PERANAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DALAM PROGRAM PEMBANGUNAN DESA TERTINGGAL DI KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KUNINGAN: Suatu Analisis Pengentasan Kemiskinan Dengan Memanfaatkan Dana Inpres Desa Tertinggal Di Desa Mungkal Datar Kecamatan Ciniru.
PERANAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DALAM PROGRAM
PEMBANGUNAN DESA TERTINGGAL
Dl KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KUNINGAN
(Suatu Analisis Pengentasan Kemiskinan Dengan
Memanfaatkan Dana Inpres Desa Tertinggal Di Desa Mungkal
Datar Kecamatan Ciniru)
TESIS
Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis untuk me menu hi
sebagian dari syarat Program Pasca Sarjana Bidang
Studi Pendidikan LuarSekolah
Oleh
:
H. TONY KURNIAWAN
Nrp. 535/C/XVII-9
PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
1 994
DISETUJUI
Prof.
DAN
DR.
DISAHKAN
OLEH
ACHMAD SANUSI,
PEMBIMBING
SH.
MPA.
PEMBIMBING
Prof.
DR.
SUTARYAT TRISNAMANSYAH,
MA.
PEMBIMBING
7ER0GBAM PA3CA SARJANA
INSTITUT
KEGURUAN
DAN
ILMU
BANDUNG
19
9
4
PENDIDIKAN
A
Penelitian
Luar
Sekolah
B
S
T
R
A
K
ini mengetengahkan
Dalam
Program
topik
Pembangunan
"Peranan
Inpres
Pendidikan
Desa
Tertinggal
(IDT) di Kabupaten Daerah Tingkat II Kuningan".
Fokus penelitian mengacu kepada permasalahan pokok yaitu
bagaimana
realisasi
pelaksanaan
Tertinggal dalam pengentasan
Inpres
Desa
Tertinggal
program
Pembangunan
:
Desa
kemiskinan dengan memanfaatkan dana
(IDT),
bagaimana
PLS
dilaksanakan
oleh
Dinas terkait dan bagaimana dampak PLS dalam IDT di Desa Mungkal
Datar Kecamatan Ciniru Kabupaten DT II Kuningan.
Penelitian
dilakukan
ini menggunakan metode kualitatif,
dengan
teknik
studi kepustakaan.
wawancara,
Pengolahan data
pengumpulan data
observasi,
dan
dokumentasi
analisis data
dan
dilakukan
selama maupun setelah semua data terkumpul, sedangkan subyek yang
diteliti adalah anggota kelompok sasaran IDT yang berjumlah enam
orang dan pendamping berjumlah satu orang.
Studi ini menemukan bahwa kondisi dan situasi masyarakat
miskin yang
tarap
merupakan
hidupnya,
walaupun
mengalami kemajuan
Kabupaten DT II
kelompok
yang
sasaran
diakui
IDT
mampu
perkembangannya
berarti,
Kuningan khususnya
karena
di Desa
meningkatkan
terlihat
pelaksanaan
Mungkal
belum
IDT
Datar
di
baru
direncanakan dimulai 1 April 1994.
Penelitian
temuan,
yaitu
ini
juga
: sebagian
berhasil
besar
mengungkapkan
program
beberapa
Pembangunan
desa
tertinggal dalam pengentasan kemiskinan dengan memanfaatkan dana
iii
IDT,
baik di
Kuningan
Desa Mungkal
belum
Datar maupun di
dilaksanakan
dan
Kabupaten
dimanfaatkan
oleh
DT,.II
anggota
kelompok sasaran bagi peningkatan kesejahteraannya.
Hal ini berarti pembinaan PLS melalui keterampilan anggota
kelompok
karena
sasaran
IDT
yang
program IDT di
dilaksanakan
Kabupaten DT
II
belum
nampak
oftimal,
belum
berjalan
Kuningan
satu tahun. Pendamping masing perlu ditingkatkan wawasannya dalam
melaksanakan
pembinaan
keterampilan
pengawasan
pengendalian
Kecamatan
Ciniru
program
Kabupaten
pada
IDT
DT
di
II
pelaksanaan
Desa
Mungkal
Kuningan
masih
dan
Datar
perlu
ditingkatkan.
Keadaan ini merupakan implikasi dari pengelolaan program
pembelajaran
yang
belum
dilaksanakan
menyeluruh dan berkesinambungan,
dilaksanakan
Departemen
berdasarkan
Pendidikan
terarah,
terpadu,
padahal proses pembelajaran
program
dan
secara
yang
Kebudayaan
disusun
oleh
Kanwil
Propinsi
Jawa
Barat,
Penterintah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa
Barat,
Direktorat
Pembangunan Desa Propinsi Jawa Barat serta Dinas/Instansi terkait
lainnya.
Dilihat
dari
hasil
berdasarkan konsep PLS,
terjadinya
perubahan
dan
dampak
program ini
sikap
pembinaan
dan
pengawasan
cukup menggembirakan,
ditandai
dan keterampilan yang sudah dimiliki,
dengan
tampilnya
yaitu
kemampuan
dimana adanya peningkatan
taraf hidup dengan meningkatnya pendapatan para anggota kelompok
sasaran IDT, berkisar antara 40 % sampai dengan 55 %.
IV
DAFTAR
ISI
Halaman
A
B
KATA
S
T
R
A
K
iii
PENGANTAR
v
DAFTAR ISI
DAFTAR
viii
TABEL
X
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
BAB
BAB
I
II
xii
PENDAHULUAN
1
A. Latar belakang masalah
1
B. Masalah dan perumusan
8
C. Tujuan penelitian
9
D. Kegunaan penelitian
9
E. Lokasi dan lamanya penelitian
13
KERANGKA
PEMIKIRAN
14
A.
Pendidikan
Teori
Luar
Sekolah
14
B. Pendidikan Luar Sekolah dalam Kelompok
Sasaran Inpres Desa Tertinggal di Kabu
Paten Daerah Tingkat II Kuningan
23
C. Propil kemiskinan di Kabupaten Daerah
Tingkat II Kuningan
D.
Peranan
Pendidikan
31
Luar
Sekolah dalam
Pengentasan Kemiskinan
35
E. Kebijaksanaan Pemerintah Daerah Ting kat II Kuningan dalam Pengentasan Ke miskinan
39
viii
F.
BAB
III
IV
43
PROSEDURE PENELITIAN
45
A.' Metode Penelitian
45
B. Teknik Pengumpulan Data
46
C. Subyek yang Diteliti
47
D.
BAB
Evaluasi dalam pengentasan Kemiskinan.
Analisis dan
Penafsiran Data
49
E. Langkah-langkah Penelitian
51
DESKRIPSI
54
DAN
ANALISIS
DATA
i
A. Tinjauan Umum Daerah Penelitian, dan
Kondisi Desa Tertinggal
54
1. Kondisi Geografis
54
2.
Kondisi Demografis
3 .
Kondisi
Sosial
•1
Ekonomi
56
58
B. Doskripsi dan analisa Data Hasil Pene
litian
BAB
V
62
KESIMPULAN
DAN
SARAN
93
A. Kesimpulan
93
B.
98
S
a
r
a
n
DAFTAR PUSTAKA
.10.1
LAMPIRAN - LAMPIRAN
;1:Q5
IX
DAFTAR
TABEL
Halaman
Tabel 1. Pembagian luas tanah berdasarkan penggunaannya
54
Tabel 2. Jumlah dan Komposisi mata pencaharian
penduduk
Tabel
3.
59
Responden
Desa
pelaksanaan
tertinggal
Kemiskinan
Mungkal
Dalam
dengan
Datar
Dana
Pembangunan
Pengentasan
IDT
Kecamatan
Kabupaten DT II Kuningan
di
Desa
Ciniru
85
DAFTAR
GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Penanggulangan Kemiskinan dengan
Program IDT
22
Gambar 2. Hubungan Fungsional Antara Komponen-komponen PLS
28
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Kriteria dan batasan orang misrkin
105
Lampiran 2. Bagan istri sebagai penunjang naf
kah tambahan keluarga
106
Lampiran 3. Peta lokasi Desa obyek Penelitian
107
Lampiran 4. Rekapitulasi Desa Tertinggal
di
Jawa Barat
108
Lampiran 5. Bagan Kader Pendidikan Luar
lah Dalam Pengentasan
Seko
Kemiskinan
110
Lampiran 6. Indikator / Variabel Penanggula ngan Kemiskinan Desa
Tertinggal
di Kabupaten DT.II Kuningan
Lampiran 7. Peranan Pendidikan Luar
Dalam Penanggulangan
111
Sekolah
Kemiskinan
Di 54 Desa Tertinggal Di
Kabupa
ten DT.II Kuningan Tahun 1994
/
1995
112
Lampiran 8. Inventarisasi Desa tertinggal
Kabupaten DT.II Kuningan
1994 / 1995
di
Tahun
115
xii
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pelaksanaan
pembangunan
dari
pemerintah
pusat,
khususnya program pembangunan dalam Pelita VI
melalui
Program
semakin
Inpres
Desa
Tertinggal
(
IDT
)
ini
ditingkatkan dan disebarluaskan ke berbagai kota baik
di
ibukota Propinsi maupun Daerah Tingkat II, termasuk Daerah
Tingkat II Kuningan.
Pada
dasarnya
Tertinggal
(
IDT
bantuan
)
dalam
program
Inpres
pelaksanaannya
tanggung jawab pemerintah daerah,
Desa
merupakan
tetapi mengingat sumber
dana yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah sangat terbatas,
maka dalam pelaksanaannya
perlu
mengadakan
pemerintah pusat
usaha-usaha
pembinaan
menganggap
yang
aktif,
terutama dalam penyelenggaraan pembangunan desa tertinggal
melalui
dana
Inpres
Desa
Tertinggal
(
IDT
)
untuk
menumbuhkan dan memperkuat kemampuan penduduk miskin dalam
meningkatkan tarap hidupnya
dengan
berusaha
kesejahteraannya,
untuk
meningkatkan
membuka
kesempatan
sehingga
pelaksanaan pembangunan dengan bantuan Program Inpres Desa
Tertinggal
di
Tingkat
Kuningan,
II
daerah,
dengan sasarannya.
khususnya
diharapkan
di
Kabupaten
berjalan
lancar
Daerah
sesuai
Guna
Program
lancarnya
Inpres
Desa
pelaksanaan
Tertinggal
pembangunan
sangat
diperlukan
dalam
tenaga-
pendamping terampil melalui Pendidikan Luar Sekolah (PLS).
Disini akan nampak Peranan Pendidikan Luar Sekolah
(PLS)
dalam pelaksanaan pembangunan,
baik pembangunan
desa tertinggal melalui dana Inpres Desa
direncanakan
GBHN
1993
pelaksanaannya
menunjukkan
Menurut
Jawa
hasil
Barat
mulai
manusia
miskin
di
Tahun
1984
= 5,6 juta
(18,51 %)
Tahun
1987
= 5,0 juta
(15,46 %)
Tahun
1990
= 4.8 juta
(13,84 %)
Kondisi
khususnya
tanggal
sebagai
penelitian
Tertinggal yang
BPS,
1
April
upaya
pembangunan
jumlah
penduduk
:
penduduk
miskin
penduduk miskin di
di Jawa Barat umumnya,
Kabupaten
Daerah
Tingkat
Kuningan masih cukup besar,
sehingga diperlukan
usaha
mereka
khusus
dalam
1994.
membantu
untuk
II
suatu
menanggulangi
kemiskinannya. Ciri kemiskinan umumnya ditandai dengan
lemahnya
nilai
produktivitas,
rendahnya
keterbatasan
usaha
hasil
produksi,
rendahnya
terbatasnya modal yang dimiliki menyebabkan
pendapatan.
Hal
berpartisipasi
ini
penduduk
dapat
miskin
menyebabkan
itu
sendiri
dalam pembangunan.
Program
untuk
Inpres
mempercepat
jumlah
desa-desa
Desa
Tertinggal
pengurangan
(IDT)
diarahkan
jumlah penduduk miskin
tertinggal,
dimana
menurut
dan
Kantor
statistik Jawa Barat sampai dengan bulan Juni 1993,
desa tertinggal yang merupakan
jumlah
desa miskin di Kabupaten
Daerah Tingkat II Kuningan ada 54 desa tertinggal (14,63%)
dari 357 desa dan 12 Kelurahan di Kabupaten Daerah Tingkat
II Kuningan.
Ruang lingkup Program Inpres Desa Tertinggal
(IDT)
adalah kegiatan dalam bidang sosial ekonomi penduduk desa
miskin.
Konsep
sosial
ekonomi
dilakukan dengan membangun dan mengembangkan
potensi
ekonomi
mempercepat
desa,
pelayanan
memenuhi
dasar
dan
kegiatan
kebutuhan
menciptakan
pokok
suasana
mengadakan
yang
mendukung
tidak
mempunyai
penanggulangan kemiskinan.
Oleh
karena
pekerjaan
penduduk
tetap
atau
miskin
hasil
umumnya
kerjanya
tidak
menghasilkan
pendapatan yang wajar, maka program Inpres Desa Tertinggal
ini
dimaksudkan
memperluas
untuk
lapangan
meningkatkan,
kerja
melalui
menciptakan
perluasan
dan
kegiatan
pembangunan di desa tertinggal.
Upaya
tersebut
berupa
pemberian
bantuan khusus seperti modal usaha,
bimbingan
serta
melaksanakan
perhatian
dan
latihan keterampilan,
kegiatan
yang
dapat
memacu
dalam meningkatkan pendapatan penduduk miskin itu sendiri.
Kebijaksanaan
pemerintah
Daerah
Tingkat
II
Kabupaten Kuningan dalam pengentasan kemiskinan di 54 desa
tertinggal di Kabupaten Daerah Tingkat II Kuningan, adalah
memanfaatkan fasilitas Inpres Desa Tertinggal di Kabupaten
Daerah
Tingkat
II
Kuningan,
dengan
pendamping
dari
masing-masing desa tertinggal sebanyak 73 orang disiapkan
untuk
mensukseskan
Teringgal tersebut,
pelaksanaan
pembahasan detail
sasaran,
dan
kelompok sasaran,
peningkatan
berusaha
Desa
pendataan dan pencatatan
kehidupan anggota kelompok
mencantumkan prioritas masalah,
pelaksanaan
Inpres
yang bertugas mengenai pengenalan
program IDT pada pertemuan Desa,
sasaran,
program
mendorong
kreativitas
menentukan waktu
aktivitas
anggota
dengan kegiatan yang berorientasi pada
keterampilan
dan
pengembangan
kemampuan
anggota kelompok sasaran tersebut.
Bantuan
Inpres
Desa
Tertinggal
memberikan dampak yang cukup berarti,
jelas
akan
melalui peningkatan
keterampilan anggota kelompok sasaran dalam menentukan
jenis kegiatan yang menumbuhkan kebersamaan,
keterpaduan
dan berkelanjutan , dimana Peranan Pendidikan Luar Sekolah
dalam
Program
Daerah
Pembangunan
Tingkat
mempersiapkan
secara
II
Kuningan,
penduduk
berkelanjutan
khususnya di
54
Desa
dalam
di
Tertinggal
sangat
di
berperan
mengentaskan
desa-desa
desa tertinggal di
Kabupaten
untuk
kemiskinan
miskin
umumnya,
Wilayah Kabupaten
Daerah Tingkat II Kuningan.
