ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN PEMASARAN KAKAO DI DESA SUNGAI LANGKA KECAMATAN GEDONG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN

(1)

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN PEMASARAN KAKAO DI DESA SUNGAI LANGKA KECAMATAN GEDONG TATAAN

KABUPATEN PESAWARAN (Skripsi)

Oleh

WAHYU HADI SASONGKO

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2010


(2)

JUDUL SKRIPSI : ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN PEMASARAN KAKAO DI DESA SUNGAI LANGKA KECAMATAN GEDONG

TATAAN KABUPATEN PESAWARAN NAMA MAHASISWA : WAHYU HADI SASONGKO

NPM : 0514021051

JURUSAN : SOSIAL EKONOMI PERTANIAN PROGRAM STUDI : AGRIBISNIS

FAKULTAS : PERTANIAN

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dr. Ir. R. Hanung Ismono, M.P. Ir. Teguh Endaryanto, M.Si. NIP 19620623 198603 1 003 NIP 19691003 199403 1 004

2. Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian

Dr. Ir. R. Hanung Ismono, M.P. NIP 19620623 198603 1 003


(3)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Ir. R. Hanung Ismono, M.P. ………

Sekretaris : Ir. Teguh Endaryanto, M.Si. ………

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Ir. Dwi Haryono, M.S ………

2. Dekan Fakultas Pertanian Unila

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 19610826 198702 1 001


(4)

ABSTRAK

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN PEMASARAN KAKAO DESA SUNGAI LANGKA KECAMATAN GEDONG TATAAN

KABUPATEN PEASAWARAN Oleh

Wahyu Hadi Sasongko 1, R. Hanung Ismono 2, Teguh Endaryanto 2 Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Mengetahui kelayakan usaha perkebunan kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran. (2) Mengetahui tingkat sensitivitas dan perubahan biaya produksi terhadap NPV, IRR, Net B/C, Gross B/C, dan Payback Period pada usaha perkebunan kakao di Desa Sungai Langka. (3) Mengetahui efisiensi pemasaran kakao di Desa Sungai Langka.

Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive). Data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari kuisioner dan wawancara langsung kepada petani. Data sekunder diperoleh dari berbagai literatur dan beberapa instansi yang terkait. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan April dan Mei 2010. Analisis yang dilakukan meliputi kelayakan usahatani dari perhitungan NPV, IRR, Gross B/C Ratio, Net B/C Ratio, Payback Period,

dan Sensitivitas, analisis titik impas untuk mengetahui posisi break event point

usahatani Kakao, analisis efisiensi pemasaran, serta analisis elastisitas transmisi harga.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Usahatani kakao layak untuk dikembangkan secara finansial, karena nilai NPV > 0, Gross B/C > 1, Net B/C > 1, IRR > tingkat suku bunga yang berlaku, dan pengembalian modal dengan batas waktu kurang dari 20 tahun. (2) Sensitif/kepekaan usahatani kakao terjadi pada penurunan produksi dan pada penurunan harga jual kakao. Dimana usahatani kakao tidak layak bila terjadi kondisi tersebut. (3) Sistem pemasaran kakao di Desa Sungai Langka belum efisien, karena : (a) Struktur pasar yang terbentuk adalah oligopsoni. (b) Perilaku pasar petani, yaitu sistem pembayaran dilakukan secara tunai dan melalui proses tawar-menawar. (c) Keragaan pasar, yaitu terdapat tiga saluran pemasaran kakao, marjin pemasaran dan Ratio Profit Margin

(RPM) penyebarannya tidak merata, serta elastisitas transmisi harga (Et) bernilai > 1 yang menunjukkan bahwa pasar yang terjadi adalah tidak bersaing sempurna.

Kata kunci: kelayakan finansial, pemasaran, kakao

1. Sarjana Pertanian Universitas Lampung


(5)

ABSTRACT

ANALYSIS FINANCIAL FEASIBILITY AND CACAO MARKETING IN SUNGAI LANGKA VILLAGE, GEDONG TATAAN SUBDISTRICT

PESAWARAN REGENCY By

Wahyu Hadi Sasongko 1, R. Hanung Ismono 2, Teguh Endaryanto 2 The objectives of this study were: ( 1) to know feasibility of cacao plantation in Sungai Langka Village, Gedong Tataan Sub district Pesawaran Regency. ( 2) to know the sensitivity level and changing of production cost cacao plantation on NPV, IRR, Net B/C, Gross B/C, and Payback Period in Sungai Langka Village. (3) to know the efficiency of cacao marketing in Sungai Langka Village.

The location was choose purposively. Data used in this study were primary data and secondary data. Primary data was obtained from direct interview to farmer. Secondary data was obtained from various literatures and some interrelated institution. The data was taking in May to April 2010. The analysis used in this study were farming system feasibility such as NPV, IRR, Gross B/C Ratio, Net B/C Ratio, Payback Period, and Sensitivity, break event point, farming profit analysis, marketing efficiency analysis, and also price transmission elasticity analysis.

The results of this study were: ( 1) cacao farming system was feasible financially to developed, because value NPV > 0, Gross B/C > 1, Net B/C > 1, IRR > rate of interest level, and the capital return less than 20 years. ( 2) Sensitivity became of the degradation produce and the degradation selling cacao price, so cacao farming system improper. ( 3) cacao marketing system in Sungai Langka Village was inefficient, because : ( a) the market Structure is oligopsonistic. ( b) the market behavior, that is payment method is cash and through bargaining process. ( c) There are three cacao marketing channels, margin and Ratio Profit Margin marketing (RPM) was not distributed evenly, and also the price transmission elasticity (Et = 1,05) indicating that the existing market was inperfect competition.

Key words : financial feasibility, marketing, cacao

1. Alumni of Agriculture Faculty, University of Lampung 2. Lecturer of Agriculture Faculty, University of Lampung


(6)

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN PEMASARAN KAKAO DI DESA SUNGAI LANGKA KECAMATAN GEDONG TATAAN

KABUPATEN PESAWARAN

Oleh

WAHYU HADI SASONGKO

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2010


(7)

RIWAYAT HIDUP

Peneliti dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 12 Juni 1987, sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara, dari Bapak Hadi Suripto dan Ibu Marilin.

Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) Sejahtera IV Bandar Lampung diselesaikan tahun 1993, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Sejahtera IV Bandar

Lampung pada tahun 1997, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di SLTPN 2 Bandar Lampung pada tahun 1999, dan Sekolah Menengah Umum (SMU) di SMUN 2 Bandar lampung pada tahun 2005.

Tahun 2005, peneliti terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Unila melalui jalur SPMB. Selama menjadi mahasiswa, peneliti aktif di Organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian (BEM FP) dan Organisasi Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (HIMASEPERTA) di Unila. Pada tahun 2007, peneliti pernah terpilih menjadi anggota Liaison Officer (LO) pada Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS XX) di Bandar Lampung.


(8)

MOTTO

Dibalik kesulitan ada kemudahan

Jadikan kesulitanmu adalah tantangan dan

Kemudahanmu adalah hadiahnya

(No Name)

Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan,

maka apabila engkau telah selesai (dari suatu

urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang

lain) dan hanya kepada Tuhanmulah engkau

berharap.


(9)

Persembahan

Alhamdulillahirobbilalamin

Kupersembahan karya kecilku ini untuk

Papah Mamahku tercinta

& Kakak-kakak ku tersayang

Buat Seseorang yang kucintai dan kusayangi,

I just wann

a say “

makasih ya huny

”.

Sahabat

sahabatku yang selalu setia memberi bantuan

beserta dukungan

Para pendidik ku atas segala ilmu yang telah diberikan

Almamater tercinta

Dan semua yang

turut berperan dalam hidupku


(10)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan hidayah-Nya peneliti dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Analisis Kelayakan Finansial Dan

Pemasaran Kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran”. Penelitian skripsi ini adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian.

Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian skripsi ini telah mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., sebagai Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

2. Dr. Ir. R. Hanung Ismono, M.P., sebagai Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung sekaligus Pembimbing Pertama, atas bimbingan, arahan dan nasehatnya.

3. Bapak Ir. Teguh Endaryanto, M.Si., sebagai Pembimbing Kedua, atas bimbingan, arahan dan nasehatnya.

4. Bapak Dr. Ir. Dwi Haryono, M.S., sebagai Dosen Penguji Skripsi ini sekaligus Dosen Pembimbing Akademik, atas bimbingan, saran, arahan, dan nasehatnya.


(11)

5. Seluruh Dosen dan Karyawan di Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian (Mba Iin, Mba Ai, Mas Bukhari, Mas Kardi, Pak Margono dan Mas Boim).

6. Kedua orang tuaku Tercinta, Papa dan Mama yang telah memberikan kasih

sayang dan do‟a tak henti-hentinya, semoga ALLAH SWT selalu memberikan perlindungan dan kasih sayangnya untuk Papa dan Mama.

7. Kakak-kakakku Tercinta Wahyu Marifia Ningsih dan Wahyu Damar Pambudi,

atas perhatian, do‟a, dan kasih sayang kepada peneliti.

8. Keponakanku tercinta Nur Afifah Arini Putri, M. Fachri Nurfizan, dan Alya Salsabila Ramadhani, atas semangat dan keceriaan yang diberikan.

9. Novia Khomaini, terima kasih atas ketulusannya menemani dan

mendukungku, atas kesabarannya menghadapiku serta do‟anya untukku. 10. Sahabat-sahabatku Oki, Erwin, Awank, Angga, dan Nai, atas kebersamaan,

keceriaan, suka dan duka selama ini. Pengalaman tak ternilai bersama kalian

cuy.

11. Sahabat dan saudaraku SOSEK 05, yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu, terima kasih atas semangat, kebersamaan, kecerian, bantuan yang telah diberikan selama ini.

12. Teman-teman SOSEK 03, 04, 06, 07, dan 08 yang telah memberikan saran, motivasi, bantuan, kepada peneliti.

13. Tim sukses Elya Djanatiya, Nuriavita, Astari Aulia, Yuni Fransiska, Dina Iryanti, Elvita Feniarti, Ari Airlangga, Novi Yeni, Indrajati Wasono, S.P., Deni Kurniawan, S.P., Arif Setiawan, S.P.

14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu penyelesaian skripsi ini.


(12)

Semoga segala sesuatu yang telah di berikan secara tulus kepada peneliti, baik semangat, bimbingan, dan doa, mendapat Ridho dari Allah SWT.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna dan banyak kekurangan, tetapi peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang memerlukan.

