Pengambilan Keputusan Pemilihan Jenis Tanaman dan Pola Tanam di Lahan Hutan Negara dan Lahan Milik (Studi Kasus di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran Propinsi Lampung)

PENGAMBILAN KEPUTUSAN
PEMILIHAN JENIS TANAMAN DAN POLA TANAM
DI LAHAN HUTAN NEGARA DAN LAHAN MILIK
Studi Kasus
di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan
Kabupaten Pesawaran Propinsi Lampung

INDRA GUMAY FEBRYANO

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengambilan Keputusan Pemilihan Jenis
Tanaman dan Pola Tanam di Lahan Hutan Negara dan Lahan Milik: Studi Kasus
di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran
Propinsi Lampung adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, November 2008
Indra Gumay Febryano
NIM E051060011

ABSTRACT
INDRA GUMAY FEBRYANO. Decision Making of Plant Species and Planting
Pattern Selection in State Forest and Private Land: Case Study in Sungai Langka
Village Gedong Tataan Sub District Pesawaran District Lampung Province.
Under direction of DIDIK SUHARJITO and SUDARSONO SOEDOMO.
Agroferestry adoption studies about farmer’s decision making on tree
planting have been conducted for many cases, but there was an important aspect
that still had less concern about farmer views especially how they choose the plant
species and planting pattern and why they do that. The aim of this study was to
explain the farmer’s reasons when they choose a plant species and planting pattern
with different land tenure systems, state forest and private land. Method used in
this study was case study through analyzing plant species and planting pattern

selection, financial flow, household revenue structure, and portfolio
diversification. The results showed that: the farmer’s reasons were (1) cash
income, (2) production continuity, (3) gestation period, (4) easy maintenance and
harvest, (5) easy post harvest process, (6) tolerance to be planted with other
plants, and (7) land tenure security (especially in state forest land); most farmers
chose cacao species, with the main combination of planting pattern that consist of
cacao and banana in state forest land, cacao and petai, cacao and durian in private
land; all the planting pattern were financially feasible; the largest contribution was
given by cacao at all planting patterns based on farmer household revenue
structure, and portfolio diversification was not conducted by the farmers.
Keywords: farmer’s decision making, crop and planting pattern selection,
agroforestry

RINGKASAN
INDRA GUMAY FEBRYANO. Pengambilan Keputusan Pemilihan Jenis
Tanaman dan Pola Tanam di Lahan Hutan Negara dan Lahan Milik: Studi Kasus
di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran
Propinsi Lampung. Dibimbing oleh DIDIK SUHARJITO dan SUDARSONO
SOEDOMO.
Perhatian terhadap kegiatan petani pada agroforestri sebagian besar

tentang adopsi teknologi pertanian dan kehutanan, yang secara signifikan paling
dipengaruhi oleh resiko dan ketidakpastian, faktor biofisik, dan sumberdaya.
Adopsi ini juga mencakup keputusan petani untuk menanam dan memelihara
pohon. Walaupun studi adopsi agroforestri tentang keputusan petani untuk
menanam dan memelihara pohon telah banyak dilakukan, tetapi ada aspek penting
yang belum mendapat perhatian secara lebih mendalam, yaitu dari sisi pandangan
petani, terutama mengenai alasan-alasan petani dalam pemilihan jenis tanaman
dan pola tanam; yang juga terkait dengan konteks sistem penguasaan lahan.
Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan dan menjelaskan pengambilan
keputusan yang dilakukan oleh petani dalam menentukan pemilihan jenis tanaman
dan pola tanam pada sistem penguasaan lahan yang berbeda, antara yang
berlokasi di lahan hutan negara dan lahan milik. Pengetahuan dan pemahaman
tentang alasan-alasan petani ini akan bermanfaat bagi berbagai pihak, seperti:
Dinas Kehutanan (terutama penyuluh), universitas, lembaga swadaya masyarakat,
dan lain-lain, yang bermaksud mengembangkan kehutanan masyarakat.
Salah satu teori yang dapat digunakan untuk menganalisis pengambilan
keputusan oleh petani adalah teori “real-life choice” yang dikembangkan oleh
Gladwin (1980). Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan
tersebut akan diidentifikasi, baik faktor-faktor maupun eksternal. Kajian lebih
lanjut dilakukan dengan membandingkan pengambilan keputusan pemilihan jenis

tanaman dan pola tanam oleh petani, pada sistem penguasaan lahan yang berbeda
antara yang berlokasi di lahan hutan negara dan lahan milik. Penelitian ini
menggunakan metodologi studi kasus dan pengumpulan data dilakukan dengan
melakukan wawancara dan observasi partisipan. Data dianalisis dengan beberapa
cara, yaitu: analisis pemilihan jenis tanaman dan pola tanam, analisis finansial,
struktur pendapatan rumah tangga petani dan analisis diversifikasi portofolio.
Petani menempatkan aspek orientasi produksi, kondisi biofisik,
pengetahuan, waktu/tenaga kerja, dan kemampuan investasi untuk tanaman pohon
sebagai syarat minimal untuk mengeliminasi alternatif jenis tanaman. Alasanalasan petani dalam pemilihan jenis tanaman dan pola tanam, baik di lahan hutan
negara maupun lahan milik, hampir sama,, yaitu (1) pendapatan uang,
(2) kontinuitas produksi, (3) kecepatan berproduksi, (4) kemudahan pemeliharaan
dan pemanenan, (5) kemudahan pengolahan pascapanen, (6) kemampuan untuk
ditanam dengan jenis tanaman lain, dan (7) keamanan penguasaan lahan (khusus
di lahan hutan negara). Jenis tanaman utama yang dipilih petani adalah kakao;
dengan kombinasi utama pola tanam kakao+pisang di lahan hutan negara, dan
kakao+petai, serta kakao+durian di lahan milik.

Ketiga pola tanam tersebut layak untuk diusahakan berdasarkan hasil
analisis finansial. Nilai NPV, BCR, dan IRR berturut-turut sebesar
Rp 17.452.336,56; 1,32; dan 23% (pola tanam kakao+pisang), Rp 41.860.069,85;

