PERANAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DALAM PROGRAM PEMBANGUNAN DESA TERTINGGAL DI KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KUNINGAN: Suatu Analisis Pengentasan Kemiskinan Dengan Memanfaatkan Dana Inpres Desa Tertinggal Di Desa Mungkal Datar Kecamatan Ciniru.

PERANAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DALAM PROGRAM
PEMBANGUNAN DESA TERTINGGAL
Dl KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KUNINGAN

(Suatu Analisis Pengentasan Kemiskinan Dengan
Memanfaatkan Dana Inpres Desa Tertinggal Di Desa Mungkal
Datar Kecamatan Ciniru)

TESIS

Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis untuk me menu hi
sebagian dari syarat Program Pasca Sarjana Bidang
Studi Pendidikan LuarSekolah

Oleh

:

H. TONY KURNIAWAN

Nrp. 535/C/XVII-9


PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
1 994

DISETUJUI

Prof.

DAN

DR.

DISAHKAN

OLEH

ACHMAD SANUSI,


PEMBIMBING

SH.

MPA.

PEMBIMBING

Prof.

DR.

SUTARYAT TRISNAMANSYAH,

MA.

PEMBIMBING

7ER0GBAM PA3CA SARJANA
INSTITUT


KEGURUAN

DAN

ILMU

BANDUNG

19

9

4

PENDIDIKAN

A

Penelitian

Luar

Sekolah

B

S

T

R

A

K

ini mengetengahkan

Dalam


Program

topik

Pembangunan

"Peranan

Inpres

Pendidikan

Desa

Tertinggal

(IDT) di Kabupaten Daerah Tingkat II Kuningan".

Fokus penelitian mengacu kepada permasalahan pokok yaitu
bagaimana


realisasi

pelaksanaan

Tertinggal dalam pengentasan
Inpres

Desa

Tertinggal

program

Pembangunan

:

Desa


kemiskinan dengan memanfaatkan dana

(IDT),

bagaimana

PLS

dilaksanakan

oleh

Dinas terkait dan bagaimana dampak PLS dalam IDT di Desa Mungkal
Datar Kecamatan Ciniru Kabupaten DT II Kuningan.

Penelitian
dilakukan

ini menggunakan metode kualitatif,
dengan


teknik

studi kepustakaan.

wawancara,

Pengolahan data

pengumpulan data

observasi,
dan

dokumentasi

analisis data

dan


dilakukan

selama maupun setelah semua data terkumpul, sedangkan subyek yang

diteliti adalah anggota kelompok sasaran IDT yang berjumlah enam
orang dan pendamping berjumlah satu orang.

Studi ini menemukan bahwa kondisi dan situasi masyarakat
miskin yang
tarap

merupakan

hidupnya,

walaupun

mengalami kemajuan
Kabupaten DT II


kelompok

yang

sasaran

diakui

IDT

mampu

perkembangannya

berarti,

Kuningan khususnya

karena
di Desa


meningkatkan

terlihat

pelaksanaan
Mungkal

belum

IDT

Datar

di

baru

direncanakan dimulai 1 April 1994.

Penelitian

temuan,

yaitu

ini

juga

: sebagian

berhasil

besar

mengungkapkan

program

beberapa

Pembangunan

desa

tertinggal dalam pengentasan kemiskinan dengan memanfaatkan dana
iii

IDT,

baik di

Kuningan

Desa Mungkal

belum

Datar maupun di

dilaksanakan

dan

Kabupaten

dimanfaatkan

oleh

DT,.II

anggota

kelompok sasaran bagi peningkatan kesejahteraannya.
Hal ini berarti pembinaan PLS melalui keterampilan anggota
kelompok
karena

sasaran

IDT

yang

program IDT di

dilaksanakan

Kabupaten DT

II

belum

nampak

oftimal,

belum

berjalan

Kuningan

satu tahun. Pendamping masing perlu ditingkatkan wawasannya dalam
melaksanakan

pembinaan

keterampilan

pengawasan

pengendalian

Kecamatan

Ciniru

program

Kabupaten

pada

IDT

DT

di

II

pelaksanaan

Desa

Mungkal

Kuningan

masih

dan

Datar
perlu

ditingkatkan.

Keadaan ini merupakan implikasi dari pengelolaan program
pembelajaran

yang

belum

dilaksanakan

menyeluruh dan berkesinambungan,
dilaksanakan
Departemen

berdasarkan

Pendidikan

terarah,

terpadu,

padahal proses pembelajaran

program

dan

secara

yang

Kebudayaan

disusun

oleh

Kanwil

Propinsi

Jawa

Barat,

Penterintah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa

Barat,

Direktorat

Pembangunan Desa Propinsi Jawa Barat serta Dinas/Instansi terkait
lainnya.

Dilihat

dari

hasil

berdasarkan konsep PLS,
terjadinya

perubahan

dan

dampak

program ini

sikap

pembinaan

dan

pengawasan

cukup menggembirakan,

ditandai

dan keterampilan yang sudah dimiliki,

dengan

tampilnya

yaitu

kemampuan

dimana adanya peningkatan

taraf hidup dengan meningkatnya pendapatan para anggota kelompok
sasaran IDT, berkisar antara 40 % sampai dengan 55 %.

IV

DAFTAR

ISI

Halaman

A

B

KATA

S

T

R

A

K

iii

PENGANTAR

v

DAFTAR ISI
DAFTAR

viii

TABEL

X

DAFTAR GAMBAR

xi

DAFTAR LAMPIRAN
BAB

BAB

I

II

xii

PENDAHULUAN

1

A. Latar belakang masalah

1

B. Masalah dan perumusan

8

C. Tujuan penelitian

9

D. Kegunaan penelitian

9

E. Lokasi dan lamanya penelitian

13

KERANGKA

PEMIKIRAN

14

A.

Pendidikan

Teori

Luar

Sekolah

14

B. Pendidikan Luar Sekolah dalam Kelompok

Sasaran Inpres Desa Tertinggal di Kabu
Paten Daerah Tingkat II Kuningan

23

C. Propil kemiskinan di Kabupaten Daerah
Tingkat II Kuningan
D.

Peranan

Pendidikan

31
Luar

Sekolah dalam

Pengentasan Kemiskinan

35

E. Kebijaksanaan Pemerintah Daerah Ting kat II Kuningan dalam Pengentasan Ke miskinan

39
viii

F.
BAB

III

IV

43

PROSEDURE PENELITIAN

45

A.' Metode Penelitian

45

B. Teknik Pengumpulan Data

46

C. Subyek yang Diteliti

47

D.

BAB

Evaluasi dalam pengentasan Kemiskinan.

Analisis dan

Penafsiran Data

49

E. Langkah-langkah Penelitian

51

DESKRIPSI

54

DAN

ANALISIS

DATA

i

A. Tinjauan Umum Daerah Penelitian, dan
Kondisi Desa Tertinggal

54

1. Kondisi Geografis

54

2.

Kondisi Demografis

3 .

Kondisi

Sosial

•1

Ekonomi

56
58

B. Doskripsi dan analisa Data Hasil Pene
litian

BAB

V

62

KESIMPULAN

DAN

SARAN

93

A. Kesimpulan

93

B.

98

S

a

r

a

n

DAFTAR PUSTAKA

.10.1

LAMPIRAN - LAMPIRAN

;1:Q5

IX

DAFTAR

TABEL

Halaman

Tabel 1. Pembagian luas tanah berdasarkan penggunaannya

54

Tabel 2. Jumlah dan Komposisi mata pencaharian
penduduk

Tabel

3.

