ANALISA EARNED VALUE PADA PROYEK GUDANG PRODUKSI PT. DYNASTI INDOMEGAH BUDURAN SIDOARJO.

BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA

2.1

Umum
Pengendalian proyek yang efektif menerapkan sistim teknik manajemen

konstruksi yang menggabungkan seluruh sumber daya yang digunakan, seperti:
tenaga kerja, peralatan, material dan sumber daya lainnya sesuai dengan jadwal.
Earned value didefinisikan sebagai pengendalian proyek yang memadukan unsurunsur prestasi biaya dan waktu pelaksanaan proyek. Earned value adalah konsep
menghitung besarnya biaya yang menurut anggaran sesuai dengan pekerjaan yang
telah dilaksanakan atau diselesaikan (Imam Suharto, 2001).
Imam Suharto (2001) mengasumsikan yang digunakan pada Earned Value
adalah kecenderungan yang ada dan terungkap pada saat pelaporan akan terus
berlangsung hingga proyek selesai. Kecenderungan yang memberitahukan
proyeksi masa depan penyelenggaraan proyek merupakan masukan yang sangat
berguna bagi pelaksana pekerjaan (kontraktor), karena dengan demikian mereka
memiliki waktu untuk memikirkan cara-cara menghadapi segala persoalan di
masa yang akan datang. Dengan demikian Earned Value metode yang
memadukan prestasi, biaya dan waktu untuk menyelesaikan proyek.


2.2

Pengendalian Proyek
Kegiatan pengendalian dalam proyek sebenarnya merupakan kegiatan

penetapan apa yang telah dicapai, evaluasi kinerja dan langkah perbaikan bila

5

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

diperlukan. Proses ini dapat dilakukan jika sebelumnya telah ada kegiatan
perencanaan, karena esensi pengendalian adalah membandingkan apa yang
seharusnya terjadi dengan apa yang telah terjadi. Variansi dari kedua kegiatan itu
mencerminkan potret dari proyek tersebut.
Menurut R. J. Mockler (1972), sebagaimana dikutip oleh Imam Soeharto

(2001) definisi pengendalian adalah usaha yang sistematis untuk menentukan
standard yang sesuai dengan sasaran perencanaan, merancang sistem informasi,
membandingkan pelaksanaan dengan standar menganalisis kemungkinan adanya
penyimpangan antara pelaksanaan dan standar, kemudian mengambil tindakan
pembetulan yang diperlukan agar sumber daya digunakan secara efektif dan
efisien dalam rangka mencapai sasaran.
Berdasarkan definisi di atas maka Imam Soeharto (2001) menggambarkan
siklus perencanaan dan pengendalian proyek seperti pada gambar 2.1 berikut ini:

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7
SASARAN PROYEK
Membuat produk /
instansi dengan
batasan
- anggaran
- jadwal
- mutu tertentu


LINGKUP KERJA
Menyusun SPK
- per hirarki
- paket kerja
- kode biaya

STANDARD &
KRITERIA
- milestone
- anggaran per paket
- jadwal / paket kinerja
- produktivitas

PERENCANAAN
TINDAKAN
PEMBETULAN
- rekolasi sumber
daya
- jadwal alternative

- prosedur & metode
- rework (pengerjaan
kembali)

MENGKAJI &
MENYIMPULKAN
- interpretasi
masukan
- biaya & jadwal
persiapan
- kualitas
- laporan kesimpulan
kembali)

MEMANTAU
PRESTASI
PEKERJAAN
- mengukur hasil kerja
- mencatat pemakain
sumber daya

- memeriksa mutu
- mencatat kinerja &
produktivitas

PENGENDALIAN
Gambar 2.1. Siklus Perencanaan dan Pengendalian Proyek
Sumber : Imam Soeharto, 2001

2.2.1

Ar ea dan Aspek Pengendalian
Mengetahui proses serta metodologi pengendalian proyek, maka langkah

selanjutnya adalah mengidentifikasi area/obyek pengendalian. Dalam suatu
proyek, terdiri dari berbagai macam proyek/kegiatan yang membutuhkan
pengendalian, namun aspek-aspek yang terpenting yang dominan pengaruhnya
terhadap biaya proyek seperti yang diungkapkan oleh Imam Soeharto (2001)
adalah sebagai berikut:
a. Biaya dan jam – orang
Pengendalian ini berlangsung sepanjang siklus proyek dan besar pengaruhnya

terhadap kelangsungan hidup proyek.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

b. Pengendalian organisasi dan personil
Memantau apakah organisasi pelaksana proyek telah sesuai dengan kebutuhan
proyek dan apakah pengisian personil telah memenuhi kualifikasi.
c. Pengendalian waktu/jadwal
Pengendalian ini bertujuan agar proyek dapat diselesaikan dalam batas waktu
yang ditetapkan, karena keterlambatan proyek tentu akan membawa resiko
bertambahnya biaya.
d. Pengendalian mutu
Bertujuan agar produk proyek dalam keadaan fitness fir use yang kegiatannya
meliputi program QA/QC, inspeksi dan uji coba operasi.
e. Pengendalian lingkup kerja
Pengendalian ini erat hubungannya dengan aspek biaya, dilakukan pada tahap
engineering, karena pada tahap ini banyak alternatif yang bisa dipilih.

f. Pengendalian pengadaan
Penekanan pengendalian pengadaan di samping aspek biaya, jadwal dan mutu
juga termasuk masalah-masalah prosedur dan peraturan yang diberlakukan.
g. Pengendalian kinerja
Memantau serta mengendalikan agar proyek dapat berlangsung dengan efektif
dan efisien dari segi biaya dan jadwal.
Disamping aspek-aspek pengendalian di atas, dikenal juga macam-macam
pengendalian yang dilihat dari pelaku atau yang mengadakan pengendalian, yaitu:
a. Pengendalian internal

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

Pengendalian ini dilakukan oleh organisasi yang bersangkutan dan selanjutnya
dilaporkan pada pucuk pimpinannya.
b. Pengendalian eksternal
Pengendalian ini dilakukan oleh badan/organisasi di luar perusahaan, misalnya
auditor/akuntan publik.


