PENERAPAN KETERAMPILAN ORIGAMI TERHADAPPENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK LOW VISION DI SDLB NEGERI A CITEUREUP.

(1)

PENERAPAN KETERAMPILAN ORIGAMI TERHADAP

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS

ANAK LOW VISION DI SDLB NEGERI A CITEUREUP

Metode eksperimen dengan teknik analisis Single Subject Research (SSR)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Departemen Pendidikan Khusus

Oleh,

Septy Dwi Yolanda 1001403

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2015


(2)

PENERAPAN KETERAMPILAN ORIGAMI TERHADAP

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS

ANAK LOW VISION DI SDLB NEGERI A CITEUREUP

Oleh Septy Dwi Yolanda

Sebuah skripsi diajukan guna memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada Departemen Pendidikan Khusus

© Septy Dwi Yolanda 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, di photocopy, atau cara lainnya tanda ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

SEPTY DWI YOLANDA 1001403

PENERAPAN KETERAMPILAN ORIGAMI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK LOW VISION DI SDLB A CITEUREUP

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH : Pembimbing I

Dr. H. Atang Setiawan, M.Pd NIP. 19560412 198301 1 001

Pembimbing II

Drs. Zulkifli Sidiq, M.Pd NIP. 19601015 1987011 1 001

Mengetahui

Ketua Departemen Pendidikan Khusus Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

Drs. Sunaryo, M. Pd NIP: 19560722 198503 1 001


(4)

Septy Dwi Yolanda, 2014

Penerapan keterampilan origami terhadap peningkatan kemampuan motorik halus anak low vision di SDLB Negeri A Citeureup

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

PENERAPAN KETERAMPILAN ORIGAMI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK LOW VISION DI SDLB NEGERI A CITEUREUP

Tunanetra merupakan keadaan seseorang yang mengalami hambatan atau keterbatasan fungsi penglihatan, baik yang masih memiliki sisa penglihatan maupun yang harus dibantu dengan alat bantu yang selanjutnya disebut dengan Low Vision. Hambatan atau keterbatasan pada fungsi penglihatan banyak memiliki dampak pada mereka, salah satunya pada aspek motorik. Hal ini dikarenakan anak yang memiliki hambatan pada fungsi penglihatan menyebabkan anak kesulitan dalam menggunakan motorik terutama motorik halus. Subjek dalam penelitian ini adalah anak low vision yang memiliki hambatan pada motorik halus, hal ini dikarenakan tidak dilatihnya motorik halus sedari anak masih kecil. Maka dari itu peneliti bermaksud mencari solusi dalam menangani permasalahan tersebut, yakni dengan pemanfaatan media keterampilan origami sebagai media pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak low vision. Origami merupakan seni dalam melipat kertas yang memiliki manfaat melatih motorik halus anak. Oleh karena itu dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan media keterampilan origami dalam melatih kemampuan motorik halus anak low vision di SDLB Negeri A Citeureup. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan subjek tunggal, desain A-B-A . Hasil penelitian menggunakan presentase dan ditampilkan melalui tabel dan grafik. Berdasarkan analisis data yang diperoleh menunjukkan adanya peningkatan pada kemampuan motorik halus anak setelah diberikan intervensi. Dapat disimpulkan bahwa media yang digunakan dalam melatih motorik halus terutama pada jemari tangan memiliki pengaruh dalam kelenturan jemari dan kekuatan otot jemari tangan, walaupun tidak signifikan. Penerapan media origami dapat diterapkan untuk melatih motorik halus pada tangan. Hal ini dikarenakan dengan origami anak dapat melenturkan dan memperkuat otot jemari tangan, selain itu media ini sangat menyenangkan bagi anak. Kata kunci: tunanetra, keterampilan origami, kemampuan motorik halus anak low vision

THE IMPLEMENTATION OF ORIGAMI SKILLS TO

IMPROVE FINE MOTOR SKILLS CHILDREN WITH LOW VISION AT SDLB NEGERI A CITEUREUP

Abstract: A blindness is circumstances of someone who experiencing the barriers or limitation of visual function, although who still have the vision and the rest should be assisted with tools with called as low vision. The barriers or limitation on visual function has an impact on a lot of them, one of aspect that barriered is the motor aspect. This because children who have barriers of their visual function causes difficulty in using the motor especially for fine motor. The subjects of this research were low vision children who have barriers in fine motor skill and those who are not trained since their still baby. Therefore the researchers intend to seek a solution in dealing with these problems, that is the use of media origami skills to improve fine motor skills children with low vision. Origami is the art of folding paper with fine motor training benefits. Therefore, this research aims to determine the influence of media using origami skills of fine motor skills


(5)

Septy Dwi Yolanda, 2014

Penerapan keterampilan origami terhadap peningkatan kemampuan motorik halus anak low vision di SDLB Negeri A Citeureup

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

in children with low vision at SDLB Negeri A Citeureup. As for the methods that is used in this research is the experimental method with a single subject, A-B-A design. The results using percentage and displayed through tables and graphs. Based on the analysis of data, it showed an increases in the fine motor skills after the child is given the intervention. It can be conclude that the media used in the training of fine motor skills, especially for fingers have influence in finger flexibility and muscle strength of the fingers, although it is not significant. The implementation media origami can be applied to train the fine motor skills for hand. This is because with origami, the children can flex and strengthen the muscles of the fingers, in addition that the media is very fun for children.


(6)

Septy Dwi Yolanda, 2014

Penerapan keterampilan origami terhadap peningkatan kemampuan motorik halus anak low vision di SDLB Negeri A Citeureup

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAN

ABSTRAK

KATA PENGANTAR ……….... i

UCAPAN TERIMAKASIH ………... ii

DAFTAR ISI ……… iv

DAFTAR TABEL ……… vi

DAFTAR GRAFIK ………. vii

DAFTAR GAMBAR ………... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Identifikasi Masalah ……….. 3

C. Batasan Masalah ………... 4

D. Rumusan Masalah ………. 4

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ………... 4

1. Tujuan penelitian ……….….. 4

2. Kegunaan Penelitian ……….. 4

BAB II KETERAMPILAN ORIGAMI TERHADAP MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK LOW VISION A. Hakekat Tunanetra ………..………. 6

1. Konsep Dasar Tunanetra ………..………..….. 6

2. Low Vision ………..…. 7

3. Ciri-ciri Low Vision ..……….…..………..…. 8

4. Klasifikasi Low Vision …...………...…... 8

B. Perkembangan Motorik Halus .………. 10


(7)

Septy Dwi Yolanda, 2014

Penerapan keterampilan origami terhadap peningkatan kemampuan motorik halus anak low vision di SDLB Negeri A Citeureup

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Perkembangan Motorik Halus Anak Low Vision ....….….. ….…. 13