Bandar Lampung, November 2010 Peneliti


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 8

C. Kegunaan Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjauan Pustaka ... 10

1. Karakteristik Tanaman Kakao... 10

2. Analisis Proyek... 14

3. Analisis Kelayakan Usahatani... 15

4. Analisis Sensitivitas…... 19

5. Analisis Keuntungan Usahatani... 21

6. Teori Sistem Pemasaran………. 23

7. Efisiensi Pemasaran……… 25


(14)

B. Kerangka Pemikiran... 31

III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional... 35

B. Waktu dan Tempat Penelitian... 40

C. Jenis dan Sumber Data... 40

D. Metode Analisis Data... 43

1. Analisis Finansial………... 43

2. Analisis Keuntungan………... 47

3. Analisis Sensitivitas…... 48

4. Analisis Efisiensi Pemasaran………. 50

5. Elastisitas Transmisi Harga... 51

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian... 53

B. Topografi dan Iklim... 54

C. Keadaan Sosial Ekonomi... 55

D. Sarana dan Prasarana Wilayah ... 58

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Responden ... 60

1. Umur Responden ... 60

2. Tingkat Pendidikan Responden... 61

3. Luas Lahan Usahatani Kakao ... 62

B. Usahatani Kakao Di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan ... 62

1. Budidaya kakao di Desa Sungai Langka ... 62

2. Biaya usahatani kakao ... 66


(15)

4. Penerimaan dan Pendapatan Usahatani Kakao ... 72

C. Karakteristik Lembaga Perantara ... 74

D. Analisis Finansial ... 78

1. Analisis Net Present Value (NPV) ... 79

2. Analisis Gross B/C Ratio.... 80

3. Analisis Net B/C Ratio ... 80

4. Analisis Internal Rate of Return (IRR) ... 81

5. Analisis Payback period (Pp) ... 81

6. Analisis Break Event Point (BEP) ... 82

E. Analisis Sensitivitas ... 83

1. Analisis Sensitivitas Terhadap Penurunan Harga Jual Sebesar 25% ... 83

2. Analisis Sensitivitas Terhadap Penurunan Produksi Sebesar 15% ... 84

3. Analisis Sensitivitas Terhadap Kenaikan Biaya Produksi Sebesar 9,17% ... 85

F. Analisis Struktur, Perilaku, dan Keragaan Pasar Biji kakao (Organisasi Pasar) ... 87

1. Struktur Pasar (Market Structure) ... 87

2. Perilaku Pasar (Market Conduct) ... 89

3. Perilaku Pasar (Market Conduct) ... 90

VI. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 102

B. Saran ... 103

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(16)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Luas areal, dan produksi perkebunan kakao rakyat

di Propinsi Lampung dari tahun 2006-2009……… 3 Tabel 2. Luas areal, produksi, dan produktivitas perkebunan kakao rakyat

di setiap Kabupaten/Kota di Propinsi Lampung Tahun 2009……. 4 Tabel 3. Luas areal, dan produksi perkebunan kakao rakyat di Kecamatan

Gedong Tataan Tahun 1999 –2002……… 5 Tabel 4. Jumlah sampel tiap kelompok umur tanaman... 42 Tabel 5. Luas wilayah berdasarkan potensi penggunaan lahan di Desa

Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan... 54 Tabel 6. Jumlah penduduk Desa Sungai Langka berdasarkan jenis kelamin 55 Tabel 7. Sebaran penduduk Desa Sungai Langka berdasarkan tingkat usia.. 56 Tabel 8. Sebaran penduduk Desa Sungai Langka berdasarkan tingkat

Pendidikan ... 57 Tabel 9. Sebaran kepala keluarga berdasarkan mata pencaharian utama

di Desa Sungai Langka tahun 2009 ... 58 Tabel 10. Prasarana dan dan sarana di Desa Sungai Langka Tahun 2009 .... 59 Tabel 11. Sebaran umur responden berdasarkan kelompok umur ... 60 Tabel 12. Sebaran petani responden berdasarkan tingkat pendidikan di

Desa Sungai Langka, 2010 ... 61 Tabel 13. Luas lahan usahatani kakao petani responden ... 62


(17)

Tabel 14. Biaya investasi per hektar usahatani kakao di Desa Sungai

Langka ... 67 Tabel 15. Perhitungan biaya peralatan pada usahatani kakao di Desa

Sungai Langka ... 68 Tabel 16. Biaya pupuk yang dikeluarkan selama usahatani kakao ... 69 Tabel 17. Jumlah rata-rata produksi biji kakao per hektar di Desa

Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan ... 71 Tabel 18. Produksi dan penerimaan usahatani kakao per hektar di Desa

Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan ... 72 Tabel 19. Penerimaan dan pendapatan usahatani kakao per hektar di Desa

Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan ... 73 Tabel 20. Analisis finansial usahatani kakao di Desa Sungai Langka

Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran per hektar

pada tingkat suku bunga 14% (df = 14%) ... 79 Tabel 21. Perubahan nilai analisis finansial usahatani kakao akibat adanya

penurunan harga jual kakao sebesar 25%... 84 Tabel 22. Perubahan nilai analisis finansial usahatani kakao akibat adanya

penurunan produksi kakao sebesar 15% ... 85 Tabel 23. Perubahan nilai analisis finansial usahatani kakao akibat adanya

kenaikan biaya produksi kakao sebesar 9,17% ... 85 Tabel 24. Analisis sensitivitas dengan tingkat suku bunga 14% pada

usahatani kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong

Tataan Kabupaten Pesawaran (harga aktual) ... 87 Tabel 25. Pangsa produsen di setiap saluran pemasaran di Desa Sungai

Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran,

tahun 2010 ... 95 Tabel 26. Analisis marjin pemasaran kakao pada saluran I di Desa

Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten


(18)

Tabel 27. Analisis marjin pemasaran kakao pada saluran II di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten

Pesawaran, tahun 2010 ... 99 Tabel 28. Analisis marjin pemasaran kakao pada saluran III di Desa

Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten


(19)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Kerangka pemikiran analisis kelayakan usahatani dan pemasaran

kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan

Kabupaten Pesawaran……… 34 Gambar 2. Saluran pemasaran kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan


(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Identitas petani kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan

Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran Tahun 2010 ... 107 2. Laporan inflasi (indeks harga konsumen) berdasarkan perhitungan

inflasi tahunan, tahun 2006 – 2009 ... 113 3. Tabel perhitungan satuan input variabel rata-rata per tahun ... 114 4. Tabel perhitungan satuan input variabel rata-rata per tahun ... 119 5. Penyusutan alat-alat usahatani kakao di Desa Sungai Langka

Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran Tahun 2010 ... 124 6. Produksi dan penerimaan rata-rata per hektar per tahun petani kakao

di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten

Pesawaran Tahun 2010 ... 134 7. Tabel cash inflow (analisis finansial) (per ha) ... 136 8. Analisis finansial usahatani kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan

Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran (df = 14%) (per ha) ... 137 9. Analisis finansial usahatani kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan

Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran setelah penurunan produksi

sebesar 15% ... 138 10. Analisis finansial usahatani kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan

Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran setelah biaya naik sebesar


(21)

11. Analisis finansial usahatani kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran setelah penurunan harga

sebesar 25% ... 140 12. Tabel perhitungan laju kepekaan analisis sensitivitas... 141 13. Identitas Pedagang Pengumpul dan Pedagang Besar di Desa Sungai

Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran ... 142 14. Daftar petani yang menjual hasil panen kakao pada saluran

pemasaran I ... 143 15. Daftar petani yang menjual hasil panen kakao pada saluran

pemasaran II ... 143 16. Daftar petani yang menjual hasil panen kakao pada saluran

pemasaran III... 144 17. Biaya pemasaran dan harga jual kakao ... 145 18. Analisis marjin pemasaran kakao pada saluran pemasaran I di Desa

Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran... 148 19. Analisis marjin pemasaran kakao pada saluran pemasaran II di Desa

Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran... 148 20. Analisis marjin pemasaran kakao pada saluran pemasaran III di Desa

Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran... 149 21. Daftar harga di tingkat produsen dan konsumen akhir ... 150 22. Regresi harga kakao di tingkat petani dan kosumen akhir... 151


(22)

I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

Sektor pertanian memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Peranan tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang devisa, serta menyediakan kesempatan kerja dan bahan baku bagi industri. Untuk itu pembangunan di sektor pertanian menjadi syarat mutlak bagi pembangunan ekonomi dan nasional.

Kebijakan dasar pembangunan pertanian di era reformasi dan lingkungan yang serba global sekarang, memiliki misi untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera khususnya petani melalui pembangunan sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan desentralisasi, berperan dalam: (1) meningkatkan pendapatan dan taraf hidup, (2) mengembangkan aktivitas ekonomi pedesaan, (3) mewujudkan sistem ketahanan pangan yang berbasis pada pangan, kelembagaan dan pakan lokal, serta, (4) meningkatkan kesempatan kerja dan berusaha secara adil. Pencapaian misi ini memberikan sumbangan besar bagi pembangunan nasional dan sektor pertanian diharapkan mampu sebagai sektor utama penggerak roda perekonomian. Fokus utama pembangunan pertanian adalah mengarahkan pada upaya pengingkatan kesejahteraan petani melalui pendekatan sistem agribisnis secara utuh serta


(23)

pembangunan wilayah terpadu yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi pedesaan.

Tujuan pembangunan pertanian adalah menghasilkan produk-produk unggulan berdaya saing tinggi, menyediakan bahan baku bagi keperluan industri secara saling menguntungkan, memperluas lapangan kerja serta kesempatan berusaha yang berbasis agroekosistem menuju terwujudnya agroindustri dan agribisnis yang tangguh. Pembangunan perkebunan merupakan salah satu sektor pendukung pembangunan pertanian yang perlu ditingkatkan mengingat perkebunan berperan penting dalam memberikan sumbangan devisa negara melalui komoditas ekspornya seperti kopi, lada, kakao, dan lain-lain.

Perkebunan merupakan subsektor pertanian yang sangat penting, mengingat ada 10 juta rakyat Indonesia menggantungkan penghasilannya dari sub sektor ini. Perkebunan menjadi perhatian pemerintah terutama dengan

digalakkannya program ”Revitalisasi Perkebunan” sebagai upaya untuk

menghidupkan kembali perkebunan Indonesia, karena salah satu pilar perekonomian yang menguasai hajat hidup orang banyak.

Salah satu propinsi di Indonesia yang mengembangkan komoditas perkebunan adalah Propinsi Lampung. Hal ini didukung dengan keadaan iklim dan tanah Propinsi Lampung yang sesuai dengan syarat tumbuh bagi tanaman

perkebunan. Salah satu komoditas perkebunan yang memiliki peranan penting dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani dan masyarakat adalah komoditas kakao (Theobroma Cacao). Sampai saat ini, komoditi kakao termasuk salah satu komoditi yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi


(24)

dilihat dari prospek pasar yang cukup baik di pasar domestik dan pasar mancanegara.