2.2.2

Pengendalian Proyek yang Efektif dan Tidak Efektif
Ciri-ciri pengendalian proyek yang efektif disajikan oleh Imam Soeharto

(2001) sebagai berikut:
a. Tepat waktu dan peka terhadap penyimpangan, sehingga dapat diadakan
koreksi pada waktunya sebelum persoalan berkembang menjadi besar.
b. Bentuk tindakan yang diadakan tepat dan benar, sehingga diperlukan
kemampuan dan kecakapan menganalisis indikator secara akurat dan obyektif.
c. Terpusat pada masalah atau titik yang sifatnya strategis, dilihat dari segi
penyelenggaraan proyek.
d. Mampu mengetengahkan dan mengkomunikasikan masalah dan penemuan,
sehingga dapat menarik perhatian pimpinan atau pelaksanaan proyek yang
bersangkutan agar tindakan koreksi yang diperlukan dapat dilaksanakan.
e. Kegiatan pengendalian tidak lebih dari yang diperlukan, maksudnya dalam
merencanakan suatu pengendalian perlu dikaji dan dibandingkan dengan hasil
yang akan diperoleh.
f. Dapat memberikan petunjuk berupa prakiraan hasil pekerjaan yang akan

datang, bilamana pada saat pengecekan tidak mengalami perubahan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

Sedangkan ciri-ciri pengendalian yang tidak efektif adalah sebagai berikut:
a. Karakteristik proyek
Karena proyek merupakan sesuatu yang komplek, baik pekerjaan maupun
personilnya maka tidaklah mudah mengikuti kinerja masing-masing kegiatan
dan menyimpulkan laporan yang terkonsolidasi. Dengan besarnya jumlah
peserta dan terpencarnya lokasi maka komunikasi dan koordinasi menjadi
masalah utama penyebab kurang efektifnya pengendalian proyek.
b. Kualitas informasi
Laporan yang tidak tepat waktu dan tidak pandai memilih materi akan
mengurangi keefektifan informasi.
c. Kebiasaan
Sulitnya masing-masing personil untuk mengubah kebiasaan dalam waktu
yang relatif singkat dan cenderung “resistant” terhadap perubahan yang

semestinya diperlukan untuk mengelola proyek.

2.3

Pengendalian Waktu dan Biaya Proyek Konstruksi
Dalam penulisan tugas akhir ini, penulis hanya membahas pengendalian

waktu dan biaya saja, mengingat dua aspek ini berpengaruh dalam jalannya
proyek. Namun ada baiknya jika kita mengetahui aspek-aspek pengendalian
dalam sebuah proyek konstruksi, seperti yang dijelaskan Asisyanto (2003).
Aspek-aspek itu adalah:

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

a. Pengendalian waktu
Pengendalian waktu adalah pengendalian waktu pelaksanaan proyek agar
proyek dapat diselesaikan dalam batas waktu yang ditetapkan, karena

keterlambatan proyek akan membawa resiko pertambahan biaya.
b. Pengendalian mutu
Pengendalian mutu (Quality Control) penting untuk dilakukan karena selain
berpengaruh

langsung

terhadap

biaya

juga

berpengaruh

pada

performance/image perusahaan. Produksi jasa konstruksi adalah berupa
bangunan yang pemanfaatan berlangsung dalam jangka panjang, oleh karena
itu hasil pekerjaan konstruksi adalah merupakan promosi jangka panjang
gratis bagi pelaksananya (kontraktor). Maka kualitas pekerjaan perlu
dikendalikan agar menghasilkan pekerjaan sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan. Namun ditinjau dari sudut biaya, disarankan untuk mutu yang
bersifat obyektif, seperti kekuatan, dimensi, dan lain-lain perlu dikendalikan
agar tidak berlebihan, karena akan merupakan waste yang menambah biaya
saja.
c. Pengendalian keamanan kerja (safety control)
Kegiatan dalam pelaksanaan proyek kontruksi memiliki resiko kecelakaan
yang tinggi. Keamanan konstruksi mempunyai dua aspek penting yang harus
diperhatikan secara bersamaan, yaitu:
a. Aspek kemanusiaan, yaitu keselamatan manusia, baik manusia sebagai
pelaksana, pengguna bangunan maupun manusia yang berada di
sekitarnya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

b. Aspek ekonomi, yaitu biaya maupun waktu yang hilang sebagai akibat
dari kecelakaan yang terjadi, baik biaya secara langsung maupun tidak
langsung.
Oleh karena itu Asiyanto (2003) mengungkapkan bahwa biaya yang
berkaitan dengan biaya konstruksi yang dikenal dengan cost of safety yang
merupakan biaya yang harus diperhitungkan sebagai bagian dari konstruksi.
Dengan melaksanakan safety control berarti juga mengendalikan cost of safety
yang akhirnya dapat mengendalikan biaya proyek. Sasarannya adalah dengan
menekan unsur accident cost sekecil mungkin menjadi kondisi zero accident
melalui peningkatan efektifitas inspection dan prevention.
d. Penekanan biaya
Dalam usaha jasa konstruksi, pengendalian biaya sangat penting artinya untuk
menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Hal itu disebabkan oleh sifat usaha
jasa konstruksi:
d.1 Harga jual (nilai kontrak) yang bersifat konservatif (relatif tetap nilainya)
d.2 Biaya produksi (biaya pelaksanaan proyek) yang bersifat fluktuatif
selama proses pelaksanaan dan cenderung membesar jika tidak
dikendalikan.
Oleh karena itu membutuhkan kemampuan yang sangat mendasar tentang
cost estimate untuk memenangkan persaingan harga secara aman dan cost control
agar dapat mengendalikan biaya proyek.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

2.3.1

Pengendalian Waktu
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa pengendalian waktu besar

pengaruhnya terhadap pertambahan biaya proyek. Oleh karena itu dibutuhkan
perencanaan yang baik yang direalisasikan dalam bentuk penjadwalan.
Penjadwalan

suatu

proyek

merupakan

langkah

menterjemahkan

suatu

perencanaan ke dalam suatu diagram-diagram yang sesuai dengan waktu.
Penjadwalan ini menentukan kapan aktivitas-aktivitas pelaksanaan dan pemakaian
sumber daya dapat disesuaikan dengan waktu menurut kebutuhan yang
diperlukan.
Dalam menyelesaikan suatu proyek konstruksi diusahakan mendapatkan
waktu penyelesaian yang paling pendek dan biaya pelaksanaan proyek yang
seminimal mungkin. Sehingga dalam usaha memperpendek waktu penyelesaian
proyek harus benar-benar menilai dan melihat aktivitas-aktivitas pengerjaan suatu
proyek yang telah disusun dan diurutkan secara kontinyu. Aktivitas pengerjaan
suatu proyek biasanya disusun dalam suatu diagram yaitu diagram network
(network planning). Di dalam network planning ini terdapat beberapa lintasan dan
diantaranya terdapat lintasan kritis.
Network planning merupakan suatu metode yang bertujuan untuk
sebanyak mungkin

mengurangi penundaan

gangguan

konflik

produksi,

mengkoordinasi dan mengsinkronkan berbagai bagian pekerjaan sebagai suatu
keseluruhan pekerjaan dan mempercepat selesainya proyek. Produk dari metode
ini adalah informasi kegiatan-kegiatan yang ada pada proyek tersebut. Produk dari
metode ini adalah informasi kegiatan-kegiatan yang ada pada proyek tersebut.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

Informasi tersebut mengenai sumber daya yang digunakan oleh kegiatan yang
bersangkutan
pemakaiannya

dan

informasi

yaitu

pada

mengenai

jadwal

penyelenggaraan

pelaksanaannya.

proyek,

network

Dalam
planning

menggunakan model yang berupa diagram yang disebut network diagram.
Network diagram adalah visualisasi proyek berdasarkan network planning
berupa jaringan kerja yang terdiri dari simbol kegiatan, simbol peristiwa dan bila
diperlukan simbol hubungan antar peristiwa (dummy). Network diagram
menyatakan logika ketergantungan antar

kegiatan yang terjadi selama

penyelenggaraan proyek.
Untuk merencanakan dan menggambarkan penjadwalan secara grafis dari
aktivitas pelaksanaan proyek, dibagi menjadi beberapa metode, yaitu:
1. Diagram balok (Gantt bar chart)
2. Diagram garis (time/production graph)
3. Diagram panah (arrow diagram)
4. Diagram precedence (precedence diagram)
Masing-masing ini memiliki ciri-ciri tersendiri dan dipakai secara
kombinasi pada proyek-proyek konstruksi yang mana dasar pemikiran pada
metode-metode tersebut harus berorientasi pada maksud penggunaannya.