59

Responden

Desa

pelaksanaan

tertinggal

Kemiskinan

Mungkal

Dalam

dengan

Datar

Dana

Pembangunan

Pengentasan

IDT

Kecamatan

Kabupaten DT II Kuningan

di

Desa

Ciniru
85

DAFTAR

GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Penanggulangan Kemiskinan dengan
Program IDT

22

Gambar 2. Hubungan Fungsional Antara Komponen-komponen PLS

28

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Kriteria dan batasan orang misrkin

105

Lampiran 2. Bagan istri sebagai penunjang naf
kah tambahan keluarga

106

Lampiran 3. Peta lokasi Desa obyek Penelitian

107

Lampiran 4. Rekapitulasi Desa Tertinggal

di

Jawa Barat

108

Lampiran 5. Bagan Kader Pendidikan Luar
lah Dalam Pengentasan

Seko

Kemiskinan

110

Lampiran 6. Indikator / Variabel Penanggula ngan Kemiskinan Desa

Tertinggal

di Kabupaten DT.II Kuningan
Lampiran 7. Peranan Pendidikan Luar

Dalam Penanggulangan

111

Sekolah

Kemiskinan

Di 54 Desa Tertinggal Di

Kabupa

ten DT.II Kuningan Tahun 1994

/

1995

112

Lampiran 8. Inventarisasi Desa tertinggal
Kabupaten DT.II Kuningan

1994 / 1995

di

Tahun

115

xii

BAB

I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Pelaksanaan

pembangunan

dari

pemerintah

pusat,

khususnya program pembangunan dalam Pelita VI

melalui

Program

semakin

Inpres

Desa

Tertinggal

(

IDT

)

ini

ditingkatkan dan disebarluaskan ke berbagai kota baik

di

ibukota Propinsi maupun Daerah Tingkat II, termasuk Daerah
Tingkat II Kuningan.
Pada

dasarnya

Tertinggal

(

IDT

bantuan

)

dalam

program

Inpres

pelaksanaannya

tanggung jawab pemerintah daerah,

Desa

merupakan

tetapi mengingat sumber

dana yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah sangat terbatas,
maka dalam pelaksanaannya

perlu

mengadakan

pemerintah pusat

usaha-usaha

pembinaan

menganggap

yang

aktif,

terutama dalam penyelenggaraan pembangunan desa tertinggal
melalui

dana

Inpres

Desa

Tertinggal

(

IDT

)

untuk

menumbuhkan dan memperkuat kemampuan penduduk miskin dalam
meningkatkan tarap hidupnya

dengan

berusaha

kesejahteraannya,

untuk

meningkatkan

membuka

kesempatan

sehingga

pelaksanaan pembangunan dengan bantuan Program Inpres Desa

Tertinggal

di

Tingkat

Kuningan,

II

daerah,

dengan sasarannya.

khususnya

diharapkan

di

Kabupaten

berjalan

lancar

Daerah

sesuai

Guna

Program

lancarnya

Inpres

Desa

pelaksanaan

Tertinggal

pembangunan

sangat

diperlukan

dalam

tenaga-

pendamping terampil melalui Pendidikan Luar Sekolah (PLS).
Disini akan nampak Peranan Pendidikan Luar Sekolah
(PLS)

dalam pelaksanaan pembangunan,

baik pembangunan

desa tertinggal melalui dana Inpres Desa
direncanakan
GBHN

1993

pelaksanaannya

menunjukkan

Menurut
Jawa

hasil
Barat

mulai

manusia

miskin

di

Tahun

1984

= 5,6 juta

(18,51 %)

Tahun

1987

= 5,0 juta

(15,46 %)

Tahun

1990

= 4.8 juta

(13,84 %)

Kondisi
khususnya

tanggal

sebagai

penelitian

Tertinggal yang

BPS,

1

April

upaya

pembangunan

jumlah

penduduk

:

penduduk

miskin

penduduk miskin di

di Jawa Barat umumnya,

Kabupaten

Daerah

Tingkat

Kuningan masih cukup besar,

sehingga diperlukan

usaha

mereka

khusus

dalam

1994.

membantu

untuk

II

suatu

menanggulangi

kemiskinannya. Ciri kemiskinan umumnya ditandai dengan
lemahnya

nilai

produktivitas,
rendahnya

keterbatasan

usaha

hasil

produksi,

rendahnya

terbatasnya modal yang dimiliki menyebabkan

pendapatan.

Hal

berpartisipasi

ini

penduduk

dapat

miskin

menyebabkan

itu

sendiri

dalam pembangunan.

Program

untuk

Inpres

mempercepat

jumlah

desa-desa

Desa

Tertinggal

pengurangan

(IDT)

diarahkan

jumlah penduduk miskin

tertinggal,

dimana

menurut

dan

Kantor

statistik Jawa Barat sampai dengan bulan Juni 1993,

desa tertinggal yang merupakan

jumlah

desa miskin di Kabupaten

Daerah Tingkat II Kuningan ada 54 desa tertinggal (14,63%)
dari 357 desa dan 12 Kelurahan di Kabupaten Daerah Tingkat
II Kuningan.

Ruang lingkup Program Inpres Desa Tertinggal

(IDT)

adalah kegiatan dalam bidang sosial ekonomi penduduk desa
miskin.

Konsep

sosial

ekonomi

dilakukan dengan membangun dan mengembangkan

potensi

ekonomi

mempercepat

desa,

pelayanan

memenuhi

dasar

dan

kegiatan

kebutuhan

menciptakan

pokok

suasana

mengadakan

yang

mendukung

tidak

mempunyai

penanggulangan kemiskinan.

Oleh

karena

pekerjaan

penduduk

tetap

atau

miskin

hasil

umumnya

kerjanya

tidak

menghasilkan

pendapatan yang wajar, maka program Inpres Desa Tertinggal
ini

dimaksudkan

memperluas

untuk

lapangan

meningkatkan,

kerja

melalui

menciptakan

perluasan

dan

kegiatan

pembangunan di desa tertinggal.
Upaya

tersebut

berupa

pemberian

bantuan khusus seperti modal usaha,

bimbingan

serta

melaksanakan

perhatian

dan

latihan keterampilan,

kegiatan

yang

dapat

memacu

dalam meningkatkan pendapatan penduduk miskin itu sendiri.

Kebijaksanaan

pemerintah

Daerah

Tingkat

II

Kabupaten Kuningan dalam pengentasan kemiskinan di 54 desa
tertinggal di Kabupaten Daerah Tingkat II Kuningan, adalah
memanfaatkan fasilitas Inpres Desa Tertinggal di Kabupaten
Daerah

Tingkat

II

Kuningan,

dengan

pendamping

dari

masing-masing desa tertinggal sebanyak 73 orang disiapkan
untuk

mensukseskan

Teringgal tersebut,

pelaksanaan

pembahasan detail

sasaran,

dan

kelompok sasaran,
peningkatan
berusaha

Desa

pendataan dan pencatatan

kehidupan anggota kelompok

mencantumkan prioritas masalah,

pelaksanaan

Inpres

yang bertugas mengenai pengenalan

program IDT pada pertemuan Desa,

sasaran,

program

mendorong

kreativitas

menentukan waktu

aktivitas

anggota

dengan kegiatan yang berorientasi pada

keterampilan

dan

pengembangan

kemampuan

anggota kelompok sasaran tersebut.

Bantuan

Inpres

Desa

Tertinggal

memberikan dampak yang cukup berarti,

jelas

akan

melalui peningkatan

keterampilan anggota kelompok sasaran dalam menentukan
jenis kegiatan yang menumbuhkan kebersamaan,

keterpaduan

dan berkelanjutan , dimana Peranan Pendidikan Luar Sekolah

dalam

Program

Daerah

Pembangunan

Tingkat

mempersiapkan
secara

II

Kuningan,

penduduk

berkelanjutan

khususnya di

54

Desa

dalam
di

Tertinggal
sangat

di

berperan

mengentaskan

desa-desa

desa tertinggal di

Kabupaten
untuk

kemiskinan

miskin

umumnya,

Wilayah Kabupaten

Daerah Tingkat II Kuningan.

