STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA UDANG WINDU DI DESA TAMBAK OSO, KECAMATAN WARU, KABUPATEN SIDOARJO.

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA UDANG WINDU
DI DESA TAMBAK OSO, KECAMATAN WARU, KABUPATEN
SIDOARJO

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
Program Studi Agribisnis

Oleh :
NOVAN NAHNUL HUDA
NPM : 0824010033

Kepada
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN” JAWA TIMUR
SURAB AYA
2014

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA UDANG WINDU
DI DESA TAMBAK OSO, KECAMATAN WARU, KABUPATEN SIDOARJO.
Diajukan oleh:
NOVAN NAHNUL HUDA
NPM : 0824010033
Telah dipertahankan di hadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi
Progam Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Pada tanggal 22, Agustus, 2014
Telah disetujui oleh:
Pembimbing :

Tim Penguji :

1. Pembimbing Utama

1. Ketua


Ir. Sri Tjondro Winarno, MM

Dr. Ir. Sudiyarto, MM

2. Pembimbing Pendamping

2. Sekretaris

Ir. Mubarokah, MTP

Ir. Sri Tjondro Winarno, MM
3 Anggota

Ir. Sri Widayanti, MP
4. Anggota

Ir. Mubarokah, MTP
Mengetahui:
Dekan Fakultas Pertanian


Ketua Progam Studi Agribisnis

Dr. Ir. Sukendah, MSc
NIP : 19631031 198903 2001

Dr. Ir. Eko Nurhadi, MS
NIP : 19570214 198703 1001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

SURAT PERNYATAAN

Berdasarkan Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta dan
Permendiknas No. 17 tahun 2010, Pasal 1 Ayat 1 tentang Plagiarisme
Maka, saya sebagai Penulis Skripsi dengan judul :
Strategi Pengembangan Usaha Udang Windu di Desa Tambak Oso, Kecamatan
Waru, Kabupaten Sidoarjo.
Menyatakan bahwa Skripsi tersebut di atas bebas dari plagiarism.
Demikian Surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan

saya

sanggup

mempertanggungjawabkan

sesuai

dengan

Surabaya,

,

hukum

perundangan yang berlaku.

, 2014


Yang Membuat Pernyataan,

Materai
6000
Novan Nahnul Huda
NPM : 0824010033

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

dari

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan berkat dan kasih-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini yang berjudul “Strategi Pengembangan Usaha Udang Windu di
Desa Tambak Oso, Kec. Waru, Kab. Sidoarjo” .
Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat
strata-1 di Jurusan Agribisnis di Fakultas Pertanian UPN “Veteran” Jawa Timur.

Penulis sangat menyadari bahwa segala keberhasilan dan kesuksesan
tidak terlepas dari tuntunan Tuhan dan juga tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak. Penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar - besarnya
kepada : Ir. Sri Tjondro Winarno, MM selaku dosen pembimbing utama begitu
juga kepada : Ir. Mubarokah, MTP selaku dosen pembimbing pendamping yang
telah banyak memberikan pengarahan, motivasi, masukan serta meluangkan
waktu dan tenaganya dengan penuh kesabaran dan keikhlasan untuk
membimbing penulis hingga mampu menyelesaikan skripsi ini.
Terima kasih juga kepada sahabat-sahabatku serta teman-teman Jurusan
Agribisnis 2008, 2009, dan 2010 serta semua pihak baik dari Kelompok Tani
Desa Tambak Oso-Sidoarjo yang telah mengizinkan serta menerima penulis
untuk melakukan penelitian, begitu juga kepada tim dosen penguji, yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan koreksi dan masukan yang sangat
membantu peneliti untuk menyelesaikan skripsi, tak lupa juga kepada semua
dosen Fakultas Pertanian khususnya Program Studi Agribisnis yang tidak dapat
penulis sebutkan satu per satu.
Akhir kata, penulis meminta maaf yang sebesar-besarnya jika ada
kesalahan dalam penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi

ini bisa digunakan


untuk dilanjutkan dalam menyusun skripsi dengan sebaik-baiknya.

Surabaya, ......., ......., 2014

Penulis,

i
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI

HALAMAN
KATA PENGANTAR .....................................................................

i

DAFTAR ISI ..................................................................................


ii

DAFTAR TABEL ...........................................................................

iv

DAFTAR GAMBAR .......................................................................

v

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................

vi

ABSTRAK .....................................................................................

vii

I.


PENDAHULUAN ....................................................................

1

1.1. Latar Belakang .................................................................

1

1.2. Perumusan Masalah ........................................................

4

1.3. Tujuan Penelitian ............................................................

4

1.4. Manfaat Penelitian ...........................................................

4


1.5. Batasan Masalah .............................................................

5

TINJAUAN PUSTAKA ............................................................

6

2.1. Penelitia Terdahulu ..........................................................

6

2.2. Landasan Teori ................................................................

7

2.3. Kerangka Pemikiran .........................................................

39


III. METODE PENELITIAN ..........................................................

42

3.1. Lokasi dan Objek Penelitian .............................................

42

3.2. Penentuan Informan.........................................................

42

3.3. Tehnik Pengumpulan Data ...............................................

42

3.4. Definisi dan Pengukuran Variabel ....................................

44

3.5. Analisis Data ....................................................................

45

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................

53

4.1. Letak dan Topografi Daerah.............................................

53

II.

ii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4.2. Keadaan Sosial Ekonomi .................................................

54

4.3. Karakteristik Petambak ....................................................

55

4.4. Budidaya Udang Windu....................................................

58

4.5. Mengidentifikasi Faktor Internal dan Ekstenal ..................

65

4.6. Matrik IFAS Dan EFAS ....................................................

76

4.7. Analisis Strategi ...............................................................

79

4.8. Pemilihan Strategi ............................................................

82

4.9. Alternatif Strategi Pengembangan....................................

85

V. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................

88

5.1. Kesimpulan ......................................................................

89

5.2. Saran ...............................................................................

90

DAFTAR PUSTAKA......................................................................

