POTENSI PENGEMBANGAN BUDIDAYA SAPI PERAH DI KECAMATAN CIGUGUR KABUPATEN KUNINGAN.

(1)

Nomor Daftar : 2091/UN.40.2.4/PL/2014 POTENSI PENGEMBANGAN BUDIDAYA SAPI PERAH DI KECAMATAN CIGUGUR KABUPATEN KUNINGAN

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Geografi

oleh: Nia Amelia NIM 1001850

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

POTENSI PENGEMBANGAN BUDIDAYA SAPI PERAH DI KECAMATAN CIGUGUR KABUPATEN KUNINGAN

Oleh Nia Amelia

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Nia Amelia 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

Nia Amelia, 2014

Potensi pengembangan budidaya sapi perah di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

ABSTRAK

POTENSI PENGEMBANGAN BUDIDAYA SAPI PERAH DI KECAMATAN CIGUGUR KABUPATEN KUNINGAN

Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi kondisi fisik dan sosial ekonomi, menganalisis potensi pengembangan budidaya sapi perah dan menganalisis strategi pengembangan budidaya sapi perah. Wilayah sampel penelitian meliputi lima desa/kelurahan yaitu Cisantana, Cileuleuy, Puncak, Babakanmulya dan Cipari dengan 60 sampel peternak. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa kondisi fisik dan sosial ekonomi di Kecamatan Cigugur mendukung dalam pengembangan budidaya sapi perah. Kondisi fisik meliputi iklim, ketersediaan air, topografi, kemiringan lereng dan jenis tanah. Sedangkan kondisi sosial ekonomi meliputi tingkat pendidikan peternak, pengalaman, kepemilikan ternak, modal, tenaga kerja dan aspek budidaya. Diidentifikasi dari kondisi tersebut maka terdapat potensi untuk pengembangan budidaya sapi perah yaitu potensi ketersediaan sumber pakan hijauan melimpah dengan hasil 10.295 BK/ton/Tahun. Jumlah sapi perah di Kecamatan Cigugur adalah 3.867,2 ST yang memerlukan pakan hijauan kering sebanyak 4.408 BK/ton/Tahun. Potensi pasar untuk sapi perah masih luas baik di Kabupaten Kuningan maupun dari luar wilayah Kabupaten. Melihat potensi tersebut Kecamatan Cigugur memiliki potensi untuk menambah jumlah sapi perah karena ketersediaan lahan dan pakan masih mencukupi untuk penambahan 3.673 ST dan permintaan pasar terhadap susu tinggi. Analisis SWOT menunjukan bahwa budidaya sapi perah potensial dikembangakan di Kecamatan Cigugur dengan cara meningkatkan produktivitas sapi perah agar dapat memenuhi permintaan susu. Saran dalam penelitian ini adalah peternak bisa lebih memanfaatkan sumberdaya pakan hijauan rumput selain dari limbah pertanian serta meningkatkan keterampilan peternak dalam melaksanakan budidaya sapi perah agar menghasilkan kuantitas dan kualitas susu yang optimal guna memenuhi permintaan pasar karena kecamatan Cigugur masih memiliki potensi untuk melakukan penambahan sapi perah.


(5)

Nia Amelia, 2014

Potensi pengembangan budidaya sapi perah di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

ABSTRACT

POTENTIAL OF DAIRY CATTLE DEVELOPMENT IN CIGUGUR SUB DISTRICT KUNINGAN REGENCY

The purpose of this study is to identify the physical and socio-economic conditions, analyze the potential for the development of dairy farming and the development of strategies to analyze dairy farming. Sample areas covering five villages is Cisantana, Cileuleuy, Puncak, Babakanmulya and Cipari with 60 sample farmers. Based on the results of the study showed that the physical and socio-economic conditions in Cigugur sub district support in the development of dairy farming. Physical conditions include climate, water availability, topography, slope and soil type. While the socio-economic conditions of farmers include education level, experience, ownership of livestock, capital, labor and cultivation aspects. Identified from these conditions, there is potential for the development of dairy farming is a potential source of forage availability is abundant with the results of 10 295 BK/ ton / year. The number of dairy cows in the district is 3867.2 ST Cigugur requiring as many as 4,408 dry forage BK/ ton / year. The potential market for dairy cows is still widespread in both the district Brass and outside the district. Seeing the potential of the Cigugur sub district has the potential to increase the number of dairy cows because of the availability of land and feed is sufficient for the addition of 3,673 ST and high market demand for milk. SWOT analysis shows that dairy farming is developed in sub district Cigugur potential by increasing productivity of dairy cows in order to meet the demand for milk. Suggestions in this research is to better utilize the resources breeders forage grass apart from agricultural waste and improving the skills of farmers in dairy farming implement in order to produce the quantity and quality of milk that is optimal in order to meet the market demand for sub districts Cigugur still have the potential to make the addition of dairy cows.


(6)

Nia Amelia, 2014

Potensi pengembangan budidaya sapi perah di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR... iv

UCAPAN TERIMAKASIH ... v

DAFTAR ISI.. ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 4

C. Rumusan Masalah Penelitian ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7

A. Potensi Geografis Pendukung Budidaya Sapi Perah ... 7

B. Budidaya sapi Perah... 11

C. Pengembangan Budidaya Sapi Perah ... 19

BAB III METODE PENELITIAN ... 20

A. Lokasi Penelitian... 20

B. Populasi dan Sampel ... 22

C. Variabel Penelitian ... 25

D. Metode Penelitian ... 25

E. Definisi Operasional ... 26

F. Instrumen Penelitian ... 28

G. Teknik Pengumpulan Data... 29


(7)

Nia Amelia, 2014

Potensi pengembangan budidaya sapi perah di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

I. Teknik Analisis Data ... 30

J. Alur Penelitian ... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 35

A. Kondisi Geografis Daerah Penelitian ... 35

1. Kondisi Fisik ... 35

a. Letak dan Luas Penelitian ... 35

b. Kondisi Iklim ... 37

c. Geologi... 39

d. Geomorfologi . ... 43

e. Tanah ... 45

f. Penggunaan Lahan ... 48

g. Kondisi Hidrologi ... 50

2. Kondisi Sosial Daerah Penelitian ... 52

a. Jumlah dan Kepadatan Penduduk ... 52

b. Komposisi Penduduk ... 53

1) Komposisi Penduduk Berdasarkan JenisKelamin ... 53

2) Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia ... 54

3) Komposisi Penduduk Berdasarkan Matapencaharian... 55

4) Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 56

B. Karakteristik Peternak Responden ... 57

1. Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia... 57

2. Status Matapencaharian Budidaya Sapi Perah... 60

3. Tingkat Pendidikan Peternak Responden ... 61

C. Budidaya Sapi Perah .. ... 65

1. Jenis Sapi Perah ... 65

2. Perkandangan ... 66

3. Pemberian Pakan dan Produksi Susu ... 66

4. Pemerahan ... 68

5. Distribusi dan Pemasaran Susu ... 69


(8)

Nia Amelia, 2014

Potensi pengembangan budidaya sapi perah di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

D. Kondisi Fisik dan Sosial yang Mendukung Budidaya Sapi Perah ... 71

1. Kondisi Fisik ... 71

a. Iklim ... 73

b. Ketersediaan air ... 76

c. Topografi ... 78

d. Kemiringan Lereng ... 80

e. Tanah ... 82

2. Faktor Sosial Ekonomi... 85

a. Tingkat Pendidikan ... 85

b. Pengalaman Berternak Budidaya Sapi Perah... 89

c. Kepemilikan Ternak ... 94

d. Modal ... 96

e. Tenaga Kerja ... 100

E. Potensi Pengembangan Budidaya Sapi Perah ... 103

1. Potensi Ketersediaan Pakan Hijauan……….. 103

2. Potensi Pasar dalam Pengembangan Budidaya Sapi Perah………… 109

F. Strategi Pengembangan Budidaya Sapi Perah ... 115

BAB V SIMPULAN DAN SARAN... 122

A. Simpulan ... 122

B. Saran ... 123

DAFTAR PUSTAKA... 125

LAMPIRAN-LAMPIRAN... 127


(9)

Nia Amelia, 2014

Potensi pengembangan budidaya sapi perah di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 UsahaPeternakan di KecamatanCigugurTahun 2013 ... 2

Tabel 1.2 Perkembangan Populasi dan Produksi Susu Sapi Perah di Kecamatan Cigugur Periode 2009-2013 ………… ... 3

Tabel 3.1 Populasi Peternak... 22

Tabel 3.2 Luas Wilayah Sampel Penelitian……….. 23

Tabel 3.3 Klasifikasi Peternak ... 23

Tabel 3.4 Proporsi Jumlah Sampel Peternak Sapi Perah ... 25

Tabel 3.5 Variabel Penelitian... 25

Tabel 3.6 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 28

Tabel 3.7 Kriteria Presentase ... 31

Tabel 4.1 Data Curah Hujan Kecamatan Cigugur Tahun 2004-2013... 37

Tabel 4.2 Penentuan Tipe Iklim Schmidt-Ferguson ... 38

Tabel 4.3 Jumlah Bulan Basah Bulan Lembab Bulan Kering di Kecamatan Cigugur ... 39