2.3.1.1 Diagram Balok
Diagram ini diciptakan oleh Henry Grant, oleh karena itu diagram balok
sering disebut “GANTT BAR CHART”. Sumbu x adalah skala waktu dan sumbu y
adalah aktivitas-aktivitas yang direncanakan untuk diukur waktu pelaksanaannya

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

yang digambarkan dengan garis horizontal tebal (batang). Panjang batang tersebut
menyatakan lamanya suatu aktivitas dengan waktu awal (start) dan waktu selesai
(finish).
Pada diagram balok ini, informasi yang diberikan mencakup 3 segi, yaitu:
pekerjaan yang seharusnya sudah selesai, pekerjaan yang seharusnya sedang
berlangsung, dan pekerjaan yang seharusnya sudah dimulai. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat dari gambar 2.2 di bawah ini:

Pekerjaan Selesai

Pekerjaan
Sedang
Pekerjaan Mulai
Waktu
Gambar 2.2 Segi Informasi yang Ada pada Diagram balok
Sumber : Nugroha p. dkk, 1985

Diagram balok ini mempunyai sejumlah manfaat atau keuntungan
dibandingkan dengan sistem penjadwalan yang lain. Bentuk grafiknya sederhana
dan mudah dimengerti oleh semua tingkatan manajemen, oleh karena itu dapat
diterima secara luas. Demikian juga penggunaannya, di dalam pelaksanaan. Juga
merupakan alat perencanaan dan penjadwalan yang luas dan hanya memerlukan
sedikit penyempurnaan dan pembaharuan dari pada sistem penjadwalan yang lain
yang lebih canggih. Gambaran ini umumnya untuk membantu jadwal pada tingkat

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

pendahuluan dari proyek-proyek konstruksi dan perekayasaan dimana perubahanperubahan sering terjadi.
Disamping

keuntungan-keuntungan

di

atas,

diagram

balok

juga

mempunyai keterbatasan dan kelemahan, antara lain:
a. Hubungan antar aktivitas tidak dapat dilihat dengan jelas.
b. Diagram balok sulit dipergunakan untuk pekerjaan pengawasan, karena
aktivitas-aktivitas yang sangat menentukan ketepatan waktu tidak terlihat
jelas.
c. Alternatif untuk memperbaiki jadwal pelaksanaan yang lain tidak dapat dibaca
pada diagram balok.
d. Bila satu atau beberapa aktivitas mengalami keterlambatan maka gambaran
situasi keseluruhan proyek tersebut sulit untuk diketahui secara teori sampai
seberapa jauh hal tersebut akan mempengaruhi jadwal seluruh proyek.

2.3.1.2 Diagram Garis
Metode ini mirip dengan diagram balok tetapi penampilan informasinya
menunjukkan dua variabel yaitu sumbu x menggambarkan skala waktu dan sumbu
y menggambarkan aktivitas yang mana bila diproyeksikan ke sumbu x
menyatakan volume aktivitas. Makin besar sudut yang dibentuk dari sumbu x dan
sumbu y maka garis tersebut makin tegak yang berarti makin cepat
pelaksanaannya. Letak garis aktivitas dalam diagram menyatakan saat mulai dan
saat selesai aktivitas.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

Dengan demikian perencanaan suatu aktivitas proyek dapat diatur dengan
cara menggeser ke kiri atau ke kanan sesuai kebutuhan proses konstruksi.
Diagram garis ini terdapat beberapa manfaat, antara lain:
a. Hubungan antara waktu (lamanya aktivitas) dan volume terlihat jelas.
b. Kecenderungan kegiatan dapat dilihat dengan segera dimulai jangka waktu
tertentu akan segera dilihat apakah terjadi keterlambatan atau sebaliknya.
Dapat dikombinasikan dengan diagram balok.

100%

Keg 1

Keg 2

Keg 3

Gambar 2.3 Diagram Garis
Sumber : Nugraha P. dkk, 1985

2.3.1.3 Diagram Panah (Arrow Diagram)
Metode jaringan kerja ini pertama-tama berkembang di Amerika pada
awal tahun 14957 yang dikenal dengan Critical Path Method (CPM), di Perancis
tahun 1059 dengan Metra Potential Method (MPM).
Metode ini terjadi setelah ada kebutuhan yang mendesak yaitu bagaimana
mengorganisir suatu proyek yang melibatkan ribuan aktivitas yang harus
diselesaikan dalam jangka waktu tertentu.
Dalam diagram ini status aktivitas digambarkan dan ditentukan dalam
jaringan kerja (network), dengan mempertimbangkan beberapa jenis hubungan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

antar aktivitas, antara lain hubungan akhir-awal (end-start relation). Urutan
aktivitas

yang

ditunjukkan

dalam

jaringan

tersebut

menggambarkan

ketergantungan dari aktivitas dengan aktivitas lainnya, dimana tiap-tiap aktivitas
memiliki tenggang waktu pelaksanaan (duration) yang sudah ditentukan.
Notasi yang diperlukan dalam pengerjaan diagram panah sebagai berikut:
a. Aktivitas nyata dan palsu (dummy)
Aktivitas nyata: adalah pelaksanaan kegiatan yang nyata dari suatu
kegiatan. Oleh karena itu aktivitas ini memerlukan sumber daya seperti tenaga
manusia, peralatan, material, dan fasilitas-fasilitas lainnya. Aktivitas nyata ini
biasanya digambarkan waktu pelaksanaannya (duration).
Aktivitas
Start

t

Finish

Mulai
Gambar 2.4 Aktivitas Nyata
Sumber : Nugraha P. dkk, 1985

Aktivitas palsu : disebut juga dummy activity. Aktivitas ini
digambarkan dengan anak panah dengan garis putus-putus dan fungsinya
untuk menunjukkan ketergantungan antara aktivitas. Aktivitas palsu ini tidak
mempunyai waktu pengerjaan (zero activity).
Aktivitas Palsu (dummy activity)

Gambar 2.5 Aktivitas Palsu (dummy)
Sumber : Nugraha P. dkk, 1985

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

Kejadian (event): merupakan titik pangkal dan titik akhir suatu
aktivitas. Suatu even tidak memerlukan waktu atau sumber daya. Secara grafis
dapat digambarkan seperti lingkaran dengan nomer di dalamnya.