1,77; dan 27% (pola tanam kakao+petai), dan Rp 42.864.090,38; 1,79; dan 28%
(pola tanam kakao+durian). Nilai NPV menunjukkan bahwa pola tanam
kakao+durian dan kakao+petai lebih menguntungkan secara finansial
dibandingkan pola tanam kakao+pisang. Tetapi petani yang berusaha di lahan
hutan negara lebih memilih pola tanam kakao+pisang, karena tidak adanya
keamanan penguasaan lahan di lahan hutan negara (sesuai dengan hasil analisis
pemilihan jenis tanaman dan pola tanam).
Pola tanam kakao+petai dan kakao+durian lebih baik dibandingkan pola
tanam kakao+pisang berdasarkan struktur pendapatan rumah tangga. Kakao
memberikan kontribusi terbesar pada setiap pola tanam. Pisang hanya
memberikan kontribusi pada tahun-tahun awal, karena pisang tidak dapat tumbuh
lagi ketika kakao tertutup rapat pada umur 9 tahun; tetapi pisang menjadi sumber
pendapatan utama ketika kakao belum berproduksi. Sementara petai dan durian
memberikan kontribusi yang cukup besar dan terus mengalami peningkatan,
ketika produktivitas kakao mulai menurun. Pisang, petai dan durian memberikan
kontribusi yang lebih kecil dibandingkan kakao, karena tanaman tersebut
hanyalah tanaman sekunder dan bukan ditanam oleh petani sebagai tanaman
utama.
Petani tidak melakukan diversifikasi portofolio, dalam hal ini petani tidak
melakukan diversifikasi jenis tanaman. Petani lebih tertarik hanya menanam satu

jenis tanaman utama, baik di lahan hutan negara maupun lahan milik.
Kecenderungan monokultur tersebut lebih sesuai dengan hasil analisis pemilihan
jenis tanaman dan pola tanam.
Kata kunci: pengambilan keputusan petani, pemilihan jenis tanaman dan pola
tanam, agroforestri

© Hak cipta milik IPB, tahun 2008
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan
pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,
penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak
merugikan kepentingan yang wajar IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

PENGAMBILAN KEPUTUSAN
PEMILIHAN JENIS TANAMAN DAN POLA TANAM
DI LAHAN HUTAN NEGARA DAN LAHAN MILIK
Studi Kasus

di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan
Kabupaten Pesawaran Propinsi Lampung

INDRA GUMAY FEBRYANO

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan

SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Prof. Dr. Ir. Dudung Darusman, M.A.

Judul Penelitian

Nama

NIM

: Pengambilan Keputusan Pemilihan Jenis Tanaman dan Pola
Tanam di Lahan Hutan Negara dan Lahan Milik (Studi
Kasus di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan
Kabupaten Pesawaran Propinsi Lampung)
: Indra Gumay Febryano
: E051060011

Disetujui
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Didik Suharjito, M.S.
Ketua

Dr. Ir. Sudarsono Soedomo, M.S.
Anggota

Diketahui
Ketua Program Studi

Ilmu Pengetahuan Kehutanan

Prof. Dr. Ir. Imam Wahyudi, M.S.

Tanggal Ujian: 12 November 2008

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S.

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian ini ialah pengambilan keputusan oleh petani, dengan judul Pengambilan
Keputusan Pemilihan Jenis Tanaman dan Pola Tanam di Lahan Hutan Negara
dan Lahan Milik (Studi Kasus di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan
Kabupaten Pesawaran Propinsi Lampung).
Penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesarbesarnya terutama kepada pembimbing, yaitu Dr. Ir. Didik Suharjito, MS dan
Dr. Ir. Sudarsono Soedomo, MS yang telah banyak memberikan bimbingan dan

saran selama penulis menempuh studi di Sekolah Pascasarjana IPB. Terima kasih
juga penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Ir. Dudung Darusman, M.A. selaku
penguji luar komisi yang telah banyak memberikan koreksi dan arahan untuk
perbaikan tesis.
Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Departemen
Pendidikan Nasional Republik Indonesia yang memberikan Beasiswa Program
Pasca Sarjana (BPPS). Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada
papa, mama, istri dan anak-anak, serta seluruh keluarga atas doa, dukungan dan
kasih sayangnya. Tidak lupa kepada rekan-rekan yang tidak dapat disebutkan satu
persatu, penulis mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dan
kebersamaannya.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran sangat diharapkan. Penulis berharap semoga karya ilmiah ini
bermanfaat bagi pembaca.
Bogor, November 2008
Indra Gumay Febryano

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Gombong pada tanggal 22 Februari 1974 dari ayah
Kolonel (Purn.) Drs. H. Sahmi Gumay dan ibu H. Indrawati Soekardi. Penulis

merupakan putra keempat dari lima bersaudara. Penulis menikah dengan Yurika
Tauryska, ST pada tanggal 22 Agustus 2004 dan telah dikaruniai dua orang putra
yang bernama Nashwa Azzahra Gumay dan Ryan Pasha Gumay.
Tahun 1992 penulis lulus dari SMA Negeri 3 Denpasar dan pada tahun
yang sama diterima di IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB.
Selanjutnya penulis memilih Jurusan Teknologi Hasil Hutan (Pengolahan Hasil
Hutan) Fakultas Kehutanan dan lulus pada tahun 1998.
Penulis bekerja sebagai staf pengajar di Jurusan Manajemen Hutan,
Fakultas Pertanian, Universitas Lampung sejak tahun 2003. Sebelumnya penulis
pernah bekerja sebagai plywood inspector di Toyo Tex, Co. Ltd. pada tahun 19992001 dan sebagai supervisor di PT Naramitra Tarra pada tahun 2001-2003.
Pada tahun 2006 penulis mendapatkan Beasiswa Program Pasca Sarjana
(BPPS) dari Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia untuk
melanjutkan studi pascasarjana di Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan,
Sekolah Pascasarjana IPB.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .....................................................................................

xi

DAFTAR GAMBAR ................................................................................

xii

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................

xiii

PENDAHULUAN ....................................................................................
Latar Belakang .................................................................................
Perumusan Masalah .........................................................................
Tujuan dan Manfaat .........................................................................

1
1
4
4

TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................
Pengambilan Keputusan oleh Petani ...............................................
Pemilihan Jenis Tanaman dan Pola Tanam .....................................

6
6
7

METODE PENELITIAN ..........................................................................
Kerangka Pemikiran ........................................................................
Definisi Operasional ........................................................................
Pendekatan Penelitian ......................................................................
Lokasi dan Waktu Penelitian ...........................................................
Metode Pengumpulan Data .............................................................
Metode Analisis Data ......................................................................

13
13
15
17
18
18
19

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN ............................................
Letak dan Luas ................................................................................
Topografi dan Iklim ........................................................................
Penggunaan Lahan ..........................................................................
Komposisi Penduduk ......................................................................
Tingkat Pendidikan .........................................................................
Sarana dan Prasarana.......................................................................
Sejarah Pengelolaan Lahan .............................................................

25
25
25
27
27
28
29
30

HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................
Analisis Pemilihan Jenis Tanaman dan Pola Tanam .......................
Analisis Finansial ............................................................................
Struktur Pendapatan Rumah Tangga... ............................................
Analisis Diversifikasi Portofolio .....................................................

33
33
48
49
51

SIMPULAN DAN SARAN ......................................................................
Simpulan ..........................................................................................
Saran ................................................................................................

52
52
53

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................

54

LAMPIRAN ..............................................................................................

57

DAFTAR TABEL
Halaman
1

Definisi operasional variabel dan parameter pengukurannya ...........

15

2

Indikator yang digunakan dalam perhitungan analisis finansial .......

23

3

Jenis penggunaan lahan .....................................................................

27

4

Jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur ................................

27

5

Jumlah penduduk berdasarkan jenis mata pencaharian ....................

28

6

Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan ...........................

