BUDIDAYA TANAMAN PARE PUTIH (Momordica charantia L) DI ASPAKUSA MAKMUR UPT USAHA PERTANIAN TERAS BOYOLALI

(1)

commit to user

1

BUDIDAYA TANAMAN PARE PUTIH (

Momordica charantia L

)

DI ASPAKUSA MAKMUR UPT USAHA PERTANIAN

TERAS BOYOLALI

TUGAS AKHIR

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh Gelar Ahli Madya Pertanian

di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi

DIII Agribisnis Hortikultura dan Arsitektur Pertamanan

Disusun oleh : BENY KRISTIAWAN

H 3308062

PROGRAM DIPLOMA III

AGRIBISNIS HORTIKULTURA DAN ARSITEKTUR PERTAMANAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA


(2)

commit to user


(3)

commit to user

iii

KATA PENGANTAR

Puji Tuhan penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME karena atas segala Berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.

Dalam menyelesaikan penulisan laporan Tugas Akhir ini tentunya tidaklah lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS., selaku Dekan Fakultas Petanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Ir. Heru Irianto, MM., selaku Koodinator Program DIII Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Ir. Panut Sahari, MP., Ketua Program Studi DIII Agribisnis Minat Hortikultura dan Arsitektur Pertamanan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Bapak Ir. Pratignja Sunu, MP selaku Dosen Pembimbing.

5. Bapak Ir. Suharto,PR, MP., selaku Dosen Penguji II.

6. Ibu Puji, selaku Pembimbing lapangan di tempat magang, yang telah memberikan banyak ilmu selama magang di Aspakusa Makmur.

7. Bapak, Ibu serta semua keluarga yang ada di rumah, terima kasih atas semua kasih sayang dan dorongan semangat yang telah diberikan.

Akhirnya semoga Laporan Tugas Akhir ini nantinya banyak membantu dan berguna bagi penulis dan semua yang membaca. Penulis menyadari, masih banyak kekurangan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini. Oleh sebab itu kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa penulis harapkan demi perbaikan Laporan Tugas Akhir ini.

Surakarta, Mei 2011


(4)

commit to user

iv DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PENGESAHAN... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR GAMBAR... v

DAFTAR TABEL... vi

I. PENDAHULUAN... 1

A.Latar Belakang... 1

B.Tujuan... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA... 3

A.Tanaman Pare... 3

B.Tata Laksana Budidaya Tanaman Pare... 6

III. TATA LAKSANA PELAKSANAAN... 18

A.Waktu dan Tempat……… 18

B.Metode Pelaksanaan... 18

C.Sumber Data... 19

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 20

A.Kondisi Umum... 20

B.Kegiatan umum di Aspakusa Makmur Boyolali... 24

C.Teknik Budidaya Tanaman Pare Putih Aspakusa Makmur... 36

D.Analisis Usaha Tani Tanaman Pare Putih/300 m² Aspakusa makmur...39

V. KESIMPULAN DAN SARAN... 43

A.Kesimpulan... 43

B.Saran... 43 DAFTAR PUSTAKA


(5)

commit to user

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Persiapan dan pengolahan lahan... 25

Gambar 4.2 Persemaian tanaman pare... 27

Gambar 4.3 Pemasangan ajir... 29

Gambar 4.4 Pemasangan net... 29

Gambar 4.5 Penyiangan rumput... 30

Gambar 4.6 Pemupukan... 31

Gambar 4.7 Pemangkasan cabang bawah pare putih... 32

Gambar 4.8 Penyemptotan Insektisida dan Fungisida... 33

Gambar 4.9 Perambatan... 34

Gambar 4.10 Panen pare putih... 36


(6)

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kandungan gizi tiap 100 gr daun dan buah pare... 4

Tabel 4.1 Data komoditas yng ditanam tiap kecamatan kabupaten Boyolali... 21

Tabel 4.2 Struktur organisasi Asosiasi Aspakusa Makmur... 23

Tabel 4.3 Biaya Tetap Produksi Buah Pare Putih... 39


(7)

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemanfaatan pare sebagai sayur tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Teknik budidayanya yang mudah dan tidak tergantung pada musim menyebabkan tanaman ini tersedia hampir setiap saat. Meskipun demikian, diantara beberapa jenisnya belum dibudidayakan secara komersial sehingga hasilnya pun belum optimal.

Pare putih (Momordica charantia L) merupakan anggota famili

Cucurbitaceae dan tergolong tanaman herba berumur satu tahun atau lebih, tumbuh menjalar dan memanjat. Batangnya mempunyai alat pembelit yang terletak di dekat daun. Bentuk daunnya menjari, berbentuk kaki tanpa daun penumpu. Tanaman ini berkelamin tunggal dan berumah satu/dua (Setiawan dan Trisnawati, 1993).

Pare merupakan sayuran buah. Dahulu tanaman pare kurang diminati. Tanaman ini hanya ditanam sebagai usaha sambilan mengingat rendahnya permintaan dari konsumen. Sekarang dunia pare mulai semarak dengan munculnya hasil-hasil penelitian tentang potensi tanaman tersebut, terutama mengenai kandungan zat dan varietas-varietas baru yang lebih unggul dalam hal rasa dan penampakan. Akhirnya sayuran ini mampu merambah supermarket. Langkah maju ini menunjukkan bahwa pare telah membentuk citra tersendiri (Anonim, 2008).

Pengembangan teknik budidaya suatu tanaman di suatu tempat kadang berbeda dengan tempat lain yang disesuaikan dengan kondisi tanah, pengaruh iklim dan pengaruh lainya. Aspakusa Makmur Kabupaten Boyolali merupakan lembaga kerjsama agrobisnis antara Indonesia dengan Taiwan yang mengembangkan dan mengenalkan suatu teknik bididaya tanaman kepada petani lokal guna mensuplai kebutuhan konsumen baik daerah maupun orientasi ekspor, akan tetapi Aspakusa Makmur sekarang berdiri sendiri dan tidak bekerjasama lagi dengan Taiwan.


(8)

Dahulu tanaman pare hanya ditanam sebagai usaha sampingan, kerena mengingat rendahnya permintaan dari konsumen. Namun sejak adanya penelitian tentang kandungan zat yang terdapat didalamnya, maka permintaan akan kebutuhan tanaman pare sekarang semakin meningkat. Peluang pasar juga semakin terbuka, hal ini dapat dilihat dengan masuknya pare di supermarket-supermarket. Teknik penanaman tanaman pare tergolong sederhana, tidak memerlukan perlakuan khusus, kerena tanaman pare mempunyai daya adaptasi yang cukup tinggi. Di beberapa daerah ada yang sudah membudidayakan pare secara komersial.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

a. Agar mahasiswa memperoleh pengalaman yang berharga dengan mengenal lapangan kerja yang ada pada bidang pertanian secara luas. b. Memperluas pengetahuan sehubungan antara teori dan penerapannya,

sehingga dapat menjadi bekal mahasiswa terjun dalam dunia kerja. c. Agar mahasiwa memperoleh pengalaman dan ketrampilan kerja yang

praktis, yakni secara langsung dapat menjumpai, merumuskan serta mengatasi permasalahan yang didapat dalam kegiatan di bidang pertanian.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui secara langsung proses pembudidayaan tanaman pare. b. Mengetahui teknis budidaya tanaman pare dari pengolahan tanah

sampai panen.

c. Melakukan pengamatan dan berperan serta dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada budidaya tanaman pare putih.


(9)

(10)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Pare

Pare bukan tanaman asli Indonesia, melainkan berasal dari luar negeri yang beriklim panas (tropis). Para ahli tanaman memastikan pusat utama tanaman pare terdapat di Asia tropis terutama daerah India bagian barat, yakni Assam dan Burma. Belum ditemukan data atau informasi terinci kapan tanaman pare masuk ke Indonesia.

Pare baik sekali ditanam di dataran rendah, seperti tegalan maupun di pekarangan, jika tanaman pare ditanam didataran tinggi, biasanya buahnya kecil-kecil dan pertumbuhan buahnya kurang normal, syarat yang penting untuk tumbuhnya pare ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus, dan pH nya antara 5-6. Tanaman tersebut tidak memerlukan banyak sinar matahari, jadi dapat tumbuh di tempat yang agak teduh atau ternaungi. Tanamam pare dianjurkan untuk ditanam di pekarangan rumah. Adapun waktu tanam yang baik ialah pada awal musim hujan atau awal musim kemarau. (Hendro Sunarjono, 2004)

Dalam ilmu tumbuhan (botani) kedudukan tanaman pare diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Devisio : Spermatophyta

Sub-Devisio: Angiospermae

Classis : Dicotyledoneae

Ordo : Cucurbitales

Familia : Cucurbitaceae

Genus : Momordica

Spesies : Momordica Charantia L.

Tanaman pare termasuk tumbuhan semusim (annual) yang bersifat menjalar atau merambat.

Struktur batangnya tidak berkayu, mempunyai sulur-sulur pembelit yang berbentuk pilin. Daun pare berbentuk menjari dengan permukaan atas berwarna hijau tua dan permukaan bawahnya berwarna hijau muda atau hijau kekuning-kuningan (Rukmana, 1997).

