HUBUNGAN KUALITAS LINGKUNGAN DENGAN TINGKAT KESEHATAN MASYARAKAT SEKITAR USAHA PETERNAKAN DI KECAMATAN CIGUGUR KABUPATEN KUNINGAN.

(1)

No. Daftar FPIPS : 2097/UN.40.2.4/PL/2014

HUBUNGAN KUALITAS LINGKUNGAN DENGAN TINGKAT KESEHATAN MASYARAKAT SEKITAR USAHA PETERNAKAN DI KECAMATAN

CIGUGUR KABUPATEN KUNINGAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Geografi

Oleh RISTI GUSYAH

1006537

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

No. Daftar FPIPS : 2097/UN.40.2.4/PL/2014

HUBUNGAN KUALITAS LINGKUNGAN DENGAN TINGKAT KESEHATAN MASYARAKAT SEKITAR USAHA PETERNAKAN DI

KECAMATAN CIGUGUR KABUPATEN KUNINGAN

Oleh Risti Gusyah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Faklutas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Risti Gusyah 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

Risti Gusyah, 2014

Hubungan kualitas lingkungan dengan tingkat kesehatan masyarakat sekitar usaha peternakan di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

HUBUNGAN KUALITAS LINGKUNGAN DENGAN TINGKAT KESEHATAN MASYARAKAT SEKITAR USAHA PETERNAKAN DI

KECAMATAN CIGUGUR KABUPATEN KUNINGAN Risti Gusyah

1006537 ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan kualitas lingkungan dengan tingkat kesehatan masyarakat sekitar usaha peternakan di Kecamatan Cigugur. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari instansi terkait dan data primer diperoleh dengan melakukan survey, wawancara, uji laboratorium dan dokumentasi. Indikator dari kualitas lingkungan terdiri dari kualitas air dan kualitas udara sedangkan indikator tingkat kesehatan masyarakat adalah intensitas sakit, jenis penyakit, waktu terjadinya sakit, pelayanan kesehatan yang sering dikunjungi dan biaya yang dikeluarkan untuk kesehatan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, Kualitas lingkungan di Kecamatan Cigugur yaitu Desa Cisantana memiliki kualitas air yang sudah tidak memenuhi syarat sebagai air bersih karena mengandung 2400 JPT Bakteri Coliform/100 ml melebihi syarat yang diperbolehkan oleh WHO yaitu 10 JPT Bakteri Coliform/100 ml. Desa Cileuleuy memiliki 9 JPT Bakteri Coliform/100ml dan Desa Cipari memiliki 0 JPT Bakteri Coliform/100ml. Kualitas Udara dilihat dari jumlah gas methane di Desa Cisantana sekitar 407,25 m3(33,6%), di Kelurahan Cipari sekitar 320 m3(26,5%) serta Desa Cileuleuy sekitar 14,5m3(1,2%). Hasil wawancara menunjukan bahwa masyarakat sering mencium bau kotoran/pakan ternak pada pagi dan sore hari. Hasil dari tingkat kesehatan masyarakat termasuk kategori baik dilihat dari intensitas sakit sedang, jenis penyakit termasuk ringan, waktu terjadi sakit pada bulan basah, pelayanan kesehatan 70% ke puskesmas dan biaya yang dikelurkan untuk kesehatan relatif rendah yaitu < 50 ribu dalam satu tahun.

Kesimpulan tidak terdapat hubungan antara kualitas lingkungan dengan tingkat kesehatan masyarakat kesehatan karena ketiga desa yaitu Cisantana, Cipari dan Cileuleuy secara kualitas lingkungan bervareasi sedangan tingkat kesehatan masyarakat masuk ke dalam kategori yang sama yaitu sedang(cukup baik) hal ini bisa terjadi karena faktor lain yaitu kekebalan tubuh, keturunan dan asupan gizi. Namun Kondisi Lingkungan yang semakin menurun sebaiknya segera dicegah baik itu oleh masyarakat maupun pemerintah dalam pengambilan kebijakan mengenai lingkungan.


(5)

Risti Gusyah, 2014

Hubungan kualitas lingkungan dengan tingkat kesehatan masyarakat sekitar usaha peternakan di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Kata kunci : kualitas lingkungan, usaha peternakan, tingkat kesehatan masyarakat.


(6)

Risti Gusyah, 2014

Hubungan kualitas lingkungan dengan tingkat kesehatan masyarakat sekitar usaha peternakan di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR PETA ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 6

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Pendekatan Kelingkungan ... 9

B. Usaha Peternakan ... 8

C. Kualitas Lingkungan ... 12

D. Tingkat Kesehatan Lingkungan ... 14

BAB III METODE PENELITIAN ... 19

A. Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 19

B. Metode Penelitian ... 21

C. Populasi Dan Sampel ... 21

D. Variabel Penelitian ... 27


(7)

Risti Gusyah, 2014

Hubungan kualitas lingkungan dengan tingkat kesehatan masyarakat sekitar usaha peternakan di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

F. Teknik Pengumpulan Data ... 28

G. Definisi Oprasional ... 29

H. Teknik Pengolahan Data ... 29

I. Analisis Data ... 30

J. Kerangka Pemikiran ... 36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37

A. Kondisi Fisik Daerah Penelitian ... 37

1. Letak Dan Luas ... 37

2. Persebaran Jumlah Peternak dan Jumlah Ternak ... 38

3. Iklim ... 43

4. Geologi ... 45

5. Geomorfologi ... 47

6. Tanah ... 47

7. Penggunaan Lahan ... 52

B. Kondisi Sosial Daerah Penelitan ... 54

1. Jumlah Dan Kepadatan Penduduk ... 54

2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 55

3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia ... 56

4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 57

5. Sarana Dan Prasarana ... 58

C. Hasil Penelitian ... 60

1. Kualitas Lingkungan Usaha Peternakan ... 60

a) Kualitas Air ... 60

b) Kualitas Udara ... 62

2. Tingkat Kesehatan Masyarakat ... 67


(8)

Risti Gusyah, 2014

Hubungan kualitas lingkungan dengan tingkat kesehatan masyarakat sekitar usaha peternakan di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

b) Jenis Penyakit ... 69

c) Waktu Terjadinya Sakit ... 70

d) Pelayanan Kesehatan Yang Dikunjungi ... 73

e) Biaya Yang Dikeluarkan Untuk Kesehatan ... 74

3. Analisis Hubungan Kualitas Lingkungan Dengan Tingkat Kesehatan Masyarakat ... 74

BAB V KESIMPULA DAN REKOMENDASI ... 77

A. Kesimpulan ... 77

B. Rekomendasi ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 80 LAMPIRAN


(9)

Risti Gusyah, 2014

Hubungan kualitas lingkungan dengan tingkat kesehatan masyarakat sekitar usaha peternakan di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perkembangan Populasi Sapi Perah di Kecamatan Cigugur

Periode 2008 – 2012 ... 2

Tabel 1.2 Jumlah peternak dan jumlah ternak di Kecamtan Cigugur tahun 2013 ... 3

Tabel 2.1 Kuantitas beberapa komponen yang dibutuhkan oleh dan dihasilkan dari sapi yang dipelihara secara intensif ... 10

Tabel 2.3 Komposisi fases yang dihasilkan (dalam keadaan basah) pada ternak sapi ... 10

Tabel 2.4 Agent dan Penyakit yang ditimbulkan dari udara yang tidak sehat ... 13

Tabel 2.2 Agent dan Penyakit yang Ditimbulkan dari Udara yang Tidak Sehat ... 13

Tabel 3.1 Luas Desa/Kelurahan di Kecamatan Cigugur ... 19

Tabel 3.2 Kepadatan ternak di Desa/Kelurahan yang memiliki ternak sapi ... 22

Tabel 3.3 Luas wilayah Desa/Kelurahan di Kecamatan Cigugur ... 23

Tabel 3.4 Klasifikasi Luas wilayah pemukiman di Kecamatan Cigugur ... 23

Tabel 3.5 Klasifikasi Luas daerah dan Kepadatan ternak ... 24

Tabel 3.6 Jumlah Sampel Penelitian ... 26

Tabel 3.7 Variabel Penelitian Kualitas Lingkungan sekitar usaha peternaka .. n di Kecamatan Cigugur ... 27

Tabel 3.8 Kuantitas beberapa komponen yang dibutuhkan dan dihasilkan dari sapi yang dipelihara secara intensif ... 31

Tabel 3.9 Komposisi fases yang dihasilkan (dalam keadaan basah) pada ternak sapi ... 32


(10)

Risti Gusyah, 2014

Hubungan kualitas lingkungan dengan tingkat kesehatan masyarakat sekitar usaha peternakan di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 3.10 Nilai untensitas sakit di Cisantana, Cipari dan Cileuleuy ... 32

Tabel 3.11 Nilai dan Kategori Intensitas Sakit di Cisantana ... 33

Tabel 3.12 Nilai dan Kategori intensitas sakit di Cipari dan Cileuleuy ... 33

Tabel 3.13 Kategori biaya untuk kesehatan ... 34

Tabel 3.14 Analisis Data untuk Penelitian ... 35

Tabel 4.1 Jumlah Peternak dan Jumlah ternak di Kecamatan Cigugur ... 38

Tabel 4.2 Kepadatan Ternak di Kecamatan Cigugur ... 38

Tabel 4.3 Jumlah Peternak dan Jumlah ternak di Desa Cileuleuy ... 39

Tabel 4.4 Jumlah Peternak dan Jumlah ternak di Desa Cisantana ... 39

Tabel 4.5 Jumlah Peternak dan Jumlah ternak di Desa Cipari ... 39

Tabel 4.6 Data curah hujan Kecamtan Cigugur ... 43

Tabel 4.7 Jumlah Bulan Kering, Bulan Lembab dan Bulan Basah ... 44

Tabel 4.8 Nilai Q dan tipe iklim Schmidth-Ferguson ... 45

Tabel 4.9 Kelas Kemiringan Lereng ... 47

Tabel 4.10 Persebaran jenis tanah di kecamatan Cigugur ... 48

Tabel 4.11 Penggunaan Lahan Kecamatan Cigugur ... 52

Tabel 4.12 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kecamatan Cigugur ... 54