Di
samping itu pula disediakan dana
sebagai
modal
bagi masyarakat desa tertinggal untuk membangun kemampuan
dirinya,
dimana penyediaan dana
menambah
kemampuan
masyarakat
kemampuan yang melebihi
pemerintah.
modal
ini
diharapkan
sehingga
yang
dapat
meningkatkan
diberikan
oleh
Modal
bantuan
dari
Inpres Desa Tertinggal
pemerintah
(IDT)
ini,
melalui
program
dapat berkesinambungan
pemanfaatannya karena digunakan secara bergulir.
Adapun pelaksanaan
Inpres
Desa
Tertnggal
ini
dilaksanakan langsung oleh masyarakat desa miskin itu
sendiri,
yang dibantu oleh aparat pemerintah daerah pada
tingkat yang paling dekat rakyat.
Di sini peranan aparat pemerintah yang terkait
sangat
penting
masyarakat
seperti
yang
yang
ada
Lembaga
ditunjang
di
Ketahanan
Pembinaan Kesejahteraan
Masyarakat
pedagang
akan
kecil,
sangat
desa
oleh
lembaga-lembaga
tertinggal
Masyarakat
itu
sendiri,
Desa
(LKMD),
Keluarga (PKK) dan sebagainya.
miskin
petani,
merasakan
di
desa
tertinggal
peternak,
manfaatnya
buruh
dengan
dan
misalnya
sebagainya
adanya
bantuan
Inpres Desa Tertinggal ini.
Peranan Pendidikan Luar Sekolah di Kabupaten Daerah
Tingkat
II
Kuningan
dalam
mensukseskan
Inpres
Desa
Tertinggal (IDT) ini, program-programnya harus disesuaikan
dengan
kebutuhan
dalam
pengentasan
desa
miskin
itu
sendiri, di antaranya meliputi :
a.
Program pembangunan melalui Program Inpres Desa
Tertinggal (IDT) dengan mengentaskan kemiskinan.
b. Penentuan desa tertinggal dan peta kemiskinan di
Kabupaten Daerah Tingkat II Kuningan.
c. Kebijaksanaan
Pemerintah
Daerah
Tingkat
Kuningan, dalam pengentasan kemiskinan.
II
d. Kebijaksanaan penanggulangan kemiskinan melalui
Inpres
Desa
Tertinggal.
(Pemda
Tingkat
II
Kuningan tahun 1993).
Diharapkan
peranan
pendidikan
luar
sekolah
dalam
memperlancar pelaksanaan pengentasan kemiskinan dalam
menunjang pembangunan dengan bantuan program
Tertinggal
perlu
(IDT)
sangat
mengadakan
bermanfaat,
penelitian
mengetahui hambatan,
maka
mengenai
Inpres Desa
penulis
hal
merasa
ini,
untuk
jalan keluar dan hasil yang dicapai
dalam pencapaian tujuan maupun sasaran pembangunan dengan
bantuan Inpres Desa Tertinggal
(IDT)
di
Kabupaten Daerah
Tingkat II Kuningan.
Pendidikan Luar Sekolah di
sekali
manfaat
dan
peranannya
Indonesia sangat terasa
khususnya
dalam
menunjang
pengentasan kemiskinan di desa miskin melalui
Inpres Desa Tertinggal
(IDT), karena wilayah dan penduduk
Indonesia sebanyak 80 % tinggal di desa.
1984
program
(Koentjaraningrat
: 100).
Persyaratan yang harus diperhatikan oleh Pemerintah
Daerah
Tingkat
Tertinggal,
a.
II
Kuningan
dalam
(Ginanjar Kartasasmita,
Pemilihan
lokasi
harus
program
1993),
Tertinggal
Desa
meliputi :
disesuaikan
kebutuhan desa miskin daerah
b. Kurikulum,
Inpres
dengan
itu sendiri.
berpedoman kepada panduan Inpres Desa
(IDT)
serta
teknologi dewasa ini.
penyesuaian
faktor
c. Koordinasi
dengan
fihak
terkait
dalam
hal
ini
pemerintah daerah setempat serta Dinas/lnstansi,
Lembaga Ketahanan Masyarakat
Desa
(LKMD)
Pembinaan Kesejahteraan Keluarga
kelompok
sasaran
itu
sendiri
terlaksana dengan baik,
serta
(PKK),
harus
juga
betul-betul
hal ini supaya program
berjalan lancar.
Sekiranya
Tertinggal
telah
persyaratan
dipenuhi
program
maka
peranan
Inpres
Desa
pendidikan
luar
sekolah dalam program pembangunan Inpres Desa Tertinggal
khususnya di
Kabupaten
Daerah
Tingkat
II
Kuningan
akan
berjalan lancar, karena anggota kelompok sasaran tersebut
menguasai keterampilan dalam mengentaskan kemiskinan di 54
desa tertinggal Kabupaten Daerah Tingkat
II Kuningan,
masyarakat desa tertinggal tersebut diharapkan dengan
bantuan program Inpres Desa Tertinggal
kreatif
pada
dirinya,
mempunyai
( IDT ) akan lebih
pola
pikir
yang
baik,
sikap dan tindakan yang cepat dalam meningkatkan kehidupan
sendiri kearah lebih baik.
Dengan menambah pengetahuan pada
di
54
desa tertinggal
Pendidikan
selaku
Luar
anggota
Sekolah
kelompok
di
kelompok
Kabupaten Dati
( PLS
)
untuk
II
Kuningan,
keluarga
sasaran peranannya
sasaran
cukup
miskin
besar,
dimana mereka mempunyai keinginan meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan,
keahlian dalam
pemecahan masalah yang
sesuai dengan kondisi yang diharapkan.
pengetahuan, keterampilan, kecakapan, nilai, sehingga yang
menerimanya mengalami perubahan cara berpikir,
sikap dan
perilaku ke arah yang lebih baik.
B.
Masalah dan Perumusannya
Apabila
kita
bandingkan
syarakat miskin yang nampak di
antara
keadaan
ma
lapangan dengan keadaan
masyarakat yang ideal, maka akan terdapat kesenjangan.
Kesenjangan
tersebut
perlu
menimbulkan
kemiskinan
yang
diatasi
semakin
agar
tidak
berat.
Untuk
itu diperlukan adanya upaya-upaya penanggulangan. Salah
satu
upaya
penanggulangannya
antara
lain
melalui
pendidikan luar sekolah dengan program keterampilan.
Apabila
masyarakat
dengan
kita
miskin
bandingkan
melalui
penanggulangan
diharapkan,
maka
terdapat
antara
PLS
yang
penanggulangan
ada
masyarakat
di
lapangan
miskin
pula kesenjangan
yang
yang
perlu
diatasi.
Upaya
melalui
program
keterampilan
PLS ini diharapkan mampu mengurangi kesenjangan, dengan
catatan
kegiatan
PLS
tersebut
betul-betul
dikelola
dengan baik, disertai dana yang memadai.
Masalah
penelitian
ini
terarah
kepada
suatu
gambaran yang jelas tentang peranan PLS dalam program
IDT di Desa Mungkal Datar Kecamatan Ciniru Kabupaten DT
II Kuningan, yang dirumuskan sebagai berikut :
1.
Bagaimana realisasi pelaksanaan program Inpres Desa
Tertinggal ?
2. Bagaimana PLS dilaksanakan oleh dinas terkait dalam
mensukseskan program Inpres Desa Tertinggal ?
3. Bagaimana
dampak
PLS
dalam
program
Inpres
Desa
Tertinggal ?
C. Tujuan Penelitian :
Tujuan Penelitian dalam penulisan adalah :
1. Untuk mengungkapkan data tentang realisasi pelaksanaan
program Inpres Desa Tertinggal di Kabupaten Kuningan.
2. Untuk
mendapatkan
gambaran
secara
jelas
tentang
kegiatan yang menitik beratkan pada usaha bersifat
mandiri.
3. Untuk mendapatkan gambaran secara jelas tentang Peranan
PLS
dalam
program
Inpres
Desa
Tertinggal
pengentasan kemiskinan di Kabupaten
Kuningan
guna
menunjang
daerah
pelaksanaan
4. Untuk mendapatkan gambaran mengenai
untuk
Tingkat
II
pembangunan.
peranan Pendidikan
Luar Sekolah dalam kelompok sasaran program
IDT untuk
meningkatkan kesejahteraan anggota kelompok sasaran
tersebut.
D. Kegunaan Penelitian :
1.
Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan peranan
Pendidikan Luar Sekolah pada Pelaksanaan
Pembangunan
Program Inpres Desa Tertinggal di Kabupaten Daerah Tingkat
II Kuningan,
agar pembangunan berjalan lancar,
program pendidikan
luar
sekolah ini dapat
karena
berkontribusi
terhadap program pengentasan kemiskinan, sehingga akan
menunjang keterampilan penduduk miskin.
Diharapkan penelitian ini hasilnya menjadi masukan
bagi
lembaga
atau
instansi,
baik
dikelola/dilaksanakan oleh pemerintah,
yang
maupun swasta,
di antaranya Direktorat Pendidikan Masyarakat Depertemen
Pendidikan
Direktorat
dan
Kebudayaan,
Pembangunan
kursus-kursus
atau
Desa
latihan
Depertemen
dan
Tenaga
lain-lain
ketrampilan
Kerja,
dalam
bentuk
lainnya.
Hal
tersebut perlu adanya usaha peningkatan lebih lanjut, yang
merupakan masukan penting bagi teori-teori yang digunakan
sebagai landasan penelitian ini dalam kaitan kegunaan
praktisnya,
manfaat
terutama partisipasi yang dapat memberikan
dalam menangani masalah pada pelaksanaan bantuan
pembangunnan dengan program Inpres Desa Tertinggal dimana
Pendidikan Luar Sekolah di
Kabupeten
daerah
Tingkat
II
Kuningan cukup berperan.
2.
Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini ditinjau dari segi teoritis di
harapkan
dapat
mengembangkan
teori-teori
yang
ada,
khususnya dalam kaitannya dengan peranan pendidikan luar
sekolah, dalam menguji teori-teori yang ada sesuai dengan
masalah yang di bahas.
Aspek
peserta
inti
pendidikan
menyangkut
yang
10
termasuk
sumber
dalam
belajar
ruang
dan
lingkup
pembahasan
masalah
pelaksanaan
Pendidikan
program
IDT,
Luar
Sekolah
yang menyangkut
pada
tujuan dan
prinsip pendidikan luar sekolah dan metode yang digunakan.
Aspek
pandang
teoritis
sebagai
aspek
maupun
praktis
penting
yang
operasional,
perlu
dikaji
di
secara
ilmiah, kearah keadaan yang menunjang peranan pendidikan
luar sekolah dalam pencapaian tujuan program pembangunan
Inpres Desa Tertinggal
(IDT)
di Kabupaten daerah Tingkat
II Kuningan harus produktif, efektif dan efesien.
Hal ini sesuai dengan pendapat dari DR. Engkoswara
( 1985 ) yaitu :
Produktivitas
lembaga
pendidikan
dalam
arti
keseluruhan proses penataan sumber daya untuk.
mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan
efesien, efesien
pertama
efesien
organisasi dilihat dari dua segi
segi hasil, suatu tertentu memberi
kalau dengan usaha tertentu memberi
hasil
hasil
yang maksimal, baik mengenai mutu atau jumlah suatu
hasil karena segi usaha suatu pekerjaan disebut
efesiensi kalau hasil tertentu tercapai dengan
usaha yang minimal.
Efektivitas dimaksud adalah pengaruh sistem atau
inovasi yang diterapkan sehingga menghasilkan
prestasi atau produk yang optimal
( Sudarwan
Danin,
Kegunaan
1985:
56).
penelitian
ini
dilaksanakan,
karena
erat
hubungannya dengan permasalahan yang diteliti, yaitu :
- Hasil-hasil
informasi
pendidikan,
penelitian
bagi
ini dapat
pengkaji
khususnya
dan
PLS
menjadi
tambahan
pengembangan
dalam
melengkapi
ilmu
dan
mengembangkan pengentasan kemiskinan program IDT dan
konsep-konsep ke PLS-an yang telah ada.
11
- Memberikan masukan pada pemerintah daerah setempat,
organisasi sosial, pemuka masyarakat dan penduduk untuk
pertimbangan, pembinaan mengenai pengentasan kemiskinan.
- Secara teoritis,
menerapkan dan menganalisis aplikasi
teori-teori pendidikan pada daerah kasus yang dapat
mempengaruhi
sekaligus
pembentukan
menunjang
perilaku
peningkatan
hidup
pendapatan
layak,
masyarakat
miskin Desa Mungkal Datar.
- Bagi
penulis
pengetahuan,
diharapkan
sikap
dapat
keterampilan
menambah
dalam
wawasan,
melaksanakan
penelitian-penelitian selanjutnya.
3.
Kegunaan Khusus
Salah
Bagi
satu
IKIP
pembina
Indonesia diantaranya
Pendidikan
IKIP,
Luar
menghasilkan
Sekolah
di
penelitian
ilmiah yang berkwalitas tinggi yang erat kaitannnya dengan
pembinaan profesi bidang pendidikan luar sekolah yang
merupakan tanggung jawab pembinanya.
Dari hasil-hasil penelitian semacam ini, diharapkan
adanya masukan-masukan yang berharga terhadap pengembangan
dan pembinaan profesi terutama dalam bidang Pendidikan Luar
Sekolah
(PLS) .
Teori
ini
kepentingan keilmuan khususnya
bermanfaat
sekali
bagi
dalam pengembangan
teori
dan konsep pendidikan luar sekolah itu sendiri, dapat juga
digunakan
sebagai
materi
perkuliahan
jurusan Pendidikan Luar Sekolah.
12
bagi
mahasiswa
E. Lokasi dan Lamanya Penelitian
Lokasi
dilakukan
penelitian
di
Desa
terhadap
Mungkal
Datar
kelompok
sasaran
Kecamatan
Ciniru
Kabupaten DT II Kuningan.
Adapun lama penelitiannya, adalah selama kurang lebih 3
(tiga) bulan yang dimulai sejak pertengahan
bulan Januari
1994.
Data
langsung
diperoleh
dengan
dengan
anggota
jalan mengadakan
kelompok
sasaran,
wawancara
dimana
untuk
melengkapi data yang diperlukan, juga mengadakan wawancara
dengan
Bapak
Bupati
selaku nara sumber,
Kabupaten
Kuningan,
Kepala
Daerah
Tingkat
Ketua Bappeda Daerah
II
Kuningan
Tingkat
Kepala Kantor Pembangunan
Desa
II
dan
Instansi terkait.
Di
memfokuskan
wilayah
kerja
penelitian
itu,
penulis
perhatian pada warga belajar yang
meningkatkan taraf hidupnya.
13
ingin
BAB
PROSEDURE
A.
Metode
III
PENELITIAN
Penelitian
Dalam penelitian
pendekatan kualitatif.
adalah
mengamati
dengan
mereka,
ini pendekatan yang digunakan adalah
"Penelitian kualitatif
orang
dalam
berusaha
lingkungannya,
memahami
bahasa
tentang dunia sekitarnya" (Nasution, 1988;
(1982:
31)
mengemukakan
pada hakikatnya
bahwa
dalam
berinteraksi
dan
tafsiran
5). Bogdan & Biklen
pendekatan
kualitatif,
penelitian berusaha mengerti arti dari peristiwa dan interaksi
itu sendiri yang ada sangkut pautnya dengan orang
situasi
tertentu.
Oleh
karena
dilakukan melalui kontak
itu
dalam
biasa pada
mengumpulkan
datanya
langsung dengan subyek yang diteliti
di tempat dimana mereka melaksanakan kegiatannya.