91

iii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA UDANG WINDU
DI DESA TAMBAK OSO, KECAMATAN WARU, KABUPATEN SIDOARJO
Business Development Strategies Tiger Shrimp
In Village Tambak Oso, Subdistrict Waru, District Sidoarjo
NOVAN NAHNUL HUDA
ABSTRAK
Udang windu adalah salah satu bahan makanan sumber protein hewani
yang bermutu tinggi, selain itu udang windu merupakan primadona ekspor non
migas bagi indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan Usaha
udang windu di Desa Tambak oso, Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo,
dengan mempelajari

teknik budidaya dan Mengidentifikasi faktor internal

maupun eksternal, guna Menentukan alternatif strategi pengembangan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa usaha udang windu di Desa Tambak oso
menggunakan

teknik semi intensif. Tambak semi intensif memiliki kriteria

petakan lebih sedikit dari tambak modern, dan pematang terbuat dari tanah.
Untuk pendapatan bersih dengan pemanfaatan tambak semi intensif di Desa
Tambak oso sebesar Rp 10.642.000/ musim panen. Faktor Internal yang memiliki
skor paling signifikan dalam pengembangan usaha udang windu di Desa Tambak
oso untuk kekuatan adalah jumlah petambak udang windu cukup banyak yaitu
sebesar 0,42, dan kelemahannya adalah pendidikan petambak udang windu
rendah sebesar 0,24. Faktor Eksternal yang memiliki skor paling signifikan dalam
pengembangan usaha udang windu di Desa Tambak oso untuk peluang adalah
potensi sumberdaya alam mendukung yaitu sebesar 0,42 dan ancaman adalah
wabah penyakit udang windu sulit dikendalikan sebesar 0,22. Analisis SWOT
dalam pengembangan usaha udang windu di Desa Tambak oso, Kecamatan
Waru,

Kabupaten

Sidoarjo

berada

pada

kuadran

I.

Alternatif

strategi

pengembangan usaha udang windu yang sesuai dengan kondisi tersebut adalah
S-O atau strategi agresif yaitu, Meningkatkan teknik dalam budidaya,
memperluas wilayah tambak udang windu, meningkatkan sarana pemasaran,
mengoptimalkan produktifitas, dan memperluas jaringan pemasaran.

vii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

viii

ABSTRACT
Tiger shrimp is one food source of high quality animal protein, but it is an
excellent tiger shrimp for Indonesian non-oil exports. This study aims to develop
business in the village of tiger shrimp ponds oso, District Waru, Sidoarjo regency,
by studying cultivation techniques and identify internal and external factors, to
Determine alternative development strategies. The results showed that
businesses in the village of tiger shrimp ponds oso using semi-intensive
techniques. Semi-intensive pond has mapped criteria less than modern farms,
and an earthen embankment. For net income with the use of semi-intensive pond
Village Pond oso Rp 10.642 million / harvest. Internal factors which have the
most significant scores in business development in the village of tiger shrimp
ponds oso for strength is the number of black tiger shrimp farmers pretty much
that is equal to 0.42, and the weakness is the education of black tiger shrimp
farmers low of 0.24. External factors that have the most significant scores in
business development in the village of tiger shrimp ponds oso for opportunities is
the potential of natural resources to support that is equal to 0.42 and the threat of
disease outbreaks are difficult to control tiger shrimp 0.22. SWOT analysis in
business development in the tiger prawn oso Pond Village, District Waru,
Sidoarjo regency is in quadrant I. Alternative tiger shrimp business development
strategy in accordance with these conditions is SO or aggressive strategies
namely, Improving techniques in cultivation, expand shrimp pond , improving
marketing facilities, optimize productivity, and expand marketing network.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 mengalami krisis moneter dan
berkembang menjadi krisis ekonomi, politik, dan sosial yang berlangsung sampai
sekarang. Dampak krisis tersebut menimbulkan pengangguran cukup besar,
kesempatan kerja dan peluang berusaha serta daya beli masyarakat menurun,
serta menyebabkan pertumbuhan ekonomi berjalan lambat. Keberhasilan
pembangunan pertanian/perikanan akan dapat memberikan sumbangan kepada
berhasilnya pembangunan ekonomi.
Untuk itu Indonesia sebagai negara maritim, dengan dukungan kondisi
alamnya,

menempatkan

sektor

perikanan

sebagai

salah

satu

sektor

perekonomian nasional disamping sektor lainnya. Luas perairan umum di
Indonesia saat ini kurang lebih 14 juta Ha, meliputi 101,95 juta Ha sungai dan
rawa, 1,78 juta Ha danau alam, serta 0,03 juta Ha danau buatan. Hal ini
merupakan potensi alami yang sangat bagus untuk pengembangan usaha
perikanan di Indonesia, salah satunya udang windu. Udang windu merupakan
salah satu bahan makanan sumber protein hewani yang bermutu tinggi, selain itu
udang windu merupakan primadona ekspor non migas. Udang windu termasuk
jenis ikan konsumsi air payau, badan beruas berjumlah 13 (5 ruas kepala dan 8
ruas dada) dan seluruh tubuh ditutupi oleh kerangka luar yang disebut
eksosketelon.
Indonesia dengan dukungan kondisi Alami yang sangat bagus namun
hingga saat ini tidak dapat menempati 5 besar pengekspor Udang windu
terbesar. Mayoritas terapan teknik sederhana seperti pada mulanya hanya
mengandalkan faktor alam merupakan tehnik yang digunakan para petambak di

1
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

Indonesia, sehingga produksinya relatif rendah. meskipun hasil produksi udang
windu selalu mengalami peningkatan namun hal tersebut tergolong berjalan
lambat.
Produksi udang windu dapat ditingkatkan dengan pesat apabila
menambahkan perlakuan tertentu dalam pengolahannya, seperti penebaran
benih yang bermutu, pengapuran, pemupukan, pemberian pakan tambahan dan
pengaturan air dengan bantuan pompa, sedangkan untuk meningkatkan
kandungan oksigen dalam air biasanya digunakan aerator ( paddle wheel ).
Penggantian air yang teratur dengan volume yang cukup tinggi sangat diperlukan
dalam Budidaya udang ( tidak mengandalkan sepenuhnya dari alam). Namun hal
tersebut tentunya memerlukan dukungan dari berbagai pihak, salah satunya
pemerintah. Dukungan yang dapat membantu yaitu berupa sarana dan prasaran
(peningkatan SDM), sehingga usaha tersebut dapat berjalan secara efektif dan
efisien guna satu tujuan peningkatan produksi udang windu lokal.
Untuk itu peneliti tertarik menganalisis usaha udang windu di Desa
Tambak Oso. Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo baik kelemahan maupun
ancaman guna memaksimalkan produktitas dengan memanfaatkan kekuatan
dan peluang yang ada.
Kabupaten Sidoarjo merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa
Timur, yang mana lokasi tersebut merupakan salah satu sentra pengembangan
agribisnis perikanan udang, kususnya udang windu. Saat ini produksi udang
windu yang dihasilkan di Desa Tambak Oso slalu mengalami peningkatan (tabel
1.1)

yang

mana

hal

tersebut

sesuai

dengan

uraian

diatas,

perkembangannya berjalan lambat.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

bahwa

3

Tabel 1.1 Jumlah Produksi Udang Di Sidoarjo Pada Tahun 2009 – 2011.
No.