Kriteria panen tanaman sayuran pare putih yaitu warna buah putih susu, berat sekitar

700 gram, ukuran buah 30x9 cm, daging tebal, tahan penyakit virus, cocok untuk suhu 16-350


(11)

Dari ketiak daun tumbuh tangkai dan kuntum bunga yang berwarna kuning menyala, sebagian bunga jantan dan sebagian merupakan bunga betina. Buah pare berbentuk bulat panjang, permukaan buah berbintil-bintil, daging buahnya agak tebal, dan di dalamnya terdapat sejumlah biji. Biji pare berbentuk bulat, berkulit agak tebal dan keras, serta permukaannya tidak rata (Setiawan dan Trisnawati, 1993). Di bawah ini dapat dilihat daftar kandungan gizi pada daun dan buah pare :

Tabel 2.1 Kandungan gizi tiap 100 gr daun dan buah pare

Nomor Zat Buah pare Daun pare

1. Air 91,2 g 80 g

2. Kalori 29 g 44 g

3. Protein 1,1 g 5,6 g

4. Lemak 1,1 g 0,4 g

5. Karbohidrat 0,5 g 12 g

6. Kalsium 45 mg 264 mg

7. Zat Besi 1,4 mg 5 g

8. Fosfor 64 mg 666 mg

9. Vitamin A 18 SI 5,1 mg

10. Vitamin B 0,08 mg 0,05 mg

11. Vitamin C 52 mg 170 mg

12. Folasin - 88 ug

Sumber : Direktorat Gizi Depkes RI (1981)

Tanaman pare yang dibudidayakan pada umumnya dikelompokkan dalam tiga jenis, yaitu :

1. Pare Putih (Pare Gajih atau Pare Bodas)

Pare ini berasal dari India dan Afrika. Pada abad ke-17 menyebar ke Brazil dan sekarang telah menyebar ke Asia Tenggara, Cina dan Karibia. Ciri-ciri pare putih adalah buahnya berbentuk bulat panjang, berukuran besar, dan berwarna putih. Permukaan buah berbintil-bintil dengan ukuran besar dan arahnya sepanjang buah, rasa buah tidak begitu pahit.

2. Pare Hijau (Pare Gengge atau Pare Kodok)

Ciri-ciri pare hijau adalah buah berbentuk lonjong kecil dan berwarna hijau. Permukaan buah berbintil-bintil dengan ukuran kecil dan halus, rasa buah pahit.

3. Pare Ular (Pare Belut atau Pare Alas Leuweung)

Pare ular sebenarnya bukan genus Momordica, namun termasuk genus

Trichosanthus (Trichosanthus anquina L. sin. T. Cucumerina). Pare ini berasal dari India


(12)

Amerika (tropis) dan Australia. Ciri-ciri pare ular adalah buah berbentuk bulat panjang,

agak melengkung, dan panjangnya mencapai ± 60 cm. Permukaan (kulit) buah berwarna

belang-belang, yaitu hijau keputih-putihan mirip kulit ular. Rasa daging buah tidak begitu pahit (Rukmana, 1997).

Rasa pahit pada tanaman pare disebabkan oleh kandungan zat sejenis glukosida

yang disebut momordisin dan charantin. Para ahli kesehatan menemukan kandungan zat

lain pada tanaman pare, antara lain insulin dan resin. Meskipun semua pare rasanya pahit,

namun setiap jenis memiliki tingkat kepahitan yang berbeda-beda (Anonim, 2009)

Tanaman pare dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di daerah dataran rendah sampai ketinggian 500 m/dpl. Penanaman pare di dataran tinggi (pegunungan) sering menghasilkan buah berukuran kecil-kecil dan tidak normal. Persyaratan iklim yang

dikehendaki tanaman pare, antara lain daerah yang mempunyai suhu antara 18°C-24°C,

tempatnya terbuka atau mendapat sinar matahari penuh, kelembapan udara cukup tinggi antara 50%-70% dan curah hujannya relatif rendah (60mm-200mm/bulan) (Hendro Sunarjono, 2004).

Lokasi kebun pare harus memenuhi persyaratan tanah yang memadai. Tanah yang paling baik bagi tanaman pare adalah tanah lempung berpasir yang subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, aerasi dan drainasenya baik, serta tingkat kemasamannya (pH) antara 5-6 (Nazaruddin, 1999).

B. Tata Laksana Budidaya Tanaman Pare

1. Persiapan lahan tanam

Lahan untuk kebun pare disiapkan dalam bentuk bedengan atau langsung membuat lubang tanam berukuran 30 cm x 30 cm x 30 cm dengan jarak antar lubang 60 cm – 200 cm. Tata cara penyiapan lahan untuk kebun pare adalah membersihkan lahan dari rumput liar (gulma), lalu olah tanahnya sedalam 30 cm – 40 cm hingga gembur.

Tanah dikeringanginkan selama ± 15 hari. Kemudian buat bedengan berukuran

lebar 60 cm – 80 cm(sistem 1 baris) atau 2 m – 4 m(sistem 2 baris), tinggi 30 cm – 40 cm, panjang disesuaikan dengan keadaan lahan dan jarak antar bedengan 40 cm – 60 cm. Lalu sebarkan pupuk organik (20 ton/ha) di atas permukaan bedengan. Sebaiknya pupuk ini diberikan 2-3 minggu sebelum penanaman. Lalu sebarkan seluruh dosis pupuk kompos organik dan pupuk SP 36 pada bedengan, lalu dicampur merata dengan lapisan


(13)

tanah atas. Pasang mulsa pada tiap bedengan. Biarkan bedengan bermulsa plastik dikeringanginkan selama 3-5 hari agar pupuk melarut dengan air tanah (Rukmana, 1997)

Jarak antar lubang pada mulsa 200 cm x 60 cm atau 200 cm x 100 cm. Ukuran ini bervariasi tergantung jenis tanaman dan jumlah pemberian pupuk dasarnya. Lubang

tanam dibiarkan terjemur matahari selama ± 3 hari agar bibit penyakit yang mungkin ada

terbasmi.

2. Penyiapan benih dan bibit

Tanaman pare dapat dibudidayakan secara langsung dengan biji atau melalui persemaian.

a. Penanaman langsung

Untuk penanaman langsung, lahan yang telah disiapkan dapat dilubangi dengan kedalaman 3-4 cm dengan jarak sesuai dengan jarak tanam yang dipilih. Ke dalam tiap lubang tersebut dimasukkan 1-2 benih lalu ditutup dengan sedikit tanah dan dibarengi dengan pemberian furadan untuk menangkal serangan nematoda yang dapat merusak pertumbuhan benih. Supaya kelembapan tanahnya terpelihara, setelah selesai penanaman tanah di sekitar tanaman tersebut disiram. Penyiraman selanjutnya dilakukan sesuai dengan kebutuhan tanaman.

b. Penanaman tidak langsung (melalui persemaian)

Persemaian bertujuan untuk mendapatkan pertumbuhan tunas yang merata, presentase daya tumbuh yang tinggi dan penghematan penggunaan benih. Persemaian memerlukan tanah yang remah. Tanah yang keras akan mengganggu pertumbuhan bibit. Di samping itu, tanah persemian juga harus cukup mengandung bahan organik sehingga dapat menyimpan air. Tanah persemaian tidak perlu terlalu subur. Tanah yang terlalu subur mengakibatkan pertumbuhan bibit terlalu cepat. Sebaliknya tanah persemaian yang kurang subur menyebabkan pertumbuhan akar bibit relatif lebih besar dari batangnya.

Langkah-langkah dalam persemaian adalah dengan menyiapkan plastik polybag berukuran 8 cm x 10 cm yang dilubangi bagian dasarnya. Siapkan media semai berupa campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1. Isi tiap polybag dengan media semai hingga cukup penuh. Siram media semai dengan air bersih hingga cukup basah. Semaikan benih pare yang telah berkecambah sebanyak 1


(14)

butir pada tiap polybag dengan kedalaman 1 cm – 1,5 cm. Biarkan benih pare tumbuh hingga berdaun 3 - 4 helai. Siram secara kontinu 1-2 kali sehari atau tergantung cuaca (Setiawan dan Trisnawati, 1993).

3. Penanaman

Waktu tanam pare yang paling baik adalah pada awal musim hujan. Namun, di daerah yang keadaan tanah atau pengairannya memadai penanaman dapat dilakukan sepanjang tahun. Pada sistem penanaman melalui persemain, pemindahan bibit ke lahan dapat dilakukan ketika bibit berdaun 3-4 helai. Bibit yang dipilih adalah yang pertumbuhannya subur dan nampak sehat. Waktu tanam bibit pare yang paling baik adalah pada pagi atau sore hari ketika suhu udara dan terik matahari tidak terlalu tinggi.

Cara penanamannya adalah siram media semai dalam polybag dengan air bersih hingga cukup basah. Keluarkan bibit pare bersama akar-akar dan tanahnya dari polybag dengan cara membalikkan posisi bibit, kemudian polybag diambil secara hati-hati. Letakkan bibit dalam lubang tanam yang telah disediakan. Timbunlah dengan tanah di sekelilingnya dan tekan sedikit. Siram tanah di sekitar pangkal batang bibit pare dengan air bersih hingga cukup basah (Anonim, 2009).

4. Pemeliharaan tanaman

a. Penyiraman (pengairan)

Pada fase awal pertumbuhan, tanaman pare memerlukan ketersediaan air yang memadai. Penyiraman dilakukan 2 x sehari, tergantung cuaca dan keadaan tanah. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam pengairan adalah tanah tidak terlalu basah (menggenang) ataupun terlalu kering (Rukmana, 1997).

b. Pemupukan

Selain pupuk dasar, tanaman pare perlu juga diberi pupuk susulan berupa campuran Urea dan kcl dengan perbandingan 1:2 untuk tanah berpasir. Sedangkan untuk tanah liat komposisinya 1:2. Setiap tanaman diberi 6 gr, berarti untuk setiap tanaman memerlukan 2 gr Urea dan 4 gr ZA.

Pupuk susulan pertama diberikan ketika tanaman berumur 3 minggu. Pemberian pupuk dilakukan dengan cara membenamkan pupuk sedalam 5 cm pada


(15)

jarak 10 cm dari batang tanaman. Pupuk campuran tersebut diberikan lagi 2 minggu kemudian dengan dosis ½ pupuk susulan pertama.

Selain pupuk tadi, tanaman pare juga diberi pupuk tambahan berupa pupuk majemuk NPK dengan dosis 5 gr/tanaman. Pupuk majemuk ini diberikan 2 minggu setelah pemberian pupuk susulan yang pertama. Interval pemberiannya 2 minggu sekali sampai tanaman berusia 4 bulan.