28

7

Sarana dan prasarana .........................................................................

29

8

Pembagian blok pengelolaan dalam master plan Tahura WAR .......

32

9

Jumlah responden berdasarkan aspek persyaratan minimal dalam
pemilihan jenis tanaman dan pola tanam ..........................................

33

Jumlah responden berdasarkan aspek yang dipertimbangkan dalam
pemilihan jenis tanaman dan pola tanam ..........................................

37

Aspek-aspek yang mempengaruhi pemilihan jenis tanaman dan
pola tanam di lahan hutan negara ......................................................

38

Aspek-aspek yang mempengaruhi pemilihan jenis tanaman dan
pola tanam di lahan milik ..................................................................

39

Analisis finansial pengusahaan lahan................................................

49

10

11

12

13

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1

Kerangka pemikiran ..........................................................................

14

2

Lokasi penelitian ...............................................................................

26

3

Tahap 1 pemilihan jenis tanaman dan pola tanam di lahan hutan
negara dan lahan milik ......................................................................

36

Tahap 2 pemilihan jenis tanaman dan pola tanam di lahan hutan
negara ................................................................................................

40

5

Tahap 2 pemilihan jenis tanaman dan pola tanam di lahan milik .....

41

6

Struktur pendapatan rumah tangga...................................................

50

4

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1

Penilaian kesesuaian lahan untuk kakao di Desa Sungai Langka .....

58

2

Kriteria penilaian kesesuaian lahan untuk kakao ..............................

59

3

Curah hujan di Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran
Propinsi Lampung Tahun 1996-2005 ...............................................

61

Suhu udara di Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran
Propinsi Lampung Tahun 1996-2005 ...............................................

62

Kelembaban udara di Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten
Pesawaran Propinsi Lampung Tahun 1996-2005 .............................

63

6

Analisis finansial pola tanam kakao+pisang .....................................

64

7

Analisis finansial pola tanam kakao+petai........................................

65

8

Analisis finansial pola tanam kakao+durian .....................................

66

9

Komponen biaya pengusahaan lahan per ha .....................................

67

10

Komponen pendapatan pengusahaan lahan per ha............................

75

11

Struktur pendapatan rumah tangga....................................................

77

4

5

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perhatian terhadap kegiatan petani pada agroforestri sebagian besar
tentang adopsi teknologi pertanian dan kehutanan. Pattanayak et al. (2003) telah
me-review 120 artikel mengenai adopsi teknologi pertanian dan kehutanan oleh
petani kecil. Melalui seleksi analisis empiris yang difokuskan pada agroforestri
dan yang berkaitan, jumlah tersebut dipersempit menjadi 32 studi dari 21
negara. Hasil analisis menunjukkan bahwa perilaku adopsi teknologi secara
signifikan paling dipengaruhi oleh resiko dan ketidakpastian, faktor biofisik, dan
sumberdaya, walaupun preferensi dan dukungan sumberdaya merupakan faktor
yang paling sering dimasukkan dalam studi. Kiptot et al. (2007) menambahkan
bahwa walaupun terjadi peningkatan jumlah studi tentang agroforestri, tetapi
masih terdapat beberapa kelemahan. Kelemahan tersebut yaitu: (1) sebagian besar
studi adopsi berdasarkan suatu potret pada waktunya, padahal adopsi agroforestri
merupakan suatu proses dinamis yang terjadi melalui periode waktu yang
panjang, (2) sebagian besar studi adopsi tidak membedakan antara kategori
pengguna, baik yang menguji teknologi maupun yang mengadopsi, dan
(3) mayoritas studi adopsi tidak mempertimbangkan sosial ekonomi, pengaturan
politik dan kelembagaan yang melekat di petani secara lebih luas.
Adopsi agroforestri juga mencakup keputusan petani untuk menanam dan
memelihara pohon. Hal ini sesuai dengan penjelasan Banister dan Nair (2003)
mengenai strategi implementasi agroforestri di negara miskin seperti Haiti, yaitu
berdasarkan pengetahuan yang menyeluruh bagaimana petani menggunakan
karakteristik rumah tangga dan lahan pertaniannya untuk mengambil keputusan
adopsi agroforestri. Begitu pula dengan Degrande et al. (2006) yang menyatakan
bahwa keputusan petani untuk menanam dan memelihara pohon di Kamerun dan
Nigeria ditentukan oleh suatu kumpulan yang kompleks dari faktor-faktor yang
saling berkaitan, baik di dalam maupun antar komunitas. Sedangkan Zubair dan
Garforth (2006) dalam penelitiannya di Pakistan menyatakan bahwa kesediaan
petani untuk menanam pohon di lahannya adalah suatu fungsi dari sikap petani
terhadap keuntungan dan ketidakuntungan penanaman pohon, persepsi petani
mengenai pendapat referents yang penting, dan faktor-faktor yang mendorong dan

2
menghambat penanaman pohon di lahan pertanian. Faktor-faktor utama yang
mendorong dan menghambat penentu keputusan petani untuk menanam tanaman
berkayu, terutama di pekarangan juga dijelaskan oleh Krause dan Uibrig (2006)
berdasarkan kasus di dataran tinggi Ethiopia Tengah. Tingkat adopsi yang relatif
rendah pada integrasi pohon buah pada sistem pertanian dataran tinggi oleh petani
kecil di Propinsi Isabela, Filipina yang telah dipromosikan secara luas, sangat
kontras dengan penanaman tanaman perdagangan musiman (seasonal cash crops)
yang tersebar secara cepat, khususnya varietas unggulan padi dan jagung (Snelder
et al. 2005). Petani mempertimbangkan pohon buah sebagai suatu tanaman yang
keuntungannya lebih rendah dibandingkan tanaman perdagangan musiman,
dimana hal ini sangat kontras dengan hasil perhitungan analisis ekonomi dalam
siklus produksi selama 10 tahun. Pengetahuan petani tentang manajemen pohon
dan pemilihan jenis terbukti tidak cukup dan berkontribusi secara tidak langsung
terhadap rendahnya tingkat pertumbuhan dan produksi buah.
Walaupun studi adopsi agroforestri tentang keputusan petani untuk
menanam dan memelihara pohon telah banyak dilakukan, tetapi ada aspek penting
yang belum mendapat perhatian secara lebih mendalam, yaitu dari sisi pandangan
petani, terutama mengenai alasan-alasan petani dalam pemilihan jenis tanaman
dan pola tanam. Beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai pengambilan
keputusan pemilihan jenis tanaman dan pola tanam pada agroforestri antara lain
dilakukan oleh: Lubis (1997), Suharjito (2002), Krause dan Uibrig (2006), dan
Snelder et al. (2007).
Lubis (1997) menyatakan bahwa pengambilan keputusan dalam memilih
jenis tanaman yang akan dibudidayakan pada pengelolaan lahan hutan di Pesisir
Krui-Lampung Barat, didasari oleh pengaruh ekonomi; sebagian di antaranya
hanya sebatas kebutuhan subsistensi, tapi sebagian lainnya didasari oleh adanya
permintaan pasar. Sementara petani di Buniwangi-Sukabumi memilih suatu jenis
tanaman untuk dibudidayakan karena mempunyai alasan-alasan yang menunjukkan orientasi produktivitas, kegunaan untuk konsumsi keluarga dan dipasarkan,
dan kontinuitas (Suharjito 2002). Begitu pula dengan Krause dan Uibrig (2006)
menjelaskan bahwa pengambilan keputusan oleh petani dalam pemilihan jenis
tanaman ditentukan oleh kegunaan dan pendapatan uang dari jenis tanaman.

