BAB II TINJAUAN PUSTAKA F. Sejarah Singkat Gerakan Kepramukaan - DINNA PURWANTI BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA F. Sejarah Singkat Gerakan Kepramukaan Pendidikan kepramukaan di Indonesia merupakan salah satu segi

  pendidikan nasional yang penting, yang merupakan bagian dari sejarah perjuangan Bangsa Indonesia.

  Sejarah kepanduan tidak dapat dipisahkan dengan terbitnya buku

  

Scouting For Boys, karena buku itulah yang pertama kali menyebabkan anak-

  anak dan remaja beramai-ramai bergabung dalam kegiatan di alam terbuka yang dinamakan Gerakan Pramuka(Boys Scout).

  Buku Scouting For Boys, ditulis oleh Baden Powell pada tahun 1908. Buku ini pertama kali diedarkan pada tanggal 15 Januari 1908 oleh penerbit Horace Cox, Windsor House, Breanis Building, London E.C.

  Scouting For Boys begitu menarik perhatian dunia, buku inimenjadi masterpeace yang terkenal secara besar-besaran di seluruh dunia, sehingga

  terus-menerus mengalami cetak ulang. Yang menarik dari buku Scouting For

  Boys, selain dari isinya, Baden Powell juga melengkapi buku tersebut dengan gambar-gambar yang dibuatnya sendiri.

  Selain mendirikan kepanduan putera, Baden Powell juga mendirikan kepanduan untuk puteri dengan dibantu oleh adik perempuannya, Agnes Baden Powell yang kemudian hari dilanjutkan oleh Lady Baden Powell.

  9

  1. Kepanduan Siaga didirikan pada tahun 1916, dengan sebagai ilustrasi kegiatannya diambil dari buku karya Rudyard Kipling, dengan judul

   The Jungle Book “ yang berisi cerita tentang petualangan Mowgli si anak

  serigala beserta sahabat-sahabat binatangnya, Bagheera si macan, dan Bugaloo si beruang.

  2. Dua tahun kemudian, yaitu pada tahun 1918, Baden Powell mendirikan kepanduan untuk golongan penegak(Rover Scout).

  3. Untuk meningkatkan kualitas para anggota penegak, Baden Powell menulis buku berjudul Rovering To Success (Mengembara menuju keberhasilan) pada tahun 1922. Buku ini berkisah tentang petualangan seorang pemuda yang sedang berperahu menuju sebuah pantai (disebut pantai bahagia) dengan berlayar melewati berbagai rintangan berbentuk karang-karang tajam (karang kehidupan) yang berbahaya yang selalu menghalangi laju pemuda tersebut. Karang-karang kehidupan tersebut adalah : a. Karang wanita

  b. Karang perjudian

  c. Karang Miras dan narkoba

  d. Karang egois dan mengorbankan orang lain

  e. Karang tidak bertuhan (Atheis) Jadi dari semula Baden Powell telah mengajarkan bahwa untuk bisa meraih keberhasilan, para pemuda harus dapat menahan diri dari beberapa macam rintangan seperti tercantum di atas.

  4. Baden Powell juga menulis buku petunjuk untukmembina, yaitu pada tahun 1914 sampai tahun 1919.

  5. Baden Powell menerima sebidang tanah dari salah seorang sahabatnya, William F. Debois Mc. Laren guna dipergunakan sebagai tempat bermain dan berlatih. Taman ini diberi nama Gilwell Park.

  6. Pada tahun 1920, dibentuklah Dewan Internasional yang mempunyai sembilan anggota dan kantor pusatnya berada di kota London, Inggris.

  Kemudian Dewan Internasional berubah menjadi Biro Kepanduan Sedunia (World Scout Bureau), yang pada tahun 1958 kantor pusatnya berkedudukan di Ottawa, Kanada. Pada tahun itu juga, tepatnya tanggal 1 Mei 1958 kantor pusatnya dipindahkan lagi ke Jenewa, Swiss. Kepala- kepala Biro Kepanduan Sedunia, antara lain : a. Hubert Martin.

  b. Kolonel J.S. Wilson

  c. Spry

  d. Lund e. Dr. Laszlo Nagy.

  Biro Kepanduan Sedunia dibagi menjadi 2, yaitu :

  1. Biro Kepanduan Sedunia Putera, yang berkedudukan di kota Jenewa, Swiss yang terdiri dari lima sector/wilayah, yaitu :

  1. Costa Rica (Amerika Tengah dan Selatan)

  2. Philifina (Asia)

  3. Eropa

  4. Afrika

  5. Amerika

  2. Biro Kepanduan Sedunia Puteri, yang berkedudukan di kota London, Inggris, mempunyai lima sector juga, yaitu :

  a. Eropa

  b. Asia Pasifik

  c. Afrika

  d. Amerika e. Amerika Selatan.

  Mengenai sejarah tentang singkat tentang gerakan pramuka yaitu pada dasarnya Pendidikan kepramukaan di Indonesia merupakan salah satu segi pendidikan nasional yang penting, yang merupakan bagian dari sejarah perjuangan Bangsa Indonesia.

  Oleh karena itu, sejarah kepramukaan di Indonesia perlu kita pelajari, yaitu dengan maksud :

  1. Agar mengetahui proses pembentukan dan perkembangan Gerakan Pramuka dan mengetahui peranan apa yang dilakukan dalam perjuangan bangsa Indonesia.

  2. Agar dapat memahami kebijaksanaan dalam menyelenggarakan usaha pendidikan kepramukaan di Indonesia.

  Sejarah singkat tentang gerakan pramuka adalah :

  1. Pada tahun 1908 Mayor Jenderal Robert Baden Powel dari Inggrismelancarkan suatu gagasan tentang pendidikan di luar sekolah untukanak-anak Inggris, dengan tujuan supaya mereka menjadi manusia Inggris yang baik, sesuai dengan keadaan dan kebutuhan kerajaan Inggris ketika itu.