30

20

Gambar 2.6 Kejadian (event)
Sumber : Nugraha P. dkk, 1985

b. Macam-macam hubungan antara aktivitas
a. Diagram di bawah ini menunjukkan hubungan aktivitas yang berurutan
(menurut sistem garis lurus), dimana suatu pekerjaan baru dapat dilakukan
seperti, plat pondasi telah selesai dikerjakan. Ini berarti bahwa akhir dari
kegiatan A terjadi bersama-sama dengan awal dari kegiatan B.

A

Galian Pondasi

B

Plat Pondasi

C

Tembok Pondasi

Gambar 2.7 Aktivitas-aktivitas yang Berurutan
Sumber : Nugraha P. dkk, 1985

b. Berapa aktivitas harus selesai dulu sebelum aktivitas selanjutnya dapat
dimulai, berarti akhir dari aktivitas-aktivitas jatuh bersamaan dengan awal
dari aktivitas.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

B

10

Tembok pondasi 1
C
30

40
Plat Jembatan

A

Tembok pondasi 2

20

Gambar 2.8 Merge Event
Sumber : Nugraha P. dkk, 1985

Pada even no. 30 di atas berkumpul aktivitas-aktivitas A dan B kemudian
disusul aktivitas berikutnya yaitu aktivitas C. Even no. 30 disebut “merge
event”.
c. Demikian juga dapat terjadi sebaliknya yaitu beberapa aktivitas baru dapat
dimulai sesudah sebuah aktivitas selesai (prasyarat). Pada gambar 2.9
dapat dilihat bahwa event no. 20 merupakan event yang memungkinkan
pemancaran beberapa aktivitas seperti galian (B) dan plat pondasi (C),
event no. 20 ini disebut “burst event”.
30
B
A
10

Galian 2

20
Galian 1

C
Plat Pondasi

Gambar 2.9 Burs Event
Sumber : Nugraha P. dkk, 1985

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

40

21

Atau dapat dibaca bahwa pada waktu galian 1 selesai, galian 2 dan
plat pondasi baru dapat dimulai. Akhir aktivitas kegiatan 1 merupakan
awal kejadian/aktivitas galian 2 dan plat pondasi.
d. Apakah dua aktivitas harus selesai lebih dahulu sebagai syarat sebelum
dua aktivitas lain dapat dilaksanakan, maka dapat dilukiskan sebagai
berikut:

10

40

A

C

Tembok Pondasi 6

Plat Jembatan
30
B

20

Tembok Pondasi 5

D
50
Pagar Jembatan

Gambar 2.10 Kombinasi Merge Event dan Burst Event
Sumber : Nugraha P. dkk, 1985

e. Untuk penampilan hubungan aktivitas satu dengan yang lain dapat dipakai
aktivitas palsu/aktivitas fiktif yang dikenal dengan aktivitas dummy.
Dummy merupakan kelemahan dari jaringan kerja diagram panah sebab
bila terlupa memberi dummy maka akan terjadi tidak adanya ketentuan
yang jelas terhadap aktivitas satu dengan yang lain atau merubah logika
(logic of network). Bila terlalu banyak memakai dummy maka jaringan
kerja akan menjadi sulit dibaca terutama dalam memperhitungkan waktu.
Ciri-ciri istimewa diagram panah yang juga menyulitkan adalah
sebuah aktivitas harus selesai 100% terlebih dahulu, baru disambungkan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

dengan aktivitas yang lain. Padahal kenyataannya dalam praktek tidak
demikian. Sering pekerjaan berikutnya dilakukan tanpa harus menunggu
pekerjaan sebelumnya selesai 100%.
A
10

C
30

Tembok pondasi 5

40
Plat Jembatan

Aktivity Dummy

B
10

D
30

Tembok pondasi 5

40
Pagar Jembatan

Gambar 2.11 Penempatan Dummy
Sumber : Nugraha P. dkk, 1985

Sebagai pemecahannya aktivitas tadi dipecah menjadi 2 aktivitas
yang memiliki nama dengan kode indeks, misalnya aktivitas A dipecah
menjadi A1 dan A2 dan seterusnya (gambar 2.12A).
Kemudian pada gambar 2.12 b, dapat diketahui bahwa aktivitas B
(plat pondasi 3) dapat dimulai tanpa menunggu aktivitas A selesai 100%,
melainkan sesudah A1 yaitu sebagian dari aktivitas A selesai.

Galian Pondasi

A

Plat Pondasi 3

C

Gambar 2.12a Kegiatan B Dimulai Setelah Kegiatan A Selesai
Sumber : Nugraha P. dkk, 1985

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

30
A2
A1

10

20
Galian 1

B
Plat Pondasi 3

40

Gambar 2.12b Kegiatan B Dimulai Sebelum Kegiatan A Selesai
Sumber : Nugraha P. dkk, 1985

2.3.1.4 Diagram Precedence
Diagram precedence merupakan penyempurnaan dari diagram panah
karena dalam diagram panah mempunyai prinsip hanya memakai satu jenis
hubungan aktivitas yaitu hubungan akhir dan awal. Sedangkan pada diagram
precedence dapat digambarkan 4 hubungan aktivitas yaitu hubungan awal-awal,
awal-akhir, akhir-awal, dan akhir-akhir. Diagram precedence mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:
a. Aktivitas-aktivitas tidak dinyatakan dengan panah, melainkan dimasukkan
node, lingkaran atau kotak.
b. Anak panah atau garis penghubungkan tidak punya durasi, sehingga pada
diagram precedence tidak diperlukan dummy lagi.
Notasi diagram precedence :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

LABEL
ID

DURATION

START

FINISH

Gambar 2.13 Diagram Precedence
Sumber : Nugraha P. dkk, 1985

Keterangan :
LABEL

: Jenis aktivitas yang dilakukan

ID

: Identitas kegiatan yang berupa nomer kegiatan

DURATION : Durasi atau lama kegiatan berlangsung
START

: Waktu kegiatan tersebut dimulai

FINISH

: Waktu kegiatan tersebut berakhir

Dalam pengendalian waktu pelaksanaan proyek, biasanya bila proyek
terlambat perlu dilakukan percepatan waktu pelaksanaan salah satu atau lebih dari
satu kegiatan, agar durasi total dari proyek tidak terlambat untuk menghindari
pinalti berupa denda. Dengan demikian, biasanya harus dipilih kegiatan mana saja
yang berada pada lintasan kritis yang harus dipercepat dengan resiko tambahan
biaya yang paling kecil.