Di

samping itu pula disediakan dana

sebagai

modal

bagi masyarakat desa tertinggal untuk membangun kemampuan

dirinya,

dimana penyediaan dana

menambah

kemampuan

masyarakat

kemampuan yang melebihi
pemerintah.

modal

ini

diharapkan

sehingga

yang

dapat

meningkatkan

diberikan

oleh

Modal

bantuan

dari

Inpres Desa Tertinggal

pemerintah

(IDT)

ini,

melalui

program

dapat berkesinambungan

pemanfaatannya karena digunakan secara bergulir.

Adapun pelaksanaan

Inpres

Desa

Tertnggal

ini

dilaksanakan langsung oleh masyarakat desa miskin itu

sendiri,

yang dibantu oleh aparat pemerintah daerah pada

tingkat yang paling dekat rakyat.

Di sini peranan aparat pemerintah yang terkait

sangat

penting

masyarakat
seperti

yang

yang

ada

Lembaga

ditunjang
di

Ketahanan

Pembinaan Kesejahteraan
Masyarakat
pedagang
akan

kecil,

sangat

desa

oleh

lembaga-lembaga

tertinggal
Masyarakat

itu

sendiri,

Desa

(LKMD),

Keluarga (PKK) dan sebagainya.

miskin

petani,

merasakan

di

desa

tertinggal

peternak,
manfaatnya

buruh
dengan

dan

misalnya
sebagainya

adanya

bantuan

Inpres Desa Tertinggal ini.

Peranan Pendidikan Luar Sekolah di Kabupaten Daerah
Tingkat

II

Kuningan

dalam

mensukseskan

Inpres

Desa

Tertinggal (IDT) ini, program-programnya harus disesuaikan
dengan

kebutuhan

dalam

pengentasan

desa

miskin

itu

sendiri, di antaranya meliputi :
a.

Program pembangunan melalui Program Inpres Desa

Tertinggal (IDT) dengan mengentaskan kemiskinan.

b. Penentuan desa tertinggal dan peta kemiskinan di
Kabupaten Daerah Tingkat II Kuningan.
c. Kebijaksanaan

Pemerintah

Daerah

Tingkat

Kuningan, dalam pengentasan kemiskinan.

II

d. Kebijaksanaan penanggulangan kemiskinan melalui
Inpres

Desa

Tertinggal.

(Pemda

Tingkat

II

Kuningan tahun 1993).

Diharapkan

peranan

pendidikan

luar

sekolah

dalam

memperlancar pelaksanaan pengentasan kemiskinan dalam
menunjang pembangunan dengan bantuan program

Tertinggal
perlu

(IDT)

sangat

mengadakan

bermanfaat,

penelitian

mengetahui hambatan,

maka

mengenai

Inpres Desa

penulis
hal

merasa

ini,

untuk

jalan keluar dan hasil yang dicapai

dalam pencapaian tujuan maupun sasaran pembangunan dengan

bantuan Inpres Desa Tertinggal

(IDT)

di

Kabupaten Daerah

Tingkat II Kuningan.
Pendidikan Luar Sekolah di

sekali

manfaat

dan

peranannya

Indonesia sangat terasa

khususnya

dalam

menunjang

pengentasan kemiskinan di desa miskin melalui
Inpres Desa Tertinggal

(IDT), karena wilayah dan penduduk

Indonesia sebanyak 80 % tinggal di desa.
1984

program

(Koentjaraningrat

: 100).

Persyaratan yang harus diperhatikan oleh Pemerintah
Daerah

Tingkat

Tertinggal,
a.

II

Kuningan

dalam

(Ginanjar Kartasasmita,

Pemilihan

lokasi

harus

program

1993),

Tertinggal

Desa

meliputi :

disesuaikan

kebutuhan desa miskin daerah

b. Kurikulum,

Inpres

dengan

itu sendiri.

berpedoman kepada panduan Inpres Desa

(IDT)

serta

teknologi dewasa ini.

penyesuaian

faktor

c. Koordinasi

dengan

fihak

terkait

dalam

hal

ini

pemerintah daerah setempat serta Dinas/lnstansi,
Lembaga Ketahanan Masyarakat

Desa

(LKMD)

Pembinaan Kesejahteraan Keluarga
kelompok

sasaran

itu

sendiri

terlaksana dengan baik,

serta

(PKK),

harus

juga

betul-betul

hal ini supaya program

berjalan lancar.

Sekiranya
Tertinggal

telah

persyaratan
dipenuhi

program

maka

peranan

Inpres

Desa

pendidikan

luar

sekolah dalam program pembangunan Inpres Desa Tertinggal
khususnya di

Kabupaten

Daerah

Tingkat

II

Kuningan

akan

berjalan lancar, karena anggota kelompok sasaran tersebut
menguasai keterampilan dalam mengentaskan kemiskinan di 54
desa tertinggal Kabupaten Daerah Tingkat

II Kuningan,

masyarakat desa tertinggal tersebut diharapkan dengan
bantuan program Inpres Desa Tertinggal

kreatif

pada

dirinya,

mempunyai

( IDT ) akan lebih

pola

pikir

yang

baik,

sikap dan tindakan yang cepat dalam meningkatkan kehidupan
sendiri kearah lebih baik.

Dengan menambah pengetahuan pada

di

54

desa tertinggal

Pendidikan
selaku

Luar

anggota

Sekolah
kelompok

di

kelompok

Kabupaten Dati

( PLS

)

untuk

II

Kuningan,

keluarga

sasaran peranannya

sasaran

cukup

miskin
besar,

dimana mereka mempunyai keinginan meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan,

keahlian dalam

pemecahan masalah yang

sesuai dengan kondisi yang diharapkan.

pengetahuan, keterampilan, kecakapan, nilai, sehingga yang

menerimanya mengalami perubahan cara berpikir,

sikap dan

perilaku ke arah yang lebih baik.

B.

Masalah dan Perumusannya

Apabila

kita

bandingkan

syarakat miskin yang nampak di

antara

keadaan

ma

lapangan dengan keadaan

masyarakat yang ideal, maka akan terdapat kesenjangan.
Kesenjangan

tersebut

perlu

menimbulkan

kemiskinan

yang

diatasi
semakin

agar

tidak

berat.

Untuk

itu diperlukan adanya upaya-upaya penanggulangan. Salah
satu

upaya

penanggulangannya

antara

lain

melalui

pendidikan luar sekolah dengan program keterampilan.

Apabila
masyarakat
dengan

kita
miskin

bandingkan
melalui

penanggulangan

diharapkan,

maka

terdapat

antara

PLS

yang

penanggulangan
ada

masyarakat

di

lapangan

miskin

pula kesenjangan

yang

yang

perlu

diatasi.

Upaya

melalui

program

keterampilan

PLS ini diharapkan mampu mengurangi kesenjangan, dengan
catatan

kegiatan

PLS

tersebut

betul-betul

dikelola

dengan baik, disertai dana yang memadai.

Masalah

penelitian

ini

terarah

kepada

suatu

gambaran yang jelas tentang peranan PLS dalam program
IDT di Desa Mungkal Datar Kecamatan Ciniru Kabupaten DT
II Kuningan, yang dirumuskan sebagai berikut :

1.

Bagaimana realisasi pelaksanaan program Inpres Desa
Tertinggal ?

2. Bagaimana PLS dilaksanakan oleh dinas terkait dalam

mensukseskan program Inpres Desa Tertinggal ?

3. Bagaimana

dampak

PLS

dalam

program

Inpres

Desa

Tertinggal ?

C. Tujuan Penelitian :

Tujuan Penelitian dalam penulisan adalah :
1. Untuk mengungkapkan data tentang realisasi pelaksanaan

program Inpres Desa Tertinggal di Kabupaten Kuningan.
2. Untuk

mendapatkan

gambaran

secara

jelas

tentang

kegiatan yang menitik beratkan pada usaha bersifat
mandiri.

3. Untuk mendapatkan gambaran secara jelas tentang Peranan
PLS

dalam

program

Inpres

Desa

Tertinggal

pengentasan kemiskinan di Kabupaten
Kuningan

guna

menunjang

daerah

pelaksanaan

4. Untuk mendapatkan gambaran mengenai

untuk

Tingkat

II

pembangunan.

peranan Pendidikan

Luar Sekolah dalam kelompok sasaran program

IDT untuk

meningkatkan kesejahteraan anggota kelompok sasaran
tersebut.