  2. Untuk itu beliau mengarang sebuah buku yang terkenal dengan judul

  “Scouting For Boys”. Buku ini memuat cerita pengalaman beliau dan latihan apa yang diperlukan untuk para Pramuka.

  3. Gagasan Baden Powel itu jitu, cemerlang, dan sangat menarik sehingga dilaksanakan juga di negara-negara lain.

  4. Oleh orang Belanda gagasan itu kemudian dibawa dan dilaksanakan juga di jajahannya di sini (Nederland Oost India), dan didirikan oleh orang- orang Belanda di Indonesia dengan nama NIPV(Nederland Padvinders Vereniging = Persatuan Pandu-pandu Hindia Belanda).

  5. Oleh pemimpin Pergerakan Nasional, gagasan Baden Powel itu diambil alih dan dibentuklah organisasi-organisasi kepanduan yang bertujuan membentuk manusia Indonesia yang baik yaitu menjadi kader Pergerakan Nasional. Organisasi kepanduan dibentuk bermacam-macam, antara lain : JPO(Javaanse Padvinders Organizatie),JJP (Jong Java

  Padvinders) , NATIPIJ(Nationale Islamitische Padvindery),HW(Hisbul Wathon) dan sebagainya.

  6. Sumpah Pemuda yang dicetuskan dalam Kongres Pemuda pada tanggal

  28 Oktober 1928, benar-benar menjiwai gerakan kepanduan nasional Indonesia untuk lebih bergerak maju.

  7. Adanya larangan pemerintah Hindia Belanda kepada organisasi kepanduan diluar NIPV untuk menggunakan istilah Padvinder dan

  Padvindery , maka KH. Agus Salim menggantikan istilah asing padvinder dan padvindery.

  8. Dengan meningkatkan kesadaran nasional Indonesia, maka timbulah niat untuk menggerakan antara organisasi-organisasi kepanduan. Ini menjadi kenyataan pada tahun 1930 dengan adanya INPO (Indonesische

  Padvinders Organisatie), PK(Pandu Kesultanan), PPS (Pandu Pemuda Sumatera), berdiri menjadi satu organisasi yaitu KBI(Kepanduan Bangsa Indonesia). Kemudian terbentuklah suatu federasi yang dinamakan PAPI(Persatuan Antar Pandu

  • – Pandu Indonesia) pada tahun 1931,

  yang kemudian pada tahun 1938 berubah menjadi BPPKI (Badan Pusat Persaudaraan Kepanduan Indonesia).

  9. Di waktu pendudukan Jepang, oleh penguasa Jepang di Indonesia Organisasi kepanduan dilarang keberadaannya. Tokoh-tokoh pandu banyak yang masuk dalam organisasi Seinendan, Keibodan dan

  PETA(Pembela Tanah Air).

  10. Sesudah proklamasi kemerdekaan Indonesia, diwaktu berkobarnya perang kemerdekaan, dibentuklah organisasi kepanduan yang berbentuk kesatuan, yaitu Pandu Rakyat Indonesiapada tanggal 28 Desember 1945 di Solo, sebagai satu-satunya organisasi kepanduan di wilayah Negara

  Scout Games, Scout Codes, Scout Songs,

  Kesatuan Republik Indonesia (

  2005)

G. Kepramukaan

  Gerakan pramuka adalah suatu gerakan sukarela yang bersifat nopolitik, untuk kaum muda terbuka untuk semua, tanpa membedah asal usul ras, suku dan agama. Sesuai dengan tujuan dan asas-asa dan metode.

  Kepramukaan di definisikan sebagai suatu gerakan pendidikan, pendidikan bukan hanya sebuah proses pengetahuan atau keterampilan tertentu, komisi internasional tentang pendidikan anak unutk Abad ke 21 (The

  Internasional commission on Education For The Twenty-First Century )menyatakan bahwa pendidikan:

1. Pengembangan kemampuan berfikir atau akal, yaitu “belajar mengetahui” termasuk “belajar bagaimana belajar”.

  2. Proses untuk memperolah keterampilan dan keahlian tertentu, yaitu “belajar berbuat” 3.

  Pengembangan karakter, “belajar menjadi seseorang” 4. Pengembangan sikap dan tingkah laku, yaitu “belajar hidup bermasyarakat”

  Pendidikan dapat didefinisikan sebagai proses yang bersasaran pengembangan seluruh kemampuan seseorang. Oleh karena itu kepramukaan harus secara jelas dibedakan dari suatu gerakan yang bersifat rekreatif diberbagai tempat di dunia termasuk Indonesia, cenderung terdapat opini dan citra, bahwa kepramukaan adalah kegiatan rekrasi. Memang benar bahwa kegiatan rekreatif dalam kepramukaan sangat penting, namun ini adalah saran untuk mencapai tujuan, dan bukan tujuan sendiri ( Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, 1998).

  UU No.12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka, disebutkan bahwa pembangunan kepribadian ditujukan untuk mengembangkan potensi diri serta memiliki akhlak mulia, pengendalian diri, dan kecakapan hidup bagi setiap warga negara demi tercapainya kesejahteraan masyarakat : pengembangan potensi diri sebagai hak asasi manusia harus diwujudkan dalam berbagai upaya penyelenggaraan pendidikan, antara lain melalui gerakan pramuka, gerakan pramuka selaku penyelenggara pendidikan kepramukaan mempunyai peran besar dalam pembentukan kepribadian generasi muda sehingga memiliki pengendalian diri dan kecakapan hidup untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global.

  Undang-undang tersebut dijelaskan bahwa Pendidikan Kepramukaan adalah proses pembentukan kepribadian, kecakapan hidup, dan akhlak mulia pramuka melalui penghayatan dan pengamalan nilai-nilai kepramukaan. Gerakan pramuka bertujuan untuk membentuk setiap pramuka agar memiliki kepribadian yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa, dan memiliki kecakapan hidup sebagai kader bangsa dalam menjaga dan membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia, mengamalkan Pancasila, serta melestarikan lingkungan hidup.

