelitian berdasarkan katagorisasi permasalahan diungkapkan sebagai
berikut:

1. Karakteristik khusus supervisi pendidikan untuk SLB dapat dilaksanakan


dengan baik jika ada koordinasi dengan tim akhli atau tenaga rehabilitasi.

Berkaitan dengan kebijakan pengembangan pendidikan luar hiasa di Jawa

Barat direalisasikan dengan adanya sekolah terpadu; dan guru kunjung.

XI

Pembinaan pengawas sekolah terhadap pelaksanaan tugas pokok guru
SLB di Jawa Barat diarahkan kepada pelayanan profesional untuk
memberikan kesempatan dalam mengembangkan diri agar mampu
melaksanakan tugas pokoknya dengan baik, model pembinaan yang telah
dilaksanakan saat ini diantaranya adalah kunjungan kelas, rapat rutin,
pertemuan KKG/gugus sekolah, dan penataran.

Dampak supervisi pengawas sekolah terhadap kinerja guru sangat besar
artinya dalam pelaksanaan tugas pokok terutama dari segi kedisiplinan,
tanggungjawab, sikap, dan pengetahuan serta prestasi kerja.
Pelaksanaan tugas pokok pengawas sekolah pendidikan luar biasa di

Jawa Barat, baik secara kuantitatif maupun kualitatif belum dapat
dilaksanakan sebagaimana mestinya. Hal ini disebabkan rasio pengawas

dengan jumlah sekolah binaan tidak sesuai, sedangkan secara kualitatif
karena jenis dan jenjang peserta didik luar biasa bermacam-macam,

sehingga prestasi peserta didik anak luar biasa tidak ditentukan oleh hasil
yang bersifat akademis saja.

Masalah yang dihadapi pengawas sekolah dalam melaksanakan tugas

pokoknya dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik intern maupun ekstern.
Faktor intern diantaranya latar belakang pendidikan pengawas tidak
memenuhi standar yang disyaratkan, belum semua pengawas sekolah
mengikuti diklat. Sedangkan faktor ekstern di samping latar belakang

pendidikan yang belum memenuhi standar kualifikasi juga sistem
pelayanan dan bimbingan belum melibatkan tim akhli/rehabilitasi.
Upaya upaya yang telah dilakukan pengawas sekolah saat ini dalam
pemecahkan masalah di atas adalah mengikuti pendidikan formal,

diklat/penataran, seminar dan lokakarya, berkenaan dengan masalah
pembinaan guru adalah merancang suatu pola/model wadah pembinaan
profesional melalui kegiatan KKG, KKKS, dan KKPS.

XI1

DAFTAR ISI
Halaman

PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
TERIMAKASIH DAN PENGHARGAAN.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
ABSTRAKSI
BAB

vi


ix
x

xi

I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B.

Tujuan Penelitian

C. Manfaat dan Pentingnya Penelitian

BAB II

i

iii


i
9

10

D.

Rumusan Masalah

11

E.

Pertanyaan Penelitian

13

F.

Paradigma Penelitian


14

TINJAUAN PUSTAKA

A. Supervisi dalam Konteks Administrasi Pendidikan.

16

B. Peranan Supervisi Daiam Meningkatkan Mutu
Pendidikan

C. Hakekat, Fungsi dan Tujuan Supervisi Pengajaran
1. Hakekat Supervisi Pengajaran

BAB III

18

2. Fungsi Supervisi Pengajaran
3. Tujuan Supervisi Pengajaran

21
21
39

D. Efektivitas Supervisi Pengajaran

43

E. Penelitian Sebelumnya yang Relevan

55

PROSEDUR DAN PROSES PENELITIAN

A. Pendekatan, Metode, dan Teknik Penelitian
1. Pendekatan Penelitian

58

2. Metode dan Teknik Penelitian

61

V)

3. Teknik Pengumpulan Data

61

B. Lokasi dan Subyek Penelitian
1. Lokasi Penelitian

62

2. Subyek Penelitian

62

C. Pelaksanaan Pengumpulan Data
1. Tahap Orientasi dan Overview
2. Tahap Focused Exploration
3. Tahap Member Check

64
64
65

D. Cara Memperoleh Tingkat Kepercayaan Hasil
Penelitian
E. Cara Analisis Data

66
69

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Karakteristik Khusus Supervisi Pendidikan
Luar Biasa Berakaitan dengan Kebijakan
Pengembangan Pendidikan Luar Biasa
1. Karakteristik Pendidikan Luar Biasa

71

2. Karakteristik Supervisi Pendidikan Luar Biasa....
3. Kebijakan Pengembangan PLB di Jawa Barat...

73
75

B. Pembinaan Pengawas Sekolah terhadap
Pelaksanaan Tugas Pokok Guru SLB di Jawa Barat

1. Ruang Lingkup Tugas Pokok Guru

78

2. Model Pembinaan Pengawas Sekolah
Terhadap Pelaksanaan Tugas Pokok Guru

79

C. Dampak Supervisi Pengawas Sekolah terhadap
Kinerja Guru SLB di Jawa Barat
1. Indikator Kinerja Guru SLB
2. Gambaran Kinerja Guru SLB Pada Umumnya
3. Pengaruh Supervisi Pengawas terhadap
Kinerja Guru SLB...,

83
86
87

D. Pelaksanaan Tugas Pokok Pengawas Sekolah
PLB di Jawa Barat

1. Teknik Penilaian Hasil Belajar Siswa
2. Teknik Penilaian Kemampuan Guru
3. Strategi Pembinaan terhadap Guru SLB

92
94
95

vi i

E. Masalah Masalah yang Dihadapi Pengawas

Sekolah dalam Melaksanakan Tugas Pokoknya
1. Masalah yang Dihadapi Pengawas Sendiri
2. Masalah yang Dihadapi Guru dalam
Melaksanakan Tugas Pokoknya

96
102

3. MasalahMasalah dalam Pembinaan Guru
SLB

106

F. Upaya Upaya yang Telah Dilakukan Pengawas
Sekolah Saat Ini dalam Menemukan Alternatif

Solusi Pemecahannya
1. Upaya yang Telah Dilakukan Pengawas Berkenaan dengan Masalah Pengawas Itu Sendiri...
2. Upaya yang Dilakukan Berkenaan dengan
Masalah yang Dihadapi Guru SLB
3. Solusi yang Dilaksanakan Berkenaan dengan
Masalah Pembinaan Guru SLB

BAB

107
107
111

V KESIMPULAN, IMPLIKASi DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

117

B. Impiikasi

123

C. Rekomendasi

125

DAFTAR PUSTAKA

128

LAMPIRAN

vm

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

2.1

Teknik Teknik Supervisi Pengajaran

54

4.1

Rincian SLB dan SDLB di Jawa Barat

76

4.2

Rincian Tugas Pokok Setiap Jenis dan Jenjang Jabatan
Guru

78

4.3

Teknik Pembinaan Profesional Guru

81

4.4

Matrik Gambaran Kinerja Guru

84

4.5

Data Jumlah Guru SLB, SDLB di Jawa Barat
Berdasarkan Jenjang Pendidikan

87

Data Keadaan SLB di Jawa Barat

98

4.6.

