APLIKASI DIAGNOSA PENYAKIT DIABETES PADA HANDPHONE MENGGUNAKAN OS SYMBIAN DENGAN J2ME.
APLIKASI DIAGNOSA PENYAKIT DIABETES PADA HANDPHONE
MENGGUNAKAN OS SYMBIAN DENGAN J 2ME
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai
Persyar atan Dalam memperoleh Gelar
Sarjana Komputer Program Studi Teknik Infor matika
Diajukan oleh :
DENISA SETYO PRAYOGO
0734010015
Kepada
PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
2011
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan s
ABSTRAK
Prayoga, Denisa. 2011. 0734010015. Aplikasi Diagnosa Penyakit Diebetes pada
Handphone Dengan OS Symbian Menggunakan J 2ME
Pembimbing : (I) Hj. Asti Dwi Irfianti, S.kom, M.Kom. (II) : Ir. Kartini, MT.
Di Indonesia, pada tahun 1995, ada 4,5 juta orang yang mengidap diabetes,
nomor 7 terbanyak di dunia. Sekarang angka ini meningkat sampai 8,4 juta dan
diperkirakan pada 2025 akan menjadi 12,4 juta orang atau urutan ke-5 terbanyak di
dunia. Berdasarkan informasi departemen kesehatan, penyakit ini merupakan
pembunuh terbesar ketiga di Indonesia, oleh karena itu sering dikampanyekan tentang
pentingnya mengenali gejala-gejala dini penyakit diabetes ini beserta pengobatannya.
Oleh karena itu didasarkan pada keinginan peneliti untuk ikut membantu
upaya-upaya penurunan resiko penderita penyakit diabetes dengan mengenali secara
dini gejala-gejalanya dan mengingat latar belakang pendidikan peneliti sebagai
mahasiswa teknik informatika, maka dalam tugas akhir kali ini peneliti mengambil
topik Aplikasi Diagnosa Penyakit Diabetes Pada Handphone Dengan Menggunakan
J2ME. Dalam tugas akhir pemilihan topik tersebut juga didasarkan pada fakta bahwa
perkembangan teknologi pada dewasa ini sangat pesat, terutama dibidang informasi
dan elektronik. Hampir semua orang membutuhkan semua hal yang bersifat cepat,
praktis, efektif dan ekonomis. Teknologi Mobile, salah satunya telepon seluler dengan
fitur aplikasi java sudah menjadi tren yang tidak bisa dipungkiri lagi saat ini, dapat
menjawab akan kebutuhan itu.
peneliti berharap bahwa dengan adanya aplikasi diagnosa penyakit diabetes
yang berjalan pada telepon seluler dapat membantu masyarakat untuk mendapat
informasi penyakit diabetes secara dini untuk menurunkan resiko kematian akibat
penyakit tersebut.
Keyword : teknologi mobile, penyakit diabetes, pemrograman J2ME
ix
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan s
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
peneliti dapat menyelesaikan penelitian skripsi yang menjadi salah satu syarat mutlak
untuk menyelesaikan program studi teknik informatika jenjang strata-1 Universitas
Pembangunan Nasional “VETERAN” Jatim (UPN).
Dengan
segala
kerendahan
hati,
peneliti
menyadari
bahwa
dalam
menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari peran berbagai pihak yang telah banyak
memberikan bantuan, bimbingan dan dorongan. Dalam kesempatan ini peneliti
ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga khususnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Ir. Sutijono, MT selaku Dekan Fakultas Teknik Industri Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Dr. Ir. Ni Ketut Sari, MT selaku Ketua jurusan Teknik Informatika Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Ibu Hj. Asti Dwi Irfianti, S.Kom, M.Kom selaku pembimbing I yang telah
mengarahkan dan membimbing peneliti dalam mengerjakan tugas akhir.
5. Ibu Ir. Kartini, MT selaku pembimbing II yang telah mengarahkan dan
membimbing peneliti dalam mengerjakan tugas akhir.
i
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan s
6. Seluruh Dosen Teknik Informatika Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jawa Timur yang telah mengajar peneliti selama empat tahun lamanya, dan
memberikan dukungan untuk menyelesaikan penelitian skripsi ini.
7. Mama, Papa, adik Dessy dan Bella tersayang yang selalu memberikan doa,
motivasi dan dorongan dalam penyelesaian tugas akhir ini.
8. Sang kekasih tercinta Kristin, yang telah banyak berkorban memberikan
dukungan moral maupun material, God Bless U kristin.
9. Sahabat-sahabat, teman-teman seperjuangan dan seangakatan di Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Semua pihak yang mungkin
belum saya sebutkan dan sahabat-sahabat yang telah membantu peneliti hingga
terselesaikanya skripsi ini, semoga Allah SWT memberikan balasan yang
setimpal atas jasa dan bantuan yang telah diberikan.
Peneliti menyadari bahwa hasil penelitian yang tersusun dalam skripsi ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran tetap peneliti butuhkan
untuk penyempurnaan skripsi ini
Surabaya, 21 November 2011
Peneliti
ii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan s
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................
i
DAFTAR ISI ...............................................................................................
iii
DAFTAR TABEL .......................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................
viii
ABSTRAKSI ...............................................................................................
ix
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...............................................................
1
1.2 Perumusan Masalah .......................................................
3
1.3 Batasan Masalah ............................................................
3
1.4 Tujuan Penelitian ...........................................................
3
1.5 Manfaat Penelitian .........................................................
4
1.6 Metode Penelitian ..........................................................
4
1.7 Sistematika Penulisan ....................................................
5
TINJ UAN PUSTAKA
2.1 Penyakit Diabetes ..........................................................
7
2.1.1 Klasifikasi Penyakit Diabetes .........................
8
2.1.2 Diabetes Milletus Tipe 1 ................................
10
iii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan s
BAB III
2.1.3 Diebetes Milletus Tipe 2 ................................
11
2.1.4 Diabetes Milletus Tipe 3 ................................
15
2.2 Pembelajaran Mesin ......................................................
16
2.2.1 Komponen Sistem Cerdas ..............................
19
2.2.2 Rekayasa Pengetahuan ..................................
21
2.3 Proses Pengklasifikasian ..............................................
22
2.5 Pengembangan Perangkat Lunak .................................
23
2.5 Unified Modeling Language ........................................
25
2.5.1 Use Case View .............................................
25
2.5.2 Logocal View ...............................................
26
2.5.3 Component View .........................................
26
2.5.4 Deployment View ........................................
26
2.6 Bahasa Pemrograman J2ME .......................................
27
2.7 Forward Backward Chaining ......................................
33
ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM
3.1 Analisis Sistem ............................................................
41
3.2 Diagram Alir Sistem ....................................................
42
3.3 Dependency Diagram ..................................................
43
3.4 Perancangan Antar Muka ............................................
46
iv
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan s
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Penggunaan Perangkat .................................................
50
4.2 Netbeans ......................................................................
50
4.3 Sun Wireless Toolkit ....................................................
52
4.4 Implementasi Antar Muka ............................................
52
4.4.1. Implementasi Desain Menu Utama ..............
53
4.4.2. Implementasi Desain Form Diagnosa Gejala
53
4.4.3. Implementasi Desain Hapus Gejala ..............
54
4.4.4. Implementasi Desain Tambah Gejala ...........
54
4.4.5. Implementasi Desain Edit Gejala .................
54
4.4.6. Implementasi Desain Hasil Diagnosa ...........
55
4.4.7. Implementasi Desain Reset Data
Gejala Ke Kondisi Awal .........................................
BAB V
56
UJ I COBA DAN EVALUASI
5.1 Penggunaan Perangkat ..................................................
57
5.2 Pengujian Aplikasi Dengan Menggunakan Komputer .
58
5.3 Pengujian Aplikasi Dengan Menggunakan
Handphone ....................................................................
v
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan s
61
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan ...................................................................
69
6.2 Saran .............................................................................
70
DAFTAR PUSTAKA
vi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan s
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Diabetes mellitus, DM (bahasa Yunani: διαν,βίε diaba
ínein, tembus
atau pancuran air) (bahasa Latin: mellitus, rasa manis) yang juga dikenal di
Indonesia dengan istilah penyakit kencing gula adalah kelainan metabolis yang
disebabkan oleh banyak faktor, dengan simtoma berupa hiperglisemia kronis dan
gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, sebagai akibat dari:
defisiensi sekresi hormon insulin, aktivitas insulin, atau keduanya serta defisiensi
transporter glukosa.
Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit yang banyak dijumpai
dengan prevalensi di seluruh dunia 4 %. Prevalensinya akan terus meningkat dan
diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 5,4 %. Saat ini, sudah ada 230 juta
penduduk dunia yang mengidap diabetes. Angka ini naik 3 persen atau bertambah
7 juta jiwa setiap tahun. Pada tahun 2025 diperkirakan akan ada 350 juta orang
yang terkena diabetes.
Diabetes telah menjadi penyebab kematian terbesar keempat di dunia.
Setiap tahun ada 3,2 juta kematian yang disebabkan langsung oleh diabetes.
Diabetes juga merupakan penyebab amputasi kaki paling sering di luar
kecelakaan. Tercatat lebih dari 1 juta orang yang diamputasi akibat diabetes setiap
tahun. Dibandingkan dengan orang biasa, pengidap diabetes 15-40 kali lebih
sering mengalami amputasi kaki atau tungkai bawah.
1
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan s
2
Di Indonesia, pada tahun 1995, ada 4,5 juta orang yang mengidap
diabetes, nomor 7 terbanyak di dunia. Sekarang angka ini meningkat sampai 8,4
juta dan diperkirakan pada 2025 akan menjadi 12,4 juta orang atau urutan ke-5
terbanyak di dunia. Berdasarkan informasi departemen kesehatan, penyakit ini
merupakan pembunuh terbesar ketiga di Indonesia, oleh karena itu sering
dikampanyekan tentang pentingnya mengenali gejala-gejala dini penyakit diabetes
ini beserta pengobatannya.
Oleh karena itu didasarkan pada keinginan peneliti untuk ikut membantu
upaya-upaya penurunan resiko penderita penyakit diabetes dengan mengenali
secara dini gejala-gejalanya dan mengingat latar belakang pendidikan peneliti
sebagai mahasiswa teknik informatika, maka dalam tugas akhir kali ini peneliti
mengambil topik Aplikasi Diagnosa Penyakit Diabetes Pada Handphone Dengan
Menggunakan J2ME.
Dalam tugas akhir pemilihan topik tersebut juga didasarkan pada fakta
bahwa perkembangan teknologi pada dewasa ini sangat pesat, terutama dibidang
informasi dan elektronik. Hampir semua orang membutuhkan semua hal yang
bersifat cepat, praktis, efektif dan ekonomis. Teknologi Mobile, salah satunya
telepon seluler dengan fitur aplikasi java sudah menjadi tren yang tidak bisa
dipungkiri lagi saat ini, dapat menjawab akan kebutuhan itu.
Sehingga dengan demikian, peneliti berharap bahwa dengan adanya
aplikasi diagnosa penyakit diabetes yang berjalan pada telepon seluler dapat
membantu masyarakat untuk mendapat informasi penyakit diabetes secara dini
untuk menurunkan resiko kematian akibat penyakit tersebut.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan s
3
1.2.
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka didapatkan rumusan
masalah, yaitu bagaimana merancang dan membuat aplikasi diagnosa penyakit
diabetes yang bisa dijalankan dengan media handphone dengan menggunakan
J2ME ?
1.3.
Batasan Masalah
Agar pembahasan dan penyusunan tugas akhir ini dapat dilakukan secara
terarah dan tidak menyimpang serta sesuai dengan apa yang diharapkan, maka
perlu ditetapkan batasan-batasan dari masalah yang dihadapi, yaitu :
1. User yang dapat menggunakan sistem pakar ini adalah masyarakat umum
2. Input dari user berupa data pasien serta gejala-gejala yang timbul untuk
menentukan hasil diagnosis berupa kesimpulan terdeteksi diabetes atau tidak.
3. Penyakit yang dideteksi sebagai diabetes disesuaikan berdasarkan kategori
yaitu diabetes tipe 1 (insulin-dependent diabetes mellitus, IDDM) dan diabetes
tipe 2 (non-insulin-dependent diabetes mellitus, NIDDM).
1.4.
Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai pada pengerjaan tugas akhir ini adalah:
melakukan rancang bangun sistem pakar untuk menetukan diagnosa penyakit
diabetes
pada
manusia
dengan
menggunakan
media
handphone
yang
menggunakan J2ME, sehingga informasi dapat diperoleh oleh user secara optimal.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan s
4
1.5.