  Kegiatan pendidikan kepramukaan dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan spiritual dan intelektual, keterampilan, dan ketahanan diri yang dilaksanakan melalui metode belajar interaktif dan progresif. Kegiatan pendidikan kepramukaan dilaksanakan dengan menggunakan sistem among.

  Sistem among merupakan proses pendidikan kepramukaan yang membentuk peserta didik agar berjiwa merdeka, disiplin, dan mandiri dalam hubungan timbal balik antarmanusia. Sistem among dilaksanakan dengan menerapkan prinsip kepemimpinan: 1. di depan menjadi teladan; 2. di tengah membangun kemauan; dan 3. di belakang mendorong dan memberikan motivasi kemandirian.

  Pendidikan kepramukaan dalam Sistem Pendidikan Nasional termasuk dalam jalur pendidikan nonformal yang diperkaya dengan pendidikan nilai-nilai gerakan pramuka dalam pembentukan kepribadian yang berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa, dan memiliki kecakapan hidup

  Gerakan Pramuka, merupakan salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang memiliki visi, misi, arah, tujan dan strategi yang jelas. Jenis kegiatan pengembangan pada setiap satuan sekolah mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi jelas tertuang dalam Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan. Gerakan Pramuka mendidik kaum muda Indonesia dengan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan yang pelaksanaannya diserasikan dengan keadaan, kepentingan dan perkembangan bangsa dan masyarakat Indonesia agar menjadi manusia Indonesia yang lebih baik, dan anggota masyarakat Indonesia yang berguna bagi pembangunan bangsa dan negara.

  1. Tujuan

  Gerakan Pramuka mendidik dan membina kaum muda Indonesia dengan tujuan agar mereka menjadi : a. Manusia berkepribadian, berwatak dan budi pekerti luhur, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, kuat mental dan tinggi moral, terampil kuat dan sehat jasmani.

  b. Warga negara Rebulik Indonesia berjiwa pancasila, setia dan patuh kepada Negara Republik Indonesia serta menjadi masyarakat yang sejahtera tera dan berguna dapat membangun dirinya sendiri secara mandiri, serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa dan negara, memiliki kepedulian sesama hidup dan alam lingkungan, baik lokal maupun internasional (Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, 1998).

  2. Prinsip dasar kepramukaan

  Prinsip dasar kepramukaan adalah : a. Iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

  b. Peduli terhadap bangsa dan tanah air, sesama hidup dan alam seisinya.

  c. Peduli terhadap diri pribadi.

  d. Taat kepada kode kehormatan pramuka.

  Prinsip dasar kepramukaan sebagai norma hidup sebagai anggota Gerakan Pramuka, ditanamkan dan ditumbuhkembangkan kepada setiap peserta didik melalui proses penghayatan oleh dan untuk diri pribadi dengan bantuan para Pembina, sehingga pelaksanaan dan pengalamannya dapat dilakukan dengan inisiatif sendiri, penuh kesadaran, kemandirian, kepedulian, tanggungjawab serta keterikatan moral, baik sebagai pribadi

  Kwartir Nasional Gerakan Pramuka,

  maupun sebagai anggotamasyarakat (

  1998)

  Pada hakekatnya anggota Gerakan Pramuka wajib menerima Prisip Dasar Kepramukaan, dalam arti:

  a. Menaati perintah Tuhan Yang Maha Esa dan menjauhi laranganNya serta beribadah sesuai tata cara dari agama yang dipeluknya.

  b. Memiliki kewajiban untuk menjaga dan melestarikan lingkungan sosial, memperkokoh persatuan, serta menerima kebinekaan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

  c. Memerlukan lingkungan hidup yang bersih dan sehat agar dapat menunjang dan memberikan kenyamanan dan kesejahteraan hidup dan karenanya setiap anggota Gerakan Pramuka wajib peduli terhadap lingkungan hidup dengan cara menjaga, memelihara dan menciptakan kondisi yang lebih baik.

  d. Bahwa manusia tidak hidup sendiri, melainkan hidup bersama berdasarkan prinsip peri-kemanusiaan yang adil dan beradab dengan makhluk lain ciptaan Tuhan, khususnya dengan sesama manusia. e. Memahami prinsip diri pribadi untuk dikembangkan dengan cerdas guna kepentingan masa depan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

3. Metode Kepramukaan

  Metode Kepramukaan adalah suatu cara memberikan pendidikan watak kepada peserta didik melalui kegiatan kepramukaan. Pendidikan kepramukaan merupakan proses belajar mandiri yang progresif bagi kaum muda untuk mengembangkan diri pribadi seutuhnya, meliputi aspek mental, moral, spiritual, emosional, sosial, intelektual dan fisik, baik bagi individu maupun sebagai anggota masyarakat maka dibutuhkan suatu Metoda /ketentuan khusus yang kita sebut Metoda Kepramukaan.

  Metode Kepramukaan pada hakekatnya tidak dapat dilepaskan dari Prinsip Dasar Kepramukaan yang keterkaitanya keduanya terletak pada pelaksanaan Kode Kehormatan Pramuka. PDK (Prinsip Dasar Kepramukaan) dan MK (Metode Kepramukaan ) harus dilaksanakan secara terpadu, keduanya harus berjalan seimbang dan saling melengkapi. Setiap unsur pada Metode Kepramukaan merupakan subsistem tersendiri yang memiliki fungsi pendidikan spesifik, yang secara bersama-sama dan keseluruhan saling memperkuat dan menunjang tercapainya tujuan pendidikan kepramukaan(Ilhambakhtiar.2011 Pendidikan Karakter Melalui Kepramukaan .

  Metode kepramukaan merupakan salah satu cara belajar interaktif progresif melalui: a. Pengamalan Kode Kehormatan Pramuka.

  b. Belajar sambil melakukan.

  c. Sistem beregu.

  d. Kegiatan yang menantang dan menarik serta mengandung pendidikan yang sesuai dengan perkembangan rohani dan jasmani anggota muda.

  e. Kegiatan di alam terbuka.

  f. Kemitraan dengan anggota dewasa dalam setiap kegiatan.

  g. Sistem tanda kecakapan.

  h. Sistem satuan terpisah untuk putra dan untuk putri. i. Kiasan dasar.

  Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, 1998)

  ( 4.

   Materi dan Metode Pramuka

  Agar kegiatan Pramuka dapat berhasil dengan baik maka penyajiannya harus menggunakan metode yang cocok juga dengan berbagai fariasi. Adapun metode yang dipakai dalam gerakan Pramuka antara lain : a. Belajar sambil melakukan

  b. Sistem berkelompok

  c. Kegiatan di alam terbuka

  d. Sistem tanda kecakapan e. System satuan terpisah

  f. Sistem among (Hakamyamin .2012. Pramuka sebagai wadah

  

5. Anggaran Dasar Gerakan Pramuka

  Bahwa persatuan dan kesatuan bangsa dalam negara kesatuan yang adil dan makmur, materiil dan spiritual serta beradab merupakan adicita bangsa Indonesia yang mulai bangkit dan siaga sejak berdirinya Boedi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908. Adicita itu pulalah yang merupakan dorongan para Pemuda Indonesia melakukan Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.

  Untuk lebih menggalang persatuan merebut kemerdekaan, dan dengan jiwa dan semangat Sumpah Pemuda inilah rakyat Indonesia berjuang untuk kemerdekaan nusa dan bangsa Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Kemerdekaan ini merupakan karunia dan berkah Rahmat Tuhan Yang Maha Esa.Bahwa gerakan kepanduan nasional yang lahir dan mengakar di bumi nusantara merupakan bagian terpadu dari gerakan perjuangan kemerdekaan Indonesia yang membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh karenanya, gerakan kepanduan nasional Indonesia mempunyai andil yang tidak ternilai dalam sejarah perjuangan kemerdekaan itu. Jiwa kesatria yang patriotik telah mengantarkan para pandu ke medan juang bahu- membahu dengan para pemuda untuk mewujudkan adicita rakyat Indonesia dalam menegakkan dan menangani.

  Negara Kesatuan Republik Indonesia selama-lamanya.Bahwa kaum muda sebagai potensi bangsa dalam menjaga kelangsungan bangsa dan negara mempunyai kewajiban melanjutkan perjuangan bersama- sama orang dewasa berdasarkan kemitraan yang bertanggung jawab.

  Bahwa Gerakan Pramuka, sebagai kelanjutan dan pembaruan gerakan kepanduan nasional, dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 238 Tahun 1961 bertanggungjawab atas Kelestarian Negara Kesatuan Republik Indonesia yang di topang oleh empat pilar wawasan kebangsaan, yaitu : a. Ideologi Pancasila

  b. Undang-Undang Dasar 1945

  c. Bhinneka Tunggal Ika

  d. Negara Kesatuan Republik Indonesia (Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, 2004)

  Dengan asas Pancasila Gerakan Pramuka menyelenggarakan pendidikan bagi kaum muda sebagai kaderisasi kepemimpinan masa depan masyarakat, bangsa dan negara.Bahwa dalam upaya meningkatkan dan melestarikan hal-hal tersebut, telah dilahirkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka yang menegaskan bahwa Gerakan Pramuka adalah organisasi yang menyelenggarakan pendidikan nonformal, melalui Pendidikan Kepramukaan sebagai bagian pendidikan nasional dilandasi Sistem Among dengan Prinsip Dasar dan Metode Kepramukaan. (Surahman, 2012 Pramuka Syarat Dengan Pendidikan Karakter http://ronifaslah.feunj.ac.id/index)

6. Kecakapan Pramuka

  Macam-macam kegiatan pramuka dalam membentuk karakter siswa melaui berbagai kegiatan yaitu : a. Pembentukkan karakter melalui Baris-Berbaris

  Menurut Zainal Abidin (Supono 2009 : 41) Baris-berbaris adalah suatuwujud latihan fisik, yang diperlukan untuk menanamkan kebiasaan dalam tata cara kehidupan yang diarahkan kepada terbentuknya suatu perwatakan kulit.

  b. Pembentukan Karakter Melalui Kemampuan Berorganisasi.

  Kegiatan kepramukaan dapat berhasil menciptakan peserta didik yang berkarakter jika pada proses pendidikannya tidak hanya mengembangan teknik kepramukaan (tekpram) semata, tetapi juga dikembangkan kemampuan, keterampilan dan sikap berorganisasi.

  Dalam organisasi akan diterapkan prinsip-prinsip manajemen atau pengelolaan organisasi seperti perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan/penggerakan (actuacting) dan fungsi pengawasan (controlling). Di samping itu, organisasi juga merupakan sebuah alat atau media kontrol sosial bagi sekolah atau pihak lainnya utuk mengamati sekaligus memantau perkembangan siswa. Pihak sekolah akan dengan mudah memantau perkembangan siswa melalui organisasi artinya, cukup dengan mengelola organisasi maka sejumlah siswa yang menjadi anggota dalam organisasi tersebut dapat dikelola.

  Kemampuan beroganisasi

  • – kemampuan merencanakan, kemampuan mengorganisasi, kemampuan mengarahkan/menggerakan, dan kemampuan pengawasan - dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata selepas siswameninggalkan lembaga pendidikan. Di rumah tangga, lingkungan masyarakat dan juga lingkungan bisnis, prinsip-prinsip manajemen akan dipergunakan.

  c. Pendidikan Karakter Melalui Perkemahan Kegiatan perkemahan merupakan salah satu bentuk kegiatan kepramukaan yang belakangan ini sudah jarang terlihat. Kondisi ini disebabkan ketidakpercayaan orang tua kepada pengelola satuan gerakan pramuka dan kekhawatiran orang tua kepada putra-putrinya karena jauh dari mereka.