Pemilihan
dalam
penelitian
peranan
dan
ini
pendidikan
penggunaan
mempelajari
pendekatan
fenomeha
luar sekolah dalam
yang
kualitatif
terjadi
pada
Inpres
Desa
digunakan
pada
program
Tertinggal (IDT)
Metode
penelitian
eksploratif,
ini
yang
dianggap
adalah
yaitu
sesuai
untuk
studi
kasus
metode
suatu
metode
yang dapat
mempelajari secara intensif latar belakang,
yang
bersifat
digunakan
untuk
status sekarang,
interaksi dengan lingkungan, dari suatu unit seperti individu,
kelompok.
45
Dalam studi
ini
peneliti
mengarahkan
pada
perolehan
data yang menyangkut :
1.
Penelitian
program,
penanggulangan
dengan
kemiskinan
memperhatikan
sebagai
bagian
upaya
dari
proses
beratkan
pada
pembangunan.
2. Penelitian
mengenai
kegiatan
yang
menitik
usaha berdasarkan kemandirian.
3. Penelitian
kelompok
mengenai
sasaran
partisipasi
dalam
masyarakat
pengambilan
pelaksanaan
keputusan,
sebagai
mulai
evaluasi
pemanfatan
4. Penelitian mengenai peranan PLS dalam program
Inpres Desa
perencanaan,
sampai
miskin
hasilnya.
Tertinggal (IDT) di Kabupaten DT II Kuningan, agar sasaran
pengentasan kemiskinan di Kabpaten DT
II Kuningan dapat
tercapai sesuai dengan sasaran yang diharapkan.
B.
Teknik Pengumpulan Data.
Kedudukan
peneliti
dalam
penelitian
ini
adalah
merupakan alat pengumpul data.
Lexy
J.
Moleong
(1989:
132)
mengemukakan
bahwa
"kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup sulit,
peneliti sekaligus merupakan perencana,
data,analisis,
penafsir
data,
dimana
pelaksana,
pada
pelapor hasil penelitian". Sedangkan teknik
pengumpul
akhirnya
sebagai
pengumpulan data
dalam penelitian ini adalah wawancara dan pengamatan langsung
di
lapangan.
46
p.il.in
pi.'nq,\niatan,
kegiatan
iatihan
kelompok
sasaran
Menurut
Buford
panel i v. i
t: i.dc-,.k
keterampilan,
tetapi
diskusi,
tetap
Junker,
sepenuhnyn
ceramah
melakukan
teknik
ini
berperan
pada
fungsi
disebut
dalam
anggota
pengamatan.
"pemeranserta
sebagai pengamat" (Lexy J. Moleong, 1989: 139). Sedangkan alat
yang
digunakan. peneliti
pengamatan
pemotret
adalah
tape
(kamera) .
recorder,
Tape
mengadakan wawancara,
dalam
kegiatan
catatan
recorder
wawancara
lapangan
digunakan
dan
pada
dan
alat
waktu
lembaran catatan dan alat pemotret
digunakan pada waktu peneliti mengadakan pengamatan.
Selain kedua teknik pengumpul data di atas,
peneliti
juga berupaya memperoleh data yang relevan dengan ,memanfaatkan
'i
studi dokumentasi. Dalam studi dokumentasi tersebut diperoleh
data mengenai hasil Iatihan keterampilan,
diskusi,
ceramah,
perencanaan pemecahan masalah antar anggota kelompok sasaran
itu sendiri,
berdasarkan musyawarah demokrasi bahwa ketua,
sekretaris, bendahara dan anggota kelmpok sasaran program IDT
di Kabupaten DT II Kuningan.
C. Subyek vang Diteliti.
Subyek Penelitian ditentukan secara purposif sampling,
dimana dilakukan dengan mengambil anggota kelompok sasaran
yang terpilih oleh peneliti, menurut ciri-ciri spesifik yang
dimiliki oleh sampel itu. Sampling yang purposive adalah
"sampel yang dipilih dengan cermat hingga relevan dengan
disain penelitian" (Nasution,1982; 113). Lexy J. Moleong
(1989: 1982) mengemukakan bahwa terdapat ciri-ciri :sampel,
bertujuan sebagai berikut: l) Sampel' tidak dapat ditentukan
47
atau ditarik terlebih dahulu;
2)
Tujuan memperoleh variasi
sebanyak-banyaknya hanya dapat dicapai apabila satuan sampel
dilakukan
jika
dianalisis;
3)
satuan
Pada
sebelumnya
mulanya
sudah
setiap
dijaring
sampel
dapat
dan
sama
kedudukannya, namun sesudah makin banyak informasi yang masuk
dan makin mengembangkan pertanyaan penelitian, maka ternyata
bahwa sampel makin dipilih atas dasar fokus penelitian. 4)Pada
sampel bertujuan,
jumlah sampel ditentukan oleh pertimbangan
informasi yang diperlukan. Jika sudah terjadi pengulangan
informasi, maka penarikan sudah harus dihentikan." S. Nasution
(1988:11)
mengemukakan
menggunakan
bahwa
sampling"
"metode
random
atau
naturalistik
acakan
menggunakan populasi sampel yang banyak.
tidak
data
Sampel
tidak
biasanya
sedikit dan dipilih menurut (purposive) penelitian".
Subyek
yang
diteliti
dalam
penelitian
ini
adalah
masyarakat miskin selaku anggota kelompok sasaran Inpres Desa
Tertinggal di Wilayah Kabupaten DT
keseluruhan
jumlah
anggota
kelompok
II Kuningan.
sasaran
di
secara
54
Desa
Tertiggal pada 17 Kecamatan di Kabupaten DT.II Kuningan.
Berdasarkan data dari Kantor
Pembangunan Desa (Bangdes) tahun
1993 berjumlah 4.872 anggota kelompok sasaran,
yang tersebar di
248
kelompok
sasaran,
dengan tenaga
sedangkan
tenaga
pendamping berjumlah 73 orang.
Cara
pemilihan
subyek
yang
diteliti
dilakukan
berdasarkan perkembangan informasi yang berkaitan erat dengan
sejumlah
anggota kelompok
48
sasaran yang melaksanakan
fungsi
kegiatan yang terampil
Desa
sesuai
jenis usaha
padaprogram
Inpres
Tertinggal.
Anggota
kelompok
sasaran
yang
dijadikan
subyek
penelitian adalah 6 orang responden dari kelompok sasaran di
Desa Mungkal Datar Kecamatan Ciniru,
sedangkan' pendamping
program IDT yang menjadi subyek penelitian berjumlah 1 orang.
D.
Analisis dan Penafsiran Data.
1.
Analisis
Data.
Patton
adalah
(1980:
suatu
268)
proses
menyatakan
yang
bahwa
mengatur
analisis
urutan
mengorganisasikannya kedalam suatu pola,
data
data,
dan
kategori
dan
uraian pembahasan.
Demikian
juga
halnya
Bogdan
&
Biklen
(1982:
145)
mengemukakan bahwa analisis data adalah suatu proses untuk
mencari
dan
observasi,
menata
wawancara
secara
dan
sistematis
studi
catatan
dokumentasi
hasil
untuk
meningkatkan peneliti tentang kasus yang diteliti dan
menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain.
Bogdan & biklen *1982: 146-162) juga membedakan analisis
data
itu melalui dua langkah,
yaitu analisis selama di
lapangan dan analisis sesudah meninggalkan lapangan.
Langkah-langkah selama di lapangan adalah: (1) mempersempit
fokus studi,
(2) menetapkan tipe studi, (3) mengembangkan
secara terus-menerus pertanyaan analitik, (4)' menuliskan
komentar peneliti sendiri, (5) upaya penjajagan tentang ide
dan tema penelitian pada subyek sebagai analisii
.s
49
penjajagan,
di
(6) membaca kembali pustaka yang relevan selama
lapangan,
konsep.
(7)
Langkah-langah
lapangan adalah:
kodenya,
menggunakan
metaphora,
analisis
sesudah
dan
meninggalkan
(1) membuat kategori masalah dan menyusun
(2) menata urutan penelaahannya.
Berdasarkan pendapat tersebut
bahwa
analogi
analisis
data
yang
dilakukan
di
atas
dalam
dikatakan
penelitian
ini
adalah sebagai berikut :
- Berdasarkan data yang terkumpul, yang berupa abstrak dari
seluruh
deskripsi
wawancara,
baik
lapangan,
Peneliti
dan
hasil
observasi
rekaman
"tape
abstrak
dari
memisah-misah
transkrip
recorder"
hasil
data
hasil
maupun
studi
tersebut
dari
catatan
dokumentasi.
sesuai
dengan
masalahnya.
- Menguraikan katagori
terdapat
di
tersebut untuk memahami
dalamnya,
sambil
menelaah
guna
memberikan
aspek yang
hubungan
antara
satu dengan lainnya.
- Menata
urutan
masalah,
perkiraan
yang
menggambarkan perspektif peneliti untuk memberikan makna
terhadap hasil analisi data tersebut.
2.
Penafsiran Data.
Urutan kegiatan analisis data yaitu penafsiran data,
yang
mana
antara
analisis
data
dan
penafsiran
data
merupakan satu kesatuan dari suatu kegiatan.
Data yang diperoleh pada setiap pertemuan
dengan kelompok
ditafsirkan.
sasaran dan
Analisis
pendamping
dan penafsiran data
50
langsung
dianalisis
dan
dilakukan terus
selama proses penelitian sampai data yang diperlukan semua
terkumpul.
Selama
muncul
proses
penelitian,
pertanyaan-pertanyaan
analisis
yang
dilakukan,
dijadikan
dasar
akan
untuk
melacakterus kasus yang diteliti sampai diperoleh data
anggota
kelompok
sasaran
melalui
kegiatan
Iatihan,
keterampilan, ceramah, diskusi dan Iain-lain dalam program
program IDT.
Oleh karena kasus yang diteliti menyangkut pola
kerjasama peningkatan keterampilan pengolahan bidang usaha
anggota kelmpok sasaran program IDT, maka hasil penelitian
akan dianalisis dengan menghubungkannya dengan peranan
pendidikan luar sekolah itu sendiri.
E. Lanqkah-langkah Penelitian.
Yang dimaksud dengan langkah-langkah penelitian disini,
adalah langkah-langkah kegiatan yang dilakukan oleh peneliti
selama proses penelitian berlangsung. Menurut S. Nasution
(1988: 33-34) langkah-langkah penelitian tersebut adalah 1)
tahap orientasi, 2) tahap eksploitasi, dan 3) tahap "member
ceck".
1. Tahap Orientasi.
Tahap awal didahului dengan orientaisi guna mendapatkan
gambaran umum tentang sasaran penelitian. Hal ini meliputi
gambaran umum "KONDISI" anggota kelompok sasaran, jenis
usaha yang dilaksanakannya yang dapat dijadikan fokus
penelitian.
51
2. Tahap Eksploitasi.
Tahap eksploitasi selalu didahului dengan orientasi.
Eksplorasi dilakukan hanya terhadap hal-hal yang berkaitan
dengan studi
ini.
Metode yang
digunakan adalah wawancara
intensif dengan anggota kelompok sasaran.
Metode
lain
adalah observasi langsung pelaksanaan aktivitas sehari-hari
anggota kelompok sasaran. Hasilnya langsung dianalisis guna
menemukan
pertanyaan-pertanyaan
apa
yang
menjadi
tujuan
diadakan penelitinan.
3. Tahap Member Check.
Guna mempertahankan kebenaran informasi yang diperoleh
selama penelitian
berlangsung,
peneliti
melakukan
"member
check". Hasil wawancaranya dituangkan dalam bentuk laporan
lapangan,
dipertahankan
kepada
responden
untuk
dibaca
dar.
diperiksa kebenarannya, apakah sesuai dengan yang dikatakan
ketika
peneliti
mengadakan
wawancara.
Jika
terdapat
kekeliruan, peneliti memberikan kesempatan kepada responden
untuk memperbaikinya.
membacakan
kembali
mendengarkan
diberikan.
Hal
Cara yang ditempuh
hasil
apakah
wawancara,
sesuai
adalah peneliti
kemudian
tidaknya
responden,
imformasi
yang
ini dilakukan atas kesepakatan responden
oleh karena mereka sering tidak mau membacanya dikarenakan
faktor usia yang berakibat penglihatannya berkurang atau
dikarenakan pihak responden membacanya
disebabkan dasar pendidikannya yang rendah.
52
kurang
lancar
Selain dari langkah-langkah penelitian yang diuraikan
di atas,
hal
ini
peneliti juga melaksanakan kegiatan "Trianguasi"
untuk
diperoleh.
membuktikan
Data
yang
kebenaran
diberikan
dari
oleh
informasi
satu
yang
responden
diperiksa lagi kebenarannya kepada responden lainnya sampai
diperoleh
(1988:
persamaan.
112)
Sesuai
dengan
yang menjelaskan bahwa
pendapat
S.
Nasution
"data itu harus diakui
dan diterima kebenarannya oleh sumber informasi, dan selain
itu data tersebut
juga harus
dibenarkan
oleh
sumber atau
informasi lainnya".
Untuk membuktikan kebenaran data yang dilaporkan
dalam
penelitian
dicantumkan
ini,
setiap
informasi
satu
bentuk
laporan
dalam
yang
diperoleh
dengan
keterangan
dari mana sumber informasi diperoleh dan kapan dilaksanakan
wawancara
tersebut.
Selain
informasi
tersebut,
maka
responden,
demikian
itu
semua
guna
menjaga
informasi
diusahakan hanya diketahui
kredibilitas
terjamin.
53
hasil
penelitian
kerahasiaan
yang
diberikan
peneliti.
diharapkan
Dengan
dapat
BAB
V
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan deskripsi hasil
penelitian dengan hasil
analisisnya sebag'aimana dipaparkan pada bab terdahulu, pada Bab V
ini yang merupakan bagian akhir dari keseluruhan tulisan,
diuraikan kesimpulan-kesimpulan dan saran-saran sebagai berikut :
A. Kesimpulan.
Secara keseluruhan hasil penelitian (studi kasus)
ini
dapat disimpulkan :
1. Secara umum dapat diketahui bahwa sebagian besar program
IDT belum dilaksanakan dan dimanfaatkan oleh anggota
kelompok sasaran bagi kemajuan/peningkatan (dalam rangka
peningkatan kesejahteraannya.
Ini berarti bahwa pembinaan keterampilan anggota kelompok
sasaran melalui kegiatan program IDT yang dilaksanakan
belum nampak memberikan perubahan mereka karena program IDT
baru tiga bulan berjalan.
2. Bahwa pendamping yang membina anggota kelompok sasaran
melalui kegiatan program IDT di Desa Mungkal Datar secara
umum belum berhasil, karena waktu dan dana yang tersedia
pada waktu pelatihan tidak memadai dan waktunya hanya 2
minggu.
3. Perlu peningkatan wawasan pendamping didalam melaksanakan
pembinaan keterampilan pada pelaksanaan program
IDT
tersebut, disebabkan oleh beberapa faktor yakni : latar
belakang diri dan keluarga anggota kelompok sasaran,
orientasi nilai budaya, kondisi ekonomi anggota kelompok
93
orientasi nilai budaya,
kondisi ekonomi anggota kelompok
sasaran, kondisi fisik psikologis anggota kelompok sasaran
sebagai orang dewasa dan kredibilitas pendamping.
a. Latar belakang keluarga anggota kelompok sasaran.