Tahun

Produksi (Berat/Ton )

1.

2009

3.466

2.

2010

3.725

3.

2011

3.783

Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Timur.
Tabel 1.1 menunjukkan dengan area tambak seluas 15.130,21 Ha.
Perikanan tambak di Sidoarjo terus mengalami peningkatan produksi selama 3
tahun terakhir. produksi udang windu meningkat dari 3,47 ton (Th. 2009) menjadi
3,7 ton (Th. 2010) dan 3,8 (Th. 2011). Dari seluruh komoditi pertanian disidoarjo,
komoditi sektor perikanan justru dominan di Sidoarjo. Dimana perannya dalam
membentuk nilai tambah disektor pertanian mencapai 51%, dimana produksinya
dibanding daerah lain di jawa timur adalah yang tertinggi (1/3 produksi jatim)
( BPS, 2012).
Penentuan lokasi dilakukan dengan sengaja, dengan asumsi bahwa
daerah tersebut merupakan daerah pertambakan yang subur, mempunyai
potensi yang cukup besar dalam usaha pengembangan budidaya udang windu,
namun dengan

menyempitnya

lahan karena

beralih fungsi

merupakan

penyimpangan terhadap keseimbangan lingkungan. Lingkungan yang tidak
seimbang cenderung mempengaruhi kualitas udang windu. Penurunan kualitas
lingkungan perairan tambak disebabkan oleh tingginya kandungan limbah
organik dan nutrien ( bahan pada pakan ) dari buangan air tambak yang berasal
dari sisa pakan dan kotoran (fases) yang larut dalam air tambak, kemudian
dibuang keperairan sekitarnya. Selain itu faktor-faktor yang mempengaruhi dalam
mengembangkan usaha udang windu adalah kurangnya ilmu atau kreatifitas
petambak.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka dapat di susun perumusan masalah
dari penelitian ini adalah :
a. Bagaimana budidaya udang windu di Desa Tambak Oso, Kecamatan
Waru, Kabupaten Sidoarjo mulai dari pembibitan, hingga panen ?
b. Faktor internal dan eksternal apa saja yang mempengaruhi dalam
pengembangan usaha udang windu ?
c. Bagaiman strategi pengembangan usaha udang windu ?
1.3. Tujuan Penelitian
a. Mempelajari budidaya udang windu di Desa Tambak Oso, Kecamatan
Waru, Kabupaten Sidoarjo mulai dari pembibitan, hingga panen.
b. Mengidentifikasi faktor internal dan eksternal dalam pengembangan
usaha udang windu.
c. Menentukan alternatif strategi pengembangan Usaha udang windu.
1.4. Manfaat Penelitian
a. Bagi pemerintah
Sebagai bahan informasi dan masukan bagi penentu kebijakan dan
pengambilan keputusan dalam pengembangan Budidaya Udang Windu.
b. Bagi kalangan akademis
Sebagai bahan referensi dan bahan kajian tentang perkembangan
kekuatan (Strengths), kelemahan (Weakness), peluang (Opportunities), ancaman
(Threats) dalam pengembangan usaha udang windu dan perbandingan bilamana
dibutuhkan peneliti yang menekuni Udang Windu di Desa Tambak Oso,
Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

c. Bagi petambak
Sebagai bahan informasi dan pertimbangan dalam pola pengembangan
Budidaya Udang Windu dalam upaya peningkatan nilai tambah bagi petambak.
1.5. Batasan Masalah
Batasan masalah dilakukan dengan tujuan agar pokok permasalahan
yang diteliti terpusat pada tujuan penelitian itu sendiri. Adapun batasan masalah
disini hanya pada internal dan eksternal usaha budidaya komoditi udang windu,
untuk mengetahui tentang terapan teknik budidaya, biaya pengeluaran hingga
pendapatan, dan faktor-faktor yang mempengaruhi, guna mendapatkan alternatif
strategi yang tepat pengembangan usaha udang windu.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hasil Penelitian terdahulu
Beberapa penelitian yang berhubungan dengan Strategi Usaha Udang
windu yang pernah dilakukan sebelumnya adalah penelitian dari :
Adsan Rahyono (2007), yang berjudul Strategi Pengembangan Produksi
Udang Windu (Pada Kelompok Tani ’Mina Sentosa di Sedati, Sidoarjo). Peneliti
mengangkat permasalahan tentang analisis lingkungan internal yang meliputi
kekuatan dan kelemahan serta analisi lingkungan eksternal berupa peluang dan
ancaman yang mempengaruhi usahatani udang windu berdasarkan atas analisis
SWOT dan menemukan strategi pengembangan produksi udang windu. Teknik
analisis yang digunakan

berupa teknik analisis SWOT dengan penggunaan

Matrik Evaluasi Faktor Internal (EFI) dan Matrik Evaluasi Eksternal (EFE). Hasil
penelitian ini mengemukakan bahwa strategi yang tepat bagi pengembangan
produksi udang windu adalah strategi peningkatan kualitas produksi dan strategi
pengembangan pasar dengan menbentuk jaringan pasar yang lebih luas.
Hermayanti (2013) yang Berjudul Strategi Pengembangan Usahatani
Jamur Tiram Putih Di Dataran Rendah. ( Studi Kasus di Kelompok Tani “Maju
Makmur” Desa Wadungasih, Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo).
Penelitian mengangkat permasalahan tentang analisis lingkungan internal yang
meliputi kekuatan dan kelemahan serta analisis eksternal yang meliputi peluang
dan ancaman yang mempengaruhi usahatani jamur tiram putih berdasarkan
analisis SWOT dan menemukan alternatif strategi pengembangan pasar dengan
membentuk jaringan pasar yang lebih luas, peningkatan untuk meningkatkan
produksi untuk jamur tiram putih, menekan biaya produksi, dan
pinjaman dalam pengembangan produksi usahatani jamur tiram putih.