  Terbentuknya pribadi dan karakter mandiri melalui kegiatan perkemahan merupakan salah satu perwujudan yang dapat dilihat dan diamati oleh siapapun. Pembentukan jiwa yang tangguh, tidak cepat putus asa, kedisiplinan, dan kematangan emosional juga menjadi tujuan dan sasaran kegiatan perkemahan. Di dalam perkemahan, semua kegiatan baik kegiatan pribadi maupun kegiatan kelompok/regu harus dikelola dan dilakukan oleh pribadi dan regu masing-masing. Jika dalam lingkungan keluarga, kegiatan memasak dilakukan oleh Ibu atau pembantu, maka dalam perkemahan dilakukan oleh regu/individu yang diberikan tugas. Jika dalam lingkungan keluarga, perlengkapan mandi, pakaian, dan lainnya disiapkan oleh orang tua, maka dalam perkemahan, semua keperluan dan perlengkapan tersebut disiapkan oleh anggota pramuka. Ini merupakan bentuk nyata dari penciptaan kemandirian.

  Jika keseharian, biasanya peserta didik tidak memiliki program atau kegiatan yang teratur seperti belajar, bermain, nonton tv, dll. Maka dalam kegiatan perkemahan, panitia perkemahan telah merancang program yang sangat teratur dari waktu kewaktu dengan kegiatan yang syarat dengan pembentukan pribadi unggul yang harus diikuti dan ditaati setiap anggota pramuka. Ini merupakan bentuk nyata dari penciptaan kedisiplinan.

  Kecerdasan sosial pun terbentuk dalam kegiatan perkemahan. Dalam Gerakan Pramuka dikenal dengan satuan regu yang terdiri dari sekurang-kurangnya 10 orang Pramuka. Ketika program perkemahan diselenggarakan, kelompok dalam satu regu akan berinteraksi untuk mengengelola dan mempersiapkan perkemahan. Sikap saling menghormati antar sesama pramuka, sikap saling menghargai, dan sikap peduli atau empati akan teruji dalam kelompok ini.

  Pemanfaatan waktu menjadi sangat efektif ketika perkemahan dilaksanakan. Warga perkemahan menjadi pribadi yang sangat disiplin dan taat terhadap tatatertib yang berlaku. Setiap detik dimanfaatkan untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang bermanfaat, hampir tidak ada waktu luang yang terbuang dengan sia-sia. Tidak hanya kegiatan kepramukaan yang diatur, kegiatan makan, mandi, istirahat dan kegiatan ibadahpun diatur. Ibadah bersama seperti shalat berjamaah, dan shalat malam diatur, dan wajib dilaksanakan oleh setia peserta.

  Kegiatan perkemahan disadari ataupun tidak, baik oleh penyelenggara perkemahan maupun kelompok atau regu yang mengikuti perkemahan, sebenarnya telah melaksanaan prinsip- prinsip manajemen. Diawali dari perencanaan (planning) seperti merancang waktu dan kegiatan, survey awal lokasi perkemahan, menyusun acara perkemahan, merancang job descriftion dan job

  

spesification, dll. Prinsip pengorgnisasian (organizing) dapat dilihat

  dari pengalokasian sumber daya, pengalokasian sumber keuangan, penentuan struktur tugas, tanggung jawab dan wewenang masing- masing anggota dapat dilihat dalam pengorganisasian perkemahan. Prinsip penggerakan/pengarahan (actuacting) dapat dilihat dari kemampuan pemimpin regu atau panitia perkemahan dalam mengarahkan anggotanya, dalam menggerakan anggotanya untuk melakukan tugas dan tanggung jawab yang telah diamanatkan kepadanya yang telah tertuang dalam job descriftion. Prinsip pengawasan (controlling) dapat dilihat dari kegiatan panitian atau regu dalam melakukan penilaian terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan. Dalam penilaian atau evaluasi kegiatan akan diketahui tingkat keberhasilan dari program yang telah dilaksanakan dan penentuan strategi selanjutnya.

7. Maksud Dan Tujuan

  a. Menumbuhkan sikap jasmani yang tegap tangkas, mengarahkan pertumbuhan tubuh yang diperlukan oleh tugas pokok, sehingga secara jasmani dapat menjalankan tugas pokok tersebut dengan sempurna.

  b. Rasa persatuan, adanya rasa senasib sepenang-gungan serta ikatan yang sangat diperlukan dalam menjalankan tugas.

  c. Rasa disiplin, mengutamakan kepentingan tugas di atas kepentingan pribadi yang pada hakikatnya tidak lain dari pada keikhlasan penyisihan pilihan hati sendiri.

  d. Rasa tanggung jawab, keberanian untuk bertindak yang mengandung resiko terhadap dirinya, tetapi menguntungkan tugas atau sebaliknya tidak mudah melakukan tindakan-tindakan yang akan dapat merugikan.

  ( Surahman, 2012 Pramuka Syarat Dengan Pendidikan Karakter http://ronifaslah.feunj.ac.id/index)

H. Tinjauan Tentang Karakter 1. Pengertian Karakter

  Pendidikan karakter merupakan upaya untuk membantu perkembangan jiwa anak-anak baik lahir maupun batin, dari sifat kodratinya menuju ke arah peradaban yang manusiawi dan lebih baik. Sebagai contoh dapat dikemukakan misalnya : anjuran atau suruhan terhadap anak-anak untuk duduk yangbaik, tidak berteriak-teriak agar tidak menggangu orang lain, bersih badan, rapih pakaian, hormat terhadap orang tua, menyayangi yang muda, menghormati yang tua, menolong teman, dan seterusnya merupakan proses pendidikan karakter. Sehubungan dengan itu, Dewantara (1967) pernah mengemukakan beberapa hal yang harus dilaksanakan dalam pendidikan karakter, yakni

  ngerti-ngertos-nglakoni (menyadari, menginsyafi, dan melakukan.

  (dalam Mulyasa , 2011 : 1). Karakter berasal dari nilai tentang sesuatu. Suatu nilai yang diwujudkan dalam bentuk perilaku anak itulah yang disebut karakter. Jadi suatu karakter melekat dengan nilai dari perilaku tersebut.