Dalam
hal ini termasuk latar belakang pendidikan formal, latar
belakang pekerjaan
sebelumnya
keuletan,
rasa
tanggung
jawab dan jumlah tanggungan keluarga akan mempengaruhi
program pembangunan desa tertinggal
dalan pengentasan
kemiskinan dengan memanfaatkan dana IDT di Desa Mangkal
Datar
.
b. Orientasi
nilai
sasaran
sosial. Pada umumnya
sering
lingkungannya,
mengadakan
baik
didalam
anggota
kelompok
interaksi
keluarga,
dengan
kelompok
maupun
dalam masyarakatnya. Hasil interaksi dapat membentuk
suatu
pedoman
nilai
sosial
cenderung
untuk
melakukan
terhadap
sama-rata
-
alam
aktivitas
yang
sekitarnya,
sama-rasa
yang
menganut
sehingga
mewajibkan
munculnya sikap konformis. Implikasi dalam pembinaan
pengentasan kemiskinan anggota kelompok sasaran melalui
kegiatan dalam program pembangunan
dengan memanfaatkan
dana
Inpres
Desa
desa
tertinggal
Tertinggal
(IDT),
Pendamping harus sudah mengetahui keadaan sosial anggota
kelompok
sasaran
dalam
rangka
mendorong
program
PLS
untuk mencapai tujuan dalam mengentaskan kmiskinan.
c. Kondisi ekonomi anggota kelompok sasaran pada umumnya
sangat memprihatinkan, untuk itu pendamping program IDT
melalui kegiatan
keterampilan haruslah
94
diarahkan
untuk
peningkatan pendapatan ekonomi keluarga mereka.
d. Kondisi fisik dan psikologis anggota kelompok sasaran
sebagai orang dewasa. Berdasarkan penelitian menunjukkan
bahwa kondisi fisik dan psikologis sebagai orang dewasa
dalam
proses
"pembelajaran"
belum
begitu
diperhatikan
dalam proses pembinaan melalui kegiatan keterampilan
sesuai bidang usahanya. Anggota kelompok sasaran dalam
proses
pembelajaran
masih
dipandang
sebagai
warga
belajar yangbelum berpotensi sehingga dianggap perlu
diberikan
segenap pengetahuan dan keterampilan
dengan
belajar yang berpusat pada sumber belajar.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan proses
pembelajaran dalam pembinaan keterampilan pada pelaksanaan
program IDT :
a.
Kesesuaian
materi
pembinaan
keterampilan
dalam
pengelolaan paket sasaran bantuan IDT yang dikembalikan
secara gergulir tahun berikutnya pada kelompok sasaran
masyarakat miskin lainnya.
Permasalahan yang
dihadapi dalam pembinaan ketrampilan
melalui kegiatan program IDT, yang masing-masing anggota
kelompok
sasaran
mempunyai
sehingga sangat sulit
materi yang
untuk
kegiatan
yang
berbeda
memprogramkannya.
Bila
diberikan diangkat berdasarkan kebutuhan,
kemungkinan permasalahannya tinggal memprogramkannya
namun apabila materi pembinaan ketrampilan diangkat dari
program "dari atas", maka tentu saja disesuaikan antara
materi pembinaan keterampilan anggota kelompok sasaran
95
dengan kebutuhannya. Hal inilah yang menyebabkan adanya
anggota
kelompok sasaran yang menganggap materi program
IDT sesuai dengan kebutuhan mereka,
karena
program
dimasyarakatkan
IDT disetujui,
perencanaannya
sebelum
terlebih dahulu dan dibahas diantara anggota kelompok
sasaran.
b. Metode dan pendekatan.
Metode yang digunakan pendamping dalam pembinaan kerja
anggota kelompok sasaran melalui kegiatan yang terbatas
hanya menggunakan metode ceramah dan dialog yang tentu
saja tampaknya belum mencapai hasil yang optimal dalam
mencapai tujuannya. Sedangkan pendekatan yang digunakan
adalah pendekatan yang berpusat pada sumber belajar,
sehingga pedamping anggota kelompok sasran
banyak
mendominasi proses pembelajaran, lebih berperan sebagai
pelaksana program IDT.
c. Media pembinaan keterampilan.
Dari hasil penelitian terungkap bahwa salah satu faktor
yang
menyebabkan
anggota
kelompok
sasaran
kurang
memahami materi melalui kegiatan program IDT adalah
karena tidak digunakannya
media belajar yang diambil
dari lingkungan tempat kerja anggota kelompok sasaran.
Padahal media pengalaman langsung sangat efektif untuk
merangsang pikiran,
perasaan.
kemauan dan perhatian
anggota kelompok sasaran dalam proses pembelajaran oleh
karena materi pembelajaran yang diberikan tidak dianggap
sebagai sesuatu yang abstrak.
96
d. Waktu dan tempat pembinaan.
Penetapan waktu dan tempat pembinaan program kerja
melalui
kegiatan
ceramah
program kerjanya
kelompok
di
belum
sasaran yang
sawah,
kebun,
dan
diskusi,
begitu
tenaganya
ladang
dan
efektif
pelaksanaan
bagi
anggota
sudah
tersita
seharian
home
industri,
mengikuti kegiatan pada malam hari.
tempat pembinaan di
IDT
Begitu
harus
juga
lokasi
aula desa atau di mesjid dirasakan
sebagian anggota kelompok
sasaran terlampau jauh.
Hal
ini akan lebih efektif apabila anggota kelompok sasaran
diikutsertakan
dalam
menentukan
waktu
dan
tempat
pembinaan sesuai dengan kesempatan.
e. Kredibilitas Pendamping.
Pendamping
kondisi
dianggap
anggota
belum
kelompok
sasaran
berpendidikan formal rendah.
teoritis,
kelompok
yang
kurang
dekat
memahami
dan
yang
menghayati
sebagian
Pendamping dinilai terlalu
dengan
kebanyakan
anggota
sasaran dan hal-hal yang diperkenalkan
dianggap
kurang
besar
sesuai
dengan
yang
banyak
dibutuhkan
kelompok sasaran.
5. Hasil Pelaksanaan PLS yang diselenggarakan di Desa Mungkal
Datar
memberikan
sasaran
yang
artinya
kegiatan
Datar
secara
kekurangan
waktu,
aktif
positif
terus
PLS
umum
yang
materi,
dampak
yang
telah
perlu
menerus
bagi
anggota
mengikuti
dilaksanakan
berhasil,
ditingkatkan
di
97
program
Desa
meskipun
terutama
pendanaan serta disiplin dan
kelompok
PLS,
Mungkal
masih
ada
mengenai
rasa
tanggung
jawab aparat pemerintah terkait terutama dalam pembinaan,
pengawasan dan pengendalian pelaksanaan program
IDT dalam
pengentasan kemiskinan tersebut.
Keberhasilan
kelompok
sasaran
yang
mengikuti
kegiatan PLS terlihat dan terdengar dari peserta
itu
sendiri, bahwa mereka merasa mendapatkan suatu pengetahuan
dan pemahaman baru mengenai tujuan hidup sejahtera.
Kekurang
pengetahuan
dan
berhasilannya
adalah
dalam
Para
peserta
mempraktekannya.
menularkan
yang
telah
mengikuti kegiatan PLS mengalami kesulitan dalam memberikan
pengetahuan yang telah diperoleh.
Hambatannya adalah mengenai waktu dan dana yang terbatas,
disamping sarana dan prasarananya tidak memadai.
B.
Saran-saran.
Berdasarkan hasil penelitian yang
orang responden
pendamping yang
anggota kelompok
ada
Kabupaten Kuningan,
1.
Bagi
lembaga
Luar
Sekolah
Masyarakat
Kecamatan,
upaya
di
sasaran dan
Mungkal
Datar
terkait dengan
upaya
Kecamatan
perencanaan
(PLS)
seperti
halnya
(DIKMAS)
tingkat
I,
serta
satu
enam
orang
Ciniru
berikut ini diuraikan saran-saran :
pihak
pengembangan
Departemen
Desa
dilakukan bagi
lain yang
masyarakat
Penidikan
dan
bidang
II
dan
Pendidikan
Pendidikan
penilik
DIKMAS
langsung terkait
pedesaan,
Kebudayaan
dalam
sebelum
dengan
hal
ini
melaksanakan
kegiatan pendidikan luar sekolah, kiranya perlu mengadakan
studi awal
berkenaan
98
dengan analisis
kebutuhan
terhadap
anggota kelompok sasaran. Hal ini dimaksudkan agar program
kegiatan yang dilakukan akan
lebih
inovatif,
produktif,
menyentuh setiap kebutuhan masyarakat.
2. Kepada
perencana
hendaknya
program
menggunakan
modifikasi
program
IDT
pola
pendekatan
dengan
metode
penyusunan program melalui
belajar
tersebut
pada
dianggap
kelompok
yang
sasaran,
berpusat
partisipatif
kegiatan PLS,
oleh kelompok
pada
dalam
agar
program
sasaran
sebagai
kebutuhan belajar yang bermanfaat untuk meningkatkan taraf
kehidupannya.
3. Perlu
adanya
kerjasama
antara
instansi
Departemen
Dalam
Negeri dan Direktorat Pembangunan Masyarakat Desa/Bangdes
sebagai penyelenggara program IDT dengan
seperti
Departemen
Tenaga
Kerja,
Pertanian,
saling
Sosial,
Departemen
Departemen
Perindustrian
memberikan
Dikbud,
Departemen
Transmigrasi,
serta
masukan
instansi lainnya
dalam
Bank
Departemen
Pemerintah,
penanggulangan
untuk
berbagai
hambatan yang dihadapi oleh anggota kelompok sasaran.
4.
Dalam
pelaksanaan
sasaran hendaknya
formal
anggota
program
IDT
melalui
perlu dipertimbangkan
kelompok
sasaran
dan
kegiatan
kelompok
faktor pendidikan
latar
belakang
pekerjaan sebelumnya.
5. Dalam
pelaksanaan
dengan dana
program
IDT perlu
pembangunan
adanya
tindak
desa
lanjut
tertinggal
program,
akan berfungsi sebagai evaluasi dan monitoring
lanjutan terhadap apa
kegiatan
IDT,
yang telah
sehingga
pembinaan
dilaksanakan
pengembalian
dana
yang
IDT
melalui
secara
bergulir dapat dilaksanakan sesuai target dari pemerintah.
99
6. Kepada pendamping yang melaksanakan pembinaan kepada anggo
ta kelompok sasaran : a)
Dalam proses pembelajaran, perlu
menggunakan bentuk pembinaan individual ditempat kelompok
b)
sasaran,
motivator
Hendaknya lebih berperan sebagai pembina dan
dalam
proses
pembelajaran,
c)
Hendaknya
menggunakan multi metode dalam proses pembelajaran,
d)
Hendaknya memanfaatkan sarana-sarana-di lingkungan kelompok
sasaran untuk media pembelajaran yang konkrit, f) Hendaknya
waktu dan tempat pembinaan,
disepakati
bersama dengan
kelompok sasaran, g) Hendaknya meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan lebih lanjut dalam pelaksanaan IDT.
7. Untuk
penelitian
berikut
7.1.
lebih
lanjut disarankan hal-hal
sebagai
:
Perlu diadakan
Mungkal
wilayah
Datar
penelitian
maupun
di
Kabupaten DT II
lanjutan
desa
baik
tertinggal
Kuningan
di
desa
lainnya
penelitian
di
ini,
terutama lebih diarahkan pada latar belakang pekerjaan
anggota
kelompok
sasaran
pendamping
terhadap
keberhasilan dalam program pembangunan desa tertinggal
dengan memanfaatkan dana IDT.
7.2. Perlu adanya penelitian tentang kredibilitas terhadap
keberhasilan PLS di kalangan anggota kelompok sasaran
dalam
program
pembangunan
memanfaatkan dana
desa
tertinggal
dengan
IDT.
7.3. Perlu diadakan penelitian berkenaan dengan tingkat
pendidikan sekolah anggota kelompok sasaran terhadap
pelaksanaan program pembangunan desa tertinggal dengan
memanfaatkan dana
IDT.
100
DAFTAR PUSTAKA
Adiwikarta, Sudardja,
(1988), Sosiologj Pendidikan: Isvu dan
Hipotesis Tentang Hubungan dengan Masyarakat. Depdikbud
Dikti, P2LPTK, Jakarta.
Arundale,
R.B.,
(1971),
The
Concept
of
Process
in
Human
Communication Research, Michigan State University.
Artasasmita, Roni (1989), Pedoman merancang
Latihan j_ Jilid 1. PLS - IKIP Bandung.
Biro Pusat
Statistik,
(1991),
Hasil
Sistem
Sensus
Kursus
Penduduk
dan
1990.
Jakarta.
Bodgan, Robert C. , Biklen Sari Knopp, (1982), Qualitative
Research for Education j_ An Introduction to theopry and
Methods, Allyn
and Bacon Inc., Boston.
Book et al., (1980), Agricultural Extension j_ The Training and
Visit System. Washington, DC, The Word Bank.
Botkin,
James W.,
(1984),
No
Limits to
Learning:
Bridging The
Humas Gap, New York, Mc Graw Hill Book Co.
Clear et al., (1984),
Adaptable Model
The
for
Cooperative
Develoving
extension Service j_ An
Countries. Urbana II,
Interpkas.
Coombs,
Philips,
H.,
Ahmed,
Kemiskinan di Pedesaan
Rajawali, Jakarta.
Manzzoor,
melalui
(1984),
Pendidikan
Memeranai
Non-Formal.
Depari, Edward, Colin, Mac, Andrews, (1982), Peranan Komunikasi
Massa Dalam Pembangunan. Gajahmada University.
Departemen
GBHN
Penerangan
1993.
R.I.,
(1993),
Ketetapan
MPE
RI:
Tentang
Jakarta.
Departemen Pertanian, BPLPP,
(1985), Pedoman Penyelenggaraan
Penyuluhan, Buku I, II dan III, Jakarta.
Dharmawijaya,
(1985), Gaya Kepemimpinan dalam Pendidikan Non
Formal. Bandung, Jemmars.
Dirgagunarsa
Singih,
(1978),
Pengantar
Psykology,
Mutiara
Jakarta.
Effendi, Onong, U (1981), Komunikasi dan Modernisasi,
Alumni,
Bandung.
Freire, Paulo, (1985), Pendidikan Kaum Tertindas. LP3S, Jakarta.
101
Hamidjojo, Santoso, S (1978), Aplikasi Model Komunikasi Daripada
Perubahan Sikap Dalam Pembangunan Masyarakat Desa, BPP,
Jakarta.
, (1973),
Inovasi Pendidikan: Meniniau Beberapa Kerangka
Analisa untuk Penelitian dan Pelaksanaannya. IKIP - Bandung.
Hanafi, Abdullah,
(1987),
Nasional, Surabaya.
Haverlock,
(1973),
Memasyarakatkan
The Change Agents
Ide-ide
Guide
to
Baru,
Usaha
Innovation
in
Educational. Englewood Cliffs.
Illich,
Ivan,
Harapan,
(1971),
(Terjemahan),
Bebas
Dari
Sekolah
Sinar
Jakarta.
Jarvis, Peter, (1983), Adult and Continuining Educational. Theory
and Practice. Croom, Helm Ltd.
Kertasasmita, Ginanjar, (1993).Beberapa Prinsip Dalam Pengelolaan
Program Inpres Desa Tertinggal. Bappenas Jakarta.
Kindervatter,
Suzana,
(1979),
Non-Formal
Rducation.
AS
An
Empowering Process. Printes in The United States of America.
/(1993).Kebijaksanaan dan
Strategi
Pembangunan
Dalam
Upaya
Menanggulangi Kemiskinan j_ Bappenas Jakarta.
Knowless, Malcolm, (1973)
Publishing Company.
Learning,
Foltet
, (1977),
The Modern Practice of Adult Education.
The Adult Educational Company, New York.
Combride
, (1986), The Adult
Publishing Company.