Manfaat
Adapun manfaat dan tujuan yang ingin diperoleh dari pengerjaan tugas
akhir ini adalah
1. Sebagai bahan acuan serta pembuka wawasan untuk masyarakat maupun
akademis mengenai permasalahan diabetes yang selama ini kurang dipahami.
2. Sebagai tahap awal masyarakat, dalam proses diagnosis serta pemberian solusi
sehingga upaya-upaya proventif dan promotif akan dapat lebih di
maksimalkan.
3. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pijakan bagi para peneliti
berikutnya yang akan membahas mengenai masalah sistem pakar.
1.6.
Metode Penelitian
Adapun metode penelitian yang dipergunakan dalam pengerjaan tugas
akhir ini adalah :
1. Studi Literatur
Mencari referensi dan bahan pustaka tentang teori-teori yang berhubungan
dengan permasalahan yang akan dikerjakan dalam tugas akhir ini.
2. Studi Kasus
Mencari contoh-contoh kasus serupa yang berhubungan dengan permasalahan
dalam tugas akhir ini.
3. Perancangan dan Desain Sistem
Memahami
rancangan
sistem
pakar
sesuai
data
mngimplementasikan model yang diinginkan oleh pengguna.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan s
yang
ada
dan
5
4. Pembuatan Aplikasi
Tahap ini merupakan tahap pembuatan dan pengembangan aplikasi sesuai
dengan desain sistem yang ditetapkan pada tahap sebelumnya. Sistem Pakar
deteksi penyakit diabetes mellitus dibangun dengan J2ME.
5. Uji Coba dan Evaluasi
Menguji coba seluruh spesifikasi terstruktur dan sistem secara keseluruhan.
Pada tahap ini, dilakukan uji coba sistem dengan menggunakan data uji coba
lab pasien diabetes. Proses uji coba ini diperlukan untuk memastikan bahwa
sistem yang telah dibuat sudah benar, sesuai dengan karakteristik yang
ditetapkan dan tidak ada kesalahan-kesalahan yang terkandung di dalamnya.
1.7.
Sistematika Penelitian
Sistematika penelitian tugas akhir ini disusun untuk memberikan
gambaran umum tentang penelitian yang dijalankan. Sistematika penelitian tugas
akhir ini adalah sebagai berikut :
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah, maksud
dan tujuan yang ingin dicapai, batasan masalah, metodologi
penelitian yang diterapkan dalam memperoleh dan mengumpulkan
data, waktu dan tempat penelitian, serta sistematika penelitian.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan s
6
BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
Membahas berbagai konsep dasar dan teori-teori yang berkaitan
dengan topik masalah yang diambil dan hal-hal yang berguna
dalam proses analisis permasalahan.
BAB III
ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM
Menganalisis masalah dari model penelitian untuk memperlihatkan
keterkaitan antar variabel yang diteliti serta model sistem untuk
analisisnya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Membahas mengenai hasil dari aplikasi dan perangkat-perangkat
yang menunjang berjalannya aplikasi dari segi hardware maupun
software yang akan digunakan.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Membahas mengenai pengimplementasian aplikasi yang telah
dibuat ke perangkat yang akan digunakan serta melakukan
pengujian terhadap aplikasi yang telah diimplementasikan tersebut.
BAB VI
PENUTUP
Berisi kesimpulan dan saran yang sudah diperoleh dari hasil
penelitian tugas akhir.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan s
BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1.
Penyakit Diabetes
Diabetes mellitus, DM (bahasa Yunani: διαβί
ιν,ε diaba
ínein, tembus
atau pancuran air) (bahasa Latin: mellitus, rasa manis) yang juga dikenal di
Indonesia dengan istilah penyakit kencing gula adalah kelainan metabolis yang
disebabkan oleh banyak faktor, dengan simtoma berupa hiperglisemia kronis dan
gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, sebagai akibat dari:
a. defisiensi sekresi hormon insulin, aktivitas insulin, atau keduanya.
b. defisiensi transporter glukosa.
c. atau keduanya.
Berbagai penyakit, sindrom dan simtoma dapat terpicu oleh diabetes
mellitus, antara lain: Alzheimer, ataxia-telangiectasia, sindrom Down, penyakit
Huntington, kelainan mitokondria, distrofi miotonis, penyakit Parkinson, sindrom
Prader-Willi, sindrom Werner, sindrom Wolfram, leukoaraiosis, demensia,
hipotiroidisme, hipertiroidisme, hipogonadisme dan lain-lain.
Gejala umum penyakit diabetes antara lain :
a. poliuria - sering buang air kecil
b. polidipsia - selalu merasa haus
c. polifagia - selalu merasa lapar
d. penurunan berat badan, seringkali hanya pada diabetes mellitus tipe 1
dan setelah jangka panjang tanpa perawatan memadai, dapat memicu berbagai
komplikasi kronis, seperti :
7
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan s
8
a. gangguan pada mata dengan potensi berakibat pada kebutaan,
b. gangguan pada ginjal hingga berakibat pada gagal ginjal
c. gangguan kardiovaskular, disertai lesi membran basalis yang dapat diketahui
dengan pemeriksaan menggunakan mikroskop elektron,[6]
d. gangguan pada sistem saraf hingga disfungsi saraf autonom, foot ulcer,
amputasi, charcot joint dan disfungsi seksual,
e. dan gejala lain seperti dehidrasi, ketoasidosis, ketonuria dan hiperosmolar
non-ketotik yang dapat berakibat pada stupor dan koma serta rentan terhadap
infeksi.
Gambar 2.1. Lingkaran biru, adalah simbol bagi diabetes mellitus, sebagaimana
pita merah untuk AIDS.
2.1.1. Klasifikasi Penyakit Diabetes
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan bentuk diabetes mellitus
berdasarkan perawatan dan simtoma:
a. Diabetes tipe 1, yang meliputi simtoma ketoasidosis hingga rusaknya sel beta
di dalam pankreas yang disebabkan atau menyebabkan autoimunitas, dan
bersifat idiopatik. Diabetes mellitus dengan patogenesis jelas, seperti fibrosis
sistik atau defisiensi mitokondria, tidak termasuk pada penggolongan ini.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan s
9
b. Diabetes tipe 2, yang diakibatkan oleh defisiensi sekresi insulin, seringkali
disertai dengan sindrom resistansi insulin
c. Diabetes gestasional, yang meliputi gestational impaired glucose tolerance,
GIGT dan gestational diabetes mellitus, GDM.
dan menurut tahap klinis tanpa pertimbangan patogenesis, dibuat menjadi:
d. Insulin requiring for survival diabetes, seperti pada kasus defisiensi peptida-C.
e. Insulin requiring for control diabetes. Pada tahap ini, sekresi insulin
endogenus tidak cukup untuk mencapai gejala normoglicemia, jika tidak
disertai dengan tambahan hormon dari luar tubuh.
f. Not insulin requiring diabetes.
Kelas empat pada tahap klinis serupa dengan klasifikasi IDDM (bahasa
Inggris: insulin-dependent diabetes mellitus), sedang tahap kelima dan keenam
merupakan anggota klasifikasi NIDDM (bahasa Inggris: non insulin-dependent
diabetes mellitus). IDDM dan NIDDM merupakan klasifikasi yang tercantum
pada International Nomenclature of Diseases pada tahun 1991 dan revisi ke-10
International Classification of Diseases pada tahun 1992.
Klasifikasi Malnutrion-related diabetes mellitus, MRDM, tidak lagi
digunakan oleh karena, walaupun malnutrisi dapat memengaruhi ekspresi
beberapa tipe diabetes, hingga saat ini belum ditemukan bukti bahwa malnutrisi
atau defisiensi protein dapat menyebabkan diabetes. Subtipe MRDM; Proteindeficient pancreatic diabetes mellitus, PDPDM, PDPD, PDDM, masih dianggap
sebagai bentuk malnutrisi yang diinduksi oleh diabetes mellitus dan memerlukan
penelitian lebih lanjut. Sedangkan subtipe lain, Fibrocalculous pancreatic
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan s
10
diabetes, FCPD, diklasifikasikan sebagai penyakit pankreas eksokrin pada lintasan
fibrocalculous pancreatopathy yang menginduksi diabetes mellitus.
Klasifikasi Impaired Glucose Tolerance, IGT, kini didefinisikan sebagai
tahap dari cacat regulasi glukosa, sebagaimana dapat diamati pada seluruh tipe
kelainan hiperglisemis. Namun tidak lagi dianggap sebagai diabetes. Klasifikasi
Impaired Fasting Glycaemia, IFG, diperkenalkan sebagai simtoma rasio gula
darah puasa yang lebih tinggi dari batas atas rentang normalnya, tetapi masih di
bawah rasio yang ditetapkan sebagai dasar diagnosa diabetes.
2.1.2. Diabetes Mellitus Tipe 1
Diabetes mellitus tipe 1, (juvenile diabetes, insulin-dependent diabetes
mellitus, IDDM) adalah diabetes yang terjadi karena berkurangnya rasio insulin
dalam sirkulasi darah akibat hilangnya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau
Langerhans pankreas. IDDM dapat diderita oleh anak-anak maupun orang
dewasa.
Sampai saat ini IDDM tidak dapat dicegah dan tidak dapat disembuhkan,
bahkan dengan diet maupun olah raga. Kebanyakan penderita diabetes tipe 1
memiliki kesehatan dan berat badan yang baik saat penyakit ini mulai dideritanya.
Selain itu, sensitivitas maupun respons tubuh terhadap insulin umumnya normal
pada penderita diabetes tipe ini, terutama pada tahap awal.
Penyebab terbanyak dari kehilangan sel beta pada diabetes tipe 1 adalah
kesalahan reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel beta pankreas. Reaksi
autoimunitas tersebut dapat dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh.
Saat ini, diabetes tipe 1 hanya dapat diobati dengan menggunakan
insulin, dengan pengawasan yang teliti terhadap tingkat glukosa darah melalui alat
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan s
11
monitor pengujian darah. Pengobatan dasar diabetes tipe 1, bahkan untuk tahap
paling awal sekalipun, adalah penggantian insulin. Tanpa insulin, ketosis dan
diabetic ketoacidosis bisa menyebabkan koma bahkan bisa mengakibatkan
kematian. Penekanan juga diberikan pada penyesuaian gaya hidup (diet dan
olahraga). Terlepas dari pemberian injeksi pada umumnya, juga dimungkinkan
pemberian insulin melalui pump, yang memungkinkan untuk pemberian masukan
insulin 24 jam sehari pada tingkat dosis yang telah ditentukan, juga dimungkinkan
pemberian dosis (a bolus) dari insulin yang dibutuhkan pada saat makan. Serta
dimungkinkan juga untuk pemberian masukan insulin melalui "inhaled powder".
Perawatan diabetes tipe 1 harus berlanjut terus. Perawatan tidak akan
memengaruhi aktivitas-aktivitas normal apabila kesadaran yang cukup, perawatan
yang tepat, dan kedisiplinan dalam pemeriksaan dan pengobatan dijalankan.
Tingkat Glukosa rata-rata untuk pasien diabetes tipe 1 harus sedekat mungkin ke
angka normal (80-120 mg/dl, 4-6 mmol/l). Beberapa dokter menyarankan sampai
ke 140-150 mg/dl (7-7.5 mmol/l) untuk mereka yang bermasalah dengan angka
yang lebih rendah, seperti "frequent hypoglycemic events". Angka di atas 200
mg/dl (10 mmol/l) seringkali diikuti dengan rasa tidak nyaman dan buang air kecil
yang terlalu sering sehingga menyebabkan dehidrasi. Angka di atas 300 mg/dl (15
mmol/l) biasanya membutuhkan perawatan secepatnya dan dapat mengarah ke
ketoasidosis. Tingkat glukosa darah yang rendah, yang disebut hipoglisemia,
dapat menyebabkan kehilangan kesadaran.
2.1.3. Diabetes Mellitus Tipe 2
Diabetes mellitus tipe 2 (adult-onset diabetes, obesity-related diabetes,
non-insulin-dependent diabetes mellitus, NIDDM) merupakan tipe diabetes
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan s
12
mellitus yang terjadi bukan disebabkan oleh rasio insulin di dalam sirkulasi darah,
melainkan merupakan kelainan metabolisme yang disebabkan oleh mutasi pada
banyak gen, termasuk yang mengekspresikan disfungsi sel β, gangguan sekresi
hormon insulin, resistansi sel terhadap insulin yang disebabkan oleh disfungsi
GLUT10 dengan kofaktor hormon resistin yang menyebabkan sel jaringan,
terutama pada hati menjadi kurang peka terhadap insulin serta RBP4 yang
menekan penyerapan glukosa oleh otot lurik namun meningkatkan sekresi gula
darah oleh hati. Mutasi gen tersebut sering terjadi pada kromosom 19 yang
merupakan kromosom terpadat yang ditemukan pada manusia.