D. Kegunaan Penelitian :
1.

Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan peranan

Pendidikan Luar Sekolah pada Pelaksanaan

Pembangunan

Program Inpres Desa Tertinggal di Kabupaten Daerah Tingkat

II Kuningan,

agar pembangunan berjalan lancar,

program pendidikan

luar

sekolah ini dapat

karena

berkontribusi

terhadap program pengentasan kemiskinan, sehingga akan
menunjang keterampilan penduduk miskin.

Diharapkan penelitian ini hasilnya menjadi masukan

bagi

lembaga

atau

instansi,

baik

dikelola/dilaksanakan oleh pemerintah,

yang

maupun swasta,

di antaranya Direktorat Pendidikan Masyarakat Depertemen
Pendidikan
Direktorat

dan

Kebudayaan,

Pembangunan

kursus-kursus

atau

Desa

latihan

Depertemen
dan

Tenaga

lain-lain

ketrampilan

Kerja,

dalam

bentuk

lainnya.

Hal

tersebut perlu adanya usaha peningkatan lebih lanjut, yang
merupakan masukan penting bagi teori-teori yang digunakan

sebagai landasan penelitian ini dalam kaitan kegunaan
praktisnya,
manfaat

terutama partisipasi yang dapat memberikan

dalam menangani masalah pada pelaksanaan bantuan

pembangunnan dengan program Inpres Desa Tertinggal dimana

Pendidikan Luar Sekolah di

Kabupeten

daerah

Tingkat

II

Kuningan cukup berperan.
2.

Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini ditinjau dari segi teoritis di
harapkan

dapat

mengembangkan

teori-teori

yang

ada,

khususnya dalam kaitannya dengan peranan pendidikan luar
sekolah, dalam menguji teori-teori yang ada sesuai dengan
masalah yang di bahas.

Aspek
peserta

inti

pendidikan

menyangkut
yang

10

termasuk

sumber
dalam

belajar
ruang

dan

lingkup

pembahasan

masalah

pelaksanaan

Pendidikan

program

IDT,

Luar

Sekolah

yang menyangkut

pada

tujuan dan

prinsip pendidikan luar sekolah dan metode yang digunakan.
Aspek
pandang

teoritis

sebagai

aspek

maupun

praktis

penting

yang

operasional,

perlu

dikaji

di

secara

ilmiah, kearah keadaan yang menunjang peranan pendidikan
luar sekolah dalam pencapaian tujuan program pembangunan

Inpres Desa Tertinggal

(IDT)

di Kabupaten daerah Tingkat

II Kuningan harus produktif, efektif dan efesien.

Hal ini sesuai dengan pendapat dari DR. Engkoswara
( 1985 ) yaitu :

Produktivitas
lembaga
pendidikan
dalam
arti
keseluruhan proses penataan sumber daya untuk.
mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan

efesien, efesien
pertama
efesien

organisasi dilihat dari dua segi

segi hasil, suatu tertentu memberi
kalau dengan usaha tertentu memberi

hasil
hasil
yang maksimal, baik mengenai mutu atau jumlah suatu
hasil karena segi usaha suatu pekerjaan disebut
efesiensi kalau hasil tertentu tercapai dengan
usaha yang minimal.

Efektivitas dimaksud adalah pengaruh sistem atau
inovasi yang diterapkan sehingga menghasilkan
prestasi atau produk yang optimal
( Sudarwan
Danin,

Kegunaan

1985:

56).

penelitian

ini

dilaksanakan,

karena

erat

hubungannya dengan permasalahan yang diteliti, yaitu :

- Hasil-hasil

informasi

pendidikan,

penelitian

bagi

ini dapat

pengkaji

khususnya

dan

PLS

menjadi

tambahan

pengembangan

dalam

melengkapi

ilmu

dan

mengembangkan pengentasan kemiskinan program IDT dan
konsep-konsep ke PLS-an yang telah ada.

11

- Memberikan masukan pada pemerintah daerah setempat,
organisasi sosial, pemuka masyarakat dan penduduk untuk
pertimbangan, pembinaan mengenai pengentasan kemiskinan.
- Secara teoritis,

menerapkan dan menganalisis aplikasi

teori-teori pendidikan pada daerah kasus yang dapat
mempengaruhi

sekaligus

pembentukan

menunjang

perilaku

peningkatan

hidup

pendapatan

layak,

masyarakat

miskin Desa Mungkal Datar.

- Bagi

penulis

pengetahuan,

diharapkan
sikap

dapat

keterampilan

menambah
dalam

wawasan,

melaksanakan

penelitian-penelitian selanjutnya.

3.

Kegunaan Khusus

Salah

Bagi

satu

IKIP

pembina

Indonesia diantaranya

Pendidikan

IKIP,

Luar

menghasilkan

Sekolah

di

penelitian

ilmiah yang berkwalitas tinggi yang erat kaitannnya dengan
pembinaan profesi bidang pendidikan luar sekolah yang
merupakan tanggung jawab pembinanya.

Dari hasil-hasil penelitian semacam ini, diharapkan
adanya masukan-masukan yang berharga terhadap pengembangan
dan pembinaan profesi terutama dalam bidang Pendidikan Luar

Sekolah

(PLS) .

Teori

ini

kepentingan keilmuan khususnya

bermanfaat

sekali

bagi

dalam pengembangan

teori

dan konsep pendidikan luar sekolah itu sendiri, dapat juga
digunakan

sebagai

materi

perkuliahan

jurusan Pendidikan Luar Sekolah.

12

bagi

mahasiswa

E. Lokasi dan Lamanya Penelitian

Lokasi
dilakukan

penelitian
di

Desa

terhadap

Mungkal

Datar

kelompok

sasaran

Kecamatan

Ciniru

Kabupaten DT II Kuningan.

Adapun lama penelitiannya, adalah selama kurang lebih 3

(tiga) bulan yang dimulai sejak pertengahan

bulan Januari

1994.

Data
langsung

diperoleh

dengan

dengan

anggota

jalan mengadakan

kelompok

sasaran,

wawancara

dimana

untuk

melengkapi data yang diperlukan, juga mengadakan wawancara

dengan

Bapak

Bupati

selaku nara sumber,
Kabupaten

Kuningan,

Kepala

Daerah

Tingkat

Ketua Bappeda Daerah

II

Kuningan

Tingkat

Kepala Kantor Pembangunan

Desa

II
dan

Instansi terkait.

Di

memfokuskan

wilayah

kerja

penelitian

itu,

penulis

perhatian pada warga belajar yang

meningkatkan taraf hidupnya.

13

ingin

BAB

PROSEDURE

A.

Metode

III

PENELITIAN

Penelitian

Dalam penelitian
pendekatan kualitatif.
adalah

mengamati

dengan

mereka,

ini pendekatan yang digunakan adalah
"Penelitian kualitatif

orang

dalam

berusaha

lingkungannya,

memahami

bahasa

tentang dunia sekitarnya" (Nasution, 1988;
(1982:

31)

mengemukakan

pada hakikatnya

bahwa

dalam

berinteraksi

dan

tafsiran

5). Bogdan & Biklen

pendekatan

kualitatif,

penelitian berusaha mengerti arti dari peristiwa dan interaksi
itu sendiri yang ada sangkut pautnya dengan orang
situasi

tertentu.

Oleh

karena

dilakukan melalui kontak

itu

dalam

biasa pada

mengumpulkan

datanya

langsung dengan subyek yang diteliti

di tempat dimana mereka melaksanakan kegiatannya.