Tabel 4.13 Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin ... 55

Tabel 4.14 Komposisi Penduduk berdasarkan usia ... 56

Tabel 4.15 Komposisi Penduduk berdasarkan mata Pencaharian ... 57

Tabel 4.16 Sarana dan Prasarana di Kecamatan Cigugur ... 58

Tabel 4.17 Kuantitas beberapa komponen yang dibutuhkan dan dihasilkan dari sapi yang dipelihara secara intensif ... 63

Tabel 4.18 Jumlah Methane di 8 Desa/Kelurahan ... 63

Tabel 4.19 Waktu masyarakat mencium bau kotoran ternak ... 64

Tabel 4.20 Jumlah responden yang mencium bau dalam satu waktu ... 65


(11)

Risti Gusyah, 2014

Hubungan kualitas lingkungan dengan tingkat kesehatan masyarakat sekitar usaha peternakan di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 4.22 Nilai intensitas sakit di Cisantana, Cipari dan Cileuleuy ... 67

Tabel 4.23 Nilai dan kategori intensitas sakit di desa cisantana ... 68

Tabel 4.24 Kategori Intensitas sakit di desa cisantana ... 68

Tabel 4.25 Nilai dan Kategori intensitas sakit di Cipari dan Cileuleuy ... 68

Tabel 4.26 Kategori Intensitas Sakit di Cipari dan Cileuleuy ... 69

Tabel 4.27 Jenis Penyakit yang dialami masyarakat selama 1 tahun ... 69

Tabel 4.28 Klasifikasi iklim menurut Schmidth-Ferguson tahun 2013 ... 70

Tabel 4.29 Klasifikasi iklim tahun 2013 di Kecamatan Cigugur ... 70

Tabel 4.30 Jenis dan Jumlah penyakit yang ada di Desa Cisantana tahun 2013 ... 70

Tabel 4.31 Jenis dan Jumlah Penyakit yang ada di Kelurahan Cipari tahun 2013 ... 71

Tabel 4.32 Jenis dan Jumlah Penyakit yang ada di Desa Cileuluey tahun 2013 ... 72

Tabel 4.33 Pelayanan Kesehatan yang sering dikunjungi masyarakat ... 73

Tabel 4.34 Biaya yang dikeluarkan untuk kesehatan dalam satu tahun ... 74

Tabel 4.35 Hubungan Kualitas Lingkungan dengan tingkat kesehatan masyarakat sekitar usaha peternakan ... 75


(12)

Risti Gusyah, 2014

Hubungan kualitas lingkungan dengan tingkat kesehatan masyarakat sekitar usaha peternakan di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR PETA

Peta 3.1 Peta Administratif Kecamatan Cigugur ... 20

Peta 4.1 Sebaran Jumalah Peternak dan Jumlah Ternak di Desa Cileuleuy ... 40

Peta 4.2 Sebaran Jumalah Peternak dan Jumlah Ternak di Desa Cisantana ... 41

Peta 4.3 Sebaran Jumalah Peternak dan Jumlah Ternak di Desa Cipari ... 42

Peta 4.4 Peta Geologi ... 46

Peta 4.5 Peta Kemiringan Lereng ... 49

Peta 4.6 Peta Tanah ... 50

Peta 4.7 Peta Sungai ... 51


(13)

Risti Gusyah, 2014

Hubungan kualitas lingkungan dengan tingkat kesehatan masyarakat sekitar usaha peternakan di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Wawancara untuk Masyarakat

Lampiran 2 Laporan Bulanan Penyakit di Kecamatan Cigugur Lampiran 3 Hasil Uji Laboratorium Kualitas Air Bersih

Lampiran 4 Data Updating Peternakan di Kabupaten Kuningan Tahun 2013 Lampiran 5 Surat Izin Penelitian dari UPI

Lampiran 6 Surat Izin Penelitian dari Kecamatan Cigugur

Lampiran 7 Surat Izin telah melakukan Penelitian di Kecamatan Cigugur Lampiran 8 Dokumentasi di Lapangan


(14)

Risti Gusyah, 2014

Hubungan kualitas lingkungan dengan tingkat kesehatan masyarakat sekitar usaha peternakan di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Perkembangan bidang peternakan akhir-akhir ini semakin menjadi perhatian penting karena adanya program diversifikasi pangan untuk meningkatkan kualitas gizi masyarakat, yang mana dalam kaitan ini peternakan merupakan sumber produksi pangan berkualitas tinggi sehingga permintaan konsumsi masyarakat akan produk peternakan semakin meningkat. Namun seiring perkembangan usaha peternakan akan membawa dampak positif dan negatif bagi lingkungan khususnya manusia. Dampak positif dari adanya usaha peternakan yaitu sebagai mata pencaharian penduduk sekitar, sebagai penghasil protein hewani bagi masyarakat dan tambahan pendapatan bagi masyarakat sedangkan dampak negatif dari adanya usaha peternakan yaitu menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan baik itu pencemaran tanah, air, udara sehingga memberi peluang terhadap menurunnya kesehatan masyarakat menurut juli soemirat dalam kesehatan lingkungan (2011).

Sesuai dengan undang-undang nomor 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, maka setiap usaha disamping mendapatkan keuntungan atau profit hendaknya juga menjaga kelestarian lingkungan dengan meminimalisir timbulnya limbah hingga menjadi produk yang bernilai. Namun pada Kenyataannya di lapangan pelaksanaan undang-undang nomor 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup tidak atau belum sesuai yang diharapkan.


(15)

2

Risti Gusyah, 2014

Hubungan kualitas lingkungan dengan tingkat kesehatan masyarakat sekitar usaha peternakan di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Kabupaten Kuningan memiliki beberapa Kecamatan yang setiap kecamatan memiliki spesialisasi bidang yang menjadi komoditas utama atau memiliki produk unggulan di daerah tersebut. Kecamatan Cigugur khususnya memiliki produk unggulan dalam bidang peternakan. Kecamatan Cigugur terdiri dari lima Desa yaitu Desa Babakanmulya, Cileuleuy, Cisantana, Gunungkeling, Puncak dan lima Kelurahan yaitu Kelurahan Cigadung, Cigugur, Cipari, Sukamulya, Winduherang. Namun, hanya delapan Desa/Kelurahan yang memiliki usaha peternakan yaitu Desa Babakanmulya, Desa Cileuleuy, Desa Gunungkeling, Desa Puncak, Desa Cisantana, Kelurahan Cigadung, Kelurahan Cigugur dan Kelurahan Cipari.

Usaha Peternakan sapi di Kecamatan Cigugur dari tahun ke tahun terus mengalami perkembangan selain karena faktor lokasi yang cocok untuk perkembangan sapi juga karena perternakan sapi menjadi mata pencaharian dan investasi bagi masyarakat. Berikut adalah data mengenai jumlah ternak sapi di Kecamatan Cigugur.

Tabel 1.1 Perkembangan Populasi Sapi Perah di Kecamatan Cigugur Periode 2008-2012

No Komponen Produksi

Tahun

2008 2009 2010 2011 2012

1. Populasi (ekor) 4.958 5.017 6.049 6.448 4.834 2. Produksi (liter) 28.502 868.048 870.097 921.000 25.502

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Kuningan

Dari tabel 1.1 jelas terlihat bahwa secara umum rentang lima tahun usaha peternakan sapi di Kecamatan Cigugur bisa dikatakan meningkat, peningkatan jumlah ternak berpengaruh terhadap produksi susu dan limbah yang dihasilkan setiap tahunnya, populasi sapi terbanyak yaitu pada tahun 2011 dan pada tahun 2012 usaha peternakan sapi mengalami penurunan karena pada tahun 2012 harga pakan tidak sebanding dengan


(16)

3

Risti Gusyah, 2014

Hubungan kualitas lingkungan dengan tingkat kesehatan masyarakat sekitar usaha peternakan di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

produktifitas. Menurut informasi dari Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kuningan pada tahun 2013 dan pada tahun berikutnya, usaha peternakan diprediksi akan mengalami kenaikan jumlah peternak dan jumlah ternak di delapan desa/kelurahan tersebut. Kenaikan jumlah peternak dan jumlah ternak pada tahun 2013 menjadi gambaran akan kenaikan pada tahun berikutnya, berikut adalah data jumlah peternak dan jumlah ternak pada tahun 2013.

Tabel 1.2 Jumlah Peternak dan Jumlah Ternak di Kecamatan Cigugur tahun 2013

No Desa/Kelurahan Jumlah Peternak

(orang)

Jumlah Ternak (ekor)

1 Babakanmulya 27 75

2 Cileuleuy 13 58

3 Cisantana 390 1629

4 Gunungkeling 76 279

5 Puncak 95 253

6 Cigadung 1 6

7 Cigugur 234 1308

8 Cipari 247 1280

1083 4838

Sumber: Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kuningan, 2013

Dari tabel 1.2 Jumlah Peternak tahun 2013 yaitu 1083 orang dengan jumlah ternak 4838 ekor, jumlah Peternak terbanyak yaitu di DesaCisantana sekitar 390 orang dengan jumlah ternak 1629 ekor, jumlah yang demikian berpengaruh terhadap produktifitas dari ternak sapi dan kotoran/limbah ternak yang dihasilkan oleh usaha peternakan sapi tersebut.