IX

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1.1

Ruang Lingkup Administrasi Pendidikan

1.2

Paradigma Penelitian

2.1

5
15

Orientasi Supervisi dalam Kontinum Traktif dan
Dinamis

33

2.2

Sumber, Arah dan Tujuan Supervisi Pengajaran

41

2.3

Keterkaitan Komponen Komponen dalam Supervisi
Pengajaran

46

2.4

Alur Pembinaan Profesional

52

4.1

Mekanisme Pembinaan Profesional Guru SLB

114

4.2

Koordinasi Pembinaan Profesional Guru SLB

116

BAB

I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan

Nasional

berfungsi

untuk

mengembangkan

kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia
Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan nasional (Pasal 3 UUSPN
Nomor 2 Tahun 1989). Selanjutnya dikatakan bahwa pembangunan

nasional di bidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan

bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam perwujudan
masyarakat yang maju, adil, dan makmur, serta memungkinkan para

warganya mengembangkan diri baik berkenaan dengan aspek jasmaniah
maupun rokhaniah berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Berdasarkan hal tersebut di atas, jelaslah bahwa pendidikan

memegang peran yang sangat penting dan strategis, karena melalui

pendidikanlah kualitas sumber daya manusia dapat dibina dan
ditingkatkan, yang pada akhirnya dapat memberikan kontribusi yang
bermakna bagi dirinya dan kesejahteraan manusia pada umumnya. Oleh
sebab itu pula pendidikan telah dipandang sebagai salah satu hak azasi
dan konstitusional sebagaimana ditegaskan

dalam Undang Undang

Dasar 1945 Bab XII pasal 31 menyatakan bahwa :

(1) Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran;

(2) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem
pengajaran nasional yang diatur dengan Undang Undang; Selanjutnya

dinyatakan dalam Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN)
Nomor 2 Tahun 1989 Bab III Pasal 5 yang berbunyi: "Setiap warga negara

mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan". Dalam pasal
8 dinyatakan pula bahwa: "Warganegara yang memiliki kelainan fisik
dan/atau mental berhak memperoleh pendidikan luar biasa".

Implementasi dari UUSPN Nomor 2 Tahun 1989 adalah dikeluarkannya
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PPRI) Nomor 72/1991 Tentang
Pendidikan

Luar

Biasa,

yang

salah

satu

pasalnya

menyatakan:

"Pendidikan Luar Biasa adalah pendidikan yang khusus diselenggarakan

bagi peserta didik yang menyandang kelainan fisik dan/atau mental".
Ditegaskan pula dalam Undang Undang Nomor 4 Tahun 1997, Tentang
Penyandang Cacat, bahwa: " Semua penyandang cacat mempunyai hak
dan kesempatan yang sama dalam segala aspek kehidupan dan

penghidupan". Hal tersebut diimplementasikan dalam Peraturan Peme
rintah Republik Indonesia (PPRI) Nomor 43 Tahun 1998 Tentang Upaya

Peningkatan Kesejahteraan Sosial Penyandang Cacat. Pasal 23 berbunyi:
"Setiap penyandang cacat memiliki kesempatan dan perlakuan
yang sama untuk memperoleh pendidikan pada satuan, jalur, jenis,
dan jenjang pendidikan sesuai dengan jenis dan derajat
kecacatannya".

Jenis kelainan peserta didik terdiri

atas kelainan fisik dan/atau mental

dan/atau kelainan perilaku. Kelainan fisik meliputi: tunanetra, tunarungu,

dan tunadaksa. Kelainan mental meliputi: tunagrahita ringan, tunagrahita

sedang. Kelainan perilaku meliputi tuna laras, Kelainan peserta didik

dapat juga berwujud sebagai kelainan ganda. (PPRI Nomor 72 Tahun
1991 Tentang Pendidikan Luar Biasa).

Titik berat pembangunan dalam bidang pendidikan diletakkan pada

peningkatan mutu di setiap jenis dan jenjang pendidikan termasuk di
dalamnya bagi peserta didik penyandang cacat.

Tujuan pendidikan dalam jangka panjang, yaitu mewujudkan kehidupan
masyarakat yang makin sejahtera lahir dan bathin secara adil dan merata,
makin mantapnya budaya bangsa yang tercermin dalam meningkatnya

peradaban, harkat dan martabat manusia Indonesia, dan memperkuat jati
diri serta kepribadian bangsa.

Pendidikan

luar

biasa

adalah

pendidikan

yang

khusus

diselenggarakan bagi peserta didik yang menyandang kelainan fisik
dan/atau mental, dengan tujuan:

"Membantu peserta didik yang menyandang kelainan fisik dan/atau
mental agar mampu mengembangkan sikap, pengetahuan dan
keterampilan sebagai pribadi maupun anggota masyarakat dalam
mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial,
budaya dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan
dalam dunia kerja atau mengikuti pendidikan lanjutan".
(PPRI Nomor 72/1991).

Penyelenggaraan pendidikan luar biasa oleh pemerintah

optimal baik

ditinjau dari penyelenggaraan,

belum

peningkatan, maupun

pembinaannya. Dalam upaya mengoptimalkan penyelenggaraan pendi

dikan pemerintah memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk
menyelenggarakan pendidikan di setiap jenis dan jenjang.
Hal tersebut sesuai dengan UUSPN Nomor 2 tahun 1989 pasal 47 yang

berbunyi: "Masyarakat sebagai mitra Pemerintah berkesempatan yang

seluas-luasnya untuk berperanserta dalam penyelenggaraan pendidikan
nasional".

Penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan di sekolah pada
dasarnya mencakup kegiatan-kegiatan: perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan atau pembinaan. (Engkoswara, 1987; Dachnel Kamars,

1985).

Ketiga kegiatan

Pendidikan,

yang

ini

merupakan fungsi

pokok Administrasi

satu sama lain tidak dapat dipisahkan

dalam

pengelolaan pendidikan di sekolah.