Kakao merupakan komoditas strategis yang belum berperan secara maksimal dalam subsektor perkebunannya di Propinsi Lampung. Dari 48.902 ha perkebunan kakao di Lampung, tercatat 4.266 ha adalah perkebunan kakao rakyat yang ditanam monokultur dengan buahan tanaman yang beragam tanaman kelapa sebagai tanaman pelindung tetap dan tanaman pelindung lain seperti gamal dan lamtoro. Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap

produktivitas dan kemungkinan terjadinya serangan hama dan patogen karena tanaman monokultur merupakan media yang sangat baik bagi perkembangan populasi serangga hama. Tanaman kakao cukup banyak ditanam di Propinsi Lampung dan menurut Dinas Perkebunan (2009), persentase pertumbuhan luas areal tanam dan produksi kakao cenderung meningkat dari tahun ke tahun, di mana dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Luas areal, dan produksi perkebunan kakao rakyat di Propinsi Lampung dari tahun 2006-2009

Tahun Luas Areal (Ha) Produksi (Ton) 2005

2006 2007 2008 2009

29.566 36.718 36.597 35.807 35.457

18.200 18.947 21.548 21.364 21.662 Sumber : Dinas Perkebunan Propinsi Lampung, 2009

Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa terjadi peningkatan jumlah produksi kakao yang cukup baik. Sebagaimana diketahui potensi perkebunan Lampung,


(25)

kakao merupakan komoditas yang cukup banyak ditanam di propinsi Lampung. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Luas areal, produksi, dan produktivitas perkebunan kakao rakyat di setiap Kabupaten/Kota di Propinsi Lampung Tahun 2009

Kabupaten/Kota Luas Panen(Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha) Lampung Barat Tanggamus Lampung Selatan Lampung Timur Lampung Tengah Lampung Utara Way Kanan Tulang Bawang Pesawaran Bandar Lampung 837 14.078 3.305 6.642 2.837 1.557 1.084 714 4.247 156 290 7.169 1.779 5.835 1.750 960 572 416 2.799 92 0,34 0,51 0,54 0,88 0,62 0,62 0,53 0,58 0,66 0,59

Jumlah 35.457 21.662 0,61

Sumber : Dinas Perkebunan Propinsi Lampung, 2009

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa Kabupaten Pesawaran mempunyai potensi yang cukup besar dangan mengembangkan komoditas kakao. Hal ini terbukti dengan luas areal, produksi, dan produktivitas kakao pada Kabupaten Pesawaran mempunyai angka relatif tinggi.

Produktivitas kakao di Kecamatan Gedong Tataan paling tinggi dibanding 6 kecamatan lainnya di Kabupaten Pesawaran. Oleh karena itu peningkatan produksi kakao di Kecamatan Gedong Tataan harus terus dikembangkan.

Sekitar tahun 1999 – 2002 terjadi konversi lahan secara besar – besaran yang dilakukan oleh petani di Kecamatan Gedong Tataan dari komoditi kopi menjadi kakao. Konversi lahan tersebut ditunjukan pada Tabel 3.


(26)

Tabel 3. Luas areal, dan produksi perkebunan kakao rakyat di Kecamatan Gedong Tataan Tahun 1999 – 2002

Tahun Luas Areal (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha) 1999 2000 2001 2002 364 496 2.342 2.342 158 517 2.191 2.143 0,43 1,04 0,94 0,92 Sumber : BPS Propinsi Lampung, 1999-2002, data diolah.

Pada Tabel. 3 menunjukkan konversi lahan yang terjadi pada tahun 2000 – 2001 di Kecamatan Gedong Tataan. Sebelum konversi pada tahun 2000 luas areal lahan perkebunan kakao seluas 496 ha, dan setelah konversi pada tahun 2001 luas areal perkebunan kakao menjadi 2.342 ha. Alih fungsi lahan pada Kecamatan Gedong Tataan secara otomatis meningkatkan jumlah produksi kakao di daerah tersebut. Sejak saat itu Kecamatan Gedong Tataan menjadi sentra produksi kakao.

Desa Sungai Langka merupakan salah satu desa dari 19 desa di Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran yang menjadi sasaran pembangunan perkebunan dewasa ini dan memiliki potensi yang cukup baik dalam

pengembangan usaha perkebunan khususnya kakao. Hal ini terbukti dengan jumlah areal lahan kakao seluas 950 ha, produksi sebesar 925 ton, dan

produktivitas sebesar 974 kg/ha pada Desa Sungai Langka (BPS, 2009). Desa tersebut mempunyai angka tertinggi dibandingkan dengan desa lainnya di Kecamatan Gedong Tataan. Desa Sungai Langka mempunyai potensi luas usahatani kakao yang besar dan didukung oleh keadaan tanah dan iklim yang tepat untuk usahatani kakao. Oleh karena itu, jika usahatani yang dilakukan oleh petani belum efisien maka hasil produksi akan rendah.


(27)

Guna mengembangkan Usahatani kakao oleh rakyat di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran, maka perlu diketahui seberapa besar usaha tersebut memberikan keuntungan, serta dalam jangka panjang apakah usaha tersebut layak untuk diteruskan. Hal tersebut terkait dengan jumlah modal yang akan dikeluarkan oleh para petani serta peluang pasar komoditas, karena para pemilik modal akan memasuki lapangan usaha baru atau mengembangkan usahanya apabila lapangan usaha tersebut dapat memberikan keuntungan yang layak. Selama ini belum diketahui berapa besar usahatani kakao ini dapat memberikan manfaat, maka perlu diadakan

penelitian tentang kelayakan usahatani kakao secara finansial di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.

Kegiatan produksi tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pemasaran.

Pemasaran/tataniaga sama pentingnya dengan kegiatan produksi, karena tanpa bantuan sistem tataniaga, petani akan merugi akibat barang-barang hasil produksinya tidak dapat dijual (Nurasa dan Supriatna, 2005). Setelah memetik hasil panen, para petani penghasil kakao di Desa Sungai Langka melakukan fungsi pemasaran, diantaranya penjualan, transportasi, dan penyimpanan.

Dalam jalur pemasaran produksi kakao yang berasal dari perkebunan rakyat, sering dijumpai beberapa pelaku pemasaran kakao dari petani produsen ke pabrik pengolah kakao dan eksportir luar negeri. Pelaku pemasaran yang dimaksud adalah pedagang pengumpul di desa, pedagang


(28)

kabupaten, dan eksportir di tingkat propinsi (Siregar, dkk, 1997). Para

eksportir di tingkat propinsi akan mengekspor kakao ke negara-negara tujuan, seperti Malaysia, Amerika Serikat, Singapura, dan Cina (Dinas Koperindag, 2005).

Pentingnya kakao sebagai salah satu komoditi ekspor yang merupakan salah satu penghasil devisa dan Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran sebagai salah satu daerah sentra penghasil kakao, maka selain aspek finansial perlu juga dianalisis mengenai sistem pemasaran kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran. Hal ini mencakup analisis mengenai saluran pemasaran, proses pemasaran, penentuan harga, dan biaya pemasaran pelaku pasar, sehingga dapat diketahui efisieni pemasaran kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.

Berdasarkan uraian tersebut, berkaitan dengan usaha perkebunan dan pemasaran kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran, maka masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:

(1) Apakah usaha perkebunan kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran merupakan suatu usaha yang layak secara finansial untuk dilaksanakan?

(2) Bagaimana tingkat sensitivitas dan pengaruh perubahan biaya produksi, harga jual kakao, dan jumlah produksi terhadap NPV, IRR, Net B/C,


(29)

Gross B/C, dan Payback Period pada usaha perkebunan kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran?

(3) Apakah pemasaran kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran telah efisien?

B. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah yang ingin dijawab melalui penelitian ini, yaitu :

(1) Mengetahui kelayakan usaha perkebunan kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran secara finansial.

(2) Mengetahui tingkat sensitivitas dan perubahan biaya produksi, harga jual kakao, dan jumlah produksi terhadap NPV, IRR, Net B/C, Gross B/C, dan

Payback Period pada usaha perkebunan kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.

(3) Mengetahui efisiensi pemasaran kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.

C. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai :

1. Informasi dan bahan pertimbangan bagi pengusaha maupun petani dalam melakukan investasi.


(30)

2. Bahan masukan bagi instansi terkait dalam pengambilan kebijakan pengembangan usaha perkebunan kakao rakyat.


(31)

II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A. Tinjauan Pustaka

i. Karakteristik Tanaman Kakao

Daerah asal tanaman kakao adalah hulu sungai Amazon yang merupakan daerah hujan tropis yang lebat, curah hujan cukup tinggi, suhu sepanjang tahun relatif tinggi. Akibatnya adalah tanaman kakao dapat tumbuh tinggi tetapi bunga dan buahnya sedikit.

Tanaman kakao termasuk marga Theobroma, suku dari Sterculiaceae yang banyak diusahakan oleh para pekebun, perkebunan swasta dan perkebunan negara. Sistematik tanaman kakao menurut Susanto (1995) adalah sebagai berikut:

 Divisi : Spermatophyta  Anak Divisi : Angiosspermae  Kelas : Dicotyledoneae  Anak Kelas : Dialypetalae  Bangsa : Malvales  Suku : Sterculiaceae  Jenis : Theobroma cacao


(32)

Kakao termasuk tanaman Kauliflori yang artinya bunga dan buah yang tumbuh pada batang dan cabang tanaman. Dalam setiap buah terdapat sekitar 20-50 butir biji, yang tersusun dalam lima baris dan menyatu pada bagian poros buah. Biji dibungkus oleh daging buah atau pulp yang berwarna putih dan memiliki rasa yang manis. Tanaman kakao bersifat

Kauliflori, bunga berkembang dari ketiak daun dan dari bekas ketiak daun pada batang dan cabang – cabang. Tempat tumbuh bunga tersebut lama kelamaan menebal dan membesar disebut dengan bantalan bunga (cushion).

Bunga kakao terdiri dari 5 daun kelompok, 5 daun mahkota, 10 tangai sari yang tersusun dalam dua lingkaran terdiri dari 5 tangkai sari tetapi hanya satu lingkaran yang fertile dan 5 buah daun yang bersatu. Bunga kakao putih – ungu atau kemerah – merahan. Hampir 75% penyerbukan bunga kakao dibantu oleh serangga Forcipomyia spp, sedangkan 25% dilakukan oleh serangga – serangga lainnya mirip trip, semut merah, dan aphid (Susanto, 1995).

Tanaman kakao dapat diperbanyak dengan cara generatif ataupun

vegetatif. Kakao Lindak diperbanyak dengan benih dari klon – klon induk yang terpilih. Sedangkan Kakao Mulia umumnya diperbanyak dengan cara vegetatif. Daun kakao mempunyai dua persediaan atau artikulasi yang terletak pada pangkal dan ujung tangkai daun. Hal ini

memungkinkan pergerakan daun menyesuaikan dengan arah datangnya sinar matahari. Warna buah kakao beraneka ragam, namun pada dasarnya


(33)

hanya ada dua macam yaitu buah muda berwarna hijau putih dan bila masak menjadi berwarna kuning, dan buah muda yang berwarna merah setelah masak menjadi orange.

Kakao bersifat dimorfisme, artinya memiliki dua macam percabangan atau tunas vegetatif, yaitu tunas ortotrop yang tumbuh ke atas dan tunas

plagiotrop yang tumbuh kesamping, cabang kipas atau fan. Kedua macam cabang tersebut memiliki perbedaan dalam rumus daun, misalnya cabang ortotrop memiliki ruas daun 3/8 dan plagiotrop ½, disamping itu juga ukuran dan tangkai daun. Perakaran kakao tumbuh cepat pada bibit dari biji yang baru berkecambah, dari panjang akar 1cm pada umur 1 minggu tumbuh menjadi 16 – 18 cm pada satu bulan dan 25cm pada umur 3 bulan. Pertumbuhan akar mencapai 50 cm pada umur 2 tahun. Jadi makin lama kecepatan pertumbuhan akar semakin berkurang.