Menurut Soehadji (1992) limbah peternakan meliputi semua kotoran yang dihasilkan dari suatu kegiatan usaha peternakan baik berupa limbah padat, cair, gas maupun sisa pakan. Limbah padat merupakan


(17)

4

Risti Gusyah, 2014

Hubungan kualitas lingkungan dengan tingkat kesehatan masyarakat sekitar usaha peternakan di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

semua limbah yang berbentuk padatan atau dalam fase padat (kotoran ternak, ternak yang mati, atau isi perut dari pemotongan ternak). Limbah cair adalah semua limbah yang berbentuk cairan atau dalam fase cairan (air seni atau urine, air dari pencucian alat-alat) yang dapat mencemaari air di pemukiman. Sedangkan limbah gas adalah semua limbah berbentuk gas atau dalam fase gas menimbulkan polusi udara (bau) yang sangat mengganggu masyarakat dan gas metan (CH4) berasal dari proses pencernaan ternak ruminansia menurut Suryadi (2002) semakin tinggi jumlah pemberian pakan kualitas rendah, semakin tinggi produksi metan.

Jumlah Peternak dan Jumlah Ternak berpengaruh terhadap kepadatan ternak di dalam pemukiman karena usaha peternakan di delapan desa tersebut merupakan usaha peternakan rakyat yang sifatnya masih tradisional dimana penempatan kandang masih di area pemukiman, dimana jarak terdekat antara pemukiman dengan kandang sekitar satu meter dan jarak terjauh antara pemukiman dengan kandang sekitar 20 meter. Penempatan kandang di area pemukiman tersebut menimbulkan berbagai dampak baik secara langsung maupun tidak langsung terutama berkaitan dengan lingkungan pemukiman dilihat dari kualitas air dan kualitas udara. Lingkungan yang menjadi tempat tinggal masyarakat merupakan fasilitas dan tempat aktifitas masyarakat bersama menjadi menurun kualitasnya oleh beberapa masyarakat yang memiliki usaha peternakan yang tidak memperhatikan pengolahan limbah.

Menurunnya kualitas lingkungan akan berdampak pada tingkat kesehatan masyarakat menurut Juli Soemirat (2011) dimana lingkungan yang baik akan memberikan daya dukung terhadap kesehatan masyarakat sehingga tingkat kesehatan masyarakat menjadi baik begitupun sebaliknya lingkungan yang buruk berpengaruh terhadap menurunnya tingkat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu untuk mendapatkan lingkungan


(18)

5

Risti Gusyah, 2014

Hubungan kualitas lingkungan dengan tingkat kesehatan masyarakat sekitar usaha peternakan di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

yang baik harus dicari sumber dari penurunan kualitas lingkungan sehingga bisa menghilangkan atau meminimalisir sumber pencemar bagi lingkungan pemukiman karena kondisi tempat tinggal yang nyaman dan sehat merupakan harapan semua warga, terdapat dalam Pasal 28H UUD Tahun 1945 mengamanatkan bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia. Artinya bahwa menjaga lingkungan hidup agar tetap baik dan sehat adalah sebuah kewajiban karena merupakan bagian dari hak asasi setiap warga negara Indonesia.

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Kecamatan Cigugur merupakan Kecamatan yang difokuskan memiliki produk unggulan daerah di bidang peternakan dan menjadi lokasi peternakan terbesar di Kabupaten Kuningan. Namun seperti halnya usaha lainnya, usaha peternakan sapi juga memiliki dampak negatif baik secara langsung mapun tidak langsung yang disebabkan oleh kotoran/limbah yang dihasilkan oleh usaha peternakan sapi. Permasalahan yang terjadi bahwa kegiatan peternakan tersebut menimbulkan berbagai perubahan terhadap kualitas lingkungan dan secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap tingkat kesehatan masyarakat sekitar usaha peternakan sapi.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Dari latar belakang yang telah dipaparkan bahwa inti dari penelitian

ini yaitu “Hubungan Kualitas lingkungan dengan tingkat kesehatan

masyarakat sekitar usaha peternakan di Kecamtan Cigugur Kabupaten Kuningan” Untuk membatasi penelitian maka peneliti membuat rumusan sebagai berikut:


(19)

6

Risti Gusyah, 2014

Hubungan kualitas lingkungan dengan tingkat kesehatan masyarakat sekitar usaha peternakan di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1. Bagaimana Kualitas Lingkungan sekitar usaha peternakan sapi di Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan?

2. Bagaimana Tingkat Kesehatan masyarakat sekitar usaha peternakan sapi di Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan?

3. Bagaimana hubungan kualitas lingkungan sekitar usaha peternakan sapi dengan tingkat kesehatan masyarakat di Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian diambil dari rumusan masalah yang menjadi fokus penelitian, tujuan penelitian yaitu:

1. Menganalisis Kualitas Lingkungan sekitar usaha peternakan sapi di Kecamatan Cigugur.

2. Mengidentifikasi tingkat kesehatan masyarakat sekitar usaha peternakan sapi di Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan.

3. Menganalisis hubungan kualitas lingkungan sekitar usaha peternakan sapi dengan tingkat kesehatan masyarakat di Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat memberikan masukan kepada semua pihak yang berhubungan dengan Kualitas lingkungan di sekitar usaha peternakan yang sangat berperan penting dalam menentukan kualitas manusia yang berada di Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan.

1. Bagi akademisi dan peneliti untuk menambah Informasi terhadap Kualitas lingkungan dan tingkat kesehatan masyarakat sekitar usaha


(20)

7

Risti Gusyah, 2014

Hubungan kualitas lingkungan dengan tingkat kesehatan masyarakat sekitar usaha peternakan di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

peternakan sapi di Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan dan dapat menjadi sumber data untuk peneliti laninnya.

2. Bagi pemerintah Kota Kuningan agar turut memperhatikan kualitas lingkungan dan tingakat kesehatan masyarakat sekitar usaha peternakan sapi dan sebagai bahan masukan untuk pertimbangan kebijakan agar dapat meminimalisir dampak negatif terhadap lingkungan akibat adanya usaha peternakan sapi.

3. Bagi Swasta (Pengusaha Peternakan) untuk bahan informasi bagi pihak pengusaha agar mampu mengatasi limbah usaha peternakan untuk mengurangi pencemaran lingkungan dan sebagai bahan pertimbangan program kepedulian oleh peternak terhadap lingkungan akibat dari adanya usaha perternakan.

F. Struktur Organisasi Skripsi

BAB I PENDAHULUAN

Bab I menguraikan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi oprasional serta struktur organisasi skripsi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bab II menguraikan berbagai teori yang terkait dengan permasalahan yang dibahas, yang meliputi kualitas lingkungan, indikator kualitas lingkungan, tingkat kesehatan masyarkat, indikator kesehatan masyarkat dan pengaruh kualitas lingkungan terhadap kesehatan masyarakat.

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

Bab III menjelaskan mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan kegiatan, teknis/cara yang ditempuh dalam suatu penelitian. Kaitannya dengan hal tersebut, pada bab ini


(21)

8

Risti Gusyah, 2014

Hubungan kualitas lingkungan dengan tingkat kesehatan masyarakat sekitar usaha peternakan di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

menguraikan mengenai lokasi penelitian, metode penelitian, variabel penelitian, instrumen penelitian, teknik pengolahan data dan analisis data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab IV membahas mengenai pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan penemuan yang berkaitan dengan kondisi di lingkungan peternakan dilihat dari kualitas lingkungan dan tingkat kesehatan masyarakat.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab V berupa penyajian dan pemaknaan peneliti terhadap hasil dari analisis penemuan penelitian dan saran yang diberikan berdasarkan hasil penelitian.


(22)

Risti Gusyah, 2014

Hubungan kualitas lingkungan dengan tingkat kesehatan masyarakat sekitar usaha peternakan di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Cigugur yang luasnya 3.536,56 Ha terdiri dari 5 Desa dan 5 Kelurahan yaitu Desa Gunung Keling, Desa Cisantana, Desa Cileuleuy, Desa Babakanmulya, Desa Puncak, Kelurahan Cigadung, Kelurahan Cigugur, Kelurahan Cipari, Kelurahan Sukamulya, dan Kelurahan Winduherang. Lokasi ini dipilih dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Cigugur merupakan daerah yang difokuskan dalam usaha peternakan di Kabupaten Kuningan. Berikut adalah Luas Desa dan Kelurahan yang ada di Kecamatan Cigugur.

Tabel 3.1 Luas Desa dan Kelurahan di Kecamatan Cigugur

No Desa/Kelurahan Luas Daerah

1 Cileuleuy 2,67 km2

2 Babakanmulya 2,64 km2

3 Cigadung 2,26 km2

4 Gunungkeling 2,1 km2

5 Puncak 3,51 km2

6 Cigugur 4,73 km2

7 Cipari 0,9 km2

8 Cisantana 7,54 km2

Sumber: Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kuningan, 2012

Secara administratif batas-batas Kecamatan Cigugur adalah sebagai berikut:

1. Sebelah utara : Kecamatan Kramatmulya 2. Sebelah selatan : Kecamatan Darma 3. Sebelah timur : Kecamatan Kuningan 4. Sebelah barat : Kecamatan Kadugede


(23)

20

Risti Gusyah, 2014

Hubungan kualitas lingkungan dengan tingkat kesehatan masyarakat sekitar usaha peternakan di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Kecamatan Cigugur memiliki luas wilayah 27,77 km2 dengan 1293,8 ha lahan sawah dan 1149,52 ha lahan kering Sehingga mayoritas penduduk Kecamatan Cigugur bermatapencaharian sebagai petani dan peternak.