Pupuk daun juga baik diberikan dengan konsentrasi 0,2% (2cc/liter) untuk tiap tanaman. Interval penyemprotannya 1 minggu sekali. Pemupukan melalui daun dilaksanakan untuk menghindari larutnya unsur hara sebelum dapat diserap oleh akar. Beberapa unsur hara yang efektif disemprotkan melalui daun adalah N, P, K, S, Ca, Mg serta unsur-unsur hara mikro. Penyemprotan sebaiknya dilakukan pada pagi hari antara pukul 08.00-10.00 atau pada sore hari pada pukul 15.30-16.30. Untuk tanaman pare, biasanya petani menggunakan pupuk daun Lauxin (Setiawan dan Trisnawati, 1993).

c. Pemasangan tempat merambat tanaman

Tanaman pare merupakan tanaman merambat dan berkulit buah tipis serta halus. Oleh karena itu, perlu tempat merambat untuk menjauhkan buahnya dari tanah agar tidak busuk. Tanaman yang berumur 2-3 minggu harus sudah dibuatkan turus atau para-para. Bentuknya bisa bermacam-macam sesuai dengan jenis tanaman pare. Macam-macam bentuk turus dan para-para adalah sebagai berikut :

1. Sistem ajir (turus)

Tata cara pemasangan ajir adalah dengan cara menyiapkan ajir dari bilah bambu atau batang kayu kecil setinggi 2 m – 2,5 m. Tancapkan ajir di dekat tanaman pare

secara tegak ± 10 cm. Pasang bambu atau kayu yang menghubungkan ajir dengan

turus lainnya kemudian ikat erat-erat.

2. Sistem para-para mendatar

Tata cara pemasangan para-para mendatar adalah dengan menyiapkan tiang bambu atau batang kayu kecil setinggi 1 m – 1,5 m dan bilah bambu untuk para-para sesuai kebutuhan. Pasang (tancapkan) tiang bambu pada tiap tanaman pare sejauh 10 cm – 15 cm dari batang tanaman. Pasang bilah bambu sambil membentuk para-para secara mendatar yang menghubungkan antar bilah bambu, kemudian ikat erat-erat.


(16)

3. Sistem para-para setengah lingkaran

Tata cara pemasangan para-para setengah lingkaran adalah dengan menyiapkan bilah bambu minimal sepanjang 5 m. Tancapkan kedua ujung bilah bambu membentuk setengah lingkaran yang menghubungkan antar tanaman pare. Pasang bambu secara horizontal yang menghubungkan antar tiang, kemudian ikat erat-erat (Rukmana, 1997).

d. Penyiangan

Gulma yang tumbuh di kebun pare merupakan pesaing dalam kebutuhan air, unsur hara, dan sinar matahari bagi tanaman pare. Oleh karena itu, rumput perlu disiangi (dibersihkan). Waktu penyiangan dilakukan bersamaan dengan kegiatan penggemburan tanah dan pemupukan, yaitu saat tanaman pare berumur 15, 30, 45 atau tergantung keadaan pertumbuhan rumput liar. Penyiangan dilakukan dengan mencabut atau membersihkan semua rumput liar secara hati-hati menggunakan tangan ataupun cangkul ( Hendro Sunarjono, 2004).

e. Pemangkasan (perompesan)

Pemangkasan tanaman pare dilakukan 2 kali. Pertama saat tanaman berumur 3 minggu. Tunas yang tumbuh kesamping setelah pemangkasan dirambatkan ke kiri dan ke kanan para-para atau ajir. Pangkasan berikutnya dilakukan saat tanaman berumur 6 minggu. Pada saat ini cabang yang tua dan tidak tumbuh lagi dipotong. Selain itu, daun yang tua dibuang, begitu juga cabang yang rusak, patah atau terkena serangan penyakit.

Panjang batang pare harus diatur untuk mendapatkan produksi optimum. Panjang batang yang ideal untuk tanaman pare adalah 2-3m. Jika panjang batang telah melebihi batas tersebut, maka harus dipangkas karena tidak akan produktif lagi menghasilkan bunga. Bagian yang dipangkas adalah pucuknya. Pemangkasan dapat menggunakan tangan atau gunting (Nazaruddin, 1999).

f. Pembungkusan buah

Tanaman pare yang berumur 1,5 – 2 bulan mulai berbunga betina yang kelak

menjadi buah. Pada stadium buah masih kecil atau pentil sebaiknya segera dilakukan

pembungkusan buah dengan kantong plastik, kertas minyak ataupun dengan dedaunan. Pembungkusan buah pada stadium pentil bertujuan menghindari atau


(17)

menekan kemungkinan serangan hama lalat buah penyebab busuk dan ulat pada buah pare.

Cara membungkus buah pare adalah dengan menyiapkan bahan berupa kantong plastik, kertas minyak atau dedaunan yang cukup lebar dan tali. Tentukan (pilih) buah pare yang masih kecil (stadium pentil). Bungkuskan kantong plastik pada buah pare hingga seluruh bagian buah tertutup. Ukuran pembungkus harus lebih besar daripada buah pare. Ikat kantong plastik pada bagian pangkal atau tangkai buah pare erat-erat. Biarkan buah pare terbungkus hingga ukurannya mencapai maksimal atau siap petik (panen) (Anonim, 2009)

5. Pengendalian hama dan penyakit

Yang dimaksud dengan hama tanaman pare adalah semua binatang yang merugikan tanaman ini. Sedangkan yang dimaksud dengan penyakit adalah semua gangguan pada tanaman pare yang disebabkan oleh jamur, bakteri, virus dan juga kekurangan unsur-unsur hara dalam tanah. Dari hasil penelitian para ahli, dapat diidentifikasikan hama-hama yang mengganggu tanaman pare. Hama penting yang sering menyerang tanaman pare adalah sebagai berikut :

a. Ulat Grayak (Spodoptera litura)

Ulat ini menyerang pada malam hari, daun tanaman bisa ludes. Keesokan harinya hanya tinggal tanaman yang rusak, sedangkan hamanya sudah bersembunyi

di dalam tanah. Ulat grayak atau Spodoptera litura merupakan keluarga Noctuidae.

Hama ini bersifat polifag (makan bermacam-macam famili tanaman). Ulat dan ngengat ulat grayak hanya keluar pada malam hari dan bersembunyi pada siang hari. Warna ulat bermacam-macam dan mempunyai ciri yang khas, yaitu pada ruas perut yang keempat dan kesepuluh terdapat bentuk bulan sabit berwarna hitam, dibatasi garis kuning pada samping dan punggungnya.

Pengendalian yang dapat dilakukan antara lain dengan diberantas secara mekanis, yaitu telur yang ada dan baru menetas diambil bersama-sama dengan daun tempat menempelnya. Pengambilan ini jangan sampai terlambat sebab apabila ulat telah besar akan bersembunyi di dalam tanah. Diberantas secara biologis, yaitu

disemprot dengan Bacillus thungiriensis atau Borrelinavirus litura. Pembersihan


(18)

ulat. Diberantas secara kimia dengan disemprot insektisida, misalnya Decis 2,5 EC atau Supracide 40 EC sesuai konsentrasi yang dianjurkan.

b. Lembing atau Kumbang Daun (Epilachna sparsa)

Daun pare yang terserang lembing atau kumbang daun hanya tinggal tulang daun. Daun menjadi kering dan kecoklatan. Akibatnya, produksi tanaman akan turun. Bentuk lembing atau kumbang ini bulat, warnanya merah dengan bercak-bercak hitam sebanyak 12-26. Lembing ini memiliki bulu-bulu halus. Lembing ini sangat rakus dan dapat hidup lebih dari 3 bulan.

Pengendalian yang dapat dilakukan antara lain dengan diberantas secara mekanis, yaitu telur, larva dan kutu dapat ditangkap dengan tangan dan dimatikan. Diberantas secara kimia dengan disemprot insektisida, misalnya Curacron 500 EC, Decis 2,5 EC, Confidor 200 SL, Marshall dan lain-lain dengan konsentrasi yang dianjurkan. Berusaha tani dengan mengembangkan sistem rotasi (pergiliran tanaman).

c. Lalat Buah (Dacus cucurbitae Coq)

Gejala serangan lalat buah ini adalah daging buah tidak dapat dimakan karena telah berubah menjadi air dengan ratusan belatung yang menjijikkan. Dari luar keadaan buah tersebut tampak sehat. Jika menyerang batang, menyebabkan batang menjadi bisulan dan buahnya menjadi kecil-kecil berwarna kuning. Pada tingkat serangan berat menyebabkan buah busuk dan rontok.

Lalat yang dewasa ukurannya sedang ± 0,5 cm, warnanya kuning dan

sayapnya datar. Pada tepi ujung sayapnya terdapat bercak-bercak berwarna cokelat kekuningan. Lalat ini menusuk kulit buah dengan meletakkan telur sekitar 100-120 butir. Telur ini akan menetas 2-3 hari kemudian, lalu menjadi larva (ulat) yang akan membuat terowongan di dalam buah dan memakan dagingnya selama 2 minggu. Ulat yang telah dewasa meninggalkan buah dan jatuh di atas tanah, kemudian membuat terowongan sedalam 2-5 cm dan berpupa.

Pengendalian yang dapat dilakukan dengan cara kebersihan harus dijaga. Semua buah yang telah terserang dikumpulkan menjadi satu dan dimusnahkan. Lalat ditangkap dengan umpan minyak citronella yang dapat menarik lalat jantan atau


(19)

dengan protein hydrolysat dicampur insektisida, misalnya malathion. Lalat yang memakan umpan tersebut akan mati. Tanah dicangkul atau dibajak sehingga kepompong yang berada di dalam tanah terkena sinar matahari dan mati. Buah dibungkus dengan kertas minyak atau plastik (Setiawan dan Trisnawati, 1993).

d. Trips

Gejala yang ditimbulkan adalah daun muda dan tunas menjadi keriting, tanaman menjadi kerdil. Penyebab dari gejala tersebut adalah hama yang bernama

ilmiah Thrips parvispinus Karny. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara

melakukan sanitasi lingkungan dengan memusnahkan sisa tanaman dan inang yang berada di sekitar tanaman pare. Dapat juga dengan menyemprotkan insektisida seperti marshall, dimetoate, sipermetrin (Rukmana, 1999).