  (Kesuma, 2012:11). Menurut (Hidayatullah 2010:13) Karakter adalah kualitas atau kekuatan mental atau moral, akhlak atau budi pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus yang menjadi pendorong dan penggerak, serta membedakan dengan individu lain.Karakter menjadi hal penting dalam kehidupan seseorang, karena karakter menjadi salah satu penentu kesuksesan seseorang. Oleh karena itu, karakter yang kuat dan positif perlu di bentuk dengan baik. Menurut Slamet Imam Santoso

  (1981 : 83), tujuan pendidikan yang murni adalah menyusun harga diri yang kukuh, kuat dalam jiwa pelajar, supaya kelak mereka dapat bertahan dalam masyarakat.

  Lickona (1991:30) mendefinisikan orang yang berkarakter sebagai sifat alami seseorang dalam merespon situasi secara bermoral, yang dimanifestasikan dalam tindakan nyata melalui tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati oarang lain dan karakter mulia lainnya.

  Menurut Berkowizt (1998:27), kebiasaan berbuat baik tidak selalu menjamin bahwa manusia telah terbiasa tersebut secara sadar (cognition) menghargai pentingnya nilai

  • – nilai karakter (valuing).Misalnya, seseorang yang terbiasa berkata jujur karena takut mendapatkan hukuman maka bisa saja ia tidak mengerti akan tingginya nilai moral dari kejujuran itu sendiri. Oleh karena itu, pendidikan karakter memerlukan juga aspek emosi. Menurut Lickona (1991:31), komponen ini disebut

  “desiring the good” atau keinginan berbuat untuk baik.

2. Hakikat Pendidikan Karakter

  Pendidikan karakter memiliki makna pendidikan tinggi dari pendidikan moral, karena pendidikan karakter tidak hanya berkaitan dengan masalah benar salah, tetapi bagaimana menanamkan kebiasaan

  (habit) tentang hal-hal yang baik dalam kehidupan, sehingga anak/peserta

  didik memiliki kesadaran, dan pemahaman yang tinggi, serta kepeduliandan komitmen untuk menerapkan kebajikan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa karakter merupakan sifat alami seseorang dalam merespon situasi secara bermoral, yang diwujudkan dalam tindakan nyata, dan nilai-nilai karakter mulia lainnya.

  Dalam konteks pemikiran islam, karakter berkaitan dengan imam dan ikhsan. Hal ini sejalam dengan ungkapan Aristoteles, bahwa karakter erat kaitannya dengan

  “habit”atau kebiasaan yang terus-menerus

  dipraktikan dan ditanamkan.meskipun karakter setiap individu ini unik, karakteristik umum yang menjadi stereotip dari sekelompok masyarakat dan bangsa dapat diidentifikasikan sebagai karakter suatu komunitas tertentu atau bahkan dapat pula dipandang sebagai karakter suatu bangsa.

  Menurut persepektif islam, pendidikan karakter secara teoretik sebenarnya telah ada sejak Islam diturunkan di dunia, sering dengan diutusnya Nabi Muhammad SAW untuk memperbaiki atau menyempurnakan akhlak (karakter) manusia. Ajaran Islam tersendiri mengandung sistematika ajaran yang tidak hanya menekankan aspek keimanan, ibadah dan

  mu’amalah, tetapi juga akhlak. Pengamalan ajaran

  Islam secara utuh (kaffah) merupakan model karakter seorang muslim, bahkan dipersonifikasikan dengan model karakter Nabi Muhammad SAW, yang memiliki sifat Shidiq, Tabligh, Amanah, Fathonah.(Mulyasa, 2011:5) 3.

   Pendidikan Karakter Bangsa

  Pendidikan karakter bangsa sebenarnya telah berlangsung lama, jauh sebelum Indonesia merdeka. Ki Hajar Dewantara sebagai Pahlawan Pendidikan Nasional memiliki pandangan tentang pendidikan karakter sebagai asas Taman Siswa 1922, dengan tujuh prinsip berikut: a. Hak seseorang untuk mengatur diri sendiri dengan tujuan tertibnya pesatuan dalam kehidupan umum.

  b. Pengajaran berarti mendidik anak agar merdeka batinya, pekiranya, dan tenaganya.

  c. Pendidikan harus selaras dengan kehidupan.

  d. Kultur sendiri yang selaras dengan kodrat harus dapat memberi kedamaian hidup.

  e. Harus bekerja menurut kekuatan sendiri f. Perlu hidup dengan berdiri sendiri.

  g. Dengan tidak terikat, lahir batin dipersiapkan untuk memberikan pelayanan kepada peserta didik.

  Pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam seluruh pembelajaran pada setiap bidang studi yang terdapat dalam kurikulum.

  Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap bidang studi perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dan dihubungkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian pendidikan nilai, dan pembentukan karakter tidak hanya dilakukan pada tataran kognitif, tetapi menyentuh internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan sehari-hari.

  Zarkasi 2010 (dalam Mulyasa 2011:8) mengemukakan bahwa pendidikan karakter sangat terkait dengan manajemen atau penegelolaan intitusinya. Pengelolaan yang dimaksud adalah bagaimana pendidikan karakter yang dilaksanakan, direncanakan, dan dikendalikan dalam kegiatan-kegiatan pendidikan di dalam institusi tersebut secara memadai.

  Di sisi lain Buchori 2007 (dalam Mulyasa 2011:8) , mengemukakan bahwa pendidikan karakter seharusnya membawa peserta didik ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya pengamalan nilai secara nyata. Permasalahan pendidikan karakter disekolah/madrasah dewasa ini, perlu segera dikaji, dan dicari alternatif-alternatif solusinya, serta perlu dikembangkan secara lebih perasional sehingga mudah diimplementasikan di sekolah. Mengacu pada Standar Nasional Pendidikan, pendidikan karakter pun perlu memiliki standar mutu, baik berkaitan dengan isi, proses, sarana dan prasarana pendidikan, manajemen, pembiayaan maupun standar evaluasi bagi pendidikan karakter bangsa (Mulyasa 2011:9).