Pada NIDDM ditemukan ekspresi SGLT1 yang tinggi, rasio RBP4 dan
hormon resistin yang tinggi, peningkatan laju metabolisme glikogenolisis dan
glukoneogenesis pada hati, penurunan laju reaksi oksidasi dan peningkatan laju
reaksi esterifikasi pada hati. NIDDM juga dapat disebabkan oleh dislipidemia,
lipodistrofi, dan sindrom resistansi insulin.
Pada tahap awal kelainan yang muncul adalah berkurangnya sensitifitas
terhadap insulin, yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam
darah. Hiperglisemia dapat diatasi dengan obat anti diabetes yang dapat
meningkatkan sensitifitas terhadap insulin atau mengurangi produksi glukosa dari
hepar, namun semakin parah penyakit, sekresi insulin pun semakin berkurang, dan
terapi dengan insulin kadang dibutuhkan. Ada beberapa teori yang menyebutkan
penyebab pasti dan mekanisme terjadinya resistensi ini, namun obesitas sentral
diketahui sebagai faktor predisposisi terjadinya resistensi terhadap insulin, dalam
kaitan dengan pengeluaran dari adipokines ( nya suatu kelompok hormon) itu
merusak toleransi glukosa. Obesitas ditemukan di kira-kira 90% dari pasien dunia
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan s
13
dikembangkan diagnosis dengan jenis 2 kencing manis. Faktor lain meliputi
mengeram dan sejarah keluarga, walaupun di dekade yang terakhir telah terus
meningkat mulai untuk memengaruhi anak remaja dan anak-anak.
Diabetes tipe 2 dapat terjadi tanpa ada gejala sebelum hasil diagnosis.
Diabetes tipe 2 biasanya, awalnya, diobati dengan cara perubahan aktivitas fisik
(olahraga), diet (umumnya pengurangan asupan karbohidrat), dan lewat
pengurangan berat badan. Ini dapat memugar kembali kepekaan hormon insulin,
bahkan ketika kerugian berat/beban adalah rendah hati,, sebagai contoh, di sekitar
5 kg ( 10 sampai 15 lb), paling terutama ketika itu ada di deposito abdominal yang
gemuk. Langkah yang berikutnya, jika perlu,, perawatan dengan lisan [[
antidiabetic drugs. Ketika produksi hormon insulin adalah pengobatan pada
awalnya tak terhalang, lisan ( sering yang digunakan di kombinasi) kaleng tetap
digunakan untuk meningkatkan produksi hormon insulin ( e.g., sulfonylureas) dan
mengatur pelepasan/release yang tidak sesuai tentang glukosa oleh hati ( dan
menipis pembalasan hormon insulin sampai taraf tertentu ( e.g., metformin), dan
pada hakekatnya menipis pembalasan hormon insulin ( e.g., thiazolidinediones).
Jika ini gagal, ilmu pengobatan hormon insulin akan jadilah diperlukan untuk
memelihara normal atau dekat tingkatan glukosa yang normal. Suatu cara hidup
yang tertib tentang cek glukosa darah direkomendasikan dalam banyak kasus,
paling terutama sekali dan perlu ketika mengambil kebanyakan pengobatan.
Sebuah zat penghambat dipeptidyl peptidase 4 yang disebut sitagliptin,
baru-baru ini diperkenankan untuk digunakan sebagai pengobatan diabetes
mellitus tipe 2. Seperti zat penghambat dipeptidyl peptidase 4 yang lain,
sitagliptin akan membuka peluang bagi perkembangan sel tumor maupun kanker.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan s
14
Sebuah fenotipe sangat khas ditunjukkan oleh NIDDM pada manusia
adalah defisiensi metabolisme oksidatif di dalam mitokondria pada otot lurik.
Sebaliknya,
hormon
tri-iodotironina
menginduksi
biogenesis
di
dalam
mitokondria dan meningkatkan sintesis ATP sintase pada kompleks V,
meningkatkan aktivitas sitokrom c oksidase pada kompleks IV, menurunkan spesi
oksigen reaktif, menurunkan stres oksidatif, sedang hormon melatonin akan
meningkatkan produksi ATP di dalam mitokondria serta meningkatkan aktivitas
respiratory chain, terutama pada kompleks I, III dan IV. Bersama dengan insulin,
ketiga hormon ini membentuk siklus yang mengatur fosforilasi oksidatif
mitokondria di dalam otot lurik. Di sisi lain, metalotionein yang menghambat
aktivitas GSK-3beta akan mengurangi risiko defisiensi otot jantung pada
penderita diabetes.
Simtoma yang terjadi pada NIDDM dapat berkurang dengan dramatis,
diikuti dengan pengurangan berat tubuh, setelah dilakukan bedah bypass usus. Hal
ini diketahui sebagai akibat dari peningkatan sekresi hormon inkretin, namun para
ahli belum dapat menentukan apakah metoda ini dapat memberikan kesembuhan
bagi NIDDM dengan perubahan homeostasis glukosa. Pada terapi tradisional,
flavonoid yang mengandung senyawa hesperidin dan naringin, diketahui
menyebabkan :
a. peningkatan mRNA glukokinase,
b. peningkatan ekspresi GLUT4 pada hati dan jaringan
c. peningkatan pencerap gamma proliferator peroksisom
d. peningkatan rasio plasma hormon insulin, protein C dan leptin
e. penurunan ekspresi GLUT2 pada hati
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan s
15
f. penurunan rasio plasma asam lemak dan kadar trigliserida pada hati
g. penurunan rasio plasma dan kadar kolesterol dalam hati, antara lain dengan
menekan
3-hydroxy-3-methylglutaryl-coenzyme
reductase,
asil-KoA,
kolesterol asiltransferase
h. penurunan oksidasi asam lemak di dalam hati dan aktivitas karnitina palmitoil,
antara lain dengan mengurangi sintesis glukosa-6 fosfatase dehidrogenase dan
fosfatidat fosfohidrolase
i. meningkatkan laju lintasan glikolisis dan/atau menurunkan laju lintasan
glukoneogenesis
Sedang naringin sendiri, menurunkan transkripsi mRNA fosfoenolpiruvat
karboksikinase dan glukosa-6 fosfatase di dalam hati. Hesperidin merupakan
senyawa organik yang banyak ditemukan pada buah jenis jeruk, sedang naringin
banyak ditemukan pada buah jenis anggur.
2.1.4. Diabetes Mellitus Tipe 3
Diabetes mellitus gestasional (bahasa Inggris: gestational diabetes,
insulin-resistant type 1 diabetes, double diabetes, type 2 diabetes which has
progressed to require injected insulin, latent autoimmune diabetes of adults, type
1.5" diabetes, type 3 diabetes, LADA) atau diabetes melitus yang terjadi hanya
selama kehamilan dan pulih setelah melahirkan, dengan keterlibatan interleukin-6
dan protein reaktif C pada lintasan patogenesisnya. GDM mungkin dapat merusak
kesehatan janin atau ibu, dan sekitar 20–50% dari wanita penderita GDM bertahan
hidup.
Diabetes melitus pada kehamilan terjadi di sekitar 2–5% dari semua
kehamilan. GDM bersifat temporer dan dapat meningkat maupun menghilang
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan s
16
setelah melahirkan. GDM dapat disembuhkan, namun memerlukan pengawasan
medis yang cermat selama masa kehamilan. Meskipun GDM bersifat sementara,
bila tidak ditangani dengan baik dapat membahayakan kesehatan janin maupun
sang ibu. Resiko yang dapat dialami oleh bayi meliputi makrosomia (berat bayi
yang tinggi/diatas normal), penyakit jantung bawaan dan kelainan sistem saraf
pusat, dan cacat otot rangka.
Peningkatan hormon insulin janin dapat menghambat produksi surfaktan
janin dan mengakibatkan sindrom gangguan pernapasan. Hyperbilirubinemia
dapat terjadi akibat kerusakan sel darah merah. Pada kasus yang parah, kematian
sebelum kelahiran dapat terjadi, paling umum terjadi sebagai akibat dari perfusi
plasenta yang buruk karena kerusakan vaskular. Induksi kehamilan dapat
diindikasikan dengan menurunnya fungsi plasenta. Operasi sesar dapat akan
dilakukan bila ada tanda bahwa janin dalam bahaya atau peningkatan resiko luka
yang berhubungan dengan makrosomia, seperti distosia bahu.
2.2.
Pembelajaran Mesin
Pada masa-masa awal berkembangnya teknologi komputer, sudah terdapat visi
agar di masa mendatang komputer dapat “belajar dan menjadi cerdas”. Hal ini
ditandai dengan lahirnya sistem pakar sekitar tahun 70’an.
Sistem pakar merupakan sistem yang berbasis pengetahuan, yaitu sistem yang
meniru penalaran dari seorang pakar dalam bidang tertentu untuk memecahkan
suatu masalah atau untuk memberikan saran. Sistem ini menggunakan
pengetahuan manusia untuk menyelesaikan masalah yang memerlukan kepakaran
seorang ahli (Turban, 2001). Jadi sistem pakar berbeda dengan sistem lainnya
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan s
17
yang hanya bisa menyimpan data, sistem pakar harus mempunyai kemampuan
penalaran untuk mencari jawaban permasalahan yang diajukan.
Ada berbagai ciri dan karakteristik yang membedakan sistem pakar dengan sistem
yang lain. Ciri dan karakteristik ini menjadi pedoman utama dalam
pengembangan sistem pakar. Ciri dan karakteristik yang dimaksud adalah sebagai
berikut:
1. Pengetahuan sistem pakar merupakan suatu konsep, bukan berbentuk numerik.
Hal ini dikarenakan komputer melakukan proses pengolahan data secara
numerik sedangkan keahlian dari seorang pakar adalah fakta dan aturanaturan, bukan numerik.
2. Informasi dalam sistem pakar tidak selalu lengkap, subjektif, tidak konsisten,
subjek terus berubah dan tergantung pada kondisi lingkungan sehingga
keputusan yang diambil bersifat tidak pasti dan tidak mutlak "ya" atau "tidak"
akan tetapi menurut ukuran kebenaran tertentu. Oleh karena itu dibutuhkan
kemampuan sistem untuk belajar secara mandiri dalam menyelesaikan
masalah-masalah dengan pertimbangan-pertimbangan khusus.
3. Kemungkinan solusi sistem pakar terhadap suatu permasalahan adalah
bervariasi dan mempunyai banyak pilihan jawaban yang dapat diterima,
semua faktor yang ditelusuri memiliki ruang masalah yang luas dan tidak
pasti. Oleh karena itu diperlukan fleksibilitas sistem dalam menangani
kemungkinan solusi dari berbagai permasalahan.
4. Perubahan atau pengembangan pengetahuan dalam sistem pakar dapat terjadi
setiap saat bahkan sepanjang waktu sehingga diperlukan kemudahan dalam
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan s
18
modifikasi sistem untuk menampung jumlah pengetahuan yang semakin besar
dan semakin bervariasi.
5. Pandangan dan pendapat setiap pakar tidaklah selalu sama, yang oleh karena
itu tidak ada jaminan bahwa solusi sistem pakar merupakan jawaban yang
pasti benar. Setiap pakar akan memberikan pertimbangan-pertimbangan
berdasarkan faktor subjektif.
6. Keputusan merupakan bagian terpenting dari sistem pakar. Sistem pakar harus
memberikan solusi yang akurat berdasarkan masukan pengetahuan meskipun
solusinya sulit sehingga fasilitas informasi sistem selalu diperlukan.
Gambar 2.2 Skema Sistem Pakar
Inti dari pengembangan sistem pakar adalah agar orang awam sekalipun dapat
menggunakan pengetahuan seorang pakar untuk menyelesaikan masalah.
Pengembangan sistem pakar terdiri dari beberapa tahap yang terus berulang. Ini
terjadi karena adanya perubahan atau tambahan pengetahuan baru. Ketika sebuah
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan s
19
pengetahuan baru ditambahkan ke basis pengetahuan sistem pakar, sistem
mengujinya untuk mengevaluasi apakah sistem mengerti atau tidak pengetahuan
baru tersebut, sehingga sistem dapat belajar secara mandiri untuk menyelesaikan
masalah.