Administrasi pendidikan mencakup penataan sumber daya yang
mendukung

penyelenggaraan

dan

pengelolaan

pendidikan,

yaitu:

manusia (personil), sumber belajar (kurikulum), dan fasilitas.
Hadari Nawawi (1985: 12) menyatakan bahwa:

"Administrasi Pendidikan merupakan rangkaian kegiatan atau
keseluruhan proses pengendalian usaha kerjasama sejumlah
orang untuk mencapai tujuan pendidikan secara berencana dan
sistematis yang diselenggarakan di lingkungan tertentu, terutama
berupa lembaga pendidikan formal".
Sedangkan Suharsimi Arikunto (1989 ) menyatakan:
"Administrasi Pendidikan adalah suatu usaha bersama sekelompok
manusia untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan

efisien dengan menggunakan segala daya dan dana yang ada".
Berdasarkan pendapat di atas jelaslah bahwa Administrasi pen
didikan merupakan hal yang penting mencakup penataan sumber daya

dan merupakan rangkaian kegiatan, proses pengendalian serta

usaha

kerjasama orang-orang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Administrasi pendidikan merupakan satu dari lima komponen pendidikan
dalam Sistem Pendidikan Nasional

yang saling terkait satu sama lain.

Engkoswara (1999:25) menjelaskan konsep dan definisi administrasi
pendidikan ialah:

"llmu yang mempelajari bagaimana menata sumber daya untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara produktif dan
bagaimana menciptakan suasana yang baik bagi manusia yang
turut serta di dalam mencapai tujuan yang disepakati bersama itu".
Dari rumusan administrasi pendidikan di atas, terdapat kata yang
hams dijelaskan lebih lanjut, yaitu menata; sumberdaya; dan tujuan

pendidikan yang produktif. Lebih jauh Engkoswara menjelaskan bahwa
menata atau penataan berkaitan dengan fungsi administrasi pendidikan

yaitu: perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Sumber daya adalah
bidang garapan administrasi pendidikan yang meliputi sumber daya
manusia, sumber belajar, dan sumber fasilitas beserta dana. Sedangkan
tujuan pendidikan berkenaan dengan kesepakatan tentang keiuaran yang
hendak dicapai atau diharapkan, baik untuk perorangan maupun untuk
kelembagaan yang produktif. Secara skematik digambarkan:

Perorangan

Garapan
Fungsi

SDM

SB

SFD

Perencanaan
Pelaksanaan

Pengawasan

Kelembagaan

Gambar 1.1 Ruang Lingkup Administrasi Pendidikan
Sumber: Engkoswara, (1999: 26)

Skema di atas menjelaskan bahwa dalam menata atau mengelola
suatu lembaga pendidikan dilihat dari sudut administrasi pendidikan,

memiliki

tiga

organisasi

fungsi

utama

(perencanaan,

perilaku

manusia

pelaksanaan,

dan

dalam

menjalankan

pengawasan)

yang

mencakup ketiga bidang garapan utama, yaitu sumber daya manusia
(SDM), sumber belajar (SB) sebagai media pendidikan, serta sumber
fasilitas dan dana (SFD) sebagai faktor pendukung yang memungkinkan
pendidikan berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Sedangkan tujuan produktivitas pendidikan (TPP) mengandung arti bahwa
kriteria keberhasilan dari

penataan

pendidikan adalah

produktivitas

pendidikan (Engkoswara, 1999:26-27).
Supervisi (pengawasan) merupakan bagian dari fungsi administrasi
pendidikan,

yang

dibahas

dalam

konteks

ini adalah

pengawasan

pendidikan pada jalur sekolah yang dilakukan oleh pengawas sekolah
sebagai aparat fungsional.

Pelaksanaan supervisi ditekankan

pada

pengawasan proses pembelajaran yang lebih dikenal dengan istilah
supervisi pendidikan (instructional supervision).
Istilah ini disebut juga educational supervision merupakan istilah yang

mengacu pada misi utama organisasi pendidikan dalam sistem sekolah,
yaitu kegiatan pengawasan pendidikan yang ditujukan untuk memperbaiki

dan meningkatkan mutu pendidikan (Djam'an Satori, 1997).
Mutu pendidikan dalam sistem sekolah menekankan pada proses
dan

hasil

pembelajaran,

karena

sekolah

merupakan

tempat yang

disediakan khusus bagi layanan pembelajaran (a place for better learning)

artinya

mutu

proses

belajar

mengajar

merupakan

acuan

bagi

pengembangan sekolah yang bermutu.

Dalam Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 2/1989,
tercantum secara eksplisit mengenai pengawasan pendidikan pada Bab.
XVI Pasal 52 dan 53 dalam penjelasannya dinyatakan bahwa:
(a) Pemerintah berkewajiban membina perkembangan pendidikan
nasional dan oleh sebab itu, wajib mengetahui keadaan satuan
dan kegiatan pendidikan baik yang diselenggarakan oleh
pemerintah sendiri maupun oleh masyarakat. Pengawasan
lebih merupakan upaya untuk memberi bimbingan, binaan,
dorongan dan pengayoman bagi satuan pendidikan yang
bersangkutan yang diharapkan terus menerus dapat
meningkatkan mutu pendidikan maupun pelayanannya;
(b) Tindakan administratif berwujud pemberian peringatan sebagai
tindakan yang paling ringan dan perintah penutupan satuan
pendidikan yang bersangkutan sebagai tindakan yang paling
berat.

Pemyataan di atas sesuai dengan kebijakan Depdikbud, (1989)

yang

menyatakan bahwa:

"Pengawasan dan pembinaan merupakan salah satu fungsi
administrasi pendidikan, bertujuan untuk menjaga dan mendorong
agar pelaksanaan proses belajar mengajar (PBM) di sekolah dapat
berjalan lancar, berhasil guna dan tepat guna sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku".
Dengan demikian semakin jelas bahwa: pengawasan pendidikan
sebagai suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan
manajemen pendidikan, perlu diupayakan secara terus menerus untuk

ditingkatkan kualitas pelaksanaan nya agar manajemen pendidikan yang
mengutamakan efisiensi dan efektivitas pengelolaan pendidikan menjadi
daya dukung dalam pelaksanaan misi dan visi pendidikan nasional dalam
menghadapi era globalisasi, yaitu peningkatan produktivitas pendidikan.

Bukti yang mendukung pengawasan

menjadi bagian dari siklus

dan dinamika manajemen pendidikan nasional adalah terdapatnya bab
khusus mengenai pengawasan dalam Undang Undang Sistem Pendidikan
Nasional (UUSPN) Nomor 2 Tahun 1989 pasal 32, menyatakan bahwa:
"Pemerintah melakukan pengawasam atas penyelenggaraan
pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah ataupun oleh
masyarakat dalam rangka pembinaan perkembangan satuan
pendidikan yang bersangkutan".
Ruang lingkup pengawasan pendidikan meliputi segala kegiatan
yang

bertujuan

untuk

mengidentifikasi,

memantau,

menilai,

dan

melakukan diagnosis terhadap apa yang terjadi dalam proses pendidikan,
mulai dari lingkup sekolah (mikro) sampai lingkup nasional (makro),
(Supriadi, 1997).