2.4

Pengendalian Biaya
Di dalam proyek konstruksi, kita mengenal dua macam biaya, seperti yang

diungkapkan Asiyanto (2003), yaitu:
a. Biaya langsung (direct cost) yaitu semua biaya yang langsung berhubungan
dengan aktivitas-aktivitas proyek.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

Macam-macam biaya langsung adalah sebagai berikut:
a.1 Biaya bahan bangunan
a.2 Upah kerja
a.3 Biaya peralatan
b. Biaya tak langsung (indirect cost) yaitu semua biaya yang tidak secara
langsung berhubungan dengan aktivitas-aktivitas proyek.
a. Biaya overhead proyek
a.1

Fasilitas sementara proyek seperti gudang, kantor, penerangan,
pagar, komunikasi transportasi, dan sebagainya.

a.2

Peralatan kecil-kecil yang umumnya habis/terbuang setelah proyek
selesai.

a.3

Kontrol kualitas (Quality Control)

a.4

Rapat-rapat lapangan

b. Biaya overhead perkantoran
b.1

Biaya sewa kantor

b.2

Honor pegawai kantor

b.3

Ijin-ijin usaha

c. Biaya tak terduga (Contingency)
Biaya ini adalah biaya yang diperuntukkan pada kejadian-kejadian yang
mungkin terjadi, mungkin tidak. Umumnya biaya ini diperkirakan 0,5%
sampai 5% dari biaya total.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

26

d. Keuntungan (profit)
Biaya ini merupakan biaya atas hasil jerih payah dari keahlian ditambah
hasil dari faktor resiko. Biaya ini berbeda dengan biaya lainnya. Karena
kalau biaya yang lain tidak dapat dikurangi (kecuali melakukan
pelanggaran), maka keuntungan adalah satu-satunya biaya yang dapat
ditambah atau dikurangi. Biasanya apabila kita ingin memenangkan tender
dengan saingan yang ketat, maka kita berani menurunkan harga penawaran
dengan mengurangi keuntungan.
Biaya pelaksanaan proyek adalah jumlah biaya yang dikeluarkan untuk
mewujudkan suatu bangunan yang telah direncanakan, di samping itu perlu
disusun rencana anggaran biaya pelaksanaan proyek. Hal ini penting untuk
memberikan gambaran tentang perhitungan pengeluaran proyek dan tata cara
penyelenggaraan suatu pekerjaan bangunan berdasarkan isi dari dokumen kontrak
mengenai syarat-syarat umum kontrak, spesifikasi gambar-gambar dan metode
pelaksanaan konstruksi. Dari sini didapat kaitan atau rangkaian dan prosedur
pelaksanaan serta hal-hal yang tidak normal atau berbeda dengan ketentuan
umum, yang nantinya akan mempengaruhi biaya-biaya yang akan dikeluarkan.

2.5

Pr insip Dasar Konsep Nilai Hasil (Earned Value)
Earned Value (Konsep Nilai Hasil) ini yang dikendalikan adalah biaya dan

waktu, maka dalam pelaksanaan proyek yang perlu dimonitor adalah biaya yang
akan dikeluarkan dari setiap aktivitas pekerjaan dan prestasi atau kemajuan
pekerjaan. Pencapaian progress suatu aktivitas pekerjaan tertentu yang tidak

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

27

sesuai dengan rencana akan mengakibatkan perubahan waktu pada item pekerjaan
lain menurut hubungan antara item-item tersebut yang pada akhirnya akan
mempengaruhi waktu seluruh proyek tersebut. Pada dasarnya sistem pengendalian
proyek harus dilakukan secara rutin dan laporannya harus dilakukan sejak awal
proyek. Dalam tiap periode laporan aktual tersebut akan dibandingkan dengan
rencana, jadi bila perlu tindakan perbaikan dapat segera diambil sedini mungkin
dengan biaya yang serendah-rendahnya.
Bila ditinjau dari jumlah pekerjaan yang diselesaikan maka berarti Earned
Value mengukur besarnya unit pekerjaan telah diselesaikan, pada suatu waktu bila
dimulai berdasarkan jumlah anggaran yang disediakan untuk pekerjaan tersebut.
Dengan perhitungan ini dapat diketahui hubungan antara apa yang sesungguhnya
telah dicapai secara fisik terhadap jumlah anggaran yang telah dikeluarkan.
Contoh perhitungan: suatu pekerjaan pengecoran pondasi beton dengan
volume 300 m3. Untuk pekerjaan ini sebesar 80 juta. Pada minggu pertama
dilaporkan 75 m3 pengecoran telah diselesaikan. Nilai hasil pada saat pelaporan
adalah jumlah yang telah diselesaikan adalah 7 m3. Dengan demikian menurut
anggaran pengeluaran adalah sebesar 25% x Rp 80 juta. Jadi earned value adalah
20 juta, lebih besar dari 35 juta atau sama dengan earned value, tergantung dari
efisiensi pelaksanaan pekerjaan. Dari contoh dapat dirumuskan:
Earned Value = (% Penyelesaian) x (anggar an)
Setelah memonitor dan menganalisa biaya dan waktu pelaksanaan yang
telah dicapai pada saat pelaporan, maka akan didapat 3 indikator, yaitu:

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

28

1. ACWP (Actual Cost for Work Performed)
Yaitu jumlah biaya yang sesungguhnya terpakai untuk pekerjaan yang
terlaksana

dalam

kurun waktu

tertentu.

Biaya

ini

dalam

praktek

penyelenggaraan proyek didapat dari keuangan proyek menjelang masa
pelaporan. Segala pengeluaran biaya sesungguhnya dari paket kerja
dikumpulkan dan dicatat untuk dibebankan pada masing-masing elemen
pekerjaan, termasuk perhitungan overhead dan lain-lain. Jadi ACWP
merupakan

jumlah

nyata

dari

pengeluaran

yang

digunakan

untuk

melaksanakan pekerjaan pada waktu tertentu.
2. BCWP (Budgeted Cost for Work Performed)
Yaitu jumlah bagian anggaran yang senilai untuk pekerjaan yang telah
terlaksana. Ini sama dengan earned value. Angka BCWP menunjukkan nilai
pengeluaran yang sesungguhnya bagi pekerjaan yang telah terlaksana. Jadi
BCWP meninjau dari sudut berapa besar nilainya terhadap anggaran yang
disediakan untuk melaksanakan.
3. BCWS (Budgeted Cost for Work Schedule)
Yaitu anggaran untuk menyelesaikan pekerjaan yang telah direncanakan.
BCWS adalah anggaran untuk suatu paket pekerjaan yang disusun dan dirinci
untuk dikaitkan dengan jadwal pelaksanaan. Disini terjadi integrasi antara
waktu, biaya dan satu lingkup pekerjaan karena setiap elemen pekerjaan telah
diberi alokasi biaya (termasuk overhead) dan waktu, yang kemudian akan
menjadi tolak ukur dalam pelaksanaan pekerjaan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

29

2.5.1

Analisa Per ubahan Waktu dan Biaya Pelaksanaan Pr oyek
Dari hasil monitor pelaporan tadi akan diperoleh informasi yang akan

memberikan gambaran yang tepat dan lengkap untuk dapat menghitung berbagai
faktor yang menunjukkan kemajuan dan kinerja pelaksanaan proyek, yaitu berupa:
1. CV (Cost Variance) dan SC (Schedule Variance)
2. Indeks produktivitas dan kinerja
3. Prakiraan biaya dan waktu pelaksanaan proyek

2.5.1.1 CV (Cost Variance) dan SV (Schedule Variance)
Untuk menentukan status proyek apa mengalami kemunduran atau
kemajuan maka dinyatakan dengan :
SV (Cost Variance ) adalah varians biaya terpadu
SC (Schedule Variance) adalah varians jadwal terpadu
CV = BCWP – ACWP
SV = BCWP – BCWS
Hasil dari SV dan CV inilah yang menentukan status proyek yang sedang ditinjau.
(1) Angka negatif (–) untuk CV menunjukkan situasi dimana biaya yang
diperlukan lebih tinggi dari anggaran, disebut Cost Overum.
(2)

Angka nol (0) menunjukkan pekerjaan terlaksana sesuai biaya.