(24)

21

Risti Gusyah, 2014

Hubungan kualitas lingkungan dengan tingkat kesehatan masyarakat sekitar usaha peternakan di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu


(25)

22

Risti Gusyah, 2014

Hubungan kualitas lingkungan dengan tingkat kesehatan masyarakat sekitar usaha peternakan di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu B. Metode Penelitian

Metode adalah cara yang digunakan untuk memperoleh, mengumpulkan dan menganalisis data penelitian. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode deskriptif-kuantitatif. Metode ini digunakan untuk memaparkan kondisi dari lingkungan dan hubungannya dengan tingkat kesehatan masyarakat di sekitar usaha peternakan. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh, menggali informasi dan menghitung data mengenai keadaan tingkat kesehatan masyarakat di sekitar usaha peternakan. Pelaksanaan metode ini tidak hanya terbatas pada pengumpulan dan penyusunan data saja, akan tetapi meliputi analisis dan interpretasi data. Hal ini sesuai dengan pernyataan Koentjaraningrat (1991:120) sebagai berikut:

“Metode deskriptif adalah metode penilaian bersifat deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan secara tepat sifat-sifat individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu atau untuk menentukan frekuensi adanya hubungan tertentu suatu gejala dengan gejala lain dalam masyarakat.”

Dalam penelitian ini peneliti menggunkan metode deskriptif untuk dapat mengungkapkan pengaruh kualitas lingkungan di sekitar usaha peternakan terhadap tingkat kesehatan masyarakat di Kecamatan Cigugur. Metode deskriptif kualitatif dianggap cocok untuk memaparkan kualitas lingkungan dan tingkat kesehatan masyarakat di Kecamatan Cigugur.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Menurut Sumaatmadja (1988:112) menyatakan populasi adalah keseluruhan gejala, individu, kasus dan masalah yang akan kita teliti, yang ada di daerah penelitian menjadi objek penelitian geografi. Dalam penelitian ini peneliti mengambil populasi yaitu :


(26)

23

Risti Gusyah, 2014

Hubungan kualitas lingkungan dengan tingkat kesehatan masyarakat sekitar usaha peternakan di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1. Populasi wilayah meliputi seluruh lahan pemukiman di Kecamatan Cigugur yang terdiri dari Desa dan Kelurahan sebagai berikut:

Tabel 3.2 Kepadatan ternak di Desa/Kelurahan yang memiliki ternak sapi

No Desa/Kelurahan Luas Daerah Jumlah Ternak Sapi

Kepadatan ternak/km2

1 Cileuleuy 2,67 km2 58 22

2 Babakanmulya 2,64 km2 75 28

3 Cigadung 2,26 km2 6 3

4 Gunungkeling 2,1 km2 279 133

5 Puncak 3,51 km2 253 73

6 Cigugur 4,73 km2 1307 276

7 Cipari 0,9 km2 1229 1366

8 Cisantana 7,54 km2 1627 216

Sumber: Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kuningan, 2013

2. Populasi penduduk adalah seluruh masyarakat yang tinggal di Kecamatan Cigugur terdiri dari 13,054 kk terdiri dari 44,227 jiwa.

2. Sampel

Menurut Pabundu Tika (2005:35) sampel adalah sebagian dari objek atau individu-individu yang mewakili suatu populasi. Sedangkan menurut sumaatmadja (1988:112) adalah bagian dari populasi (cuplikan, contoh) yang mewakili populasi yang bersangkutan. Dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel yaitu :

Metode pengambilan sampel dilakukan secara simple random sampling. Metode ini dilakukan karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan karena anggota populasi dianggap homogen. Dalam penelitian ini digunakan sampel wilayah dan sampel manusia.


(27)

24

Risti Gusyah, 2014

Hubungan kualitas lingkungan dengan tingkat kesehatan masyarakat sekitar usaha peternakan di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Dalam penelitian ini daerah yang dijadikan sampel yaitu di dapat dari peta administratif yang dioverlay dengan Penggunaan lahan yang dapat di lihat di gambar 1.2 (Peta Penggunaan Lahan). Sampel yang diambil dalam penelitian ini berdasarkan luas lahan pemukiman di Kecamatan Cigugur karena penelitian ini membahas tingkat kesehatan masyarakat di sekitar usaha peternakan. Berdasarkan data luas lahan pemukiman yang terdapat di Kecamatan Cigugur dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.3 Luas wilayah Desa/Kelurahan di Kecamatan Cigugur No Desa/Keluraham

Luas Daerah

(km2)

Luas Pemukiman (Ha) Jumlah ternak sapi Kepadatan ternak/km2

1 Cileuleuy 2,67 8,6 58 22

2 Babakanmulya 2,64 15,76 75 28

3 Cigadung 2,26 122,5 6 3

4 Gunungkeling 2,1 1,96 279 133

5 Puncak 3,51 12,30 253 73

6 Cigugur 4,73 97,28 1307 276

7 Cipari 0,9 126,9 1229 1366

8 Cisantana 7,54 74,47 1627 216

Sumber: Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kuningan, 2013 Pada tabel 3.3 terlihat kepadatan ternak di setiap desa/kelurahan bervareasi, daerah yang memiliki kepadatan ternak/km2 tertinggi yaitu desa cisantana sekitar 1627/km2 dan daerah yang memiliki kepadatan ternak/km2 yaitu Kelurahan Cigadung sekitar 3/km2.

Untuk memudahkan pengambilan sampel maka data tersebut diklasifikasikan berdasarkan luas pemukiman (Ha) hal ini dilakuakan karena lokasi penempatan kandang berada di dalam area pemukiman, dengan klasifikasi sempit, sedang dan luas yang dapat dilihat dari tabel 3.2 sebagai berikut:

Tabel 3.4 Klasifikasi Luas wilayah pemukiman di Kecamatan Cigugur Luas Tanah Pemukiman (Ha) Klasifikasi


(28)

25

Risti Gusyah, 2014

Hubungan kualitas lingkungan dengan tingkat kesehatan masyarakat sekitar usaha peternakan di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

43,62 – 85,27 Sedang

85,28 – 126,93 Luas

Sumber: Peneliti

Dapat dilihat dari tebel 3.4 wilayah yang mempunyai luas tanah pemukiman 1,96 – 43,61 Ha termasuk ke dalam wilayah dengan klasifikasi sempit. Wilayah yang mempunyai luas tanah pemukiman 43,62

– 85,27 Ha termasuk ke dalam wilayah dengan klasifikasi sedang dan Wilayah yang mempunyai luas tanah pemukiman 85,28 – 126,93 Ha termasuk ke dalam wilayah dengan klasifikasi luas. Desa/Kelurahan yang memiliki klasifikasi sempit, sedang dan luas dapat dilihat pada tabel 3.5 sebagai berikut:

Tabel 3.5 Klasifikasi luas daerah dan kepadatan ternak No Klasifikasi

Luas Daerah Desa/Kelurahan

Kepadatan ternak/Ha

1 Sempit Babakanmulya

Cileuleuy Gunungkeling Puncak 28 22 133 73

2 Sedang Cisantana 216

3 Luas Cigadung

Cigugur Cipari

3 276 1366

Sumber : Peneliti

Berdasarkan data luas daerah dan jumlah ternak sapi yang ada di Kecamatan Cigugur maka dipilih sampel wilayah dengan menggunkan penarikan sampel acak berstrata (stratified random sampling) maka dipilih sampel wilayah yang terdapat di cisantana, cipari dan cileuleuy pemilihan sampel ini disebabkan karena di ke tiga desa/kelurahan tersebut dianggap mewakili wilayah di Kecamatan Cigugur yang memiliki usaha peternakan sapi yang berada di wilayah pemukiman.

b) Sampel Manusia

Dalam penelitian ini ditentukan sampel manusia yang nantinya menjadi responden, karena yang terkena dampak langsung terhadap


(29)

26

Risti Gusyah, 2014

Hubungan kualitas lingkungan dengan tingkat kesehatan masyarakat sekitar usaha peternakan di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

kesehatan dari adanya usaha peternakan sapi adalah masyarakat tersebut makan penelitian ini mengambil sampel manusia yang ditemtukan berdasarkan rumus yang dikemukakan oleh (Dixon dan B Leach dalam Moh. Pabundu Tika, 2005:35) yaitu sebagai berikut:

a. Menentukan persentase Karakteristik (P)

b. Menentukan Variabilitas (V)

Keterangan:

P = Persentase karakteristik sampel yang dianggap benar C = Confident limit/batas kepercayaan (%)

√ √

c. Menentukan Jumlah Sampel (n)

[ ]

Keterangan: n = Jumlah Sampel

Z = Confidence level, nilai confidence level 95% adalah 1,96% V = Variabel yang dapat diperoleh


(30)

27

Risti Gusyah, 2014

Hubungan kualitas lingkungan dengan tingkat kesehatan masyarakat sekitar usaha peternakan di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

C = Confident limit/batas kepercayaan (%) dalam penelitian diambil 10%

[ ]