Penyakit tanaman adalah penyimpangan dari keadaan normal. Penyebab penyakit ada beberapa macam, yaitu disebabkan oleh cendawan, bakteri, virus, kekurangan air dan lain-lain. Pada tanaman pare, beberapa jenis penyakit yang dapat menyerang adalah sebagai berikut :

a. Penyakit embun tepung (powdery mildew)

Gejala awal ditandai dengan adanya tepung putih pada daun terbawah tanaman. Daun yang terserang menjadi kuning, cokelat dan akhirnya mengering. Selain daun, juga menyerang batang yang masih muda sehingga batang seperti

dilapisi oleh tepung (powder). Jika seluruh daun sudah terserang, tanaman akan

lemah dan mati atau buah yang dihasilkan tidak normal. Penyebab gejala tersebut

adalah cendawan Oidium sp.

Penyakit tersebut dapat ditanggulangi dengan mengurangi kelembapan di sekitar tanaman dengan cara pengaturan jarak tanam dan drainase yang baik, membuang bagian yang terserang. Disemprot dengan fungisida sulfur berdosis 2gr/liter air sebagai pencegahan dan penyembuhan (Setiawan dan Trisnawati, 1993).

b. Penyakit antraknosa

Gejalanya adalah daun bernoda hitam. Pada serangan berat batang dan buah juga terserang. Serangan lebih berat terjadi pada musim hujan. Disebabkan oleh


(20)

bagian tanaman yang terserang, pergiliran tanaman, dan penyemprotan dengan fungisida (misalnya Benlate berdosis 2gr/liter air) (Rukmana, 1997)

c. Penyakit layu

Gejala layu tampak pada ujung daun, kemudian seluruh daun akan mangerut dan mengering. Bibit yang baru berkecambah dan tanaman muda akan mati beberapa saat setelah terinfeksi. Tanaman dewasa yang terserang tidak akan sembuh. Gejala

tersebut disebabkan oleh cendawan Fusarium sp.

Pengendalian dilakukan dengan memusnahkan tanaman yang terserang, menyiramkan larutan fungisida (misalnya Benlate berdosis 2gr/liter air) ke tanah bekas tanaman yang sakit, dan menggunakan benih yang tahan terhadap serangan patogen.

d. Penyakit virus

Gejala serangan tampak jelas pada daun muda, yaitu terdapat bercak kekuning-kuningan. Penyakit ini menyerang semua stadium tumbuh. Penyebab gejala

tersebut adalah cucumber mosaic virus (CMV). Pengendalian dilakukan dengan cara

memusnahkan tanaman yang terserang, memberantas vektor virus (serangga), menyeleksi bibit yang akan dipindah ke lapang dan pemupukan yang seimbang agar kondisi tanaman lebih baik (Setiawan dan Trisnawati, 1993).

6. Panen dan pasca panen

a. Panen

Pemanenan buah pare tergantung pada tujuan penggunaannya. Buah yang dipetik untuk tujuan konsumsi berbeda dengan buah yang dipetik untuk tujuan pengadaan benih. Untuk tujuan konsumsi, buah dapat dipetik ketika belum tua benar. Ciri-ciri buah pare siap dipanen adalah ukuran buah maksimum, namun tidak terlalu tua. Bintil-bintil permukaan kulit tampak masih agak rapat dengan galur yang belum melebar. Buah berwarna hijau keputih-putihan atau putih susu, tergantung jenis atau varietasnya. Sedangkan ciri-ciri buah pare yang digunakan untuk pengadaan benih adalah buah berwarna kuning, daging buah lunak dan bintil-bintil kulitnya sudah melebar.

Panen pertama dapat dilakukan pada waktu tanaman berumur 3 bulan sejak tanam benih atau 2 bulan setelah pindah tanam bibit dari persemain. Panen


(21)

berikutnya dilakukan secara periodik 2 kali dalam seminggu atau tergantung kebutuhan. Cara panen buah pare adalah dengan memetik satu persatu bersama sebagian tangkai buah. Pemetikan dilakukan secara perlahan dan hati-hati dengan tangan, pisau maupun gunting tajam (Nazaruddin, 1999).

b. Pasca panen

Pare termasuk sayuran yang mudah rusak dan cepat busuk. Untuk mempertahankan kesegaran buah pare perlu penanganan pasca panen yang memadai. Setelah hasil panen dikumpulkan dalam tempat penyimpanan seperti karung, keranjang atau container lalu dilakukan sortasi dan grading. Hal ini betujuan untuk mengklasifikasikan buah menurut jenis, ukuran (berat) dan warna. Kemudian buah dibersihkan dengan cara dicuci dan dikeringkan. Pengemasan dapat dilakukan dengan memasukkan buah pada kantong plastik ataupun disesuaikan permintaan pasar. Setelah itu buah dapat dipasarkan kepada konsumen baik secara langsung ataupun tidak langsung (Hendro Sunarjono, 2004).

7. Pemasaran

Pemasaran merupakan suatu sistem keseluruhan dari seluruh kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan baik pada pembeli yang ada maupun pembeli potensial. Pemasaran mencakup usaha perusahaan yang dimulai dengan mengidentifikasi kebutuhan konsumen yang perlu dipuaskan, menentukan produk yang hendak diproduksi, menentukan harga produk yang sesuai, menentukan cara-cara promosi dan penyaluran atau penjualan produk tersebut. Kegiatan pemasaran adalah kegiatan-kegiatan yang saling berhubungan sebagai suatu sistem (Dharmmasta dan Handoko, 1997).

8. Analisis usaha tani

Ilmu usaha tani pada dasarnya memperhatikan cara-cara petani memperoleh dan memadukan sumberdaya (lahan, kerja, modal, waktu, pengelolaan) yang terbatas untuk mencapai tujuannya, maka disiplin induknya adalah ilmu ekonomi. Beberapa elemen dalam teori ekonomi yang mungkin sangat penting dan relevan terhadap penelitian usaha tani mencakup prinsip keunggulan komparatif, kenaikan hasil yang


(22)

berkurang, substitusi, analisis biaya, biaya yang diluangkan, pemilihan cabang usaha dan bakutimbang tujuan.

Prinsip analisis biaya ini sangat penting untuk diketahui, karena tiap petani dapat menguasai pengaturan biaya produksi dan usaha taninya. Penggolongan biaya produksi berdasarkan sifatnya. Biaya tetap (fixed cost) ialah biaya yang tidak ada kaitannya dengan jumlah barang yang diproduksi, contohya sewa lahan. Biaya tidak tetap (variable cost) ialah biaya yang berubah apabila luas usahanya berubah. Biaya ini ada apabila ada sesuatu barang yang diproduksi, contohnya upah kerja. Penentuan apakah suatu biaya tergolong biaya tetap atau biaya tidak tetap tergantung sebagian

pada sifat dan waktu pengambilan keputusan itu dipertimbangkan (Soekartawi, et al,


(23)

commit to user

BAB III. TATA LAKSANA PELAKSANAAN

A. Waktu dan Tempat

Pelaksanaan Praktek Kerja Magang (PKM) ini dilaksanakan di ASPAKUSA MAKMUR, yang beralamat di Desa Teras, Kec. Teras, Kab. Boyolali, Jawa Tengah. Adapun pelaksanaan magang ini kurang lebih 1 bulan, yaitu dari tanggal 14 Februari - 16 Maret 2011.

B. Metode Pelaksanaan

Pada Praktek Kerja Magang (PKM) ini metode yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Observasi (pengamatan)

Kegiatan Observasi (pengamatan) ini dilakukan secara rutin selama berlangsungnya kegiatan PKM. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk melengkapi data yang sudah diperoleh yang akan dipergunakan sebagai materi dalam penyusunan laporan praktek kerja magang.

2. Wawancara

Metode wawancara yang dilakukan dalam kegiatan PKM ini yaitu dengan cara melakukan tanya jawab dengan pembimbing lapangan atau pihak yang terkait menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan teknologi benih unggulan tanaman pare.

3. Pelaksanaan Kegiatan Magang Perusahaan

Praktek kerja magang dengan secara langsung mengikuti kegiatan teknologi benih unggulan tanaman pare. Selain itu juga mengikuti semua kegiatan yang dilaksanakan di ASPAKUSA MAKMUR sesuai jadwal yang telah ditentukan.

4. Studi Pustaka

Pengumpulan data dengan cara memanfaatkan data yang tersedia yang berhubungan dengan kegiatan praktek magang. Data tersebut didapatkan dari internet, buku, arsip, dan lain sebagainya yang bersifat informatif dan relevan.


(24)

commit to user

C. Sumber Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari responden. Dalam pelaksanaan kegiatan magang ini data primer diperoleh dari wawancara dengan manajer perusahaan, karyawan maupun masyarakat sekitar perusahaan dengan menggunakan alat bantu berupa kuisioner yang dibuat oleh penulis.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari sumber. Dalam kegiatan magang ini yang menjadi sumber data sekunder yaitu diambil dari buku, arsip dan jurnal yang berhubungan dengan kegiatan magang.


(25)

(26)

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Umum

1.Profil Asosiasi Aspakusa Makmur

Aspakusa Makmur adalah kelompok agribisnis yang terbentuk bulan November 2005 atas prakarsa pimpinan Taiwan Technical Mission, Mr. Lee Ching Shui. Kelompok ini dibina Taiwan Technical Mission dalam hal budidaya, serta pasca panen sampai pemasarannya sehingga dapat berkembang baik seperti saat ini. Peran pemerintah dalam hal ini Badan Ketahanan Pangan Propinsi Jawa Tengah, Dinas Pertanian Kabupaten Boyolali dan Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Boyolali juga sangat besar kontribusinya untuk kemajuan kelompok agribisnis Aspakusa Makmur. Kelompok ini berlokasi di kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali yang beranggotakan petani asparagus, bunga kucai, sayur-sayuran dataran sedang serta dataran tinggi di wilayah Boyolali.