2.2.1. Komponen Sistem Cer das
Secara umum, sistem pakar terdiri dari beberapa komponen yang saling berhubungan,
yaitu :
1. Basis Pengetahuan
Basis data dalam sistem pakar disebut basis pengetahuan. Basis pengetahuan berisi
pengetahuan yang dibutuhkan untuk memahami, merumuskan, dan memecahkan
masalah. Basis pengetahuan menggunakan aturan-aturan untuk mengekspresikan
logika masalah yang pemecahannya dibantu oleh sistem pakar.
Basis pengetahuan terdiri dari dua elemen, yaitu:
Fakta: situasi, kondisi, dan kenyataan dari permasalahan yang ada, berisi
juga teori dari bidang permasalahan tersebut
Aturan: mengarahkan pengguna pengetahuan untuk memecahkan masalah
dari bidang tersebut
2. Mesin Inferensi
Mesin Inferensi merupakan otak dari sistem pakar. Dikenal juga sebagai
penerjemah aturan (rule interpreter). Komponen ini berupa program komputer
yang menyediakan suatu metodologi untuk memikirkan (reasoning) dan
memformulasi kesimpulan. Mesin inferensi menggunalan penalaran yang serupa
dengan manusia dalam mengolah isi dari basis pengetahuan. Mesin inferensi
terdiri dari tiga bagian, yaitu:
a. Interpreter: digunakan untuk menerjemahkan aturan ke dalam bahasa
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan s
20
mesin agar dapat menjalankan program
b. Scheduler: digunakan untuk pencarian dan penalaran pada basis
pengetahuan dalam penyelesaian masalah
c. Consistency Enforcer: untuk menampilkan solusi permasalahan
Kerja mesin inferensi meliputi:
a. Menentukan aturan mana yang akan dipakai
b. Menyajikan pertanyaan kepada pengguna ketika diperlukan
c. Menambahkan jawaban ke dalam memori sistem pakar
d. Menyimpulkan fakta baru dari sebuah aturan
e. Menambahkan fakta baru tersebut ke dalam memori
3. Papan Tulis (Workplace)
Papan Tulis (Workplace) merupakan memori atau lokasi penyimpanan untuk
sistem pakar bekerja dan menyimpan hasil sementara, yang berupa basis data.
Memori ini berisi semua informasi tentang masalah tertentu, baik yang di input
oleh pengguna atau yang berada dalam basis pengetahuan.
4. Antarmuka Pengguna
Interaksi antara sistem pakar dan pengguna berupa bahasa alami, biasanya dalam
bentuk tanya jawab atau ditampilkan dalam bentuk gambar. Sistem pakar
menyediakan antarmuka agar pengguna dapat berinteraksi dengan sistem pakar.
Antarmuka pengguna memegang peranan penting dalam sistem pakar, untuk
memperoleh informasi yang akurat dari pengguna, perekayasa pengetahuan
diharapkan membuat desain antarmuka pertanyaan yang baik.
5. Fasilitas Penjelasan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan s
21
Fasilitas ini merupakan fasilitas tambahan yang menyediakan penjelasan kepada
pengguna tentang mengapa sistem pakar mempertanyakan sebuah pertanyaan
tertentu kepada pengguna dan bagaimana sistem pakar membuat suatu keputusan.
Fasilitas penjelasan memberikan keuntungan kepada kedua belah pihak,
perekayasa pengetahuan dapat memeperbaiki kekurangan dari basis pengetahuan
dan pengguna mendapatkan penjelasan tentang bagaimana pemikiran sistem pakar
tersebut.
6. Knowledge Refining System
Seorang pakar mempunyai knowledge refining system artinya mereka dapat
menganalisis
sendiri performa mereka,
belajar
dari pengalaman, serta
meningkatkan pengetahuannya untuk konsultasi berikutnya. Pada sistem pakar,
evaluasi ini penting sehingga dapat menganalisis alasan keberhasilan atau
kegagalan pengambilan keputusan, serta memperbaiki basis pengetahuan.
2.2.2. Rekayasa Pengetahuan
Rekayasa pengetahuan adalah proses membangun suatu sistem pakar. Tidak seperti
mengembangkan sistem biasa, pengembangan sistem pakar adalah proses yang
senantiasa berulang. Perekayasa pengetahuan membangun sistem pakar, mengujinya,
lalu merekayasa pengetahuan sistem. Proses seperti itu terus berulang. Proses dalam
rekayasa pengetahuan meliputi:
Akuisisi pengetahuan, yaitu bagaimana memperoleh pengetahuan dari pakar (dokter,
buku, jurnal atau sumber ilmiah lain)
Validasi pengetahuan, untuk menjaga kualitasnya misalnya dengan uji kasus
Representasi pengetahuan, yaitu bagaimana mengorganisir pengetahuan yang
diperoleh, mengkodekan, dan menyimpannya dalam suatu basis pengetahuan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan s
22
Penyimpulan pengetahuan, menggunakan mesin inferensi yang mengakses basis
pengetahuan lalu melakukan penyimpulan
Transfer pengetahuan. Hasil inferensi berupa kesimpulan kemudian dijelaskan kepada
pengguna oleh fasilitas penjelasan
Gambar 2.3. Proses Rekayasa Pengetahuan
2.3.
Pr oses Pengk lasifikasian
Classification adalah proses untuk menemukan model atau kelas data, dengan
tujuan untuk dapat memperkirakan kelas dari suatu objek yang labelnya tidak
diketahui. Model itu sendiri bisa berupa aturan jika-maka berbentuk pohon
pengambilan keputusan (Decision Tree), formula matematis seperti Bayesian dan
Support Vector Machine atau bisa juga berupa jaringan seperti neural network.
Ada lima ukuran yang dapat digunakan untuk mengevaluasi setiap metode:
1. Predictive accuracy yang mengukur tingkat akurasi dalam mengklasifikasikan
data baru. Ukuran ini paling sering digunakan sebagai pembanding.
2. Kecepatan. Biaya komputasi untuk menghasilkan classifier dan saat
menggunakan classifier pada proses klasifikasi.
3. Robustness. Kemampuan menangani noise dan nilai hilang.
4. Scalability. Kemampuan menangani data dalam jumlah besar.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan s
23
5. Interpretability. Mengukur sejauh mana model dapat diinterpretasi.
Pada skripsi kali ini, hanya predictive accuracy yang akan digunakan untuk
pengklasifikasian artikel teks berdasarkan isinya.
2.4.
Pengembangan Per angkat Lunak
Merupakan sebuah model chaos yang menggambarkan “perkembangan
P/L sebagai sebuah kesatuan dari pemakai ke pengembang dan ke teknologi”
disebut dengan “Prescriptive” karena Menentukan sekumpulan elemen proses
(Aktivitas, Aksi, tugas, produk kerja, jaminan kualitas, dan lain-lain untuk setiap
proyek), setiap model proses juga menentukan alur kerjanya.
Pada saat kerja bergerak maju menuju sebuah sistem yang lengkap,
keadaan yang digambarkan secara rekursif diaplikasikan kepada kebutuhan
pemakai dan spesifikasi teknis perangkat lunak pengembang. Saat ini, prescriptive
memberikan jawaban secara definitive untuk masalah pengembangan perangkat
lunak dalam setiap perubahan lingkungan komputasi.
Dalam pengerjaan pengembangan perangkat lunak, ada beberapa pertanyaan yang
harus dijawab:
1. Problem apa yang harus dicarikan solusinya ?
2. Apa saja karakteristik entitas yang digunakan untuk menyelesaikan persoalan
tersebut.
3. Bagaimana entitas (dan solusinya) dapat direalisasikan ?
4. Bagaimana entitas akan dibangun ?
5. Pendekatan apa yang akan digunakan untuk mencegah terjadinya kesalahan
desain dan pembuatan entitas?
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan s
24
6. Bagaimana entitas akan didukung selama mungkin, pada saat ada permintaan
koreksi, adaptasi dan
pengembangan oleh user.
Pekerjaan yang berhubungan dengan pengembangan perangkat lunak bisa
dikategorikan ke dalam tiga fase umum tanpa memandang area aplikasi, ukuran
proyek atau kompleksitas. Fase tersebut yaitu:
1. Definition Phase
Selama fase ini, software developer berusaha untuk mengidentifikasi informasi
apa saja yang harus diproses, apa saja fungsi dan kinerja yang digunakan, tingkah
laku sistem yang diharapkan, apa saja interface yang harus dibuat, apa saja
kendala desain yang ada, dan kriteria validasi yang diperlukan untuk
mendefinisikan kesuksesan sistem.
2. Development Phase
Selama fase ini, software developer berusaha untuk mendefinisikan bagaimana
data disusun, bagaimana fungsi bisa diimplementasikan sesuai dengan arsitektur
software, bagaimana prosedur detil untuk implemetasi , bagaimana karakter
interface, bagaimana hasil desain bisa ditranslasikan ke bahasa pemrograman dan
bagaimana cara pengujiannya.
Ada tiga aktivftas teknis yang selalu terjadi:
1.
Desain software
2.
Pembuatan Program
3.
Pengujian Software
3. Maintenance Phase
Difokuskan pada perubahan sehubungan dengan adanya koreksi kesalahan,
adaptasi dan pengembangan yang dikehendaki customer.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan s
25
Ada 4 tipe perubahan:
1. Correction
Mengubah software untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada.
2. Adaption
Modifikasi yang dilakukan terhadap software dikarenakan adanya perubahan
lingkungan eksternal (misal: CPU, sistem operasi, aturan bisnis, karakter produk
eksternal).
3. Enhancement
Pada saat sofrware dipakai, user meminta tambahan-tambahan fungsi. Sehingga
software dikembangkan dari kebutuhan semula.
4. Prevention
Sering disebut software re-enginering, harus dilakukan untuk memungkinkan
software bisa sesuai dengan keinginan end user. Pada fase ini dilakukan
perubahan-perubahan ke program komputer, sehingga program tersebut bisa
dikoreksi, beradaptasi dan dikembangkan dengan mudah.
2.5.
Unified Modeling Language
2.5.1. Use-Case View
Use-Case View membantu kita untuk memamhami dan menggunakan sistem
yang kita modelkan. View ini melihat pada bagaiman actor dan user-case
berinteraksi. Terdapat beberapa diagram yang digunakan dalam use case view,
yaitu use case diagram, sequence diagram, Collaboration diagram, activity
diagram.
Catatan :
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan s
26
Actor menggambarkan pengguna (user) sistem. Actor membantu membatasi
sistem dan memberi gambaran yang jelas mengenai apa yang harus dilakukan
oleh sisitem. Penting untuk dicatat bahwa actor berinteraksi dengan user-case,
tetapi tidak mengendalikan use-case. Sebuah use-case dapat digambarkan sebagai
suatu cara tertentu untuk menggunakan sistem dari sudut pandang satu pengguna
dapat digambarkan (an actor).
2.5.2. Logical View
Logical View mengarah pada persyaratan (requirement) fungsional sistem. View
ini melihat pada kelas-kelas dan hubungan antar kelas-kelas tersebut. Diagram
dalam view ini adalah : Class diagram, Sequence diagram, Collaboration diagram,
Statechart diagram.
2.5.3. Component View
Component View mengarah pada pengaturan software. View ini mengandung
informasi mengenai komponen-komponen software, komponen tereksekusi
(executable) dan library untuk sistem yang kita modelkan. Hanya ada satu jenis
diagram yang digunakan pada view ini, yaitu component diagram.
2.5.4. Deployment View
Deploment view memperlihatkan pemetaan setiap proses kedalam hardware. View
ini paling bermanfaat ketika kita membuat model suatu sistem yang diterapkan
dalam lingkungan arsitektur yang terdistribusi dimana kita menerapkan aplikasi
dan server pada lokasi yang berbeda. View ini hanya memiliki satu diagram, yaitu
deployment diagram.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan s
27
2.6.
Bahasa Pemr ograman J 2ME
Sun Microsystem mendefinisikan J2ME sebagai bahasa java yang dibuat
dengan optimasi yang sangat tinggi ditujukan pada lingkungan perangkat
elektronik secara luas meliputi pager, telepon seluler, sistem navigasi kendaraan
dan peralatan digital elektronik lainnya.
Diluncurkan pada bulan Juni 1999 saat Konferensi Developer JavaOne,
J2ME menghadirkan fungsionalitas cross-platform dari bahasa java pada peralatan
yang lebih kecil sehingga mobile wireless device dapat berbagai aplikasi. Dengan
J2ME, Sun telah mengadaptasikan platform java untuk produk konsumen berbasis
pada peralatan komputasi kecil.