[ ]

[ ]

,03

d. Menentukan Jumlah Sampel yang dikoreksi dengan rumus:

Keterangan:

n1 = Jumlah sampel yang telah dikoreksi (dibetulkan) n = Jumlah sampel yang dihitung berdasarkan rumus (I) N = Jumlah populasi (kepala keluarga)

Karena populasinya merupakan jumlah penduduk sehingga untuk memudahkan menentukan sampelnya maka angka tersebut dibulatkan menjadi 80 sampel (responden). Untuk lebih jelasnya dapat dihitung dalam perhitungan berikut:

1. Desa/Kelurahan Cisantana jumlah 1892 KK, sehingga persentasenya sebagai berikut:


(31)

28

Risti Gusyah, 2014

Hubungan kualitas lingkungan dengan tingkat kesehatan masyarakat sekitar usaha peternakan di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Jadi sampel penduduknya adalah 36

2. Desa/Kelurahan Cipari jumlah 1144 KK, sehingga persentasenya sebagai berikut:

Jadi sampel penduduknya adalah 22

3. Desa/Kelurahan Cileuleuy jumlah 1162 KK, sehingga persentasenya sebagai berikut:

Jadi sampel penduduknya adalah 22, Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 3.6 Jumlah sampel Penelitian

No Nama Desa/Kelurahan Jumlah KK Jumlah Sampel

1 Cisantana 1892 36

2 Cileuleuy 1162 22

3 Cipari 1144 22

4198 80

Sumber: Peneliti

D. Variabel Penelitian

Menurut Kidder (dalam Sugiono 2012:3) Variabel adalah suatu kualitas (qualities) dimana peneliti mempelajari dan menarik kesimpulan darinya. Biasanya dalam penelitian terdapat dua macam variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas (Independent variabel) adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependent. Variabel antara (Intervening variabel) adalah variabel yang menjadi penghubung


(32)

29

Risti Gusyah, 2014

Hubungan kualitas lingkungan dengan tingkat kesehatan masyarakat sekitar usaha peternakan di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

antara variabel bebas dan terikat. Variabel terikat (Dependent variabel) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat dari adanya variabel bebas. Berikut adalah Variabel Penelitian yang diuraikan oleh peneliti.

Tabel 3.7 Variabel Penelitian Kualitas Lingkungan sekitar usaha peternakan di Kecamatan Cigugur

Variabel Bebas Variabel Antara Variabel Terikat

Usaha Peternakan Kualitas Lingkungan Tingkat kesehatan masyarakat

E. Alat dan Bahan 1. Alat :

1. Alat Tulis untuk mencatat hasil dari penelitian.

2. Kamera digunakan untuk mendokumentasikan berbagai objek di lokasi penelitian.

3. Laptop untuk mengolah data, baik itu data fisik maupun data sosial

2. Bahan:

a) Peta Topografi Lembar 1309 – 122 Kuningan, Skala 1 : 25.000 b) Peta Rupa Bumi Lembar 1309 – 122 Kuningan, Skala 1 : 25.000 c) Peta Geologi Lembar Arjawinangun skala 1:100.000

d) Pedoman wawancara untuk mengetahui data fisik dan sosial di lapangan dan instansi terkait

F. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder.


(33)

30

Risti Gusyah, 2014

Hubungan kualitas lingkungan dengan tingkat kesehatan masyarakat sekitar usaha peternakan di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1. Data Primer, merupakan data langsung yang diperoleh dari lapangan dengan cara :

a) Observasi

Observasi yaitu pengambilan data yang dilakukan melalui pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti.

b) Wawancara

Wawancara berupa kuesioner pada responden dilakukan dengan menggunkana item-item yang akan ditentukan dalam pedoman wawancara mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penelitian. Mengenai; kesehatan masyarakat, masyarakat tentang lingkungan dan kebijakan pemerintah terkait penanganan limbah dan bantuan. 2. Data Sekunder, merupakan data yang diperoleh dari instansi-instansi

terkait, melalui :

a) Studi Dokumentasi

Studi ini dilakukan untuk mencari data mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penelitian berupa catatan, transkrip, atau agenda yang berhubungan dengan daerah penelitian.

b) Studi Literatur

Studi literatur dimaksudkan untuk mendapatkan sejumlah teori dan konsep-konsep yang berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi dengan jalan mempelajari jurnal, makalah, skripsi dan buku-buku yang relevan.

c) Studi Pustaka

Studi pustaka adalah suatu teknik untuk mendapatkan data teoritis melalui kepustakaan, bertujuan untuk memperoleh data dari berbagai buku untuk menunjang masalah penelitian, terutama menyangkut pengaruh kualitas lingkungan terhadap tingkat kesehatan masyarakat.


(34)

31

Risti Gusyah, 2014

Hubungan kualitas lingkungan dengan tingkat kesehatan masyarakat sekitar usaha peternakan di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu G. Definisi Oprasional

Judul Penelitian ini adalah “Hubungan Kualitas Lingkungan dengan Tingkat Kesehatan Masyarakat Sekitar Usaha Peternakan di Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan”. Agar terjadi keselarasan dalam penafsiran, berikut akan diuraikan mengenai beberapa istilah yang terdapat dalam judul.

1. Kualitas Lingkungan

Kualitas Lingkungan menurut Budiyanto diartikan sebagai keadaan lingkungan yang dapat memberikan daya dukung yang optimal bagi kelangsungan hidup manusia di suatu wilayah. Kualitas lingkungan itu dicirikan antara lain dari suasana yang membuat orang betah/kerasan tinggal ditempatnya sendiri. Kualitas lingkungan dilihat dari indikator yaitu kualitas air dan kualitas udara.

2. Tingkat Kesehatan Masyarakat

Dalam teori simpul (Achmadi, 1987; 2005; 2012) diskusi kesehatan masyarakat yakni penyakit sebagai hasil akhir hubungan interaksi manusia dengan lingkungannya. Hubungan manusia dengan genomic statusnya, manakala berinteraksi dengan lingkungan akan menghasilkan kondisi sehat atau kondisi sakit.

Indikator tingkat kesehatan masyarakat dilihat dari; Intensitas Sakit, Jenis Penyakit, Waktu terjadinya sakit, Biaya yang dikeluarkan untuk kesehatan dan Jenis Pelayanan Kesehatan yang dipilih oleh masyarakat.

H. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data, meliputi tahap-tahap sebagai berikut; a) Editing data


(35)

32

Risti Gusyah, 2014

Hubungan kualitas lingkungan dengan tingkat kesehatan masyarakat sekitar usaha peternakan di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Editing data adalah penelitian kembali data yang telah dikumpulkan dengan menilai apakah data yang telah dikumpulkan tersebut cukup baik atau relevan untuk diproses atau diolah lebih lanjut.

2. Coding dan Frekuensi

Coding adalah usaha untuk pengklasifikasian jawaban dari responden menurut macamnya.

3. Tabulasi

Tabulasi adalah proses penyususnan dan analisis data dalam bentuk tabel.

4. Skoring

skoring merupakan langkah dalam proses penentuan skor atas setiap jawaban dari setiap responden.

5. Interpretasi data

Interpretasi data dilakukan dalam rangka mendeskripsikan data yang telah diperoleh yang telah melalui beberapa tahap seperti tahap editing, coding, scoring utuk akhirnya di tabulasikan dan di analisis terhadap data dan informasi yang terdapat pada responden yang dijadikan sampel.

I. Analisis Data

Menurut Sumaatmadja (1988) dalam Al-Gifari (2011:38) analisis data merupakan pengolahan dan interpretasi data untuk menguji kebenaran hipotesis dan untuk menarik kesimpulan hasil penelitian.

Teknik analisis data yaitu suatu teknik yang digunakan untuk menganalisis data yang telah terhimpun sehingga menghasilkan sebuah kesimpulan. Tahap ini diawali dengan menginventarisasikan data yang telah terkumpul, kemudian data tersebut diidentifi, klasifikasi dan analisa, lalu akan memperoleh sebuah kesimpulan.


(36)

33

Risti Gusyah, 2014

Hubungan kualitas lingkungan dengan tingkat kesehatan masyarakat sekitar usaha peternakan di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Dalam penelitian kualitas lingkungan sekitar usaha peternakan di Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan, yang difokuskan dalam penelitian kualitas lingkungan dan tingkat kesehatan masyarakat, berikut analisis yang dilakukan oleh peneliti sesuai dengan rumusan maslah di bab sebelumnya:

1. Analisis Kualitas Lingkungan

a) Analisis Kualitas Air Bersih

Untuk analisis kualitas air bersih peneliti menggunakan analisis laboratorium sesuai dengan PERMENKES RI No. 416/Menkes/Per/ IX/90 dan analisis dari hasil wawancara dengan penduduk sekitar usaha peternakan untuk kualitas udara dilingkungan pemukiman b) Analisis Kualitas Udara

Peneliti tidak mendapatkan data sekunder mengenai kualitas udara terutama kualitas udara di sekitar usaha peternakan, untuk itu peneliti mengacu kepada teori yang dikemukakan oleh Dr. Ir. Muladro MSA (dalam Jurnal dampak sub sektor peternakan sapi terhadap lingkungan) Berdasarkan jumlah pakan yang dikonsumsi oleh setiap ekor sapi, jumlah manure yang dihasilkan berkisar antara 10-30 kg untuk sapi potong dan berkisar antara 40-60 kg untuk sapi perah. Di bawah ini disajikan kuantitas yang dihasilkan pada pemeliharaan sapi potong dan sapi perah secara intensif.