Tabel 4.4 Jenis Formasi Batuan di Kecamatan Cigugur ... 40

Tabel 4.5 Kelas Kemiringan Lereng ... 43

Tabel 4.6 Persebaran Jenis Tanah di Kecamatan Cigugur... 45

Tabel 4.7 Komposisi Penggunaan Lahan ... 48

Tabel 4.8 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kecamatan Cigugur ... 52

Tabel 4.9 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 53

Tabel 4.10 Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin ... 54

Tabel 4.11 Komposisi Penduduk Berdasarkan Matapencaharian ... 55


(10)

Nia Amelia, 2014

Potensi pengembangan budidaya sapi perah di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 4.13 Peternak Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 57

Tabel 4.14 Usia Peternak Responden ... 58

Tabel 4.15 Cross Tab Usia dengan Jenis Kelamin Peternak Responden ... 59

Tabel 4.16 Status Matapencaharian Budidaya Sapi Perah ... 60

Tabel 4.17 Tingkat Pendidikan Peternak Responden Berdasarkan Sampel Wilayah ... 62

Tabel 4.18 Tingkat Pendidikan Responden ... 63

Tabel 4.19 Cross Tab Pendidikan Formal dan Non Formal ... 64

Tabel 4.20 Komposisi Pemberian Pakan ... 67

Tabel 4.21 Produksi Susu ... 68

Tabel 4.22 Karakteristik Fisik Lokasi Penelitian... 72

Tabel 4.23 Persyaratan Suhu dan Kondisi di Lapangan ... 73

Tabel 4.24 Ketersediaan Sumber Air ... 76

Tabel 4.25 Persyaratan KetinggianTempat dengan Kondisi di Lapangan... 78

Tabel 4.26 Kemiringan Lereng Berdasarkan Sampel Wilayah Penelitian ... 80

Tabel 4.27 Jenis Tanah Berdasarkan Sampel Wilayah ... 82

Tabel 4.28 Tingkat Pendidikan Formal Berdasarkan Sampel Wilayah ... 86

Tabel 4.29 Tingkat Pendidikan Responden ... 87

Tabel 4.30 Cross Tab Tingkat Pendidikan Formal dan Non Formal ... 89

Tabel 4.31 Pengalaman Berternak ... 90

Tabel 4.32 Sumber Keterampilan Berternak ... 92

Tabel 4.33 Kepemilikan Ternak ... 94

Tabel 4.34 Kepemilikan Ternak Seluruh Responden ... 96

Tabel 4.35 Sumber Modal ... 97

Tabel 4.36 Modal ... 97

Tabel 4.37 Sumber Modal Peternak Responden Secara Keseluruhan ... 98

Tabel 4.38 Tenaga Kerja ... 100

Tabel 4.39 Komposisi Penggunaan Tenaga Kerja ... 101

Tabel 4.40 PenggunaanTenagaKerja ... 102


(11)

Nia Amelia, 2014

Potensi pengembangan budidaya sapi perah di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 4.42 Pengelompokan Penggunaan Lahan ... 104

Tabel 4.43 JumlahTernak Berdasarkan Satuan Ekor dan Satuan Ternak ... 105

Tabel 4.44 Peternak Sapi Perah di Kecamatan Cigugur ... 105

Tabel 4.45 Kepemilikan Ternak ... 106

Tabel 4.46 Ketersedian Bahan Kering Rumput dan Limbah Petanian ... 107

Tabel 4.47 Kapasitas Daya Tampung Ternak ... 107

Tabel 4.48 Faktor Strategis Internal Budidaya SapiPerah ... 115

Tabel 4.49 Peluang dan Ancaman pada Pengembangan Budidaya Sapi Perah…... 118 Tabel 4.50 Matriks SWOT PengembanganBudidayaSapiPerah………... 119

DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Perkembangan Populasi Sapi Perah Periode Tahun 2009-2013 3

Gambar 1.2 Grafik Perkembangan Produksi Susu Periode 2009-2013 ... 3

Gambar 2.1 Posisi Lokasi untuk Pemeliharaan Sapi Perah ... 13

Gambar 3.1 Peta Administratif ... 21

Gambar 3.2 Alur Penelitian ... 34

Gambar 4.1 Peta Administratif Kecamatan Cigugur ... 36

Gambar 4.2 Peta Geologi Kecamatan Cigugur ... 42

Gambar 4.3 Peta Kemiringan Lereng Kecamatan Cigugur ... 44

Gambar 4.4 Peta Tanah Kecamatan Cigugur... 47

Gambar 4.5 Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Cigugur ... 49

Gambar 4.6 Peta Daerah Aliran Sungai Kecamatan Cigugur ... 51

Gambar 4.7 Grafik Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 53

Gambar 4.8 Grafik Komposisi Penduduk Berdasarkan Matapencaharian ... 56

Gambar 4.9 Grafik Proporsi Jenis Kelamin Peternak Responden ... 58


(12)

Nia Amelia, 2014

Potensi pengembangan budidaya sapi perah di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Gambar 4.11 Grafik Status MatapencaharianBudidayaSapiPerah ... 61

Gambar 4.12 Grafik Tingkat Pendidikan Responden ... 64

Gambar 4.13 Grafik Tingkat PendidikanResponden ... 88

Gambar 4.14 Grafik Sumber Modal Peternak Responden ... 99

Gambar 4.15 Grafik Komposisi Penggunaan Tenaga Kerja ... 101

Gambar 4.16 Peta Potensi Pengembangan Budidaya Sapi Perah ... 110

Gambar 4.17 Peta Kepadatan Ternak...111

Gambar 4.18 Peta Pemasaran Susu Sapi Perah...114

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Pedoman Observasi Lapangan ... 127

Lampiran 2 Pedoman Observasi Wawancara ... 130

Lampiran 3 Dokumentasi Lapangan ... 135

Lampiran 4 Surat Keputusan Dekan FPIPS UPI ... 140

Lampiran 5 Surat Permohonan Izin Penelitian ... 143

Lampiran 6 Surat Izin Kesbanglinmaspol ... 144


(13)

Nia Amelia, 2014

Potensi pengembangan budidaya sapi perah di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sub sektor peternakan merupakan salah satu kegiatan pembangunan yang menjadi skala prioritas karena dapat memenuhi kebutuhan protein hewani yang dibutuhkan oleh masyarakat. Salah satu hewan ternak yang memiliki potensi untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah sapi perah dengan produk utamanya susu yang memiliki kandungan gizi baik sehingga bermanfaatdalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Kebutuhan masyarakat terhadap konsumsi susu akan terus mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, tingkat pendapatan dan selera masyarakat. Apabila keadaan produksi susu dibiarkan terus menerus maka akan terjadi kesenjangan antara produksidengan permintaan yang akan berakibat pada ketergantungan terhadap susu impor. Untuk meningkatkan populasi dan produktivitas sapi perah maka perlu adanya strategi pengembangan salah satunya adalah dalam aspek budidaya sapi perah.

Meningkatnya permintaan susu sapi perah ditandai dengan peningkatan konsumsi susu per kapita dari tahun ke tahun mulai dari 11.09 liter/kapita pada tahun 2011 meningkat menjadi 14,6 liter/kapita pada tahun 2012. Saat ini produktivitas susu sapi perah di Indonesia masih rendah, untuk memenuhi kebutuhan susu pemerintah melakukan impor susu sebanyak 80% dan 20% pasokan dari dalam negeri (Direktorat Jendral Peternakan, 2012). Tiada pilihan lain selain memicu peningkatan populasi dan produksi susu sapi perah guna mencukupi kebutuhan susu yang sangat diperlukan.

Peningkatan populasi sapi perah dan produksi susu sapi perah dapat dilakukan jika suatu wilayah didukung oleh potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia. Kabupaten Kuningan merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi dalam bidang peternakan, salah satu potensi peternakan yang ada adalah usaha budidaya sapi perah


(14)

2

Nia Amelia, 2014

Potensi pengembangan budidaya sapi perah di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

yang terdapat di Kecamatan Cigugur. Budidaya sapi perah di Kecamatan Cigugur sudah dilaksanakan sejak tahun 1979 dimana pengelolaanya masih dilakukan secara tradisional dan tergolong peternakan rakyat. Produksi susu yang dihasilkan dari peternak ditampung oleh koperasi yang selanjutnya akan didistribusikan ke Industri Pengolahan Susu dan dipasarkan ke wilayah Kabupaten Kuningan dan sekitarnya. Jumlah sapi perah dan produksi susu setiap tahunnya masih bersifat fluktuatif maka upaya untuk meningkatkan jumlah sapi perah dan produksi susu ditentukan oleh ketersediaan sumberdaya alam dan manusia.

Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan No 26 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kuningan “Kecamatan Cigugur merupakan kawasan strategis ekonomi untuk peternakan”. Jadi setiap wilayah memiliki nilai strategis ekonomi berbeda ditinjau dari potensi yang dimilikinya. Persebaran budidaya sapi perah di Kecamatan Cigugur tidak merata diseluruh Desa/Kelurahan, hanya tersebar di Desa Babakanmulya, Desa Cileuleuy, Desa Cisantana, Desa Gunungkeling, Desa Puncak, Kelurahan Cigugur dan Kelurahan Cipari dari total 10 Desa/Kelurahan yang masuk ke dalam wilayah administratif Kecamatan Cigugur. Adapun jenis ternak yang dibudidayakan di Kecamatan Cigugur dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1.

Usaha Peternakan di Kecamatan Cigugur Tahun 2013

No Jenis Ternak Jumlah Ternak Jumlah Peternak

1. Sapi Perah 4.834 1.083

2. Sapi Potong 272 98

3. Kerbau 72 46

4. Kambing/Domba 2.208 442

5. Ayam Pedaging 310.400 172

6 Ayam Petelur 5.326 12

7. Itik - -

8. Babi 2.000 120

Sumber: Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kuningan, 2013

Dalam hal ini budidaya sapi perah merupakan usaha yang memiliki peternak paling banyak dibandingkan usaha budidaya hewan ruminansia lain dalam mendukung


(15)

3

Nia Amelia, 2014

Potensi pengembangan budidaya sapi perah di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Kecamatan Cigugur sebagai kawasan strategis peternakan yang didasarkan pada pertimbangan potensi dan lokasi. Perkembangan populasi dan produksi susu dapat dilihat pada Tabel 1.2. Gambar Grafik 1.1 dan Gambar Grafik 1.2.

Berdasarkan Grafik dalam Gambar 1.1 populasi sapi perah di Kecamatan Cigugur pada tahun 2009 merupakan fase keemasan karena mencapai populasi tertinggi namun tidak berkorelasi dengan produksi susu yang dihasilkan. Pada tahun berikutnya mengalami fase yang fluktuatif baik dari segi jumlah maupun produksi susu per tahunnya kalaupun mengalami peningkatan itu tidak terlalu signifikan. Hal tersebut bisa terjadi karena dipengaruhi oleh kondisi fisik dan kondisi sosial pada wilayah tersebut.

Tabel 1.2.

Perkembangan Populasi dan Produksi Susu Sapi Perah di Kecamatan Cigugur Periode 2009-2013

No Komponen Produksi

Tahun

2009 2010 2011 2012 2013

1. Populasi (ekor)

6.049 5.256 5.083 5.267 4.834

2. Produksi susu (liter)/tahun

11.870.096 12.877.743 11.740.806 11.928.889 10.998.448

Sumber: Dinas Pertanian Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kuningan

Gambar 1.1. Perkembangan Populasi Sapi Perah Periode Tahun 2009-2013 0

2000 4000 6000 8000

2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

Populasi Sapi Perah Periode Tahun 2009-2013


(16)

4

Nia Amelia, 2014

Potensi pengembangan budidaya sapi perah di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Gambar 1.2. Perkembangan Produksi Susu Periode Tahun 2009-2013

Fluktuatifnya populasi dan produksi susu di Kecamatan Cigugur menyebabkan pasokan produksi susu untuk kebutuhan konsumsi masih rendah. Apabila keadaan tersebut dibiarkan terus menerus maka akan terjadi kesenjangan antara produksi dengan permintaan di tahun-tahun berikutnya. Adanya ketidakseimbangan antara produksi dengan permintaan dalam waktu yang lama merupakan peluang dan tantangan dalam memanfaatkan potensi wilayah yang dapat mendukung dalam pengembangan budidaya sapi perah antara lain ketersediaan pakan hijauan baik berupa rumput maupun limbah pertanian,sumberdaya manusia yakni peternak sapi perah kaitannya dengan ilmu pengetahuan, keterampilan, penguasaan teknologi yang efisien, ternak sapi perah serta sarana prasarana pendukung seperti instansi dan kebijakan pemerintah setempat dan potensi wilayah yang menjadi segmen pemasaran susu sapi perah.

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis menganggap perlu diadakan penelitian tentang potensi pengembangan budidaya sapi perah di Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menganalisis potensi yang dimiliki Kecamatan Cigugur dan menentukan alternatif strategi dalam pengembangan budidaya sapi perah di Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan. B. Identifikasi Masalah

10000000 11000000 12000000 13000000 14000000

2009 2010 2011 2012 2013

Tahun

Produksi susu (liter)/tahun Periode Tahun 2009-2013

Produksi susu (liter)/tahun


(17)

5

Nia Amelia, 2014

Potensi pengembangan budidaya sapi perah di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Peneliti telah memfokuskan penelitian ini terhadap permasalahan yang terjadi dengan berdasarkan dari latar belakang masalah yang telah diuraikan. Untuk lebih memperjelas maksud dan batasan masalah yang akan diteliti sehingga penulis merumusakan beberapa hal terkait permasalahan mengenai penelitian yang akan dilaksankanan. Peternak sapi perah pada penelitian ini merupakan objek penelitian selain mengidentifikasi kondisi fisik dan sosial ekonomi peternak. Fokus utama penelitian ini yaitu tentang potensi pengembangan budidaya sapi perah di Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan. Potensi yang ingin dikaji adalah kondisi geografi baik fisik maupun sosial ekonomi yang mendukung pengembangan budidaya sapi perah dan potensi ketersediaan pakan untuk mengetahui daya tampung ternak terhadap ketersediaan pakan di wilayah tersebut, potensi sumberdaya manusia yakni peternak sapi perah beserta jumlah sapi perah serta potensi segmentasi dalam pemasaran susu sapi perah. Setelah mengetahui potensi yang dimiliki Kecamatan Cigugur maka selanjutnya merumuskan strategi pengembangan dengan menggunakan analisis SWOT. C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah penulis kemukakan maka inti masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana potensi dan strategi pengembangan budidaya sapi perah di Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan” yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana kondisi geografi fisik maupun sosial yang mendukung budidaya sapi perah di Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan?

2. Seberapa besar potensi pengembangan budidaya sapi perah di Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan?

3. Bagaimana strategi pengembangan budidaya sapi perah di Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan?


(18)

6

Nia Amelia, 2014

Potensi pengembangan budidaya sapi perah di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi kondisi geografi fisik dan sosial yang mendukung budidaya sapi perah di Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan

2. Menganalisis potensi yang dimiliki Kecamatan Cigugur dalam pengembangan budidaya sapi perah

3. Menganalisis strategi pengembangan budidaya sapi perah di Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat memberikan masukan pada semua pihak yang berhubungan dengan “Potensi Pengembangan Budidaya Sapi Perah di Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan”

1. Bagi pemerintah, khususnya Dinas Pertanian Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kuningan sebagai bahan masukan untuk menyusun kebijakan dalam pengembangan proyek usaha budidaya sapi perah.

2. Bagi peternak sapi perah, sebagai bahan masukan dan informasi dalam melaksanakan budidaya sapi perah

3. Bagi masyarakat, diharapkan dapat menjadi informasi budidaya yang bisa dikembangkan di Kecamatan Cigugur

F. Struktur Organisasi Skripsi BABI PENDAHULUAN

Bab I menguraikan mengenai latar belakang, identifikasi masalah, rumusan masalah penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional dan struktur organisasi skripsi. BAB II KAJIAN PUSTAKA

Menguraikan berbagai teori yang terkait dengan permasalahan yang dibahas, meliputi potensi geografis pendukung budidaya sapi perah, budidaya sapi perah dan pengembangan budidaya sapi perah.