Komoditas asparagus dan bunga kucai merupakan komoditas andalan kelompok ini di karenakan belum banyak petani yang membudidayakan tanaman ini, pangsa pasar masih terbuka luas dan harga yang stabil, namun demikian sayuran yang lain juga sangat penting.

Dalam melaksanakan kegiatan agribisnis yaitu pengiriman sayur ke berbagai supermarket dilaksanakan oleh manajer, supir, dan tenaga grading. Pada awalnya pembentukan kelompok, pemasaran hanya di supermarket Hokky Panglima Sudirman Surabaya, Hakiki Farm dan Harya di Jakarta, kemudian atas bimbingan Taiwan Technical Mission, Mr. Wu Chiung Feng ahli pemasaran dari Taiwan Technical Mission, menambah kerjasama dengan beberapa supermarket baru sehingga tujuan pemasaran saat ini menjadi 13 lokasi yaitu :

Semarang : Hypermart Java Mall, Carrefour Semarang, Carrefour Srondol. Surabaya : Hokky Panglima Sudirman, Hokky Graha Family

Solo : Hypermart Grand Mall, Hypermart Solo Square, Carrefour Solo Baru, Sunday market

Yogyakarta : Carrefour Ambarukmo, Carrefour Maguwo

Selain di supermarket kami juga mengadakan promosi langsung ke konsumen di Sunday market Gelora Manahan Solo setiap hari Minggu. Jenis sayuran yang kami pasarkan


(27)

± 128 macam sayuran yang merupakan sayuran dataran tinggi dan dataran sedang dan biofarmaka.

Demi mengikuti perkembangan zaman dan meningkatkan daya saing kelompok Aspakusa Makmur juga mengembangkan berbagai macam sayuran organik yang tentu saja tak lepas dari bimbingan Taiwan Technical Mission. Hingga saat ini telah berdiri beberapa unit green house khusus untuk mengembangkan sayuran organic. Sayuran organik itu antara lain: Caisim, Sawi sendok, Daun bawang besar, Tomat, Wortel, Selada Keriting, Bayam merah, Kailan, Brokoli, Kangkung, Zukini, buncis, dan lain-lain.

Demi mengikuti perkembangan dan lebih memantapkan kelembagaan maka kelompok ini bermetamorfosis dari Kelompok Agribisnis Aspakusa Makmur Boyolali menjadi Asosiasi Aspakusa Makmur Boyolali.

Hingga saat ini jumlah anggota ( 37 orang ) dan anggota mitra ± 103 orang tersebar di berbagai wilayah kabupaten Boyolali namun di wilayah Ampel dan Selo hanya ketua kelompoknya saja yang menjadi anggota. Komoditas yang dibudidayakan petanipun menyesuaikan dengan wilayah masing-masing sehingga tercipta keberagaman produksi. Tabel 4.1. Data komoditas yang ditanam tiap kecamatan kabupaten Boyolali

Wilayah Kecamatan

Jumlah petani

Luas m2

Komoditas yang ditanam

Selo 22 66000 Labu siam,kapri, kol putih, sawi putih,

kentang

Teras 6 7000 Bayam merah, bayam hijau, gambas,

jagung manis, timun lokal,kangkung, pare putih, pare hijau

Boyolali kota

8 4000 Bunga kucay, daun genjer, bunga genjer

Ampel 32 40500 Tomat, boncis kecil, lobak,sawi asin, timun

jepang Sumber : Analisis Data Sekunder

2. Letak Geografis

Praktek Kerja Magang (PKM) di Aspakusa Makmur Teras, Boyolali terlatak di Desa Teras, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali dan mempunyai batas wilayah sebagai berikut :


(28)

Sebelah Selatan : Kecamatan Tulung

Sebelah Barat : Kecamatan Mojosongo

Sebelah Timur : Kecamatan Banyudono

3. Keadaan Alam

Jenis tanah di Aspakusa Makmur Boyolali adalah regosol coklat keabuan dengan struktur tanah geluh berpasir dan Ph tanahnya berkisar 5,5-6 dengan topografi datar, sedangkan iklim daerah tersebut adalah :

Suhu udara : 200 – 300 C.

Curah hujan : 200 mm/tahun – 1600 mm/ tahun.

Ketinggian tempat : 250 mdpl

Kelembapan tanah : 50% - 80%

Aspakusa Makmur di Boyolali memiliki komoditas utama adalah tanaman hortikultura. Adapun area agroklimat usahanya adalah sebagai berikut :

Kecamatan Teras, mewakili dataran rendah – dataran sedang Kecamatan Cepogo, mewakili dataran sedang – dataran tinggi

4. Struktur Organisasi Aspakusa Makmur


(29)

1. Tugas dan Kewajiban pengurus

a. Menjalankan peraturan – peraturan dalam anggaran dasar

b. Membuat rencana anggaran rumah tangga mengenai semua hal yang tidak atau tidak

cukup diatur dalam anggaran dasar dengan membuat peraturan – peraturan yang berguna untuk Asosiasi

c. Membuat rencana kerja Asosiasi

d. Membuat laporan kegiatan per tahun

e. Mewakili Asosiasi untuk tugas- tugas keluar

f. Memajukan assosiasi

g. Membangun kerjasama dengan pihak lain untuk menguatkan asosiasi.

ASPAKUSA MAKMUR

PENGURUS

MANAJER PEMASARAN

MANAJER LAHAN KEUANGAN

TENAGA GRADING

+ SUPIR

A N G G O T A

JAGA MALAM TENAGA

LAHAN BKP Prov. JATENG

DISTANBUHUT Byll KKP Boyolali


(30)

2. Susunan Pengurus

Ketua : Purwanto

Bendahara : Suwoto

Sekretaris : Sudono

Seksi

Produksi : Marsudi

Pengadaan Barang : Suyatno

3. Visi dan Misi

a. Meningkatkan kesejahteraan petani

b. Meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) anggota dan masyarakat

c. Meningkatkan keanekaragaman produk pertanian sesuai agroklimatnya

d. Meningkatkan kwalitas dan kwantitas produk pertanian

B. Kegiatan Umum di Aspakusa Makmur

Kegiatan – kegiatan Asosiasi Aspakusa Makmur antara lain :

1. Pelatihan bagi siswa/ mahasiswa dan masyarakat pada umumnya. Kegiatan pelatihan

meliputi budidaya, penanganan pasca panen, sortasi, pengemasan, hingga pemasaran.

2. Penelitian/percontohan membudidayakan berbagai sayuran baru sebelum diterapkan oleh

petani misalnya pare putih, sukini dan lain-lain.

3. Bekerjasama dengan supermarket Carrefour, Hypermart dan lainya untuk memasarkan

hasil panen petani.

4. Melakukan sortase hasil panen petani sebelum dikirim ke berbagai supermarket.

5. Sebagai wahana tukar pengalaman dan studi banding bagi kelompok lain.

6. Jual langsung ke konsumen setiap hari Minggu di Sunday market Gelora Manahan Solo.

7. Turut serta dalam berbagai pameran ataupun pasar petani.

8. Memproduksi sekaligus memasarkan minuman segar siap konsumsi, yaitu juice rosella

yang memiliki banyak manfaat untuk kesehatan.

C. Teknis Budidaya Tanaman Pare Putih Aspakusa Makmur

Dalam proses budidaya pare putih di Aspakusa Makmur memerlukan cara budidaya yang benar agar dihasilkan buah pare putih yang berkualitas dan baik. Disamping itu juga


(31)

dibutuhkan cara penanganan buah pare putih pada periode pra panen, panen dan pasca panen yang dapat menjaga mutu benih agar lebih baik. Di bawah ini cara budidaya tanaman pare putih :

1. Persiapan dan pengolahan lahan

Gambar 4.1. Persiapan dan

pengolahan lahan

Tahap

awal dalam

tata laksana

budidaya tanaman pare putih adalah pemilihan lokasi yang sesuai dengan persyaratan tumbuh tanaman. Sebelum ditanam, tanah terlebih dahulu diseterilkan dengan cara tidak ditanami pare secara terus menerus melainkan digilir penanamannya dengan tanaman lain atau dengan menerapkan

sistem rotasi tanaman. Persiapan dan pengolahan lahan ini dilakukan ± 1 bulan sebelum

tanam. Setelah panen dilakukan, lahan didiamkan selama ± 1 minggu agar bibit penyakit

yang mungkin ada dalam tanah dapat terbasmi oleh sinar matahari.

Pengolahan lahan diawali dengan membersihkan gulma yang ada pada lahan, agar tidak mengganggu pertumbuhan tanaman pare putih.

Kemudian tanah dibajak atau dicangkul supaya menjadi gembur, lalu dibuat bedengan setengah jadi dengan campuran pupuk kompos organik 650kg/300 m² dan pupuk SP36 17 kg /300 m². Ukuran lebar 120 cm, panjang 20 m, tinggi 30 cm. Dalam 1 bedengan ditanami 15 tanaman pare, sedangkan jarak antar bedengan yang digunakan

untuk saluran irigasi adalah ± 30cm. Jarak tanamnya 120 cm, ukuran ini dapat

disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi lahan.

Setelah bedengan setengah jadi selesai dibuat, kemudian didiamkan terlebih dahulu selama 3-4 hari agar komposisi pupuk yang diberikan tersebut dapat tercampur dengan matang. Kemudian dilakukan penimbunan tanah agar bedengan menjadi sempurna, dengan ukuran 50cm. Pemasangan mulsa hendaknya sampai bawah bedengan


(32)

hingga hampir menutup semuanya, untuk mempersempit pertumbuhan gulma. Lubang

tanam dibuat dengan menggunakan kaleng susu bekas dengan ukuran ± 10cm. Kemudian

para-para yang terbuat dari bambu dipasang dengan tinggi 2,5 m, pada setiap lubang

tanam dengan kedalaman ± 20cm dan tiap batang dihubungkan dengan batang lainnya

berbentuk mendatar dan dipasangi net untuk tempat menjalarnya tanaman pare putih.