Kakao (Theobroma cacao) merupakan salah satu komoditi perkebunan yang mempunyai peluang untuk dikembangkan dalam rangka usaha memperbesar atau meningkatkan pendapatan nasional serta penghasilan petani kakao. Pengembangan usahatani kakao oleh rakyat membutuhkan modal untuk investasi awal, selain itu usaha ini memerlukan proses produksi yang cukup lama antara 3-5 tahun sehingga menyerap limpahan tenaga kerja dan penyediaan biaya produksi yang cukup besar. Menurut Aritonang (2003), salah satu yang langkah yang ditempuh untuk mencapai tujuan usaha adalah cara berproduksi yang efisien dan efektif sehingga dapat menghindari pemborosan-pemborosan dan kerugian-kerugian biaya


(34)

yang dikeluarkan. Besar kecilnya biaya yang dikeluarkan dalam suatu usaha akan berpengaruh terhadap keuntungan yang akan diperoleh.

Produktivitas yang tinggi hanya akan diperoleh jika petani kakao sudah dapat menerapkan panca usahatani, yaitu pembibitan unggul, cara bercocok tanam yang baik, pemupukan yang berimbang, pengairan yang cukup, dan mampu mengendalikan hama penyakit. Penggunaan bibit yang unggul akan dapat membantu petani untuk mendapatkan produktifitas yang tinggi. Karena satu batang pohon kakao yang berasal dari bibit yang unggul dapat menghasilkan produktivitas 2 kg/ha biji kakao kering. Bibit unggul yang memiliki produktivitas cukup tinggi dan biasa dipakai petani kakao adalah bibit kakao varietas hibrida F1 keturunan dari ICS 1. Untuk memperoleh produktivitas yang tinggi petani kakao juga perlu

memperhatikan bagaimana cara bercocok tanam yang baik. Jarak tanam kakao yang biasa diterapkan adalah 3 x 3 meter dengan pola tanam

segiempat atau bujur sangkar, yang berarti jumlah tanaman kakao dalam 1 ha sekitar 1.100 pohon. Untuk menjaga kesuburan tanah perlu dilakukan pemupukan pada tanaman kakao.

Pupuk yang biasa digunakan untuk tanaman kakao adalah urea dengan dosis 2 x 100 gram/tanaman/tahun, TSP dengan dosis 2 x 50

gram/tanaman/tahun, dan NPK dengan dosis 2 x 50 gram/tanaman/tahun. Penyiraman kakao biasanya dilakukan dua kali sehari sampai umur bibit kakao 2 bulan, pada umur selanjutnya penyiraman bibit kakao sehari sekali. Hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman kakao adalah


(35)

ulat, belalang, kutu putih, dan hama penggerek buah. Untuk memperoleh produktivitas yang tinggi, petani kakao harus dapat mengendalikan hama dan penyakit yang menyerang tanaman kakao miliknya.

Tanaman kakao umumnya dapat dipanen pertama kali pada umur tanam tahun ke - 4, kemudian akan mengalami peningkatan produksi setiap tahun apabila didukung dengan sistem pemeliharaan yang baik. Tanaman kakao akan mengalami puncak produksi (± 1000 kg/ha/tahun) pada umur tanam ke - 10 hingga tahun ke - 15, sedangkan pada tahun ke - 16 hingga tahun ke - 20 produksinya relatif konstan (± 850 kg/ha/tahun).

2. Analisis Proyek

Menurut Kadariah (2001), yang dimaksud dengan proyek adalah suatu kesuluruhan kegiatan yang menggunakan sumber-sumber untuk memperoleh manfaat (benefit) atau suatu kegiatan dengan pengeluaran biaya dan dengan harapan untuk memperoleh pada waktu yang akan datang, dapat direncanakan, dibiayai, dan dilaksanakan sebagai satu unit. Kegiatan suatu proyek selalu ditujukan untuk mencapai suatu tujuan (objectif) dan mempunyai suatu titik tolak (starting point) dan suatu titik akhir (ending point), baik biaya maupun hasilnya yang penting biasanya dapat diukur.

Maksud serta tujuan analisis proyek adalah untuk melakukan perhitungan (fore-casting) agar pilihan kita tepat dalam rangka usaha untuk melakukan


(36)

suatu investasi modal, sebab apabila perhitungan kita salah, berarti akan gagal usaha untuk memperbaiki tingkat hidup (Djamin, 1992).

Menurut Nitisemito dan Burhan (2004), manfaat dari suatu proyek dapat diklasifikasikan menjadi manfaat langsung (direct benefits), manfaat tak langsung (indirect benefits), dan manfaat tak kentara (intangible benefits). Manfaat langsung dari suatu proyek adalah kenaikan nilai hasil produksi barang/jasa atau penurunan biaya sebagai akibat langsung dari proyek. Kenaikan nilai hasil produksi dapat berupa meningkatnya jumlah hasil (kuantitas) atau meningkatnya mutu produksi (kualitas). Manfaat tak langsung adalah manfaat yang timbul secara tidak langsung dari suatu proyek yang merupakan multiplier effect dari proyek. Manfaat tak kentara dari suatu proyek adalah manfaat yang sukar diukur dengan uang.

3. Analisis Kelayakan Usahatani

Menurut Nitisemito dan Burhan (2004), ada beberapa metode pengukuran kelayakan investasi yang akan ditanam pada suatu kegiatan. Metode-metode tersebut antara lain :

a. Net Present Value

Net Present Value (NPV) yang disebut juga nilai tunai bersih merupakan metode yang menghitung selisih antara manfaat atau penerimaan dengan biaya atau pengeluaran.


(37)

Perhitungan ini diukur dengan nilai uang yang sekarang dengan kriteria penilaian sebagai berikut :

(a) bila NPV > 0, maka usaha dinyatakan layak (feasible)

(b) bila NPV < 0, maka usaha dinyatakan tidak layak (no feasible) (c) bila NPV = 0, maka usaha dinyatakan dalam posisi Break Event

Point (BEP)

Secara sederhana, rumusnya adalah sebagai berikut : NPV = PV Benefit – PV Costs

= B - C Keterangan :

B = benefit yang telah didiscount C = costs yang telah didiscount

b. Internal Rate of Return

Menurut Kadariah, Internal Rate of Return (IRR) merupakan suatu tingkat bunga yang menunjukkan nilai bersih sekarang (NPV) sama dengan jumlah seluruh investasi proyek. Dengan kata lain dapat juga disebut sebagai suatu tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV = 0. Kriteria penilaian adalah sebagai berikut :

(a) bila IRR > 1, maka usaha dinyatakan layak (feasible)

(b) bila IRR < 1, maka usaha dinyatakan tidak layak (no feasible) (c) bila IRR = 0, maka usaha tersebut berada dalam keadaan Break


(38)

Rumusnya secara sederhana adalah sebagai berikut : NPV

IRR = i + (i “ –i‟) NPV „ –NPV “

Keterangan :

I = discount rate pada saat ini

i” = discount rate terendah yang membuat NPV negatif

i‟ = discount rate yang tinggi yang memberi NPV positif

NPV „ = NPV positif

NPV “ = NPV negative

c. Net Benefit Cost Ratio

Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) adalah perbandingan antara jumlah pendapatan bersih dengan jumlah biaya bersih yang diperhitungkan nilainya pada saat ini (present value). Kriteria pengukuran dalam analisis ini adalah :

(a) jika Net B/C > 1, maka usaha tersebut layak untuk diusahakan (b) jika Net B/C < 1, maka usaha tersebut tidak layak untuk

diusahakan

(c) jika Net B/C = 1, maka usaha tersebut berada pada posisi Break Event Point (BEP).


(39)

Rumusnya secara sederhana adalah sebagai berikut :

∑ PV net B yang positif

Net B/C Ratio =

∑ PV net B yang negatif

Net B =

Net C

d. Gross Benefit Cost Ratio

Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) adalah perhitungan yang menunjukkan tingkat perbandingan antara jumlah penerimaan kotor dengan jumlah biaya kotor yang diperhitungkan nilainya saat ini.

Rumusnya secara sederhana adalah sebagai berikut : PV dari gross benefits

Gross B/C Ratio =

PV dari gross costs

Yang dihitung sebagai gross costs adalah biaya modal / biaya investasi permulaan dan biaya operasi dan pemeliharaan, sedangkan yang

dihitung sebagai gross benefits adalah nilai total produksi dan nilai sisa (salvage value) dari investasi pada akhir umur ekonomis usaha.

e. Payback Period

Metode Payback Period (PP) merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu (periode) pengembalian investasi suatu proyek (usaha). Untuk menilai apakah suatu usaha layak atau tidak untuk dilaksanakan / dikembangkan adalah :


(40)

a. Payback Period sekarang harus lebih kecil dari umur investasi. b. Bandingkan dengan rata-rata Payback Period industri unit usaha

yang sejenis.

c. Payback Period harus sesuai dengan target perusahaan.

Kelemahan metode ini adalah sebagai berikut : a. Mengabaikan time value of money.

b. Tidak mempertimbangkan arus kas yang terjadi setelah masa pengembalian.

Kriteria penilaian dengan metode Payback Period adalah :

a. bila masa pengembalian lebih pendek dari umur ekonomis usaha, maka usaha tersebut layak untuk dikembangkan

b. bila masa pengembalian lebih lama dari umur ekonomis usaha, maka usaha tersebut tidak layak untuk dikembangkan.

4. Analisis Sensitivitas

Ketika suatu usaha telah diputuskan untuk dilaksanakan berdasarkan pada perhitungan dan analisa serta pada hasil evaluasi (NPV, B/C, IRR), ternyata di dalamnya tidak tertutup kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan dalam perhitungan, maupun terjadi perhitungan yang meleset yang dikarenakan ketidakstabilan harga faktor- faktor produksi maupun harga biji kakao itu sendiri.

Dengan adanya kemungkinan-kemungkinan tersebut, berarti harus diadakan analisa kembali untuk mengetahui sejauh mana dapat diadakan


(41)

penyesuaian-penyesuaian sehubungan dengan adanya perubahan harga tersebut. Tindakan menganalisa kembali ini dinamakan Sensitivity Analysis.

Sensitivity Analisis bertujuan untuk melihat apakah yang akan terjadi pada analisis usaha jika terdapat suatu kesalahan atau perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya maupun manfaat / penerimaan. Analisis kepekaan ini dilakukan untuk meneliti kembali suatu analisis kelayakan usaha, agar dapat melihat pengaruh yang akan terjadi akibat adanya keadaan yang berubah-ubah atau jika ada kesalahan dalam dasar perhitungan biaya dan manfaat. Hal ini dikarenakan dalam menganalisis kelayakan suatu usaha, biasanya didasarkan pada proyeksi – proyeksi yang mengandung banyak ketidakpastian dan perubahan yang akan terjadi di masa yang akan datang. Perubahan – perubahan yang terjadi dalam dasar perhitungan biaya

produksi ataupun manfaat memiliki kemungkinan antara lain :

a. Kenaikan dalam biaya produksi ataupun peralatan yang digunakan, b. Perubahan dalam harga jual hasil produksi, misalnya karena harga

kakao yang turun atau malah naik di pasaran,

c. Terjadinya kesalahan perhitungan dalam hasil per hektar, d. Keterlambatan dalam proses pelaksanaan proyek,

e. Adanya perubahan dalam volume hasil produksi, f. dan lain-lain.