C. Media Keterampilan Origami….………...………. 15

1. Teknik-teknik Dalam Origami ………...… 16

2. Tujuan dan Manfaat Keterampilan Origami ………....…….. 17

D. Kerangka Berpikir ………..……… 17

E. Hipotesis ……….… 18

BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian ……… 19

1. Variabel Bebas ………..…..….. 19

2. Variabel Terikat ……….…...…. 20

B. Metode Penelitian ……….. 22

C. Subjek Penelitian ………... 23

1. Subjek Penelitian ……….…..………... 23

2. Lokasi Penelitian ……….…..………... 24

D. Teknik Pengumpulan Data ……….……….... 24

E. Instrument Penelitian ……….………. 25

F. Uji Coba Instrumen ……….……..…....………….. 29

G. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data ……....……… 30

H. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian ...………..………… 31

1. Persiapan Penelitian ………....…….…… 31

2. Pelaksanaan Penelitian ……….…..……...…... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ……… 33

B. Pembahasan ………….……… 39

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ………. 41


(8)

Septy Dwi Yolanda, 2014

Penerapan keterampilan origami terhadap peningkatan kemampuan motorik halus anak low vision di SDLB Negeri A Citeureup

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

DAFTAR TABEL Tabel

2.1 Klasifikasi Sisa Penglihatan Berdasarkan Tingkat Tingkah Laku Visual (Visual Performance) ……..……..……..……..……..……..……..…….. 9 2.2 Tingkat Ketunanetraan Berdasarkan Ketajaman Penglihatan ………….. 9 3.1 Kisi – kisi Instrumen Motorik Halus ………. 26 3.2 Butir-butir Instrumen Motorik Halus ………...……….. 27 4.1 Perkembangan Motorik Halus pada Jemari Tangan Subjek D.A .….…… 33


(9)

Septy Dwi Yolanda, 2014

Penerapan keterampilan origami terhadap peningkatan kemampuan motorik halus anak low vision di SDLB Negeri A Citeureup

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GRAFIK

Grafik

3.1 Prosedure Dasar Desain A1 – B –A2 ……… 23 4.1 Perkembangan Kemampuan Motorik Aspek Kelenturan dan Aspek Kekuatan

Otot Jemari Tangan pada Fase Baseline-1 (A-1)... ……… 34 4.2 Mean Level Aspek Kelenturan dan Aspek Kekuatan Otot Jemari Tangan pada

Fase Baseline-1 (A-1)………...……… 34 4.3 Perkembangan Kemampuan Motorik Aspek Kelenturan dan Aspek Kekuatan

Otot Jemari Tangan pada Fase Intervensi (B) ……..…………..………… 35 4.4 Mean Level Aspek Kelenturan dan Aspek Kekuatan Otot Jemari Tangan

pada Fase Intervensi (B) ………...……… 36 4.5 Perkembangan Kemampuan Motorik Aspek Kelenturan dan Aspek Kekuatan

Otot Jemari Tangan pada Fase Baseline-2 (A-2) ……..…………..……… 37 4.6 Mean Level Aspek Kelenturan dan Aspek Kekuatan Otot Jemari Tangan pada


(10)

Septy Dwi Yolanda, 2014

Penerapan keterampilan origami terhadap peningkatan kemampuan motorik halus anak low vision di SDLB Negeri A Citeureup

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR

Gambar


(11)

Septy Dwi Yolanda, 2014

Penerapan keterampilan origami terhadap peningkatan kemampuan motorik halus anak low vision di SDLB Negeri A Citeureup

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan fisik tidak lepas dari otot-otot yang mempengaruhi kemampuan motorik. Namun tidak cukup hanya otot yang dapat mempengaruhi kemampuan motorik. Kematangan syaraf otak juga dapat mempengaruhi kemampuan motorik, yakni dengan sistem syaraf yang mengatur otot untuk mengembangkan keterampilan motorik.

Keterampilan motorik ini dibagi menjadi dua yakni keterampil motorik kasar (gross motor) dan keretampilan motorik halus (fine motor). Keterampilan motorik kasar (gross motor) akan menggunakan gerakan kasar yang melibatkan seluruh otot untuk bergerak, seperti berjalan, berlari, melompat, dan sebagainya. Pada keterampilan motorik halus (fine motor) lebih menggunakan otot-otot kecil yang melakukan gerakan yang lebih kompleks, seperti menulis, melipat, menggambar, dan lain sebagainya.

Hurlock (dalam Syamsu Yusuf LN, 2012, hlm.104) menyebutkan “salah satu

fungsi dari perkembangan keterampilan motorik bagi konstelasi perkembangan individu, yaitu melalui perkembangan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah (school adjusment)”. Pada usia prasekolah (taman kanak-kanak) atau usia kelas-kelas awal Sekolah Dasar, anak sudah dapat dilatih menulis, menggambar, melukis, dan bergaris-garis.

Apabila dilihat dari fungsi perkembangan motorik yang disebutkan di atas dapat disimpulkan bahwa motorik merupakan tugas perkembangan yang penting. Terutama pada motorik halus yang memegang peran penting saat anak akan memasuki lingkungan Sekolah (school adjusment), pada saat pra sekolah anak telah diajarkan untuk menulis untuk mengasah keterampilan motorik halus.

Penglihatan merupakan salah satu indera yang penting untuk kehidupan sehari-hari. Setiap individu memiliki ketajaman penglihatan (visus) dan lantang pandang yang berbeda. Apabila individu mengalami pengurangan visus dan derajat lantang pandang, maka individu tersebut akan mengalami kesulitan dalam


(12)

2

Septy Dwi Yolanda, 2014

Penerapan keterampilan origami terhadap peningkatan kemampuan motorik halus anak low vision di SDLB Negeri A Citeureup

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penglihatan. Dalam dunia pendidikan khusus, individu yang mengalami kesulitan penglihatan seperti yang disebutkan di atas disebut dengan low vision.

Pada umumnya anak yang mengalami hambatan dalam penglihatan biasa disebut dengan tunanetra. Menurut Somantri (2006, hlm. 65) menyebutkan

“tunanetra tidak saja mereka yang buta, tetapi mencakup juga mereka yang mampu melihat tetapi terbatas sekali dan kurang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup sehari-hari terutama dalam belajar”. Jadi, anak-anak dengan

kondisi penglihatan yang termasuk “setengah melihat”, “low vision”, atau rabun adalah bagian dari kelompok tunanetra.

Selain pengertian yang disebutkan di atas, Somantri (2006, hlm. 66) juga mendefinisikan tunanetra dengan cara dikelompokan menjadi dua kategori. Berdasarkan dengan ketajaman penglihatan (visus), yaitu :

1. Buta

Dikatakan buta jika sama sekali tidak mampu menerima rangsangan cahaya dari luar (visusnya = 0)

2. Low vision

Bila anak masih mampu menerima rangsang cahaya dari luar, tetapi ketajamannya lebih dari 6/21, atau jika anak hanya mampu membaca headline pada surat kabar.

Beberapa definisi mengenai Low vision (kurang awas) di atas dapat disimpulkan bahwa low vision termasuk tunanetra yang mengalami pengurangan penglihatan, yaitu memiliki visus kurang (lebih buruk) dari 6/18 pada mata yang terbaik atau luas penglihatan kurang dari 20 derajat diameter.

Pada pemaparan mengenai pengertian motorik halus dan pengertian low vision di atas, yang menjelaskan bagaimana fungsi penglihatan masih erat hubungannya dengan kemampuan motorik halus anak. Penglihatan merupakan salah satu persyaratan dalam penggunaan kemampuan motorik halus. Namun tidak menutup kemungkinan anak yang mengalami hambatan pada visual tidak dapat menggunakan kemampuan motorik halus. Pada anak tunanetra kategori low vision, anak masih mampu untuk dilatih kemampuan motorik halus. Hanya saja dalam pelatihan motorik halus, harus disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan anak.