Tujuan supervisi adalah menilai kemampuan guru sebagai pendidik
dibidangnya masing-masing, dalam rangka membantu mereka melakukan

perbaikan-perbaikan, serta peningkatan diri dan tugasnya bilamana
diperlukan dengan menunjukkan kekurangan dan kelemahan mereka agar
dapat diatasi dengan usaha sendiri.
Berbagai program pendidikan yang direncanakan maupun yang

sedang dilaksanakan atau yang sudah selesai dikerjakan memerlukan
supervisi

sebagai

upaya

untuk

mengukur

tingkat

keberhasilan

sasaran/tujuan yang telah dicapai. Setiap gerak langkah dan irama
kehidupan pendidikan perlu mendapat supervisi/pengawasan agar alur
dan arahnya tetap sesuai dengan rencana yang ditetapkan. Hal ini

merupakan salah satu usaha dalam mengantisipasi penyimpangan yang

mungkin terjadi sebagai akibat penurunan disiplin dan etos kerja.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis terdorong untuk mengadakan
penelitian

dengan

judul:

"Efektivitas

Pelaksanaan

Supervisi

Oleh

Pengawas Sekolah Dalam Pembinaan Kinerja Guru Sekolah Luar Biasa di
Jawa Barat".

B. Tujuan Penelitian
1. Secara Umum

Secara

umum

penelitian

ini bertujuan

efektivitas supervisi oleh pengawas sekolah

untuk

mendeskripsikan

dalam pembinaan kinerja

guru Sekolah Luar Biasa (SLB) di Jawa Barat.
2.

Secara Khusus

Secara khusus tujuan penelitian ini berupaya mengungkapkan,
mendeskripsikan, mencari makna dari efektivitas pelaksanaan supervisi
oleh pengawas sekolah dalam pembinaan kinerja guru Sekolah Luar

Biasa (SLB) di Jawa Barat. Oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah
mendeskripsikan hal-hal sebagai berikut:

(1) Karakteristik/ciri khusus supervisi pendidikan luar biasa yang berkaitan
dengan kebijakan pengembangan Pendidikan Luar Biasa di Jawa
Barat;

(2) Pembinaan Pengawas Sekolah terhadap pelaksanaan tugas pokok
guru sekolah luar biasa (SLB) di Jawa Barat;

(3) Teknik-teknik supervisi yang digunakan oleh Pengawas Sekolah
terhadap guru sekolah luar biasa (SLB) di Jawa Barat;

(4) Pengaruh/dampak supervisi Pengawas Sekolah terhadap kinerja guru
sekolah luar biasa (SLB) di Jawa Barat;

(5) Masalah/kendala yang dihadapi Pengawas Sekolah dalam melak
sanakan supervisi terhadap guru sekolah luar biasa (SLB) di Jawa
Barat;

(6) Upaya-upaya yang telah dilakukan Pengawas Sekolah dalam melak

sanakan supervisi terhadap guru sekolah luar biasa (SLB) di Jawa
Barat.

C. Manfaat dan Pentingnya Penelitian

Penelitian ini bersifat analisis deskriptif dengan sasaran efektivitas

pelaksanaan supervisi oleh pengawas sekolah terhadap pelaksanaan
tugas teknis dan administrasi pengajaran dalam upaya meningkatkan
kinerja guru sekolah luar biasa (SLB) di Jawa Barat. Secara konseptuai
tuntutan terhadap profesi pengawas sekolah semakin berat, oleh karena

itu dipandang perlu dilakukan penelitian dengan menekankan pentingnya
penelitian ditinjau dari aspek teoritis dan aspek operasional.

Aspek teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi
upaya

pengembangan

ilmu

administrasi

pendidikan,

khususnya

pengelolaan sumber daya pendidikan. Selain itu, hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberi manfaat bagi penelitian lebih lanjut, terutama

10

pengembangan

sumber daya

pendidikan

pada jenis

dan jenjang

pendidikan di sekolah luar biasa (SLB) khususnya di Jawa Barat.
Aspek operasional, dipandang dari aspek praktis operasional, penelitian
ini dapat memberikan informasi dan pemecahan masalah tentang
pengem-bangan efektivitas fungsi supervisi terhadap administrasi penga
jaran dalam upaya meningkatkan kinerja guru sekolah luar biasa (SLB) di
Jawa Barat.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
dalam pengembangan sumber daya pengawas sekolah di masa yang
akan datang. Alasan pentingnya penelitian ini, karena

belum ada

penelitian yang dilakukan sebelumnya berkenaan dengan pengembangan
sumber daya pendidikan/tenaga kependidikan dalam hal ini pengawas

sekolah dan guru sekolah luar biasa di Jawa Barat.
Penelitian ini diharapkan dapat mendeteksi kondisi lapangan yang

sebenarnya, sehingga mengungkapkan berbagai masalah secara obyektif
dan sesuai dengan fokus

penelitian, serta diharapkan pula dapat

melahirkan masalah-masalah baru sebagai kelanjutan penelitian ini.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di muka, masalah

penelitian

ini dirumuskan

sebagai

berikut:

"Sejauhmana efektivitas

pelaksanaan supervisi oleh pengawas sekolah dalam pembinaan kinerja

guru sekolah luar biasa di Jawa Barat sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya".
11

Sehubungan dengan rumusan masalah di atas, perlu dikemukakan

definisi operasional istilah efektivitas dan supervisi pengawas sekolah,

serta pembinaan kinerja guru yang tercantum pada rumusan masalah
tersebut.

Efektivitas dapat dilihat dari aspek proses dan hasil, yaitu pencapaian

hasil secara optimum dari suatu kegiatan, dan dapat pula dari aspek

proses, yaitu ketepatan atau kesesuaian prosedur dan langkah-langkah
atau kegiatan untuk mencapai tujuan. Supervisi pengawas adalah
pembinaan dan bimbingan dari pengawas sekolah terhadap guru-guru
untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan mengelola proses

belajar mengajar dalam upaya memperbaiki hasil belajar siswa sekolah
luar biasa. Sedangkan pembinaan kinerja guru, adalah pembinaan dan

bimbingan yang dilakukan pengawas atas hasil kerja dan kemampuan
yang telah dicapai seorang guru dalam bidang tugasnya.

Dalam penelitian

ini efektivitas

pelaksanaan supervisi oleh

pengawas sekolah akan dikaji dari aspek proses, dengan demikian
efektivitas supervisi pengawas sekolah yang dimaksud adalah kesesuaian
atau ketepatan langkah-langkah atau kegiatan-kegiatan pembinaan dan

bimbingan yang

dilakukan

oleh pengawas sekolah dalam

upaya

meningkatkan kinerja guru sekolah luar biasa dalam kegiatan proses
belajar mengajar.