Variabel harga jual dan biaya dalam analisis finansial diasumsikan tetap setiap tahunnya. Analisis finansial menggunakan harga produk dan biaya


(42)

pada tahun pertama analisis sebagai nilai tetap, walaupun dalam keadaan nyata kedua variabel tersebut dapat berubah-ubah sejalan dengan

pertambahan waktu. Jadi analisis kepekaan dilakukan untuk melihat sampai berapa persen penurunan harga atau kenaikan biaya yang terjadi dapat mengakibatkan perubahan dalam kriteria investasi, yaitu dari layak menjadi tidak layak untuk dilaksanakan (Kasmir, 2003).

5. Analisis Keuntungan Usahatani

Mubyarto (1991), menyatakan usahatani merupakan suatu unsur tempat dimana seseorang atau sekumpulan orang berusaha mengelola unsur-unsur produksi seperti alam, tenaga kerja, modal dan manajemen yang ditunjuk untuk memperoleh produksi di bidang pertanian. Petani dalam usahatani bertindak sebagai pengelola faktor-faktor produksi, sebagai pekerja dan sebagai modal.

Menurut Soekartawi (1990), keuntungan merupakan total produksi yang dikalikan dengan harga produksi tersebut, sedangkan biaya adalah semua biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi bersangkutan. Biaya ini dalam kenyataannya diklasidikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap (seperti sewa tanah, pembelian alat-alat pertanian), dan biaya tidak tetap (seperti biaya untuk pembelian pupuk, pestisida, dan pembayaran tenaga kerja). Penerimaan total adalah banyaknya produksi dikalikan dengan harganya, dan biaya produksi adalah banyaknya input dikalikan dengan harga, maka persamaan keuntungan adalah :


(43)

π Y Py XiPxi BTT n i   

1 . . Keterangan :

π = Keuntungan (Rp) Y = Hasil Produksi (kg)

Py = Harga Hasil Produksi (Rp)

Pxi = Harga Faktor Faktor Produksi (Rp) Xi = Faktor Faktor Produksi

I = Macam Faktor Produksi, i = 1,2,3,.... BTT = Biaya Tetap Total (Rp)

Biaya tetap pada usahatani kakao berupa investasi, alat-alat pertanian dan sarana produksi yang jumlahnya tidak mempengaruhi tingkat keuntungan. Sebagian biaya tetap tersebut tidak habis dalam satu proses produksi. Oleh karena itu, nilai biaya tetap yang dipakai dalam satu kali proses produksi dihitung penyusutannya. Untuk menghitung besarnya penyusutan alat-alat selama proses produksi dapat menggunakan garis lurus. Besarnya penyusutan adalah nilai awal pembelian dikurangi dengan nilai sisa yang kemudian dibagi dengan bilangan yang menunjukkan umur ekonomis alat tersebut. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :

n Ns Na PS  Keterangan :

PS = Penyusutan Na = Nilai awal Ns = Nilai sisa n = Umur ekonomis

Analisis keuntungan usahatani pada umumnya digunakan untuk

mengevaluasi kegiatan usaha pertanian. Analisis pendapatan bertujuan untuk menggambarkan keadaan yang akan datang didalam perencanaan atau tindakan, serta untuk mengukur apakah kegiatan usaha tani selama ini


(44)

menguntungkan atau tidak, keberhasilan usaha tani diukur dari besarnya pendapatan yang diukur dari besarnya pendapatan yang diperoleh dari kegiatan tesebut. Selain itu menurut Hernanto (1994), untuk keperluan analisis keuntungan petani diperlukan empat unsur yaitu, rata rata

inventaris, penerimaan usaha tani, pengeluaran usaha tani, dan penerimaan dari berbagai sumber.

Untuk mengetahui suatu usaha tani menguntungkan atau tidak digunakan analisis perbandingan antara penerimaan dan biaya (R/C rasio). Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

R/C = NPT/BT

Keterangan :

R/C = Nisbah antara penerimaan dan biaya NPT = Nilai Produk Total

BT = Biaya Total Kriteria pengambilan keputusan:

R/C < 1 : Usaha tani yang dilakukan secara ekonomis belum menguntungkan

R/C > 1 : Usaha tani yang dilakukan secara ekonomis menguntungkan R/C = 1 : Usaha tani yang dilakukan tidak untung dan tidak rugi

6. Teori Sistem Pemasaran

Sistem pemasaran adalah kumpulan lembaga-lembaga yang melakukan tugas pemasaran barang, jasa, ide, orang atau faktor-faktor Iingkungan yang saling memberikan pengaruh dan membentuk serta mempengaruhi


(45)

hubungan perusahaan dengan pasarnya (Swasta dan Irawan 1990).

Selanjutnya menurut Kotler (1989), pemasaran itu sendiri adalah kegiatan manusia yang diarahkan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran.

Pemasaran sering juga disebut tataniaga. Menurut Nitisemito (1991) dalam Hasyim (1994), tataniaga adalah semua kegiatan yang bertujuan untuk memperlancar arus barang atau jasa dan produser ke konsumen secara paling efesien dengan maksud menciptakan permintaan yang efektif. Selanjutnya Hasyim (1994) menyatakan bahwa permintaan efektif adalah keinginan untuk membeli yang berhubungan dengan kemampuan untuk membayar. Efektif juga dapat diartikan sebagai keadaan dimana jumlah yang diminta sesuai dengan harga normal.

Tataniaga merupakan kegiatan yang bertalian dengan penciptaan atau penambahan kegunaan daripada barang dan jasa. Oleh karena itu tataniaga termasuk tindakan atau usaha produktif (Hanafiah dan Saefuddin, 1983). Selanjutnya Hasyim (1994) menyatakan bahwa produktif bukan semata-mata mengubah bentuk suatu barang menjadi barang lain. Suatu kegiatan disebut produktif jika dapat menciptakan barang-barang tersebut lebih, berguna bagi masyarakat dan hal itu terjadi karena berbagai hal, meliputi:


(46)

a. Kegunaan bentuk (form utility)

Kegunaan bentuk adalah kegiatan meningkatkan kegunaan barang dengan cara mengubah bentuk menjadi barang lain yang secara umum lebih bermanfaat.

b. Kegunaan tempat (place utility)

Kegunaan tempat adalah kegiatan yang mengubah nilai suatu barang menjadi Iebih berguna karena telah terjadi proses pemindahaan dan suatu tempat – ke tempat lain.

c. Kegunaan waktu (time utility)

Kegunaan waktu yaitu kegiatan yang menambah kegunaan suatu barang karena adanya proses waktu atau perbedaan waktu.

d. Kegunaan milik (posession utility)

Kegunaan milik adalah kegiatan yang menyebabkan bertambah bergunanya suatu barang karena terjadi proses pemindahan pemilikan dan satu pihak kepihak lain.

7. Efisiensi Pemasaran

Hanafiah dan Saefuddin (1983), menyatakan pengertian efisiensi pemasaran atau tataniaga menurut pengusaha swasta berbeda dengan efesiensi tataniaga menurut konsumen. Perbedaan ini terjadi karena perbedaan kepentingan antara pengusaha dengan konsumen. Pengusaha menganggap suatu sistem tataniaga efisien apabila penjualan produknya dapat menghasilkan keuntungan yang tinggi bagi mereka. Sebaliknya


(47)

konsumen menganggap suatu sistem tataniaga efisien apabila konsumen mudah mendapatkan barang yang diinginkan dengan harga rendah.

Sistem tataniaga dianggap efisien jika memenuhi dua syarat, yaitu: (1) mampu menyampaikan hasil-hasil dari petani produsen kepada konsumen dengan biaya semurah - murahnya, dan (2) mampu mengadakan

pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayarkan konsumen terakhir kepada semua pihak yang ikut serta di dalam kegiatan produksi dan tataniaga barang tersebut (Mubyarto, 1995).

Menurut Hasyim (1994), ada dua konsep dalam efisiensi tataniaga, yaitu (1) konsep input-ratio, dan (2) konsep analisis struktur, perilaku dan keragaan pasar. Dalam konsep input output ratio, efisiensi tataniaga adalah maksimisasi input output ratio. Input adalah berbagai kombinasi dari tenaga kerja, modal, dan manajemen yang digunakan oleh lembaga niaga dalam proses tataniaga, sedangkan output adalah kepuasan konsumen terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh lembaga tataniaga.

Hasyim (1994) menyatakan bahwa struktur pasar, perilaku pasar, dan keragaan pasar merupakan tiga komponen dasar organisasi pasar. Secara terperinci ketiga komponen tersebut dapat dijelaskan sebagai:

a. Struktur pasar (marketing struktur) adalah karakteristik organisasi dan suatu pasar, yang untuk prakteknya adalah karakteristik yang

menentukan hubungan antara pembeli dan para penjual, dan hubungan antara penjual dipasar dengan para penjual potensial yang akan masuk


(48)

ke dalam pasar. Unsur-unsurnya adalah tingkat konsentrasi, diferensiasi produk, dan rintangan masuk pasar.

b. Perilaku pasar (market conduct) adalah pola tingkah laku dan lembaga pemasaran dalam hubungannya dengan sistem pembentukan harga dan praktek transaksi, melakukan pembelian dan penjualan secara

horizontal dan vertikal. atau dengan kata lain tingkah laku perusahaan dan struktur pasar tertentu, terutama bentuk-bentuk keputusan apa yang dibuat oleh manajer dalam struktur pasar yang berbeda.

c. Keragaan pasar (market performance), yaitu sampai sejauh mana pengaruh riil struktur dan perilaku pasar yang berkenaan dengan harga, biaya, dan volume produksi.

Kriteria yang digunakan untuk menilai organisasi pasar efisiensi komoditi di negara berkembang adalah:

a. Struktur pasar :

1) Ukuran jumlah pembeli dan penjual yang dapat menjamin suatu intensitas persaingan yang memadai dalam hal harga dan kualitas. 2) Bebas keluar masuk pasar.

3) Jumlah penjualan yang memadai untuk mendorong peningkatan investasi dalam usaha niaga.

b. Perilaku pasar :

1) Praktek-praktek menentukan harga yang mendorong grading dan standarisasi komoditi.

2) Biaya pemasaran yang seragam.

3) Praktek-praktek penentuan harga bebas dari kolusi dan taktik yang tidak jujur, atau perdagangan gelap.


(49)

4) Kebijaksanaan harga yang mendorong perbaikan mutu produk dan meningkatkan kepuasan konsumen

Keragaman pasar : 1) Kemajuan teknologi

2) Orientasi untuk perkembangan lembaga tataniaga komoditi. 3) Efisiensi penggunaan sumber, dan

4) Perbaikan produk maksimisasi jasa dan minimisasi biaya.

Analisis regresi korelasi harga antara harga yang diterima petani produsen dengan harga yang dibayar konsumen akhir dapat ditunjukkan dari fungsi penawaran atau fungsi harga (penawaran pedagang pengumpul di tingkat petani produsen dan pedagang eceran di tingkat konsumen akhir). Secara matematis analisis korelasi harga tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:

Pf = ao + al………...(1)

Pf = bo + b1……..……...(2)

Dan persamaan (2) dapat dinyatakan jumlah yaitu:

Pr - bo

Q = ………... .(3) b1

Dengan mensubsitusikan persamaan (3) ke dalam persamaan (1) maka di diperoleh persamaan berikut:


(50)

Keterangan:

Pf = harga yang diterima petani produsen

Pr = harga yang dibayar konsumen akhir Q = jumlah penawaran

a&b = koefisien korelasi harga

Jika b = 1 pada persamaan (4), berarti harga yang dibayarkan oleh konsumen dan jumlah yang ditawarkan tidak berpengaruh terhadap korelasi harga. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa produsen, lembaga tataniaga, dan konsumen berada pada struktur pasar yang bersaing

sempurna. Jika b < 1, berarti struktur pasar dalam sistem tataniaga komoditi tertentu tidak bersaing sempurna (oligipsonistik atau

monopsonostik), dan jika b > 1, menunjukkan bahwa fluktuasi kenaikan harga di daerah produsen lebih besar dari fluktuasi di daerah konsumen.