Namun pada observasi yang telah dilakukan di SLB Negeri A Citeureup kota Cimahi. Terdapat anak yang mengalami hambatan pada kemampuan motorik


(13)

3

Septy Dwi Yolanda, 2014

Penerapan keterampilan origami terhadap peningkatan kemampuan motorik halus anak low vision di SDLB Negeri A Citeureup

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

halus. Terutama pada kemampuan life skill akademik anak, yakni kemampuan menulis. Hal ini dikarenakan tidak adanya pembelajaran kepada anak untuk membaca dan menulis tulisan awas. Selain itu anak juga tidak dilatih dalam penggunaan motorik halus. Oleh karena itu anak tidak mampu dalam memegang pensil dan menggunakan gunting dengan benar.

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan, peneliti bermaksud meneliti media pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak yaitu dengan memberikan keterampilan origami atau kertas lipat. Dengan pembelajaran tersebut diharapkan anak mampu melatih motorik halus. Keterampilan origami dalam penelitian ini sebagai media pembelajaran yang bertujuan untuk membantu anak dalam melatih motorik halus anak terutama pada otot-otot jemari tangan. Selain itu keterampilan origami juga dapat meningkatkan konsentrasi, ketelitian dan melatih kesabaran anak pada saat membentuk origami menjadi bentuk yang sederhana. Sebagai pertimbangan lain origami yang memiliki dua sisi dengan perbedaan warna setiap sisinya. Warna origami yang kontras satu sama lain, akan mempermudah anak untuk melipat dan membentuk origami menjadi bentuk yang sederhana.

Menggunakan media origami yang mengharuskan anak menggunakan motorik halus dengan melipat kertas diharapkan anak dapat menggunakan kedua tangannya dalam membuat suatu bentuk dan dapat berkonsentrasi dengan baik saat melipat, dengan demikian diadakan penelitian untuk mengetahui sejauh mana media origami ini mampu meningkatkan kemampuan motorik halus anak dalam kemampuaan menulis permulaan pada anak SDLB negeri A Citeureup.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti mengidentifikasi masalah dalam penelitian sebagai adalah:

1. Anak tunanetra memiliki hambatan pada indera penglihatan (visual), sebagai alat atau intrumen penerimaan pengalaman dari lingkungan.

2. Hambatan motorik halus pada anak, fakta dilapangan menunjukan bahwa anak memiliki kekakuan pada otot-otot jemari tangan saat menggerakan pensil.


(14)

4

Septy Dwi Yolanda, 2014

Penerapan keterampilan origami terhadap peningkatan kemampuan motorik halus anak low vision di SDLB Negeri A Citeureup

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Kurangnya stimulus yang didapat oleh anak dalam melatih motorik halusnya. 4. Penggunaan media menjadi salah satu alternatif yang dapat menstimulus

kemampuan anak dalam meningkatkan motorik halusnya.

5. Media yang dapat melatih motorik halus anak diantaranya playdough, fondan, lego dan origami.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut faktor-faktor yang dapat mempengaruhi motorik halus anak low vision, maka peneliti akan membatasi permasalahan tersebut. Batasan penelitian ini adalah efektivitas penggunaan media keterampilan origami untuk melatih meningkatkan kemampuan motorik halus anak low vision. Peneliti bermaksud memberikan latihan menggunakan media origami/kertas lipat dalam berbagai bentuk lipatan. Keterampilan motorik halus anak tidak dapat diperoleh dengan mudah, apalagi disertai dengan hambatan yang dimiliki. Media keterampilan origami diberikan dengan tujuan melatih kemampuan motorik halus anak secara optimal.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, “Bagaimana pengaruh media keterampilan origami terhadap peningkatan kemampuan motorik halus anak low vision? ”.

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan media keterampilan origami dalam melatih kemampuan motorik halus anak low vision di SDLB Negeri A Citeurep.

2. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan ini dapat bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan media yang cocok dalam latihan kemampuan motorik halus anak low vision.


(15)

5

Septy Dwi Yolanda, 2014

Penerapan keterampilan origami terhadap peningkatan kemampuan motorik halus anak low vision di SDLB Negeri A Citeureup

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kajian dan informasi mengenai motorik halus anak low vision serta kebermanfaatan keterampilan origami yang dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak low vision.

b. Kegunaan Praktis

1) Bagi sekolah, sebagai masukan dalam mempersiapkan peserta didik dalam melatih motorik halus sebelum proses pembelajaran yang mengharuskan menggunakan keterampilan motorik halus.

2) Sebagai masukan bagi penelitian selanjutnya, yang akan meneliti mengenai kemampuan motorik halus anak low vision dengan menggunakan keterampilan origami.


(16)

Septy Dwi Yolanda, 2014

Penerapan keterampilan origami terhadap peningkatan kemampuan motorik halus anak low vision di SDLB Negeri A Citeureup

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Variabel bebas atau variabel yang mempengaruhi dalam penelitian ini adalah keterampilan origami.

Seni kreasi melipat kertas dari jepang atau lebih dikenal dengan istilah

origami. Hirai (2014, hlm iii) menyebutkan “origami atau seni melipat kertas

adalah seni mengubah selembar kertas yang semula tidak berbentuk menjadi bermacam bentuk atau model dengan menggunakan sentuhan seni melipat kertas”. Namun Ichigo (hlm i)menyebutkan origami adalah seni kreasi yang sangat bermanfaaat untuk melatih daya imajinasi, kreasi, kesabaran, keuletan, dan kecerdasan otak kanan pada anak.

Origami memiliki banyak manfaat yakni, meningkatkan kreatifitas anak, mengaktifkan otak anak, dan dapat menjadi sarana komunikasi anak dengan sekitarnya. Selain itu origami juga bermanfaat meningkatkan motorik halus anak, dengan menekan kertas dengan ujung-ujung jari. Cara ini merupakan latihan yang afektif untuk melatih motorik halus.

Media origami yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu keterampilan dalam melipat kertas warna warni menjadi berbagai macam lipatan dan membentuk menjadi bunga atau hewan. Media origami merupakan media yang dapat melatih motorik halus anak dikarenakan saat melipat origami membutuhkan otot-otot jemari tangan anak. Adapun langkah-langkah dalam pelatihan motorik halus yang menggunakan keterampilan origami sebagai berikut:

a. Melipat kertas dengan berbagai macam ukuran origami. Mulai dari ukuran 14×14 cm, 16×16cm, dan 20×20 cm.

b. Anak diminta untuk meremas kertas sebelum diminta untuk melipat

c. Melipat kertas dengan berbagai lipatan dasar, seperti melipat origami menjadi dua bagian menjadi persegi panjang, dan segitiga.