Pemilihan

dalam

penelitian

peranan

dan

ini

pendidikan

penggunaan

mempelajari

pendekatan

fenomeha

luar sekolah dalam

yang

kualitatif

terjadi

pada

Inpres

Desa

digunakan

pada

program

Tertinggal (IDT)
Metode

penelitian
eksploratif,

ini

yang

dianggap

adalah

yaitu

sesuai

untuk

studi

kasus

metode

suatu

metode

yang dapat

mempelajari secara intensif latar belakang,

yang

bersifat

digunakan

untuk

status sekarang,

interaksi dengan lingkungan, dari suatu unit seperti individu,
kelompok.

45

Dalam studi

ini

peneliti

mengarahkan

pada

perolehan

data yang menyangkut :

1.

Penelitian

program,

penanggulangan

dengan

kemiskinan

memperhatikan

sebagai

bagian

upaya

dari

proses

beratkan

pada

pembangunan.

2. Penelitian

mengenai

kegiatan

yang

menitik

usaha berdasarkan kemandirian.

3. Penelitian

kelompok

mengenai

sasaran

partisipasi

dalam

masyarakat

pengambilan

pelaksanaan

keputusan,

sebagai

mulai

evaluasi

pemanfatan

4. Penelitian mengenai peranan PLS dalam program

Inpres Desa

perencanaan,

sampai

miskin

hasilnya.

Tertinggal (IDT) di Kabupaten DT II Kuningan, agar sasaran

pengentasan kemiskinan di Kabpaten DT

II Kuningan dapat

tercapai sesuai dengan sasaran yang diharapkan.

B.

Teknik Pengumpulan Data.

Kedudukan

peneliti

dalam

penelitian

ini

adalah

merupakan alat pengumpul data.

Lexy

J.

Moleong

(1989:

132)

mengemukakan

bahwa

"kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup sulit,
peneliti sekaligus merupakan perencana,
data,analisis,

penafsir

data,

dimana

pelaksana,
pada

pelapor hasil penelitian". Sedangkan teknik

pengumpul

akhirnya

sebagai

pengumpulan data

dalam penelitian ini adalah wawancara dan pengamatan langsung
di

lapangan.

46

p.il.in

pi.'nq,\niatan,

kegiatan

iatihan

kelompok

sasaran

Menurut

Buford

panel i v. i

t: i.dc-,.k

keterampilan,

tetapi

diskusi,

tetap

Junker,

sepenuhnyn

ceramah

melakukan

teknik

ini

berperan

pada

fungsi

disebut

dalam

anggota

pengamatan.

"pemeranserta

sebagai pengamat" (Lexy J. Moleong, 1989: 139). Sedangkan alat
yang

digunakan. peneliti

pengamatan

pemotret

adalah

tape

(kamera) .

recorder,

Tape

mengadakan wawancara,

dalam

kegiatan
catatan

recorder

wawancara

lapangan

digunakan

dan

pada

dan
alat

waktu

lembaran catatan dan alat pemotret

digunakan pada waktu peneliti mengadakan pengamatan.

Selain kedua teknik pengumpul data di atas,

peneliti

juga berupaya memperoleh data yang relevan dengan ,memanfaatkan
'i

studi dokumentasi. Dalam studi dokumentasi tersebut diperoleh
data mengenai hasil Iatihan keterampilan,

diskusi,

ceramah,

perencanaan pemecahan masalah antar anggota kelompok sasaran

itu sendiri,

berdasarkan musyawarah demokrasi bahwa ketua,

sekretaris, bendahara dan anggota kelmpok sasaran program IDT
di Kabupaten DT II Kuningan.
C. Subyek vang Diteliti.

Subyek Penelitian ditentukan secara purposif sampling,

dimana dilakukan dengan mengambil anggota kelompok sasaran

yang terpilih oleh peneliti, menurut ciri-ciri spesifik yang
dimiliki oleh sampel itu. Sampling yang purposive adalah

"sampel yang dipilih dengan cermat hingga relevan dengan

disain penelitian" (Nasution,1982; 113). Lexy J. Moleong
(1989: 1982) mengemukakan bahwa terdapat ciri-ciri :sampel,
bertujuan sebagai berikut: l) Sampel' tidak dapat ditentukan
47

atau ditarik terlebih dahulu;

2)

Tujuan memperoleh variasi

sebanyak-banyaknya hanya dapat dicapai apabila satuan sampel

dilakukan

jika

dianalisis;

3)

satuan
Pada

sebelumnya

mulanya

sudah

setiap

dijaring

sampel

dapat

dan
sama

kedudukannya, namun sesudah makin banyak informasi yang masuk

dan makin mengembangkan pertanyaan penelitian, maka ternyata
bahwa sampel makin dipilih atas dasar fokus penelitian. 4)Pada

sampel bertujuan,

jumlah sampel ditentukan oleh pertimbangan

informasi yang diperlukan. Jika sudah terjadi pengulangan
informasi, maka penarikan sudah harus dihentikan." S. Nasution
(1988:11)

mengemukakan

menggunakan

bahwa

sampling"

"metode

random

atau

naturalistik

acakan

menggunakan populasi sampel yang banyak.

tidak

data

Sampel

tidak

biasanya

sedikit dan dipilih menurut (purposive) penelitian".
Subyek

yang

diteliti

dalam

penelitian

ini

adalah

masyarakat miskin selaku anggota kelompok sasaran Inpres Desa

Tertinggal di Wilayah Kabupaten DT
keseluruhan

jumlah

anggota

kelompok

II Kuningan.
sasaran

di

secara
54

Desa

Tertiggal pada 17 Kecamatan di Kabupaten DT.II Kuningan.
Berdasarkan data dari Kantor

Pembangunan Desa (Bangdes) tahun

1993 berjumlah 4.872 anggota kelompok sasaran,
yang tersebar di

248

kelompok

sasaran,

dengan tenaga

sedangkan

tenaga

pendamping berjumlah 73 orang.
Cara

pemilihan

subyek

yang

diteliti

dilakukan

berdasarkan perkembangan informasi yang berkaitan erat dengan

sejumlah

anggota kelompok

48

sasaran yang melaksanakan

fungsi

kegiatan yang terampil
Desa

sesuai

jenis usaha

padaprogram

Inpres

Tertinggal.

Anggota

kelompok

sasaran

yang

dijadikan

subyek

penelitian adalah 6 orang responden dari kelompok sasaran di
Desa Mungkal Datar Kecamatan Ciniru,

sedangkan' pendamping

program IDT yang menjadi subyek penelitian berjumlah 1 orang.

D.

Analisis dan Penafsiran Data.

1.

Analisis

Data.

Patton

adalah

(1980:

suatu

268)

proses

menyatakan

yang

bahwa

mengatur

analisis

urutan

mengorganisasikannya kedalam suatu pola,

data

data,

dan

kategori

dan

uraian pembahasan.

Demikian

juga

halnya

Bogdan

&

Biklen

(1982:

145)

mengemukakan bahwa analisis data adalah suatu proses untuk
mencari

dan

observasi,

menata
wawancara

secara
dan

sistematis
studi

catatan

dokumentasi

hasil
untuk

meningkatkan peneliti tentang kasus yang diteliti dan
menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain.

Bogdan & biklen *1982: 146-162) juga membedakan analisis

data

itu melalui dua langkah,

yaitu analisis selama di

lapangan dan analisis sesudah meninggalkan lapangan.
Langkah-langkah selama di lapangan adalah: (1) mempersempit

fokus studi,

(2) menetapkan tipe studi, (3) mengembangkan

secara terus-menerus pertanyaan analitik, (4)' menuliskan
komentar peneliti sendiri, (5) upaya penjajagan tentang ide
dan tema penelitian pada subyek sebagai analisii

.s

49

penjajagan,

di

(6) membaca kembali pustaka yang relevan selama

lapangan,

konsep.

(7)

Langkah-langah

lapangan adalah:
kodenya,

menggunakan

metaphora,

analisis

sesudah

dan

meninggalkan

(1) membuat kategori masalah dan menyusun

(2) menata urutan penelaahannya.