Analisis korelasi harga digunakan untuk melihat apakah sistem tataniaga telah bekerja secara efesien atau pasar terintegrasi secara sempurna atau belum. Analisis korelasi harga adalah suatu analisis yang memberikan gambaran seberapajauh perkembangan harga suatu barang pada dua tempat/tingkat yang sama atau berlainan yang saling berhubungan dalam suatu perdagangan. Untuk mendapatkan nilai koefisien korelasi tersebut digunakan persamaan :

n

Pr Pf -

Pr

Pf

r =

{ n

Pr

2


(51)

di mana :

r = koefisien korelasi n = jumlah pengamatan

Pf = harga pada tingkat produsen

Pr = harga yang dibayar oleh konsumen akhir

Koefisien korelasi yang tinggi (r = 1), menunjukkan pembentukan harga antara dua pasar lebih berintergrasi atau menunjukkan bahwa struktur pasar komoditi tersebut lebih mengarah kepada pasar bersaing sempurna. `

8. Kajian Penelitian Terdahulu

Menurut Sihombing (2007), perhitungan analisis finansial usahatani kakao di Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Tanggamus dengan tingkat suku bunga 10,87%, menghasilkan nilai NPV Rp. 41.758.011; IRR 31,2%; Gross B/C 1,67; Net B/C 2,79; Payback Period 7,67 tahun, maka usahatani kakao di Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Tanggamus secara finansial layak untuk dikembangkan.

Menurut Aritonang (2005), usaha karet remah (crumb rubber) pada PTPN VII Unit Usaha Kedaton dengan kapasitas produksi 10 ton/hari, secara finansial layak dan menguntungkan dengan tingkat bunga 14 % diperoleh NPV sebesar 18,84 milyar rupiah, nilai Net B/C ratio sebesar 1,99, nilai Gross B/C ratio sebesar 1,06, nilai IRR sebesar 27,86 %, Payback Period

5 tahun 3 bulan dan CTO sebesar 0,284.

Hasil penelitian Kafrawi (2005), tentang analisis pemasaran ubi kayu di Kabupaten Way Kanan, menunjukkan bahwa sistem pemasaran ubi kayu


(52)

di Kabupaten Way Kanan belum efisien. Hal ini ditunjukkan oleh marjin pemasaran yang tidak merata, nilai koefisien korelasi harga kurang dari satu, dan nilai elastisitas harga kurang dari satu, yang berarti kondisi pasar berbentuk oligopsoni, yaitu keadaan di mana pembeli lebih dari satu tetapi jumlahnya tidak sebanyak penjual.

Berdasarkan penelitian Hapriono (2003) tentang analisis efisiensi pemasaran kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Lampung Selatan ternyata pemasaran kakao di daerah tersebut belum efisien dan menunjukkan adanya struktur pasar yang bersaing tidak sempurna.

B. Kerangka Pemikiran

Usahatani merupakan suatu proses kegiatan produksi, yaitu dengan

memasukkan faktor alam dengan faktor produksi lain untuk menghasilkan output pertanian (barang atau jasa) dari suatu kegiatan. Demikian pula dengan usaha perkebunan kakao memerlukan input untuk menghasilkan biji kakao. Input – input tersebut, baik input tetap maupun variabel akan menimbulkan biaya poduksi yang berpengaruh terhadap besar kecilnya pendapatan yang akan diperoleh.

Dengan menjual hasil produksi yang berupa biji kakao ke pasar, maka petani akan memperoleh penerimaan. Hal ini juga akan berpengaruh terhadap besar kecilnya pendapatan yang akan diperoleh.


(53)

Tujuan dari setiap usaha termasuk usaha perkebunan kakao adalah untuk mendapatkan keuntungan, sehingga perlu diperhitungkan besarnya biaya yang telah dikorbankan dan pendapatan yang diperoleh. Untuk mengetahui apakah usaha perkebunan kakao menguntungkan atau tidak maka dilakukan suatu analisis proyek. Dalam analisis proyek, dilakukan perhitungan yang diukur dari besarnya penerimaan dan biaya bagi usaha perkebunan kakao.

Perhitungan yang dipergunakan adalah analisis finansial.

Kriteria kelayakan investasi yang digunakan adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit/Cost Ratio (B/C Ratio), Gross Benefit/Cost Ratio (Gross B/C Ratio), Payback Period, dan analisis sensitivitas.

Selain hal-hal tersebut, dilakukan pula analisis dari aspek pemasaran. Hal ini dikarenakan kegiatan pemasaran juga sama pentingnya dengan kegiatan produksi. Petani akan merugi akibat barang-barang hasil produksinya tidak dapat dijual, sehingga kegiatan pemasaran sangatlah penting.

Petani menjual hasil produksinya dalam pasar output kepada pedagang pengumpul dan kemudian para pedagang pengumpul ini juga melakukan transaksi antara pelaku pasar lainnya, sehingga terbentuklah suatu hirarki yang pada akhirnya biji kako tersebut siap diekspor. Interaksi antara pelaku pasar tersebut menimbulkan adanya struktur pasar dan saluran pemasaran.

Para pelaku pasar tersebut juga melakukan fungsi-fungsi pemasaran, seperti pengangkutan, penyimpanan, dan pengolahan yang akan menimbulkan biaya


(54)

pemasaran. Dengan membandingkan harga beli, harga jual, dan marjin biaya total, maka akan diketahui marjin keuntungan dari tiap pelaku pasar. Marjin keuntungan ini juga dapat dijadikan sebuah ukuran apakah usaha pemasaran yang dilakukan menguntungkan atau tidak. Kerangka pemikiran Analisis Kelayakan Finansial dan Pemasaran Kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dapat dilihat pada Gambar 1.


(55)

Gambar 1. Kerangka pemikiran analisis kelayakan usahatani dan pemasaran kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran

Penerimaan (Benefit)

A N A L I S I S P R O Y E K Biaya Produksi

(Cost)

Efisiensi Pemasaran 1. Saluran pemasaran 2. Rasio profit marjin 3. Hubungan harga

antara produsen dan konsumen Aspek Pemasaran Input

Tetap

Usaha Tani Kakao

Harga Proses Produksi Output Input

Input Variabel

Harga Pasar Aspek Finansial

Analisis: NPV, IRR, Net B/C,

Gross B/C, PP, Analisis Sensitivitas

Layak Tidak Layak


(56)

III. METODE PENELITIAN

A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional

Usaha tani merupakan suatu organisasi produksi yang dilakukan oleh petani untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang bertujuan untuk menghasilkan produksi dan pendapatan di sektor pertanian.

Usahatani kakao adalah suatu bentuk organisasi produksi yang dilakukan di daerah ladang dengan komoditi kakao.

Petani kakao adalah semua petani yang berusahatani kakao dan memperoleh pendapatan dari usahataninya.

Analisis proyek adalah suatu metode untuk melakukan penilaian investasi dan menunjukkan gejala ekonomi apakah suatu proyek layak untuk dilaksanakan atau tidak.

Proyek kakao adalah usahatani kakao yang menggunakan modal atau faktor produksi yang diharapkan memberikan manfaat (benefit) setelah suatu jangka waktu tertentu.


(57)

Manfaat (benefit) adalah penerimaan dari usahatani dan pemasaran kakao yang secara langsung atau tidak langsung menambah konsumsi barang-barang atau jasa-jasa.

Biaya (cost) adalah segala sesuatu yang secara langsung atau tidak langsung mengurangi persediaan atau konsumsi barang-barang/jasa-jasa yang

berhubungan dengan usahatani dan pemasaran kakao.

Penerimaan adalah jumlah penerimaan yang diperoleh dari penjualan produk. Penerimaan total diperoleh dengan mengalikan jumlah seluruh hasil produksi dengan harga jual per kg, diukur dalam satuan rupiah per tahun (Rp/thn).

Produksi kakao adalah jumlah output atau hasil panen kakao dari luas lahan petani selama satu tahun yang diukur dalam satuan kg/ha.

Harga produk/output adalah harga biji kakao yang diterima, baik oleh petani dari hasil produksi kakao maupun oleh para pedagang pengumpul dan eksportir kakao, berdasarkan harga pasar, diukur dalam satuan Rp/Kg.

Pendapatan adalah balas jasa yang diterima petani dari pekerjaan dan pengelolaan usahanya. Besarnya pendapatan dihitung dengan mengurangi penerimaan usahatani kakao dengan biaya-biaya yang dikeluarkan, diukur dalam satuan rupiah per tahun (Rp/thn).

Harga pasar atau harga finansial adalah tingkat harga yang diterima petani dalam menjual hasil produksinya atau tingkat harga yang dibayar dalam pembelian faktor produksi, diukur dalam rupiah (Rp).


(58)

Harga sarana produksi adalah harga semua input yang dibutuhkan untuk melakukan proses produksi dengan tujuan menghasilkan output. Sarana produksi yang digunakan meliputi lahan, bibit, pupuk, obat-obatan, peralatan, dan tenaga kerja.

Luas lahan adalah seberapa luas lahan yang digunakan oleh petani untuk melakukan usahatani kakao yang diukur dalam satuan hektar (ha).

Jumlah bibit adalah banyaknya bibit yang digunakan petani pada usahatani kakao. Jumlah bibit diukur dalam satuan bibit/ha.

Jumlah pupuk adalah banyaknya pupuk kandang dan pupuk buatan yang digunakan oleh petani pada usahatani kakao Jumlah pupuk diukur dalam satuan kilogram (kg).

Jumlah pestisida adalah banyaknya pestisida yang digunakan dalam usahatani kakao, diukur dalam satuan gram bahan aktif (gr).

Tenaga kerja adalah banyaknya tenaga kerja yang dicurahkan dalam usahatani kakao, terdiri dari tenaga kerja pria dan wanita diukur dalam satuan hari orang kerja (HOK).

Umur ekonomis adalah jumlah tahun proyek berjalan sampai proyek tidak menghasilkan keuntungan, yaitu selama 20 tahun.

Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk keperluan investasi pada usaha pembibitan kakao sebelum usaha tersebut dijalankan dan diharapkan dapat menghasilkan manfaat (benefit) beberapa tahun kemudian.


(59)

Biaya operasional adalah seluruh biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan usahatani kakao yang terdiri dari biaya tetap dan variabel.

Biaya tetap adalah seluruh biaya yang dibutuhkan dalam proses produksi yang jumlahnya tidak berubah dengan berubahnya output yang dihasilkan, meliputi biaya pajak, sewa lahan, dan biaya penyusutan. Satuan yang digunakan dalam rupiah (Rp).

Biaya variabel adalah biaya yang dibutuhkan dalam kegiatan usahatani kakao yang jumlahnya berubah sesuai dengan berubahnya output yang dihasilkan. Satuan yang digunakan dalam rupiah (Rp).