Self
Directed
Leaner:
A
Neglected
Species
Gul
Koentjaraningrat, (1984), Kebudayaan. Mentalitet dan Pembangunan.
Gramedia,
PEMBANGUNAN DESA TERTINGGAL
Dl KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KUNINGAN
(Suatu Analisis Pengentasan Kemiskinan Dengan
Memanfaatkan Dana Inpres Desa Tertinggal Di Desa Mungkal
Datar Kecamatan Ciniru)
TESIS
Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis untuk me menu hi
sebagian dari syarat Program Pasca Sarjana Bidang
Studi Pendidikan LuarSekolah
Oleh
:
H. TONY KURNIAWAN
Nrp. 535/C/XVII-9
PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
1 994
DISETUJUI
Prof.
DAN
DR.
DISAHKAN
OLEH
ACHMAD SANUSI,
PEMBIMBING
SH.
MPA.
PEMBIMBING
Prof.
DR.
SUTARYAT TRISNAMANSYAH,
MA.
PEMBIMBING
7ER0GBAM PA3CA SARJANA
INSTITUT
KEGURUAN
DAN
ILMU
BANDUNG
19
9
4
PENDIDIKAN
A
Penelitian
Luar
Sekolah
B
S
T
R
A
K
ini mengetengahkan
Dalam
Program
topik
Pembangunan
"Peranan
Inpres
Pendidikan
Desa
Tertinggal
(IDT) di Kabupaten Daerah Tingkat II Kuningan".
Fokus penelitian mengacu kepada permasalahan pokok yaitu
bagaimana
realisasi
pelaksanaan
Tertinggal dalam pengentasan
Inpres
Desa
Tertinggal
program
Pembangunan
:
Desa
kemiskinan dengan memanfaatkan dana
(IDT),
bagaimana
PLS
dilaksanakan
oleh
Dinas terkait dan bagaimana dampak PLS dalam IDT di Desa Mungkal
Datar Kecamatan Ciniru Kabupaten DT II Kuningan.
Penelitian
dilakukan
ini menggunakan metode kualitatif,
dengan
teknik
studi kepustakaan.
wawancara,
Pengolahan data
pengumpulan data
observasi,
dan
dokumentasi
analisis data
dan
dilakukan
selama maupun setelah semua data terkumpul, sedangkan subyek yang
diteliti adalah anggota kelompok sasaran IDT yang berjumlah enam
orang dan pendamping berjumlah satu orang.
Studi ini menemukan bahwa kondisi dan situasi masyarakat
miskin yang
tarap
merupakan
hidupnya,
walaupun
mengalami kemajuan
Kabupaten DT II
kelompok
yang
sasaran
diakui
IDT
mampu
perkembangannya
berarti,
Kuningan khususnya
karena
di Desa
meningkatkan
terlihat
pelaksanaan
Mungkal
belum
IDT
Datar
di
baru
direncanakan dimulai 1 April 1994.
Penelitian
temuan,
yaitu
ini
juga
: sebagian
berhasil
besar
mengungkapkan
program
beberapa
Pembangunan
desa
tertinggal dalam pengentasan kemiskinan dengan memanfaatkan dana
iii
IDT,
baik di
Kuningan
Desa Mungkal
belum
Datar maupun di
dilaksanakan
dan
Kabupaten
dimanfaatkan
oleh
DT,.II
anggota
kelompok sasaran bagi peningkatan kesejahteraannya.
Hal ini berarti pembinaan PLS melalui keterampilan anggota
kelompok
karena
sasaran
IDT
yang
program IDT di
dilaksanakan
Kabupaten DT
II
belum
nampak
oftimal,
belum
berjalan
Kuningan
satu tahun. Pendamping masing perlu ditingkatkan wawasannya dalam
melaksanakan
pembinaan
keterampilan
pengawasan
pengendalian
Kecamatan
Ciniru
program
Kabupaten
pada
IDT
DT
di
II
pelaksanaan
Desa
Mungkal
Kuningan
masih
dan
Datar
perlu
ditingkatkan.
Keadaan ini merupakan implikasi dari pengelolaan program
pembelajaran
yang
belum
dilaksanakan
menyeluruh dan berkesinambungan,
dilaksanakan
Departemen
berdasarkan
Pendidikan
terarah,
terpadu,
padahal proses pembelajaran
program
dan
secara
yang
Kebudayaan
disusun
oleh
Kanwil
Propinsi
Jawa
Barat,
Penterintah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa
Barat,
Direktorat
Pembangunan Desa Propinsi Jawa Barat serta Dinas/Instansi terkait
lainnya.
Dilihat
dari
hasil
berdasarkan konsep PLS,
terjadinya
perubahan
dan
dampak
program ini
sikap
pembinaan
dan
pengawasan
cukup menggembirakan,
ditandai
dan keterampilan yang sudah dimiliki,
dengan
tampilnya
yaitu
kemampuan
dimana adanya peningkatan
taraf hidup dengan meningkatnya pendapatan para anggota kelompok
sasaran IDT, berkisar antara 40 % sampai dengan 55 %.
IV
DAFTAR
ISI
Halaman
A
B
KATA
S
T
R
A
K
iii
PENGANTAR
v
DAFTAR ISI
DAFTAR
viii
TABEL
X
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
BAB
BAB
I
II
xii
PENDAHULUAN
1
A. Latar belakang masalah
1
B. Masalah dan perumusan
8
C. Tujuan penelitian
9
D. Kegunaan penelitian
9
E. Lokasi dan lamanya penelitian
13
KERANGKA
PEMIKIRAN
14
A.
Pendidikan
Teori
Luar
Sekolah
14
B. Pendidikan Luar Sekolah dalam Kelompok
Sasaran Inpres Desa Tertinggal di Kabu
Paten Daerah Tingkat II Kuningan
23
C. Propil kemiskinan di Kabupaten Daerah
Tingkat II Kuningan
D.
Peranan
Pendidikan
31
Luar
Sekolah dalam
Pengentasan Kemiskinan
35
E. Kebijaksanaan Pemerintah Daerah Ting kat II Kuningan dalam Pengentasan Ke miskinan
39
viii
F.
BAB
III
IV
43
PROSEDURE PENELITIAN
45
A.' Metode Penelitian
45
B. Teknik Pengumpulan Data
46
C. Subyek yang Diteliti
47
D.
BAB
Evaluasi dalam pengentasan Kemiskinan.
Analisis dan
Penafsiran Data
49
E. Langkah-langkah Penelitian
51
DESKRIPSI
54
DAN
ANALISIS
DATA
i
A. Tinjauan Umum Daerah Penelitian, dan
Kondisi Desa Tertinggal
54
1. Kondisi Geografis
54
2.
Kondisi Demografis
3 .
Kondisi
Sosial
•1
Ekonomi
56
58
B. Doskripsi dan analisa Data Hasil Pene
litian
BAB
V
62
KESIMPULAN
DAN
SARAN
93
A. Kesimpulan
93
B.
98
S
a
r
a
n
DAFTAR PUSTAKA
.10.1
LAMPIRAN - LAMPIRAN
;1:Q5
IX
DAFTAR
TABEL
Halaman
Tabel 1. Pembagian luas tanah berdasarkan penggunaannya
54
Tabel 2. Jumlah dan Komposisi mata pencaharian
penduduk
Tabel
3.
59
Responden
Desa
pelaksanaan
tertinggal
Kemiskinan
Mungkal
Dalam
dengan
Datar
Dana
Pembangunan
Pengentasan
IDT
Kecamatan
Kabupaten DT II Kuningan
di
Desa
Ciniru
85
DAFTAR
GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Penanggulangan Kemiskinan dengan
Program IDT
22
Gambar 2. Hubungan Fungsional Antara Komponen-komponen PLS
28
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Kriteria dan batasan orang misrkin
105
Lampiran 2. Bagan istri sebagai penunjang naf
kah tambahan keluarga
106
Lampiran 3. Peta lokasi Desa obyek Penelitian
107
Lampiran 4. Rekapitulasi Desa Tertinggal
di
Jawa Barat
108
Lampiran 5. Bagan Kader Pendidikan Luar
lah Dalam Pengentasan
Seko
Kemiskinan
110
Lampiran 6. Indikator / Variabel Penanggula ngan Kemiskinan Desa
Tertinggal
di Kabupaten DT.II Kuningan
Lampiran 7. Peranan Pendidikan Luar
Dalam Penanggulangan
111
Sekolah
Kemiskinan
Di 54 Desa Tertinggal Di
Kabupa
ten DT.II Kuningan Tahun 1994
/
1995
112
Lampiran 8. Inventarisasi Desa tertinggal
Kabupaten DT.II Kuningan
1994 / 1995
di
Tahun
115
xii
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pelaksanaan
pembangunan
dari
pemerintah
pusat,
khususnya program pembangunan dalam Pelita VI
melalui
Program
semakin
Inpres
Desa
Tertinggal
(
IDT
)
ini
ditingkatkan dan disebarluaskan ke berbagai kota baik
di
ibukota Propinsi maupun Daerah Tingkat II, termasuk Daerah
Tingkat II Kuningan.
Pada
dasarnya
Tertinggal
(
IDT
bantuan
)
dalam
program
Inpres
pelaksanaannya
tanggung jawab pemerintah daerah,
Desa
merupakan
tetapi mengingat sumber
dana yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah sangat terbatas,
maka dalam pelaksanaannya
perlu
mengadakan
pemerintah pusat
usaha-usaha
pembinaan
menganggap
yang
aktif,
terutama dalam penyelenggaraan pembangunan desa tertinggal
melalui
dana
Inpres
Desa
Tertinggal
(
IDT
)
untuk
menumbuhkan dan memperkuat kemampuan penduduk miskin dalam
meningkatkan tarap hidupnya
dengan
berusaha
kesejahteraannya,
untuk
meningkatkan
membuka
kesempatan
sehingga
pelaksanaan pembangunan dengan bantuan Program Inpres Desa
Tertinggal
di
Tingkat
Kuningan,
II
daerah,
dengan sasarannya.
khususnya
diharapkan
di
Kabupaten
berjalan
lancar
Daerah
sesuai
Guna
Program
lancarnya
Inpres
Desa
pelaksanaan
Tertinggal
pembangunan
sangat
diperlukan
dalam
tenaga-
pendamping terampil melalui Pendidikan Luar Sekolah (PLS).
Disini akan nampak Peranan Pendidikan Luar Sekolah
(PLS)
dalam pelaksanaan pembangunan,
baik pembangunan
desa tertinggal melalui dana Inpres Desa
direncanakan
GBHN
1993
pelaksanaannya
menunjukkan
Menurut
Jawa
hasil
Barat
mulai
manusia
miskin
di
Tahun
1984
= 5,6 juta
(18,51 %)
Tahun
1987
= 5,0 juta
(15,46 %)
Tahun
1990
= 4.8 juta
(13,84 %)
Kondisi
khususnya
tanggal
sebagai
penelitian
Tertinggal yang
BPS,
1
April
upaya
pembangunan
jumlah
penduduk
:
penduduk
miskin
penduduk miskin di
di Jawa Barat umumnya,
Kabupaten
Daerah
Tingkat
Kuningan masih cukup besar,
sehingga diperlukan
usaha
mereka
khusus
dalam
1994.
membantu
untuk
II
suatu
menanggulangi
kemiskinannya. Ciri kemiskinan umumnya ditandai dengan
lemahnya
nilai
produktivitas,
rendahnya
keterbatasan
usaha
hasil
produksi,
rendahnya
terbatasnya modal yang dimiliki menyebabkan
pendapatan.
Hal
berpartisipasi
ini
penduduk
dapat
miskin
menyebabkan
itu
sendiri
dalam pembangunan.
Program
untuk
Inpres
mempercepat
jumlah
desa-desa
Desa
Tertinggal
pengurangan
(IDT)
diarahkan
jumlah penduduk miskin
tertinggal,
dimana
menurut
dan
Kantor
statistik Jawa Barat sampai dengan bulan Juni 1993,
desa tertinggal yang merupakan
jumlah
desa miskin di Kabupaten
Daerah Tingkat II Kuningan ada 54 desa tertinggal (14,63%)
dari 357 desa dan 12 Kelurahan di Kabupaten Daerah Tingkat
II Kuningan.
Ruang lingkup Program Inpres Desa Tertinggal
(IDT)
adalah kegiatan dalam bidang sosial ekonomi penduduk desa
miskin.
Konsep
sosial
ekonomi
dilakukan dengan membangun dan mengembangkan
potensi
ekonomi
mempercepat
desa,
pelayanan
memenuhi
dasar
dan
kegiatan
kebutuhan
menciptakan
pokok
suasana
mengadakan
yang
mendukung
tidak
mempunyai
penanggulangan kemiskinan.
Oleh
karena
pekerjaan
penduduk
tetap
atau
miskin
hasil
umumnya
kerjanya
tidak
menghasilkan
pendapatan yang wajar, maka program Inpres Desa Tertinggal
ini
dimaksudkan
memperluas
untuk
lapangan
meningkatkan,
kerja
melalui
menciptakan
perluasan
dan
kegiatan
pembangunan di desa tertinggal.
Upaya
tersebut
berupa
pemberian
bantuan khusus seperti modal usaha,
bimbingan
serta
melaksanakan
perhatian
dan
latihan keterampilan,
kegiatan
yang
dapat
memacu
dalam meningkatkan pendapatan penduduk miskin itu sendiri.
Kebijaksanaan
pemerintah
Daerah
Tingkat
II
Kabupaten Kuningan dalam pengentasan kemiskinan di 54 desa
tertinggal di Kabupaten Daerah Tingkat II Kuningan, adalah
memanfaatkan fasilitas Inpres Desa Tertinggal di Kabupaten
Daerah
Tingkat
II
Kuningan,
dengan
pendamping
dari
masing-masing desa tertinggal sebanyak 73 orang disiapkan
untuk
mensukseskan
Teringgal tersebut,
pelaksanaan
pembahasan detail
sasaran,
dan
kelompok sasaran,
peningkatan
berusaha
Desa
pendataan dan pencatatan
kehidupan anggota kelompok
mencantumkan prioritas masalah,
pelaksanaan
Inpres
yang bertugas mengenai pengenalan
program IDT pada pertemuan Desa,
sasaran,
program
mendorong
kreativitas
menentukan waktu
aktivitas
anggota
dengan kegiatan yang berorientasi pada
keterampilan
dan
pengembangan
kemampuan
anggota kelompok sasaran tersebut.
Bantuan
Inpres
Desa
Tertinggal
memberikan dampak yang cukup berarti,
jelas
akan
melalui peningkatan
keterampilan anggota kelompok sasaran dalam menentukan
jenis kegiatan yang menumbuhkan kebersamaan,
keterpaduan
dan berkelanjutan , dimana Peranan Pendidikan Luar Sekolah
dalam
Program
Daerah
Pembangunan
Tingkat
mempersiapkan
secara
II
Kuningan,
penduduk
berkelanjutan
khususnya di
54
Desa
dalam
di
Tertinggal
sangat
di
berperan
mengentaskan
desa-desa
desa tertinggal di
Kabupaten
untuk
kemiskinan
miskin
umumnya,
Wilayah Kabupaten
Daerah Tingkat II Kuningan.
Di
samping itu pula disediakan dana
sebagai
modal
bagi masyarakat desa tertinggal untuk membangun kemampuan
dirinya,
dimana penyediaan dana
menambah
kemampuan
masyarakat
kemampuan yang melebihi
pemerintah.
modal
ini
diharapkan
sehingga
yang
dapat
meningkatkan
diberikan
oleh
Modal
bantuan
dari
Inpres Desa Tertinggal
pemerintah
(IDT)
ini,
melalui
program
dapat berkesinambungan
pemanfaatannya karena digunakan secara bergulir.