6
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

pemberian

7

Munasa (2006), Yang Berjudul Strategi Pemasaran Kerupuk Udang windu
(Kasus Pada Perusahaan Kerupuk “Moro Seneng“ Candi Sidoarjo). Penelitian
mengangkat permasalahan tentang analisis lingkungan internal yang meliputi
kekuatan dan kelemahan serta analisis lingkungan eksternal berupa peluang dan
ancaman bagi pengembangan pemasaran produk krupuk udang windu
berdasarkan atas analisis SWOT, dan menemukan strategi pemasaran dalam
meningkatkan volume penjualan produk kerupuk udang windu. Teknik analisis
yang digunakan berupa teknik analisis deskriptif dan analisis SWOT dengan
menggunakan EFE dan IFE. Hasil penelitian ini mengemukakan bahwa strategi
yang tepat bagi pengembangan pemasaran produk krupuk udang windu adalah
pengembangan pasar dengan membentuk jaringan pasar yang luas, peningkatan
kualitas produk serta pengembangan diversifikasi dan penetrasi pasar.
Dari penelitian terdahulu terdapat perbedaan, yaitu

mengenai wilayah

penelitian, namun ada beberapa persamaan yaitu mengenai komoditas yang
digunakan dan analisis penelitian.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Spesifikasi Budidaya Udang windu
Udang windu termasuk jenis udang laut yang mempunyai kulit agak keras
tapi tidak kaku pada setiap ruas badannya terdapat dua ban yang berwarna
ungu, hitam dan kaki pada umumnya warna merah. Pada umumnya mempunyai
panjang badan 20 – 25 cm meskipun tidak mencapai 35 cm. Secara sistematis
golongan udang windu (Panaeus monodan) dapat diuraikan sebagai berikut :
Phyllum

:

Arthropoda (binatang berkaki ruas)

Sub phylum

:

Mandibulata

Class

:

Crustaceae (binatang berkulit keras)

Sub class

:

Malacostraca (udang windu-udangan tingkat tinggi)

Orda

:

Decapoda (binatang berkaki sepuluh)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

Sub ordo

:

Matantia (menggerakkan kakinya untuk berenang)

Famili

:

Panaedae

Genus

:

Penaeus atau panated

Species

:

Penaeus monodon (udang windu tambak) dan Panaeus
Semisulcatus (udang windu laut)

Udang windu bila dibudidayakan secara baik, terpenuhi segala kebutuhan
hidupnya, tidak ada gangguan lingkungan udang windu mampu berkembang
dengan pesat. Dalam waktu enam bulan, benih yang berukuran 2 cm dapat
mencapai berat 100-200 gram per ekor dan panjangnya sampai 30-35 cm. hal
yang biasa, waktu antara penggantian kulit yang satu dengan yang berikutnya
berkisar antara 20-40 hari. Benih udang windu yang tumbuhnya pesat lebih
sering berganti kulit, biasanya 5 – 10 hari sekali. Oleh karena itu bila keadaannya
normal, dalam waktu dua bulan udang windu dapat tumbuh dari 1 cm menjadi 710. Pada saat ganti kulit, keadaan udang windu sangat lemah.
Udang windu senang sekali hidup di dasar perairan atau tambak. Oleh
karena itu, bila kondisi air tambak tidak memenuhi seleranya, udang windu
menujukkan

pola

tidak

tenang,

berloncatan

kesana

kemari

sehingga

mengganggu pertumbuhannya. Hal ini dapat terjadi karena air tambak tercemar
dan banyak mengandung senyawa beracun ataupun lingkungan yang tidak
seperti biasanya, misalnya makanan kurang, kadar garam naik, suhu naik,
oksigen laut kurang, tambak mengandung karbon dioksida (CO2), amoniak (NH3),
asam sulfat (H2SO4), pH berubah atau kekeruhan.
Udang windu memiliki sifat kanibalisme, yaitu apabila lapar dan makanan
disekitarnya tidak tersedia ia cenderung memangsa sesama jenisnya, lebih-lebih
pada udang windu yang sedang ganti kulit. Sifat demikian sudah tampak pada
waktu udang windu pada tingkatan mysis. Oleh karena itu, biasanya udang windu
yang sedang berganti kulit mencari tempat untuk bersembunyi sehingga tidak

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

diketahui oleh udang windu yang sedang kelaparan atau predator. Untuk itu
tambak perlu diberi rumpon sebagai pelindung dalam keadaan airnya jelek dan
kurang makanan, tubuh udang windu akan menjadi lunak dan gembos karena
daging windu hanya berisi air sehingga pula gerak geriknya tidak lagi lincah.
Udang windu bersifat nocturnal, aktif mencari makanan pada malam hari,
sedangkan pada siang hari sering hanya menempelkan diri pada rumpon yang
terdapat dalam air tambak atau membenamkan diri didalam lumpur.
. Udang windu bersifat euryhalin, yaitu masih sangat tahan terhadap
perubahan kadar garam sampai batas 35 – 45 % udang windu masih dapat
hidup, tetapi perkembangannya terlambat. Hanya masalahnya, bila suhu terlalu
panas, kulit udang windu menjadi merah dan tebal sehingga tidak menarik.
Faktor karakteristik udang windu adalah keadaan atau ciri khusus dari udang
windu, meliputi :
a.

Kesegaran Udang windu
Merupakan keunggulan dari udang windu misal udang windu dalam keadaan
segar, jenisnya bagus, tidak cacat dan kandungan gizinya tinggi.

b. Ukuran Udang windu
Merupakan penilaian udang windu berdasarkan besar, kecil, dan berat udang
windu yang diukur dalam satuan kg/ekor.
c. Harga
Merupakan biaya yang dikorbankan oleh konsumen untuk memperoleh suatu
produk (Kotler, 1987).
2.2.2. Permasalahan Udang windu
Permasalahan udang windu dapat dilihat produksi udang windu untuk
nasional selapam periode 1998–2007, rata-rata meningkat dari 353.750 ton
menjadi 460.000 ton. Udang windu merupakan ekspor non migas tertinggi di