(3) Angka positif (+) berarti pekerjaan terlaksana dengan biaya kurang dari
anggaran disebut Cost Underrun.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

30

Demikian juga halnya dengan jadwal, bila SV dinyatakan dalam satuan
uang, angka negatif berarti terlambat dari waktu yang direncanakan, angka nol
benar tepat waktu dan angka positif berarti lebih cepat dari rencana.
Schedule Var iance
(BCWP-BCWS)

Cost Var iance
(BCWP-ACWP)

Positif

Positif

Nol

Positif

Positif

Nol

Nol

Nol

Negatif

Negatif

Nol

Negatif

Positif

Negatif

Negatif

Positif

Keterangan
Pekerjaan terlaksana lebih
cepat dari rencana dengan
biaya kurang dari anggaran
Pekerjaan terlaksana sesuai
jadwal dengan biaya kurang
dari anggaran
Pekerjaan terlaksana sesuai
anggaran dan selesai lebih
cepat dari jadwal.
Pekerjaan terlaksana sesuai
jadwal dan anggaran
Pekerjaan selesai terlambat
dengan menekan biaya
lebih tinggi dari anggran.
Pekerjaan terlaksana sesuai
jadwal dengan menekan
biaya diatas anggara.
Pekerjaan selesai lebih
cepat dari rencana dan
menekan
biaya
diatas
anggaran.
Pekerjaan selesai terlambat
dengan biaya kurang dari
anggaran.

Tabel 2.1
Keterangan Variansi Nilai Schedule Variance dan Cost Variance
Sumber: Imam Soharto. Manajemen Proyek. Erlangga. Jakarta. 2001

2.5.1.2 Indeks Pr oduktivitas dan Kiner ja
Untuk mengetahui efisiensi penggunaan sumber daya dapat dinyatakan
dengan Indek Produktivitas atau Indek Kerja.
Indek Kinerja Biaya (CPI) = BCWP/ACWP
Indek Kinerja Jadwal (SPI) = BCWP/BCWS

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

31

Angka yang dihasilkan dari CPI (Cost Performed Index) dan SPI
(Schedule Performed Index) mempunyai arti sebagai berikut:
1. Angka Indeks Kinerja < 1, berarti pengeluaran lebih besar dari anggaran atau
waktu pelaksanaan lebih lama dari jadwal yang direncanakan. Bila anggaran
dan jadwal sudah dibuat secara realistis, maka berarti ada sesuatu yang tidak
benar dalam pelaksanaan pekerjaan.
2. Angka Indeks Kinerja > 1, berarti pengeluaran lebih kecil dari anggaran atau
jadwal lebih cepat dari rencana.
3. Makin besar perbedaannya dari angka 1, maka makin besar penyimpangannya
dari perencanaan dasar atau anggaran. Bila didapat angka yang terlalu tinggi,
berarti prestasi pelaksanaan pekerjaan sangat baik. Perlu pengkajian apakah
mungkin perencanaannya atau anggaran justru tidak realistis.
4. Angka Indek Kinerja = 1, berarti pengeluaran sama dengan anggaran yang
telah direncanakan atau waktu pelaksanaan sesuai dengan rencana.

2.5.1.3 Proyeksi Biaya dan Waktu Rencana Akhir Pr oyek
Membuat prakiraan biaya dan waktu penyelesaian proyek yang didasarkan
atau hasil analisis indikator yang diperoleh pada saat peninjauan dan pelaporan,
akan memberikan petunjuk besarnya biaya pada akhir proyek (Estimated at
Completion = EAC) dan lamanya waktu penyelesaian proyek (Estimated Time at
Completion = ETC) dan dapat juga menggambarkan akhir proyek atas dasar
angka yang diperoleh pada saat pelaporan atau peninjauan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

32

Prakiraan tidak dapat memberikan jawaban dengan angka yang tepat
karena didasarkan dengan berbagai asumsi. Jadi tergantung dari akurasi asumsi
yang dipakai. Dengan demikian pembuatan prakiraan biaya dan waktu sangat
bermanfaat karena memberikan peringatan dini mengenai hal-hal yang akan
terjadi pada masa yang akan datang. Bila kecenderungan yang ada pada saat ini
(saat pelaporan) tidak mengalami perubahan. Maka masih tersedia kesempatan
untuk mengadakan tindakan pembetulan.
Soeharto (2001) mengungkapkan apabila dianggap kinerja biaya pada
pekerjaan tersisa adalah tetap seperti pada saat pelaporan maka dapat dihitung
prakiraan biaya untuk pekerjaan tersisa (ETC).
ETC = (Anggaran keseluruhan – BCWP) / CPI
EAC = ACWP + ETC
Perhitungan di atas dibuat berdasarkan asumsi bahwa angka kinerja biaya
akan tetap seperti pada saat pelaporan. Perhitungan ini memakai cara eksrapolasi
untuk mendapatkan prakiraan biaya akhir proyek. Beberapa cara ekstrapolasi
adalah seperti berikut:
a. Pekerjaan sisa memakan biaya sebesar anggaran
Cara ini dipakai jika penyelesaian pekerjaan masih berada di bawah 50%.
b. Kinerja sama besar sampai akhir proyek
Cara ini digunakan bila penyesuaian pekerjaan di atas 50%
Prakiraan ini tidak dapat memberikan jawaban dengan angka yang tepat
karena didasarkan atas berbagai asumsi, jadi tergantung akurasi asumsi yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

33

dipakai. Selanjutnya untuk memproyeksi waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan proyek dilihat pada saat peninjauan adalah sebagai berikut:
ATE + (OD − (ATE x SPI))
SPI

Dimana :
ETC

:

Estimated Time to Completion

EAC

=

Estimated at to Completion

SPI

=

Schedule Performance Index

CPI

=

Cost Performance Index

ATE

=

Actual Time Expended

OD

=

Original Duration

ACWP

=

Actual Cost for Work Performed

BCWP

=

Budgeted Cost for Performed

Konsep earned value ini dapat diilustrasikan sebagai berikut:
Suatu pekerjaan pondasi poer dengan volume 100 m3 dengan anggaran 50 juta
rupiah. Direncanakan pada bulan pertama menyelesaikan 20 m3, dengan demikian
anggaran rencana = (20/100) x 50 juta = 10 juta rupiah.
Pada akhir bulan pertama dilaporkan pekerjaan telah selesai 10 m3 (10%) dan
memakan biaya 6 juta rupiah.
Maka :
Anggaran