Adapun pelaksanaan
Inpres
Desa
Tertnggal
ini
dilaksanakan langsung oleh masyarakat desa miskin itu
sendiri,
yang dibantu oleh aparat pemerintah daerah pada
tingkat yang paling dekat rakyat.
Di sini peranan aparat pemerintah yang terkait
sangat
penting
masyarakat
seperti
yang
yang
ada
Lembaga
ditunjang
di
Ketahanan
Pembinaan Kesejahteraan
Masyarakat
pedagang
akan
kecil,
sangat
desa
oleh
lembaga-lembaga
tertinggal
Masyarakat
itu
sendiri,
Desa
(LKMD),
Keluarga (PKK) dan sebagainya.
miskin
petani,
merasakan
di
desa
tertinggal
peternak,
manfaatnya
buruh
dengan
dan
misalnya
sebagainya
adanya
bantuan
Inpres Desa Tertinggal ini.
Peranan Pendidikan Luar Sekolah di Kabupaten Daerah
Tingkat
II
Kuningan
dalam
mensukseskan
Inpres
Desa
Tertinggal (IDT) ini, program-programnya harus disesuaikan
dengan
kebutuhan
dalam
pengentasan
desa
miskin
itu
sendiri, di antaranya meliputi :
a.
Program pembangunan melalui Program Inpres Desa
Tertinggal (IDT) dengan mengentaskan kemiskinan.
b. Penentuan desa tertinggal dan peta kemiskinan di
Kabupaten Daerah Tingkat II Kuningan.
c. Kebijaksanaan
Pemerintah
Daerah
Tingkat
Kuningan, dalam pengentasan kemiskinan.
II
d. Kebijaksanaan penanggulangan kemiskinan melalui
Inpres
Desa
Tertinggal.
(Pemda
Tingkat
II
Kuningan tahun 1993).
Diharapkan
peranan
pendidikan
luar
sekolah
dalam
memperlancar pelaksanaan pengentasan kemiskinan dalam
menunjang pembangunan dengan bantuan program
Tertinggal
perlu
(IDT)
sangat
mengadakan
bermanfaat,
penelitian
mengetahui hambatan,
maka
mengenai
Inpres Desa
penulis
hal
merasa
ini,
untuk
jalan keluar dan hasil yang dicapai
dalam pencapaian tujuan maupun sasaran pembangunan dengan
bantuan Inpres Desa Tertinggal
(IDT)
di
Kabupaten Daerah
Tingkat II Kuningan.
Pendidikan Luar Sekolah di
sekali
manfaat
dan
peranannya
Indonesia sangat terasa
khususnya
dalam
menunjang
pengentasan kemiskinan di desa miskin melalui
Inpres Desa Tertinggal
(IDT), karena wilayah dan penduduk
Indonesia sebanyak 80 % tinggal di desa.
1984
program
(Koentjaraningrat
: 100).
Persyaratan yang harus diperhatikan oleh Pemerintah
Daerah
Tingkat
Tertinggal,
a.
II
Kuningan
dalam
(Ginanjar Kartasasmita,
Pemilihan
lokasi
harus
program
1993),
Tertinggal
Desa
meliputi :
disesuaikan
kebutuhan desa miskin daerah
b. Kurikulum,
Inpres
dengan
itu sendiri.
berpedoman kepada panduan Inpres Desa
(IDT)
serta
teknologi dewasa ini.
penyesuaian
faktor
c. Koordinasi
dengan
fihak
terkait
dalam
hal
ini
pemerintah daerah setempat serta Dinas/lnstansi,
Lembaga Ketahanan Masyarakat
Desa
(LKMD)
Pembinaan Kesejahteraan Keluarga
kelompok
sasaran
itu
sendiri
terlaksana dengan baik,
serta
(PKK),
harus
juga
betul-betul
hal ini supaya program
berjalan lancar.
Sekiranya
Tertinggal
telah
persyaratan
dipenuhi
program
maka
peranan
Inpres
Desa
pendidikan
luar
sekolah dalam program pembangunan Inpres Desa Tertinggal
khususnya di
Kabupaten
Daerah
Tingkat
II
Kuningan
akan
berjalan lancar, karena anggota kelompok sasaran tersebut
menguasai keterampilan dalam mengentaskan kemiskinan di 54
desa tertinggal Kabupaten Daerah Tingkat
II Kuningan,
masyarakat desa tertinggal tersebut diharapkan dengan
bantuan program Inpres Desa Tertinggal
kreatif
pada
dirinya,
mempunyai
( IDT ) akan lebih
pola
pikir
yang
baik,
sikap dan tindakan yang cepat dalam meningkatkan kehidupan
sendiri kearah lebih baik.
Dengan menambah pengetahuan pada
di
54
desa tertinggal
Pendidikan
selaku
Luar
anggota
Sekolah
kelompok
di
kelompok
Kabupaten Dati
( PLS
)
untuk
II
Kuningan,
keluarga
sasaran peranannya
sasaran
cukup
miskin
besar,
dimana mereka mempunyai keinginan meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan,
keahlian dalam
pemecahan masalah yang
sesuai dengan kondisi yang diharapkan.
pengetahuan, keterampilan, kecakapan, nilai, sehingga yang
menerimanya mengalami perubahan cara berpikir,
sikap dan
perilaku ke arah yang lebih baik.
B.
Masalah dan Perumusannya
Apabila
kita
bandingkan
syarakat miskin yang nampak di
antara
keadaan
ma
lapangan dengan keadaan
masyarakat yang ideal, maka akan terdapat kesenjangan.
Kesenjangan
tersebut
perlu
menimbulkan
kemiskinan
yang
diatasi
semakin
agar
tidak
berat.
Untuk
itu diperlukan adanya upaya-upaya penanggulangan. Salah
satu
upaya
penanggulangannya
antara
lain
melalui
pendidikan luar sekolah dengan program keterampilan.
Apabila
masyarakat
dengan
kita
miskin
bandingkan
melalui
penanggulangan
diharapkan,
maka
terdapat
antara
PLS
yang
penanggulangan
ada
masyarakat
di
lapangan
miskin
pula kesenjangan
yang
yang
perlu
diatasi.
Upaya
melalui
program
keterampilan
PLS ini diharapkan mampu mengurangi kesenjangan, dengan
catatan
kegiatan
PLS
tersebut
betul-betul
dikelola
dengan baik, disertai dana yang memadai.
Masalah
penelitian
ini
terarah
kepada
suatu
gambaran yang jelas tentang peranan PLS dalam program
IDT di Desa Mungkal Datar Kecamatan Ciniru Kabupaten DT
II Kuningan, yang dirumuskan sebagai berikut :
1.
Bagaimana realisasi pelaksanaan program Inpres Desa
Tertinggal ?
2. Bagaimana PLS dilaksanakan oleh dinas terkait dalam
mensukseskan program Inpres Desa Tertinggal ?
3. Bagaimana
dampak
PLS
dalam
program
Inpres
Desa
Tertinggal ?
C. Tujuan Penelitian :
Tujuan Penelitian dalam penulisan adalah :
1. Untuk mengungkapkan data tentang realisasi pelaksanaan
program Inpres Desa Tertinggal di Kabupaten Kuningan.
2. Untuk
mendapatkan
gambaran
secara
jelas
tentang
kegiatan yang menitik beratkan pada usaha bersifat
mandiri.
3. Untuk mendapatkan gambaran secara jelas tentang Peranan
PLS
dalam
program
Inpres
Desa
Tertinggal
pengentasan kemiskinan di Kabupaten
Kuningan
guna
menunjang
daerah
pelaksanaan
4. Untuk mendapatkan gambaran mengenai
untuk
Tingkat
II
pembangunan.
peranan Pendidikan
Luar Sekolah dalam kelompok sasaran program
IDT untuk
meningkatkan kesejahteraan anggota kelompok sasaran
tersebut.
D. Kegunaan Penelitian :
1.
Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan peranan
Pendidikan Luar Sekolah pada Pelaksanaan
Pembangunan
Program Inpres Desa Tertinggal di Kabupaten Daerah Tingkat
II Kuningan,
agar pembangunan berjalan lancar,
program pendidikan
luar
sekolah ini dapat
karena
berkontribusi
terhadap program pengentasan kemiskinan, sehingga akan
menunjang keterampilan penduduk miskin.
Diharapkan penelitian ini hasilnya menjadi masukan
bagi
lembaga
atau
instansi,
baik
dikelola/dilaksanakan oleh pemerintah,
yang
maupun swasta,
di antaranya Direktorat Pendidikan Masyarakat Depertemen
Pendidikan
Direktorat
dan
Kebudayaan,
Pembangunan
kursus-kursus
atau
Desa
latihan
Depertemen
dan
Tenaga
lain-lain
ketrampilan
Kerja,
dalam
bentuk
lainnya.
Hal
tersebut perlu adanya usaha peningkatan lebih lanjut, yang
merupakan masukan penting bagi teori-teori yang digunakan
sebagai landasan penelitian ini dalam kaitan kegunaan
praktisnya,
manfaat
terutama partisipasi yang dapat memberikan
dalam menangani masalah pada pelaksanaan bantuan
pembangunnan dengan program Inpres Desa Tertinggal dimana
Pendidikan Luar Sekolah di
Kabupeten
daerah
Tingkat
II
Kuningan cukup berperan.
2.
Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini ditinjau dari segi teoritis di
harapkan
dapat
mengembangkan
teori-teori
yang
ada,
khususnya dalam kaitannya dengan peranan pendidikan luar
sekolah, dalam menguji teori-teori yang ada sesuai dengan
masalah yang di bahas.
Aspek
peserta
inti
pendidikan
menyangkut
yang
10
termasuk
sumber
dalam
belajar
ruang
dan
lingkup
pembahasan
masalah
pelaksanaan
Pendidikan
program
IDT,
Luar
Sekolah
yang menyangkut
pada
tujuan dan
prinsip pendidikan luar sekolah dan metode yang digunakan.
Aspek
pandang
teoritis
sebagai
aspek
maupun
praktis
penting
yang
operasional,
perlu
dikaji
di
secara
ilmiah, kearah keadaan yang menunjang peranan pendidikan
luar sekolah dalam pencapaian tujuan program pembangunan
Inpres Desa Tertinggal
(IDT)
di Kabupaten daerah Tingkat
II Kuningan harus produktif, efektif dan efesien.
Hal ini sesuai dengan pendapat dari DR. Engkoswara
( 1985 ) yaitu :
Produktivitas
lembaga
pendidikan
dalam
arti
keseluruhan proses penataan sumber daya untuk.
mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan
efesien, efesien
pertama
efesien
organisasi dilihat dari dua segi
segi hasil, suatu tertentu memberi
kalau dengan usaha tertentu memberi
hasil
hasil
yang maksimal, baik mengenai mutu atau jumlah suatu
hasil karena segi usaha suatu pekerjaan disebut
efesiensi kalau hasil tertentu tercapai dengan
usaha yang minimal.
Efektivitas dimaksud adalah pengaruh sistem atau
inovasi yang diterapkan sehingga menghasilkan
prestasi atau produk yang optimal
( Sudarwan
Danin,
Kegunaan
1985:
56).
penelitian
ini
dilaksanakan,
karena
erat
hubungannya dengan permasalahan yang diteliti, yaitu :
- Hasil-hasil
informasi
pendidikan,
penelitian
bagi
ini dapat
pengkaji
khususnya
dan
PLS
menjadi
tambahan
pengembangan
dalam
melengkapi
ilmu
dan
mengembangkan pengentasan kemiskinan program IDT dan
konsep-konsep ke PLS-an yang telah ada.
11
- Memberikan masukan pada pemerintah daerah setempat,
organisasi sosial, pemuka masyarakat dan penduduk untuk
pertimbangan, pembinaan mengenai pengentasan kemiskinan.
- Secara teoritis,
menerapkan dan menganalisis aplikasi
teori-teori pendidikan pada daerah kasus yang dapat
mempengaruhi
sekaligus
pembentukan
menunjang
perilaku
peningkatan
hidup
pendapatan
layak,
masyarakat
miskin Desa Mungkal Datar.
- Bagi
penulis
pengetahuan,
diharapkan
sikap
dapat
keterampilan
menambah
dalam
wawasan,
melaksanakan
penelitian-penelitian selanjutnya.
3.
Kegunaan Khusus
Salah
Bagi
satu
IKIP
pembina
Indonesia diantaranya
Pendidikan
IKIP,
Luar
menghasilkan
Sekolah
di
penelitian
ilmiah yang berkwalitas tinggi yang erat kaitannnya dengan
pembinaan profesi bidang pendidikan luar sekolah yang
merupakan tanggung jawab pembinanya.
Dari hasil-hasil penelitian semacam ini, diharapkan
adanya masukan-masukan yang berharga terhadap pengembangan
dan pembinaan profesi terutama dalam bidang Pendidikan Luar
Sekolah
(PLS) .
Teori
ini
kepentingan keilmuan khususnya
bermanfaat
sekali
bagi
dalam pengembangan
teori
dan konsep pendidikan luar sekolah itu sendiri, dapat juga
digunakan
sebagai
materi
perkuliahan
jurusan Pendidikan Luar Sekolah.
12
bagi
mahasiswa
E. Lokasi dan Lamanya Penelitian
Lokasi
dilakukan
penelitian
di
Desa
terhadap
Mungkal
Datar
kelompok
sasaran
Kecamatan
Ciniru
Kabupaten DT II Kuningan.
Adapun lama penelitiannya, adalah selama kurang lebih 3
(tiga) bulan yang dimulai sejak pertengahan
bulan Januari
1994.
Data
langsung
diperoleh
dengan
dengan
anggota
jalan mengadakan
kelompok
sasaran,
wawancara
dimana
untuk
melengkapi data yang diperlukan, juga mengadakan wawancara
dengan
Bapak
Bupati
selaku nara sumber,
Kabupaten
Kuningan,
Kepala
Daerah
Tingkat
Ketua Bappeda Daerah
II
Kuningan
Tingkat
Kepala Kantor Pembangunan
Desa
II
dan
Instansi terkait.
Di
memfokuskan
wilayah
kerja
penelitian
itu,
penulis
perhatian pada warga belajar yang
meningkatkan taraf hidupnya.
13
ingin
BAB
PROSEDURE
A.
Metode
III
PENELITIAN
Penelitian
Dalam penelitian
pendekatan kualitatif.
adalah
mengamati
dengan
mereka,
ini pendekatan yang digunakan adalah
"Penelitian kualitatif
orang
dalam
berusaha
lingkungannya,
memahami
bahasa
tentang dunia sekitarnya" (Nasution, 1988;
(1982:
31)
mengemukakan
pada hakikatnya
bahwa
dalam
berinteraksi
dan
tafsiran
5). Bogdan & Biklen
pendekatan
kualitatif,
penelitian berusaha mengerti arti dari peristiwa dan interaksi
itu sendiri yang ada sangkut pautnya dengan orang
situasi
tertentu.
Oleh
karena
dilakukan melalui kontak
itu
dalam
biasa pada
mengumpulkan
datanya
langsung dengan subyek yang diteliti
di tempat dimana mereka melaksanakan kegiatannya.
Pemilihan
dalam
penelitian
peranan
dan
ini
pendidikan
penggunaan
mempelajari
pendekatan
fenomeha
luar sekolah dalam
yang
kualitatif
terjadi
pada
Inpres
Desa
digunakan
pada
program
Tertinggal (IDT)
Metode
penelitian
eksploratif,
ini
yang
dianggap
adalah
yaitu
sesuai
untuk
studi
kasus
metode
suatu
metode
yang dapat
mempelajari secara intensif latar belakang,
yang
bersifat
digunakan
untuk
status sekarang,
interaksi dengan lingkungan, dari suatu unit seperti individu,
kelompok.