Tabel 3.8 Kuantitas beberapa komponen yang dibutuhkan oleh dan dihasilkan dari sapi yang dipelihara secara intensif.

Komponen Jenis Ternak

Sapi Potong Sapi Perah

Kisaran berat badan sapi 250 – 500 kg/ekor 500 – 650 kg/ekor Lama Pemeliharaan 100-180 hari Tergantung masa laktasi Pakan yang diberikan 8 – 16 kg/ekor/hari 15 – 25 kg/ekor/hari Air yang diperlukan 40 – 120 liter/ekor/hari 60 – 320 liter/ekor/hari


(37)

34

Risti Gusyah, 2014

Hubungan kualitas lingkungan dengan tingkat kesehatan masyarakat sekitar usaha peternakan di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Manure ang dihasilkan 10 – 30 kg/ekor/hari 40 – 60 kg/ekor/hari Gas Methane 0,25 m3/ekor/hari 0,25 m3/ekor/hari

Sumber: Dampak pembangunan sub sektor peternakan sapi terhadap Lingkungan 2010 Dari angka-angka yang tampak pada Tabel 3.8 tersebut, kita dapat menghitung secara gampang kuantitas manure yang dihasilkan per hari, apabila jumlah ternak yang dipelihara sangat besar, maka masalah lingkungan yang ditimbulkan oleh kotoran ternak yang dihasilkan juga sangat besar, selain mengetahui jumlah methane dalam kotoran sapi berikut dapat diketahui pula kandunga organik dan anorganik yang terdapat dalam kandungan feses sapi terutama saat dalam keadaan basah.

Tabel 3.9Komposisi fases yang dihasilkan (dalam keadan basah) pada ternak sapi

Komponen Jenis Ternak

Sapi Potong Sapi Perah

Bahan Kering 9,9 8,1

Bahan Organik 7,6 5,9

Total Carbon 4,8 2,8

Total Nitrogen 0,62 0,35

N-NH4 0,34 0,18

P2O5 0,39 0,17

K2O 0,65 0,51

CaO 0,29 0,21

MgO 0,13 0,07

Na2O 0,07 0,07

Rasio C:N 7,7 8

PH 7,7 7,6

Sumber: Dampak pembangunan sub sektor peternakan sapi terhadap Lingkungan 2010

2. Analisis tingkat kesehatan masyarakat

a) Intensitas Sakit

Untuk analisis tingkat kesehatan masyarakat dilakukan dengan menganalisis intensitas sakit untuk mengetahui tingkat kesehatan masyarakat di lingkungan tersebut, dimana semakin sering masyarakat sakit setiap satu tahun terakhir, maka nilai/bobot yang diberikan besar


(38)

35

Risti Gusyah, 2014

Hubungan kualitas lingkungan dengan tingkat kesehatan masyarakat sekitar usaha peternakan di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

begitupun sebaliknya masyarakat yang mengalami sakit jarang atau bahkan tidak sakit selama satu tahun terakhir maka akan diberikan nilai/bobot kecil. Berikut adalah analisis penilaian/pembobotan mengenai tingkat kesehatan masyarakat:

Tabel 3. 10 Nilai intensitas sakit di Cisantana, Cipari dan Cileuleuy

No Intensitas Sakit Nilai/Bobot

1 1 kali/tahun 1

2 2 kali/tahun 2

3 3 kali/tahun 3

4 4 kali/tahun 4

Sumber:Peneliti

Dari Tabel 3.10 mengenai intensitas sakit diberi nilai dari 1 – 4, Sehingga semakin besar nilai dari intensitas sakit, maka semakin buruk tingkat kesehatan masyarakat di Desa/Kelurahan tersebut begitu pula semakin kecil nilai yang dihaslkan maka semakin baik tingkat kesehatan masyarakat di lokasi penelitian, sesuai dengan jumlah sampel yang telah dihitung menggunakan rumus Dixon dan B Leach (dalam Moh. Pabundu Tika, 2005:35), Desa Cisantana memiliki sampel 36 respondeng lebih banyak dibandingkan dengan Desa Cileuleuy dan Kelurahan Cipari, untuk itu kategori yang diberikan pun berbeda sesuai dari hasil hitung jumlah responden, berikut adalah kategori tingkat kesehatan masyarakat di Desa Cisantana

Tabel 3.11 Nilai dan Kategori Intensitas Sakit di Cisantana Nilai Intensitas Sakit Kategori

36 – 63 Baik

64 – 91 Sedang

92 – 119 Parah

> 120 Sangat Parah


(39)

36

Risti Gusyah, 2014

Hubungan kualitas lingkungan dengan tingkat kesehatan masyarakat sekitar usaha peternakan di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Dari tabel 3.11 mengenai nilai dan kategori intensitas sakit di cisantana yaitu hasil dari penjumlahan responden yang mengalami sakit selama 1 tahun terakhir dikategorikan seperti tabel 3. sehingga dapat diketahui masuk kedalam kategrori mana desa cisantana dalam intensitas sakit. Sesuai Dixon dan B Leach (dalam Moh. Pabundu Tika, 2005:35) Kelurahan cipari dan desa cileuleuy memiliki sampel 22 responden, berikut adalah kategori tingkat kesehatan masyarakat di tersebut:

Tabel 3.12 Nilai dan Kategori intensitas sakit di Cipari dan Cileuleuy Nilai Intensitas Sakit Kategori

22 – 38 Baik

39 – 55 Sedang

56 – 72 Parah

> 73 Sangat Parah

Sumber: Peneliti

Dari tabel 3.12 mengenai nilai dan kategori intensitas sakit di cipari dan cileuleut yaitu hasil dari penjumlahan responden yang mengalami sakit dalam satu tahun terakhir dikategorikan seperti tabel 3.12 sehingga dapat diketahui masuk kedalam kategrori mana kelurahan cipari dan desa cileuleuy dalam intensitas sakit yang dapat menunjukan tingkat kesehatan masyarakat tersebut.

b) Jenis Penyakit

Untuk menganalisis jenis penyakit, dilihat dari data hasil wawancara dan data laporan bulanan penyakit dari puskesmas sukamulya yang terdiri dari pilihan penyakit yang bisa diakibatkan oleh faktor lingkungan yaitu ISPA, Gatal-gatal, Pencernaan dan DBD/Malaria.

c) Waktu terjadinya sakit

Untuk menganalisis waktu terjadinya sakit dilihat dari jenis penyakit yang ada di lokasi penelitian sesuai dengan laporan bulanan penyakit dari puskesmas sukamulya, kemudian dilihat penyakit tertinggi


(40)

37

Risti Gusyah, 2014

Hubungan kualitas lingkungan dengan tingkat kesehatan masyarakat sekitar usaha peternakan di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

yang dialami terdapat pada bulan kering, bulan basah atau bulan lembab sesuai dengan klasifikasi iklim schmidt-ferguson tahun 2013.

d) Pelayanan Kesehatan yang sering dikunjungi

Untuk menganalisis pelayanan kesehatan yang sering dikunjungi baik itu untuk upaya pencegahan maupun pengobatan dilihat dari hasil wawancara dengan responden. Pelayanan kesehatan tersebut terdiri dari Puskesmas, Dokter, Bidan/Mantri dan Rumah Sakit.

e) Biaya yang dikeluarkan untuk kesehatan

Untuk menganalisis biaya yang dikeluarkan untuk kesehatan baikk dalam upaya pencegahan maupun pengobatan dilihat dari hasil wawancara dengan responden. Biaya tersebut memeiliki kategori sebagai berikut:

Tabel 3.13 Kategori biaya untuk kesehatan No Biaya Kesehatan Kategori

1 < 50 rb Rendah

2 50 – 100 rb Sedang

3 100 – 200 rb Tinggi

4 > 200 rb Sangat tinggi

Sumebr : Peneliti

Dari Tabel 3.13 dari hasil wawancara bahwa responden akan di kategorikan masuk ke dalam kategori rendah, sedang, tinggi atau sangat tinggi untuk biaya kesehatan selama satu tahun terakhir.

Dalam Peneitian ini metode deskriptif dianggap dapat menganalisis penelitian mengenai kualitas lingkungan dan tingkat kesehatan masyarakat, berikut adalah tabel 3.14 mengenai gambaran analisis data secara umum.

Tabel 3.14 Analisis Data untuk Penelitian No Tujuan

Penelitian Sumber Data Hal yang diteliti

Metode Analisis Data

1 Menganalisis

Kualitas Lingkungan

Observasi Lapangan dan data sekunder dari dinas terkait

a. Kualitas Air b. Kualitas Udara

Uji

Laboratorium Analisis


(41)

38

Risti Gusyah, 2014

Hubungan kualitas lingkungan dengan tingkat kesehatan masyarakat sekitar usaha peternakan di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu sekitar usaha

peternakan di Kecamatan Cigugur.

deskriptif kualitatif

2 Mengidentifik

asi tingkat kesehatan masyarakat di sekitar usaha peternakan di Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan.