3
Sementara petani memilih jenis pohon buah tidak hanya berdasarkan nilai
ekonominya saja, tetapi juga fungsi-fungsi penting lainnya yang disediakan oleh
pohon (Snelder et al. 2007).
Menurut Suharjito (2002), beberapa penelitian sosial, ekonomi dan
budaya yang telah dilakukan, khususnya menjelaskan hubungan antara sistemsistem penguasaan lahan (land tenure system) dengan praktek agroforestri.
Privatisasi atau pemberian hak milik telah mendorong petani menanam pohonpohon karena alasan keamanan penguasaan lahan (the security of land tenure) di
Kenya (Brokesha dan Riley 1987, diacu dalam Suharjito 2002). Berdasarkan
sistem tenurial yang ada di Haiti, petani melaksanakan budidaya pohon pada lahan
milik individual dan tidak bersedia melaksanakannya pada lahan komunal atau
lahan negara, karena adanya jaminan memperoleh manfaat yang lebih pasti dari
lahan milik daripada lahan komunal atau lahan negara (Murray 1987, diacu dalam
Suharjito 2002). Sedangkan di Nigeria agroforestri membutuhkan modal lebih
banyak daripada pertanian tradisional, maka kepastian penguasaan lahan
diperlukan oleh petani untuk menjamin investasinya (Adeyoju 1987, diacu dalam
Suharjito 2002). Sementara berdasarkan kasus di Filipina, praktek-praktek
agroforestri yang lestari telah berkembang walaupun tidak berada pada lahan yang
dimiliki sendiri (Sajise 1987, diacu dalam Suharjito 2002).
Penelitian-penelitian di atas menjelaskan pengambilan keputusan yang
dilakukan oleh petani untuk memilih jenis tanaman dan pola tanam; juga terkait
dengan konteks sistem penguasaan lahan. Hal ini sangat penting, karena banyak
program penanaman pohon yang dilakukan oleh pemerintah di lahan hutan negara
yang digarap oleh masyarakat sering menemui kegagalan, karena masyarakat
enggan untuk menanam bibit tanaman yang diberikan oleh pemerintah dan lebih
memilih jenis tanaman dan pola tanam tertentu. Sebaliknya, penanaman pohon di
lahan milik lebih banyak yang berhasil. Oleh karena itu, penelitian yang akan
dilakukan memberi perhatian pada pengambilan keputusan pemilihan jenis
tanaman dan pola tanam pada sistem penguasaan lahan yang berbeda, yaitu di
lahan hutan negara dan lahan milik.

4
Penelitian tentang pengambilan keputusan pemilihan jenis dan pola tanam
di lahan hutan negara dan lahan milik dilakukan dalam konteks pengambilan
keputusan oleh petani, dengan unit analisis rumah tangga petani agroforestri dan
menggunakan metode studi kasus. Pengambilan keputusan oleh petani untuk
memilih jenis tanaman dan pola tanam ini melalui beberapa tahapan pengambilan
keputusan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternal.
Perumusan Masalah
Penelitian ini bermaksud untuk menguraikan dan menjelaskan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh petani dalam menentukan pemilihan jenis
tanaman dan pola tanam. Fokus penelitian yang akan dilakukan adalah kajian
tentang

alasan-alasan petani untuk memilih jenis tanaman dan pola tanam.

Pertanyaan utama dari penelitian ini adalah bagaimana dan mengapa petani
melakukan pengambilan keputusan untuk memilih suatu jenis tanaman dan pola
tanam tertentu dan bukan jenis tanaman dan pola tanam yang lain, pada sistem
penguasaan lahan yang berbeda, antara yang berlokasi di lahan hutan negara dan
lahan milik.
Penelitian tersebut akan dijelaskan dengan mengkaji pengambilan
keputusan oleh rumah tangga petani yang dipengaruhi oleh faktor-faktor internal
(kondisi sosial ekonomi dan biofisik) dan eksternal (pasar, ketersediaan informasi
teknis, jasa infrastruktur/pendukung dan kerangka kebijakan). Kajian lebih lanjut
dilakukan dengan membandingkan pengambilan keputusan pemilihan jenis
tanaman dan pola tanam oleh petani pada sistem penguasaan lahan yang berbeda,
antara yang berlokasi di lahan hutan negara dan lahan milik.
Tujuan dan Manfaat
Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan dan menjelaskan pengambilan
keputusan yang dilakukan oleh petani dalam menentukan pemilihan jenis tanaman
dan pola tanam pada sistem penguasaan lahan yang berbeda, antara yang
berlokasi di lahan hutan negara dan lahan milik. Pengetahuan dan pemahaman
tentang alasan-alasan petani ini akan bermanfaat bagi berbagai pihak, seperti:
Dinas Kehutanan (terutama penyuluh), universitas, lembaga swadaya masyarakat,
dan lain-lain, yang bermaksud mengembangkan kehutanan masyarakat, baik di

5
lahan hutan negara maupun lahan milik. Studi mengenai pilihan-pilihan petani
tersebut sangat penting untuk mengerti preferensi, pertimbangan dan hambatan
yang ditemui oleh petani di lapangan, sehingga kegiatan yang akan dilakukan
akan lebih tepat, berguna, dan sesuai dengan kebutuhan petani.

TINJAUAN PUSTAKA
Pengambilan Keputusan oleh Petani
Beberapa studi telah dilakukan tentang bagaimana petani membuat
keputusan.