4. Tujuan Pendidikan Karakter

  Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu dan seimbang, sesuai dengan standar kompetensi kelulusan pada setiap satuan pendidikan.

  Melalui pendidikan karakter peserta didik diharapkan mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasikan serta mempersonalisasikan nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.

  Pendidikan karakter pada tingkat satuan pendidikan mengarah pada pembentukan budaya sekolah/madrasah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan sehari-hari, serta simbol-simbol yang dipraktikkan oleh Semua warga sekolah/madrasah merupakan ciri khas, karkater atau watak, dan citra sekolah /madrasah tersebut di mata masyarakat luas (Mulyasa 2011:9).

  a. Implementasi Pendidikan Karakter Pada umumnya pendidikan karakter menekankan pada keteladanan, penciptaan lingkungan, dan pembiasaan melalui berbagai tugas keilmuan dan kegiatan kondusif. Dengan demikian, apa yang dilihat, didengar, dirasakan dan dikerjakan oleh peserta didik dapat membentuk karakter mereka. Selain menjadikan keteladanan dan pembiasan sebagi metode pendidikan utama, penciptaan iklim dan budaya serta lingkungan yang kondusif juga sangat penting, dan turut membentuk karakter peserta didik.

  Penciptaan lingkungan yang kondusif dapat dilakukan melauio berbagai variasi metode sebagai berikut: 1) Penugasan 2) Pembiasaan 3) Pelatihan 4) Pembelajaran 5) Pengarahan, dan 6) Keteladanan

  Berbagai metode tersebut mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam pembetukan karakter peserta didik. Pemberian tugas disertai pemahaman akan dasar-dasar filosofinya, sehingga peserta didik akan mengerjakan berbagai tugas dengan kesadaran dan pemahaman, kepedulian dan komitmen yang tinggi. Setiap kegiatan mengandung unsur-unsur pendidikan kesederhanaan, kemandirian, kesetiakawanan dan kebersamaan, kecintaan pada lingkungan dan kepemimpinan (Mulyasa 2011:10).

  Menurut Hill (2005:28). Ada enam pilar karakter (The six

  

pillars of Character) yang dapat menjadi acuan. Enam pilar karakter

  yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1) Trustworthiness, bentuk karakter yang membuat seseorang menjadi berintegrasi, jujur, dan loyal.

  2) Fairness, bentuk karakter yang membuat seseorang memiliki pemikiran terbuka serta tidak suka memanfaatkan orang lain.

  3) Caring, bentuk karakter yang membuat seseorang memiliki sikap peduli dan perhatian terhadap orang lain maupun kondisi social lingkungan sekitar. 4) Respect, bentuk karakter yang membuat seseorang selaulu menghargai dan menghormati orang lain.

  5) Citizenship, bentuk karakter yang membuat seseorang sadar hokum dan peraturan serta peduli terhadap lingkungan alam.

  6) Responsibility, bentuk karakter yang membuat seseorang bertanggung jawab, disiplin, dan selalu melakukan sesuatu dengan semudah mungkin.

  Untuk lebih memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter telah teridentifikasi 18 nilai karakter yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu: Religius, Jujur,, Toleransi, Disiplin, Kerja keras, Kreatif, Madiri, Demokratis, Rasa Ingin Tahu, Semangat Kebangsaan, Cinta Tanah Air, Menhargai Prestasi, Bersahabat, atau Komunikatif, Cinta Damai, Gemar Membaca, Peduli Lingkungan, Peduli Sosial, & Tanggung jawab (Pusat Kurikulum, 2009).

  Pendidikan karakter merupakan proses berkelanjutan dan tak pernah berakhir (never ending process), sehingga menghasilkan perbaikan kualitas yang berkesinambungan (continous qualitiy

  

improvement) , yang ditujukan pada terwujudnya sosok manusia

  masa depan, dan berakar pada nilai-nilai budaya bangsa. Pendidikan karakter harus menumbuhkan nilai-nilai filosofis dan mengamalkan seluruh karakter bangsa secara utuh dan menyeluruh (kaffah).

  Menurut Koesoema A. (2007-80) menyatakan bahwa karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagia ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil dan juga bawaan seseorang sejak lahir.

  Menurut Wuryudi (Raka, 1997:43), sebenarnya pembangunan karakter bangsa mulia dikumandangkan sejak awal Negara ini lahir. Tetapi, program ini belum selesai karena banyak pihak-pihak yang merasa dirugikan, indonesia dengan kekayaan alamnya akan sulit dikuasai manakala bangsanya memiliki karakter yang kuat.Dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), pendidikan karakter harus mengandung perekat bangsa yang memiliki beragam budaya dalam wujud kesadaran, pemahaman, danm kecerdasan kultural masyarakat. Untuk kepentingan tersebut, perlu, direvitalisasi kembali sistem nilai yang mengandung makna karakter bangsa yang berakar pada Undang- Undang Dasar 1945 dan filsafat pancasila. Sistem nilai tersebut meliputi ketuhanan, kemanusiaan, persatuan bangsa, permusyawaratan, dan keadilan. Beberapa tahun yang lalu sistem nilai tersebut sering ditanamkan dalam bentuk penghayatan dan pengamalan pancasila (P-4) yang diperuntukan bagi seluruh rakyat Indonesia.

  Melalui revitalisasi dan penekanan karakter diberbagai lembaga pendidikan, baik informal, formal maupun informal, diharapkan bangsa Indonesia dapat menjawab berbagai tantangan dan permasalahan yang semakin rumit dan kompleks.

  Menurut Megawangi (2008), pendiri Indonesia

  HeritageFoundation , ada 3 tahap pembentukan karakter yaitu:

  1) Moral Knowing : memahamkan dengan baik keapada anak tentang arti kebaikan. Mengapa harus berperilaku baik, dan untuk apa berperilaku baik itu, dan apa manfaat berperilaku baik.