Gambar 2.4. Platform Java
Sehingga dapat dikatakan J2ME adalah satu set spesifikasi dan teknologi
yang fokus kepada perangkat konsumen. Perangkat ini memiliki jumlah memori
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan s
28
yang terbatas, menghabiskan sedikit daya dari baterei, layar yan
MENGGUNAKAN OS SYMBIAN DENGAN J 2ME
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai
Persyar atan Dalam memperoleh Gelar
Sarjana Komputer Program Studi Teknik Infor matika
Diajukan oleh :
DENISA SETYO PRAYOGO
0734010015
Kepada
PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
2011
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan s
ABSTRAK
Prayoga, Denisa. 2011. 0734010015. Aplikasi Diagnosa Penyakit Diebetes pada
Handphone Dengan OS Symbian Menggunakan J 2ME
Pembimbing : (I) Hj. Asti Dwi Irfianti, S.kom, M.Kom. (II) : Ir. Kartini, MT.
Di Indonesia, pada tahun 1995, ada 4,5 juta orang yang mengidap diabetes,
nomor 7 terbanyak di dunia. Sekarang angka ini meningkat sampai 8,4 juta dan
diperkirakan pada 2025 akan menjadi 12,4 juta orang atau urutan ke-5 terbanyak di
dunia. Berdasarkan informasi departemen kesehatan, penyakit ini merupakan
pembunuh terbesar ketiga di Indonesia, oleh karena itu sering dikampanyekan tentang
pentingnya mengenali gejala-gejala dini penyakit diabetes ini beserta pengobatannya.
Oleh karena itu didasarkan pada keinginan peneliti untuk ikut membantu
upaya-upaya penurunan resiko penderita penyakit diabetes dengan mengenali secara
dini gejala-gejalanya dan mengingat latar belakang pendidikan peneliti sebagai
mahasiswa teknik informatika, maka dalam tugas akhir kali ini peneliti mengambil
topik Aplikasi Diagnosa Penyakit Diabetes Pada Handphone Dengan Menggunakan
J2ME. Dalam tugas akhir pemilihan topik tersebut juga didasarkan pada fakta bahwa
perkembangan teknologi pada dewasa ini sangat pesat, terutama dibidang informasi
dan elektronik. Hampir semua orang membutuhkan semua hal yang bersifat cepat,
praktis, efektif dan ekonomis. Teknologi Mobile, salah satunya telepon seluler dengan
fitur aplikasi java sudah menjadi tren yang tidak bisa dipungkiri lagi saat ini, dapat
menjawab akan kebutuhan itu.
peneliti berharap bahwa dengan adanya aplikasi diagnosa penyakit diabetes
yang berjalan pada telepon seluler dapat membantu masyarakat untuk mendapat
informasi penyakit diabetes secara dini untuk menurunkan resiko kematian akibat
penyakit tersebut.
Keyword : teknologi mobile, penyakit diabetes, pemrograman J2ME
ix
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan s
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
peneliti dapat menyelesaikan penelitian skripsi yang menjadi salah satu syarat mutlak
untuk menyelesaikan program studi teknik informatika jenjang strata-1 Universitas
Pembangunan Nasional “VETERAN” Jatim (UPN).
Dengan
segala
kerendahan
hati,
peneliti
menyadari
bahwa
dalam
menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari peran berbagai pihak yang telah banyak
memberikan bantuan, bimbingan dan dorongan. Dalam kesempatan ini peneliti
ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga khususnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Ir. Sutijono, MT selaku Dekan Fakultas Teknik Industri Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Dr. Ir. Ni Ketut Sari, MT selaku Ketua jurusan Teknik Informatika Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Ibu Hj. Asti Dwi Irfianti, S.Kom, M.Kom selaku pembimbing I yang telah
mengarahkan dan membimbing peneliti dalam mengerjakan tugas akhir.
5. Ibu Ir. Kartini, MT selaku pembimbing II yang telah mengarahkan dan
membimbing peneliti dalam mengerjakan tugas akhir.
i
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan s
6. Seluruh Dosen Teknik Informatika Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jawa Timur yang telah mengajar peneliti selama empat tahun lamanya, dan
memberikan dukungan untuk menyelesaikan penelitian skripsi ini.
7. Mama, Papa, adik Dessy dan Bella tersayang yang selalu memberikan doa,
motivasi dan dorongan dalam penyelesaian tugas akhir ini.
8. Sang kekasih tercinta Kristin, yang telah banyak berkorban memberikan
dukungan moral maupun material, God Bless U kristin.
9. Sahabat-sahabat, teman-teman seperjuangan dan seangakatan di Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Semua pihak yang mungkin
belum saya sebutkan dan sahabat-sahabat yang telah membantu peneliti hingga
terselesaikanya skripsi ini, semoga Allah SWT memberikan balasan yang
setimpal atas jasa dan bantuan yang telah diberikan.
Peneliti menyadari bahwa hasil penelitian yang tersusun dalam skripsi ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran tetap peneliti butuhkan
untuk penyempurnaan skripsi ini
Surabaya, 21 November 2011
Peneliti
ii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan s
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................
i
DAFTAR ISI ...............................................................................................
iii
DAFTAR TABEL .......................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................
viii
ABSTRAKSI ...............................................................................................
ix
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...............................................................
1
1.2 Perumusan Masalah .......................................................
3
1.3 Batasan Masalah ............................................................
3
1.4 Tujuan Penelitian ...........................................................
3
1.5 Manfaat Penelitian .........................................................
4
1.6 Metode Penelitian ..........................................................
4
1.7 Sistematika Penulisan ....................................................
5
TINJ UAN PUSTAKA
2.1 Penyakit Diabetes ..........................................................
7
2.1.1 Klasifikasi Penyakit Diabetes .........................
8
2.1.2 Diabetes Milletus Tipe 1 ................................
10
iii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan s
BAB III
2.1.3 Diebetes Milletus Tipe 2 ................................
11
2.1.4 Diabetes Milletus Tipe 3 ................................
15
2.2 Pembelajaran Mesin ......................................................
16
2.2.1 Komponen Sistem Cerdas ..............................
19
2.2.2 Rekayasa Pengetahuan ..................................
21
2.3 Proses Pengklasifikasian ..............................................
22
2.5 Pengembangan Perangkat Lunak .................................
23
2.5 Unified Modeling Language ........................................
25
2.5.1 Use Case View .............................................
25
2.5.2 Logocal View ...............................................
26
2.5.3 Component View .........................................
26
2.5.4 Deployment View ........................................
26
2.6 Bahasa Pemrograman J2ME .......................................
27
2.7 Forward Backward Chaining ......................................
33
ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM
3.1 Analisis Sistem ............................................................
41
3.2 Diagram Alir Sistem ....................................................
42
3.3 Dependency Diagram ..................................................
43
3.4 Perancangan Antar Muka ............................................
46
iv
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan s
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Penggunaan Perangkat .................................................
50
4.2 Netbeans ......................................................................
50
4.3 Sun Wireless Toolkit ....................................................
52
4.4 Implementasi Antar Muka ............................................
52
4.4.1. Implementasi Desain Menu Utama ..............
53
4.4.2. Implementasi Desain Form Diagnosa Gejala
53
4.4.3. Implementasi Desain Hapus Gejala ..............
54
4.4.4. Implementasi Desain Tambah Gejala ...........
54
4.4.5. Implementasi Desain Edit Gejala .................
54
4.4.6. Implementasi Desain Hasil Diagnosa ...........
55
4.4.7. Implementasi Desain Reset Data
Gejala Ke Kondisi Awal .........................................
BAB V
56
UJ I COBA DAN EVALUASI
5.1 Penggunaan Perangkat ..................................................
57
5.2 Pengujian Aplikasi Dengan Menggunakan Komputer .
58
5.3 Pengujian Aplikasi Dengan Menggunakan
Handphone ....................................................................
v
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan s
61
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan ...................................................................
69
6.2 Saran .............................................................................
70
DAFTAR PUSTAKA
vi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan s
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Diabetes mellitus, DM (bahasa Yunani: διαν,βίε diaba
ínein, tembus
atau pancuran air) (bahasa Latin: mellitus, rasa manis) yang juga dikenal di
Indonesia dengan istilah penyakit kencing gula adalah kelainan metabolis yang
disebabkan oleh banyak faktor, dengan simtoma berupa hiperglisemia kronis dan
gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, sebagai akibat dari:
defisiensi sekresi hormon insulin, aktivitas insulin, atau keduanya serta defisiensi
transporter glukosa.
Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit yang banyak dijumpai
dengan prevalensi di seluruh dunia 4 %. Prevalensinya akan terus meningkat dan
diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 5,4 %. Saat ini, sudah ada 230 juta
penduduk dunia yang mengidap diabetes. Angka ini naik 3 persen atau bertambah
7 juta jiwa setiap tahun. Pada tahun 2025 diperkirakan akan ada 350 juta orang
yang terkena diabetes.
Diabetes telah menjadi penyebab kematian terbesar keempat di dunia.
Setiap tahun ada 3,2 juta kematian yang disebabkan langsung oleh diabetes.
Diabetes juga merupakan penyebab amputasi kaki paling sering di luar
kecelakaan. Tercatat lebih dari 1 juta orang yang diamputasi akibat diabetes setiap
tahun. Dibandingkan dengan orang biasa, pengidap diabetes 15-40 kali lebih
sering mengalami amputasi kaki atau tungkai bawah.
1
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan s
2
Di Indonesia, pada tahun 1995, ada 4,5 juta orang yang mengidap
diabetes, nomor 7 terbanyak di dunia. Sekarang angka ini meningkat sampai 8,4
juta dan diperkirakan pada 2025 akan menjadi 12,4 juta orang atau urutan ke-5
terbanyak di dunia. Berdasarkan informasi departemen kesehatan, penyakit ini
merupakan pembunuh terbesar ketiga di Indonesia, oleh karena itu sering
dikampanyekan tentang pentingnya mengenali gejala-gejala dini penyakit diabetes
ini beserta pengobatannya.
Oleh karena itu didasarkan pada keinginan peneliti untuk ikut membantu
upaya-upaya penurunan resiko penderita penyakit diabetes dengan mengenali
secara dini gejala-gejalanya dan mengingat latar belakang pendidikan peneliti
sebagai mahasiswa teknik informatika, maka dalam tugas akhir kali ini peneliti
mengambil topik Aplikasi Diagnosa Penyakit Diabetes Pada Handphone Dengan
Menggunakan J2ME.
Dalam tugas akhir pemilihan topik tersebut juga didasarkan pada fakta
bahwa perkembangan teknologi pada dewasa ini sangat pesat, terutama dibidang
informasi dan elektronik. Hampir semua orang membutuhkan semua hal yang
bersifat cepat, praktis, efektif dan ekonomis. Teknologi Mobile, salah satunya
telepon seluler dengan fitur aplikasi java sudah menjadi tren yang tidak bisa
dipungkiri lagi saat ini, dapat menjawab akan kebutuhan itu.
Sehingga dengan demikian, peneliti berharap bahwa dengan adanya
aplikasi diagnosa penyakit diabetes yang berjalan pada telepon seluler dapat
membantu masyarakat untuk mendapat informasi penyakit diabetes secara dini
untuk menurunkan resiko kematian akibat penyakit tersebut.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan s
3
1.2.
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka didapatkan rumusan
masalah, yaitu bagaimana merancang dan membuat aplikasi diagnosa penyakit
diabetes yang bisa dijalankan dengan media handphone dengan menggunakan
J2ME ?
1.3.
Batasan Masalah
Agar pembahasan dan penyusunan tugas akhir ini dapat dilakukan secara
terarah dan tidak menyimpang serta sesuai dengan apa yang diharapkan, maka
perlu ditetapkan batasan-batasan dari masalah yang dihadapi, yaitu :
1. User yang dapat menggunakan sistem pakar ini adalah masyarakat umum
2. Input dari user berupa data pasien serta gejala-gejala yang timbul untuk
menentukan hasil diagnosis berupa kesimpulan terdeteksi diabetes atau tidak.
3. Penyakit yang dideteksi sebagai diabetes disesuaikan berdasarkan kategori
yaitu diabetes tipe 1 (insulin-dependent diabetes mellitus, IDDM) dan diabetes
tipe 2 (non-insulin-dependent diabetes mellitus, NIDDM).
1.4.
Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai pada pengerjaan tugas akhir ini adalah:
melakukan rancang bangun sistem pakar untuk menetukan diagnosa penyakit
diabetes
pada
manusia
dengan
menggunakan
media
handphone
yang
menggunakan J2ME, sehingga informasi dapat diperoleh oleh user secara optimal.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan s
4
1.5.