Sehubungan dengan masalah yang dikemukakan di atas, maka

dalam penelitian ini, aspek-aspek yang akan diteliti mencakup hal- hal
berikut ini:
12

1. Karakteristik/ciri khusus

supervisi pendidikan berkaitan

dengan

kebijakan pengembangan pendidikan luar biasa,

2. Pembinaan Pengawas sekolah terhadap sistem informasi pekerjaan
guru sekolah luar biasa di Jawa Barat,

3. Teknik-teknik supervisi yang digunakan pengawas sekolah dalam
pembinaan guru sekolah luar biasa di Jawa Barat,

4.

Dampak/pengaruh

dari

supervisi

pengawas

sekolah

terhadap

pembinaan guru sekolah luar biasa di Jawa Barat,
5.

Masalah-masalah

yang

dihadapi

pengawas

sekolah

dalam

pelaksanaan supervisi/pembinaan terhadap guru sekolah luar biasa di
Jawa Barat,

6. Upaya-upaya yang telah dilakukan pengawas sekolah saat ini dalam
rangka pembinaan guru sekolah luar biasa

di Jawa Barat.

E. Pertanyaan Penelitian

Perumusan di atas penulis jabarkan ke dalam

pertanyaan-

pertanyaan penelitian berikut ini.

1. Adakah karakteristik khusus (kekhasan) supervisi pendidikan berkaitan
dengan kebijakan pengembangan PLB di Jawa Barat?

2. Bagaimana pembinaan Pengawas Sekolah terhadap pelaksanaan
tugas pokok guru SLB di Jawa Barat?

3. Adakah dampak/pengaruh dari supervisi Pengawas Sekolah terhadap
kinerja guru SLB di Jawa Barat?

4. Bagaimanakah pelaksanaan tugas pokok Pengawas Sekolah PLB di
Jawa Barat?

5.

Masalah-masalah/kendala apa yang dihadapi Pengawas Sekolah
dalam

pelaksanaan pembinaan terhadap guru SLB di Jawa Barat?

6. Bagaimana upaya-upaya yang telah dilakukan Pengawas Sekolah
dalam rangka pembinaan terhadap guru SLB di Jawa Barat?

F. Paradigma Penelitian

Yang dimaksud dengan paradigma

adalah suatu perangkat

kepercayaan nilai-nilai, suatu pandangan tentang dunia sekitar. Menurut

Moh. Surya, dalam pergeseran paradigma pendidikan menyongsong abad
ke 21 (Mimbar Pendidikan No. 4, tahun XVI, 1997), University Press IKIP
Bandung

"Paradigma"

diartikan

sebagai

suatu

kesatuan

persepsi,

gagasan, konsep-konsep dan nilai-nilai yang menentukan pola berfikir dan
berperilaku manusia dalam waktu dan tempat tertentu.

Sejalan dengan pendapat Ziauddin Sardar (1986:339),
bahwa

paradigma

digunakan

untuk

menunjukkan

menyatakan

konsepsi

dasar

seseorang mengenai satu aspek realitas tertentu.

Paradigma diperlukan dalam
Schlegel, (1986:6)

dalam

suatu

suatu

penelitian,

"grounded

menurut Stuart,
research"

A.

diperlukan

paradigma, karena semua analisis hams berdasarkan berbagai ide yang
ditetapkan sebelumnya.

Berdasarkan

kutipan-kutipan

di

atas,

penulis

menetapkan

paradigma penelitian tentang "Efektivitas Pelaksanaan Supervisi Oleh

Pengawas Dalam Pembinaan Kinerja Guru SLB di Jawa Barat" seperti
tertera pada gambar berikut:

UUSPN No.2/1989

SK. MENPAN No.118/1996

- Pengetahuan
- Keterampilan
interpersonal
- Keterampilan
teknis

Tugas pokok
dan fungsi

Teknis /

pengawas

Pendekatan

sekolah

F
e

e

d
b
a
c

k

Analisis Posisi

Lingkungan Internal dan Ekstemai
- Kekuatan

- Kelemahan

- Peluang

- Ancaman

Gambar 1.2

Paradigma Penelitian

is

BAB III

PROSEDUR DAN PROSES PENELITIAN

A. Pendekatan, Metode, dan Teknik Penelitian
1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan naturalistik kualitatif,

menurut Lexy L. Moleong, (1996) dapat disimpulkan bahwa penelitian
kualitatif berakar pada latar alamiah sebagai keutuhan, mengandalkan
manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode kualitatif, dan
mengadakan analisis data secara induktif, mengarahkan sasaran

penelitiannya pada usaha menemukan teori dari dasar, bersifat deskriftif,
lebih mementingkan proses daripada hasil, membatasi studi dengan
fokus, memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data,

rancangan penelitiannya bersifat sementara, dan hasil penelitiannya

disepakati oleh kedua belah pihak : peneliti dan subyek penelitian. S.
Nasution, (1988), mengemukakan bahwa:

"Penelitian kualitatif pada hakekatnya ialah mengamati orang

dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha
memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya".

Dari ungkapan di atas menunjukkan bahwa dalam penelitian

kualitatif, peneliti akan berfungsi sebagai instmmen penelitian yang harus
tumn ke lapangan dalam kumn waktu tertentu untuk mengumpulkan data
dan informasi yang relevan dengan masalah dan tujuan penelitian.

Selanjutnya beliau mengemukakan bahwa : Penelitian kualitatif sering
disebut metode naturalistik, metode penelitian semacam ini mempunyai

karakteristik: (a) data langsung diambil dari setting alami; (b) penentuan

sampel dilakukan secara purposive; (c) peneliti sebagai instrumen pokok;
58

(d) lebih menekankan proses daripada hasil, sehingga bersifat deskriptif
analitik; (e) analisis data secara induktif; dan (f) mengutamakan makna
dibalikdata. (1982:9).

Karakteristik yang pertama, mengandung arti bahwa seorang peneliti
mencari informasi atau menggali data langsung dari sumber data yang

representatif tanpa memberikan suatu treatment seperti yang biasa
dilakukan dalam penelitian eksperimen, hal ini dilakukan dengan tujuan

agar memperoleh suatu gambaran tentang fenomena efektivitas

pelaksanaan supervisi oleh pengawas sekolah dalam pembinaan kinerja
guru SLB di Jawa Barat.

Karakteristik yang kedua, mengandung arti bahwa dalam

menentukan sampel harus disesuaikan dengan tujuan penelitian, oleh
karena itu banyaknya

sampel tergantung pada pertimbangan

kelengkapan informasi yang dibutuhkan. Penjelasan Nasution (1988:32-

33) tentang hal itu, bahwa untuk memperoleh informasi, sampling dapat
diteruskan sampai dicapai taraf redudancy, ketuntasan atau kejenuhan, ini
berarti bahwa dengan menggunakan responden selanjutnya tidak akan

diperoleh lagi tambahan informasi bam yang bermakna. Artinya bahwa

sampel telah dianggap memadai bila telah ditemukan pola tertentu dari
data yang dikumpulkan.