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

Jawa Timur, pada tahun 2001 ekspor udang windu beku Jatim mencapai volume
43.232.56 ton dan mengalami peningkatan pada tahun 2002 menjadi 49.717.44
atau senilai 423.94 juta dollar (Kompas, 15 April 2003). Tetapi dengan nilai
tersebut merupakan nilai maksimal melihat potensi lahan tambak kita begitu luas
yang

seharusnya

bisa

menghasilkan

produksi

yang

lebih

baik,

serta

pemerintahan daerah yang seharusnya memberi dukungan agar volume ekspor
udang windu Jawa Timur meningkat.
Agroindustri udang windu memegang peranan penting. Selain dapat
meningkatkan pendapatan bagi petambak maupun pelaku usaha, udang windu
merupakan makanan yang meningkatkan kecerdasan, bergizi tinggi dan cukup
andal sebagai sumber protein dengan kandungan lemak dan kalori yang rendah.
Dimasa mendatang petambak udang windu memberi harapan yang cerah karena
mengingat peluang meningkatkan pendapatan sejalan dengan meningkatnya
produksi yang diusahakannya. Disamping itu makanan udang windu makin
digemari masyarakat, baik di dalam negeri maupun luar negeri, sebagai bahan
makanan dan jenis makanan yang disajikan di restoran bertaraf internasional
sampai kedai-kedai dipinggir jalan dengan harga yang mahal. Udang windu beku
segar sangat digemari masyarakat Jepang, Amerika, Australia, Singapura,
Timur-Tengah, dan Eropa yang merupakan makanan langka dan mewah (Aziz,
2002). Ini yang merupakan peluang emas dalam meningkatkan pendapatan serta
mendatangkan devisa negara yang merupakan primadona ekspor dari sektor
perikanan.
Aspek pembinaan dan pengawasan mutu hasil perikanan, mempunyai
peranan yang sangat vital dalam menunjang keberhasilan pembangunan
perikanan. Khususnya dipasaran internasional. Mutu merupakan hal yang
penting

dan

menentukan,

terutama

dalam

kaitannya

dengan

upaya

penyelamatan hasil produksi nelayan dan petambak ikan, membina produsen

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

untuk dapat menghasilkan produksi yang lebih, bermutu baik dan aman untuk
dikonsumsi, serta meningkatkan daya saing dan reputasi hasil perikanan
Indonesia di pasar internasional. Konsumen hasil perikanan adalah negaranegara maju dengan tingkat kepekaan yang tinggi didalam hal mutu dan
keamanan makanan. Tidak mengherankan bila negara-negara importir hasil
perikanan utama seperti Jepang, Amerika Serikat dan Eropa memberlakukan
persyaratan yang tinggi terhadap hasil perikanan yang berasal dari negara
ketiga.
Menjaga reputasi dalam mengendalikan mutu produk satu hal yang
penting dalam mempertahankan dan menerobos pasar ekspor ke negara lain.
dengan dikenakannya status penahanan otomatis udang windu Indonesia di luar
negeri seperti Eropa dan AS karena reputasi mutu udang windu kurang baik.
2.2.3. Sifat Udang Windu
Ada beberapa sifat udang windu yang perlu diketahui agar dalam
pelaksanaan

budidaya

dapat

meminimalisir

tingkat kematian

berjalan

dengan

baik,

sehingga

dapat

udang windu dan memaksimalkkan kualitas

maupun kuantitasnya. Untuk memahami sifat udang windu sebagai berikut :
a. Budidaya dilakukan secara baik dan benar, terpenuhi segala kebutuhan
hidupnya, tidak ada gangguan lingkungan udang windu mampu berkembang
dengan pesat. Dalam waktu enam bulan, benih yang berukuran 2 cm
mencapai berat 100 - 200 gram / ekor dan panjangnya sampai 30-35 cm. hal
ini terjadi karena penggantian kulit (ecdysis) dapat dipercepat. Pada
penggantian kulit yang biasa, waktu antara penggantian kulit yang satu
dengan yang berikutnya berkisar antara 20-40 hari. Benih udang windu yang
tumbuh pesat lebih sering berganti kulit. Biasanya setiap 5-10 hari sekali,
oleh karena itu bila keadaannya normal, dalam waktu dua bulan udang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

winduk dapat tumbuh dari 1 cm menjadi 7-10 cm. pada saat ganti kulit,
keadaan udang windu sangat lemah.
b. Udang windu senang sekali hidup didasar perairan. Oleh karena itu, bila
kondisi air tambak tidak memenuhi seleranya, udang windu menunjukkan
pola yang tidak tenang, berloncatan kesana-kemari sehingga mengganggu
pertumbuhannya. Hal ini dapat terjadi karena air tambak tercemar dan
banyak mengandung senyawa beracun ataupun lingkungan yang tidak
seperti biasanya, misalkan makanan kurang, kadar garam naik, oksigen larut
kurang, tambak mengandung karbondioksida (CO2), amoniak (NH3), asam
sulfat (H2SO4), pH berubah atau kekeruhan.
c. Udang windu memiliki sifat kanibalisme, yaitu apabila lapar dan makanan
disekitarnya tidak tersedia ia cenderung memangsa sesama jenisnya, lebihlebih pada udang windu yang sedang ganti kulit. Sifat demikian sudah
tampak pada waktu udang windu pada tingkatan mysis. Oleh karena itu,
biasanya udang windu yang sedang berganti kulit mencari tempat untuk
bersembunyi sehingga tidak diketahui oleh udang windu yang sedang
kelaparan atau predator. Untuk itu tambak perlu diberi rumpon sebagai
pelindung.
d. Udang windu dalam keadaan air jelek dan kurang makan, maka tubuh udang
windu akan menjadi lunak dan gembos karena daging windu hanya berisi air
sehingga pula gerak geriknya tidak lagi lincah.
e. Udang windu bersifat nocturnal, aktif mencari makanan pada malam hari,
sedangkan pada siang hari sering hanya menempelkan diri pada rumpon
yang terdapat dalam air tambak atau membenamkan diri didalam lumpur.
Sebaliknya, bila pada siang hari udang windu kelihatan gelisah, meloncatloncat, ini berarti kehidupannya terganggu karena lingkungannya tidak lagi
memenuhi seleranya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

f.

udang windu menyukai mollusca, kepiting-kepiting kecil, ikan-ikan kecil, dan
udang windu kecil sebagai makanannya (omnivore).

g. Udang windu sangat sensitif terhadap pengaruh kebocoran tanggul. Apabila
ada tanggul yang bocor, mereka berkumpul disitu yang kemudian hanyut
bersama air yang mengalir. Disamping itu, pada daerah yang bocor, oksigen
terlarut

memenuhi kebutuhan

hidup

udang windu

sehingga

sangat

disenanginya.
h. Udang windu bersifat euryhalin, yaitu masih sangat tahan terhadap
perubahan kadar garam sampai batas 35 – 45 % udang windu masih dapat
hidup, tetapi perkembangannya terlambat.
i.

Udang windu bersifat

eurythernal, yaitu tahan terhadap perubahan suhu,

juga terhadap perubahan suhu malam dan siang. Hanya masalahnya, bila
suhu terlalu panas, kulit udang windu menjadi merah dan tebal sehingga
tidak menarik.
2.2.4. Teknik Budidaya Udang windu
Teknik budidaya udang windu merupakan hal yang sangat berpengaruh
pada hasil produksi udang windu, semakin berkembangnya dalam teknik
budidayanya maka akan semakin maksimal hasilnya, begitu juga sebaliknya.
Untuk memahami jenis dan tekniknya sebagai berikut :
a.