Manfaat
Adapun manfaat dan tujuan yang ingin diperoleh dari pengerjaan tugas
akhir ini adalah
1. Sebagai bahan acuan serta pembuka wawasan untuk masyarakat maupun
akademis mengenai permasalahan diabetes yang selama ini kurang dipahami.
2. Sebagai tahap awal masyarakat, dalam proses diagnosis serta pemberian solusi
sehingga upaya-upaya proventif dan promotif akan dapat lebih di
maksimalkan.
3. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pijakan bagi para peneliti
berikutnya yang akan membahas mengenai masalah sistem pakar.
1.6.
Metode Penelitian
Adapun metode penelitian yang dipergunakan dalam pengerjaan tugas
akhir ini adalah :
1. Studi Literatur
Mencari referensi dan bahan pustaka tentang teori-teori yang berhubungan
dengan permasalahan yang akan dikerjakan dalam tugas akhir ini.
2. Studi Kasus
Mencari contoh-contoh kasus serupa yang berhubungan dengan permasalahan
dalam tugas akhir ini.
3. Perancangan dan Desain Sistem
Memahami
rancangan
sistem
pakar
sesuai
data
mngimplementasikan model yang diinginkan oleh pengguna.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan s
yang
ada
dan
5
4. Pembuatan Aplikasi
Tahap ini merupakan tahap pembuatan dan pengembangan aplikasi sesuai
dengan desain sistem yang ditetapkan pada tahap sebelumnya. Sistem Pakar
deteksi penyakit diabetes mellitus dibangun dengan J2ME.
5. Uji Coba dan Evaluasi
Menguji coba seluruh spesifikasi terstruktur dan sistem secara keseluruhan.
Pada tahap ini, dilakukan uji coba sistem dengan menggunakan data uji coba
lab pasien diabetes. Proses uji coba ini diperlukan untuk memastikan bahwa
sistem yang telah dibuat sudah benar, sesuai dengan karakteristik yang
ditetapkan dan tidak ada kesalahan-kesalahan yang terkandung di dalamnya.
1.7.
Sistematika Penelitian
Sistematika penelitian tugas akhir ini disusun untuk memberikan
gambaran umum tentang penelitian yang dijalankan. Sistematika penelitian tugas
akhir ini adalah sebagai berikut :
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah, maksud
dan tujuan yang ingin dicapai, batasan masalah, metodologi
penelitian yang diterapkan dalam memperoleh dan mengumpulkan
data, waktu dan tempat penelitian, serta sistematika penelitian.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan s
6
BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
Membahas berbagai konsep dasar dan teori-teori yang berkaitan
dengan topik masalah yang diambil dan hal-hal yang berguna
dalam proses analisis permasalahan.
BAB III
ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM
Menganalisis masalah dari model penelitian untuk memperlihatkan
keterkaitan antar variabel yang diteliti serta model sistem untuk
analisisnya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Membahas mengenai hasil dari aplikasi dan perangkat-perangkat
yang menunjang berjalannya aplikasi dari segi hardware maupun
software yang akan digunakan.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Membahas mengenai pengimplementasian aplikasi yang telah
dibuat ke perangkat yang akan digunakan serta melakukan
pengujian terhadap aplikasi yang telah diimplementasikan tersebut.
BAB VI
PENUTUP
Berisi kesimpulan dan saran yang sudah diperoleh dari hasil
penelitian tugas akhir.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan s
BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1.
Penyakit Diabetes
Diabetes mellitus, DM (bahasa Yunani: διαβί
ιν,ε diaba
ínein, tembus
atau pancuran air) (bahasa Latin: mellitus, rasa manis) yang juga dikenal di
Indonesia dengan istilah penyakit kencing gula adalah kelainan metabolis yang
disebabkan oleh banyak faktor, dengan simtoma berupa hiperglisemia kronis dan
gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, sebagai akibat dari:
a. defisiensi sekresi hormon insulin, aktivitas insulin, atau keduanya.
b. defisiensi transporter glukosa.
c. atau keduanya.
Berbagai penyakit, sindrom dan simtoma dapat terpicu oleh diabetes
mellitus, antara lain: Alzheimer, ataxia-telangiectasia, sindrom Down, penyakit
Huntington, kelainan mitokondria, distrofi miotonis, penyakit Parkinson, sindrom
Prader-Willi, sindrom Werner, sindrom Wolfram, leukoaraiosis, demensia,
hipotiroidisme, hipertiroidisme, hipogonadisme dan lain-lain.
Gejala umum penyakit diabetes antara lain :
a. poliuria - sering buang air kecil
b. polidipsia - selalu merasa haus
c. polifagia - selalu merasa lapar
d. penurunan berat badan, seringkali hanya pada diabetes mellitus tipe 1
dan setelah jangka panjang tanpa perawatan memadai, dapat memicu berbagai
komplikasi kronis, seperti :
7
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan s
8
a. gangguan pada mata dengan potensi berakibat pada kebutaan,
b. gangguan pada ginjal hingga berakibat pada gagal ginjal
c. gangguan kardiovaskular, disertai lesi membran basalis yang dapat diketahui
dengan pemeriksaan menggunakan mikroskop elektron,[6]
d. gangguan pada sistem saraf hingga disfungsi saraf autonom, foot ulcer,
amputasi, charcot joint dan disfungsi seksual,
e. dan gejala lain seperti dehidrasi, ketoasidosis, ketonuria dan hiperosmolar
non-ketotik yang dapat berakibat pada stupor dan koma serta rentan terhadap
infeksi.
Gambar 2.1. Lingkaran biru, adalah simbol bagi diabetes mellitus, sebagaimana
pita merah untuk AIDS.
2.1.1. Klasifikasi Penyakit Diabetes
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan bentuk diabetes mellitus
berdasarkan perawatan dan simtoma:
a. Diabetes tipe 1, yang meliputi simtoma ketoasidosis hingga rusaknya sel beta
di dalam pankreas yang disebabkan atau menyebabkan autoimunitas, dan
bersifat idiopatik. Diabetes mellitus dengan patogenesis jelas, seperti fibrosis
sistik atau defisiensi mitokondria, tidak termasuk pada penggolongan ini.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan s
9
b. Diabetes tipe 2, yang diakibatkan oleh defisiensi sekresi insulin, seringkali
disertai dengan sindrom resistansi insulin
c. Diabetes gestasional, yang meliputi gestational impaired glucose tolerance,
GIGT dan gestational diabetes mellitus, GDM.
dan menurut tahap klinis tanpa pertimbangan patogenesis, dibuat menjadi:
d. Insulin requiring for survival diabetes, seperti pada kasus defisiensi peptida-C.
e. Insulin requiring for control diabetes. Pada tahap ini, sekresi insulin
endogenus tidak cukup untuk mencapai gejala normoglicemia, jika tidak
disertai dengan tambahan hormon dari luar tubuh.
f. Not insulin requiring diabetes.
Kelas empat pada tahap klinis serupa dengan klasifikasi IDDM (bahasa
Inggris: insulin-dependent diabetes mellitus), sedang tahap kelima dan keenam
merupakan anggota klasifikasi NIDDM (bahasa Inggris: non insulin-dependent
diabetes mellitus). IDDM dan NIDDM merupakan klasifikasi yang tercantum
pada International Nomenclature of Diseases pada tahun 1991 dan revisi ke-10
International Classification of Diseases pada tahun 1992.
Klasifikasi Malnutrion-related diabetes mellitus, MRDM, tidak lagi
digunakan oleh karena, walaupun malnutrisi dapat memengaruhi ekspresi
beberapa tipe diabetes, hingga saat ini belum ditemukan bukti bahwa malnutrisi
atau defisiensi protein dapat menyebabkan diabetes. Subtipe MRDM; Proteindeficient pancreatic diabetes mellitus, PDPDM, PDPD, PDDM, masih dianggap
sebagai bentuk malnutrisi yang diinduksi oleh diabetes mellitus dan memerlukan
penelitian lebih lanjut. Sedangkan subtipe lain, Fibrocalculous pancreatic
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan s
10
diabetes, FCPD, diklasifikasikan sebagai penyakit pankreas eksokrin pada lintasan
fibrocalculous pancreatopathy yang menginduksi diabetes mellitus.
Klasifikasi Impaired Glucose Tolerance, IGT, kini didefinisikan sebagai
tahap dari cacat regulasi glukosa, sebagaimana dapat diamati pada seluruh tipe
kelainan hiperglisemis. Namun tidak lagi dianggap sebagai diabetes. Klasifikasi
Impaired Fasting Glycaemia, IFG, diperkenalkan sebagai simtoma rasio gula
darah puasa yang lebih tinggi dari batas atas rentang normalnya, tetapi masih di
bawah rasio yang ditetapkan sebagai dasar diagnosa diabetes.
2.1.2. Diabetes Mellitus Tipe 1
Diabetes mellitus tipe 1, (juvenile diabetes, insulin-dependent diabetes
mellitus, IDDM) adalah diabetes yang terjadi karena berkurangnya rasio insulin
dalam sirkulasi darah akibat hilangnya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau
Langerhans pankreas. IDDM dapat diderita oleh anak-anak maupun orang
dewasa.
Sampai saat ini IDDM tidak dapat dicegah dan tidak dapat disembuhkan,
bahkan dengan diet maupun olah raga. Kebanyakan penderita diabetes tipe 1
memiliki kesehatan dan berat badan yang baik saat penyakit ini mulai dideritanya.
Selain itu, sensitivitas maupun respons tubuh terhadap insulin umumnya normal
pada penderita diabetes tipe ini, terutama pada tahap awal.
Penyebab terbanyak dari kehilangan sel beta pada diabetes tipe 1 adalah
kesalahan reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel beta pankreas. Reaksi
autoimunitas tersebut dapat dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh.
Saat ini, diabetes tipe 1 hanya dapat diobati dengan menggunakan
insulin, dengan pengawasan yang teliti terhadap tingkat glukosa darah melalui alat
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan s
11
monitor pengujian darah. Pengobatan dasar diabetes tipe 1, bahkan untuk tahap
paling awal sekalipun, adalah penggantian insulin. Tanpa insulin, ketosis dan
diabetic ketoacidosis bisa menyebabkan koma bahkan bisa mengakibatkan
kematian. Penekanan juga diberikan pada penyesuaian gaya hidup (diet dan
olahraga). Terlepas dari pemberian injeksi pada umumnya, juga dimungkinkan
pemberian insulin melalui pump, yang memungkinkan untuk pemberian masukan
insulin 24 jam sehari pada tingkat dosis yang telah ditentukan, juga dimungkinkan
pemberian dosis (a bolus) dari insulin yang dibutuhkan pada saat makan. Serta
dimungkinkan juga untuk pemberian masukan insulin melalui "inhaled powder".
Perawatan diabetes tipe 1 harus berlanjut terus. Perawatan tidak akan
memengaruhi aktivitas-aktivitas normal apabila kesadaran yang cukup, perawatan
yang tepat, dan kedisiplinan dalam pemeriksaan dan pengobatan dijalankan.
Tingkat Glukosa rata-rata untuk pasien diabetes tipe 1 harus sedekat mungkin ke
angka normal (80-120 mg/dl, 4-6 mmol/l). Beberapa dokter menyarankan sampai
ke 140-150 mg/dl (7-7.5 mmol/l) untuk mereka yang bermasalah dengan angka
yang lebih rendah, seperti "frequent hypoglycemic events". Angka di atas 200
mg/dl (10 mmol/l) seringkali diikuti dengan rasa tidak nyaman dan buang air kecil
yang terlalu sering sehingga menyebabkan dehidrasi. Angka di atas 300 mg/dl (15
mmol/l) biasanya membutuhkan perawatan secepatnya dan dapat mengarah ke
ketoasidosis. Tingkat glukosa darah yang rendah, yang disebut hipoglisemia,
dapat menyebabkan kehilangan kesadaran.
2.1.3. Diabetes Mellitus Tipe 2
Diabetes mellitus tipe 2 (adult-onset diabetes, obesity-related diabetes,
non-insulin-dependent diabetes mellitus, NIDDM) merupakan tipe diabetes
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan s
12
mellitus yang terjadi bukan disebabkan oleh rasio insulin di dalam sirkulasi darah,
melainkan merupakan kelainan metabolisme yang disebabkan oleh mutasi pada
banyak gen, termasuk yang mengekspresikan disfungsi sel β, gangguan sekresi
hormon insulin, resistansi sel terhadap insulin yang disebabkan oleh disfungsi
GLUT10 dengan kofaktor hormon resistin yang menyebabkan sel jaringan,
terutama pada hati menjadi kurang peka terhadap insulin serta RBP4 yang
menekan penyerapan glukosa oleh otot lurik namun meningkatkan sekresi gula
darah oleh hati. Mutasi gen tersebut sering terjadi pada kromosom 19 yang
merupakan kromosom terpadat yang ditemukan pada manusia.