45
Dalam studi
ini
peneliti
mengarahkan
pada
perolehan
data yang menyangkut :
1.
Penelitian
program,
penanggulangan
dengan
kemiskinan
memperhatikan
sebagai
bagian
upaya
dari
proses
beratkan
pada
pembangunan.
2. Penelitian
mengenai
kegiatan
yang
menitik
usaha berdasarkan kemandirian.
3. Penelitian
kelompok
mengenai
sasaran
partisipasi
dalam
masyarakat
pengambilan
pelaksanaan
keputusan,
sebagai
mulai
evaluasi
pemanfatan
4. Penelitian mengenai peranan PLS dalam program
Inpres Desa
perencanaan,
sampai
miskin
hasilnya.
Tertinggal (IDT) di Kabupaten DT II Kuningan, agar sasaran
pengentasan kemiskinan di Kabpaten DT
II Kuningan dapat
tercapai sesuai dengan sasaran yang diharapkan.
B.
Teknik Pengumpulan Data.
Kedudukan
peneliti
dalam
penelitian
ini
adalah
merupakan alat pengumpul data.
Lexy
J.
Moleong
(1989:
132)
mengemukakan
bahwa
"kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup sulit,
peneliti sekaligus merupakan perencana,
data,analisis,
penafsir
data,
dimana
pelaksana,
pada
pelapor hasil penelitian". Sedangkan teknik
pengumpul
akhirnya
sebagai
pengumpulan data
dalam penelitian ini adalah wawancara dan pengamatan langsung
di
lapangan.
46
p.il.in
pi.'nq,\niatan,
kegiatan
iatihan
kelompok
sasaran
Menurut
Buford
panel i v. i
t: i.dc-,.k
keterampilan,
tetapi
diskusi,
tetap
Junker,
sepenuhnyn
ceramah
melakukan
teknik
ini
berperan
pada
fungsi
disebut
dalam
anggota
pengamatan.
"pemeranserta
sebagai pengamat" (Lexy J. Moleong, 1989: 139). Sedangkan alat
yang
digunakan. peneliti
pengamatan
pemotret
adalah
tape
(kamera) .
recorder,
Tape
mengadakan wawancara,
dalam
kegiatan
catatan
recorder
wawancara
lapangan
digunakan
dan
pada
dan
alat
waktu
lembaran catatan dan alat pemotret
digunakan pada waktu peneliti mengadakan pengamatan.
Selain kedua teknik pengumpul data di atas,
peneliti
juga berupaya memperoleh data yang relevan dengan ,memanfaatkan
'i
studi dokumentasi. Dalam studi dokumentasi tersebut diperoleh
data mengenai hasil Iatihan keterampilan,
diskusi,
ceramah,
perencanaan pemecahan masalah antar anggota kelompok sasaran
itu sendiri,
berdasarkan musyawarah demokrasi bahwa ketua,
sekretaris, bendahara dan anggota kelmpok sasaran program IDT
di Kabupaten DT II Kuningan.
C. Subyek vang Diteliti.
Subyek Penelitian ditentukan secara purposif sampling,
dimana dilakukan dengan mengambil anggota kelompok sasaran
yang terpilih oleh peneliti, menurut ciri-ciri spesifik yang
dimiliki oleh sampel itu. Sampling yang purposive adalah
"sampel yang dipilih dengan cermat hingga relevan dengan
disain penelitian" (Nasution,1982; 113). Lexy J. Moleong
(1989: 1982) mengemukakan bahwa terdapat ciri-ciri :sampel,
bertujuan sebagai berikut: l) Sampel' tidak dapat ditentukan
47
atau ditarik terlebih dahulu;
2)
Tujuan memperoleh variasi
sebanyak-banyaknya hanya dapat dicapai apabila satuan sampel
dilakukan
jika
dianalisis;
3)
satuan
Pada
sebelumnya
mulanya
sudah
setiap
dijaring
sampel
dapat
dan
sama
kedudukannya, namun sesudah makin banyak informasi yang masuk
dan makin mengembangkan pertanyaan penelitian, maka ternyata
bahwa sampel makin dipilih atas dasar fokus penelitian. 4)Pada
sampel bertujuan,
jumlah sampel ditentukan oleh pertimbangan
informasi yang diperlukan. Jika sudah terjadi pengulangan
informasi, maka penarikan sudah harus dihentikan." S. Nasution
(1988:11)
mengemukakan
menggunakan
bahwa
sampling"
"metode
random
atau
naturalistik
acakan
menggunakan populasi sampel yang banyak.
tidak
data
Sampel
tidak
biasanya
sedikit dan dipilih menurut (purposive) penelitian".
Subyek
yang
diteliti
dalam
penelitian
ini
adalah
masyarakat miskin selaku anggota kelompok sasaran Inpres Desa
Tertinggal di Wilayah Kabupaten DT
keseluruhan
jumlah
anggota
kelompok
II Kuningan.
sasaran
di
secara
54
Desa
Tertiggal pada 17 Kecamatan di Kabupaten DT.II Kuningan.
Berdasarkan data dari Kantor
Pembangunan Desa (Bangdes) tahun
1993 berjumlah 4.872 anggota kelompok sasaran,
yang tersebar di
248
kelompok
sasaran,
dengan tenaga
sedangkan
tenaga
pendamping berjumlah 73 orang.
Cara
pemilihan
subyek
yang
diteliti
dilakukan
berdasarkan perkembangan informasi yang berkaitan erat dengan
sejumlah
anggota kelompok
48
sasaran yang melaksanakan
fungsi
kegiatan yang terampil
Desa
sesuai
jenis usaha
padaprogram
Inpres
Tertinggal.
Anggota
kelompok
sasaran
yang
dijadikan
subyek
penelitian adalah 6 orang responden dari kelompok sasaran di
Desa Mungkal Datar Kecamatan Ciniru,
sedangkan' pendamping
program IDT yang menjadi subyek penelitian berjumlah 1 orang.
D.
Analisis dan Penafsiran Data.
1.
Analisis
Data.
Patton
adalah
(1980:
suatu
268)
proses
menyatakan
yang
bahwa
mengatur
analisis
urutan
mengorganisasikannya kedalam suatu pola,
data
data,
dan
kategori
dan
uraian pembahasan.
Demikian
juga
halnya
Bogdan
&
Biklen
(1982:
145)
mengemukakan bahwa analisis data adalah suatu proses untuk
mencari
dan
observasi,
menata
wawancara
secara
dan
sistematis
studi
catatan
dokumentasi
hasil
untuk
meningkatkan peneliti tentang kasus yang diteliti dan
menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain.
Bogdan & biklen *1982: 146-162) juga membedakan analisis
data
itu melalui dua langkah,
yaitu analisis selama di
lapangan dan analisis sesudah meninggalkan lapangan.
Langkah-langkah selama di lapangan adalah: (1) mempersempit
fokus studi,
(2) menetapkan tipe studi, (3) mengembangkan
secara terus-menerus pertanyaan analitik, (4)' menuliskan
komentar peneliti sendiri, (5) upaya penjajagan tentang ide
dan tema penelitian pada subyek sebagai analisii
.s
49
penjajagan,
di
(6) membaca kembali pustaka yang relevan selama
lapangan,
konsep.
(7)
Langkah-langah
lapangan adalah:
kodenya,
menggunakan
metaphora,
analisis
sesudah
dan
meninggalkan
(1) membuat kategori masalah dan menyusun
(2) menata urutan penelaahannya.
Berdasarkan pendapat tersebut
bahwa
analogi
analisis
data
yang
dilakukan
di
atas
dalam
dikatakan
penelitian
ini
adalah sebagai berikut :
- Berdasarkan data yang terkumpul, yang berupa abstrak dari
seluruh
deskripsi
wawancara,
baik
lapangan,
Peneliti
dan
hasil
observasi
rekaman
"tape
abstrak
dari
memisah-misah
transkrip
recorder"
hasil
data
hasil
maupun
studi
tersebut
dari
catatan
dokumentasi.
sesuai
dengan
masalahnya.
- Menguraikan katagori
terdapat
di
tersebut untuk memahami
dalamnya,
sambil
menelaah
guna
memberikan
aspek yang
hubungan
antara
satu dengan lainnya.
- Menata
urutan
masalah,
perkiraan
yang
menggambarkan perspektif peneliti untuk memberikan makna
terhadap hasil analisi data tersebut.
2.
Penafsiran Data.
Urutan kegiatan analisis data yaitu penafsiran data,
yang
mana
antara
analisis
data
dan
penafsiran
data
merupakan satu kesatuan dari suatu kegiatan.
Data yang diperoleh pada setiap pertemuan
dengan kelompok
ditafsirkan.
sasaran dan
Analisis
pendamping
dan penafsiran data
50
langsung
dianalisis
dan
dilakukan terus
selama proses penelitian sampai data yang diperlukan semua
terkumpul.
Selama
muncul
proses
penelitian,
pertanyaan-pertanyaan
analisis
yang
dilakukan,
dijadikan
dasar
akan
untuk
melacakterus kasus yang diteliti sampai diperoleh data
anggota
kelompok
sasaran
melalui
kegiatan
Iatihan,
keterampilan, ceramah, diskusi dan Iain-lain dalam program
program IDT.
Oleh karena kasus yang diteliti menyangkut pola
kerjasama peningkatan keterampilan pengolahan bidang usaha
anggota kelmpok sasaran program IDT, maka hasil penelitian
akan dianalisis dengan menghubungkannya dengan peranan
pendidikan luar sekolah itu sendiri.
E. Lanqkah-langkah Penelitian.
Yang dimaksud dengan langkah-langkah penelitian disini,
adalah langkah-langkah kegiatan yang dilakukan oleh peneliti
selama proses penelitian berlangsung. Menurut S. Nasution
(1988: 33-34) langkah-langkah penelitian tersebut adalah 1)
tahap orientasi, 2) tahap eksploitasi, dan 3) tahap "member
ceck".
1. Tahap Orientasi.
Tahap awal didahului dengan orientaisi guna mendapatkan
gambaran umum tentang sasaran penelitian. Hal ini meliputi
gambaran umum "KONDISI" anggota kelompok sasaran, jenis
usaha yang dilaksanakannya yang dapat dijadikan fokus
penelitian.
51
2. Tahap Eksploitasi.
Tahap eksploitasi selalu didahului dengan orientasi.
Eksplorasi dilakukan hanya terhadap hal-hal yang berkaitan
dengan studi
ini.
Metode yang
digunakan adalah wawancara
intensif dengan anggota kelompok sasaran.
Metode
lain
adalah observasi langsung pelaksanaan aktivitas sehari-hari
anggota kelompok sasaran. Hasilnya langsung dianalisis guna
menemukan
pertanyaan-pertanyaan
apa
yang
menjadi
tujuan
diadakan penelitinan.
3. Tahap Member Check.
Guna mempertahankan kebenaran informasi yang diperoleh
selama penelitian
berlangsung,
peneliti
melakukan
"member
check". Hasil wawancaranya dituangkan dalam bentuk laporan
lapangan,
dipertahankan
kepada
responden
untuk
dibaca
dar.
diperiksa kebenarannya, apakah sesuai dengan yang dikatakan
ketika
peneliti
mengadakan
wawancara.
Jika
terdapat
kekeliruan, peneliti memberikan kesempatan kepada responden
untuk memperbaikinya.
membacakan
kembali
mendengarkan
diberikan.
Hal
Cara yang ditempuh
hasil
apakah
wawancara,
sesuai
adalah peneliti
kemudian
tidaknya
responden,
imformasi
yang
ini dilakukan atas kesepakatan responden
oleh karena mereka sering tidak mau membacanya dikarenakan
faktor usia yang berakibat penglihatannya berkurang atau
dikarenakan pihak responden membacanya
disebabkan dasar pendidikannya yang rendah.
52
kurang
lancar
Selain dari langkah-langkah penelitian yang diuraikan
di atas,
hal
ini
peneliti juga melaksanakan kegiatan "Trianguasi"
untuk
diperoleh.
membuktikan
Data
yang
kebenaran
diberikan
dari
oleh
informasi
satu
yang
responden
diperiksa lagi kebenarannya kepada responden lainnya sampai
diperoleh
(1988:
persamaan.
112)
Sesuai
dengan
yang menjelaskan bahwa
pendapat
S.
Nasution
"data itu harus diakui
dan diterima kebenarannya oleh sumber informasi, dan selain
itu data tersebut
juga harus
dibenarkan
oleh
sumber atau
informasi lainnya".
Untuk membuktikan kebenaran data yang dilaporkan
dalam
penelitian
dicantumkan
ini,
setiap
informasi
satu
bentuk
laporan
dalam
yang
diperoleh
dengan
keterangan
dari mana sumber informasi diperoleh dan kapan dilaksanakan
wawancara
tersebut.
Selain
informasi
tersebut,
maka
responden,
demikian
itu
semua
guna
menjaga
informasi
diusahakan hanya diketahui
kredibilitas
terjamin.
53
hasil
penelitian
kerahasiaan
yang
diberikan
peneliti.
diharapkan
Dengan
dapat
BAB
V
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan deskripsi hasil
penelitian dengan hasil
analisisnya sebag'aimana dipaparkan pada bab terdahulu, pada Bab V
ini yang merupakan bagian akhir dari keseluruhan tulisan,
diuraikan kesimpulan-kesimpulan dan saran-saran sebagai berikut :
A. Kesimpulan.
Secara keseluruhan hasil penelitian (studi kasus)
ini
dapat disimpulkan :
1. Secara umum dapat diketahui bahwa sebagian besar program
IDT belum dilaksanakan dan dimanfaatkan oleh anggota
kelompok sasaran bagi kemajuan/peningkatan (dalam rangka
peningkatan kesejahteraannya.
Ini berarti bahwa pembinaan keterampilan anggota kelompok
sasaran melalui kegiatan program IDT yang dilaksanakan
belum nampak memberikan perubahan mereka karena program IDT
baru tiga bulan berjalan.
2. Bahwa pendamping yang membina anggota kelompok sasaran
melalui kegiatan program IDT di Desa Mungkal Datar secara
umum belum berhasil, karena waktu dan dana yang tersedia
pada waktu pelatihan tidak memadai dan waktunya hanya 2
minggu.
3. Perlu peningkatan wawasan pendamping didalam melaksanakan
pembinaan keterampilan pada pelaksanaan program
IDT
tersebut, disebabkan oleh beberapa faktor yakni : latar
belakang diri dan keluarga anggota kelompok sasaran,
orientasi nilai budaya, kondisi ekonomi anggota kelompok
93
orientasi nilai budaya,
kondisi ekonomi anggota kelompok
sasaran, kondisi fisik psikologis anggota kelompok sasaran
sebagai orang dewasa dan kredibilitas pendamping.
a. Latar belakang keluarga anggota kelompok sasaran.