Sebagian besar penelitian dan pengajaran mengenai pengambilan

keputusan difokuskan pada kejadian keputusan, bukan proses (Orasanu dan
Conolly 1993, diacu dalam Ohlmer et al. 1998). Pengetahuan saat ini mengenai
proses pembuatan keputusan dikaji dan digambarkan sebagai suatu kumpulan dari
delapan fungsi atau unsur: nilai dan sasaran, deteksi masalah, definisi masalah,
pengamatan, analisis, pengembangan tujuan, implementasi, dan pengambilan
tanggung jawab (Hogarth 1976; Mintzberg et al.; Johnson et al., diacu dalam
Ohlmer et al. 1998). Ohlmer et al. 1998 menyatakan bahwa relevansi pandangan
dari perilaku pembuatan keputusan oleh petani di atas diuji melalui suatu
rangkaian studi kasus. Berdasarkan pengamatan ini, model konseptual dari proses
keputusan direvisi yang mencakup empat fase (deteksi masalah, definisi masalah,
analisa dan pilihan, dan implementasi) dan empat sub proses (mencari dan
memperhatikan, perencanaan, evaluasi dan memilih, dan memeriksa masalah).
Pengambilan keputusan mengenai alokasi sumberdaya paling banyak
dilakukan oleh rumah tangga petani. Hal ini dijelaskan oleh French (1995),
dimana pembagian peran dan tanggung jawab anggota keluarga terjadi secara
alami di antara laki-laki, perempuan, angkatan kerja produktif dan generasi tua.
Keputusan manajemen petani dibuat berdasarkan pembagian tugasnya masingmasing, yang terbagi ke dalam keputusan investasi dan pemasaran serta keputusan
produksi dan konservasi. Keputusan ini dipengaruhi oleh faktor-faktor internal
(kondisi sosial ekonomi dan biofisik) dan eksternal (pasar dan saluran pasar,
kebijakan, aturan dan peraturan; jasa pendukung, dan informasi teknis).
Sementara Ruddle dan Rondinelli (1983) menyatakan bahwa analisis pengambilan
keputusan oleh petani diperumit oleh karakteristik kepribadian petani atau
anggota rumah tangga petani.

Petani mungkin akan berspekulasi untuk

mendapatkan hasil yang terbaik dan mengambil resiko pada musim kemarau. Di
sisi lain, seorang petani yang konservatif akan meminimalkan kerugian dari
kemungkinan kondisi cuaca yang terburuk. Sebagian besar petani mungkin akan

7
menanam suatu kombinasi tanaman untuk mengurangi resiko, seperti yang
dilaksanakan di banyak sistem pertanian tropis. Bagaimanapun juga, sebagai
tambahan untuk mewakili suatu usaha untuk mengurangi resiko, diversifikasi
tanaman dapat juga menjadi suatu contoh produksi yang komplementer,
optimalisasi penggunaan bermacam-macam kondisi ekologi di dalam bagian yang
berbeda pada lahan pertanian, atau suatu sistem rotasi yang sangat panjang, atau
suatu kombinasi berbagai faktor.
Pemilihan Jenis Tanaman dan Pola Tanam
Beberapa penelitian menjelaskan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani untuk menanam pohon. Banister dan Nair (2003)
menjelaskan bahwa strategi implementasi agroforestri di Haiti berdasarkan
pengetahuan yang menyeluruh bagaimana petani menggunakan karakteristik
rumah tangga, yaitu: (1) umur kepala rumah tangga, (2) pendidikan anggota
rumah tangga, (3) jenis kelamin kepala rumah tangga, dan (4) kepala rumah
tangga imigran/lokal) dan karakteristik lahan pertanian, yaitu: (1) persen
kemiringan, (2) jarak dari rumah ke lahan pertanian, (3) tenure, (4) penilaian
kualitatif kesuburan tanah oleh petani). Hasil penelitian Degrande et al. (2006) di
Kamerun dan Nigeria, menunjukkan bahwa faktor-faktor yang terdapat di dalam
dan antar komunitas ditemukan saling berkaitan dan mempengaruhi keputusan
penanaman pohon.

Faktor-faktor di dalam komunitas adalah: (1) tenure,

(2) kesejahteraan (dihubungkan dengan ukuran lahan pertanian), (3) kelompok
etnik, (4) gender, (5) umur, dan (6) pendidikan; dimana perbedaan antar rumah
tangga individu kurang mudah dijelaskan tetapi tenure dan ukuran lahan
pertanian merupakan hal penting; sedangkan faktor-faktor antar komunitas
adalah: (1) akses pasar, (2) penggunaan lahan, dan (3) akses ke sumberdaya
hutan.
Berdasarkan kasus di dataran tinggi Ethiopia Tengah, Krause dan Uibrig
(2006) menyatakan bahwa faktor-faktor utama penentu keputusan petani untuk
menanam tanaman berkayu, terutama di pekarangan, yaitu: kegunaan kayu
terutama untuk kayu bakar, produk yang berasal dari kayu, pendapatan uang,
dan kurangnya sumberdaya lahan dan bibit. Sedangkan Zubair dan Garforth

8
(2006) memaparkan bahwa keputusan petani untuk menanam pohon di Pakistan
dipengaruhi oleh pendapat dari anggota keluarga, pemilik/penyewa lahan,
sesama petani dan orang yang dituakan di kampung. Faktor-faktor yang
mempengaruhi penanaman pohon di lahan pertanian adalah: (1) tersedianya
lahan marjinal/terlantar, (2) kurangnya akses pasar, (3) kurangnya pembibitan
dan (4) kerusakan yang diakibatkan hewan dan manusia.

Manfaat yang

dirasakan dari penanaman pohon adalah: (1) meningkatkan pendapatan,
(2) menyediakan kayu untuk bahan bakar dan meubel, (3) mengontrol erosi dan
polusi, dan (4) menyediakan naungan untuk manusia dan hewan. Petani juga
melihat penanaman pohon sebagai hambatan dalam kegiatan pertanian
(mengurangi produksi karena naungan terhadap tanaman perdagangan) dan
tempat berkumpulnya serangga, hama dan penyakit.
Petani di Buniwangi-Sukabumi yang mengusahakan kebun-talun dengan
lahan yang sempit, cenderung mengusahakan jumlah jenis tanaman yang sedikit,
sebab semakin banyak jumlah jenis tanaman dalam satuan luas berarti semakin
sedikit jumlah tanaman per jenisnya yang dapat ditanam (Suharjito 2002).
Sedangkan Degrande et al. (2006) menyatakan bahwa terdapat kecenderungan
yang signifikan di dalam komunitas dari meningkatnya kepadatan pohon buah
dengan menurunnya ukuran lahan pertanian, terutama dengan permintaan pasar
yang sangat besar terhadap satu jenis spesies. Hal ini menunjukkan bahwa
petani kecil lebih memilih opportunity cost untuk menanam lebih banyak pohon
buah dibandingkan menanam tanaman pangan. Sementara berdasarkan kasus di
Propinsi Isabela-Filipina Snelder et al. (2007) menjelaskan bahwa petani
mengidentifikasi luas lahan yang kecil sebagai faktor yang diasosiasikan dengan
resiko dan mempengaruhi keputusan mereka untuk tidak menanam pohon pada
lahan mereka.

Petani dengan lahan milik biasanya

membagi tanah untuk

keturunannya, sehingga luas lahan menjadi lebih kecil dan petani lebih suka
menanam tanaman musiman/perdagangan untuk mendapatkan pendapatan uang
jangka pendek. Hal yang sama juga terjadi pada petani yang menyewa luas
lahan yang kecil.
Degrande et al. (2006) dalam penelitiannya menyatakan bahwa property
right (tenure) mempengaruhi keputusan petani untuk menanam dan memelihara

9
pohon.