2. Pemulsaan

Pemasangan mulsa dilakukan setelah bedengan telah diratakan, sebelum dipasang

mulsa pastikan bedengan sudah ditaburi pupuk kompos organik 650 kg/300 m2 dan SP

36 17 kg/300 m2 .Kemudian pasang mulsa plastik hitam perak dengan panjang 20 m

dalam 8 bedengan dan dibuat lubang tanam dengan jarak 120 cm pada setiap bedengan. Pemasangan mulsa plastik sebaiknya dilakukan pada siang hari. Warna perak mulsa plastik berada dipermukaan atas bedengan. Biarkan bedengan bermulsa plastik dikering

angin selama 3 – 5 hari agar pupuk melarut dengan air tanah.

3. Persemaian

Gambar 4.2. Persemaian

tanaman pare putih

Sebe lum ditanam

di lahan,

tanaman pare melalui proses persemaian terlebih dahulu agar bibit yang ditanam terseleksi dengan baik untuk menghasilkan tanaman berkualitas dan sehat. Benih yang digunakan yaitu benih dari Taiwan dengan varietas Highmoon dengan berat 10 gram yang berisi 50 biji. Media semai yang digunakan adalah dari tanah dan kompos dengan perbandingan 1 : 2 lalu dicampur dan dimasukkan dalam tempat persemaian yaitu pottrey yang tiap 1


(33)

pottrey berisi 100 lubang, cara memasukkan media dalam media sendiri diratakan dengan menggunakan potongan bambu dan kemudian diratakan. Untuk pematahan dormansi sebelum benih pare disemai pecahkan kulit biji pada bagian pangkal biji dengan menggunakan gunting dengan tujuan agar benih cepat tumbuh akarnya, karena biji pare merupakan biji yang memiliki cangkang (kulit) yang keras. Setelah peletakan benih, kemudian rendam benih selama ± 12 jam dalam toples dan setelah selesai perendaman, buang air rendaman tersebut dan bilas benih dengan air bersih, kemudian benih ditanam di setiap lubang pottrey yang sudah berisi media. Setelah selesai ditanam media disiram dan diletakkan di tempat yang atasnya ditutup dengan atap plastik. Setelah bibit berumur 14-15 hari dapat ditanam di lahan yang telah disiapkan.

4. Penanaman

Dalam penanaman pare putih untuk pemanfaatan lahan menggunakan sistem tumpangsari dengan ditanam sawi asin karena umur panen pare putih yang lama kita tanami sayuran sawi asin sebab perawatannya mudah dan tidak banyak hama yang menyerang sekaligus umur panen yang relatif cepat sehingga sebelum pare putih panen sawi asin sudah bisa panen.

Penanaman bibit pare putih dilakukan pada pagi sebelum jam 9 atau sore hari setelah jam 3, agar suhu matahari tidak terlalu panas. Sebelum bibit ditanam, bedengan disiram terlebih dahulu agar lembab. Penanaman dilakukan dengan cara media pada pottrey dibasahi dengan air agar mudah dilepas, kemudian pottrey dibalik dengan perlahan untuk mengeluarkan seluruh akar beserta tanah yang sudah mengepal bersama media tanah sehingga tanaman tidak akan stres. Kemudian dimasukkan dalam lubang yang telah disiapkan sedalam 2-3cm, tekan sedikit dengan posisi bibit tegak lurus. Lalu siram tanah di sekitar tanaman untuk menjaga kelembapan dan untuk mengurangi tingkat kelayuan tanaman pare.

5. Pemeliharaan

a. Pengairan

Pada awal pertumbuhan tanaman pare memerlukan ketersedian air yang cukup untuk pertumbuhannya. Penyiraman dilakukan secara kontinu 3 hari sekali pada pagi


(34)

dan sore hari, tergantung pada keadaan tanah dan cuaca. Dalam pengairan jangan terlalu basah (menggenang) atau terlalu kering. Pengairan dilakukan dengan cara dileb atau disiram di sekeliling tanaman. Seusai pengairan, keadaan air dalam parit atau saluran irigasi tidak boleh menggenang. Hal ini bertujuan agar akar tanaman tidak terendam air sehingga mengakibatkan kebusukan.

b.Pemasangan Tempat Merambat Tanaman

Tanaman pare bersifat menjalar/merambat. Pada awal pertumbuhan tanaman ( setinggi 0,5 cm ) harus segera dipasang ajir atau tempat merambat agar kelak buah pare tidak mengenai tanah. Cara memasang tempat merambatkan tanaman pare putih adalah sebagai berikut :

1. Pemasangan ajir

Gambar 4.3. Pemasangan Ajir Tata cara pemasangan ajir yaitu

a) Siapkan ajir dengan membelah bambu setinggi 1 m.

b) Tancapkan ajir di dekat tanaman pare putih secara tegak sampai mengenai net di

atasnya.

c) Ikat tanaman pare dengan menggunakan tali rapiah dan mengikatnya sendiri jangan

terlalu kencang karena bisa mengkibatkan tanaman mati, penalian menggunakan cara teknik menyilang agar tanaman pare selalu tumbuh ke atas.


(35)

Gambar 4.4. Pemasangan net Tata cara pemasangan para-para mendatar yaitu

a) Siapkan tiang bambu setinggi 2, 5 m dan bilah bambu untuk di pasang di atasnya

yang selanjutnya untuk tempat pemasangan net.

b) Pasang/tancapkan tiang bambu pada tiap tanaman pare sejauh 10 cm-15 cm dari

batang tanaman.

c) Pasang bilah bambu sambil membentuk para-para mendatar kemudian tali erar-erat.

d) Pasang net di atas para-para kemudian tarik ke bawah dan tali dengan kuat.

c.Pengendalian gulma (penyiangan)

Gambar 4.5. Penyiangan rumput

Penyiangan dilakukan sedini mungkin dengan mencabut rumput (gulma) secara manual agar pertumbuhan tanaman pare putih tidak terganggu. Jika sudah terlihat ada rumput langsung dicabut dan dibuang, tidak dibiarkan besar baru dicabut karena rumput tersebut akan mengambil unsur hara dalam tanah yang dibutuhkan oleh tanaman pare. Minimal penyiangan dilakukan 1 minggu sekali.


(36)

d.Pemupukan

Gambar 4.6. Pemupukan

Untuk memacu pertumbuhan tanaman pare putih agar tumbuh baik dan subur serta ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan tanaman tetap terjaga perlu dilakukan pemupukan susulan. Pupuk yang diberikan adalah pupuk ZA dicampur dengan ponska dengan dosis 5 kg dan 3 kg per luas lahan 300 m² pada 3 minggu hari setelah tanam dengan interval pemupukan 1 minggu sekali. Kemudian 1 minggu kemudian memberi pupuk dengan campuran pupuk Za dan Mutiara dengan dosis 5 kg dan 3 kg per luas lahan 300 m², pemupukan dilakukan dengan cara menyebarkan segenggam pupuk di dalam lubang tanam mulsa ± 30 cm dari pangkal batang, pemupukan ini bertujuan untuk menyamakan pertumbuhan tanaman pare. Kemudian untuk pemupukan susulan

dilakukan sebulan sekali yaitu dengan menggunakan pupuk Za 5 kg/300 m2 . Pupuk

ZA mengandung senyawa Sulfur dalam bentuk Sulfat yang mudah diserap dan Nitrogen dalam bentuk amonium yang mudah larut dan diserap tanaman, manfaat pupuk ZA bagi tanaman pare sendiri yaitu memperbaiki rasa dan warna hasil panen dan tanaman lebih sehat serta lebih tahan terhadap gangguan lingkungan (hama, penyakit, kekeringan).


(37)

Apabila terlihat dalam suatu lubang, tanamannya mati maka langsung dilakukan penyulaman atau penggantian dengan tanaman baru yang lebih baik. Penyulaman dilakukan maksimal 5 hari setelah tanam bibit, apabila dilakukan lebih dari itu maka pertumbuhan tanaman tidak akan maksimal karena sudah tertinggal jauh pertumbuhannya dengan tanaman yang lain sehingga mengakibatkan tanaman tumbuh tidak seragam.

f. Pemangkasan

Gambar 4.7. Pemangkasan cabang bawah pare putih

Tanaman pare putih merupakan jenis tanaman yang tumbuhnya merambat seperti tanaman pare jenis yang lainya dan memiliki banyak cabang. Maka dari itu pemangkasan perlu dilakukan agar pertumbuhan tanaman dapat maksimal dan menghasilkan buah yang maksimal pula, pemangkasan dilakukan pada cabang ke-5 atau pada cabang batang 50 cm ke bawah. Pemangkasan dilaksanakan 3 kali yaitu saat umur 3 minggu dan 5 minggu dengan tujuan agar tunas tumbuh melebar. Sedangkan pemangkasan berikutnya pada umur 6 minggu dengan membuang cabang yang tua dan tumbuh, daun kering serta cabang yang rusak pemangkasan dilakukan dengan menggunakan pisau atau gunting.