Observasi Lapangan dan data sekunder dari dinas terkait dan Wawancara dengan media kuesioner kepada masyarakat yang

menjadi responden

dalam penelitian.

a.Intensias sakit b.Jenis Penyakit yang

sering terjadi pada masyaraka

c.Waktu terjadinya

penyakit pada

masyarakat d.Pelayanan

Kesehatan yang sering dikunjungi

e.Biaya yang

dikeluarkan untuk kesehatan

Analisis deskriptif Kualitatif

3 Menganalisis

Hubungan tingkat kesehatan masyarakat dengan usaha peternakan

Observasi Lapangan dan data sekunder dari dinas terkait dan Wawancara dengan media kuesioner kepada masyarakat yang

menjadi responden

dalam penelitian.

a. Kondisi di lokasi Penelitian dengan tingkat kesehatan masyarakat

Analisis deskriptif Kualitatif


(42)

39

Risti Gusyah, 2014

Hubungan kualitas lingkungan dengan tingkat kesehatan masyarakat sekitar usaha peternakan di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Kerangka Pemikiran

Usaha Peterakan

Dampak

Kualitas

Lingkungan

Kesehatan

Masyarakat

Air

Udara


(43)

Risti Gusyah, 2014

Hubungan kualitas lingkungan dengan tingkat kesehatan masyarakat sekitar usaha peternakan di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Dari pembahasan pada bab sebelumnya, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Mata Pencaharian penduduk sebagai peternak sekitar 13,2% tertinggi kedua setelah mata pencaharian sebagai petani sekitar 47,5%. Luas lahan yang digunakan untuk kegiatan berternak sesuai dengan tanah atau pekarangan yang dimiliki peternak. Peternak di Kecamatan masih bersifat tradisional bisa dilihat dari penempatan kandang yang umumnya ditempatkan di dalam pemukiman yaitu di lahan atau pekarangan pemilik ternak dengan jarak minimal satu meter dan maksimal 20 meter dari rumah peternak. Berasarkan hasil Penelitian di Laboratorium Lingkungan dan Laboratorium Klinik Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan didapat hasil mengenai kualitas air bersih di tiga Desa/Kelurahan yang dijadikan sampel yaitu di Desa Cisantana memiliki kualitas air yang sudah tidak memenuhi syarat sebagai air bersih karena mengandung 2400 JPT Bakteri Coliform/100 ml melebihi syarat yang diperbolehkan oleh WHO yaitu 10 JPT Bakteri Coliform/100 ml. Desa Cileuleuy memiliki kualitas air yang masih memenuhi syarat sebagai air besih karena tidak melebihi syarat yang diperbolehkan oleh WHO yaitu memiliki jumlah bakteri dalam air 9 JPT Bakteri Coliform/100ml. Dan Desa Cipari masih memenihi syarat sebagai air bersih karena tidak memiliki kandungan bakteri dalam air. Kualitas Udara dilihat dari jumlah gas methane di Desa Cisantana sekitar 407,25 m3(33,6%), di Kelurahan Cipari sekitar 320 m3 (26,5%)


(44)

Risti Gusyah, 2014

Hubungan kualitas lingkungan dengan tingkat kesehatan masyarakat sekitar usaha peternakan di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

serta Desa Cileuleuy sekitar 14,5m3(1,2%) dan berdasarkan hasil wawancara masyarakat yang tinggal di dekat kandang mengenai kondisi udara, didapatkan hasil bahwa masyarakat sering mencium bau kotoran atau pakan ternak pada waktu pagi hari dan sore hari, karena pada waktu tersebut para peternak mulai melakukan aktifitasnya yaitu memerah sapi yang sebelumnya para peternak membersihkan kandang dari kotoran dan pakan yang tersisa. Selain waktu tersebut yaitu siang dan malam hari hanya tercium oleh masyarkat yang memiliki jarak tempat tinggal dengan kandang sekitar > 5 meter. Dan kondisi terparah saat musim hujan karena air dapat mengalirkan kotoran ke lingkungan rumah terutama yang memiliki tempat tinggal di atas kandang ternak. 2. Tingkat kesehatan Masyarakat dilihat dari Intensitas sakitnya yaitu di

Desa Cisantana mendapatkan nilai 85 termasuk dalam kategori tingkat kesehatan masyarakat yang cukup baik(sedang), Desa Cileuleuy mendapatkan nilai 52 termasuk dalam kategori tingkat kesehatan masyarakat yang cukup baik(sedang) dan Kelurahan Cipari mendapatkan nilai 52 termasuk dalam kategori tingkat kesehatan masyarakat yang cukup baik(sedang) sehingga ketiganya masuk kedalam kategori tingkat kesehatan yang cukup baik(sedang) dilihat dari intensitas sakit yang masih dalam kadar normal. Jenis Penyakit yang dialami masyarakat di ketiga desa terbanyak yaitu penyakit Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) sekitar 68 responden, dan penyakit yang paling sedikit yaitu DBD/Malaria sekitar dua orang yaitu di Desa Cisantana. Jenis Penyakit gatal-gatal dialami oleh 12 orang dan penyakit pencernaan dialami oleh 19 orang. Jenis Penyakit menurut data Laporan Bulanan Puskesmas Sukamulya tahun 2013, Desa Cisantana memiliki penyakit tertinggi yaitu ISPA akut tidak


(45)

Risti Gusyah, 2014

Hubungan kualitas lingkungan dengan tingkat kesehatan masyarakat sekitar usaha peternakan di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

spesifik sekitar 296 orang dari total 879 orang sakit dalam satu tahun(2013). Desa Cipari memiliki penyakit tertinggi yaitu Diare sekitar 234 orang dari total 519 orang sakit dalam satu tahun(2013). Desa Cileuleuy memiliki penyakit tertinggi yaitu Influenza sekitar 164 orang dari total 691 orang sakit dalam satu tahun(2013). Waktu terjadinya penyakit tertinggi di Desa Cisantana yaitu pada bulan Februari, di Desa Cipari pada bulan Oktober dan di Desa Cileuleuy pada bulan Maret. Jika dilihat dari bulan terjadinya sakit adalah bulan dimana di Kecamatan Cigugur sedang musim hujan. Jenis Pelayanan Kesehatan yang sering dikunjungi masyarakat yaitu Puskesmas dengan alasan biaya lebih murah dan pelayanannya cukup baik. Biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat untuk berobat yang paling banyak dipilih oleh responden tergolong rendah yaitu kurang dari 50 ribu dalam satu tahun, ini bisa mengindikasikan bahwa masyarkat memilih pelayanan kesehatan yang murah seperti puskesmas dan mengindikasikan masyarakat memiliki penyakit yang masih ringan.

3. Hasil Intensitas sakit yang didapatkan menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara kualitas lingkungan dengan tingkat kesehatan masyarakat di tiga lokasi penelitian yang dikategorikan ke dalam lokasi yang sempit (Cileuleuy), sedang (Cisantana) dan luas (Cipari) dengan kualitas lingkungan yaitu kualitas air melalui uji laboratorium(secara bakteriologis) dan kualitas udara yang memiliki hasil yang bervareasi.

B. Rekomendasi

1. Perlu adanya peningkatan pengetahuan dan kesadaran peternak mengenai lokasi penempatan kandang yang sesuai dengan peraturan


(46)

Risti Gusyah, 2014

Hubungan kualitas lingkungan dengan tingkat kesehatan masyarakat sekitar usaha peternakan di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

yang berlaku yaitu di tempat yang jauh dari pemukiman agar tetap terjaga kualitas kesehatannya.

2. Perlu adanya perhatian pemerintah daerah untuk hal-hal kecil seperti penempatan kandang dan sanitasi kandang, selain bisa memenuhi kebutuhan akan daging dan susu dapat pula meningkatkan produksi daging dan susu tersebut.

3. Perlu adanya peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya kesehatan lingkungan dan pola hidup yang sehat. Sehingga dapat mengurangi sumber dari penyaluran agen penyakit kepada masyarakat.

4. Diharapkan ada penelitian lebih lanjut mengenai pemanfaatan limbah dari ternak di Kecamatan Cigugur yang akan memberikan bahan masukan untuk para peternak memanfaatkan limbah hasil dari berternak.


(47)

1

Risti Gusyah, 2014

Hubungan kualitas lingkungan dengan tingkat kesehatan masyarakat sekitar usaha peternakan di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. (2012). Kecamatan Cigugur Dalam Angka 2012. Kuningan: BPS Kabupaten Kuningan

Dinas Pertanian Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kuningan. (2013). Populasi Sapi Perah di Kabupaten Kuningan. Kuningan: Tidak Ditebitkan

Fahmi Achmadi, U.(2013). Kesehatan Masyarakat teori dan aplikasi. Jakarta: Rajawali Pers.

Kardjowigono, S (2010). Ilmu Tanah. Jakarta: CV Akademika Pressindo

Kartasudjana, R (2001). Teknik budidaya ternak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Muladro. (2011). Dampak pembangunan sub sektor peternakan (sapi) terhadap lingkungan. Journal. Kumpulan Pemikiran, hal 8 – 9.