Pada NIDDM ditemukan ekspresi SGLT1 yang tinggi, rasio RBP4 dan
hormon resistin yang tinggi, peningkatan laju metabolisme glikogenolisis dan
glukoneogenesis pada hati, penurunan laju reaksi oksidasi dan peningkatan laju
reaksi esterifikasi pada hati. NIDDM juga dapat disebabkan oleh dislipidemia,
lipodistrofi, dan sindrom resistansi insulin.
Pada tahap awal kelainan yang muncul adalah berkurangnya sensitifitas
terhadap insulin, yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam
darah. Hiperglisemia dapat diatasi dengan obat anti diabetes yang dapat
meningkatkan sensitifitas terhadap insulin atau mengurangi produksi glukosa dari
hepar, namun semakin parah penyakit, sekresi insulin pun semakin berkurang, dan
terapi dengan insulin kadang dibutuhkan. Ada beberapa teori yang menyebutkan
penyebab pasti dan mekanisme terjadinya resistensi ini, namun obesitas sentral
diketahui sebagai faktor predisposisi terjadinya resistensi terhadap insulin, dalam
kaitan dengan pengeluaran dari adipokines ( nya suatu kelompok hormon) itu
merusak toleransi glukosa. Obesitas ditemukan di kira-kira 90% dari pasien dunia
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan s
13
dikembangkan diagnosis dengan jenis 2 kencing manis. Faktor lain meliputi
mengeram dan sejarah keluarga, walaupun di dekade yang terakhir telah terus
meningkat mulai untuk memengaruhi anak remaja dan anak-anak.
Diabetes tipe 2 dapat terjadi tanpa ada gejala sebelum hasil diagnosis.
Diabetes tipe 2 biasanya, awalnya, diobati dengan cara perubahan aktivitas fisik
(olahraga), diet (umumnya pengurangan asupan karbohidrat), dan lewat
pengurangan berat badan. Ini dapat memugar kembali kepekaan hormon insulin,
bahkan ketika kerugian berat/beban adalah rendah hati,, sebagai contoh, di sekitar
5 kg ( 10 sampai 15 lb), paling terutama ketika itu ada di deposito abdominal yang
gemuk. Langkah yang berikutnya, jika perlu,, perawatan dengan lisan [[
antidiabetic drugs. Ketika produksi hormon insulin adalah pengobatan pada
awalnya tak terhalang, lisan ( sering yang digunakan di kombinasi) kaleng tetap
digunakan untuk meningkatkan produksi hormon insulin ( e.g., sulfonylureas) dan
mengatur pelepasan/release yang tidak sesuai tentang glukosa oleh hati ( dan
menipis pembalasan hormon insulin sampai taraf tertentu ( e.g., metformin), dan
pada hakekatnya menipis pembalasan hormon insulin ( e.g., thiazolidinediones).
Jika ini gagal, ilmu pengobatan hormon insulin akan jadilah diperlukan untuk
memelihara normal atau dekat tingkatan glukosa yang normal. Suatu cara hidup
yang tertib tentang cek glukosa darah direkomendasikan dalam banyak kasus,
paling terutama sekali dan perlu ketika mengambil kebanyakan pengobatan.
Sebuah zat penghambat dipeptidyl peptidase 4 yang disebut sitagliptin,
baru-baru ini diperkenankan untuk digunakan sebagai pengobatan diabetes
mellitus tipe 2. Seperti zat penghambat dipeptidyl peptidase 4 yang lain,
sitagliptin akan membuka peluang bagi perkembangan sel tumor maupun kanker.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan s
14
Sebuah fenotipe sangat khas ditunjukkan oleh NIDDM pada manusia
adalah defisiensi metabolisme oksidatif di dalam mitokondria pada otot lurik.
Sebaliknya,
hormon
tri-iodotironina
menginduksi
biogenesis
di
dalam
mitokondria dan meningkatkan sintesis ATP sintase pada kompleks V,
meningkatkan aktivitas sitokrom c oksidase pada kompleks IV, menurunkan spesi
oksigen reaktif, menurunkan stres oksidatif, sedang hormon melatonin akan
meningkatkan produksi ATP di dalam mitokondria serta meningkatkan aktivitas
respiratory chain, terutama pada kompleks I, III dan IV. Bersama dengan insulin,
ketiga hormon ini membentuk siklus yang mengatur fosforilasi oksidatif
mitokondria di dalam otot lurik. Di sisi lain, metalotionein yang menghambat
aktivitas GSK-3beta akan mengurangi risiko defisiensi otot jantung pada
penderita diabetes.
Simtoma yang terjadi pada NIDDM dapat berkurang dengan dramatis,
diikuti dengan pengurangan berat tubuh, setelah dilakukan bedah bypass usus. Hal
ini diketahui sebagai akibat dari peningkatan sekresi hormon inkretin, namun para
ahli belum dapat menentukan apakah metoda ini dapat memberikan kesembuhan
bagi NIDDM dengan perubahan homeostasis glukosa. Pada terapi tradisional,
flavonoid yang mengandung senyawa hesperidin dan naringin, diketahui
menyebabkan :
a. peningkatan mRNA glukokinase,
b. peningkatan ekspresi GLUT4 pada hati dan jaringan
c. peningkatan pencerap gamma proliferator peroksisom
d. peningkatan rasio plasma hormon insulin, protein C dan leptin
e. penurunan ekspresi GLUT2 pada hati
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan s
15
f. penurunan rasio plasma asam lemak dan kadar trigliserida pada hati
g. penurunan rasio plasma dan kadar kolesterol dalam hati, antara lain dengan
menekan
3-hydroxy-3-methylglutaryl-coenzyme
reductase,
asil-KoA,
kolesterol asiltransferase
h. penurunan oksidasi asam lemak di dalam hati dan aktivitas karnitina palmitoil,
antara lain dengan mengurangi sintesis glukosa-6 fosfatase dehidrogenase dan
fosfatidat fosfohidrolase
i. meningkatkan laju lintasan glikolisis dan/atau menurunkan laju lintasan
glukoneogenesis
Sedang naringin sendiri, menurunkan transkripsi mRNA fosfoenolpiruvat
karboksikinase dan glukosa-6 fosfatase di dalam hati. Hesperidin merupakan
senyawa organik yang banyak ditemukan pada buah jenis jeruk, sedang naringin
banyak ditemukan pada buah jenis anggur.
2.1.4. Diabetes Mellitus Tipe 3
Diabetes mellitus gestasional (bahasa Inggris: gestational diabetes,
insulin-resistant type 1 diabetes, double diabetes, type 2 diabetes which has
progressed to require injected insulin, latent autoimmune diabetes of adults, type
1.5" diabetes, type 3 diabetes, LADA) atau diabetes melitus yang terjadi hanya
selama kehamilan dan pulih setelah melahirkan, dengan keterlibatan interleukin-6
dan protein reaktif C pada lintasan patogenesisnya. GDM mungkin dapat merusak
kesehatan janin atau ibu, dan sekitar 20–50% dari wanita penderita GDM bertahan
hidup.
Diabetes melitus pada kehamilan terjadi di sekitar 2–5% dari semua
kehamilan. GDM bersifat temporer dan dapat meningkat maupun menghilang
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan s
16
setelah melahirkan. GDM dapat disembuhkan, namun memerlukan pengawasan
medis yang cermat selama masa kehamilan. Meskipun GDM bersifat sementara,
bila tidak ditangani dengan baik dapat membahayakan kesehatan janin maupun
sang ibu. Resiko yang dapat dialami oleh bayi meliputi makrosomia (berat bayi
yang tinggi/diatas normal), penyakit jantung bawaan dan kelainan sistem saraf
pusat, dan cacat otot rangka.
Peningkatan hormon insulin janin dapat menghambat produksi surfaktan
janin dan mengakibatkan sindrom gangguan pernapasan. Hyperbilirubinemia
dapat terjadi akibat kerusakan sel darah merah. Pada kasus yang parah, kematian
sebelum kelahiran dapat terjadi, paling umum terjadi sebagai akibat dari perfusi
plasenta yang buruk karena kerusakan vaskular. Induksi kehamilan dapat
diindikasikan dengan menurunnya fungsi plasenta. Operasi sesar dapat akan
dilakukan bila ada tanda bahwa janin dalam bahaya atau peningkatan resiko luka
yang berhubungan dengan makrosomia, seperti distosia bahu.
2.2.
Pembelajaran Mesin
Pada masa-masa awal berkembangnya teknologi komputer, sudah terdapat visi
agar di masa mendatang komputer dapat “belajar dan menjadi cerdas”. Hal ini
ditandai dengan lahirnya sistem pakar sekitar tahun 70’an.
Sistem pakar merupakan sistem yang berbasis pengetahuan, yaitu sistem yang
meniru penalaran dari seorang pakar dalam bidang tertentu untuk memecahkan
suatu masalah atau untuk memberikan saran. Sistem ini menggunakan
pengetahuan manusia untuk menyelesaikan masalah yang memerlukan kepakaran
seorang ahli (Turban, 2001). Jadi sistem pakar berbeda dengan sistem lainnya
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan s
17
yang hanya bisa menyimpan data, sistem pakar harus mempunyai kemampuan
penalaran untuk mencari jawaban permasalahan yang diajukan.
Ada berbagai ciri dan karakteristik yang membedakan sistem pakar dengan sistem
yang lain. Ciri dan karakteristik ini menjadi pedoman utama dalam
pengembangan sistem pakar. Ciri dan karakteristik yang dimaksud adalah sebagai
berikut:
1. Pengetahuan sistem pakar merupakan suatu konsep, bukan berbentuk numerik.
Hal ini dikarenakan komputer melakukan proses pengolahan data secara
numerik sedangkan keahlian dari seorang pakar adalah fakta dan aturanaturan, bukan numerik.
2. Informasi dalam sistem pakar tidak selalu lengkap, subjektif, tidak konsisten,
subjek terus berubah dan tergantung pada kondisi lingkungan sehingga
keputusan yang diambil bersifat tidak pasti dan tidak mutlak "ya" atau "tidak"
akan tetapi menurut ukuran kebenaran tertentu. Oleh karena itu dibutuhkan
kemampuan sistem untuk belajar secara mandiri dalam menyelesaikan
masalah-masalah dengan pertimbangan-pertimbangan khusus.
3. Kemungkinan solusi sistem pakar terhadap suatu permasalahan adalah
bervariasi dan mempunyai banyak pilihan jawaban yang dapat diterima,
semua faktor yang ditelusuri memiliki ruang masalah yang luas dan tidak
pasti. Oleh karena itu diperlukan fleksibilitas sistem dalam menangani
kemungkinan solusi dari berbagai permasalahan.
4. Perubahan atau pengembangan pengetahuan dalam sistem pakar dapat terjadi
setiap saat bahkan sepanjang waktu sehingga diperlukan kemudahan dalam
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan s
18
modifikasi sistem untuk menampung jumlah pengetahuan yang semakin besar
dan semakin bervariasi.
5. Pandangan dan pendapat setiap pakar tidaklah selalu sama, yang oleh karena
itu tidak ada jaminan bahwa solusi sistem pakar merupakan jawaban yang
pasti benar. Setiap pakar akan memberikan pertimbangan-pertimbangan
berdasarkan faktor subjektif.
6. Keputusan merupakan bagian terpenting dari sistem pakar. Sistem pakar harus
memberikan solusi yang akurat berdasarkan masukan pengetahuan meskipun
solusinya sulit sehingga fasilitas informasi sistem selalu diperlukan.
Gambar 2.2 Skema Sistem Pakar
Inti dari pengembangan sistem pakar adalah agar orang awam sekalipun dapat
menggunakan pengetahuan seorang pakar untuk menyelesaikan masalah.
Pengembangan sistem pakar terdiri dari beberapa tahap yang terus berulang. Ini
terjadi karena adanya perubahan atau tambahan pengetahuan baru. Ketika sebuah
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan s
19
pengetahuan baru ditambahkan ke basis pengetahuan sistem pakar, sistem
mengujinya untuk mengevaluasi apakah sistem mengerti atau tidak pengetahuan
baru tersebut, sehingga sistem dapat belajar secara mandiri untuk menyelesaikan
masalah.
2.2.1. Komponen Sistem Cer das
Secara umum, sistem pakar terdiri dari beberapa komponen yang saling berhubungan,
yaitu :
1. Basis Pengetahuan
Basis data dalam sistem pakar disebut basis pengetahuan. Basis pengetahuan berisi
pengetahuan yang dibutuhkan untuk memahami, merumuskan, dan memecahkan
masalah. Basis pengetahuan menggunakan aturan-aturan untuk mengekspresikan
logika masalah yang pemecahannya dibantu oleh sistem pakar.