Berdasarkan pendapat tersebut

bahwa

analogi

analisis

data

yang

dilakukan

di

atas

dalam

dikatakan

penelitian

ini

adalah sebagai berikut :

- Berdasarkan data yang terkumpul, yang berupa abstrak dari

seluruh

deskripsi

wawancara,

baik

lapangan,
Peneliti

dan

hasil

observasi

rekaman

"tape

abstrak

dari

memisah-misah

transkrip

recorder"

hasil

data

hasil

maupun

studi

tersebut

dari

catatan

dokumentasi.
sesuai

dengan

masalahnya.

- Menguraikan katagori
terdapat

di

tersebut untuk memahami

dalamnya,

sambil

menelaah

guna

memberikan

aspek yang

hubungan

antara

satu dengan lainnya.
- Menata

urutan

masalah,

perkiraan

yang

menggambarkan perspektif peneliti untuk memberikan makna
terhadap hasil analisi data tersebut.

2.

Penafsiran Data.

Urutan kegiatan analisis data yaitu penafsiran data,

yang

mana

antara

analisis

data

dan

penafsiran

data

merupakan satu kesatuan dari suatu kegiatan.
Data yang diperoleh pada setiap pertemuan
dengan kelompok
ditafsirkan.

sasaran dan

Analisis

pendamping

dan penafsiran data

50

langsung

dianalisis

dan

dilakukan terus

selama proses penelitian sampai data yang diperlukan semua
terkumpul.

Selama

muncul

proses

penelitian,

pertanyaan-pertanyaan

analisis

yang

dilakukan,

dijadikan

dasar

akan

untuk

melacakterus kasus yang diteliti sampai diperoleh data
anggota

kelompok

sasaran

melalui

kegiatan

Iatihan,

keterampilan, ceramah, diskusi dan Iain-lain dalam program
program IDT.

Oleh karena kasus yang diteliti menyangkut pola

kerjasama peningkatan keterampilan pengolahan bidang usaha
anggota kelmpok sasaran program IDT, maka hasil penelitian

akan dianalisis dengan menghubungkannya dengan peranan
pendidikan luar sekolah itu sendiri.

E. Lanqkah-langkah Penelitian.

Yang dimaksud dengan langkah-langkah penelitian disini,

adalah langkah-langkah kegiatan yang dilakukan oleh peneliti
selama proses penelitian berlangsung. Menurut S. Nasution

(1988: 33-34) langkah-langkah penelitian tersebut adalah 1)

tahap orientasi, 2) tahap eksploitasi, dan 3) tahap "member
ceck".

1. Tahap Orientasi.

Tahap awal didahului dengan orientaisi guna mendapatkan
gambaran umum tentang sasaran penelitian. Hal ini meliputi

gambaran umum "KONDISI" anggota kelompok sasaran, jenis
usaha yang dilaksanakannya yang dapat dijadikan fokus
penelitian.

51

2. Tahap Eksploitasi.

Tahap eksploitasi selalu didahului dengan orientasi.

Eksplorasi dilakukan hanya terhadap hal-hal yang berkaitan
dengan studi

ini.

Metode yang

digunakan adalah wawancara

intensif dengan anggota kelompok sasaran.

Metode

lain

adalah observasi langsung pelaksanaan aktivitas sehari-hari

anggota kelompok sasaran. Hasilnya langsung dianalisis guna
menemukan

pertanyaan-pertanyaan

apa

yang

menjadi

tujuan

diadakan penelitinan.

3. Tahap Member Check.

Guna mempertahankan kebenaran informasi yang diperoleh
selama penelitian

berlangsung,

peneliti

melakukan

"member

check". Hasil wawancaranya dituangkan dalam bentuk laporan
lapangan,

dipertahankan

kepada

responden

untuk

dibaca

dar.

diperiksa kebenarannya, apakah sesuai dengan yang dikatakan
ketika

peneliti

mengadakan

wawancara.

Jika

terdapat

kekeliruan, peneliti memberikan kesempatan kepada responden
untuk memperbaikinya.
membacakan

kembali

mendengarkan

diberikan.

Hal

Cara yang ditempuh

hasil

apakah

wawancara,

sesuai

adalah peneliti

kemudian

tidaknya

responden,

imformasi

yang

ini dilakukan atas kesepakatan responden

oleh karena mereka sering tidak mau membacanya dikarenakan

faktor usia yang berakibat penglihatannya berkurang atau

dikarenakan pihak responden membacanya
disebabkan dasar pendidikannya yang rendah.

52

kurang

lancar

Selain dari langkah-langkah penelitian yang diuraikan

di atas,
hal

ini

peneliti juga melaksanakan kegiatan "Trianguasi"
untuk

diperoleh.

membuktikan

Data

yang

kebenaran

diberikan

dari

oleh

informasi
satu

yang

responden

diperiksa lagi kebenarannya kepada responden lainnya sampai
diperoleh
(1988:

persamaan.

112)

Sesuai

dengan

yang menjelaskan bahwa

pendapat

S.

Nasution

"data itu harus diakui

dan diterima kebenarannya oleh sumber informasi, dan selain
itu data tersebut

juga harus

dibenarkan

oleh

sumber atau

informasi lainnya".

Untuk membuktikan kebenaran data yang dilaporkan
dalam

penelitian

dicantumkan

ini,

setiap

informasi

satu

bentuk

laporan

dalam

yang

diperoleh

dengan

keterangan

dari mana sumber informasi diperoleh dan kapan dilaksanakan
wawancara

tersebut.

Selain

informasi

tersebut,

maka

responden,
demikian

itu

semua

guna

menjaga

informasi

diusahakan hanya diketahui

kredibilitas

terjamin.

53

hasil

penelitian

kerahasiaan

yang

diberikan

peneliti.
diharapkan

Dengan
dapat

BAB

V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan deskripsi hasil

penelitian dengan hasil

analisisnya sebag'aimana dipaparkan pada bab terdahulu, pada Bab V
ini yang merupakan bagian akhir dari keseluruhan tulisan,
diuraikan kesimpulan-kesimpulan dan saran-saran sebagai berikut :
A. Kesimpulan.

Secara keseluruhan hasil penelitian (studi kasus)

ini

dapat disimpulkan :

1. Secara umum dapat diketahui bahwa sebagian besar program
IDT belum dilaksanakan dan dimanfaatkan oleh anggota

kelompok sasaran bagi kemajuan/peningkatan (dalam rangka
peningkatan kesejahteraannya.

Ini berarti bahwa pembinaan keterampilan anggota kelompok
sasaran melalui kegiatan program IDT yang dilaksanakan

belum nampak memberikan perubahan mereka karena program IDT
baru tiga bulan berjalan.

2. Bahwa pendamping yang membina anggota kelompok sasaran
melalui kegiatan program IDT di Desa Mungkal Datar secara
umum belum berhasil, karena waktu dan dana yang tersedia

pada waktu pelatihan tidak memadai dan waktunya hanya 2
minggu.

3. Perlu peningkatan wawasan pendamping didalam melaksanakan

pembinaan keterampilan pada pelaksanaan program

IDT

tersebut, disebabkan oleh beberapa faktor yakni : latar

belakang diri dan keluarga anggota kelompok sasaran,
orientasi nilai budaya, kondisi ekonomi anggota kelompok
93

orientasi nilai budaya,

kondisi ekonomi anggota kelompok

sasaran, kondisi fisik psikologis anggota kelompok sasaran
sebagai orang dewasa dan kredibilitas pendamping.
a. Latar belakang keluarga anggota kelompok sasaran.