Karakteristik ketiga, yaitu menempatkan peneliti sebagai instmmen

pertama. Rasional dari karakteristik ini adalah karena peneliti mempunyai
adaptabilitas yang tinggi. Dengan begitu senantiasa dapat terus menerus

menyesuaikan diri terhadap situasi yang bembah-ubah, serta bisa
59

memperhalus pertanyaan-pertanyaan untuk memperoleh data secara rinci
dan mendalam sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, menurut
(Nasution, 1988:54-55).

Karakteristik keempat, mengandung makna terhadap penekanan

proses daripada produk, sehingga bersifat deskriptif analitik, berimplikasi
bahwa data yang dikumpulkan dalam penelitian ini lebih cenderung dalam
bentuk kata-kata daripada angka-angka, dan hasil analisis berupa uraian,
menurut, (Miles dan Huberman, 1984:15).

Laporan kualitatif kaya dengan deskripsi dan penjelasan tentang

aspek-aspek masalah yang menjadi fokus penelitian, walaupun demikian
bukan berarti bahwa dalam penelitian kualitatif bebas dari laporan yang
berbentuk angka-angka.

Ciri dari dua karakteristik terakhir ialah, bahwa sampel penelitian

kualitatif tidak didasarkan atas pertimbangan statistik,

melainkan

didasarkan ketuntasan informasi yang diperlukan. Oleh karena itu analisis

tidak bertujuan untuk memperoleh generalisasi, akan tetapi data dianalisis
secara induktif untuk dicari polanya, selanjutnya dicari makna dari pola

tersebut. Dengan begitu hasil penelitian bersifat idiografik, lebih
mementingkan makna dalam konteks ruang dan waktu.

Untuk mencapai tujuan di atas peneliti akan mengkonsentrasikan

perhatian dalam memahami perilaku, sikap, pendapat, persepsi dan
sebagainya berdasarkan pandangan subyek yang diteliti. Oleh karena itu
pengumpulan data dan informasi dilakukan melalui kontak langsung
dengan subyek yang diteliti.
60

2.

Metode dan Teknik Penelitian.

Penelitian ini berusaha untuk mendeskripsikan dan menganalisis

efektivitas pelaksanaan supervisi oleh pengawas sekolah dalam pem

binaan kinerja guru SLB di Jawa Barat, bertujuan untuk memperoleh

pemahaman dan pengertian tentang suatu peristiwa, atau perilaku
manusia yang sedang melaksanakan suatu kegiatan. Untuk itu diperlukan
adanya suatu pengungkapan informasi empiris melalui pengumpulan data
lapangan yang diperoleh dari sumber-sumber yang terkait dan relevan.

Sehubungan dengan hal itu, penelitian ini menggunakan metode deskriptif
analitik.

3. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik

pengumpulan data

yang digunakan dalam

penelitian ini, adalah studi dokumentasi, observasi, wawancara, dan
angket.

Studi dokumentasi, dilakukan secara mendalam dan kritis terhadap

semua dokumen yang relevan dengan kegiatan supervisi pengawas
sekolah. Studi dokumentasi ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi

tentang pedoman dan aturan yang dijadikan dasar kegiatan supervisi
pengawas sekolah.

Observasi, teknik observasi dilakukan peneliti untuk memperoleh

sejumlah informasi dalam kaitannya dengan konteks masalah yang
berhubungan dengan pelaksanaan supervisi pengawas dalam rangka
pembinaan kinerja guru sekolah luar biasa (SLB).

61

Wawancara, dilakukan secara mendalam dan sistematik kepada

pengawas sekolah dan guru-guru SLB untuk mengungkapkan informasi
berbagai aspek kegiatan supervisi pengajaran. Sedangkan angket,
dilaksanakan untuk memperoleh informasi mengenai gambaran proses

supervisi pengajaran yang dilakukan oleh pengawas sekolah. Angket
diberikan kepada guru-guru SLB untuk mengungkapkan persepsi mereka
tentang kegiatan supervisi pengajaran yang dilakukan oleh pengawas
sekolah. Angket ini dikonstruksi berdasarkan konsep pendekatan

supervisi yang dikembangkan oleh Carl D. Glickman, (1981 dan 1990)
dalam bentuk pertanyaan pilihan paksa (force choice).

B. Lokasi dan Subyek Penelitian
1.

Lokasi Penelitian

Fokus penelitian ini adalah deskripsi kegiatan supervisi pengajaran

yang dilakukan oleh pengawas sekolah terhadap guru SLB dalam
kegiatan proses belajar mengajar di kelas.

Lokasi penelitiannya dilaksanakan di Bidang Dikdas Kantor Wilayah
Depdiknas, Propinsi Jawa Barat, Jalan dr. Gunawan Nomor 2 Bandung.
Sedangkan pengumpulan data dari guru dilaksanakan di sekolah.

2. Subyek Penelitian

Adapun yang dijadikan subyek penelitian adalah beberapa orang

pengawas sekolah PLB, guru dan kepala sekolah luar biasa.

62

Dalam penelitian kualitatif jumlah responden tidak ditentukan sebelumnya,
tetapi yang pokok dimulai dengan asumsi bahwa konteks lebih penting

daripada jumlah. Subino Hadisubroto, (1988:12) mengemukakan bahwa:
"peneliti kualitatif tidak akan memulai dengan menghitung atau
memperkirakan banyaknya populasi dan kemudian menghidung
proporsi sampelnya sehingga dipandang sebagai yang telah
representatif.

Sedangkan S. Nasution, (1988:32-33) menjelaskan bahwa:
"Untuk memperoleh informasi tertentu, sampling dapat diteruskan
sampai dicapai taraf redudancy, ketuntasan atau kejenuhan,
artinya bahwa dengan menggunakan responden selanjutnya boleh
dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi yang berarti".
Kedua kutipan di atas menunjukkan bahwa besar sampel tergantung
informasi yang diberikan responden, apabila sudah dianggap cukup
memadai, respondennya tidak perlu lagi diperbesar.
Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, maka dalam penelitian
ini para pengawas sekolah, guru dan kepala sekolah yang dipilih sebagai
subyek penelitian, yaitu

mereka yang dianggap dapat memberikan

informasi sesuai dengan yang diperlukan dalam penelitian ini.