Nursusandari, Eva (2009). Persepsi, Preferensi dan Willing to pay masyarakat terhadap lingkungan pemukiman sekitar kawasan industri. Bogor: IPB PERMENKES RI No.416 (1990). Baku Mutu air bersih. Dewan Perwakilan

Rakyat Republik Indonesia: Jakarta

Soemirat, juli (2011). Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Sugiyono, (2012). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta Tika, Pabundu (2005). Metode Penelitian Geografi. Bandung: Alfabeta

________. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

________. (2010). Komposisi Penduduk berdasarkan usia. [online]. Tersedia di

http://repository.upi.edu/674/6/S_GEO_0906616_CHAPTER3. [diakses 18 Februari 2014]

________. (2013). Peternakan. [online]. Tersedia di http://sosekpeternakanunhas. blogspot.com/. [diakses 24 Februari 2014]

________. (2012). Kecamatan Cigugur. [online]. Tersedia di http://kuningankab .go.id/sumber-daya-alam/perikanan. [diakses 8 April 2014]


(48)

2

Risti Gusyah, 2014

Hubungan kualitas lingkungan dengan tingkat kesehatan masyarakat sekitar usaha peternakan di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

________. (2012). Kualitas Lingkungan. [online]. Tersedia di http://catatantua.


(1)

Risti Gusyah, 2014

Hubungan kualitas lingkungan dengan tingkat kesehatan masyarakat sekitar usaha peternakan di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Dari pembahasan pada bab sebelumnya, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Mata Pencaharian penduduk sebagai peternak sekitar 13,2% tertinggi kedua setelah mata pencaharian sebagai petani sekitar 47,5%. Luas lahan yang digunakan untuk kegiatan berternak sesuai dengan tanah atau pekarangan yang dimiliki peternak. Peternak di Kecamatan masih bersifat tradisional bisa dilihat dari penempatan kandang yang umumnya ditempatkan di dalam pemukiman yaitu di lahan atau pekarangan pemilik ternak dengan jarak minimal satu meter dan maksimal 20 meter dari rumah peternak. Berasarkan hasil Penelitian di Laboratorium Lingkungan dan Laboratorium Klinik Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan didapat hasil mengenai kualitas air bersih di tiga Desa/Kelurahan yang dijadikan sampel yaitu di Desa Cisantana memiliki kualitas air yang sudah tidak memenuhi syarat sebagai air bersih karena mengandung 2400 JPT Bakteri Coliform/100 ml melebihi syarat yang diperbolehkan oleh WHO yaitu 10 JPT Bakteri Coliform/100 ml. Desa Cileuleuy memiliki kualitas air yang masih memenuhi syarat sebagai air besih karena tidak melebihi syarat yang diperbolehkan oleh WHO yaitu memiliki jumlah bakteri dalam air 9 JPT Bakteri Coliform/100ml. Dan Desa Cipari masih memenihi syarat sebagai air bersih karena tidak memiliki kandungan bakteri dalam air. Kualitas Udara dilihat dari jumlah gas methane di Desa Cisantana sekitar 407,25 m3(33,6%), di Kelurahan Cipari sekitar 320 m3 (26,5%)


(2)

Risti Gusyah, 2014

Hubungan kualitas lingkungan dengan tingkat kesehatan masyarakat sekitar usaha peternakan di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

serta Desa Cileuleuy sekitar 14,5m3(1,2%) dan berdasarkan hasil wawancara masyarakat yang tinggal di dekat kandang mengenai kondisi udara, didapatkan hasil bahwa masyarakat sering mencium bau kotoran atau pakan ternak pada waktu pagi hari dan sore hari, karena pada waktu tersebut para peternak mulai melakukan aktifitasnya yaitu memerah sapi yang sebelumnya para peternak membersihkan kandang dari kotoran dan pakan yang tersisa. Selain waktu tersebut yaitu siang dan malam hari hanya tercium oleh masyarkat yang memiliki jarak tempat tinggal dengan kandang sekitar > 5 meter. Dan kondisi terparah saat musim hujan karena air dapat mengalirkan kotoran ke lingkungan rumah terutama yang memiliki tempat tinggal di atas kandang ternak. 2. Tingkat kesehatan Masyarakat dilihat dari Intensitas sakitnya yaitu di

Desa Cisantana mendapatkan nilai 85 termasuk dalam kategori tingkat kesehatan masyarakat yang cukup baik(sedang), Desa Cileuleuy mendapatkan nilai 52 termasuk dalam kategori tingkat kesehatan masyarakat yang cukup baik(sedang) dan Kelurahan Cipari mendapatkan nilai 52 termasuk dalam kategori tingkat kesehatan masyarakat yang cukup baik(sedang) sehingga ketiganya masuk kedalam kategori tingkat kesehatan yang cukup baik(sedang) dilihat dari intensitas sakit yang masih dalam kadar normal. Jenis Penyakit yang dialami masyarakat di ketiga desa terbanyak yaitu penyakit Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) sekitar 68 responden, dan penyakit yang paling sedikit yaitu DBD/Malaria sekitar dua orang yaitu di Desa Cisantana. Jenis Penyakit gatal-gatal dialami oleh 12 orang dan penyakit pencernaan dialami oleh 19 orang. Jenis Penyakit menurut data Laporan Bulanan Puskesmas Sukamulya tahun 2013, Desa Cisantana memiliki penyakit tertinggi yaitu ISPA akut tidak


(3)

Risti Gusyah, 2014

Hubungan kualitas lingkungan dengan tingkat kesehatan masyarakat sekitar usaha peternakan di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

spesifik sekitar 296 orang dari total 879 orang sakit dalam satu tahun(2013). Desa Cipari memiliki penyakit tertinggi yaitu Diare sekitar 234 orang dari total 519 orang sakit dalam satu tahun(2013). Desa Cileuleuy memiliki penyakit tertinggi yaitu Influenza sekitar 164 orang dari total 691 orang sakit dalam satu tahun(2013). Waktu terjadinya penyakit tertinggi di Desa Cisantana yaitu pada bulan Februari, di Desa Cipari pada bulan Oktober dan di Desa Cileuleuy pada bulan Maret. Jika dilihat dari bulan terjadinya sakit adalah bulan dimana di Kecamatan Cigugur sedang musim hujan. Jenis Pelayanan Kesehatan yang sering dikunjungi masyarakat yaitu Puskesmas dengan alasan biaya lebih murah dan pelayanannya cukup baik. Biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat untuk berobat yang paling banyak dipilih oleh responden tergolong rendah yaitu kurang dari 50 ribu dalam satu tahun, ini bisa mengindikasikan bahwa masyarkat memilih pelayanan kesehatan yang murah seperti puskesmas dan mengindikasikan masyarakat memiliki penyakit yang masih ringan.

3. Hasil Intensitas sakit yang didapatkan menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara kualitas lingkungan dengan tingkat kesehatan masyarakat di tiga lokasi penelitian yang dikategorikan ke dalam lokasi yang sempit (Cileuleuy), sedang (Cisantana) dan luas (Cipari) dengan kualitas lingkungan yaitu kualitas air melalui uji laboratorium(secara bakteriologis) dan kualitas udara yang memiliki hasil yang bervareasi.

B. Rekomendasi

1. Perlu adanya peningkatan pengetahuan dan kesadaran peternak mengenai lokasi penempatan kandang yang sesuai dengan peraturan


(4)

Risti Gusyah, 2014

Hubungan kualitas lingkungan dengan tingkat kesehatan masyarakat sekitar usaha peternakan di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

yang berlaku yaitu di tempat yang jauh dari pemukiman agar tetap terjaga kualitas kesehatannya.

2. Perlu adanya perhatian pemerintah daerah untuk hal-hal kecil seperti penempatan kandang dan sanitasi kandang, selain bisa memenuhi kebutuhan akan daging dan susu dapat pula meningkatkan produksi daging dan susu tersebut.

3. Perlu adanya peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya kesehatan lingkungan dan pola hidup yang sehat. Sehingga dapat mengurangi sumber dari penyaluran agen penyakit kepada masyarakat.

4. Diharapkan ada penelitian lebih lanjut mengenai pemanfaatan limbah dari ternak di Kecamatan Cigugur yang akan memberikan bahan masukan untuk para peternak memanfaatkan limbah hasil dari berternak.


(5)

1

Risti Gusyah, 2014

Hubungan kualitas lingkungan dengan tingkat kesehatan masyarakat sekitar usaha peternakan di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. (2012). Kecamatan Cigugur Dalam Angka 2012. Kuningan: BPS Kabupaten Kuningan

Dinas Pertanian Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kuningan. (2013). Populasi Sapi Perah di Kabupaten Kuningan. Kuningan: Tidak Ditebitkan

Fahmi Achmadi, U.(2013). Kesehatan Masyarakat teori dan aplikasi. Jakarta: Rajawali Pers.

Kardjowigono, S (2010). Ilmu Tanah. Jakarta: CV Akademika Pressindo

Kartasudjana, R (2001). Teknik budidaya ternak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Muladro. (2011). Dampak pembangunan sub sektor peternakan (sapi) terhadap lingkungan. Journal. Kumpulan Pemikiran, hal 8 – 9.

Nursusandari, Eva (2009). Persepsi, Preferensi dan Willing to pay masyarakat terhadap lingkungan pemukiman sekitar kawasan industri. Bogor: IPB PERMENKES RI No.416 (1990). Baku Mutu air bersih. Dewan Perwakilan

Rakyat Republik Indonesia: Jakarta

Soemirat, juli (2011). Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Sugiyono, (2012). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta Tika, Pabundu (2005). Metode Penelitian Geografi. Bandung: Alfabeta

________. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

________. (2010). Komposisi Penduduk berdasarkan usia. [online]. Tersedia di http://repository.upi.edu/674/6/S_GEO_0906616_CHAPTER3. [diakses 18 Februari 2014]

________. (2013). Peternakan. [online]. Tersedia di http://sosekpeternakanunhas. blogspot.com/. [diakses 24 Februari 2014]

________. (2012). Kecamatan Cigugur. [online]. Tersedia di http://kuningankab .go.id/sumber-daya-alam/perikanan. [diakses 8 April 2014]


(6)

2

Risti Gusyah, 2014

Hubungan kualitas lingkungan dengan tingkat kesehatan masyarakat sekitar usaha peternakan di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

________. (2012). Kualitas Lingkungan. [online]. Tersedia di http://catatantua.