Kepadatan dan jumlah jenis pohon pada lahan milik lebih tinggi

dibandingkan dengan lahan yang disewa. Hal ini menunjukkan bahwa tenure
yang lebih aman mendorong suatu ketertarikan yang lebih besar dalam
penanaman pohon. Hal ini sesuai dengan penelitian Banister dan Nair (2003)
yang menyatakan bahwa kepadatan pohon per hektar meningkat sesuai dengan
peningkatan luas lahan yang status tenure-nya aman.
Menurut Zubair dan Garforth (2006) petani mempertimbangkan pohon
sebagai tanaman untuk lahan marjinal/terlantar berhubungan dengan sejumlah
faktor-faktor yang menghambat, seperti tidak tersedianya pasar, kurangnya
pembibitan (nurseries), dan sifat jangka panjang usaha budidaya kehutanan
(farm forestry). Persaingan antara budidaya kehutanan dan pertanian terjadi bila
menggunakan lahan yang sama; jika lahannya bagus maka pertanian lebih
diutamakan daripada budidaya kehutanan, yang pada akhirnya akan berdampak
buruk terhadap produksi tanaman. Hal ini menunjukkan suatu kebutuhan untuk
lebih mengkonsentrasikan pada jenis-jenis pohon serbaguna (multipurpose tree
species) yang berotasi pendek daripada jenis-jenis pohon yang berotasi panjang,
khususnya ketika tersedianya lahan yang produktif menjadi suatu hambatan dan
pertanian lebih ditujukan untuk tingkat subsisten.
Beberapa penelitian menjelaskan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan jenis tanaman dan pola tanam oleh petani. Faktor-faktor
yang diidentifikasi antara lain: kondisi sosial ekonomi, biofisik dan pasar.
Menurut Lubis (1997), pengambilan keputusan dalam memilih jenis tanaman
yang akan dibudidayakan di lahan darak, kebun dan repong pada pengelolaan
lahan hutan di Pesisir Krui-Lampung Barat didasari oleh pengaruh ekonomi.
Sedangkan Suharjito (2002) menyatakan bahwa petani memilih suatu jenis
tanaman untuk dibudidayakan karena mempunyai alasan-alasan, yaitu:
(1) supaya hasilnya banyak atau maksimal, (2) supaya hasilnya beragam,
(3) mudah memelihara, (4) mudah pemasarannya, (4) harga stabil/naik,
(5) warisan orang tua, (6) tanahnya relatif kecil/sempit dan (7) sesuai dengan
kondisi tanahnya. Alasan-alasan tersebut menunjukkan orientasi produktivitas,
kegunaan untuk konsumsi keluarga dan dipasarkan, dan kontinuitas (harian,
musiman, tahunan). Begitu pula dengan Krause dan Uibrig (2006), yang

10
menyatakan bahwa petani memilih jenis tanaman berdasarkan: (1) kegunaannya
untuk kayu bakar, dan (2) pendapatan uang. Sementara Snelder et al. (2007)
menjelaskan bahwa petani memilih jenis pohon buah tidak hanya berdasarkan
nilai ekonominya saja, seperti: (1) penghasil uang, (2) penyedia buah keluarga,
(3) penghasil sepanjang tahun, dan (4) penghasil buah dengan kualitas dan
kuantitas yang terjaga selama pengangkutan; tetapi juga fungsi-fungsi penting
lainnya yang disediakan oleh pohon, yaitu: (5) pengontrol erosi, (6) penahan
angin, dan (7) pohon serbaguna.
Lubis (1997) menjelaskan bahwa komersialisasi beberapa jenis tanaman
palawija dirangsang oleh akses ke pasar yang semakin mudah. Dalam kasus
dimana lokasi lahan petani jauh dari pasar, atau transportasi masih menjadi
kendala, petani menanam tanaman palawija dengan orientasi yang sepenuhnya
subsisten. Tapi dalam kasus dimana akses ke pasar cukup mudah, petani mulai
menggunakan faktor komersial sebagai dasar pengambilan keputusan. Sedangkan
Snelder et al. (2007) menjelaskan bahwa tujuan petani dalam mengembangkan
tanaman buah adalah untuk pemasaran atau konsumsi rumah tangga, yang
dipengaruhi oleh aksesibilitas dan jarak ke pasar, dukungan dari pihak luar
terhadap kegiatan penanaman pohon buah dan jaringan pemasaran. Sementara
Suharjito (2002) menyatakan bahwa petani tidak menganggap akses pasar
sebagai masalah. Pedagang atau tengkulak tersedia di desa atau petani dapat
langsung menjual hasil kebun-talun ke pasar.
Petani berbeda dalam menentukan jenis tanaman yang akan dibudidayakan
pada setiap fase pengelolaan hutan. Pada fase ladang hanya sebatas kebutuhan
subsistensi, sementara pada fase kebun sepenuhnya menggunakan pertimbangan
akses pasar sebagai hal pokok. Hal yang agak berbeda terjadi dalam pengambilan
keputusan untuk memilih jenis tanaman tua pada fase repong. Di sini
pertimbangan pokok bukanlah harga komoditi tanaman repong pada saat ini,
melainkan kontribusi rutin atau berkala yang dapat diberikannya dalam jangka
panjang. Naik atau tidak harga jual getah damar misalnya tidak menjadi alasan
penting bagi mereka untuk menunda penanaman damar (Lubis 1997). Sementara
tiga tahap dalam kebun-talun, yaitu kebun, kebun campuran dan talun,
mempunyai fungsi yang berbeda. Tahap kebun mempunyai nilai ekonomi yang

11
tinggi dengan jenis tanaman didominasi oleh tanaman setahun (annual crops).
Pada tahap kebun campuran nilai ekonominya menurun, sedangkan nilai
biofisiknya meningkat.

Tahap talun mempunyai nilai ekonomi dan biofisik

dengan jenis tanaman tahunan berkayu (Christanty et al. 1986, diacu dalam
Suharjito 2002). Sedangkan Suharjito (2002) menyatakan bahwa petani memilih
jenis tanaman yang pada satu sisi dapat menghasilkan produk yang dapat
langsung dikonsumsi oleh keluarga (kebutuhan subsistensi), pada sisi yang lain
dapat dipasarkan untuk memperoleh pendapatan uang (cash income).