C. Pelaksanaan Pengumpulan Data

Dengan tidak adanya satu pola yang pasti dalam prosedur
pengumpulan data pada penelitian kualitatif, maka efektivitasnya akan

ditentukan oleh peranan peneliti sebagai "human instrument". Berkaitan
dengan hal tersebut Nasution (1996) menyatakan sebagai berikut:
"Masing-masing peneliti dapat memberi sejumiah petunjuk dan
saran berdasarkan pengalaman masing-masing, namun rasanya
penelitian kualitatif hanya dapat dikuasai dengan melakukan sendiri
63

sambil mempelajari cara-cara yang diikuti oleh para peneliti yang
mendahuluinya. Dan akhirnya ia harus menemukan caranya sendiri
dalam masalah-masalah khusus yang dihadapmya".

Memperhatikan pernyataan tersebut di atas, maka pengumpulan data
dalam penelitian ini mengikuti prosedur yang dikemukakan oleh Lincoln
dan Guba (1985) yang terdiri dari tiga tahap yaitu: Tahap orientasi dan
overview, tahap eksplorasi (focused exploration); dan tahap member
check.

1. Tahap Orientasi dan Overview,

Pada tahap ini peneliti telah memiliki gambaran umum tentang

masalah yang akan diteliti sambil memikirkan fokus penelitian. Pada tahap

ini peneliti melakukan kegiatan yang dimaksudkan untuk memperoleh
informasi yang diperlukan dalam menetapkan fokus penelitian. Kegiatan
tersebut dilakukan dengan cara mempelajari dokumen-dokumen termasuk

kajian teoritis, melakukan wawancara dan obsevasi yang masih bersifat
umum serta melakukan pengkajian informasi yang diperoleh untuk
menemukan hal-hal yang menarik dan berguna untuk diteliti selanjutnya

secara mendalam melalui penetapan fokus penelitian. Kegiatan ini
dilakukan peneliti dalam kumn waktu dari bulan April sampai dengan
bulan Oktober 2000.

Selanjutnya dalam rangka mengumpulkan informasi yang relevan dan
dalam upaya memahami fokus penelitian, peneliti mengembangkan

paradigma penelitian yang akan menjadi pedoman dalam kegiatan tahap
dua yaitu, eksplorasi fokus penelitian.
2. Tahap Focused Exploration,
64

Pada tahap ini penelitian dimulai dengan mengumpulkan data

sesuai dengan fokus dan tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Fokus
penelitian yang dikembangkan dalam paradigma penelitian menuntun

peneliti untuk melakukan pengumpulan data yang lebih terarah dan
spesifik (Djam'an Satori, 1989). Wawancara dilakukan secara lebih
terstruktur untuk memperoleh informasi mendalam mengenai aspek-aspek

dalam fokus penelitian. Sedangkan observasi ditujukan kepada hal-hal

yang dianggap ada hubungannya dengan fokus penelitian. Sementara itu
dokumen yang dipelajari adalah yang memiliki makna terhadap fokus
penelitian.

Peneliti juga memerlukan informan yang berkemampuan dan memiliki
pengetahuan yang memadai mengenai aspek-spek tertentu dari fokus

penelitian, untuk memperoleh data dan informasi yang lebih mendalam.
Oleh karena itu, dasar tersebut menjadi salah satu alasan mengenai

penggunaan sampel purposif dalam penelitian ini. Kegiatan tahap dua ini
dilakukan peneliti dalam kumn waktu kurang lebih tiga bulan.
3. Tahap Member Check,

Tahap ini dimaksudkan untuk mengecek kebenaran dari data atau

informasi yang dikumpulkan dan diperoleh peneliti. Tahap ini merupakan
tahap untuk memperoleh kredibilitas hasil penelitian seperti yang
diungkapkan oleh S. Nasution (1988) bahwa:

"Data itu harus diakui dan diterima kebenarannya oleh sumber
informasi dan selain itu juga harus dibenarkan oleh sumber atau
informan lainnya. Maka ukuran kebenaran dalam penelitian
naturalistik adalah kredibilitas".

65

D. Cara Memperoleh Tingkat Kepercayaan

Tingkat kepercayaan hasil penelitian kualitatif berhubungan erat
dengan pemenuhan kriteria kredibilitas (validitas internal), transferabilitas
(validitas ekstemai), dependabilitas (reliabilitas), dan konfirmabilitas
(objectivitas), (S. Nasution, 1988:114).
1.

Kriteria kredibilitas

Kredibilitas mempersoalkan seberapa jauh kebenaran hasil

penelitian dapat dipercaya. Untuk memenuhi kriteria ini dilakukan hal-hal
sebagai berikut:

a. Mengadakan pengamatan secara kontinyu

Dengan pengamatan yang kontinu atau terus menerus, peneliti

dapat memperhatikan sesuatu secara lebih cermat, terinci dan mendalam

(S. Nasution, 1988:115). Dalam penelitian ini penulis melakukan
pengamatan secara kontinu dalam kumn waktu kurang lebih 4 bulan,
sehingga penulis dapat memberikan deskripsi secara terinci terhadap
aspek-aspek yang diamati.
b. Mengadakan triangulasi

Tujuan triangulasi ialah mencocokkan kebenaran data dengan cara

membandingkannya dengan data yang diperoleh dari sumber lain,

(S. Nasution, 1988:115). Daiam penelitian ini, penulis melakukan tri
angulasi dengan cara: (1) membandingkan informasi (data) yang sama

yang diperoleh melalui teknik observasi dan teknik wawancara, (2)
membandingkan informasi (data) yang sama yang diperoleh (bersumber)
66

dari pengawas sekolahdan guru, (3) membandingkan informasi (data)
yang sama yang bersumber dari kepala sekolah/guru.
c. Mengadakan member check

Tujuan member check ialah agar informasi yang diperoleh dalam

penelitian sesuai dengan apa yang dimaksudkan oleh informan (S.
Nasution: 118). Kegiatan member check ini dilakukan oleh peneliti untuk
memperoleh

keyakinan

terhadap

kebenaran

informasi

(data)

yang

bersumber dari responden.
Dalam penelitian ini penulis mengadakan member check terhadap

informasi (data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pengawas
sekolah, kepala sekolah/guru.
Kriteria transferabilitas; nilai transfer dalam penelitian berkenaan dengan
pertanyaan:

"Sejauh manakah hasil penelitian tersebut dapat diaplikasikan atau
digunakan dalam situasi lain. "Bagi peneliti naturalistik,
transferability tergantung pada sipemakai, yakni hingga manakah
hasil penelitian itu dapat mereka gunakan dalam konteks dan
situasi tertentu". S. Nasution, (1988:119).
Berdasarkan kutipan tersebut, dapat dikatakan bahwa pengaplikasian

hasil

penelitian ini tergantung kepada

pengawas sekolah sebagai

pelaksana supervisi pengajaran di sekolah. Dalam ha! ini penulis hanya
melihat transferabilitas sebagai suatu kemungkinan, transfer aplikasinya

tergantung kepada yang berkompeten dalam pelaksanaan supervisi
pengajaran.