Syarat konstruksi dan jenis tambak
Syarat untuk konstruksi tambak merupakan hal pendukung dalam

budidaya udang windu, untuk memahami tahapan konstruksi tambak sebagai
berikut; 1) Tahan terhadap damparan ombak besar, angin kencang dan banjir,
jarak minimum pertambakan dari pantai adalah 50 meter atau minimum 50 meter
dari bantara sungai , 2) Lingkungan tambak beserta airnya harus cukup baik
untuk kehidupan udang windu sehingga dapat tumbuh normal sejak ditebarkan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

sampai dipanen, 3) Tanggul harus padat dan kuat tidak bocor atau merembes
serta tahan terhadap erosi air, 4) Desain tambak harus sesuai dan mudah untuk
operasi sehari-hari, sehingga menghemat tenaga, 5) Sesuai dengan daya
dukung lahan yang tersedia, 6) Menjaga kebersihan dan kesehatan hasil
produksinya, dan 7) Saluran pemasuk air terpisah dengan pembuangan air.
Teknik pembuatan tambak dibagi dalam tiga sistem yang disesuaikan
dengan letak, biaya, dan operasi pelaksanaannya yaitu :
1.

Tambak Ekstensif atau Tradisional,
Tambak Ektensif dibangun di lahan pasang surut, yang umumnya berupa

rawa-rawa bakau, atau rawa-rawa pasang surut bersemak dan rerumputan.
Bentuk dan ukuran petakan tambak tidak teratur. Luasnya antara 3-10 ha per
petak. Setiap petak mempunyai saluran keliling (caren) yang lebarnya 5-10 m di
sepanjang keliling petakan sebelah dalam. Di bagian tengah juga dibuat caren
dari sudut ke sudut (diagonal). Kedalaman caren 30-50 cm lebih dalam dari
bagian sekitarnya yang disebut pelataran. Bagian pelataran hanya dapat berisi
sedalam 30-40 cm saja. Di tengah petakan dibuat petakan yang lebih kecil dan
dangkal untuk mengipur nener yang baru datang selama 1 bulan. Selain itu ada
beberapa tipe tambak tradisional, misalnya tipe corong dan tipe taman yang
dikembangkan di Sidoarjo, Jawa Timur. Pada tambak ini tidak ada pemupukan.
2. Tambak Semi Intensif,
Tambak Semi Intensif bentuk petakan umumnya empat persegi panjang
dengan luas 1-3 ha/petakan. Tiap petakan mempunyai pintu pemasukan (inlet)
dan pintu pengeluaran (outlet) yang terpisah untuk keperluan penggantian air,
penyiapan kolam sebelum ditebari benih, dan pemanenan. Suatu caren diagonal
dengan lebar 5-10 m menyerong dari pintu (pipa) inlet ke arah pintu (pipa) outlet.
Dasar caren miring ke arah outlet untuk memudahkan pengeringan air dan
pengumpulan udang windu pada waktu panen. Kedalaman caren selisih 30-50

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

cm dari pelataran. Kedalaman air di pelataran hanya 40-50 cm. Ada juga petani
tambak yang membuat caren di sekeliling pelataran.
3. Tambak Intensif,
Tambak Intensif petakan berukuan 0,2-0,5 ha/petak, supaya pengelolaan
air dan pengawasannya lebih mudah. Kolam/petak pemeliharaan dapat dibuat
dari beton seluruhnya atau dari tanah seperti biasa. Atau dinding dari tembok,
sedangkan dasar masih tanah. Biasanya berbentuk bujur sangkar dengan pintu
pembuangan di tengah dan pintu panen model monik di pematang saluran
buangan. Bentuk dan konstruksinya menyerupai tambak semi intensif bujur
sangkar. Lantai dasar dipadatkan sampai keras, dilapisi oleh pasir/kerikil.
Tanggul biasanya dari tembok, sedang air laut dan air tawar dicampur dalam bak
pencampur sebelum masuk dalam tambak. Pipa pembuangan air hujan atau
kotoran yang terbawa angin, dipasang mati di sudut petak. Diberi aerasi untuk
menambah kadar O2 dalam air. Penggantian air yang sangat sering
dimungkinkan oleh penggunaan pompa.
b.

Pengolahan Lahan
Pengolahan lahan merupakan bagian dari tahap awal budidaya udang

windu, semakin maksimal dalam pengolahan lahan maka akan sangat
berpengaruh pada pada hasil proktifitas udang. Ada beberapa tahapan dalam
pengolahan lahan yang perlu diperhatikan, yaitu :
1.

Petakan Tambak
Petakan Tambak sebaiknya dibuat dalam bentuk unit. Setiap satu unit

tambak pengairannya berasal dari satu pintu besar, yaitu pintu air utama atau
laban. Satu unit tambak terdiri dari tiga macam petakan: petak pendederan,
petak glondongan (buyaran) dan petak pembesaran dengan perbandingan luas
1:9:90. Selain itu, juga ada petakan pembagi air, yang merupakan bagian yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

terdalam dari petak pembagi, masing-masing petakan menerima bagian air untuk
pengisiannya. Setiap petakan harus mempunyai pintu air sendiri, yang
dinamakan pintu petakan, pintu sekunder, atau tokoan. Petakan yang berbentuk
seperti saluran disebut juga saluran pembagi air.

Setiap petakan terdiri dari

caren dan pelataran.
2.