(17)

20

Septy Dwi Yolanda, 2014

Penerapan keterampilan origami terhadap peningkatan kemampuan motorik halus anak low vision di SDLB Negeri A Citeureup

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.1 Lipatan Dasar Origami

d. Melipat origami menjadi berbagai bentuk dari yang sederhana sampai ke bentuk yang lebih komplek, seperti pohon cemara; bunga; kumbang dan ikan.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat biasa disebut juga dengan variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas, atau merupakan variabel yang menjadi akibat dari variabel terikat. Adapun variabel terikat (target behavior) pada penelitian ini yakni kemampuan motorik halus anak low vision pada aspek menulis permulaan.

Menurut Soendari (dalam Ulfah Saefatul Mustaqimah, 2013, hlm 25)

menyebutkan “motorik halus ialah gerak yang hanya menggunakan otot-otot

tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil yang membutuhkan koordinasi gerak dan daya konsentrasi yang baik”. Motorik pada penelitian ini lebih menekankan pada koordinasi gerak dan daya konsentrasi yang baik. Adapun aspek-aspek yang diukur dalam penelitian ini sebagai berikut:


(18)

21

Septy Dwi Yolanda, 2014

Penerapan keterampilan origami terhadap peningkatan kemampuan motorik halus anak low vision di SDLB Negeri A Citeureup

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Kekuatan otot-otot jemari tangan

Adapun indikator-indikator yang telah disusun sesuai target behavior yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu:

1) Menggerakan alat tulis

Penilaian yang dilakukan berdasarkan indikator menggerakan alat tulis sebagai berikut:

- Nilai 3 : jika anak mampu mengikuti pola sesuai dengan bentuknya dan tidak keluar dari garis.

- Nilai 2 : jika anak mampu mengikuti pola tetapi keluar dari garis.

- Nilai 1 : jika anak hanya mampu membuat coretan tapi tidak membentuk pola yang telah disediakan.

- Nilai 0 : jika anak tidak mampu membuat coretan. 2) Menebalkan huruf dan kata

Penilaian yang dilakukan berdasarkan indikator menebalkan huruf dan kata sebagai berikut:

- Nilai 3 : jika anak mampu menebalkan huruf sesuai dengan bentuknya dan tidak keluar dari garis.

- Nilai 2 : jika anak mampu menebalkan huruf tetapi keluar dari gaaris.

- Nilai 1 : jika anak hanya mampu membuat coretan taapi tidak membentuk huruf yang telah disediakan.

- Nilai 0 : jika anak tidak mampu membuat coretan. 3) Menyalin huruf dan kata

Penilaian yang dilakukan berdasarkan indikator menyalin alat tulis sebagai berikut:

- Nilai 3 : jika anak mampu menyalin huruf sesuai dengan kata yang telah disediakan.

- Nilai 2 : jika anak tidak mampu menyalin kata dengan lengkap.

- Nilai 1: jika anak hanya mampu membuat coretan tapi tidak mampu menyalin huruf yang disediakan.


(19)

22

Septy Dwi Yolanda, 2014

Penerapan keterampilan origami terhadap peningkatan kemampuan motorik halus anak low vision di SDLB Negeri A Citeureup

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. Metode Penelitian

Menurut Sugiono (2013 , hlm.2) “metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Metode Penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data untuk memperoleh pengetahuan atau pemecahan suatu permasalahan yang dihadapi, yang dilakukan secara ilmiah, sistematis, dan logis. Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen yaitu metode SSR (Single Subjek Research).

Desain penelitian eksperimen secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu (1) desain kelompok (group design) dan (2) subjek tunggal (single subject design). Desain kelompok memfokuskan pada data yang berasal dari kelompok individu, sedangkan desain subjek tunggal memfokuskan padda data individu sebagai sampel penelitian Rosnow dan Rosenthal (Sunanto, 2005, hlm 56).

Penelitian SSR ini mengunakan pola desain A-B-A, yang terdiri dari tiga tahapan kondisi A1 (Baseline 1), B (Perlakuan), A2 (baseline 2) yang termasuk salah satu desain dasar SSR. Sunanto dkk. (2005, hlm. 61) Mengemukakan bahwa:

Desain A-B-A merupakan salah satu pengembangan dari desain dasar A-B, disain A-B-A ini telah menunjukan adanya hubungan sebab akibat antara variabel bebas. Prosedur dasarnya tidak bany ak perbedaan dengan desain A-B, hanya saja telah ada pengulangan fase baseline. Mula-mula target behavior diukur secara kontinyu pada kondisi baseline (A1) dengan pariode waktu tertentu kemudian pada waktu intervensi (B) pengukuran pada kondisi baseline kedua (A2) diberikan. Penambahan kondisi baseline yang kedua (A2) ini dimaksudkan sebagai kontrol untuk fase intervensi sehingga memungkinkan untuk menarik kesimpulan adanya hubungan fungsional anatara variabel bebas dan variabel terikat.


(20)

23

Septy Dwi Yolanda, 2014

Penerapan keterampilan origami terhadap peningkatan kemampuan motorik halus anak low vision di SDLB Negeri A Citeureup

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Grafik 3.1

Prosedur Dasar Desain A-B-A

Menurut Sunanto dkk. (2005, hlm. 62) untuk mendapatkan validitas penelitian yang baik, pada saat melakukan eksperimen dengan desain A-B-A, peneliti perlu memperhatikan beberapa hal berikut:

1. Mendefinisikan target behavior sebagai pelaku yang dapat diukur secara akurat.

2. Mengukur dan mengumpulkan data padda baseline (A1) secara kontinyu sekurang-kurangnya 3 atau 5 atau sampai trend dan level data menjadi stabil.

3. Memberikan intervensi setelah trend data baseline stabil.

4. Mengukur dan mengumpulkan data pada fase intervensi (B) dengan periode waktu tertentu samapi data menjadi stabil.

5. Setelah kecenderungan dan level data pada fase intervensi (B) stabil mengulang fase baseline (A2).

C. Subjek Penelitian dan Lokasi Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini yaitu anak tunanetra kategori low vision, siswa kelas V SDLB Negeri A Citeureup. Anak ini bernama D.A, lahir di Batujajar, 24 Juli 2001. Anak berjenis kelamin perempuan, anak dari Ibu T.R. Anak bungsu dari tiga bersaudara, D.A mempunyai 2 kakak yang mengalami hambatan yang sama. Saat ini anak tinggal berasrama di SLB Negeri A Citeureup.

Selanjutnya dilakukan asesmen oleh peneliti, dan mendapatkan kemampuan yang masih dimiliki anak. Anak masih mampu membaca tulisan awas dengan font size 18. Namun saat diminta untuk menunjukan kemampuan life skill akademik,

0 2 4 6 8 10 12 T ar ge t Be h avior Sesi (Waktu)


(21)

24

Septy Dwi Yolanda, 2014

Penerapan keterampilan origami terhadap peningkatan kemampuan motorik halus anak low vision di SDLB Negeri A Citeureup

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

seperti menuliskan anak mengalami kesulitan. Saat anak akan menulis, anak diharuskan untuk memegang alat tulis seperti pensil. Akan tetapi teknik memegang pensil anak masih salah. Selain itu saat diminta untuk menarik garis lurus dari satu titik ketitik lain, gerakan tangan saat menarik pensil cenderung kaku. Pada saat anak diminta untuk menggunting, anak mengami kesulitan saat menjepit gagang guting.