Basis pengetahuan terdiri dari dua elemen, yaitu:
Fakta: situasi, kondisi, dan kenyataan dari permasalahan yang ada, berisi
juga teori dari bidang permasalahan tersebut
Aturan: mengarahkan pengguna pengetahuan untuk memecahkan masalah
dari bidang tersebut
2. Mesin Inferensi
Mesin Inferensi merupakan otak dari sistem pakar. Dikenal juga sebagai
penerjemah aturan (rule interpreter). Komponen ini berupa program komputer
yang menyediakan suatu metodologi untuk memikirkan (reasoning) dan
memformulasi kesimpulan. Mesin inferensi menggunalan penalaran yang serupa
dengan manusia dalam mengolah isi dari basis pengetahuan. Mesin inferensi
terdiri dari tiga bagian, yaitu:
a. Interpreter: digunakan untuk menerjemahkan aturan ke dalam bahasa
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan s
20
mesin agar dapat menjalankan program
b. Scheduler: digunakan untuk pencarian dan penalaran pada basis
pengetahuan dalam penyelesaian masalah
c. Consistency Enforcer: untuk menampilkan solusi permasalahan
Kerja mesin inferensi meliputi:
a. Menentukan aturan mana yang akan dipakai
b. Menyajikan pertanyaan kepada pengguna ketika diperlukan
c. Menambahkan jawaban ke dalam memori sistem pakar
d. Menyimpulkan fakta baru dari sebuah aturan
e. Menambahkan fakta baru tersebut ke dalam memori
3. Papan Tulis (Workplace)
Papan Tulis (Workplace) merupakan memori atau lokasi penyimpanan untuk
sistem pakar bekerja dan menyimpan hasil sementara, yang berupa basis data.
Memori ini berisi semua informasi tentang masalah tertentu, baik yang di input
oleh pengguna atau yang berada dalam basis pengetahuan.
4. Antarmuka Pengguna
Interaksi antara sistem pakar dan pengguna berupa bahasa alami, biasanya dalam
bentuk tanya jawab atau ditampilkan dalam bentuk gambar. Sistem pakar
menyediakan antarmuka agar pengguna dapat berinteraksi dengan sistem pakar.
Antarmuka pengguna memegang peranan penting dalam sistem pakar, untuk
memperoleh informasi yang akurat dari pengguna, perekayasa pengetahuan
diharapkan membuat desain antarmuka pertanyaan yang baik.
5. Fasilitas Penjelasan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan s
21
Fasilitas ini merupakan fasilitas tambahan yang menyediakan penjelasan kepada
pengguna tentang mengapa sistem pakar mempertanyakan sebuah pertanyaan
tertentu kepada pengguna dan bagaimana sistem pakar membuat suatu keputusan.
Fasilitas penjelasan memberikan keuntungan kepada kedua belah pihak,
perekayasa pengetahuan dapat memeperbaiki kekurangan dari basis pengetahuan
dan pengguna mendapatkan penjelasan tentang bagaimana pemikiran sistem pakar
tersebut.
6. Knowledge Refining System
Seorang pakar mempunyai knowledge refining system artinya mereka dapat
menganalisis
sendiri performa mereka,
belajar
dari pengalaman, serta
meningkatkan pengetahuannya untuk konsultasi berikutnya. Pada sistem pakar,
evaluasi ini penting sehingga dapat menganalisis alasan keberhasilan atau
kegagalan pengambilan keputusan, serta memperbaiki basis pengetahuan.
2.2.2. Rekayasa Pengetahuan
Rekayasa pengetahuan adalah proses membangun suatu sistem pakar. Tidak seperti
mengembangkan sistem biasa, pengembangan sistem pakar adalah proses yang
senantiasa berulang. Perekayasa pengetahuan membangun sistem pakar, mengujinya,
lalu merekayasa pengetahuan sistem. Proses seperti itu terus berulang. Proses dalam
rekayasa pengetahuan meliputi:
Akuisisi pengetahuan, yaitu bagaimana memperoleh pengetahuan dari pakar (dokter,
buku, jurnal atau sumber ilmiah lain)
Validasi pengetahuan, untuk menjaga kualitasnya misalnya dengan uji kasus
Representasi pengetahuan, yaitu bagaimana mengorganisir pengetahuan yang
diperoleh, mengkodekan, dan menyimpannya dalam suatu basis pengetahuan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan s
22
Penyimpulan pengetahuan, menggunakan mesin inferensi yang mengakses basis
pengetahuan lalu melakukan penyimpulan
Transfer pengetahuan. Hasil inferensi berupa kesimpulan kemudian dijelaskan kepada
pengguna oleh fasilitas penjelasan
Gambar 2.3. Proses Rekayasa Pengetahuan
2.3.
Pr oses Pengk lasifikasian
Classification adalah proses untuk menemukan model atau kelas data, dengan
tujuan untuk dapat memperkirakan kelas dari suatu objek yang labelnya tidak
diketahui. Model itu sendiri bisa berupa aturan jika-maka berbentuk pohon
pengambilan keputusan (Decision Tree), formula matematis seperti Bayesian dan
Support Vector Machine atau bisa juga berupa jaringan seperti neural network.
Ada lima ukuran yang dapat digunakan untuk mengevaluasi setiap metode:
1. Predictive accuracy yang mengukur tingkat akurasi dalam mengklasifikasikan
data baru. Ukuran ini paling sering digunakan sebagai pembanding.
2. Kecepatan. Biaya komputasi untuk menghasilkan classifier dan saat
menggunakan classifier pada proses klasifikasi.
3. Robustness. Kemampuan menangani noise dan nilai hilang.
4. Scalability. Kemampuan menangani data dalam jumlah besar.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan s
23
5. Interpretability. Mengukur sejauh mana model dapat diinterpretasi.
Pada skripsi kali ini, hanya predictive accuracy yang akan digunakan untuk
pengklasifikasian artikel teks berdasarkan isinya.
2.4.
Pengembangan Per angkat Lunak
Merupakan sebuah model chaos yang menggambarkan “perkembangan
P/L sebagai sebuah kesatuan dari pemakai ke pengembang dan ke teknologi”
disebut dengan “Prescriptive” karena Menentukan sekumpulan elemen proses
(Aktivitas, Aksi, tugas, produk kerja, jaminan kualitas, dan lain-lain untuk setiap
proyek), setiap model proses juga menentukan alur kerjanya.
Pada saat kerja bergerak maju menuju sebuah sistem yang lengkap,
keadaan yang digambarkan secara rekursif diaplikasikan kepada kebutuhan
pemakai dan spesifikasi teknis perangkat lunak pengembang. Saat ini, prescriptive
memberikan jawaban secara definitive untuk masalah pengembangan perangkat
lunak dalam setiap perubahan lingkungan komputasi.
Dalam pengerjaan pengembangan perangkat lunak, ada beberapa pertanyaan yang
harus dijawab:
1. Problem apa yang harus dicarikan solusinya ?
2. Apa saja karakteristik entitas yang digunakan untuk menyelesaikan persoalan
tersebut.
3. Bagaimana entitas (dan solusinya) dapat direalisasikan ?
4. Bagaimana entitas akan dibangun ?
5. Pendekatan apa yang akan digunakan untuk mencegah terjadinya kesalahan
desain dan pembuatan entitas?
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan s
24
6. Bagaimana entitas akan didukung selama mungkin, pada saat ada permintaan
koreksi, adaptasi dan
pengembangan oleh user.
Pekerjaan yang berhubungan dengan pengembangan perangkat lunak bisa
dikategorikan ke dalam tiga fase umum tanpa memandang area aplikasi, ukuran
proyek atau kompleksitas. Fase tersebut yaitu:
1. Definition Phase
Selama fase ini, software developer berusaha untuk mengidentifikasi informasi
apa saja yang harus diproses, apa saja fungsi dan kinerja yang digunakan, tingkah
laku sistem yang diharapkan, apa saja interface yang harus dibuat, apa saja
kendala desain yang ada, dan kriteria validasi yang diperlukan untuk
mendefinisikan kesuksesan sistem.
2. Development Phase
Selama fase ini, software developer berusaha untuk mendefinisikan bagaimana
data disusun, bagaimana fungsi bisa diimplementasikan sesuai dengan arsitektur
software, bagaimana prosedur detil untuk implemetasi , bagaimana karakter
interface, bagaimana hasil desain bisa ditranslasikan ke bahasa pemrograman dan
bagaimana cara pengujiannya.
Ada tiga aktivftas teknis yang selalu terjadi:
1.
Desain software
2.
Pembuatan Program
3.
Pengujian Software
3. Maintenance Phase
Difokuskan pada perubahan sehubungan dengan adanya koreksi kesalahan,
adaptasi dan pengembangan yang dikehendaki customer.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan s
25
Ada 4 tipe perubahan:
1. Correction
Mengubah software untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada.
2. Adaption
Modifikasi yang dilakukan terhadap software dikarenakan adanya perubahan
lingkungan eksternal (misal: CPU, sistem operasi, aturan bisnis, karakter produk
eksternal).
3. Enhancement
Pada saat sofrware dipakai, user meminta tambahan-tambahan fungsi. Sehingga
software dikembangkan dari kebutuhan semula.
4. Prevention
Sering disebut software re-enginering, harus dilakukan untuk memungkinkan
software bisa sesuai dengan keinginan end user. Pada fase ini dilakukan
perubahan-perubahan ke program komputer, sehingga program tersebut bisa
dikoreksi, beradaptasi dan dikembangkan dengan mudah.
2.5.
Unified Modeling Language
2.5.1. Use-Case View
Use-Case View membantu kita untuk memamhami dan menggunakan sistem
yang kita modelkan. View ini melihat pada bagaiman actor dan user-case
berinteraksi. Terdapat beberapa diagram yang digunakan dalam use case view,
yaitu use case diagram, sequence diagram, Collaboration diagram, activity
diagram.
Catatan :
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan s
26
Actor menggambarkan pengguna (user) sistem. Actor membantu membatasi
sistem dan memberi gambaran yang jelas mengenai apa yang harus dilakukan
oleh sisitem. Penting untuk dicatat bahwa actor berinteraksi dengan user-case,
tetapi tidak mengendalikan use-case. Sebuah use-case dapat digambarkan sebagai
suatu cara tertentu untuk menggunakan sistem dari sudut pandang satu pengguna
dapat digambarkan (an actor).
2.5.2. Logical View
Logical View mengarah pada persyaratan (requirement) fungsional sistem. View
ini melihat pada kelas-kelas dan hubungan antar kelas-kelas tersebut. Diagram
dalam view ini adalah : Class diagram, Sequence diagram, Collaboration diagram,
Statechart diagram.
2.5.3. Component View
Component View mengarah pada pengaturan software. View ini mengandung
informasi mengenai komponen-komponen software, komponen tereksekusi
(executable) dan library untuk sistem yang kita modelkan. Hanya ada satu jenis
diagram yang digunakan pada view ini, yaitu component diagram.
2.5.4. Deployment View
Deploment view memperlihatkan pemetaan setiap proses kedalam hardware. View
ini paling bermanfaat ketika kita membuat model suatu sistem yang diterapkan
dalam lingkungan arsitektur yang terdistribusi dimana kita menerapkan aplikasi
dan server pada lokasi yang berbeda. View ini hanya memiliki satu diagram, yaitu
deployment diagram.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan s
27
2.6.
Bahasa Pemr ograman J 2ME
Sun Microsystem mendefinisikan J2ME sebagai bahasa java yang dibuat
dengan optimasi yang sangat tinggi ditujukan pada lingkungan perangkat
elektronik secara luas meliputi pager, telepon seluler, sistem navigasi kendaraan
dan peralatan digital elektronik lainnya.
Diluncurkan pada bulan Juni 1999 saat Konferensi Developer JavaOne,
J2ME menghadirkan fungsionalitas cross-platform dari bahasa java pada peralatan
yang lebih kecil sehingga mobile wireless device dapat berbagai aplikasi. Dengan
J2ME, Sun telah mengadaptasikan platform java untuk produk konsumen berbasis
pada peralatan komputasi kecil.
Gambar 2.4. Platform Java
Sehingga dapat dikatakan J2ME adalah satu set spesifikasi dan teknologi
yang fokus kepada perangkat konsumen. Perangkat ini memiliki jumlah memori
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan s
28
yang terbatas, menghabiskan sedikit daya dari baterei, layar yan