(19)

7

Nia Amelia, 2014

Potensi pengembangan budidaya sapi perah di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB III METODE PENELITIAN

Menjelaskan mengenai tahapan yang dilakukan dalam proses penelitian, kaitannya dengan hal tersebut bab ini meliputi lokasi penelitian, metode penelitian, variabel penelitian, instrument penelitian, teknik pengumpulan dan analisis data.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Membahas mengenai pengolahan data dan analisis data untuk menghasilkan penemuan yang berkaitan dengan kondisi geografis Kecamatan Cigugur dilihat dari aspek fisik dan sosial ekonomi, analisis data responden, potensi ketersediaan pakan, peternak dan jumlah ternak berserta strategi penegmbangan budidaya sapi perah. BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berupa penyajian dan pemaknaan peneliti terhadap hasil dari analisis penemuan penelitian dan saran yang diberikan dari hasil penelitian.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(20)

Nia Amelia, 2014

Potensi pengembangan budidaya sapi perah di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian terletak di Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan. Kecamatan ini berada di sebelah Barat Kabupaten Kuningan. Berdasarkan Peta Rupabumi skala 1:25.000 Lembar 1309-122 Kuningan, Kecamatan Cigugur terletak di koordinat 108024’00– 108028’30’’BT dan 6054’00–6058’30’’LS. Sedangkan letak Kecamatan Cigugur secara administratif berbatasan dengan:

Sebelah Utara :Kecamatan Jalaksana Sebelah Timur :Kecamatan Kuningan

Sebelah Selatan :Kecamatan Kadugede

Sebelah Barat :Taman Nasional Gunung Ciremai

Luas wilayah Kecamatan Cigugur adalah 3.859,90 Ha dengan ketinggian antara 400-1.100 mdpl. Wilayah Kecamatan Cigugur merupakan daerah yang memiliki ketinggian antara 400-1100 mdpl dengan topologi berbukit, bergelombang dan landai. Adapun penggunaan lahan di Kecamatan Cigugur beranekaragam mulai dari pemanfaatan lahan untuk lahan sawah, hutan, ladang, perkebunan, perairan dan pemukiman. Peta Administratif dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Kecamatan Cigugur memiliki jalan berasapal dengan kondisi baik yang memudahkan aksesibilitas dengan wilayah disekitarnya. Orbitasi dari setiap Desa/Kelurahan ke Kantor Kecamatan paling dekat 0 km yakni Desa Cigugur dan Desa paling jauh dengan jarak 4,2 km Desa Puncak sedangkan untuk jarak Kantor Kecamatan Cigugur ke Ibukota Kabupaten 4 Km yang dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat. Peta Administratif Kecamatan Cigugur bisa dilihat pada Gambar 3.1.


(21)

21

Nia Amelia, 2014

Potensi pengembangan budidaya sapi perah di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu


(22)

22

Nia Amelia, 2014

Potensi pengembangan budidaya sapi perah di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Menurut Sugiyono (2011:61) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.” Berdasarkan pada pengertian tersebut maka populasi dalam penelitian ini terdiri dari populasi wilayah yaitu lokasi budidaya sapi perah dan populasi manusia yaitu seluruh peternak sapi perah di Kecamatan Cigugur. Data jumlah peternak dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Populasi Peternak

No Nama Desa/Kelurahan Jumlah Peternak Sapi Perah

1. Babakanmulya 27

2. Cigadung 1

3. Cigugur 234

4. Cileuleuy 13

5. Cipari 247

6. Cisantana 390

7. Gunungkeling 76

8. Puncak 95

Jumlah 1.083

Sumber: Dinas Pertanian Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kuningan, 2013 2. Sampel


(23)

23

Nia Amelia, 2014

Potensi pengembangan budidaya sapi perah di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Menurut Sugiyono (2011:62) “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. ”Adapun sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel wilayah dan sampel manusia.

a. Sampel Wilayah

Dalam penelitian ini yang dijadikan sampel wilayah adalah Desa yang terdapat lokasi budidaya sapi perah dengan kepemilikan sapi perah rendah-tinggi. Berikut merupakan wilayah yang dijadikan sampel yaitu Desa Babakanmulya, Desa Cileuleuy, Kelurahan Cipari, Desa Cisantana, Desa Puncak. Pemilihan Sampel wilayah didasarkan atas jumlah sapi perah dan peternak di setiap wilayah sampel penelitian. Berikut merupakan data jumlah ternak dan luas wilayah di setiap wilayah sampel penelitian.

Tabel 3.2

Luas Wilayah Sampel Penelitian

No Desa/Kelurahan Luas Wilayah (km) Jumlah Ternak

1. Cisantana 7,54 1.667

2. Cileuleuy 2,67 58

3. Babakanmulya 2,64 75

4. Puncak 3,51 253

5. Cipari 0,9 1.229

Sumber: Dinas Pertanian Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kuningan, 2013 b. Sampel Manusia

Sampel manusia dalam penelitian ini terdiri dari 60 peternak yang ada di Kecamatan Cigugur. Sampel diambil secara proportionate stratified random

sampling.Penulis membuat kategori dari tingkat jumlah peternak tinggi (>100), sedang

(50-100) dan rendah (<50). Berikut pengklasifikasian jumlah peternak yang ada di Kecamatan Cigugur dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.3. Klasifikasi Peternak


(24)

24

Nia Amelia, 2014

Potensi pengembangan budidaya sapi perah di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Kategori

Tinggi Sedang Rendah

Cigugur Cipari Cisantana

Puncak Gunungkeling

Cigadung Babakanmulya

Cileuleuy Sumber: Hasil Penelitian, 2014

Pada Tabel 3.3 dapat diketahui bahwa setiap Desa memiliki jumlah peternak sapi perah yang berbeda-beda dari kategori tinggi sampai rendah. Kelompok jumlah peternak tinggi ada 3 desa, kelompok kategori sedang 2 desa dan kelompok kategori rendah 3 desa. Dalam hal ini penulis akan menentukan sampel yang bisa mewakili dari semua populasi. Dikarenakan ada pengelompokan sampel maka jenis pengambilan sampel proportionate stratified random sampling. Namun selain itu, dalam pengambilan sampel ini juga memperhatikan dari sampel wilayah. Sehingga sampel wilayah dan sampel manusia bisa representatif.

Untuk menentukan jumlah sampel manusia, digunakan formula dari Dixon dan B.Leach Tika (2005:25), sebagai berikut:

[ ] Keterangan:

n = Jumlah sampel

Z = Tingkat kepercayaan (Confidence level). Nilai confidence level 95% adalah 1.96

V = Variabilitas

C = Confidence limit atau batas kepercayaan (1%)

1) Menghitung presentase karakteristik sampel dengan menggunakan rumus :


(25)

25

Nia Amelia, 2014

Potensi pengembangan budidaya sapi perah di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

= 2.5%

P = Presentase karakteristik sampel yang dianggap benar 2) Menentukan variabilitas dengan menggunakan rumus:

√ √ = 16

V = Variabilitas

3) Menentukan jumlah sampel yang diambil dengan menggunakan rumus: [ ]

[ ]

= 62.72

= 63 (dibulatkan)

4) Menentukan jumlah sampel yang dikoreksi (dibetulkan) menggunakan rumus:

= 60 Sampel

Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel diambil secara Proportonite

random sampling.Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung proporsi sampel

menurut Prasetyo dan Jannah (2010: 130) :

Data proporsi jumlah sampel manusia dalam penelitian ini bisa dilihat pada Tabel 3.4. Tabel 3.4.

Proporsi Jumlah Sampel Peternak Sapi Perah

No Nama Desa/Kelurahan Jumlah Peternak Jumlah Sampel

1. Babakamulya 27 3


(26)

26

Nia Amelia, 2014

Potensi pengembangan budidaya sapi perah di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Sumber: Dinas Pertanian Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kuningan, 2013 C. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2011:2) “Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.” Adapun variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5. Variabel Penelitian Indikator 1.Faktor Fisik a. Iklim b. Topografi

c. Kemiringan Lereng d. Ketersediaan air e. Tanah

2. Faktor Sosial Ekonomi

a. Pengalaman b. Kepemilikan ternak c. Modal

d. Tenaga kerja e. Aspek budidaya

Variabel 1. Potensi Pengembangan

Budidaya Sapi Perah di

Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan

a. Ketersediaan pakan hijauan b. Potensi pasar

2. Strategi pengembangan budidaya sapi perah

D. Metode Penelitian

Menurut Nawawi dalam (Tika, 2005:2) mendefinisikan bahwa metode penelitian adalah ilmu yang memperbincangkan metode-metode ilmiah dalam menggali kebenaran pengetahuan, sedangkan menurut Hadi dalam (Tika, 2005:2) menyatakan bahwa mengenai pengertian metode penelitian adalah pelajaran memperbincangkan metode-metode ilmiah untuk suatu penelitian.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Arikunto (2010:3) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan

5. Cipari 247 19

6. Cisantana 390 29

8. Puncak 95 7


(27)

27

Nia Amelia, 2014

Potensi pengembangan budidaya sapi perah di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal-hal lain yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian.

Jenis metode penelitian deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk menggambarkan seberapa besar potensi penegmbangan budidaya sapi perah di Kecamatan Cigugur. Dalam penelitian ini, salah satu metode penelitian deskriptif yang digunakan adalah survey. Menrut Tika (2005:6) “Metode survey adalah metode penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan sejumlah besar data berupa variabel, unit atau individu dalam waktu yang bersamaan.” Survei dipilih karena memiliki beberapa keuntungan seperti yang dikemukakan oleh Tika (2005:7):

Keuntungan survey adalah sebagai berikut:

1. Dilibatkan oleh banyak orang untuk mencapai generalisasi atau kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan

2. Dapat menggunakan berbagai teknik pengumpulan data

3. Sering tampil masalah-masalah yang sebelumnya tidak diketahui 4. Dapat dibenarkan dan mewakili teori tertentu

5. Biaya lebih rendah karena waktunya lebih singkat E. Definisi Operasional

Judul penelitian ini adalah “POTENSI PENGEMBANGAN BUDIDAYA SAPI PERAH DI KECAMATAN CIGUGUR KABUPATEN KUNINGAN.” Kesalahan penafsiran judul penelitian dapat menimbulkan kesimpulan lain dari penelitian. Maka, penulis perlu memberikan batasan dalam definisi operasional sebagai berikut.