Oleh

karena itu, komposisi jenis tanaman kebun-talun sebagian tidak berubah (petai,
jengkol, durian, dan kelapa) dan sebagian lain mengalami perubahan (cengkeh,
sengon) sebagai usaha penyesuaian terhadap perubahan kebutuhan petani. Jenis
tanaman baru lebih diorientasikan untuk dijual (komersial), sedangkan jenis
tanaman lama diorientasikan untuk dijual dan dikonsumsi sendiri. Snelder et al.
(2007) menjelaskan bahwa petani lebih memilih tanaman perdagangan musiman
walaupun pohon buah memiliki banyak fungsi; dimana hal ini sangat kontras
dengan hasil analisis ekonomi dalam siklus produksi 10 tahun. Alasan-alasan
petani dapat dijelaskan sebagai berikut: (1) investasi untuk membangun
perkebunan pohon buah sangat tinggi dan di luar jangkauan sumberdaya petani
miskin, (2) penanaman pohon buah lebih disukai sebagai sumber penghasilan
tambahan dan investasinya relatif jangka panjang, (3) kurangnya pengalaman
dalam penanaman pohon buah, (4) bencana alam seperti topan dan kebakaran
membuat usaha yang dilakukan bertahun-tahun hilang dalam waktu singkat, dan
(5) kurangnya saluran pemasaran buah-buahan yang stabil dan dapat dipercaya.
Lubis (1997) menyatakan bahwa fluktuasi harga yang tajam mempengaruhi petani dalam memutuskan jenis tanaman yang akan dibudidayakan.
Kasus melonjaknya harga cengkeh pada tahun 1970-an mendorong petani untuk
berlomba-lomba menanam cengkeh, dan ketika harga cengkeh merosot tajam
mereka segera pula mengeliminasi cengkeh dari pilihannya. Dalam kasus
maraknya penanaman cengkeh pada tahun 1970-an memang banyak petani yang
menunda penanaman damar. Tapi hal itu terutama bukan disebabkan oleh faktor
harga, melainkan didorong oleh karakteristik botanis tanaman cengkeh yang tidak
menghendaki adanya tegakan rimbun lain yang menghalangi penyinaran.

12
Argumentasi ini diperkuat oleh fakta bahwa mereka juga tidak menanam tanaman
tua lainnya, seperti: duku, durian, maupun petai dan jengkol, bersamaan dengan
tanaman cengkeh. Sedangkan Suharjito (2002) menyatakan bahwa keseimbangan
antara stabilitas dan kenaikan harga jual hasil

kebun-talun

menjadi

pertimbangan petani dalam memilih jenis tanaman. Jenis tanaman yang harga
jualnya relatif stabil lebih aman untuk dipilih, tetapi petani juga tertarik untuk
mengusahakan jenis tanaman yang harga jualnya sedang naik. Snelder et al.
(2007) menjelaskan bahwa analisis sensitivitas yang digunakan untuk menilai
dampak dari fluktuasi harga yang mungkin dari keuntungan marjinal pada
tanaman musiman (padi dan jagung) dan tanaman pohon (jeruk mandarin,
mangga, dan gmelina) menunjukkan bahwa tanaman pohon lebih menarik dan
menguntungkan.

METODE PENELITIAN
Kerangka Pemikiran
Dalam mengkaji pengambilan keputusan oleh petani, lazimnya para ahli
ekonomi pertanian bertujuan untuk melakukan evaluasi dengan menerapkan
metodologi analisis benefit-cost.

Berbeda dari para ahli ekonomi, para ahli

antropologi lebih memberikan perhatian pada tujuan menguraikan (describe)
pilihan-pilihan petani (Suharjito, 2002). Salah satu teori yang dapat digunakan
untuk menganalisis pengambilan keputusan oleh petani adalah teori ‘real-life
choice” yang dikembangkan oleh Gladwin (1980), yang menjelaskan bahwa
dalam pengambilan keputusan sehari-hari petani menempuh dua tahap. Pada
tahap pertama, petani mengeliminasi semua alternatif yang tidak diinginkan dan
pada tahap kedua, yang merupakan intisari dari proses keputusan, petani
mengeliminasi aspek-aspek yang tidak relevan, serta menyusun alternatifalternatif pada aspek-aspek penting.
Tahapan pengambilan keputusan oleh petani secara lengkap, tentang
pemilihan jenis tanaman dan pola tanam, akan dapat diketahui dengan
menggunakan teori Gladwin ini. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan
keputusan tersebut akan diidentifikasi, baik faktor-faktor internal (kondisi sosial
ekonomi dan biofisik) maupun eksternal (pasar, ketersediaan informasi teknis,
jasa pendukung, dan kerangka kebijakan).
Kajian lebih lanjut dilakukan dengan membandingkan pengambilan
keputusan pemilihan jenis tanaman dan pola tanam oleh petani, pada sistem
penguasaan lahan yang berbeda antara yang berlokasi di lahan hutan negara dan
lahan milik. Dengan adanya pengetahuan mengenai tahapan pengambilan
keputusan tersebut dan faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses
pengambilan keputusan, maka diharapkan program kehutanan masyarakat di masa
yang akan datang akan menjadi lebih tepat sasaran. Alur kerangka pemikiran
penelitian ini digambarkan dalam Gambar 1.

14

Kondisi
sosial ekonomi

Kondisi biofisik

Kebijakan

Kumpulan alternatif
jenis tanaman dan pola tanam

Seleksi Tahap 1
(Elimination by aspect)

Sub kumpulan alternatif
jenis tanaman dan pola tanam
Ketersediaan
informasi teknis

Seleksi Tahap 2
(“Intisari” proses pengambilan keputusan)

Keputusan
jenis tanaman dan pola tanam
Rumah tangga petani
(unit pengambilan keputusan)
Sistem pertanian
(termasuk dukungan sumberdaya: lahan, tenaga kerja, modal)

Jasa pendukung

Gambar 1 Kerangka pemikiran.

Pasar

15
Definisi Operasional
Beberapa variabel dalam penelitian ini secara garis besar dapat
didefinisikan sebagai berikut:
Tabel 1 Definisi operasional variabel dan parameter pengukurannya
Variabel

Definisi operasional

Parameter pengukuran

Tingkat orientasi
produksi

Tingkat konsumsi hasil tanaman
oleh rumah tangga petani atau
kemampuan untuk menjual hasil
tanaman ke pasar terdekat/
pedagang

Tingkat konsumsi:
1) < 25%
(komersial)
2) 25-50%
(kombinasi)
3) > 50%
(subsisten)

Ketinggian/tanah

Kesesuaian kualitas lahan dan
keadaan lingkungan fisik
terhadap budidaya tanaman

Pengalaman petani selama
menggarap lahan pertanian:
1) tidak sesuai
2) cukup sesuai
3) sesuai
Persepsi petani dijustifikasi
dengan data sekunder
pengukuran kondisi biofisik
sebagai pembanding

Persyaratan air

Ketersediaan air di lahan
pertanian yang harus cukup
untuk budidaya tanaman

Pengalaman petani selama
menggarap lahan pertanian:
1) tidak cukup
2) cukup
3) > cukup

Pengetahuan

Kemampuan rumah tangga
petani dalam penguasaan teknik
budidaya tanaman

Tingkat penguasaan teknik
budidaya:
1) tidak menguasai
2) cukup menguasai
3) menguasai

Waktu atau tenaga kerja

Ketersediaan waktu atau tenaga
kerja (keluarga atau tenaga kerja
upahan) rumah tangga petani
untuk budidaya tanaman

Waktu:
1) sedikit
2) cukup
3) banyak
Tenaga kerja:
1) 1 orang/ha
2) 2-3 orang/ha
3) > 3 orang/ha

Modal atau kredit

Kemampuan rumah tangga
petani untuk mempunyai modal
atau kredit untuk memperoleh
input yang dibutuhkan (bibit,
pupuk, insektisida dan tenaga
kerja) untuk budidaya tanaman