Pemangkasan dilakukan pada waktu pagi hari agar luka yang ditimbulkan cepat mengering. Setelah dilakukan pemangkasan lalu cabang yang dipelihara dirambatkan kekanan dan kekiri pada lanjaran atau para-para, pada setiap batang terdapat 2 cabang


(38)

tanaman pare. Batang diikat dengan tali rafia, pengikatan tidak terlalu kencang tetapi dapat menahan cabang dengan baik yaitu dengan cara tali rapiah di tali pada batang pare secara menyilang agar pertumbuhan tanaman tidak terganggu.

g.Pengendalian hama dan penyakit

Gambar 4.8. Penyemprotan Insektisida dan Fungisida Pare putih

Salah satu kendala yang paling berarti dalam budidaya tanaman pare putih adalah adanya serangan hama dan penyakit pada tanaman. Hama yang menyerang adalah kumbang, lalat buah, dan ulat daun. Sedangkan penyakit yang menyerang

tanaman pare putih adalah penyakit bercak daun akibat jamur cercospora dan layu

tanaman akibat cendawan (jamur) Fusarium oxysporium. Penyakit tersebut

diakibatkan karena musim hujan yang terus-menerus sehingga memudahkan jamur untuk cepat berkembang biak dan dengan cepat penyebarannya. Untuk mencegah serangan hama dan penyakit tersebut dapat disemprotkan fungisida Dithan 55 gr/14 lt per luas lahan 300 m². Sedangkan insektisida yang disemprotkan adalah Curacron, Desis dan Confidor dengan dosis 10 ml/14 lt per luas lahan 300 m². Penyemprotan ini dilakukan 1 minggu sekali setelah 5 hari tanam. Penyemprotan menggunakan 2 alat penyemprot yaitu handsprayer untuk menyemprot tanaman pare putih yang masih muda dan sprayer untuk menyemprot tanaman pare putih yang tua dan untuk pengendalian ulat daun sendiri dengan cukup memilah-milah daun bagian bawah, apabila ada ulat cukup dibasmi dan dimatikan dengan tangan dan tanda –tandanya


(39)

daun berlubang. Sedangkan untuk tanaman pare putih yang terkena penyakit layu fusarium untuk segera dipotong tanamannya atau dicabut agar tidak menyebar ke tanaman lain karena fusarium cepat sekali penyebaranya apalagi pada saat musim hujan sekarang ini.

Apabila hama dan penyakit telah menyerang maka pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan membersihkan gulma yang tumbuh disekitar tanaman pare, mengumpulkan dan mematikan vektor, membuang daun atau bagian tanaman yang terserang jika serangan masih sedikit namun bila serangan telah menyebar dan banyak di bagian tubuh tanaman maka tanaman tersebut langsung dibuang dan dimusnakan agar tidak menyebar ke tanaman yang lainnya. Selain itu untuk mencegah juga dilakukan dengan memberikan air irigasi yang bersih, maksudnya adalah air tidak berasal dari limbah rumah tangga, limbah pabrik atau air yang sudah tercemar.

h.Perambatan

Gambar 4.9. Perambatan

Tanaman pare putih yang sudah berumur 3 minggu cabang -cabang tanaman akan memanjang, bagian cabang yang bawah harus di pangkas sedangkan yang bagian ujung atau atas harus dirambatkan ke atas samping pada net agar cabang tidak merambat turun ke tanah dan kelak buah tidak mengenai tanah serta buah akan menggantung di atas net sehingga mudah saat pemanenan. Perambatan harus dilakukan secara hati-hati dan pelan – pelan agar batang tidak rusak atau putus yang mengakibatkan tanaman pare tidak bisa tumbuh ke atas tetapi menyebabkan munculnya cabang baru yang akan tumbuh ke samping dan bisa pula menyebabkan tanaman layu dan mati apabila tidak dilakukan secara hati-hati. Tanaman pare tersebut


(40)

dirambatkan sampai mengelilingi para-para yang mendatar agar memudahkan saat memanen buah pare putih.

i. Pembungkusan Buah

Tanaman pare putih yang berumur 1,5-2 bulan mulai berbunga betina yang kelak menjadi buah. Pada stadium buah yang masih kecil atau pentil sebaiknya segera dilakukan pembungkusan buah atau pembrongsongan dengan menggunakan kantong plastik/ plastik polybag yang bewarna hitam. Pembungkusan buah pada stadium kecil bertujuan menghindari atau menekan kemungkinan serangan hama lalat buah penyebab busuk dan ulat buah pare putih.

6. Panen


(41)

Setelah usia tanaman 60 hari atau sekitar 2 bulan, panen pertama dapat dilakukan. Pare putih yang siap panen adalah buah yang telah berwarna putih susu, ukuran buah maksimum dan memiliki daging buah yang tebal serta bintil-bintil permukaan kulit tampak melebar dan merata apabila binti-bintil masih rapat berarti buah pare putih tersebut masih memungkinkan untuk bertambah besar. Perlu diperhatikan juga sebelum panen pertama sebaiknya buah pertama yang muncul untuk segera dipotong agar memacu perkembangan buah kedua, ketiga dan selanjutnya menjadi memanjang dan besar serta maksimal karena apabila buah pertama tidak dipotong pun buah pare tersebut bentuknya akan bulat besar dan tidak maksimal. Cara pemanenan yaitu dengan memotong tangkai buah dengan perlahan bisa menggunakan pisau, gunting atau tangan kosong, saat pemanenan dilihat buah pare putih yang masih dibrongsong dengan polibag berwarna hitam dengan cara meraba brongsong tersebut dan dilihat, apabila sudah memungkinkan untuk siap panen brongsong kembali ditutupkan ke seluruh bagian pare putih kemudian potong pada tangkai buah dan masukkan ke dalam rak beserta bronsongnya secara hati-hati agar buah tidak rusak atau luka. Untuk panen selanjutnya dapat dilakukan dengan melihat kenampakan fisik tanaman pare, sampai buah habis dapat dilakukan ± 20 kali petik tergantung jenis dan varietas tanaman pare. Pemanenan dilakukan 1 minggu 3 x dengan interval panen 3 hari sekali, yaitu panen dilakukan pada hari senin, rabu dan sabtu. Panen dilakukan dengan frekwensi 20 kali panen dan mendapatkan hasil 800 kg, jadi dapat diperoleh rata-rata setiap satu tanaman pare putih dapat menghasilkan 6,6 kg buah dan setiap satu tanaman rata-rata menghasilkan ± 10 buah. Kendala dari kurang maksimalnya hasil panen juga dikarenakan musim hujan secara terus-menerus sehingga mengakibatkan bunga menjadi berguguran dan serangan lalat buah. Setelah panen pare putih harus dihindarkan dari terik matahari langsung. Buah yang telah dipetik kemudian diletakkan dalam krak yang selanjutnya dimasukkan dalam coolroom dan menunggu proses selanjutnya.


(42)

Gambar 4.11. Crapping

Setelah buah dikumpulkan di gudang penyimpanan, proses selanjutnya adalah disortasi atau pengkelasan dengan memilih buah pare yang mulus (baik), layu, busuk atau abnormal. Setelah dilakukan sortasi buah pare putih yang berkualitas bagus dilakukan perlakuan crapping yaitu dengan membungkus pare satu persatu dengan lapisan plastik dengan menggunakan alat hand wrapper, setelah selesai ngrapping pare putih yang sudah dicrapping diberi label Aspakusa Makmur. Kemudian setelah selesai semua pare putih dimasukkan kembali dalam krak dengan berat 2 kg dan ditimbang bersama krak tersebut, selesai ditimbang pare putih disimpan ke dalam coolroom.

8. Pemasaran

Buah pare putih dalam pemasaran untuk kualitas yang A dikirim ke supermarket- supermarket yang sudah terikat kerjasama dengan Aspakusa Makmur. Pengiriman dilakukan menunggu daftar pesanan tiap supermarket yang membutuhkan stok pare putih. Misalnya Hypermart Solo GrandMall membutuhkan stok pare putih 50 kg pada hari senin, kemudian tenaga sortir Aspakusa Makmur menyiapkan pare putih 50 kg dan dikirim ke Hypermart Solo Grandmall pagi hari. Pemasaran juga dilakukan di Manahan Solo setiap hari Minggu jam 5 pagi sampai jam 12 siang. Aspakusa Makmur mematok harga pare putih per 1 kg dengan harga Rp 5.500. Sedangkan untuk yang kualitas rendah (B) dipasarkan ke pasar-pasar tradisional dengan harga per 1 kg Rp 4000.


(43)

D. Analisis usaha tani

ANALISIS USAHA TANI

PRODUKSI BUAH PARE PUTIH PER 300 m² (dalam 4 Bulan) DI ASPAKUSA MAKMUR TERAS BOYOLALI Tabel 4.3 Biaya Tetap Produksi Buah Pare Putih

No. Keterangan Kebutuhan

Umur Ekonomis (bulan) Harga (Rp) Total Kebutuhan (Rp) Total Biaya (Rp)

1. Sewa lahan 1 4 270.000 270.000 270.000

2 Cangkul 3 50 50.000 150.000 12.000

3 Gembor 1 40 20.000 20.000 2.000

4 Gunting 2 40 5.000 10.000 1.000

5 Bambu 100 20 2.000 200.000 40.000

6 Net 4 40 100.000 400.000 40.000

7 Potrey 3 24 20.000 60.000 10.000

8 Mulsa 160 m 10 2000 320.000 128.000

9 Rafia 1 gulung 4 9.000 9.000 9.000

Jumlah Biaya Tetap 512.000

Sumber : Analisis Data Primer Keterangan :

Rumus untuk menghitung total biaya :

Total biaya : x bulan

is UmurEkonom

uhan TotalKebut

4


(44)

Tabel 4.4 Biaya Variabel Produksi Buah Pare Putih

No. Keterangan Kebutuhan Satuan Harga Satuan

(Rp) Jumlah (Rp)

1. Benih 25 10 gram 8000 20.000

2. Kompos Organik 650 kg 350 227.500

3. Pupuk SP 36 17 kg 2300 39.100

4. Pupuk ZA 20 kg 1500 30.000

5. Pupuk Ponska 3 kg 2300 6.900

6. Mutiara 3 kg 7000 21.000

7. Desis 100 ml 175 17.500

8. Dithane 0,5 kg 55000 27.500

9. Curacron 100 ml 210 21.000

10 Confidor 100 ml 340 34.000

11 Tenaga kerja

Persiapan lahan

- Bajak traktor 1 hr x 35,000 = 35.000 35.000

-Pengolahan tanah 3 org x 1 hr x 15,000 = 45.000 45.000

Penanaman 2 org x 1 hr x 15,000 = 30.000 30.000

Perawatan+panen 1 org x 65 hr x 18,000 = 1.170.000 1.170.000

Jumlah Biaya Variabel 1.724.500

Sumber : Analisis Data Primer

Biaya Tetap = Rp 512.000

Biaya Variabel = Rp 1.724.500

Harga buah pare putih kelas A siap jual = Rp 5.500/kg Harga buah psre putih kelas B siap jual = Rp 4.000/kg Jumlah Produksi buah pare putih per 4 bulan