Dalam

hal ini termasuk latar belakang pendidikan formal, latar

belakang pekerjaan

sebelumnya

keuletan,

rasa

tanggung

jawab dan jumlah tanggungan keluarga akan mempengaruhi
program pembangunan desa tertinggal

dalan pengentasan

kemiskinan dengan memanfaatkan dana IDT di Desa Mangkal
Datar

.

b. Orientasi

nilai

sasaran

sosial. Pada umumnya

sering

lingkungannya,

mengadakan

baik

didalam

anggota

kelompok

interaksi

keluarga,

dengan

kelompok

maupun

dalam masyarakatnya. Hasil interaksi dapat membentuk
suatu

pedoman

nilai

sosial

cenderung

untuk

melakukan

terhadap

sama-rata

-

alam

aktivitas

yang

sekitarnya,

sama-rasa

yang

menganut

sehingga
mewajibkan

munculnya sikap konformis. Implikasi dalam pembinaan
pengentasan kemiskinan anggota kelompok sasaran melalui

kegiatan dalam program pembangunan
dengan memanfaatkan

dana

Inpres

Desa

desa

tertinggal

Tertinggal

(IDT),

Pendamping harus sudah mengetahui keadaan sosial anggota
kelompok

sasaran

dalam

rangka

mendorong

program

PLS

untuk mencapai tujuan dalam mengentaskan kmiskinan.

c. Kondisi ekonomi anggota kelompok sasaran pada umumnya
sangat memprihatinkan, untuk itu pendamping program IDT
melalui kegiatan

keterampilan haruslah

94

diarahkan

untuk

peningkatan pendapatan ekonomi keluarga mereka.

d. Kondisi fisik dan psikologis anggota kelompok sasaran

sebagai orang dewasa. Berdasarkan penelitian menunjukkan
bahwa kondisi fisik dan psikologis sebagai orang dewasa
dalam

proses

"pembelajaran"

belum

begitu

diperhatikan

dalam proses pembinaan melalui kegiatan keterampilan
sesuai bidang usahanya. Anggota kelompok sasaran dalam

proses

pembelajaran

masih

dipandang

sebagai

warga

belajar yangbelum berpotensi sehingga dianggap perlu

diberikan

segenap pengetahuan dan keterampilan

dengan

belajar yang berpusat pada sumber belajar.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan proses

pembelajaran dalam pembinaan keterampilan pada pelaksanaan
program IDT :

a.

Kesesuaian

materi

pembinaan

keterampilan

dalam

pengelolaan paket sasaran bantuan IDT yang dikembalikan

secara gergulir tahun berikutnya pada kelompok sasaran
masyarakat miskin lainnya.

Permasalahan yang

dihadapi dalam pembinaan ketrampilan

melalui kegiatan program IDT, yang masing-masing anggota
kelompok

sasaran

mempunyai

sehingga sangat sulit
materi yang

untuk

kegiatan

yang

berbeda

memprogramkannya.

Bila

diberikan diangkat berdasarkan kebutuhan,

kemungkinan permasalahannya tinggal memprogramkannya
namun apabila materi pembinaan ketrampilan diangkat dari
program "dari atas", maka tentu saja disesuaikan antara

materi pembinaan keterampilan anggota kelompok sasaran

95

dengan kebutuhannya. Hal inilah yang menyebabkan adanya
anggota

kelompok sasaran yang menganggap materi program

IDT sesuai dengan kebutuhan mereka,

karena

program

dimasyarakatkan

IDT disetujui,

perencanaannya

sebelum

terlebih dahulu dan dibahas diantara anggota kelompok
sasaran.

b. Metode dan pendekatan.

Metode yang digunakan pendamping dalam pembinaan kerja
anggota kelompok sasaran melalui kegiatan yang terbatas
hanya menggunakan metode ceramah dan dialog yang tentu

saja tampaknya belum mencapai hasil yang optimal dalam

mencapai tujuannya. Sedangkan pendekatan yang digunakan
adalah pendekatan yang berpusat pada sumber belajar,

sehingga pedamping anggota kelompok sasran

banyak

mendominasi proses pembelajaran, lebih berperan sebagai
pelaksana program IDT.

c. Media pembinaan keterampilan.

Dari hasil penelitian terungkap bahwa salah satu faktor

yang

menyebabkan

anggota

kelompok

sasaran

kurang

memahami materi melalui kegiatan program IDT adalah
karena tidak digunakannya

media belajar yang diambil

dari lingkungan tempat kerja anggota kelompok sasaran.
Padahal media pengalaman langsung sangat efektif untuk

merangsang pikiran,

perasaan.

kemauan dan perhatian

anggota kelompok sasaran dalam proses pembelajaran oleh

karena materi pembelajaran yang diberikan tidak dianggap
sebagai sesuatu yang abstrak.

96

d. Waktu dan tempat pembinaan.

Penetapan waktu dan tempat pembinaan program kerja

melalui

kegiatan

ceramah

program kerjanya
kelompok

di

belum

sasaran yang

sawah,

kebun,

dan

diskusi,

begitu

tenaganya

ladang

dan

efektif

pelaksanaan
bagi

anggota

sudah

tersita

seharian

home

industri,

mengikuti kegiatan pada malam hari.
tempat pembinaan di

IDT

Begitu

harus

juga

lokasi

aula desa atau di mesjid dirasakan

sebagian anggota kelompok

sasaran terlampau jauh.

Hal

ini akan lebih efektif apabila anggota kelompok sasaran
diikutsertakan

dalam

menentukan

waktu

dan

tempat

pembinaan sesuai dengan kesempatan.
e. Kredibilitas Pendamping.

Pendamping
kondisi

dianggap

anggota

belum

kelompok

sasaran

berpendidikan formal rendah.

teoritis,
kelompok
yang

kurang

dekat

memahami

dan

yang

menghayati

sebagian

Pendamping dinilai terlalu

dengan

kebanyakan

anggota

sasaran dan hal-hal yang diperkenalkan

dianggap

kurang

besar

sesuai

dengan

yang

banyak

dibutuhkan

kelompok sasaran.

5. Hasil Pelaksanaan PLS yang diselenggarakan di Desa Mungkal
Datar

memberikan

sasaran

yang

artinya

kegiatan

Datar

secara

kekurangan

waktu,

aktif

positif

terus

PLS

umum

yang

materi,

dampak

yang

telah

perlu

menerus

bagi

anggota

mengikuti

dilaksanakan
berhasil,

ditingkatkan

di

97

program

Desa

meskipun
terutama

pendanaan serta disiplin dan

kelompok
PLS,

Mungkal

masih

ada

mengenai

rasa

tanggung

jawab aparat pemerintah terkait terutama dalam pembinaan,
pengawasan dan pengendalian pelaksanaan program

IDT dalam

pengentasan kemiskinan tersebut.

Keberhasilan

kelompok

sasaran

yang

mengikuti

kegiatan PLS terlihat dan terdengar dari peserta

itu

sendiri, bahwa mereka merasa mendapatkan suatu pengetahuan
dan pemahaman baru mengenai tujuan hidup sejahtera.
Kekurang

pengetahuan

dan

berhasilannya

adalah

dalam

Para

peserta

mempraktekannya.

menularkan

yang

telah

mengikuti kegiatan PLS mengalami kesulitan dalam memberikan
pengetahuan yang telah diperoleh.

Hambatannya adalah mengenai waktu dan dana yang terbatas,
disamping sarana dan prasarananya tidak memadai.

B.

Saran-saran.

Berdasarkan hasil penelitian yang

orang responden
pendamping yang

anggota kelompok
ada

Kabupaten Kuningan,

1.

Bagi

lembaga

Luar

Sekolah

Masyarakat

Kecamatan,
upaya

di

sasaran dan

Mungkal

Datar

terkait dengan

upaya

Kecamatan

perencanaan

(PLS)

seperti

halnya

(DIKMAS)

tingkat

I,

serta

satu

enam

orang
Ciniru

berikut ini diuraikan saran-saran :

pihak

pengembangan

Departemen

Desa

dilakukan bagi

lain yang

masyarakat

Penidikan

dan

bidang

II

dan

Pendidikan
Pendidikan

penilik

DIKMAS

langsung terkait

pedesaan,

Kebudayaan

dalam

sebelum

dengan

hal

ini

melaksanakan

kegiatan pendidikan luar sekolah, kiranya perlu mengadakan
studi awal

berkenaan

98

dengan analisis

kebutuhan

terhadap

anggota kelompok sasaran. Hal ini dimaksudkan agar program

kegiatan yang dilakukan akan

lebih

inovatif,

produktif,

menyentuh setiap kebutuhan masyarakat.