Biaya total adalah penjumlahan biaya tetap dengan biaya variabel. Satuan yang digunakan dalam rupiah (Rp).

Harga jual output adalah rata-rata harga jual biji kakao yang berlaku setiap tahun, pengukurannya dalam Rp/Kg.

Volume penjualan adalah jmlah biji kakao yang dijual pengusaha kakao. Pengukurannya dalam satuan kilogram (Kg).

Analisis keuntungan adalah suatu analisis untuk membandingkan besarnya biaya (cost) dan penerimaan (revenue) dari proses produksi pada usahatani kakao.

Tingkat suku bunga atau discount factor adalah suatu bilangan yang lebih kecil dari satu yang dapat digunakan untuk mengetahui nilai uang di masa lalu agar didapatkan nilainya pada saat ini.


(60)

Net Present Value (NPV) adalah suatu analisis yang digunakan untuk

menghitung selisih antara present value dari penerimaan dengan present value

dari biaya-biaya yang telah dikeluarkan, diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Internal Rate Return (IRR) adalah suatu analisis yang digunakan untuk mengetahui tingkat keuntungan atau investasi bersih dalam suatu proyek. IRR merupakan tingkat bunga (discount rate) yang dapat membuat besarnya NPV proyek sama dengan nol (0), diukur dalam satuan (%).

Payback Period (PP) atau disebut juga periode kembali modal adalah suatu analisis yang digunakan untuk mengetahui jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal investasi proyek dan diukur dalam satuan tahun.

Gross B/C adalah perhitungan yang menunjukkan tingkat perbandingan antara jumlah penerimaan kotor dengan jumlah biaya kotor yang diperhitungkan nilainya saat ini.

Net B/C adalah suatu tingkat perbandingan antara jumlah present value

penerimaan dengan present value biaya.

Analisis sensitivitas adalah suatu perhitungan yang bertujuan melihat kepekaan suatu proyek terhadap suatu perubahan atau kesalahan dalam

perhitungan manfaat dan biaya. Analisis sensitivitas menganalisis kembali apa yang akan terjadi pada proyek tersebut apabila ada sesuatu yang tidak beres atau tidak sesuai dengan rencana. Analisis sensitivitas mencoba melihat realitas analisis suatu proyek didasarkan pada kenyataan bahwa proyeksi atau


(61)

rencana suatu proyek sangat dipengaruhi unsur ketidakpastian mengenai apa yang akan terjadi.

Efisiensi pemasaran adalah situasi pemasaran yang memberikan kepuasaan kepada produsen hingga ke konsumen melalui mekanisme harga yang efisien.

Elastisitas transmisi harga merupakan nisbah perubahan harga relatif di tingkat pengecer dengan perubahan harga di tingkat produsen.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Sungai Langka, Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Desa Sungai Langka, Kecamatan Gedong Tataan merupakan salah satu sentra produksi Kakao di Kabupaten Pesawaran.

Penelitian dilakukan sejak penyusunan proposal dan pengambilan data dilakukan pada bulan Januari 2010 hingga Mei 2010.

C. Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan petani menggunakan kuesioner (daftar pertanyaan) yang telah disediakan meliputi: data harga kakao, data produksi, data luas lahan, dan sebagainya. Data sekunder diperoleh dari instansi atau lembaga yang terkait dan hasil penelitian lain yang relevan dengan penelitian ini. Sumber data yang diharapkan adalah responden (petani) untuk data primer dan BPS, Dinas Pertanian Propinsi, Kabupaten, dan


(62)

instansi-instansi lainnya, serta publikasi, dan laporan yang berhubungan dengan penelitian untuk data sekunder.

1. Responden

Responden pada penelitian ini adalah petani kakao rakyat di Desa Sungai Langka, Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran. Responden dipilih berdasarkan alasan memiliki umur tanaman yang beragam pula. Responden untuk lembaga pemasaran terdiri dari pedagang pengumpul, pedagang besar dan pabrik pengolah hasil, baik yang berada di dalam maupun di luar Desa Sungai Langka, Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran. Responden pedagang pengumpul, pedagang besar dan pabrik pengolah diambil dengan metode bola salju (snowball methods), yaitu mengikuti alur pemasaran dari petani produsen di Desa Sungai Langka hingga ke tingkat pabrik pengolah

2. Teknik sampling

Berdasarkan keterangan Kepala Desa Sungai Langka, Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran terdapat beberapa dusun, namun peneliti mengambil dari populasi dari sebagian dusun yaitu, Dusun II, Dusun III, Dusun VII, dan Dusun VIII. Dari dusun tersebut terdapat 535 petani kakao, populasi ini diambil dengan pertimbangan produktivitas tertinggi dan umur tanaman yang beragam. Dari jumlah petani tersebut dibagi empat kelompok menurut umur tanaman. Berikut tabel pembagian sampel menurut umur tanaman.


(63)

Tabel 4. Jumlah sampel tiap kelompok umur tanaman Umur Tanaman

(Tahun) Jumlah Petani Jumlah Sampel 1 – 5

6 – 10 11 – 15 16 – 20

109 153 131 142 10 14 12 13

535 49

Jadi jumlah sampel petani kakao pada Desa Sungai Langka terpilih adalah 49 orang.

Pemilihan sampel petani produsen kakao didasarkan pada pendapat Cochran (1991) yang menyatakan bahwa dalam pemilihan sampel penelitian dari sebuah populasi pertanian akan menghadapi kasus-kasus batas. Oleh karena itu, dianjurkan untuk menentukan sebuah populasi sample (populasi sasaran) yang memuat semua informasi yang dibutuhkan yang merupakan bagian dari populasi sesungguhnya. Pengambilan jumlah sampel tersebut merujuk pada Sugiarto,dkk, (2003) dengan rumus :

n = 2 2 2 2 2 S Z Nd S NZ  dimana :

N = jumlah populasi n = jumlah sampel

Z = tingkat kepercayaan (95% = 1,96) S2= varian sampel (5%)

d = derajat penyimpangan (5 %)

Untuk pembagian sampel secara proposional digunakan rumus: ni = Ni x n


(64)

dimana :

ni = jumlah sampel kelompok x

Ni = jumlah populasi kelompok x

N = jumlah populasi

n = jumlah sampel keseluruhan x = umur tanaman (1-20 thn)

Teknik pengambilan sampel dilakukan secara proporsional stratified random sampling, dengan dasar pertimbangan umur tanaman yang beragam, jumlah petani kakao sampel seluruhnya adalah 49 orang. Sampel untuk lembaga pemasaran terdiri dari pedagang pengumpul yang ada di Desa Sungai Langka, Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran diambil dengan metode bola salju (snowball methods), yaitu mengikuti alur pemasaran dari petani produsen di Desa Sungai Langka hingga ke tingkat eksportir.

D. Metode Analisis Data

Metode yang digunakan untuk analisis data adalah metode tabulasi dan

komputasi. Data yang diperoleh diolah secara komputasi,dan dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif.

1. Analisis Finansial

Pada penelitian ini, analisis finansial dilakukan secara kuantitatif, yang terdiri dari :


(65)

a. Net Present Value

Net Present Value (NPV) merupakan metode yang menghitung selisih antara manfaat / penerimaan dengan biaya / pengeluaran. Rumus yang digunakan adalah :

n Bt - Ct

NPV =

i = 1 (1 + i) t

keterangan : Bt = Manfaat dari proyek

Ct = Biaya (cost) pada tahun ke-i n = Umur proyek (tahun)

i = Discount Rate

Tiga kriteria investasi yaitu :

- Bila NPV > 0, maka proyek menguntungkan dan dapat dilaksanakan - Bila NPV < 0, maka proyek rugi dan tidak layak untuk dilaksanakan - Bila NPV = 0, maka proyek ini tidak untung dan tidak rugi

(Break Event Point)

b. Internal Rate of Return

Internal Rate of Return (IRR) merupakan suatu tingkat bunga yang menunjukkan nilai bersih sekarang (NPV) sama dengan jumlah seluruh investasi proyek atau dengan kata lain tingkat suku bunga yang

menghasilkan NPV = 0. Rumus yang digunakan yaitu :

NPV1

IRR = i1 + (i2– i1)


(66)

Keterangan : NPV1 = Present Value positif

NPV2 = Present Value negatif

i1 = discount faktor, jika NPV >0

i2 = discount faktor, jika NPV < 0

Kriteria investasi :

- Bila nilai IRR > tingkat suku bunga, maka proyek layak - Bila nilai IRR < tingkat suku bunga, maka proyek tidak layak - Bila nilai IRR = tingkat suku bunga, maka proyek Break Event

Point

c. Net B/C Ratio

Net B/C Ratio merupakan perbandingan antara net benefit yang telah di discount faktor positif dengan net benefit yang telah di discount negatif. Rumus yang digunakan :

n Bt - Ct

t = 1

( 1 + i ) i

Net B/C Ratio =

n Ct - Bt

t = 1

( 1 + i ) i

keterangan : Bt = Penerimaan (benefit) pada tahun ke-i Ct = Biaya (Cost) pada tahun ke-i

i = discount factor (%) n = umur proyek (tahun)


(67)

Kriteria kelayakan :

- Bila Net B/C > 1, maka proyek layak

- Bila Net B/C < 1, maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan - Bila Net B/C = 1, maka proyek dalam keadaan break event point

d. Gross B/C Ratio

Gross B/C Ratio adalah perbandingan antara penerimaan dengan biaya yang telah dikeluarkan. Rumusnya adalah :

n

Bt (1 + r) n

t = 1

Gross B/C Ratio = n

Ct (1 + r) n

t = 1

keterangan : Bt = Penerimaan (benefit) pada tahun ke-i Ct = Biaya (Cost) pada tahun ke-i

i = discount factor (%) n = umur proyek (tahun)

Kriteria kelayakan :

- Bila Gross B/C > 1, maka proyek layak

- Bila Gross B/C < 1, maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan

-

Bila Gross B/C = 1, maka proyek dalam keadaan break event point

e. Payback Period

Payback Period merupakan penilaian investasi suatu proyek yang didasarkan pada pelunasan biaya investasi berdasarkan manfaat bersih dari suatu proyek.


(68)

Kriteria kelayakannya :

- Jika masa pengembalian lebih pendek dari umur ekonomis usaha, maka proyek tersebut layak untuk dikembangkan.

- Jika masa pengembalian lebih lama dari umur ekonomis usaha, maka proyek tersebut tidak layak untuk dikembangkan.

2. Analisis Keuntungan

Pada penelitian ini, analisis keuntungan dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

π Y Py XiPxi BTT

n

i

 

1

.

.