(45)

Kelas A = 600 kg

Kelas B = 200 kg

a) Biaya Total = Biaya Tetap + Biaya Variabel

= Rp 512.000 + Rp 1.724.500 = Rp 2.236.500

b) 1.Penerimaan = Harga kelas A x Jumlah Produksi kelas A = Rp 5.500 x 600 kg

= Rp 3.300.000

2. Penerimaan = Harga kelas B x Jumlah Produksi kelas B = Rp 4.000 x 200 kg

= Rp 800.000

Penerimaan = Penerimaan A + Penerimaan B

Total = Rp 3.300.000 + Rp 800.000

=Rp 4.100.000

c) Keuntungan = Penerimaan – Biaya Total

= Rp 4.100.000 – Rp 2.236.500 = Rp 1.863.500

d) Analisis Kelayakan Usaha Tani (B/C Ratio) B/C Ratio =

oduksi TotalBiaya pa TotalPenda Pr tan

= Rp 4.100.000

Rp 2.236.500 = 1,83

Artinya dengan modal Rp 2.236.500, usaha agribisnis pare putih akan memperoleh hasil penjualan sebesar 1,83 kali.

e) BEP Harga BEP Harga =

oduksi Total TotalBiaya Pr = kg Rp 800 500 . 236 . 2


(46)

= Rp 2.795

Artinya jika modal usaha Rp 2.236.500 dan total produksi 800 kg dengan harga jual Rp 2.795 sudah mencapai titik impas.

f) BEP Produksi BEP Produksi =

aJual H

oduksi TotalBiaya

arg Pr

=

500 . 5

500 . 236 . 2

Rp Rp

= 406,6 kg

Artinya dengan modal usaha Rp 2.236.500 dan harga jual pare putih Rp 5.500 dengan jumlah produksi 406,6 kg sudah mencapai titik impas.


(47)

(48)

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari kegiatan magang di Asosiasi Aspakusa Makmur Boyolali adalah

1. Aspakusa Makmur adalah suatu kelompok agribisnis yang mengelola berbagai macam

sayuran dataran tinggi dan dataran rendah dengan tenaga grading serta pemasarannya di beberapa supermarket di wilayah Semarang, Surabaya, Yogyakarta dan Solo.

2. Aspakusa Makmur beranggotakan kelompok tani asparagus, bunga kucai, sayur-sayuran

dataran sedang serta dataran tinggi di wilayah Boyolali.

3. Peran Pemerintah dalam hal ini Badan Ketahanan Pangan Propinsi Jawa Tengah, Dinas

Pertanian Kabupaten Boyolali dan Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Boyolali sangat besar kontribusinya untuk kemajuan kelompok agribisnis Aspakusa Makmur.

4. Dalam proses budidaya pare putih di Aspakusa Makmur memerlukan cara budidaya yang

benar agar dihasilkan buah yang baik. Di samping itu juga dibutuhkan cara penanganan buah pare putih pada periode pra panen, panen dan pasca panen yang dapat menjaga mutu benih agar lebih baik.

5. Untuk memacu pertumbuhan tanaman pare putih agar tumbuh baik dan subur serta

ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan tanaman tetap terjaga perlu dilakukan pemupukan susulan.

B. Saran

Saran yang dapat diberikan kepada Asosiasi Aspakusa Makmur Boyolali adalah

1. Dapat meningkatkan produksi tanaman produk hortikultura untuk dipasarkan di dalam

dan luar negeri.

2. Dapat terus meningkatkan kualitas dan menjamin kesejahteraan tenaga gradding agar

Aspakusa Makmur dapat terus maju dan berkembang menjadi suatu perusahaan yang besar dan berkualitas.


(1)

commit to user

D.

Analisis usaha tani

ANALISIS USAHA TANI

PRODUKSI BUAH PARE PUTIH PER 300 m² (dalam 4 Bulan)

DI ASPAKUSA MAKMUR TERAS BOYOLALI

Tabel 4.3 Biaya Tetap Produksi Buah Pare Putih

No.

Keterangan

Kebutuhan

Umur

Ekonomis

(bulan)

Harga

(Rp)

Total

Kebutuhan

(Rp)

Total Biaya

(Rp)

1.

Sewa lahan

1

4

270.000 270.000

270.000

2

Cangkul

3

50

50.000 150.000

12.000

3

Gembor

1

40

20.000 20.000

2.000

4

Gunting

2

40

5.000 10.000

1.000

5

Bambu

100

20

2.000 200.000

40.000

6

Net

4

40

100.000 400.000

40.000

7

Potrey

3

24

20.000 60.000

10.000

8

Mulsa

160 m

10

2000 320.000

128.000

9

Rafia

1 gulung

4

9.000 9.000

9.000

Jumlah Biaya Tetap

512.000

Sumber : Analisis Data Primer

Keterangan :

Rumus untuk menghitung total biaya :

Total biaya :

x

bulan

is

UmurEkonom

uhan

TotalKebut

4


(2)

Tabel 4.4 Biaya Variabel Produksi Buah Pare Putih

No.

Keterangan

Kebutuhan

Satuan

Harga Satuan

(Rp)

Jumlah (Rp)

1.

Benih

25

10 gram

8000

20.000

2.

Kompos Organik

650

kg

350

227.500

3.

Pupuk SP 36

17

kg

2300

39.100

4.

Pupuk ZA

20

kg

1500

30.000

5.

Pupuk Ponska

3

kg

2300

6.900

6.

Mutiara

3

kg

7000

21.000

7.

Desis

100

ml

175

17.500

8.

Dithane

0,5

kg

55000

27.500

9.

Curacron

100

ml

210

21.000

10

Confidor

100

ml

340

34.000

11

Tenaga kerja

Persiapan lahan

- Bajak traktor

1 hr x 35,000 = 35.000

35.000

-Pengolahan tanah 3 org x 1 hr x 15,000 = 45.000

45.000

Penanaman

2 org x 1 hr x 15,000 = 30.000

30.000

Perawatan+panen

1 org x 65 hr x 18,000 = 1.170.000

1.170.000

Jumlah Biaya Variabel

1.724.500

Sumber : Analisis Data Primer

Biaya Tetap

= Rp 512.000

Biaya Variabel

= Rp 1.724.500

Harga buah pare putih kelas A siap jual = Rp 5.500/kg

Harga buah psre putih kelas B siap jual = Rp 4.000/kg


(3)

commit to user

Kelas A

= 600 kg

Kelas B

= 200 kg

a) Biaya Total

= Biaya Tetap + Biaya Variabel

= Rp 512.000 + Rp 1.724.500

= Rp 2.236.500

b) 1.Penerimaan = Harga kelas A x Jumlah Produksi kelas A

= Rp 5.500 x 600 kg

= Rp 3.300.000

2. Penerimaan = Harga kelas B x Jumlah Produksi kelas B

= Rp 4.000 x 200 kg

= Rp 800.000

Penerimaan = Penerimaan A + Penerimaan B

Total

= Rp 3.300.000 + Rp 800.000

=Rp 4.100.000

c) Keuntungan

= Penerimaan – Biaya Total

= Rp 4.100.000 – Rp 2.236.500

= Rp 1.863.500

d) Analisis Kelayakan Usaha Tani (B/C Ratio)

B/C Ratio =

oduksi

TotalBiaya

pa

TotalPenda

Pr

tan

= Rp 4.100.000

Rp 2.236.500

= 1,83

Artinya dengan modal Rp 2.236.500, usaha agribisnis pare putih akan memperoleh hasil

penjualan sebesar 1,83 kali.

e) BEP Harga

BEP Harga =

oduksi

Total

TotalBiaya

Pr

=

kg

Rp

800

500

.

236

.

2


(4)

= Rp 2.795

Artinya jika modal usaha Rp 2.236.500 dan total produksi 800 kg dengan harga jual Rp

2.795 sudah mencapai titik impas.

f) BEP Produksi

BEP Produksi =

aJual

H

oduksi

TotalBiaya

arg

Pr

=

500

.

5

500

.

236

.

2

Rp

Rp

= 406,6 kg

Artinya dengan modal usaha Rp 2.236.500 dan harga jual pare putih Rp 5.500 dengan

jumlah produksi 406,6 kg sudah mencapai titik impas.


(5)

(6)

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.

Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari kegiatan magang di Asosiasi Aspakusa Makmur

Boyolali adalah

1.

Aspakusa Makmur adalah suatu kelompok agribisnis yang mengelola berbagai macam

sayuran dataran tinggi dan dataran rendah dengan tenaga grading serta pemasarannya di

beberapa supermarket di wilayah Semarang, Surabaya, Yogyakarta dan Solo.

2.

Aspakusa Makmur beranggotakan kelompok tani asparagus, bunga kucai, sayur-sayuran

dataran sedang serta dataran tinggi di wilayah Boyolali.

3.

Peran Pemerintah dalam hal ini Badan Ketahanan Pangan Propinsi Jawa Tengah, Dinas

Pertanian Kabupaten Boyolali dan Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Boyolali sangat

besar kontribusinya untuk kemajuan kelompok agribisnis Aspakusa Makmur.

4.

Dalam proses budidaya pare putih di Aspakusa Makmur memerlukan cara budidaya yang

benar agar dihasilkan buah yang baik. Di samping itu juga dibutuhkan cara penanganan

buah pare putih pada periode pra panen, panen dan pasca panen yang dapat menjaga mutu

benih agar lebih baik.

5.

Untuk memacu pertumbuhan tanaman pare putih agar tumbuh baik dan subur serta

ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan tanaman tetap terjaga perlu dilakukan

pemupukan susulan.

B.

Saran

Saran yang dapat diberikan kepada Asosiasi Aspakusa Makmur Boyolali adalah

1.

Dapat meningkatkan produksi tanaman produk hortikultura untuk dipasarkan di dalam

dan luar negeri.

2.

Dapat terus meningkatkan kualitas dan menjamin kesejahteraan tenaga gradding agar

Aspakusa Makmur dapat terus maju dan berkembang menjadi suatu perusahaan yang

besar dan berkualitas.