Penjelasan di atas menunjukkan anak yang mampu membaca tulisan awas walaupun dengan font size 18, menunjukan bahwa anak masih memiliki sisa penglihat. Diharapkan dengan memanfaatkan kemampuan yang dimiliki anak, maka peneliti masih bisa melatihan anak dengan keterampilan origami. Dengan keterampilan origami ini bisa bermanfaat pada pengoptimalan kemampuan anak, terutama pada kemampuan keterampilan motorik halus anak.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SLB N A Citeureup Kota Cimahi yang didirikan pada tahun 1984 sebagai kelas jauh dari SLB Negeri Pajajaran Kota Bandung, kemudian berdasarkan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No.0885/0/1986 tanggal, 22-12-1986 menjadi SLB Negeri Bagian A Citeureup Cimahi.

Saat ini SLB memiliki tenaga kependidikan sejumlah 33 guru PNS dan 44 guru SUKWAN. Dengan jumlah murid ± 150 siswa, 23 siswa tunanetra, 18 siswa tunarungu., 55 siswa tunagrahita, 12 siswa tunadaksa, 7 siswa autis, dan 4 siswa inklusi.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan guna mengumpulkan informasi atau data yang dibutuhkan dalam penelitian.Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan pencatatan dengan produk permanen. Produk permanen adalah suatu hasil dari tindakan atau perilaku yang dikerjakan oleh subjek. Menurut Sunanto (2005, hlm 19) “Pencatatan dengan produk permanen ini dilakukan terhadap variabel atau prilaku sasaran yang dihasilkan oleh subjek dengan data secara langsung berada pada dokumen tertentu”.


(22)

25

Septy Dwi Yolanda, 2014

Penerapan keterampilan origami terhadap peningkatan kemampuan motorik halus anak low vision di SDLB Negeri A Citeureup

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Produk pencatatan permanen, di dapat dari lembar jawaban yang telah disedian oleh peneliti. Dimana anak akan diberikan soal tes, kemudian anak menjawab di lebar yang telah disedian. Data dikumpulkan pada saat tes dilakukan pada tiga fase yaitu fase baseline-1 (A1), fase treatmen (B), dan fase baseline-2 (A2) .

Teknik pengumpulan data dengan menggunakan prosedur pencatatan permanen ini memiliki kelebihan, yakni pencatatan data lebih akurat serta dapat disimpan untuk dilakukan analisis dikemudian waktu.

E. Instrumen Penelitian

Pada dasarnya dalam melakukan penelitian adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian. Menurut Sugiono (2013, hlm 102) ‘Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati’. Instrumen ini berisi mengenai langkah-langkah latihan melipat kertas origami dengan berbagai macam bentuk lipatan sebagai upaya untuk kemampuan motorik halus anak low vision anak dengan mengunakan media keterampilan origami.

Sebuah instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel harus memiliki nilai validitas dan reliabilitas. Dalam sugiono (2013, hlm 121) Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid artinya intrumen tersebut digunakan untuk mengukur apa yang sebenernya diukur. Sedangkan reliable merupakan syarat mutlak. Jadi instrument yang digunakan dalam penelitian ini diharapkan memiliki nilai validitas dan reliabilitas yang tinggi.

Instrumen yang digunakan dalam penelitiaan ini adalah soal tes. Tes disini yaitu anak menebalkan garis putus-putus sesuai dengan soal dan anak menirukan tulisan yang ada pada soal. Soal tes dijadikan sebagai alat ukur kemampuan motorik halus pada anak low vision baik sebelum dilakukan intervensi maupun setelah dilakukan intervensi. Dengan demikian akan diketahui seberapa besar pengaruh keterampilan origami dalam meningkatkan kemampuan motorik halus


(23)

26

Septy Dwi Yolanda, 2014

Penerapan keterampilan origami terhadap peningkatan kemampuan motorik halus anak low vision di SDLB Negeri A Citeureup

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pada anak low vison. Adapun langkah-langkah yang hendak dilakukan dalam penyusunan instrumen atau tes yaitu:

1) Hendaknya menentukan kisi-kisi instrumen motorik halus;

Kisi-kisi instrumen dibuat bertujuan untuk mempermudah dalam pembuatan soal tes yang harus dikerjakan oleh siswa. Kisi-kisi ini dibuat untuk memberikan pemahaman secara koperehensif tentang keterampilan yang ditetapkan dalam mengukur motorik halus, baik dari aspek pengertian maupun ruang lingkupnya.

Pembuatan kisi-kisi ini didasarkan pada kebutuhan siswa dalam proses pembelajaran. Berikut adalah kisi-kisi instrumen penelitian yang

terdapat dalam tabel di bawah ini:

Tabel 3.1

Kisi-kisi Instrumen Motorik Halus

Kompetensi Indikator Tujuan Banyak soal

Alat Pengumpulan

Data Motorik Halus Menggerakkan

Alat tulis

Siswa dapat menggerakkan alat tulis dengan leluasa atau tidak kaku, pada indikator ini lebih menekankan aspek kelenturan otot-otot jemari tangan anak

5 Tes

Menebalkan Huruf dan

Kata

Siswa dapat mengikuti pola yang telah diberikan oleh peneliti. Aspek yang terjadi pada indikator ini adalah kekuatan otot-otot jemari tangan siswa.

3 Tes

Menyalin huruf dan kata

Siswa dapat menyalin huruf tanpa harus diberikan pola. Aspek yang terjadi pada indikator ini adalah kekuatan


(24)

27

Septy Dwi Yolanda, 2014

Penerapan keterampilan origami terhadap peningkatan kemampuan motorik halus anak low vision di SDLB Negeri A Citeureup

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu otot-otot jemari


(25)

28

Septy Dwi Yolanda, 2014

Penerapan keterampilan origami terhadap peningkatan kemampuan motorik halus anak low vision di SDLB Negeri A Citeureup

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2) Pembuatan butir-butir instrumen keterampilan motorik halus, berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat;

Butiran dibuat berdasarkan indikator-indikator yang telah dijabarkan dari sub komponen. Adapun butir-butir instrumen motorik halus dalam menulis permulaan bisa dilihat pada tabel dibawah;

Tabel 3.2

Butir-Butir Instrumen Motorik Halus

Komponen Sub

Komponen Indikator Sub Indikator

Kriteria Penilaian 3 2 1 0

Motorik Halus

Motorik pada Aspek Menulis

Mengerakan alat tulis

1. Mengikuti pola titik – titik ke kanan

2. Mengikuti pola titik-titik ke kiri

3. Mengikuti pola titik-titik ke atas

4. Mengikuti pola titik-titik ke bawah

5. Mengikuti pola titik-titik melingkar

Menebalkan huruf dan kata dengan huruf balok

6. Menebalkan huruf vocal

a. Huruf A b. Huruf I c. Huruf U d. Huruf E e. Huruf O

7. Menebalkan huruf konsonan

a. Huruf K b. Huruf D c. Huruf Y d. Huruf S


(26)

29

Septy Dwi Yolanda, 2014

Penerapan keterampilan origami terhadap peningkatan kemampuan motorik halus anak low vision di SDLB Negeri A Citeureup

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

e. Huruf M 8. Menebalkan kata

a. AKU b. DIA c. SAYA d. KAMU Menyalin

huruf dan kata dengan huruf balok

9. Menyalin huruf yang telah di tulis sebelumnya

10. Menyalin tulisan namanya sendiri

11. Menyalin kata yang dicontohkan oleh guru.

3) Penilaian butir-butir instrumen yang telah dibuat;

Setelah membuat butir instrumen, selanjutnya dibuat penilaian dari setiap butir instrumen. Penilaian dibuat guna mengetahui skor pada setiap tahap penelitian, yakni baseline-1, intervensi, baseline-2. Penilaian butir instrumen dilakukan berdasarkan kriteria penilaian pada setiap aspek, yakni ditunjukan pada keterangan dibawah ini;

Aspek menggerakkan alat tulis:

- Nilai 3 : jika anak mampu mengikuti pola sesuai dengan bentuknya dan tidak keluar dari garis.