Dalam
hal ini termasuk latar belakang pendidikan formal, latar
belakang pekerjaan
sebelumnya
keuletan,
rasa
tanggung
jawab dan jumlah tanggungan keluarga akan mempengaruhi
program pembangunan desa tertinggal
dalan pengentasan
kemiskinan dengan memanfaatkan dana IDT di Desa Mangkal
Datar
.
b. Orientasi
nilai
sasaran
sosial. Pada umumnya
sering
lingkungannya,
mengadakan
baik
didalam
anggota
kelompok
interaksi
keluarga,
dengan
kelompok
maupun
dalam masyarakatnya. Hasil interaksi dapat membentuk
suatu
pedoman
nilai
sosial
cenderung
untuk
melakukan
terhadap
sama-rata
-
alam
aktivitas
yang
sekitarnya,
sama-rasa
yang
menganut
sehingga
mewajibkan
munculnya sikap konformis. Implikasi dalam pembinaan
pengentasan kemiskinan anggota kelompok sasaran melalui
kegiatan dalam program pembangunan
dengan memanfaatkan
dana
Inpres
Desa
desa
tertinggal
Tertinggal
(IDT),
Pendamping harus sudah mengetahui keadaan sosial anggota
kelompok
sasaran
dalam
rangka
mendorong
program
PLS
untuk mencapai tujuan dalam mengentaskan kmiskinan.
c. Kondisi ekonomi anggota kelompok sasaran pada umumnya
sangat memprihatinkan, untuk itu pendamping program IDT
melalui kegiatan
keterampilan haruslah
94
diarahkan
untuk
peningkatan pendapatan ekonomi keluarga mereka.
d. Kondisi fisik dan psikologis anggota kelompok sasaran
sebagai orang dewasa. Berdasarkan penelitian menunjukkan
bahwa kondisi fisik dan psikologis sebagai orang dewasa
dalam
proses
"pembelajaran"
belum
begitu
diperhatikan
dalam proses pembinaan melalui kegiatan keterampilan
sesuai bidang usahanya. Anggota kelompok sasaran dalam
proses
pembelajaran
masih
dipandang
sebagai
warga
belajar yangbelum berpotensi sehingga dianggap perlu
diberikan
segenap pengetahuan dan keterampilan
dengan
belajar yang berpusat pada sumber belajar.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan proses
pembelajaran dalam pembinaan keterampilan pada pelaksanaan
program IDT :
a.
Kesesuaian
materi
pembinaan
keterampilan
dalam
pengelolaan paket sasaran bantuan IDT yang dikembalikan
secara gergulir tahun berikutnya pada kelompok sasaran
masyarakat miskin lainnya.
Permasalahan yang
dihadapi dalam pembinaan ketrampilan
melalui kegiatan program IDT, yang masing-masing anggota
kelompok
sasaran
mempunyai
sehingga sangat sulit
materi yang
untuk
kegiatan
yang
berbeda
memprogramkannya.
Bila
diberikan diangkat berdasarkan kebutuhan,
kemungkinan permasalahannya tinggal memprogramkannya
namun apabila materi pembinaan ketrampilan diangkat dari
program "dari atas", maka tentu saja disesuaikan antara
materi pembinaan keterampilan anggota kelompok sasaran
95
dengan kebutuhannya. Hal inilah yang menyebabkan adanya
anggota
kelompok sasaran yang menganggap materi program
IDT sesuai dengan kebutuhan mereka,
karena
program
dimasyarakatkan
IDT disetujui,
perencanaannya
sebelum
terlebih dahulu dan dibahas diantara anggota kelompok
sasaran.
b. Metode dan pendekatan.
Metode yang digunakan pendamping dalam pembinaan kerja
anggota kelompok sasaran melalui kegiatan yang terbatas
hanya menggunakan metode ceramah dan dialog yang tentu
saja tampaknya belum mencapai hasil yang optimal dalam
mencapai tujuannya. Sedangkan pendekatan yang digunakan
adalah pendekatan yang berpusat pada sumber belajar,
sehingga pedamping anggota kelompok sasran
banyak
mendominasi proses pembelajaran, lebih berperan sebagai
pelaksana program IDT.
c. Media pembinaan keterampilan.
Dari hasil penelitian terungkap bahwa salah satu faktor
yang
menyebabkan
anggota
kelompok
sasaran
kurang
memahami materi melalui kegiatan program IDT adalah
karena tidak digunakannya
media belajar yang diambil
dari lingkungan tempat kerja anggota kelompok sasaran.
Padahal media pengalaman langsung sangat efektif untuk
merangsang pikiran,
perasaan.
kemauan dan perhatian
anggota kelompok sasaran dalam proses pembelajaran oleh
karena materi pembelajaran yang diberikan tidak dianggap
sebagai sesuatu yang abstrak.
96
d. Waktu dan tempat pembinaan.
Penetapan waktu dan tempat pembinaan program kerja
melalui
kegiatan
ceramah
program kerjanya
kelompok
di
belum
sasaran yang
sawah,
kebun,
dan
diskusi,
begitu
tenaganya
ladang
dan
efektif
pelaksanaan
bagi
anggota
sudah
tersita
seharian
home
industri,
mengikuti kegiatan pada malam hari.
tempat pembinaan di
IDT
Begitu
harus
juga
lokasi
aula desa atau di mesjid dirasakan
sebagian anggota kelompok
sasaran terlampau jauh.
Hal
ini akan lebih efektif apabila anggota kelompok sasaran
diikutsertakan
dalam
menentukan
waktu
dan
tempat
pembinaan sesuai dengan kesempatan.
e. Kredibilitas Pendamping.
Pendamping
kondisi
dianggap
anggota
belum
kelompok
sasaran
berpendidikan formal rendah.
teoritis,
kelompok
yang
kurang
dekat
memahami
dan
yang
menghayati
sebagian
Pendamping dinilai terlalu
dengan
kebanyakan
anggota
sasaran dan hal-hal yang diperkenalkan
dianggap
kurang
besar
sesuai
dengan
yang
banyak
dibutuhkan
kelompok sasaran.
5. Hasil Pelaksanaan PLS yang diselenggarakan di Desa Mungkal
Datar
memberikan
sasaran
yang
artinya
kegiatan
Datar
secara
kekurangan
waktu,
aktif
positif
terus
PLS
umum
yang
materi,
dampak
yang
telah
perlu
menerus
bagi
anggota
mengikuti
dilaksanakan
berhasil,
ditingkatkan
di
97
program
Desa
meskipun
terutama
pendanaan serta disiplin dan
kelompok
PLS,
Mungkal
masih
ada
mengenai
rasa
tanggung
jawab aparat pemerintah terkait terutama dalam pembinaan,
pengawasan dan pengendalian pelaksanaan program
IDT dalam
pengentasan kemiskinan tersebut.
Keberhasilan
kelompok
sasaran
yang
mengikuti
kegiatan PLS terlihat dan terdengar dari peserta
itu
sendiri, bahwa mereka merasa mendapatkan suatu pengetahuan
dan pemahaman baru mengenai tujuan hidup sejahtera.
Kekurang
pengetahuan
dan
berhasilannya
adalah
dalam
Para
peserta
mempraktekannya.
menularkan
yang
telah
mengikuti kegiatan PLS mengalami kesulitan dalam memberikan
pengetahuan yang telah diperoleh.
Hambatannya adalah mengenai waktu dan dana yang terbatas,
disamping sarana dan prasarananya tidak memadai.
B.
Saran-saran.
Berdasarkan hasil penelitian yang
orang responden
pendamping yang
anggota kelompok
ada
Kabupaten Kuningan,
1.
Bagi
lembaga
Luar
Sekolah
Masyarakat
Kecamatan,
upaya
di
sasaran dan
Mungkal
Datar
terkait dengan
upaya
Kecamatan
perencanaan
(PLS)
seperti
halnya
(DIKMAS)
tingkat
I,
serta
satu
enam
orang
Ciniru
berikut ini diuraikan saran-saran :
pihak
pengembangan
Departemen
Desa
dilakukan bagi
lain yang
masyarakat
Penidikan
dan
bidang
II
dan
Pendidikan
Pendidikan
penilik
DIKMAS
langsung terkait
pedesaan,
Kebudayaan
dalam
sebelum
dengan
hal
ini
melaksanakan
kegiatan pendidikan luar sekolah, kiranya perlu mengadakan
studi awal
berkenaan
98
dengan analisis
kebutuhan
terhadap
anggota kelompok sasaran. Hal ini dimaksudkan agar program
kegiatan yang dilakukan akan
lebih
inovatif,
produktif,
menyentuh setiap kebutuhan masyarakat.
2. Kepada
perencana
hendaknya
program
menggunakan
modifikasi
program
IDT
pola
pendekatan
dengan
metode
penyusunan program melalui
belajar
tersebut
pada
dianggap
kelompok
yang
sasaran,
berpusat
partisipatif
kegiatan PLS,
oleh kelompok
pada
dalam
agar
program
sasaran
sebagai
kebutuhan belajar yang bermanfaat untuk meningkatkan taraf
kehidupannya.
3. Perlu
adanya
kerjasama
antara
instansi
Departemen
Dalam
Negeri dan Direktorat Pembangunan Masyarakat Desa/Bangdes
sebagai penyelenggara program IDT dengan
seperti
Departemen
Tenaga
Kerja,
Pertanian,
saling
Sosial,
Departemen
Departemen
Perindustrian
memberikan
Dikbud,
Departemen
Transmigrasi,
serta
masukan
instansi lainnya
dalam
Bank
Departemen
Pemerintah,
penanggulangan
untuk
berbagai
hambatan yang dihadapi oleh anggota kelompok sasaran.
4.
Dalam
pelaksanaan
sasaran hendaknya
formal
anggota
program
IDT
melalui
perlu dipertimbangkan
kelompok
sasaran
dan
kegiatan
kelompok
faktor pendidikan
latar
belakang
pekerjaan sebelumnya.
5. Dalam
pelaksanaan
dengan dana
program
IDT perlu
pembangunan
adanya
tindak
desa
lanjut
tertinggal
program,
akan berfungsi sebagai evaluasi dan monitoring
lanjutan terhadap apa
kegiatan
IDT,
yang telah
sehingga
pembinaan
dilaksanakan
pengembalian
dana
yang
IDT
melalui
secara
bergulir dapat dilaksanakan sesuai target dari pemerintah.
99
6. Kepada pendamping yang melaksanakan pembinaan kepada anggo
ta kelompok sasaran : a)
Dalam proses pembelajaran, perlu
menggunakan bentuk pembinaan individual ditempat kelompok
b)
sasaran,
motivator
Hendaknya lebih berperan sebagai pembina dan
dalam
proses
pembelajaran,
c)
Hendaknya
menggunakan multi metode dalam proses pembelajaran,
d)
Hendaknya memanfaatkan sarana-sarana-di lingkungan kelompok
sasaran untuk media pembelajaran yang konkrit, f) Hendaknya
waktu dan tempat pembinaan,
disepakati
bersama dengan
kelompok sasaran, g) Hendaknya meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan lebih lanjut dalam pelaksanaan IDT.
7. Untuk
penelitian
berikut
7.1.
lebih
lanjut disarankan hal-hal
sebagai
:
Perlu diadakan
Mungkal
wilayah
Datar
penelitian
maupun
di
Kabupaten DT II
lanjutan
desa
baik
tertinggal
Kuningan
di
desa
lainnya
penelitian
di
ini,
terutama lebih diarahkan pada latar belakang pekerjaan
anggota
kelompok
sasaran
pendamping
terhadap
keberhasilan dalam program pembangunan desa tertinggal
dengan memanfaatkan dana IDT.
7.2. Perlu adanya penelitian tentang kredibilitas terhadap
keberhasilan PLS di kalangan anggota kelompok sasaran
dalam
program
pembangunan
memanfaatkan dana
desa
tertinggal
dengan
IDT.
7.3. Perlu diadakan penelitian berkenaan dengan tingkat
pendidikan sekolah anggota kelompok sasaran terhadap
pelaksanaan program pembangunan desa tertinggal dengan
memanfaatkan dana
IDT.
100
DAFTAR PUSTAKA
Adiwikarta, Sudardja,
(1988), Sosiologj Pendidikan: Isvu dan
Hipotesis Tentang Hubungan dengan Masyarakat. Depdikbud
Dikti, P2LPTK, Jakarta.
Arundale,
R.B.,
(1971),
The
Concept
of
Process
in
Human
Communication Research, Michigan State University.
Artasasmita, Roni (1989), Pedoman merancang
Latihan j_ Jilid 1. PLS - IKIP Bandung.
Biro Pusat
Statistik,
(1991),
Hasil
Sistem
Sensus
Kursus
Penduduk
dan
1990.
Jakarta.
Bodgan, Robert C. , Biklen Sari Knopp, (1982), Qualitative
Research for Education j_ An Introduction to theopry and
Methods, Allyn
and Bacon Inc., Boston.
Book et al., (1980), Agricultural Extension j_ The Training and
Visit System. Washington, DC, The Word Bank.
Botkin,
James W.,
(1984),
No
Limits to
Learning:
Bridging The
Humas Gap, New York, Mc Graw Hill Book Co.
Clear et al., (1984),
Adaptable Model
The
for
Cooperative
Develoving
extension Service j_ An
Countries. Urbana II,
Interpkas.
Coombs,
Philips,
H.,
Ahmed,
Kemiskinan di Pedesaan
Rajawali, Jakarta.
Manzzoor,
melalui
(1984),
Pendidikan
Memeranai
Non-Formal.
Depari, Edward, Colin, Mac, Andrews, (1982), Peranan Komunikasi
Massa Dalam Pembangunan. Gajahmada University.
Departemen
GBHN
Penerangan
1993.
R.I.,
(1993),
Ketetapan
MPE
RI:
Tentang
Jakarta.
Departemen Pertanian, BPLPP,
(1985), Pedoman Penyelenggaraan
Penyuluhan, Buku I, II dan III, Jakarta.
Dharmawijaya,
(1985), Gaya Kepemimpinan dalam Pendidikan Non
Formal. Bandung, Jemmars.
Dirgagunarsa
Singih,
(1978),
Pengantar
Psykology,
Mutiara
Jakarta.
Effendi, Onong, U (1981), Komunikasi dan Modernisasi,
Alumni,
Bandung.
Freire, Paulo, (1985), Pendidikan Kaum Tertindas. LP3S, Jakarta.
101
Hamidjojo, Santoso, S (1978), Aplikasi Model Komunikasi Daripada
Perubahan Sikap Dalam Pembangunan Masyarakat Desa, BPP,
Jakarta.
, (1973),
Inovasi Pendidikan: Meniniau Beberapa Kerangka
Analisa untuk Penelitian dan Pelaksanaannya. IKIP - Bandung.
Hanafi, Abdullah,
(1987),
Nasional, Surabaya.
Haverlock,
(1973),
Memasyarakatkan
The Change Agents
Ide-ide
Guide
to
Baru,
Usaha
Innovation
in
Educational. Englewood Cliffs.
Illich,
Ivan,
Harapan,
(1971),
(Terjemahan),
Bebas
Dari
Sekolah
Sinar
Jakarta.
Jarvis, Peter, (1983), Adult and Continuining Educational. Theory
and Practice. Croom, Helm Ltd.
Kertasasmita, Ginanjar, (1993).Beberapa Prinsip Dalam Pengelolaan
Program Inpres Desa Tertinggal. Bappenas Jakarta.
Kindervatter,
Suzana,
(1979),
Non-Formal
Rducation.
AS
An
Empowering Process. Printes in The United States of America.
/(1993).Kebijaksanaan dan
Strategi
Pembangunan
Dalam
Upaya
Menanggulangi Kemiskinan j_ Bappenas Jakarta.
Knowless, Malcolm, (1973)
Publishing Company.
Learning,
Foltet
, (1977),
The Modern Practice of Adult Education.
The Adult Educational Company, New York.
Combride
, (1986), The Adult
Publishing Company.
Self
Directed
Leaner:
A
Neglected
Species
Gul
Koentjaraningrat, (1984), Kebudayaan. Mentalitet dan Pembangunan.
Gramedia,