  2) Moral Feeling : membangun kecintaan berperilaku baik kepada anak yang akan menjadi sumber energi anak untuk berperilaku baik. Membentuk karakter adalah dengan cara menumbuhkanya. 3) Moral Action : bagaimana membuat pengetahuan moral menjaditindakan nyata. Moral action ini merupakan outcome

  • – dari tahap dua tahap sebelumnya dan harus dilakukan berulang ulang agar menjadi moral behavior.

  Melalui tiga tahap tersebut, proses pembentukan karakter akan menjadi lebih mengena dan siswa akan berbuat baik karena dorongan interna; dari diri sendiri.Karakteristik siswa meliputi fiologis dan psikologis.Fisologis meliputi kondisi fisik, panca indera, dan sebagainya.Psikologis menyangkut minat, tingkat kecerdasan, bakat, motivasi, kemampuan kognitif, dan sebagainya (Purwanto 1995:107).

  Karakteristik siswa dapat mempengaruhi kegiatan belajar siswa antara lain: latarbelakang pengetahuan dan taraf pengetahuan, gaya belajar, usia kronologi, tingkat kematangan, spektrum dan ruang lingkup minat, lingkungan sosial ekonomi, hambatan- hambatan lingkungan dan kebudayaan, intelegensia, keselarasan dan attitude, prestasi belajar, motivasi dan lain-lain (Sardiman 2001 : 9)

  Terkait pembangunan karakter dalam Kepramukaan, sejumlah hal yang harus diperhatikan, dikembangkan dan diolah.Pramuka membangun akhlak anak bangsa yang baik, berbudi pekerti, berpikir positif, tangguh, percaya diri tidak takabur, disiplin, inovatif dan rukun serta memiliki kesetiakawanan. Begitupun dengan pendidikan karakter itu sendiri ialah memiliki makna lebih tinggi dari pendidikan moral, karena pendidikan karakter tidak hanya berkaitan dengan masalah benar-salah, tetapi bagaimna menanamkan kebiasaan (habit) tentang hal-hal yang baik dalam kehidupan, sehingga anak/peserta didik memiliki kesadaran, dan pemahan yang tinggi, serta kepedulian dan komitmen untuk menerapkan kebajikan dalam kehidupan sehari-hari.

  Wynne (1991) mengemukakan bahwa karakter berasal dari Bahasa Yunani yang berarti “to mark” (menandai) danmemfokuskan bagaimana menerapkan nilai-nilai kebaikan dalam tindakan nyata atau perilaku sehari-hari (Wynne dalam Mulyasa, 2011:3).

  Tanggungjawabpendidikan seorang anak adalah keluarga, masyarakat, serta lembaga pendidikan (sekolah). Dalamkehidupan tentunya setiap orang ingin berbuat baik, yaitu berbuat sesuai dengan peraturan dan tata tertib yang berlaku tanpa paksaan dari luar karena itu kewajiban. Perilaku karakter yang terbentuk pada diri anak tidak lepas dari beberapa faktor yang mempengaruhinya. Adapun faktor- faktor yang mempengaruhinya itu antara lain: faktor keluarga, faktor sekolah, faktor masyarakat.

  Melengkapi uraian diatas, Megawangi (2008) pencetus pendidikan karakter di Indonesia telah menyusun 9 pilar karakter mulia yang selayaknya dijadikan acuan dalam pendidikan karakter, baik disekolah maupun di luar sekolah, yaitu sebagai berikut.

  1) Cinta Allah dan kebenaran 2) Tanggung jawab, disiplin, dan mandiri 3) Amanah 4) Hormat dan santun 5) Kasih sayang, peduli, dan kerja sama 6) Percaya diri, kreatif, dan pantang menyerah 7) Baik dan rendah hati 8) Toleran dan cinta damai

  Dapat disimpulkan dari ke 8 aspek karakter diatas terdapat dalam Organisasi Kepramukaan hal tersebut yang akan menjadi acuan penelitian.

I. Hubungan Pendidikan Kepramukaan Dalam membentuk Karakter

  Salah satu pendidikan karakter yang universal (tidak membedakan suku/ras, dan usia) dan jangkauannya cukup luas di negeri ini, tinggallah pendidikan yang diselenggarakan oleh Pendidikan Kepramukaan. Karena kita melihat dari pembinaan kegiatan pemuda yang merupakan pemimpin bangsa kedepan ini, kita mencari-cari pola. Pendidikan Kepramukaan yang sudah mendarah daging dalam sejarah bangsa ini. Dan kita harus lebih melakukan pendekatan karakter bangsa melalui pendidikan kepramukaan (1993:34)

  Pendidikan Kepramukaan adalah pendidikan menciptakan karakter bangsa. Pendidikan Kepramukaan sudah sejalan karna adanya Dasa darma dan Trisatya. Semua itu sudah mengandung unsur-unsur bela negara dan cinta tanah air.Dengan makin banyak pemuda kita yang mengikuti kegiatan dan pendidikan yang dilakukan melalui pendidikan Kepramukaan, makin banyak pemuda kita yang seperti itu menjadi embrio dari masyarakat yang lain untuk bisa mengajak masyarakat lainnya. Sehingga nantinya, peran dari Kepramukaan di masyarakat ini menjadi lebih baik, akibatnya bermuara kepada seluruh pemuda-pemuda kita.

  Pendidikan kepramukaan dilakukan diluar jam pembalajaran yaitu melalui kegiatan ekstrakurikuler.Memberikan karakter tidak bisa dilakukan dalam sekejap dengan memberikan nasihat, perintah, atau instruksi, namun lebih dari hal tersebut. Pembentukan karakter memerlukan teladan/role, model, kesabaran, pembiasaan, dan pengulangan. dengan demikian proses pendidikan karakter merupakan proses pendidikan yang dialami oleh siswa dalam pembentukan kepribadian melalui mengalami sendiri nilai

  • – nilai kehidupan, agama dan moral.

  J. Peran Pendidikan Kepramukaan Terhadap Mata Pelajaran PKn