=

50 juta rupiah

BCWS

=

10 juta rupiah

BCWP

=

10% x 50 juta = 5 juta rupiah

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

34

ACWP

=

6 juta rupiah

CV (varians biaya)

=

BCWP – ACWP = (5 – 6) juta = 1 juta rupiah

SV (varians jadwal) =

BCWP – BCWA = (5 – 10) juta = - 5 juta rupiah

CPI

=

(5/6) juta = 0,83

ETC

=

Anggaran – ACWP = (50 – 6) = 44 juta rupiah

EAC

=

ETC + ACWP = (44 + 6) juta = 50 juta rupiah

Asumsi tersebut digunakan karena progress masih di bawah 50%,
sehingga diasumsikan pekerjaan sisa memakan biaya sebesar. Dari ilustrasi
tersebut, maka dapat diketahui apakah progress telah sesuai dengan anggaran serta
dapat diestimasi biaya yang dibutuhkan untuk penyelesaian proyek.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB III
METODOLOGI

3.1. Ker angka Penelitian
Dalam metodologi penelitian, diuraikan tahapan kegiatan yang akan
dilaksanakan di dalam melakukan analisa konsep Earned Value pada pekerjaan
kolom dan balok. Tahapan kegiatan tersebut antara lain :
1. Pendahuluan
a. Rumusan masalah
1. Bagaimana cara mengendalikan biaya dan waktu
2. Berapa besarnya perbedaan biaya antara rencana dan realisasi
3. Berapa besarnya perbedaan waktu antara rencana dan realisasi
4. Berapa simpangan (varians) antara waktu dan biaya rencana dan
realisasi
b. Tujuan penelitian
1.

Dapat mengendalikan atau merencanakan biaya dan waktu dengan
menggunakan konsep nilai hasil (Earned Value)

2. Mengetahui besarnya perbedaan biaya antara rencana dan realisasi
3. Mengetahui besarnya perbedaan waktu antara rencana dan realisasi
4. Mengetahui simpangan (varians) antara waktu dan biaya rencana dan
realisasi

37

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

38

c. Obyek penelitian
1. Gudang produksi PT. Dynasti Indomegah Buduran – Sidoarjo.
2. Penulis hanya menganalisa biaya dan waktu yang dihabiskan pada
pekerjaan kolom dan balok karena metode ini masih baru dan penulis
mencoba mengevaluasi sub pekerjaan (sebagian dari pekerjaan proyek)
untuk melihat apakah metode ini dapat dipakai pada sub pekerjaan
proyek bukan hanya pekerjaan total proyek. (dalam cara perhitungan
sama tetapi hanya mempersempit atau memperkecil pekerjaannya).
2. Pengumpulan data
Sebelum melakukan analisa, terlebih dahulu kita harus mendapatkan data
sebagai dasar asumsi untuk mengetahui kinerja kegiatan di proyek. Adapun
data-data yang dibutuhkan adalah sebagai berikut :
a. Jenis data
Jenis data adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari kontraktor,
dengan cara observasi di proyek untuk mendapatkan data yang berupa time
schedule (kurva S), progress proyek (Berita acara prestasi / laporan
mingguan) yang termasuk didalamnya Prestasi Akumulasi dalam Rupiah
dan RAB (Rencana Anggaran Biaya)
b. Rencana data
Data yang didapat berupa :
1. RAB (Rencana Anggaran Biaya) sebagai parameter penggunaan biaya
di lapangan. Berfungsi untuk mendapatkan nilai BCWS?

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

39

2. Time Schedule proyek
Berfungsi sebagai pengontrol apa proyek mengalami kemunduran atau
kemajuan.
3. Jurnal mingguan, berfungsi :
A. Untuk mengetahui kemajuan proyek dan berapa persen pekerjaan
yang telah selesai
B. Untuk mengetahui pengeluaran proyek yang berfungsi untuk
mendapatkan nilai ACWP
C. Untuk mengetahui anggaran yang disediakan dalam penyelesaian
sub pekerjaan dan mendapatkan nilai BCWP
3. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan mengidentifikasi variabel-variabel yang
menjadi obyek penelitian.
a. BCWS (Budgeted Cost of Work Scheduled)
Anggaran yang disediakan untuk menyelesaikan suatu paket pekerjaan,
yang disusun dan dikaitkan dengan jadwal pekerjaan.
b. ACWP (Actual Cost of Work Performed)
Biaya actual yang telah dikeluarkan untuk menyelesaikan pekerjaan di
lapangan (biaya di lapangan). ACWP ini didapat dari laporan mingguan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

40

c. BCWP (Budgeted Cost of Work Performed)
Indikator yang menunjukkan nilai hasil dari sudut pandang nilai pekerjaan
yang telah diselesaikan terhadap anggaran yang disediakan untuk
melaksanakan pekerjaan tersebut.
4. Analisa dan Perhitungan
Dalam analisa dan perhitungan ini menggunakan metode Earned Value.
Perhitungan Earned Value menggunakan tiga variabel yaitu BCWS, ACWP,
BCWP.
A. BCWS, merupakan anggaran rencana yang akan dialokasikan pada bulan
yang bersangkutan.
B. BCWP, merupakan perkalian dari prosentase pekerjaan dan anggaran
C. ACWP, merupakan anggaran pengeluaran di lapangan (proyek)
Tiga variabel itu digunakan untuk menunjukkan kemajuan dan kinerja
pelaksanaan proyek yaitu berupa :
a. CV (Cost Variance) dan SC (Schedule Variance)
Untuk menunjukkan status proyek apa mengalami kemunduran atau
kemajuan.
Rumus yang dipakai :
CV = BCWP – ACWP
SV = BCWP – BCWS
b. CPI (Cost Performed Index) dan SPI (Schedule Performed Index)
Untuk mengetahui efisiensi penggunaan sumber daya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

41

Rumus yang dipakai :
CPI = BCWP / ACWP
SPI = BCWP / BCWS
c. EAC (Estimated at Completed) dan ETC (Estimated Time Out Complete)
EAC dalam perhitungannya mengacu pada prosentase pekerjaan. Jika
prosentase pekerjaan di atas 50%, maka memakai asumsi indeks kinerja
tetap seperti pada saat peninjauan sehingga memakai rumus :
ETC = ((Anggaran – BCWP) / CPI)
Namun jika prosentase pekerjaan di bawah 50%, maka perkiraan anggaran
untuk biaya tersisa memakai rumus :
ETC = (Anggaran – ACWP)
EAC dalam perhitungannya memakai rumus :
EAC = (ETC + ACWP)
Dalam penulisan tugas akhir ini, penulis membatasi peninjauan selama 3
bulan saja.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

42

3.2. Skema Penelitian
START

Perumusan Masalah

Penetapan Tujuan

Pengumpulan Data

Pengolahan Data

BCWS
(Budgeted Cost for Work Schedule)

BCWP
(Budgeted Cost for Work Performed)

ACWP
(Actual Cost for Work Performed)

Analisa varians Jadwal (SV) = BCWP – BCWS
Analisa varians Biaya (CV) = BCWP – ACWP

Analisa Kinerja Jadwal (SPI) = BCWP / BCWS
Analisa Kinerja Biaya (CPI) = BCWP / ACWP

Estimasi biaya akhir proyek (EAC) + ACWP
Estimasi biaya sisa (ETC)
= (Anggaran – BCWP) / CPI jika progress > 50%
= (Anggaran – ACWP) jika progres < 50%

Kesimpulan

Gambar 3.1 Alur Metodologi Penelitian

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB IV
PENERAPAN ANALISA EARNED VALUE
4.1.