1. Potensi

Potensi menurut Baharta Dewi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1985:50) “Potensi adalah suatu daya atau tenaga yang diharapkan atau kekuatan yang ada pada suatu objek.” Potensi dalam penelitian ini adalah potensi yang dimiliki oleh wilayah Kecamatan Cigugur baik potensi fisik maupun potensi sosial yang berpengaruh terhadap pengembangan budidaya sapi perah agar bisa dimanfaatkan dengan baik. adapaun potensi fisik dan potensi sosial yang dimaksud adalah sebagai berikut:


(28)

28

Nia Amelia, 2014

Potensi pengembangan budidaya sapi perah di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

a. Potensi fisik, yaitu keadaan fisik di daerah penelitian yang mendukung dalam pengembangan budidaya sapi perah seperti iklim, topografi, kemiringan lereng, ketersediaan air, tanah, penggunaan lahan. Untuk mengidentifikasi ketersediaan pakan hijauan untuk pakan ternak dan daya tampung untuk ternak sapi perah di Kecamatan Cigugur.

b. Potensi sosial itu meliputi pengalaman, kepemilikan ternak, modal, tenaga kerja, inovasi dan teknologi, aspek budidaya, pemasaran. Potensi sosial merupakan penggerak potensi fisik yang ada konkritnya yaitu peternak sapi perah sebagai pengelola dan pemelihara.

2. Pengembangan budidaya

Pengembangan menurut UU RI No 18 Tahun 2002:

Pengembangan adalah kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bertujuan memanfaatkan kaidah dan teori ilmu pengetahuan yang telah terbukti kebenarannya untuk meningkatkan fungsi, manfaat dan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada atau menghasilkan teknologi baru.

Pengembangan merupakan usaha yang dilakukan dalam meningkatkan suatu sektor tertentu dalam hal ini sektor peternakan sapi perah khususnya aspek budidaya. pengembangan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah usaha yang dilakukan untuk meningkatkan populasi maupun produksi susu sapi perah dengan memanfaatkan potensi wilayah yang dimiliki oleh Kecamatan Cigugur.

3. Budidaya

Budidaya adalah kegiatan pemeliharaan dan pengelolaan untuk mengembangkan populasi dan produksi sapi perah dengan menggunakan teknologi yang berkaitan dengannya sehinggamenghasilkan hasil yang lebih baik.Dalam pemeliharaan dan pengelolaanya budidaya mencakup input proses dan hasil produksi sapi perah.

4. Sapi Perah

Sapi perah adalah jenis sapi yang menghasilkan air susu melebihi kebutuhan anaknya dan merupakan salah satu dari ternak perah yang mampu merubah makanan


(29)

29

Nia Amelia, 2014

Potensi pengembangan budidaya sapi perah di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

menjadi air susu yang sangat bermanfaat bagi anak-anaknya maupun bagi manusia (Hardiyanto dalam Alfiyan, 2010). Adapun sapi perah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sapi perah produksi yang sengaja dibudididayakan peternak untuk memenuhi kebutuhan susu.

5. Strategi Pengembangan

Strategi menurutRangkuti (2009:23) “Merupakan alat untuk mencapai tujuan”. Alternatif strategi dirumusakan menggunakan analisis SWOT untuk menganalisis faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, ancaman dan peluang yang diperoleh dari hasil analisis potensi fisik dan potensi sosial dalam pengembangan budidaya sapi perah. F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyno, 2012:102). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa pedoman instrument fisik dan dan instrumen sosial.

1. Instrumen fisik yaitu untuk mengukur kondisi fisik di daerah penelitian seperti iklim, ketersediaan air, kemiringan lereng, ketinggian tempat, keadaan tanah, jenis tanah dan jenis batuan

2. Instrument sosial ekonomi yaitu instrumen yang digunakan untuk mengidentifikasi tingkat pendidikan, pengalamn berternak, kepemilikan ternak, modal, tenaga kerja dan aspek budidaya.

Untuk lebih jelasnya mengenai kisi-kisi instrument bisa dilihat pada Tabel 3.6 Tabel 3.6.

Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Variabel Indikator Bentuk Instrumen No Item Sasaran

Potensi Fisik

Lokasi Format observasi 1

Observasi Lapangan

Iklim Formatobservasi 2

Ketersediaan air Formatobservasi 3 Ketinggian tempat Formatobservasi 4 Kemiringan lereng Formatobservasi 5

Tanah Format observasi 6

Penggunaan Lahan Format observasi 7 Pengalaman dan Format wawancara 1 - 5


(30)

30

Nia Amelia, 2014

Potensi pengembangan budidaya sapi perah di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Potensi Sosial Ekonomi

Kepemilikan

ternak Peternak sapi

perah

Modal Format wawancara 6 - 10

Tenaga Kerja Format wawancara 11 - 13 Budidaya sapi

perah

Jenis ternak Format wawancara 21 - 27

Peternak sapi perah Pemasaran Format wawancara 27 - 34

Analisis lokasi peternakan

Format wawancara 35 - 42 Pengembangan

Potensi ketersediaan hijauan

Format wawancara 43 - 50

Peternak sapi perah G. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan metodenya maka penulis memakai teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Observasi lapangan

Menurut Tika (2005:44) mengemukakan bahwa “Observasi adalah cara dan teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan, pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang ada pada objek penelitian.”Tujuan dari observasi lapangan adalah untuk mendapatkan data langsung dan aktual dengan melakukan pengamatan secara sistematis terhadap fenomena yang ada di lokasi penelitian. Untuk itu observasi lapangan dilakukan untuk mengobservasi lokasi penelitian, observasi lapangan dilakukan untuk mendapatkan data kondisi fisik yaitu: iklim, topografi, kemiringan lereng, ketersediaan air, tanah dan penggunaan lahan.

2. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengambilan data secara langsung kepada responden melalui percakapan. Dengan wawancara dapat melengkapi data yang tidak diungkapkan oleh teknik observasi. Proses wawancara dilakukan dengan menggunakan panduan (interview guide) yang disebut dengan pedoman wawancara. Data yang dikumpulkan dengan wawancara adalah data sosial ekonomi untuk menganalisis potensi sosial ekonomi dalam pengembangan budidaya sapi perah yaitu mengenai Pengalaman, kepemilikan ternak, modal, tenaga kerja, aspek budidaya dan pemasaran. 3. Studi Literatur


(31)

31

Nia Amelia, 2014

Potensi pengembangan budidaya sapi perah di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Studi literatur merupakan suatu kajian terhadap berbagai sumber kepustakaan untuk memperoleh data sekunder yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti melalui buku, jurnal dan hasil penelitian dan data dari instansi. Teknik ini digunakan untuk menunjang penulis dalam memperoleh data yang dimaksud agar menjadi bahan pertimbangan sehingga dapat mempertajam analisis dalam pemecahan masalah. Data yang digunakan seperti buku yang berhubungan dengan budidaya sapi perah, agribisnis sapi perah. referensi dari isntansi misalnya data curah hujan, air dan tanah.

4. Studi Dokumentasi

Teknik ini dilakukan dengan mengumpulkan data dan pengkajian terhadap dokumen yang tersedia. Dalam hal ini data yang dikumpulkan yakni data curah hujan, data sosial seperti monografi kecamatan Cigugur, data penggunaan lahan, Dokumen Cigugur dalam angka, data jumlah populasi dan produksi susu sapi perah, data jumlah peternak sapi.Adapun bahan dan alat yang digunakan untuk membantu dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

a. Peta Rupabumi skala 1 : 25.000 Lembar 1309-122 Kuningan b. Peta Geologi Skala 1 : 100.000 Lembar Arjawinangun

c. Peta Tanah Jawa Barat

d. Pedoman observasi lapangan untuk mengidentifikasi data fisik dan pedoman wawancara untuk mengidentifikasi dan menganalisis potensi sosial di lapangan secara langsung

e. Alat tulis untuk mencatat hasil penelitian

f. Kamera digunakan untuk mendokumentasikan berbagai objek hasil penelitian di lapangan

H. Teknik Pengolahan Data

Secara sistematis langkah-langkah untuk teknik pengolahan data penelitian yang terkumpul adalah sebagai berikut:


(32)

32

Nia Amelia, 2014

Potensi pengembangan budidaya sapi perah di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Langkah ini dimaksudkan untuk mengetahui kelengkapan data yang terkumpul melalui instrument penelitian yaitu pedoman obervasi dan wawancara.

2. Editing data

Pengecekan data yang telah dikumpulkan agar data yang akan diolah lebih lanjut adalah data yang cukup baik dan relevam untuk tujuan penelitian.

3. Coding

Coding adalah suatu usaha untuk pengklasifikasian jawaban menurut macamnya.

Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah data tersebut memenuhi atau tidak pertanyaan peneliti.