- Nilai 2 : jika anak mampu mengikuti pola tetapi keluar dari garis.

- Nilai 1 : jika anak hanya mampu membuat coretan tapi tidak membentuk pola yang telah disediakan.

- Nilai 0 : jika anak tidak mampu membuat coretan.

Aspek Menebalkan huruf dan kata dengan huruf balok :

- Nilai 3 : jika anak mampu menebalkan huruf sesuai dengan bentuknya dan tidak keluar dari garis.


(27)

30

Septy Dwi Yolanda, 2014

Penerapan keterampilan origami terhadap peningkatan kemampuan motorik halus anak low vision di SDLB Negeri A Citeureup

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

- Nilai 1 : jika anak hanya mampu membuat coretan taapi tidak membentuk huruf yang telah disediakan.

- Nilai 0 : jika anak tidak mampu membuat coretan.

Aspek Menyalin huruf dan kata dengan huruf balok:

- Nilai 3 : jika anak mampu menyalin huruf sesuai dengan kata yang telah disediakan.

- Nilai 2 : jika anak tidak mampu menyalin kata dengan lengkap.

- Nilai 1: jika anak hanya mampu membuat coretan tapi tidak mampu menyalin huruf yang disediakan.

- Nilai 0 : jika anak tidak mampu membuat coretan.

F. Uji Coba Instrumen

Uji coba instrumen dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitasnya instrumen penelian yang dibuat. Sugiono (2013, hlm

121) memaparkan instrumen yang valid berarti “instrumen tersebut dapat

digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang apabila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek

yang sama akan menghasilkan data yang sama”.

Setelah instrumen selesai disusun dilakukan uji coba instrumen, untuk mengetahui layak apakah layak instrumen digunakan berdasarkan pendapat para ahli. Melalui proses judgement ini kelayakan alat pengumpul data dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Instrumen yang diberikan berupa soal tes. Soal yang dibuat disesuaikaan dengan tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui peningkatan kemampuan motorik halus anak low vision.

Sebelum digunakan, maka dibutuhkan uji validitas oleh pendapat para ahli (judgement experts). “Para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun. Mungkin para ahli akan memberikan keputusan: instrumen dapat digunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan, dan mungkin di rombak

total”(Sugiono, 2013, hlm 125).

Uji validitas dilakukan dengan cara menyusun butir soal tes kemampuan motorik halus pada aspek menulis permulaan , kemudian diminta penilaian


(28)

31

Septy Dwi Yolanda, 2014

Penerapan keterampilan origami terhadap peningkatan kemampuan motorik halus anak low vision di SDLB Negeri A Citeureup

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(judgement) kepada tiga orang penilai yaitu satu dosen Pendidikan Khusus dan dua orang guru sekolah ditempat yang akan diadakan penelitian.

Hasil validitas diolah dengan menggunakan rumus:

Keterangan: P : Persentasse

: Jumlah Cocok

: Jumlah Ahli Penilaian

G. Teknik Pengelolaan Data dan analisis data

Pada tahap pengolahan data dilakukan setelah data terkumpul sebelum adanya kesimpulan. Teknik dalam pengolahan data pada penelitian ini adalah statistik

deskriptif. Menurut Sugiyono (2013, hlm 147) menyebutkan “statistik deskriftif

adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau mengambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau

generalisasi”. Pada teknik statistik deskripsif yang akan digunakan yaitu

persentase, perhitungan mean dan grafik.

Persentase merupakan satuan ukur yang banyak digunakan dalam dunia penelitian. Data yang telah terkumpul akan diolah menggunakan teknik persentase, dan akan dilakukan analisis dengan menggunakan grafik garis sederhana yang bertujuan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang hasil intervensi. Apakah ada peningkatan kemampuan motorik halus anak setelah diberikan perlakukan dalam jangka waktu tertentu dengan menggunakan media keterampilan origami. Sedangkan data akan dijabarkan dalam bentuk grafik garis, dimana grafik garis banyak digunakan dalm penelitian modifikasi perilaku, untuk menunjukan perubahan yang terjadi dari fase baseline yang belum diberikan intervensi, ke fase intervensi dan kembali ke fase baseline yang telah diberikan intervensi.

Menurut Sunanto (2005, hlm 37) terdapat beberapa komponen penting dalam grafis garis, antara lain sebagai berikut :


(29)

32

Septy Dwi Yolanda, 2014

Penerapan keterampilan origami terhadap peningkatan kemampuan motorik halus anak low vision di SDLB Negeri A Citeureup

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Absis adalah sumbu X merupakan sumbu mendatar yang menunjukan satuan variabel bebas (misalnya sessi, hari, tanggal)

2. Oridinat adalah sumbu Y merupakan sumbu vertical yang menunjukan satuan variabel terikat (misalnya persen, frekuensi, durasi)

3. Titik awal merupakan pertemuan antara sumbu X dengan sumbu Y sebagai titik awal satuan variabel bebas dan variabel terikat.

4. Skala garis-garis pendek pada sumbu X dan sumbu Y merupakan ukuran (misalnya : 0%, 25%, 50%, 75%)

5. Label kondisi, yaitu keterangan yang menggambarkan kondisi eksperimen. Misalnya baseline atau intervensi.

6. Garis perubahan kondisi, yaitu garis vertikal yang menunjukan adanya perubahan kondisi ke kondisi lainnya.

7. Judul grafik, judul yang mengarahkan pembaca agar segera diketahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.

Adapun langkah-langkah dalam menganalis data, yang pertama kali akan dilakukan oleh peniliti yakni menghitung skor penilaian pada baseline-1 terhadap subjek sampai stabil. Setelah itu menghitung skor penilaian pada kondisi pemberian perlakuakan ( treatment) terhadap subjek sebanyak 5 kali. Kemudian dilakukan penilaian kondisi baseline-2 terhadap subjek sampai terjadinya kestabilan. Setelah memperoleh data secara keseluruhan, maka langkah selanjutnya membuat tabel untuk skor yang telah diperoleh pada saat baseline-1, treatment, dan kondisi saat baseline-2. Selanjutnya membuat grafik dari skor yang telah diperoleh kemudian lakukan anaalisis untuk mengetahui sejauh mana perubahan yang terjadi pada ketiga fase tersebut.

H. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian

1. Tahap Persiapan Penelitian

Langkah-langkah persiapan penelitian yang dilakukan sebagai berikut:

a. Melakukan studi pendahuluan atau observasi, hal ini dilakukan untuk mengatahui gambaran yang secara jelas tentang subjek penelitian yang ada dilapangan.

b. Menentukan subjek penelitian, yang sesuaai dengan permasalahan yang telah diperoleh oleh peneliti.

c. Mengurus surat perizinan.

1) Permohonan surat pengantar dari jurusan Pendidikan Khusus untuk pengangkatan dosen pembimbing.


(30)

33

Septy Dwi Yolanda, 2014

Penerapan keterampilan origami terhadap peningkatan kemampuan motorik halus anak low vision di SDLB Negeri A Citeureup

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2) Permohonan surat keputusan Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan mengenai pengangkatan dosen pembimbing.

3) Mengurus surat perizinan untuk penelitian melalui BAAK.

4) Surat pengantar dari BAAK diteruskan ke Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (KESBANG dan LINMASDA) Kota Bandung. 5) Kemudian surat diteruskan ke Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.

6) Surat izin penelitian dari Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat diserahkan ke pihak sekolah untuk selanjutnya dapat dijadikan syarat melakukan penelitian di sekolah tersebut.

d. Menyusun instrumen penelitian mengenai kemampuan motorik halus anak low vision. Instrumen penelitian meliputi, kisi-kisi, pembuatan butir soal, pembuatan program intervensi.

e. Melakukan uji coba instrumen penelitian yang meliputi uji validitas dan relibilitas.

f. Menganalisis hasil uji coba instrumen.

2. Pelaksanaan Penelitian

Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam pelaksanaan penelitian, yakni: a. Meminta izin kepada pihak sekolah untuk melaksanakan penelitian. b. Melakukan pendekatan kepada subjek penelitian.

c. Mengatur jadwal dengan melakukan komunikasi pada guru kelas mengenai jadwal penelitian.

d. Melakukan tes baseline-1 (A-1) sampai stabil.

e. Setelah melakukan A-1, kemudian melaksanakan treatment (B) dengan menggunakan keterampilan origami sampai stabil.

f. Langkah selanjutnya melakukan tes pada baseline-2 (A-2) sampai stabil. g. Menganalisis dan mengolah data yang telah diperoleh.


(31)

Septy Dwi Yolanda, 2014

Penerapan keterampilan origami terhadap peningkatan kemampuan motorik halus anak low vision di SDLB Negeri A Citeureup

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Penggunaan media yang tepat dalam melatih keterampilan motorik halus dapat membantu anak dalam mengoptimalkan kemampuannya. Pengoptimalan ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan sisa penglihatan anak low vision, dan dengan pemanfaatan media keterampilan origami yang memiliki warna yang kontras dapat memudahkan anak dalam melihat objek. Latihan dengan kelipat origami menjadi berbagai bentuk yang diinginkan, dapat melatih otot-otot jemari tangannya.

Dapat disimpulkan bahwa media yang digunakan dalam melatih motorik halus terutama pada jemari tangan memiliki pengaruh dalam kelenturan jemari dan kekuatan otot jemari tangan, walaupun tidak signifikan. Penerapan media origami dapat diterapkan untuk melatih motorik halus pada tangan. Hal ini dikarenakan dengan origami anak dapat melenturkan dan memperkuat otot jemari tangan, selain itu media ini sangat menyenangkan bagi anak.

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka penelitian memberikan rekomendasi penelitian ini kepada pihak-pihak yang dipandang perlu untuk menindak lanjuti hasil penelitian ini. Seperti yang telah diketahui bahwa penerapan keterampilan origami dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak low vision. Terutama pada otot tangan, maka dari itu peneliti menyarankan beberapa hal diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Rekomendasi bagi para pendidik

Penelitian ini sekiranya dapat dijadikan sebagai masukan dan pertimbangan bagi para pendidik untuk menggunakan media keterampilan origami dalam proses melatih motorik halus anak.


(32)

42

Septy Dwi Yolanda, 2014

Penerapan keterampilan origami terhadap peningkatan kemampuan motorik halus anak low vision di SDLB Negeri A Citeureup

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Rekomendasi bagi penelitian selanjutnya.

Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengadakan penelitian mengenai latihan motorik halus menggunakan media keterampilan origami kembali dengan target behavior yang berbeda, sehingga dapat memberikan gambaran yang lebih baik lagi dan dapat menemukan penemuan-penemuan baru yang melengkapi kekurangan penelitian yang dilakukan.


(33)

Septy Dwi Yolanda, 2014

Penerapan keterampilan origami terhadap peningkatan kemampuan motorik halus anak low vision di SDLB Negeri A Citeureup

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAN

ABSTRAK

KATA PENGANTAR ……….... i

UCAPAN TERIMAKASIH ………... ii

DAFTAR ISI ……… iv

DAFTAR TABEL ……… vi

DAFTAR GRAFIK ………. vii

DAFTAR GAMBAR ………... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Identifikasi Masalah ……….. 3

C. Batasan Masalah ………... 4

D. Rumusan Masalah ………. 4

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ………... 4

1. Tujuan penelitian ……….….. 4

2. Kegunaan Penelitian ……….. 4

BAB II KETERAMPILAN ORIGAMI TERHADAP MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK LOW VISION A. Hakekat Tunanetra ………..………. 6

1. Konsep Dasar Tunanetra ………..………..….. 6

2. Low Vision ………..…. 7

3. Ciri-ciri Low Vision ..……….…..………..…. 8

4. Klasifikasi Low Vision …...………...…... 8

B. Perkembangan Motorik Halus .………. 10


(34)

Septy Dwi Yolanda, 2014

Penerapan keterampilan origami terhadap peningkatan kemampuan motorik halus anak low vision di SDLB Negeri A Citeureup

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Perkembangan Motorik Halus Anak Low Vision ....….….. ….…. 13

C. Media Keterampilan Origami….………...………. 15

1. Teknik-teknik Dalam Origami ………...… 16

2. Tujuan dan Manfaat Keterampilan Origami ………....…….. 17

D. Kerangka Berpikir ………..……… 17

E. Hipotesis ……….… 18

BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian ……… 19

1. Variabel Bebas ………..…..….. 19

2. Variabel Terikat ……….…...…. 20

B. Metode Penelitian ……….. 22

C. Subjek Penelitian ………... 23

1. Subjek Penelitian ……….…..………... 23

2. Lokasi Penelitian ……….…..………... 24

D. Teknik Pengumpulan Data ……….……….... 24

E. Instrument Penelitian ……….………. 25

F. Uji Coba Instrumen ……….……..…....………….. 29

G. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data ……....……… 30

H. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian ...………..………… 31

1. Persiapan Penelitian ………....…….…… 31

2. Pelaksanaan Penelitian ……….…..……...…... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ……… 33

B. Pembahasan ………….……… 39

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ………. 41


(35)

Septy Dwi Yolanda, 2014

Penerapan keterampilan origami terhadap peningkatan kemampuan motorik halus anak low vision di SDLB Negeri A Citeureup