2. Kepada

perencana

hendaknya

program

menggunakan

modifikasi

program

IDT

pola

pendekatan

dengan

metode

penyusunan program melalui

belajar

tersebut

pada

dianggap

kelompok
yang

sasaran,

berpusat

partisipatif

kegiatan PLS,

oleh kelompok

pada

dalam

agar

program

sasaran

sebagai

kebutuhan belajar yang bermanfaat untuk meningkatkan taraf
kehidupannya.

3. Perlu

adanya

kerjasama

antara

instansi

Departemen

Dalam

Negeri dan Direktorat Pembangunan Masyarakat Desa/Bangdes
sebagai penyelenggara program IDT dengan
seperti

Departemen

Tenaga

Kerja,

Pertanian,

saling

Sosial,

Departemen

Departemen

Perindustrian

memberikan

Dikbud,

Departemen

Transmigrasi,

serta

masukan

instansi lainnya

dalam

Bank

Departemen

Pemerintah,

penanggulangan

untuk

berbagai

hambatan yang dihadapi oleh anggota kelompok sasaran.

4.

Dalam

pelaksanaan

sasaran hendaknya
formal

anggota

program

IDT

melalui

perlu dipertimbangkan
kelompok

sasaran

dan

kegiatan

kelompok

faktor pendidikan
latar

belakang

pekerjaan sebelumnya.

5. Dalam

pelaksanaan

dengan dana

program

IDT perlu

pembangunan

adanya

tindak

desa

lanjut

tertinggal

program,

akan berfungsi sebagai evaluasi dan monitoring
lanjutan terhadap apa
kegiatan

IDT,

yang telah

sehingga

pembinaan

dilaksanakan

pengembalian

dana

yang

IDT

melalui
secara

bergulir dapat dilaksanakan sesuai target dari pemerintah.

99

6. Kepada pendamping yang melaksanakan pembinaan kepada anggo
ta kelompok sasaran : a)

Dalam proses pembelajaran, perlu

menggunakan bentuk pembinaan individual ditempat kelompok
b)

sasaran,

motivator

Hendaknya lebih berperan sebagai pembina dan

dalam

proses

pembelajaran,

c)

Hendaknya

menggunakan multi metode dalam proses pembelajaran,

d)

Hendaknya memanfaatkan sarana-sarana-di lingkungan kelompok

sasaran untuk media pembelajaran yang konkrit, f) Hendaknya
waktu dan tempat pembinaan,

disepakati

bersama dengan

kelompok sasaran, g) Hendaknya meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan lebih lanjut dalam pelaksanaan IDT.

7. Untuk

penelitian

berikut

7.1.

lebih

lanjut disarankan hal-hal

sebagai

:

Perlu diadakan
Mungkal
wilayah

Datar

penelitian

maupun

di

Kabupaten DT II

lanjutan

desa

baik

tertinggal

Kuningan

di

desa

lainnya

penelitian

di

ini,

terutama lebih diarahkan pada latar belakang pekerjaan
anggota

kelompok

sasaran

pendamping

terhadap

keberhasilan dalam program pembangunan desa tertinggal
dengan memanfaatkan dana IDT.

7.2. Perlu adanya penelitian tentang kredibilitas terhadap

keberhasilan PLS di kalangan anggota kelompok sasaran
dalam

program

pembangunan

memanfaatkan dana

desa

tertinggal

dengan

IDT.

7.3. Perlu diadakan penelitian berkenaan dengan tingkat
pendidikan sekolah anggota kelompok sasaran terhadap
pelaksanaan program pembangunan desa tertinggal dengan
memanfaatkan dana

IDT.

100

DAFTAR PUSTAKA

Adiwikarta, Sudardja,

(1988), Sosiologj Pendidikan: Isvu dan

Hipotesis Tentang Hubungan dengan Masyarakat. Depdikbud
Dikti, P2LPTK, Jakarta.
Arundale,

R.B.,

(1971),

The

Concept

of

Process

in

Human

Communication Research, Michigan State University.
Artasasmita, Roni (1989), Pedoman merancang
Latihan j_ Jilid 1. PLS - IKIP Bandung.

Biro Pusat

Statistik,

(1991),

Hasil

Sistem

Sensus

Kursus

Penduduk

dan

1990.

Jakarta.

Bodgan, Robert C. , Biklen Sari Knopp, (1982), Qualitative
Research for Education j_ An Introduction to theopry and
Methods, Allyn

and Bacon Inc., Boston.

Book et al., (1980), Agricultural Extension j_ The Training and
Visit System. Washington, DC, The Word Bank.

Botkin,

James W.,

(1984),

No

Limits to

Learning:

Bridging The

Humas Gap, New York, Mc Graw Hill Book Co.

Clear et al., (1984),
Adaptable Model

The
for

Cooperative
Develoving

extension Service j_ An
Countries. Urbana II,

Interpkas.

Coombs,

Philips,

H.,

Ahmed,

Kemiskinan di Pedesaan
Rajawali, Jakarta.

Manzzoor,

melalui

(1984),

Pendidikan

Memeranai

Non-Formal.

Depari, Edward, Colin, Mac, Andrews, (1982), Peranan Komunikasi
Massa Dalam Pembangunan. Gajahmada University.
Departemen
GBHN

Penerangan
1993.

R.I.,

(1993),

Ketetapan

MPE

RI:

Tentang

Jakarta.

Departemen Pertanian, BPLPP,

(1985), Pedoman Penyelenggaraan

Penyuluhan, Buku I, II dan III, Jakarta.

Dharmawijaya,

(1985), Gaya Kepemimpinan dalam Pendidikan Non

Formal. Bandung, Jemmars.

Dirgagunarsa

Singih,

(1978),

Pengantar

Psykology,

Mutiara

Jakarta.

Effendi, Onong, U (1981), Komunikasi dan Modernisasi,

Alumni,

Bandung.

Freire, Paulo, (1985), Pendidikan Kaum Tertindas. LP3S, Jakarta.

101

Hamidjojo, Santoso, S (1978), Aplikasi Model Komunikasi Daripada
Perubahan Sikap Dalam Pembangunan Masyarakat Desa, BPP,
Jakarta.

, (1973),

Inovasi Pendidikan: Meniniau Beberapa Kerangka

Analisa untuk Penelitian dan Pelaksanaannya. IKIP - Bandung.
Hanafi, Abdullah,
(1987),
Nasional, Surabaya.
Haverlock,

(1973),

Memasyarakatkan

The Change Agents

Ide-ide

Guide

to

Baru,

Usaha

Innovation

in

Educational. Englewood Cliffs.

Illich,

Ivan,

Harapan,

(1971),

(Terjemahan),

Bebas

Dari

Sekolah

Sinar

Jakarta.

Jarvis, Peter, (1983), Adult and Continuining Educational. Theory
and Practice. Croom, Helm Ltd.

Kertasasmita, Ginanjar, (1993).Beberapa Prinsip Dalam Pengelolaan
Program Inpres Desa Tertinggal. Bappenas Jakarta.
Kindervatter,

Suzana,

(1979),

Non-Formal

Rducation.

AS

An

Empowering Process. Printes in The United States of America.

/(1993).Kebijaksanaan dan

Strategi

Pembangunan

Dalam

Upaya

Menanggulangi Kemiskinan j_ Bappenas Jakarta.

Knowless, Malcolm, (1973)
Publishing Company.

Learning,

Foltet

, (1977),
The Modern Practice of Adult Education.
The Adult Educational Company, New York.

Combride

, (1986), The Adult
Publishing Company.

Self

Directed

Leaner:

A

Neglected

Species

Gul

Koentjaraningrat, (1984), Kebudayaan. Mentalitet dan Pembangunan.
Gramedia,