4. Tabulasi

Tabulasi data yaitu hasil dari editing dan coding di atas, data tersebut kemudian dapat disajikan dalam bentuk tabel, gambar, bagan dan peta.

E. Teknik Analisis Data

Setelah data selesai dikumpulkan dengan lengkap dari lapangan, maka langkah selanjutnya adalah tahap analisis data. Teknik yang digunakn dalam analisis data dalam penelitian ini adalah teknik kuantitatif yaitu dengan cara memberikan nilai pada masing-masing karakteristik variabel agar apat dihitung nilainya.Parameter yang dinilai meliputi kondisi fisik, kondisi sosial dan ekonomi.

Untuk mengetahui presentase terhadap kondisi sosial peternak sapi perah maka dilakukan perhitungan presentase (Santoso (2001:299) mengungkapkan bahwa” Untuk mengetahui kecendrungan jawaban responden dan fenomena di lapangan digunakan analisis presentase dengan menggunaka formula:

Keterangan:

P : Presentase

f : Frekuensi setiap kategori jawaban n : Jumlah seluruh responden


(33)

33

Nia Amelia, 2014

Potensi pengembangan budidaya sapi perah di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Untuk mengetahui jawaban responden, penulis menggunakan indeks untuk membandingkan suatu objek atau data, baik yang bersifat faktual ataupun perkembangan. Kriteria yang digunakan untuk presentase bisa dilihat pada Tabel 3.6.

Tabel 3.7. Kriteria Presentase

No Presentase (%) Keterangan

1. 0 Tidak ada

2. 1 – 24 Sebagian kecil

3. 25 – 49 Kurang dari setengahnya

4. 50 Setengahnya

5. 51 – 74 Lebih dari setengahnya

6. 75 – 99 Sebagian besar

7. 100 Seluruhnya

Sumber: Arikunto, 1998

Kebutuhan pakan ternak dihitung berdasarkan kebutuhan pakan minimum ternak ruminansia untuk satu satuan ternak (ST) yang menggunakan metode menurut (Thahar, dkk:1991). Untuk menghitung terdapat dua bagian yaitu potensi limbah pertanian didapat dari sisa hasil produksi tanaman pangan seperti jerami padi, jerami jagung, dan kacang-kacangan sedangkan potensi rumput atau hijauan alami di dapat dari penggunaan lahan pekarangan, kebun, ladang, hutan, pangonan dan lain-lain.

 Potensi limbah:

= {(ps x 0,4) + (pl x 3 x 0,4) + (jg x 3 x 0,5) + (kh+kt x 2 x 0,5) + (uj x 0,25/6) + (uk x 0,25/4)}X 0,65

Keterangan:

Ps = padi sawah; Pl = pasdi ladang; Jg = jagung; Kh = kacang hijaun; Kt = kacang tanah; Uj = ubi jalar; Uk = ubi kayu

 Potensi hijauan alami:

= {(P karang x 0,53 x 2) + (Teg + Huma + Ladang + kebun + L. Bera x 2,875) + (pangonan x0,75) + (Hutanx 0,6) + (lain X 0,75)


(34)

34

Nia Amelia, 2014

Potensi pengembangan budidaya sapi perah di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Keterangan:

P karang = pekarangan; Teg = tegalan; Lada = ladang; L. Bera = lahan bera

Kebutuhan pakan ternak dapat dihitung dengan menghitung kebutuhan pakan minimum. Dengan dihitung menurut Thahar, dkk :1991) rumus yang digunakan adalah: K = 2,5% x 50% x 365 x 250 kg = 1,14 ton BK/Tahun

Keterangan :

K = Kebutuhan pakan minimum untuk satu ST dalam ton bahan kering

2,50% = Kebutuhan minimum jumlah ransum hijauan pakan (bahan kering) terhadap berat badan; nilai rata-rata daya cerna berbagai jenis tanaman adalah 50%; 365= jumlah dari dalam satu tahun ; 250 kg = jumlah biomasa untuk satu Satuan Ternak.

Untuk merumuskan strategi pengembangan budidaya sapi perah menggunakan teknik analis SWOT.

a. Strength, adalah analisis mengenai faktor yang menjadi kekuatan dalam

pengembangan budidaya sapi perah.

b. Weaknes, adalah analisis mengenai faktor yang menadi kelemahan dalam

pengembangan budidaya spai perah

c. Opportunity adalah analisis mengenai faktor yang menjadi peluang dalam

pengembangan budidaya sapi perah

d. Threat adalah mengenai faktor yang menjadi ancaman dalam pengembagan

Masing-masing unsur tersebut dihubungkan keterkaitannya untuk memperoleh alternatif strategi. Strategi tersebut dimaksudkan untuk mengkonsolidasikan faktor-faktor eksternal strategis (peluang dan ancaman) dengan faktor-faktor-faktor-faktor internal strategis (kekuatan dan kelemahan). Hubungan antar unsur tersebut dapat dilihat dari Matriks 3.1.

Analisis SWOT dalam pengembangan budidaya sapi perah meliputi analisis lingkungan internal berupa variabel yang menjadi kekuatan dan kelemahan sertalingkungan eksternal yang berupa variabel peluang dan ancamanJika semua


(35)

35

Nia Amelia, 2014

Potensi pengembangan budidaya sapi perah di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

informasi yang berpengaruhdalam hal ini data kondisi geografi fiisk maupun sosial ekonomi di Kecamatan Cigugur sudah diperoleh maka selanjutnya adalah memanfaatkan data tersebut untuk permumusan strategi pengembangan. Analsis SWOT dipilih karena menggambarkan secara jelas terkait peliang dan ancaman eksternal yang dihadapi dalam penegmbangan budisaya sapi perah yang akan disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan.

Matriks Analisis SWOT

Faktor Internal

Faktor Eksternal

Kekuatan (S) Kelemahan (W)

Peluang (O) Strategi SO

Strategi yang disusun untuk memanfaatkan kekuatan yang ada dalam upaya meraih peluang

Strategi WO

Strategi yang disusun untuk menutupi atau mengurangi kelemahan yang ada dalam upaya meraih peluang

Ancaman (T) Strategi ST

Strategi yang disusun untuk memanfaatkan kekuatan yang ada

dalam upaya

menghadapi ancaman

Strategi WT

Strategi yang disusun untuk menutupi atau mengurangi kelemahan yang ada dalam upaya menutupi ancaman

Sumber: Rangkuti Freddy, 2009

I. Alur Penelitian


(36)

36

Nia Amelia, 2014

Potensi pengembangan budidaya sapi perah di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Latar Belakang

- Budidaya sapi perah banyak dilakukan di Kecamatan Cigugur

- Populasi dan produksi susu masih berisfat fluktuatif

- Permintaan terhadap susu terus mengalami peningkatan

- Analisis potensi dan rumusan strategi pengembangan budidaya sapi perah

Potensi Pengembangan Budidaya Sapi Perah di Kecamatan Cigugur

Faktor Geografis

Faktor Sosial: a. Pengalaman b. Kepemilikan ternak c. Modal

d. Tenaga kerja

e. Inovasi dan teknologi f. Aspek budidaya g. Pemasaran Faktor Fisik:

a. Iklim b. Topografi

c. Kemiringan Lereng d. Ketersediaan air e. Tanah

f. Penggunaan lahan

Analisis ketersediaan pakan hijauan dan

populasi ternak sapi perah

Keterampilan berternak

Potensi Pengembangan

Strategi Pengembangan


(37)

20

Nia Amelia, 2014

Potensi pengembangan budidaya sapi perah di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu


(38)

[Type text]

Nia Amelia, 2014

Potensi pengembangan budidaya sapi perah di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis mengenai “Potensi Pengembangan Budidaya Sapi Perah di Kecamatan Cigugur”. Maka sebagai bab akhir pada tulisan skripsi ini, dikemukakan simpulan dan saran mengenai hasil penelitian.

A. Simpulan

Adapun simpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Budidaya Sapi Perah di Kecamatan Cigugur didukung oleh faktor fisik dan faktor sosial ekonomi, faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:

a. Faktor Fisik

Suhu rata-rata di daerah ini adalah 17-25 0C dengan jumlah curah hujan 2.230,3 mm/tahun berdasarkan klasifikasi iklim menurut Schimdt-Ferguson maka lokasi penelitian termasuk ke dalam iklim Tipe C (agak basah). Kondisi topografi beragam dengan kemiringan lereng mulai dari datar hingga curam karena letaknya berada di kaki Gunung Ciremai, banyaknya lokasi kandang yang dibangun di kemiringan lereng landai dapat membantu saluran drainase yang baik. Ketinggian tempat lokasi ini adalah 662-1.110 mdpl, semua aspek budidaya tersebut memenuhi dalam persyaratan budidaya sapi perah. Jenis tanah di lokasi ini cocok untuk menaman sumber hijaun ternak yang dimanfaatkan sebagai pakan sapi perah seperti rumput, kalindra dan tanaman yang menghasilkan jerami.

b. Faktor Sosial Ekonomi

Faktor sosial ekonomi dilihat dari faktor Tingkat pendidikan dan pengalaman berternak sapi perah. tingkat pendidikan formal peternak sebagian besar berlatar belakang SD, sedangkan pendidikan non formal yaitu mengikuti pelatihan dan penyuluhan yang diikuti oleh peternak dengan pendidikan menegah. Sebagian besar peternak tidak pernah mengikuti pelatihan atau penyuluhan. Tenaga kerja dalam budidaya sapi perah menggunakan tenaga kerja yang sebagian besar adalah anggota


(39)

123

Nia Amelia, 2014

Potensi pengembangan budidaya sapi perah di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

keluarga. Modal bersumber dari biaya pribadi dan bank yang akan berengaruh terhadap kepemilikan ternak.