67

Dependabilitas dan konfirmabilitas, berkaitan dengan masalah kebenaran

penelitian naturalistik yang ditunjukkan dengan dilakukannya proses audit
trail, (Lincoln dan Guba, 1985:319).

Trail, artinya jejak yang dapat diikuti atau dilacak, sedangkan audit
artinya pemeriksaan terhadap ketelitian yang melahirkan keyakinan. Agar

dapat dilakukan proses audit trail dalam penelitian ini, maka penulis
berusaha menyusun dan menyimpan:

(1)data mentah yang diperoleh sebagai hasil observasi, wawancara,

angket dan studi dokumenter, (2) hasil analisis data berupa rangkuman,
konsep-konsep, dan sebagainya, (3) hasil sintesis data, seperti: tafsiran,
konsep-konsep dan sebagainya, dan (4) catatan mengenai proses yang

digunakan, yaitu tentang metodologi, desain, strategi, prosedur dan
sebagainya.

Sedangkan konfirmabilitas dilakukan dengan cara sebagai berikut:

(a) mencatat selengkap mungkin hasil wawancara, observasi, studi
dokumenter maupun hasil angket, sebagai data mentah untuk

kepentingan analisa selanjutnya, (b) menyusun hasil analisa dengan
cara menyeleksi data mentah di atas, kemudian dirangkum dan disusun
kembali dalam bentuk dekripsi yang lebih sistematis, (c) membuat

penafsiran atau kesimpulan sebagai sintesa data, (d) menyusun laporan
yang menggambarkan seluruh proses penelitian, sejak pra survey,

penyusunan desain penelitian sampai pengolahan dan penafsiran data
sebagaimana mestinya.

68

E. Cara Analisis Data

Analisis data dalam penelitian naturalistik kualitatif, menurut

Moleong (1989:112) yang mengutip pendapat Patton, adalah "proses

mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola,
katagori, dan situasi uraian dasar".

Masalah yang dihadapi oleh peneliti kualitatif dalam menganalisis data
ialah belum adanya prosedur yang baku yang dapat dijadikan pedoman

dalam menganalisis data. Oleh karena itu peneliti diharuskan mencari
sendiri metode atau cara yang dianggap sesuai dengan sifat penelitian
yang dilakukannya.

Analisis data dalam penelitian kualitatif merupakan proses menyusun data
agar dapat ditafsirkan dan dapat diketahui maknanya.

Dalam penelitian ini, analilis data penulis lakukan sebagai berikut:

(1) Setiap informasi atau data yang diperoleh, baik melalui observasi,
wawancara, studi dokumenter, dan angket, langsung dianalisis;

(2) Penganalisisan yang dilakukan setiap seiesai pengumpulan data,
diikuti dengan interpretasi dan elaborasi untuk menemukan makna
yang terkandung di dalamnya;

(3) Membuat katagorisasi dan unitisasi data dengan mengkodingkan data,
sehingga data mentah yang terkumpul dapat ditransformasikan

dengan sistematis menjadi unit-unit yang dapat dicandrakan menurut
karakteristiknya.

Di sini dibuat batas-batas setiap unit untuk keperluan analisis

berikutnya. Proses unitisasi ini dilakukan bukan saja setelah data
69

terkumpul

semua,

akan

tetapi

dilakukan

pula

selama

proses

pengumpulan data;

(4) Mengadakan triangulasi, yaitu membandingkan informasi (data) yang
sama yang diperoleh melalui berbagai teknik pengumpulan data
(observasi, wawancara, studi dokumenter, dan angket), di samping
membandingkan informasi (data) yang sama yang diperoleh dari
berbagai sumber (responden);

(5) Mengadakan member check, dengan pengawas sekolah, kepala
sekolah/guru sebagai sumber utama informasi (data) dalam penelitian
ini. Kegiatan member check ini penulis lakukan setiap seiesai
mengadakan

Sedangkan

observasi,

member

dan

check

wawancara

terakhir

dengan

dilakukan

responden.

setelah

seiesai

pengumpulan data secara keseluruhan;

(6) Mengadakan diskusi dengan teman-teman sejawat dalam usaha
menguji validitas data yang terkumpul;

(7) Memberikan

tafsiran

sebagai

usaha

menemukan

makna

yang

terkandung dan diperoleh dalam penelitian ini.
Dalam penelitian ini analisis data dilakukan secara terus menerus

sejak saat kegiatan pengumpulan data di lapangan sampai seiesai
pengumpulan data secara keseluruhan.

70

%

«**OIWHvr

^PASC^

•2

BAB V

KESIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Kesimpulan berikut ini didasarkan atas hasil penelitian, dan
pembahasan, serta kajian kepustakaan yang relevan dan temuan selama
penelitian berlangsung.

Berdasarkan hasil temuan penelitian temngkap bahwa pelaksanaan
supervisi pengawas sekolah dalam pembinaan kinerja guru sekolah luar

biasa telah berjalan dan dilaksanakan sesuai dengan kebijakan yang ada,
meskipun dampak dari pembinaan tersebut masih belum memperlihatkan
hasil yang diharapkan, apabila dilihat dari fungsi dan tujuan supervisi itu
sendiri.

Berdasarkan hasil temuan empiris di lapangan berkenaan

dengan

pelaksanaan supervisi oleh pengawas sekolah terhadap

pembinaaan kinerja guru SLB di Jawa Barat, sedikitnya ditemukan lima
hal, yaitu:

Pertama, karakteristik khusus supervisi pendidikan berkaitan

dengan kebijakan pengembangan PLB di Jawa Barat, karakteristiknya
dapat dikelompokkan menjadi empat bagian, yaitu:

kelainan fisik, ke

lainan men-tal, kelainan perilaku dan kelainan ganda.

Masing-masing kelainan tersebut mempunyai ciri khusus yang ditampilkan
dalam pemberian mata pelajaran kekhususan disesuaikan dengan
kebutuhan masing-masing peserta didik.
117

Pelaksanaan supervisi PLB mempunyai karakteristik tertentu, di mana
secara operasional dalam pelayanan pendidikan dan bimbingannya tidak

dapat terlepas dari peran para akhli termasuk tenaga rehabilitasi, seperti
dokter umum, dokter spesialis, akhli psikologi, akhli therapy fisik, therapy
bicara, perawat dan pekerja sosial.

Mengenai kebijakan pengembangan PLB di Jawa Barat sudah

dapat direalisasikan dengan munculnya sekolah terpadu/integrasi
khususnya bagi siswa tunanetra yang telah dirintis sejak tahun 1986
sesuai dengan Kep. Mendikbud Nomor 002/U/198