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

DAFTAR TABEL Tabel

2.1 Klasifikasi Sisa Penglihatan Berdasarkan Tingkat Tingkah Laku Visual (Visual Performance) ……..……..……..……..……..……..……..…….. 9 2.2 Tingkat Ketunanetraan Berdasarkan Ketajaman Penglihatan ………….. 9 3.1 Kisi – kisi Instrumen Motorik Halus ………. 26 3.2 Butir-butir Instrumen Motorik Halus ………...……….. 27 4.1 Perkembangan Motorik Halus pada Jemari Tangan Subjek D.A .….…… 33


(36)

Septy Dwi Yolanda, 2014

Penerapan keterampilan origami terhadap peningkatan kemampuan motorik halus anak low vision di SDLB Negeri A Citeureup

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GRAFIK

Grafik

3.1 Prosedure Dasar Desain A1 – B –A2 ……… 23 4.1 Perkembangan Kemampuan Motorik Aspek Kelenturan dan Aspek Kekuatan

Otot Jemari Tangan pada Fase Baseline-1 (A-1)... ……… 34 4.2 Mean Level Aspek Kelenturan dan Aspek Kekuatan Otot Jemari Tangan pada

Fase Baseline-1 (A-1)………...……… 34 4.3 Perkembangan Kemampuan Motorik Aspek Kelenturan dan Aspek Kekuatan

Otot Jemari Tangan pada Fase Intervensi (B) ……..…………..………… 35 4.4 Mean Level Aspek Kelenturan dan Aspek Kekuatan Otot Jemari Tangan

pada Fase Intervensi (B) ………...……… 36 4.5 Perkembangan Kemampuan Motorik Aspek Kelenturan dan Aspek Kekuatan

Otot Jemari Tangan pada Fase Baseline-2 (A-2) ……..…………..……… 37 4.6 Mean Level Aspek Kelenturan dan Aspek Kekuatan Otot Jemari Tangan pada


(37)

Septy Dwi Yolanda, 2014

Penerapan keterampilan origami terhadap peningkatan kemampuan motorik halus anak low vision di SDLB Negeri A Citeureup

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR

Gambar


(1)

42

Septy Dwi Yolanda, 2014

Penerapan keterampilan origami terhadap peningkatan kemampuan motorik halus anak low vision di SDLB Negeri A Citeureup

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Rekomendasi bagi penelitian selanjutnya.

Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengadakan penelitian mengenai latihan motorik halus menggunakan media keterampilan origami kembali dengan target behavior yang berbeda, sehingga dapat memberikan gambaran yang lebih baik lagi dan dapat menemukan penemuan-penemuan baru yang melengkapi kekurangan penelitian yang dilakukan.


(2)

Septy Dwi Yolanda, 2014

Penerapan keterampilan origami terhadap peningkatan kemampuan motorik halus anak low vision di SDLB Negeri A Citeureup

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAN

ABSTRAK

KATA PENGANTAR ……….... i

UCAPAN TERIMAKASIH ………... ii

DAFTAR ISI ……… iv

DAFTAR TABEL ……… vi

DAFTAR GRAFIK ………. vii

DAFTAR GAMBAR ………... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Identifikasi Masalah ……….. 3

C. Batasan Masalah ………... 4

D. Rumusan Masalah ………. 4

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ………... 4

1. Tujuan penelitian ……….….. 4

2. Kegunaan Penelitian ……….. 4

BAB II KETERAMPILAN ORIGAMI TERHADAP MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK LOW VISION A. Hakekat Tunanetra ………..………. 6

1. Konsep Dasar Tunanetra ………..………..….. 6

2. Low Vision ………..…. 7

3. Ciri-ciri Low Vision ..……….…..………..…. 8

4. Klasifikasi Low Vision …...………...…... 8

B. Perkembangan Motorik Halus .………. 10


(3)

Septy Dwi Yolanda, 2014

Penerapan keterampilan origami terhadap peningkatan kemampuan motorik halus anak low vision di SDLB Negeri A Citeureup

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Perkembangan Motorik Halus Anak Low Vision ....….….. ….…. 13

C. Media Keterampilan Origami….………...………. 15

1. Teknik-teknik Dalam Origami ………...… 16

2. Tujuan dan Manfaat Keterampilan Origami ………....…….. 17

D. Kerangka Berpikir ………..……… 17

E. Hipotesis ……….… 18

BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian ……… 19

1. Variabel Bebas ………..…..….. 19

2. Variabel Terikat ……….…...…. 20

B. Metode Penelitian ……….. 22

C. Subjek Penelitian ………... 23

1. Subjek Penelitian ……….…..………... 23

2. Lokasi Penelitian ……….…..………... 24

D. Teknik Pengumpulan Data ……….……….... 24

E. Instrument Penelitian ……….………. 25

F. Uji Coba Instrumen ……….……..…....………….. 29

G. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data ……....……… 30

H. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian ...………..………… 31

1. Persiapan Penelitian ………....…….…… 31

2. Pelaksanaan Penelitian ……….…..……...…... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ……… 33

B. Pembahasan ………….……… 39

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ………. 41


(4)

Septy Dwi Yolanda, 2014

Penerapan keterampilan origami terhadap peningkatan kemampuan motorik halus anak low vision di SDLB Negeri A Citeureup

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

DAFTAR TABEL Tabel

2.1 Klasifikasi Sisa Penglihatan Berdasarkan Tingkat Tingkah Laku Visual (Visual Performance) ……..……..……..……..……..……..……..…….. 9 2.2 Tingkat Ketunanetraan Berdasarkan Ketajaman Penglihatan ………….. 9 3.1 Kisi – kisi Instrumen Motorik Halus ………. 26 3.2 Butir-butir Instrumen Motorik Halus ………...……….. 27 4.1 Perkembangan Motorik Halus pada Jemari Tangan Subjek D.A .….…… 33


(5)

Septy Dwi Yolanda, 2014

Penerapan keterampilan origami terhadap peningkatan kemampuan motorik halus anak low vision di SDLB Negeri A Citeureup

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GRAFIK

Grafik

3.1 Prosedure Dasar Desain A1 – B –A2 ……… 23 4.1 Perkembangan Kemampuan Motorik Aspek Kelenturan dan Aspek Kekuatan

Otot Jemari Tangan pada Fase Baseline-1 (A-1)... ……… 34 4.2 Mean Level Aspek Kelenturan dan Aspek Kekuatan Otot Jemari Tangan pada

Fase Baseline-1 (A-1)………...……… 34 4.3 Perkembangan Kemampuan Motorik Aspek Kelenturan dan Aspek Kekuatan

Otot Jemari Tangan pada Fase Intervensi (B) ……..…………..………… 35 4.4 Mean Level Aspek Kelenturan dan Aspek Kekuatan Otot Jemari Tangan

pada Fase Intervensi (B) ………...……… 36 4.5 Perkembangan Kemampuan Motorik Aspek Kelenturan dan Aspek Kekuatan

Otot Jemari Tangan pada Fase Baseline-2 (A-2) ……..…………..……… 37 4.6 Mean Level Aspek Kelenturan dan Aspek Kekuatan Otot Jemari Tangan pada


(6)

Septy Dwi Yolanda, 2014

Penerapan keterampilan origami terhadap peningkatan kemampuan motorik halus anak low vision di SDLB Negeri A Citeureup

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR

Gambar