2. Potensi pengembangan budidaya sapi perah

Potensi kapasitas daya tampung ternak terhadap ketersediaan hijauan berupa bahan kering maka total sapi perah 3.867,2 ST membutuhkan pakan hijauan dalam bentuk kering 4.408 Ton/Tahun. Dan ketersediaan hijauan di kecamatan Cigugur bisa menampung sapi perah sebanyak 7.200 ST. Berdasarkan data tersebut maka wilayah kecamatan Cigugur memiliki potensi untuk melakukan penambahan sapi perah sebanyak 3.673 ST. Saat ini peternak sapi perah di Kecamatan Cigugur baru memanfaatkan limbah pertanian sebagai bahan pakan hijauan sapi perah, belum memanfaatkan rumput alam yang tersedia karena para peternak menganggap bahwa untuk mencari rumput alam memerlukan waktu dan jarak yang jauh. Akibatnya peternak sapi perah merasa kesulitan mencari pakan karena yang peternak cari adalah jerami hasil limbah pertanian untuk kebutuhan pakan sapi perah yang dimilikinya. Kandungan gizi yang terdapat dari limbah pertanian rendah untuk meningkatkan kandungan gizinya maka peternak bisa melakukan upaya seperti memotong jerami, jerami di fermentasi, melakukan penyimpanan, pengawetan dan peningkatan melalui sentuhan teknologi pengolahan pakan agar bisa meningkatkan kualitas susu yang dihasilkan.

Potensi pasar dalam mendistribusikan susu sapi perah masih luas wilayah pemasaran sudah menjangkau wilayah di luar Kabupaten Kuningan seperti Cirebon, Majalengka, Indramayu, Bandung, Brebes, Cilacap, Tegal. Alur pemasaran dari peternak ke koerasi langdung ke konsumen dan ada yang melalui Indstri Pengolahan Susu. Masih rendahnya produktivitas susu sapi perah mengakibatan supplay dan

demand terjadi ketidakseimban yang berakibat pada tidak terpenhinya permintaan

konsumen terhadap susu sapi perah.

3. Strategi pengembangan budidaya spai perah

Alternatif strategi utama yang sangat dibutuhkan dalam mengembangkan usaha budiaya sapi perah di Kecamatan Cigugur adalah dengan mengoptimalkan dan


(40)

124

Nia Amelia, 2014

Potensi pengembangan budidaya sapi perah di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

mengembangkan kemampuan internal peternak serta memanfaatkan sumberdaya alam yang tersedia untuk meningkatkan skala usaha dengan tujuan menghasilkan jumlah sapi perah dan produktivitas susu sapi perah yang optimal serta pengenalan mengenai teknologi pakan,manajemen pemeliharaan dalam sistem budidaya baik dalam menjaga kebersihan pakan, memberikan pakan serta menjalin kemitraan yang kuat dengan berbagai pihak yang berkiatan dengan budidaya sapi perah.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka rekomendasi yang diajukan dalam rangka pengembangan budidaya sapi perah di Kecamatan Cigugur adalah sebagai berikut: 1. Kecamatan Cigugur memiliki potensi untuk melakukan pengembangan budidaya

sapi perah. Para peternak sudah seharusnya memanfaatkan sumber pakan hijauan berupa rumput bukan hanya jerami yang berasal dari limbah pertanian karena berdasarkan hasil penelitian di Kecamatan Cigugur sumber pakan hijauan yang berasal dari rumput masih meilmpah yang kaya akan kandungan gizi untuk kebutuhan sapi perah dibandingkan kandungan gizi yang terdapat dalam jerami.. Dengan banyaknya rumput sebagai sumber pakan hijauan akan meningkatkan kualitas susu yang dihasilkan. Hampir seluruh wilayah di Kecamatan Cigugur memiliki potensi untuk pengembangan budidaya sapi perah kecuali Kelurahan Cipari yang jumlah sapi perahnya sudah memenuhi batas maksimal. Dengan memiliki potensi yang melimpah bisa dijadikan peluang oleh peternak untuk mneingkatkan kualitas dan kuantitas sapi perah guna menghasilkan kualitas susu yang optimal agar dapat memenuhi permintaan susu.

2. Pemerintah sebagai pemangku kebijakan hendaknya memberikan dorongan kepada peternak untuk meningkatkan produktivitas peternak dengan jalan mengadakan pelatihan dan penyuluhan agar menambah keterampilan peternak dalam melakasanakan budidaya sapi perah yang lebih efisien.

3. Pemerintah, peternak, koperasi dan Industri Pengolahan Susu memiliki keterkaitan satu sama lain dalam pengembangan budidaya sapi perah sudah sehrusnya lebih


(41)

125

Nia Amelia, 2014

Potensi pengembangan budidaya sapi perah di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

meningkatakan kerjasama mengingat masih besarnya potensi yang dimiliki oleh wilayah di Kecamatan Cigugur

4. Dalam penelitian ini penulis belum menyentuh pada analisis strategi untuk dijadikan kebijakan, strategi dalam penelitian ini hanya merupakan saran dan bagi semua pihak yang terlibat dalam pengembangan budidaya sapi perah di Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan.


(42)

125

Nia Amelia, 2014

Potensi pengembangan budidaya sapi perah di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Alfiyan, Muhamad. (2008). Persepsi Peternak Terhadap Program Kelayakan

Pengembangan Peternakan Sapi Perah di Luar Wilayah Lembang.Bogor: Tidak

diterbitkan

Aliyani, A. (2013). Potensi Pengembangan Budidaya Ubi jalar (Ipomea batatas L. di

Kecamatan Cilimus Kabupaten Kuningan. Bandung:Tidak diterbitkan

Arikunto, Suharismi. (2006). Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Baharta, Dewi. (1995). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Depdikbud Balai Pustaka Bidang Kependudukan Kecamatan Cigugur (2013). Pemerintahan Kecamatan

Cigugur

Dinas Pertanian Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kuningan. (2013). Populasi dan Produksi Susu Sapi Perah di Kabupaten Kuningan. Kuningan: Tidak Diterbitkan Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan. (2012). Pedoman Teknis

Pengembangan Budidaya Sapi Perah Pola PMUK. Jakarta:Direktorat Budidaya

Ternak

Firman, Achmad. (2010). Agribisnis Sapi Perah. Bandung : Widya Padjadjaran Jamulya dan Sunarto. (1991). Evaluasi Sumber Daya Lahan. Yogyakarta: Universitas

Gajah Mada

Muljiana, W. (1982). Pemeliharaan dan Kegunaan Ternak Sapi Perah. Semarang: C.V Aneka

Pahilla, Gina. (2012). Potensi Pengembangan Budidaya Kambing PE

sebagaiKomoditas Unggulan Agribisnis di Kabupaten Sumedang. Bandung:


(43)

126

Nia Amelia, 2014

Potensi pengembangan budidaya sapi perah di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Prasetyo, B. Jannah, M. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Teori dan Aplikasinya. Jakarta: PT Raja Persada

Rafi’I, Suryatna. (1995). Meteorologi dan Klimatologi. Bandung; Angkasa

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kuningan Tahun 2011

Santoso, Gempur.(2001). Metodelogi Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif: Jakarta Sugiyono. (2011). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta

Sutanto, Rahcman. (2005). Dasar-dasar Ilmu Tanah Konsep dan Kenyataan. Yogyakarta: Kanisius.

Tika, Pabundu. (2005). Metode Penelitian Geografi. Jakarta: BumiAksara Tjasyono, Bayong. (2004). Klimatologi. Bandung : Institut Teknologi Bandung Undang, Santoso. (2004). Berternak Sapi Perah. Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman Karya Ilmiah. Bandung: UPI Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional


(1)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis mengenai “Potensi Pengembangan Budidaya Sapi Perah di Kecamatan Cigugur”. Maka sebagai bab akhir pada tulisan skripsi ini, dikemukakan simpulan dan saran mengenai hasil penelitian.