Pematang/Tanggul
Pematang menurut jenisnya ada dua macam, yaitu pematang utama dan

pematang antara. Pematang utama merupakan pematang keliling unit, yang
melindungi unit yang bersangkutan dari pengaruh luar. Tingginya 0,5 m di atas
permukaan air pasang tertinggi. Lebar bagian atasnya sekitar 2 m. Sisi luar
dibuat miring dengan kemiringan 1:1,5. Sedangkan untuk sisi pematang bagian
dalam kemiringannya 1:1. Pematang antara merupakan pematang yang
membatasi petakan yang satu dengan yang lain dalam satu unit. Ukurannya
tergantung keadaan setempat, misalnya: tinggi 1-2 m, lebar bagian atas 0,5-1,5.
Sisi-sisinya dibuat miring dengan kemiringan 1:1. Pematang dibuat dengan
menggali saluran keliling yang jaraknya dari pematang 1 m. Jarak tersebut biasa
disebut berm.
3. Saluran dan Pintu Air
Saluran air harus cukup lebar dan dalam, tergantung keadaan setempat,
lebarnya berkisar antara 3-10 m dan dalamnya kalau memungkinkan sejajar
dengan permukaan air surut terrendah sepanjang tepiannya ditanami pohon
bakau sebagai pelindung. Ada dua macam pintu air, yaitu pintu air utama (laban)
dan pintu air sekunder (tokoan/pintu air petakan). Pintu air berfungsi sebagai
saluran keluar masuknya air dari dan ke dalam tambak yang termasuk dalam
satu unit. Lebar mulut pintu utama antara 0,8-1,2 m, tinggi dan panjang
disesuaikan dengan tinggi dan lebar pematang. Dasarnya lebih rendah dari dasar
saluran keliling,serta sejajar dengan dasar saluran pemasukan air. Bahan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

pembuatannya antara lain: pasangan semen, atau bahan kayu (kayu besi, kayu
jati, kayu kelapa, kayu siwalan, dll) Setiap pintu dilengkapi dengan dua deretan
papan penutup dan di antaranya diisi tanah yang disebut lemahan. Pintu air
dilengkapi dengan saringan, yaitu saringan luar yang menghadap ke saluran air
dan saringan dalam yang menghadap ke petakan tambak. Saringan terbuat dari
kere bambu, dan untuk saringan dalam dilapisi plastik atau ijuk.
4. Pelindung
Pelidung sebagai bahan untuk melindungi pada pemeliharaan udang
windu di tambak, dapat dipasang rumpon yang terbuat dari ranting kayu atau dari
daun-daun kelapa kering. Pohon peneduh di sepanjang pematang juga dapat
digunakan sebagai pelindung. Rumpon dipasang dengan jarak 6-15 m di tambak.
Rumpon berfungsi juga untuk mencegah hanyutnya kelekap atau lumut,
sehingga menumpuk pada salah satu sudut karena tiupan angin.
5. Pemasangan Kincir
Pemasangan kincir biasanya dipasang setelah pemeliharaan 1,5-2 bulan,
karena udang windu sudah cukup kuat terhadap pengadukan air. Kincir dipasang
3-4 unit/ha. Daya kelarutan O2 ke dalam air dengan pemutaran kincir itu
mencapai 75-90%.
c.

Pembibitan
Pembibitan merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatiakan,

karena dengan penggunaan bibit/benur yang bagus dipastiakan produksi udang
akan lebih berkualitas apabila disertai dengan pengolahan dan perawatan yang
baik. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembibitan, yaitu ;
1. Menyiapkan Benih (Benur)
Benur/benih udang windu bisa didapat dari tempat pembenihan
(Hatchery) atau dari alam. Di alam terdapat dua macam golongan benih udang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

windu (benur) menurut ukurannya, yaitu : Benih yang masih halus, yang disebut
post larva. Terdapat di tepi-tepi pantai. Hidupnya bersifat pelagis, yaitu berenang
dekat permukaan air. Warnanya coklat kemerahan. Panjang 9-15 mm. Cucuk
kepala lurus atau sedikit melengkung seperti huruf S dengan bentuk keseluruhan
seperti jet. Ekornya membentang seperti kipas. Benih yang sudah besar atau
benih kasar yang disebut juvenil. Biasanya telah memasuki muara sungai atau
terusan. Hidupnya bersifat benthis, yaitu suka berdiam dekat dasar perairan atau
kadang menempel pada benda yang terendam air. Sungutnya berbelang-belang
selang-seling coklat dan putih atau putih dan hijau kebiruan. Badannya berwarna
biru kehijauan atau kecoklatan sampai kehitaman. Pangkal kaki renang
berbelang-belang kuning biru.
2. Cara Penangkapan Benur
Cara

penangkapan

benih

benur

yang

halus

ditangkap

dengan

menggunakan alat belabar dan seser. Belabar adalah rangkaian memanjang
dari ikatan-ikatan daun pisang kering, rumput-rumputan, merang, atau pun
bahan-bahan lainnya. Kegiatan penangkapan dilakukan apabila air pasang.
Belabar dipasang tegak lurus pantai, dikaitkan pada dua buah patok, sehingga
terayun-ayun di permukaan air pasang. Atau hanya diikatkan pada patok di salah
satu ujungnya, sedang ujung yang lain ditarik oleh si penyeser sambil
dilingkarkan mendekati ujung yang terikat. Setelah lingkaran cukup kecil,
penyeseran dilakukan di sekitar belabar. Benih kasar ditangkapi dengan alat
seser pula dengan cara langsung diseser atau dengan alat bantu rumponrumpon yang dibuat dari ranting pohon yang ditancapkan ke dasar perairan.
Penyeseran dilakukan di sekitar rumpon. Pembenihan secara alami dilakukan
dengan cara mengalirkan air laut ke dalam tambak. Biasanya dilakukan oleh
petambak tradisional. Benih udang windu/benur yang didapat dari pembibitan
haruslah benur yang bermutu baik. Adapun sifat dan ciri benur yang bermutu

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

baik yang didapat dari tempat pembibitan adalah: Umur dan ukuran benur harus
seragam, bila dikejutkan benur sehat akan melentik, benur berwarna tidak pucat
dan badan benur tidak bengkok dan tidak cacat.
3. Perlakuan dan Perawatan Benih
Cara pemeliharaan dengan sistem kolam terpisah Pemeliharaan larva
yang baik adalah dengan sistem kolam terpisah, yaitu kolam diatomae, kolam
induk, dan kolam larva dipisahkan. Kolam Diatomae untuk makanan larva udang
windu yang merupakan hasil pemupukan adalah spesies Chaetoceros,
Skeletonema danTetraselmis di dalam kolam volume 1000-2000 liter. Spesies
diatomae yang agak besar diberikan kepada larva periode mysis, walaupun lebih
menyukai zooplankton. Kolam Induk Kolam yang berukuran 500 liter ini berisi
induk udang windu yang mengandung telur yang diperoleh dari laut/nelayan.
Telur biasanya keluar pada malam hari. Telur yang sudah dibuahi dan sudah
menetas menjadi nauplius, dipindahkan. Kolam Larva Kolam larva berukuran
2.000-80.000 liter. Artemia/zooplankton diambil dari kolam diatomae dan
diberikan kepada larva udang windu mysis dan post larva (PL5-PL6). Artemia
kering dan udang windu kering diberikan kepada larva periode zoa sampai (PL6).
Larva periode PL5-PL6 dipindah ke petak buyaran dengan kepadatan 32-1000
ekor/m 2 , yang setiap kalidiberi makan artemia atau makanan buatan, kemudian
PL20-PL30 benur dapat dijual atau ditebar ke dalam tambak.
4. Cara Pengipukan/pendederan benur di petak pengipukan
petak pendederan benur merupakan sebagian dari petak pembesaran
udang windu (± 10% dari luas petak pembesaran) yang terletak di salah satu
sudutnya dengan kedalaman 30-50 cm, suhu 26-31derajat C dan kadar garam 525 permil. Petak terbuat dari daun kelapa atau daun nipah, agar benur yang
masih lemah terlindung dari terik matahari atau hujan. Benih yang baru datang,
diaklitimasikan dulu. Benih dimasukkan dalam bak plastik atau bak kayu yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