Keterangan :

π = Keuntungan (Rp) Y = Hasil Produksi (kg)

Py = Harga Hasil Produksi (Rp)

Pxi = Harga Faktor Faktor Produksi (Rp) Xi = Faktor Faktor Produksi

I = Macam Faktor Produksi, i = 1,2,3,.... BTT = Biaya Tetap Total (Rp)

Biaya tetap pada usahatani kakao berupa investasi, alat-alat pertanian dan sarana produksi yang jumlahnya tidak mempengaruhi tingkat keuntungan. Sebagian biaya tetap tersebut tidak habis dalam satu proses produksi. Oleh karena itu, nilai biaya tetap yang dipakai dalam satu kali proses produksi dihitung penyusutannya. Untuk menghitung besarnya penyusutan alat-alat selama proses produksi dapat menggunakan garis lurus. Besarnya penyusutan adalah nilai awal pembelian dikurangi dengan


(1)

Biaya pemasaran dan harga jual kakao pedagang Besar (Eksportir)

No Nama Harga Beli PB Biaya Pemasaran Harga Jual PB

Pedagang (Rp) Oven Pengayakan Transportasi Bongkar Muat (Rp)

(Rp/Kg) (Rp/Kg) (Rp/Kg) (Rp/Kg)

1 Aman 18500,00 75,00 90,00 300,00 250,00 21200,00

Jumlah 18500,00 75,00 90,00 300,00 250,00 21200,00

Rata-rata 18500,00 75,00 90,00 300,00 250,00 21200,00


(2)

Lampiran 16 Tabel. Analisis margin pemasaran kakao pada saluran pemasaran I di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran, tahun 2010

No Uraian Satuan Nilai Share (%) RPM 1 Harga jual petani Rp/Kg 10.075,00 47,52 2 Harga jual PP I Rp/Kg 11.950,00 56,37

a. Biaya : Rp/Kg 375,00 1,77

Penyortiran Rp/Kg 0,00 0,00

Penjemuran Rp/Kg 150,00 0,71

Pengarungan Rp/Kg 50,00 0,24

Transportasi Rp/Kg 175,00 0,83

Bongkar muat Rp/Kg 0,00 0,00

b. Marjin pemasaran Rp/Kg 1.875,00 8,84 c. Profit marjin Rp/Kg 1.500,00 7,08

d. RPM % - - 0,80

3 Harga jual PP II Rp/Kg 18.500,00 87,26

a. Biaya : Rp/Kg 1.300,00 6,13

Penjemuran Rp/Kg 350,00 1,65

Penyusutan Rp/Kg 250,00 1,18

Transportasi Rp/Kg 600,00 2,83

Bongkar muat Rp/Kg 100,00 0,47

b. Marjin pemasaran Rp/Kg 6.550,00 30,90 c. Profit marjin Rp/Kg 5.250,00 24,76

d. RPM % - - 0,80

4 Harga jual PB Rp/Kg 21.200,00 100,00

a. Biaya : Rp/Kg 715,00 3,37

Penjemuran Rp/Kg 75,00 0,35

Pengayakan Rp/Kg 90,00 0,42

Transportasi Rp/Kg 300,00 1,42

Bongkar muat Rp/Kg 250,00 1,18

b. Marjin pemasaran Rp/Kg 2.700,00 12,74 c. Profit marjin Rp/Kg 1.985,00 9,36

d. RPM % - - 0,74

5 Harga beli Importir Rp/Kg 21.200,00 100,00

Tabel. Analisis margin pemasaran kakao pada saluran pemasaran II di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran, tahun 2010

No Uraian Satuan Nilai Share (%) RPM 1 Harga jual petani Rp/Kg 10.410,71 49,11 2 Harga jual PP II Rp/Kg 18.000,00 84,91

a. Biaya : Rp/Kg 1.110,00 5,24

Penyortiran Rp/Kg 350,00 1,65

Penjemuran Rp/Kg 300,00 1,42

Pengarungan Rp/Kg 300,00 1,42

Transportasi Rp/Kg 60,00 0,28

Bongkar muat Rp/Kg 100,00 0,47

b. Marjin pemasaran Rp/Kg 7.589,29 35,80 c. Profit marjin Rp/Kg 6.479,29 30,56

d. RPM % - - 0,85

3 Harga jual PB Rp/Kg 21.200,00 100,00

a. Biaya : Rp/Kg 75,00 0,35

Penjemuran Rp/Kg 10,00 0,05

Pengayakan Rp/Kg 10,00 0,05

Transportasi Rp/Kg 30,00 0,14

Bongkar muat Rp/Kg 25,00 0,12

b. Marjin pemasaran Rp/Kg 3.200,00 15,09 c. Profit marjin Rp/Kg 3.125,00 14,74

d. RPM % - - 0,98


(3)

Tabel. Analisis margin pemasaran kakao pada saluran pemasaran III di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran, tahun 2010

No Uraian Satuan Nilai

Share

(%) RPM 1 Harga jual petani Rp/Kg 10.650,00 49,53 2 Harga jual PP I Rp/Kg 17.000,00 79,07

a. Biaya : Rp/Kg 1.650,00 7,67

Penyortiran Rp/Kg 350,00 1,63

Penjemuran Rp/Kg 300,00 1,40

Pengarungan Rp/Kg 250,00 1,16

Penyusutan Rp/Kg 50,00 0,23

Transportasi Rp/Kg 550,00 2,56

Bongkar muat Rp/Kg 150,00 0,70

b. Marjin pemasaran Rp/Kg 6.350,00 29,53 c. Profit marjin Rp/Kg 4.700,00 21,86

d. RPM % - - 0,74

4 Harga jual PB Rp/Kg 21.500,00 100,00

a. Biaya : Rp/Kg 820,00 3,81

Penjemuran Rp/Kg 150,00 0,70

Pengayakan Rp/Kg 120,00 0,56

Transportasi Rp/Kg 300,00 1,40

Bongkar muat Rp/Kg 250,00 1,16

b. Marjin pemasaran Rp/Kg 4.500,00 20,93 c. Profit marjin Rp/Kg 3.680,00 17,12

d. RPM % - - 0,82

3 Harga beli Importir Rp/Kg 21.500,00 100,00


(4)

Lampiran 17. Daftar Harga di Tingkat Produsen dan Konsumen Akhir

no pf pr

1 10100 21150

2 10100 20800

3 10100 20500

4 10100 21300

5 10100 21400

6 10100 21350

7 10100 21900

8 10100 21200

9 10100 21400

10 10050 21200

11 10050 21050

12 10050 21100

13 10050 21150

14 10050 21250

15 10050 21200

16 10050 21250

17 10050 21200

18 10500 21300

19 10500 21150

20 10500 21400

21 10500 21100

22 10400 20900

23 10400 21000

24 10400 21250

25 10400 21350

26 10400 21200

27 10350 21250

28 10350 21350

29 10350 21250

30 10350 21150

31 10350 21150

32 10700 21450

33 10700 21300

34 10700 21600

35 10700 21750

36 10700 21450

37 10700 21500

38 10700 21600

39 10650 21350

40 10650 21450

41 10600 21500

42 10600 21400

43 10600 21550

44 10650 21350

45 10650 21550

46 10600 21600

47 10600 21450

48 10600 21400

49 10600 21750

rata-rata 10383 21310

dimana :

Ket Nilai

b 0,514

Pf 10383

Pr 21310

Et 1,054975528


(5)

Regresi Harga Kakao di Tingkat Petani dan Konsumen Akhir

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Harga Di Tingkat Petani 1.0383E4 249.48927 49

Harga di Tingkat Konsumen Akhir 2.1310E4 243.45165 49

Correlations

Harga Di Tingkat Petani

Harga di Tingkat Konsumen Akhir

Pearson Correlation Harga Di Tingkat Petani 1.000 .501

Harga di Tingkat Konsumen Akhir .501 1.000

Sig. (1-tailed) Harga Di Tingkat Petani . .000

Harga di Tingkat Konsumen Akhir .000 .

N Harga Di Tingkat Petani 49 49

Harga di Tingkat Konsumen Akhir 49 49

Variables Entered/Removedb

Model Variables Entered Variables Removed Method

1 Harga di Tingkat

Konsumen Akhira . Enter

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: Harga Di Tingkat Petani

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Change Statistics

Durbin-Watson R Square

Change F Change df1 df2

Sig. F Change

1 .501a .251 .235 218.17809 .251 15.766 1 47 .000 .407

a. Predictors: (Constant), Harga di Tingkat Konsumen Akhir b. Dependent Variable: Harga Di Tingkat Petani


(6)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 750476.094 1 750476.094 15.766 .000a

Residual 2237279.008 47 47601.681

Total 2987755.102 48

a. Predictors: (Constant), Harga di Tingkat Konsumen Akhir b. Dependent Variable: Harga Di Tingkat Petani

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

95% Confidence Interval for B

B Std. Error Beta

Lower Bound

Upper Bound

1 (Constant) -562.522 2756.723 -.204 .839 -6108.333 4983.290

Harga di Tingkat Konsumen Akhir .514 .129 .501 3.971 .000 .253 .774

a. Dependent Variable: Harga Di Tingkat Petani

Coefficient Correlationsa

Model

Harga di Tingkat Konsumen Akhir

1 Correlations Harga di Tingkat Konsumen

Akhir 1.000

Covariances Harga di Tingkat Konsumen

Akhir .017

a. Dependent Variable: Harga Di Tingkat Petani

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 9.9665E3 1.0686E4 1.0383E4 125.03967 49

Residual -5.85579E2 3.22588E2 .00000 215.89344 49

Std. Predicted Value -3.328 2.423 .000 1.000 49

Std. Residual -2.684 1.479 .000 .990 49


Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM DESA SIAGA DALAM PENINGKATAN KESEHATAN MASYARAKAT (Studi Pada Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran)

0 5 18

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM DESA SIAGA DALAM PENINGKATAN KESEHATAN MASYARAKAT (Studi Pada Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran)

0 29 164

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN PEMASARAN KAKAO DESA SUNGAI LANGKA KECAMATAN GEDONG TATAAN KABUPATEN PEASAWARAN

1 12 12

KEBERLANJUTAN USAHATANI AGROFORESTRI BERBASIS KAKAO DI KECAMATAN GEDONG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN

4 63 96

KUALITAS KIMIA SUSU KAMBING PERANAKAN ETAWA BERBAGAI PERIODE LAKTASI DITINJAU DI DESA SUNGAI LANGKA KECAMATAN GEDONG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN

0 10 59

STATUS MIKROBIOLOGI SUSU KAMBING PERANAKAN ETAWA (PE) DI DESA SUNGAI LANGKA KECAMATAN GEDONG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN

0 23 59

SIFAT FISIK KUALITAS SUSU KAMBING PERANAKAN ETAWA LAKTASI I—IV DI DESA SUNGAI LANGKA KECAMATAN GEDONG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN Physical Quality of Crossbreed Etawa Goat Milk Lactation I—IV in Sungai Langka Village Gedong Tataan Subdistrict Pesawaran Dis

0 0 6

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEMISKINAN RUMAH TANGGA PETANI KAKAO DI KECAMATAN GEDONG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN (Analysis of Household Income and Poverty Level of Cocoa Farmers in Sungai Langka Village, Gedong Tataan Subdistrict, Pesawaran Regency) Si

0 0 8

STATUS SOSIAL EKONOMI PETERNAK KAMBING PERANAKAN ETAWA (PE) DI DESA SUNGAI LANGKA, KECAMATAN GEDONG TATAAN, KABUPATEN PESAWARAN PROVINSI LAMPUNG Social Economics Status of Farmer Groups Ettawa Crossbred Goat in Sungai Langka Village, Gedong Tataan Distric

0 0 5

KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN MATA AIR DI DESA SUNGAI LANGKA, KECAMATAN GEDONG TATAAN, KABUPATEN PESAWARAN, PROVINSI LAMPUNG

0 0 8