(sedikit)
(sedang)
(banyak)

Tingkat penguasaan modal atau
kredit:
1) < Rp 1.000.000/tahun/ha (kecil)
2) Rp 1.000.000-1.500.000/tahun/ha
(sedang)
3) > Rp 1.500.000/tahun/ha (besar)

16
Lanjutan
Variabel
Kemampuan investasi

Luas lahan

Definisi operasional
Kemampuan rumah tangga
petani untuk memiliki lahan
milik dan/atau modal untuk
budidaya tanaman pohon sampai
menghasilkan

Luas lahan yang diusahakan oleh
rumah tangga petani secara terus
menerus di lahan milik, dan di
dalam kawasan hutan yang
diberikan ijin pengelolaannya
oleh pemerintah kepada petani

Parameter pengukuran
Luas lahan milik:
1) < 0,25 ha
2) 0,25-1 ha
3) > 1 ha

(sempit)
(sedang)
(luas)

Jumlah modal:
1) < Rp 3.000.000/ha (kecil)
2) Rp 3.000.000-4.500.000/ha
(sedang)
3) > Rp 4.500.000/ha (besar)
Luas lahan milik:
1) < 0,25 ha
2) 0,25-1 ha
3) > 1 ha

(sempit)
(sedang)
(luas)

Luas lahan di dalam kawasan
hutan:
1) < 1 ha
(sempit)
2) 1-2,5 ha
(sedang)
3) > 2,5 ha
(luas)

Tingkat produktivitas

Pendapatan dari hasil tanaman
yang diterima oleh rumah tangga
petani

Jumlah pendapatan:
1) < Rp 500.000
(kecil)
2) Rp 500.000-750.000 (sedang)
3) > Rp 750.000
(besar)

Tingkat keragaman
produksi

Jumlah hasil tanaman yang
diterima oleh rumah tangga
petani

Jumlah hasil tanaman:
1) sedikit
2) sedang
3) banyak

Tingkat kontinuitas
produksi

Jangka waktu pemanenan hasil
tanaman oleh rumah tangga
petani

Jangka waktu pemanenan:
1) harian
2) musiman
3) tahunan

Status lahan

Asal usul kepemilikan lahan
oleh rumah tangga petani

Asal usul kepemilikan lahan:
1) warisan
2) beli
3) sewa
4) ijin pengelolaan

Kestabilan harga

Tingkat kestabilan harga
terhadap hasil tanaman rumah
tangga petani

Tingkat kestabilan harga:
1) tidak stabil
2) cukup stabil
3) stabil

Akses pasar

Jarak ke pasar terdekat/pedagang
untuk menjual hasil tanaman
rumah tangga petani

Jarak ke pasar terdekat:
1) > 10 km
(jauh)
2) 5-10 km
(sedang)
3) < 5 km
(dekat)

17
Lanjutan
Variabel

Definisi operasional

Parameter pengukuran

Jasa infrastruktur/
pendukung

Jasa pendukung eksternal yang
dibutuhkan untuk mengambil
peluang pasar dan produksi
untuk rumah tangga petani

Kualitas jasa pendukung:
1) rendah
2) sedang
3) tinggi

Kebijakan

Kebijakan, aturan dan peraturan
yang diterapkan oleh pemerintah
dan masyarakat untuk
mendukung budidaya tanaman
oleh rumah tangga petani

Tingkat dukungan:
1) tidak mendukung
2) cukup mendukung
3) mendukung

Ketersediaan informasi
teknis

Informasi mengenai aspek
budidaya tanaman, teknik
pemanenan dan lain-lain yang
disediakan oleh petani yang
berhasil, peneliti, penyuluh dan
lain-lain

Tingkat ketersediaan:
1) tidak tersedia
2) cukup tersedia
3) tersedia

Pendekatan Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif, menggunakan metodologi
studi kasus. Secara umum, studi kasus merupakan strategi yang lebih cocok bila
pokok pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan bagaimana atau mengapa,
bila peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa
yang akan diselidiki, dan bilamana fokus penelitiannya terletak pada fenomena
kontemporer di dalam konteks kehidupan nyata (Yin 2006). Studi kasus
memberikan akses dan peluang yang luas kepada peneliti untuk menelaah secara
mendalam, detail, intensif, dan menyeluruh terhadap unit sosial yang diteliti
(Bungin 2006).
Pendekatan studi kasus yang digunakan tidaklah kaku sifatnya, dan
sewaktu-waktu dapat diubah sesuai dengan perkembangan fakta empiris yang
tengah dicermati. Hal ini tidak berarti terjadinya inkonsistensi, melainkan
terhadap fenomena sosial yang menjadi unit analisis, lebih dikedepankan dan
diutamakan aspek emik daripada etik-nya. Hal ini menyangkut prinsip dalam
penelitian kualitatif.

Sebab,

fenomena

dan praktek-praktek sosial, sebagai

sasaran ”buruan” penelitian kualitatif tidak bersif

Dokumen yang terkait

Kajian Keterkaitan Konversi Lahan Pertanian dengan Perluasan Kota dengan Studi Kasus di Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Sebelum dan Sesudah Pemekaran Tahun 1990, 2000, 2010

2 98 162

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN PEMASARAN KAKAO DI DESA SUNGAI LANGKA KECAMATAN GEDONG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN

7 44 179

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM DESA SIAGA DALAM PENINGKATAN KESEHATAN MASYARAKAT (Studi Pada Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran)

0 5 18

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM DESA SIAGA DALAM PENINGKATAN KESEHATAN MASYARAKAT (Studi Pada Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran)

0 29 164

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN PEMASARAN KAKAO DESA SUNGAI LANGKA KECAMATAN GEDONG TATAAN KABUPATEN PEASAWARAN

1 12 12

KUALITAS KIMIA SUSU KAMBING PERANAKAN ETAWA BERBAGAI PERIODE LAKTASI DITINJAU DI DESA SUNGAI LANGKA KECAMATAN GEDONG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN

0 10 59

STATUS MIKROBIOLOGI SUSU KAMBING PERANAKAN ETAWA (PE) DI DESA SUNGAI LANGKA KECAMATAN GEDONG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN

0 23 59

Pengambilan Keputusan Pemilihan Jenis Tanaman dan Pola Tanam di Lahan Hutan Negara dan Lahan Milik (Studi Kasus di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran Propinsi Lampung)

3 14 194

STATUS SOSIAL EKONOMI PETERNAK KAMBING PERANAKAN ETAWA (PE) DI DESA SUNGAI LANGKA, KECAMATAN GEDONG TATAAN, KABUPATEN PESAWARAN PROVINSI LAMPUNG Social Economics Status of Farmer Groups Ettawa Crossbred Goat in Sungai Langka Village, Gedong Tataan Distric

0 0 5

KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN MATA AIR DI DESA SUNGAI LANGKA, KECAMATAN GEDONG TATAAN, KABUPATEN PESAWARAN, PROVINSI LAMPUNG

0 0 8