diisi air yang kadar garam dan suhunya hampir sama dengan keadaan selama
pengangkutan. Kemudian secara berangsur-angsur air tersebut dikeluarkan dan
diganti dengan air dari petak pendederan. Kepadatan pada petak Ini 1000-3000
ekor. Pakan yang diberikan berupa campuran telur ayam rebus dan daging
udang windu atau ikan yang dihaluskan. Pakan tambahan berupa pellet udang
windu yang dihaluskan. Pemberian pelet dilakukan sebanyak 10-20 % kali jumlah
berat benih udang windu per hari dan diberikan pada sore hari. Berat benih halus
± 0,003 gram dan berat benih kasar ± 0,5-0,8 g. Pellet dapat terbuat dari tepung
rebon 40%, dedak halus 20 %, bungkil kelapa 20 %, dan tepung kanji 20%.
Pakan yang diperlukan: secangkir pakan untuk petak pengipukan /pendederan
seluas 100 m 2 atau untuk 100.000 ekor benur dan diberikan 3-4 kali sehari.
Cara Pengipukan di dalam Hapa. Hapa adalah kotak yang dibuat dari jaring nilon
dengan mata jaring 3-5 mm agar benur tidak dapat lolos. Hapa dipasang
terendam dan tidak menyentuh dasar tambak di dalam petak-petak tambak yang
pergantian airnya mudah dilakukan, dengan cara mengikatnya pada tiang-tiang
yang ditancamkan di dasar petak tambak itu. Beberapa buah hapa dapat
dipasang berderet-deret pada suatu petak tambak. Ukuran hapa dapat
disesuaikan dengan kehendak, misalnya panjang 4- 6 m, lebar 1-1,5 m, tinggi
0,5-1 m. Kepadatan benur di dalam hapa 500-1000 ekor/m 2 Pakan benur dapat
berupa kelekap atau lumut-lumut dari petakan tambak di sekitarnya. Dapat juga
diberi pakan buatan berupa pelet udang windu yang dihancurkan dulu menjadi
serbuk. Lama pemeliharaan benur dalam ipukan 2-4 minggu, sampai panjangnya
3-5 cm dengan persentase hidup 70-90%. Jaring sebagai dinding hapa harus
dibersihkan seminggu sekali. Hapa sangat berguna bagi petani tambak, yaitu
untuk tempat aklitimasi benur, atau sewaktu-waktu dipergunakan menampung
ikan atau udang windu yang dikehendaki agar tetap hidup.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

5. Cara pengangkutan
Cara pengangkutan menggunakan kantong plastik, kantong plastik yang
berukuran panjang 40 cm, lebar 35 cm, dan tebal 0,008 mm, diisi air 1/3 bagian
dan diisi benih 1000 ekor. Kantong plastik diberi zat asam sampai
menggelembung dan diikat dengan tali. Kantong plastik tersebut dimasukkan
dalam kotak kardus yang diberi styrofore foam sebagai penahan panas dan
kantong plastik kecil yang berisi pecahan-pecahan es kecil yang jumlahnya 10%
dari berat airnya. Benih dapat diangkut pada suhu 27-30 derajat C selama 10 jam
perjalanan

dengan

angka

kematian

10-20%.

Pengangkutan

dengan

menggunakan jerigen plastik. Jerigen yang digunakan yang berukuran 20 liter.
Jerigen diisi air setengah bagiannya dan sebagian lagi diisi zat asam bertekanan
lebih. Jumlah benih yang dapat diangkut antara 500-700 ekor/liter. Selama 6- 8
jam perjalanan, angka kematiannya sekitar 6%. Dalam perjalanan jerigen harus
ditidurkan, agar permukaannya menjadi luas, sehingga benurnya tidak
bertumpuk. Untuk menurunkan suhunya bisa menggunakan es batu.
6. Waktu Penebaran
Waktu penebaran Benur Sebaiknya ditebar di tambak pada waktu yang
teduh, agar benur tidak mengalami stres yang dapat mengganggu kelangsungan
penebaran, sebab akan beresiko tinggi pada tingkat kematin apabila benur
mengalami stres.
d.

Perawatan
Perawatan merupakan faktor pendukung dari pengolahan lahan dan

pembibitan di dalam budidaya udang windu untuk mendapatkan produksi udang
yang berkualitas, karena dengan diadakannya pemeliharaan yang baik, akan
membantu meminimalisir resiko dalam upaya pengembangan usaha udang
windu. Ada beberapa tahapan dalam perawatan udang windu, yaitu ;

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

1. Pemupukan
Pemupukan bertujuan untuk mendorong pertumbuhan makanan alami,
yaitu kelekap, lumut, plankton, dan bentos. Cara pemupukan Untuk pertumbuhan
kelekap ialah Tanah yang sudah rata dan dikeringkan ditaburi dengan dedak
kasar sebanyak 500 kg/ha. Kemudian ditaburi pupuk kandang (kotoran ayam,
kerbau, kuda, dll), atau pupuk kompos sebanyak 1000 kg/ha. Tambak diairi
sampai 5-10 cm, dibiarkan tergenang dan menguap sampai kering. Setelah itu
tambak diairi lagi sampai 5-10 cm, dan ditaburi pupuk kandang atau pupuk
kompos sebanyak 1000 kg/ha. Pada saat itu ditambahkan pula pupuk anorganik,
yaitu urea 75 kg/ha dan TSP (Triple Super Phosphate) 75 kg/ha. Sesudah 5 hari
kemudian, kelekap mulai tumbuh. Air dapat ditinggikan lagi secara berangsurangsur, hingga dalamnya 40 cm di atas pelataran. Dan benih udang windu dapat
dilepaskan. Selama pemeliharaan, diadakan pemupukan susulan seba