A. Simpulan

Adapun simpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Budidaya Sapi Perah di Kecamatan Cigugur didukung oleh faktor fisik dan faktor sosial ekonomi, faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:

a. Faktor Fisik

Suhu rata-rata di daerah ini adalah 17-25 0C dengan jumlah curah hujan 2.230,3 mm/tahun berdasarkan klasifikasi iklim menurut Schimdt-Ferguson maka lokasi penelitian termasuk ke dalam iklim Tipe C (agak basah). Kondisi topografi beragam dengan kemiringan lereng mulai dari datar hingga curam karena letaknya berada di kaki Gunung Ciremai, banyaknya lokasi kandang yang dibangun di kemiringan lereng landai dapat membantu saluran drainase yang baik. Ketinggian tempat lokasi ini adalah 662-1.110 mdpl, semua aspek budidaya tersebut memenuhi dalam persyaratan budidaya sapi perah. Jenis tanah di lokasi ini cocok untuk menaman sumber hijaun ternak yang dimanfaatkan sebagai pakan sapi perah seperti rumput, kalindra dan tanaman yang menghasilkan jerami.

b. Faktor Sosial Ekonomi

Faktor sosial ekonomi dilihat dari faktor Tingkat pendidikan dan pengalaman berternak sapi perah. tingkat pendidikan formal peternak sebagian besar berlatar belakang SD, sedangkan pendidikan non formal yaitu mengikuti pelatihan dan penyuluhan yang diikuti oleh peternak dengan pendidikan menegah. Sebagian besar peternak tidak pernah mengikuti pelatihan atau penyuluhan. Tenaga kerja dalam budidaya sapi perah menggunakan tenaga kerja yang sebagian besar adalah anggota


(2)

Nia Amelia, 2014

Potensi pengembangan budidaya sapi perah di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

keluarga. Modal bersumber dari biaya pribadi dan bank yang akan berengaruh terhadap kepemilikan ternak.

2. Potensi pengembangan budidaya sapi perah

Potensi kapasitas daya tampung ternak terhadap ketersediaan hijauan berupa bahan kering maka total sapi perah 3.867,2 ST membutuhkan pakan hijauan dalam bentuk kering 4.408 Ton/Tahun. Dan ketersediaan hijauan di kecamatan Cigugur bisa menampung sapi perah sebanyak 7.200 ST. Berdasarkan data tersebut maka wilayah kecamatan Cigugur memiliki potensi untuk melakukan penambahan sapi perah sebanyak 3.673 ST. Saat ini peternak sapi perah di Kecamatan Cigugur baru memanfaatkan limbah pertanian sebagai bahan pakan hijauan sapi perah, belum memanfaatkan rumput alam yang tersedia karena para peternak menganggap bahwa untuk mencari rumput alam memerlukan waktu dan jarak yang jauh. Akibatnya peternak sapi perah merasa kesulitan mencari pakan karena yang peternak cari adalah jerami hasil limbah pertanian untuk kebutuhan pakan sapi perah yang dimilikinya. Kandungan gizi yang terdapat dari limbah pertanian rendah untuk meningkatkan kandungan gizinya maka peternak bisa melakukan upaya seperti memotong jerami, jerami di fermentasi, melakukan penyimpanan, pengawetan dan peningkatan melalui sentuhan teknologi pengolahan pakan agar bisa meningkatkan kualitas susu yang dihasilkan.

Potensi pasar dalam mendistribusikan susu sapi perah masih luas wilayah pemasaran sudah menjangkau wilayah di luar Kabupaten Kuningan seperti Cirebon, Majalengka, Indramayu, Bandung, Brebes, Cilacap, Tegal. Alur pemasaran dari peternak ke koerasi langdung ke konsumen dan ada yang melalui Indstri Pengolahan Susu. Masih rendahnya produktivitas susu sapi perah mengakibatan supplay dan

demand terjadi ketidakseimban yang berakibat pada tidak terpenhinya permintaan

konsumen terhadap susu sapi perah.

3. Strategi pengembangan budidaya spai perah

Alternatif strategi utama yang sangat dibutuhkan dalam mengembangkan usaha budiaya sapi perah di Kecamatan Cigugur adalah dengan mengoptimalkan dan


(3)

mengembangkan kemampuan internal peternak serta memanfaatkan sumberdaya alam yang tersedia untuk meningkatkan skala usaha dengan tujuan menghasilkan jumlah sapi perah dan produktivitas susu sapi perah yang optimal serta pengenalan mengenai teknologi pakan,manajemen pemeliharaan dalam sistem budidaya baik dalam menjaga kebersihan pakan, memberikan pakan serta menjalin kemitraan yang kuat dengan berbagai pihak yang berkiatan dengan budidaya sapi perah.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka rekomendasi yang diajukan dalam rangka pengembangan budidaya sapi perah di Kecamatan Cigugur adalah sebagai berikut: 1. Kecamatan Cigugur memiliki potensi untuk melakukan pengembangan budidaya

sapi perah. Para peternak sudah seharusnya memanfaatkan sumber pakan hijauan berupa rumput bukan hanya jerami yang berasal dari limbah pertanian karena berdasarkan hasil penelitian di Kecamatan Cigugur sumber pakan hijauan yang berasal dari rumput masih meilmpah yang kaya akan kandungan gizi untuk kebutuhan sapi perah dibandingkan kandungan gizi yang terdapat dalam jerami.. Dengan banyaknya rumput sebagai sumber pakan hijauan akan meningkatkan kualitas susu yang dihasilkan. Hampir seluruh wilayah di Kecamatan Cigugur memiliki potensi untuk pengembangan budidaya sapi perah kecuali Kelurahan Cipari yang jumlah sapi perahnya sudah memenuhi batas maksimal. Dengan memiliki potensi yang melimpah bisa dijadikan peluang oleh peternak untuk mneingkatkan kualitas dan kuantitas sapi perah guna menghasilkan kualitas susu yang optimal agar dapat memenuhi permintaan susu.

2. Pemerintah sebagai pemangku kebijakan hendaknya memberikan dorongan kepada peternak untuk meningkatkan produktivitas peternak dengan jalan mengadakan pelatihan dan penyuluhan agar menambah keterampilan peternak dalam melakasanakan budidaya sapi perah yang lebih efisien.

3. Pemerintah, peternak, koperasi dan Industri Pengolahan Susu memiliki keterkaitan satu sama lain dalam pengembangan budidaya sapi perah sudah sehrusnya lebih


(4)

Nia Amelia, 2014

Potensi pengembangan budidaya sapi perah di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

meningkatakan kerjasama mengingat masih besarnya potensi yang dimiliki oleh wilayah di Kecamatan Cigugur

4. Dalam penelitian ini penulis belum menyentuh pada analisis strategi untuk dijadikan kebijakan, strategi dalam penelitian ini hanya merupakan saran dan bagi semua pihak yang terlibat dalam pengembangan budidaya sapi perah di Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Alfiyan, Muhamad. (2008). Persepsi Peternak Terhadap Program Kelayakan

Pengembangan Peternakan Sapi Perah di Luar Wilayah Lembang.Bogor: Tidak

diterbitkan

Aliyani, A. (2013). Potensi Pengembangan Budidaya Ubi jalar (Ipomea batatas L. di

Kecamatan Cilimus Kabupaten Kuningan. Bandung:Tidak diterbitkan

Arikunto, Suharismi. (2006). Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Baharta, Dewi. (1995). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Depdikbud Balai Pustaka

Bidang Kependudukan Kecamatan Cigugur (2013). Pemerintahan Kecamatan Cigugur

Dinas Pertanian Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kuningan. (2013). Populasi dan Produksi Susu Sapi Perah di Kabupaten Kuningan. Kuningan: Tidak Diterbitkan

Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan. (2012). Pedoman Teknis

Pengembangan Budidaya Sapi Perah Pola PMUK. Jakarta:Direktorat Budidaya

Ternak

Firman, Achmad. (2010). Agribisnis Sapi Perah. Bandung : Widya Padjadjaran

Jamulya dan Sunarto. (1991). Evaluasi Sumber Daya Lahan. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada

Muljiana, W. (1982). Pemeliharaan dan Kegunaan Ternak Sapi Perah. Semarang: C.V Aneka

Pahilla, Gina. (2012). Potensi Pengembangan Budidaya Kambing PE

sebagaiKomoditas Unggulan Agribisnis di Kabupaten Sumedang. Bandung:


(6)

Nia Amelia, 2014

Potensi pengembangan budidaya sapi perah di kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Prasetyo, B. Jannah, M. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Teori dan Aplikasinya. Jakarta: PT Raja Persada

Rafi’I, Suryatna. (1995). Meteorologi dan Klimatologi. Bandung; Angkasa

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kuningan Tahun 2011

Santoso, Gempur.(2001). Metodelogi Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif: Jakarta

Sugiyono. (2011). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta

Sutanto, Rahcman. (2005). Dasar-dasar Ilmu Tanah Konsep dan Kenyataan. Yogyakarta: Kanisius.

Tika, Pabundu. (2005). Metode Penelitian Geografi. Jakarta: BumiAksara

Tjasyono, Bayong. (2004). Klimatologi. Bandung : Institut Teknologi Bandung

Undang, Santoso. (2004). Berternak Sapi Perah. Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman Karya Ilmiah. Bandung: UPI

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan Teknologi