Analisa Pener apan Ear ned Value
Perhitungan penerapan Earned Value pada pembahasan tugas akhir ini

hanya meliputi structure concrete pada proyek pembangunan Gudang PT. Dynasti
Indomegah Buduran Sidoarjo. Analisa Earned Value dilakukan setiap minggu,
dua item description dari structure concrete work Pile Cap, Tie Beam dan
Pedestal dimulai dari minggu kedelapan hingga minggu keduabelas.
Subject

: Structure Concrete Work
o Pilecap and Tiebeam
o Pedestal

Cost

:

Rp 412,234,563.00

Contractor and Supplier by PT. Ar chikon Wiratama
Uraian
Pek. Pilecap dan Tie Beam
Pek. Pedestal

Bobot %
3.502
0.63

Total

Rp
Rp

kwantitas
348,766,482.00
63,468,081.00

Rp

412,234,563.00

Sumber : Data Skunder (RAB)

Perhitungan dengan penerapan earned value pada pekerjaan Structure
Concrete dengan studi kasus pada proyek pembangunan Gudang PT. Dynasti
Indomegah Buduran Sidoarjo. Misalkan : analisa earned value pekerjaan Pek.
Pilecap dan Tie Beam pada minggu kedelapan :
1. Anggaran dari pekerjaan Pek. Pilecap dan Tie Beam adalah sebesar
Rp 348,766,482.00
43
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

44

2. Bobot rencana
Diperoleh dari volume rencana dibagi total volume rencana
(1,75 / 3,502) x 100% = 50%
3. Bobot Realisasi
Diperoleh dari volume realisasi dibagi total volume realisasi
(2,12 / 4,31) x 100% = 49,19 %
4. BCWS (Budgeted Cost Work Schedule)
Diperoleh dari bobot rencana dikalikan dengan anggaran Pek. Pilecap dan
Tie Beam
50 % x Rp. 348,766,482.00 = Rp. 174,383,241.00
5. BCWP (Budgeted Cost Work Performed)
Diperoleh dari bobot realisasi dikalikan dengan anggaran Pek. Pilecap dan
Tie Beam
49,19 % x Rp. 348,766,482.00 = Rp. 171,551,030.59
6. ACWP (Actual Cost for Work Performed)
Diperoleh dari bobot prestasi dikalikan dengan anggaran Pek. Pilecap dan
Tie Beam
(2,12 / 3,50) x Rp. 348,766,482.00 = Rp. 211,155,518.28
7. CV (Cost Varians)
Diperoleh dari nilai BCWP – ACWP
Rp. 171,551,030.59 – Rp. 211,155,518.28 = Rp. - 39,604,487.69
Nilai negatif (-) pada hasil CV mempunyai arti bahwa biaya realisasi pada
minggu ini lebih besar dari pada biaya rencananya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

45

8. SV (Schedule Varians)
Diperoleh dari nilai BCWP – BCWS
Rp. 171,551,030.59 – Rp. 174,383,241.00 = Rp. - 2,832,210.41
Nilai positif (-) pada hasil SV mempunyai arti bahwa jadwal realisasi
minggu ini lebih lambat dari pada jadwal rencananya.
9. CPI (Analisa Kinerja Biaya)
Diperoleh dari nilai BCWP dibagi dengan nilai ACWP, maka dihasilkan
nilai CPI adalah sebesar 0,81.
Nilai CPI < 1 mempunyai arti bahwa pengeluaran biaya pada minggu ini
lebih besar dari anggarannya.
10. SPI (Analisa Kinerja Jadwal)
Diperoleh dari nilai BCWP dibagi dengan nilai BCWS, maka dihasilkan
nilai SPI adalah sebesar 0,98.
Nilai SPI < 1 mempunyai arti bahwa jadwal realisasi pada minggu ini
lebih lambat dari pada jadwal rencananya.
11. ETC (Estimasi Biaya Sisa)
Karena bobot realisasinya < 50%, maka digunakan rumus ETC = anggaran
– ACWP
(Rp. 348,766,482.00 – Rp. 211,155,518.28) = Rp. 137,610,963.72
biaya tersisa untuk pekerjaan selanjutnya sebesar Rp. 137,610,963.72
12. EAC (Estimasi Biaya Akhir Proyek)
Diperoleh dari nilai ETC + ACWF
Rp. 137,610,963.72 + Rp. 211,155,518.28 = Rp. 348,766,482.00

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

46

Maka, estimasi biaya akhir proyek pada pekerjaan preliminasi adalah
sebesar Rp. 348,766,482.00

4.2.

Infor masi Kondisi Proyek pada Minggu Pertama.
Pada minggu pertama bobot rencana adalah 50%, didapatkan biaya

rencana (BCWS) sebesar Rp. 174,383,241.00. Realisasinya adalah 49,19 %
dengan menghasilkan nilai BCWP adalah sebesar Rp. 171,551,030.59. biaya yang
dikeluarkan

di

lapangan

(ACWP)

pada

minggu

ini

adalah

sebesar

Rp. 211,155,518.28. Variansi biaya (CV) yang terjadi antara BCWP dan ACWP
adalah sebesar Rp. - 39,604,487.69. Tanda (-) pada CV menunjukkan bahwa biaya
realisasi lebih Besar dari pada biaya rencananya. Variansi jadwal (SV) yang
terjadi antara BCWP dan BCWS adalah sebesar Rp. Rp. - 2,832,210.41. Tanda
(-) pada SV menunjukkan bahwa jadwal realisasi mengalami keterlambatan.
Indeks kinerja biaya (CPI) adalah 0,81 < 1 mempunyai arti pengeluaran lebih
besar dari anggaran. Indek kinerja jadwal (SPI) adalah 0,98 < 1 mempunyai arti
bahwa pelaksanaan lebih lama dari jadwal yang sudah direncanakan.
Seperti yang telah dibahas pada dasar teori, jika persentase pekerjaan di
bawah 50% maka untuk memproyeksi anggaran untuk pekerjaan tersisa
menggunakan asumsi anggaran modal dikurangi dengan anggaran yang telah
dikeluarkan. Dalam hal ini, berarti anggaran dikurangi dengan ACWP
(Rp. 7.943.391.412,00 – Rp. 390.574.761,56) didapatkan nilai ETC adalah
sebesar Rp. 7.552.816.650,44.
Proyeksi biaya t