BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendidikan - FAJAR INDRA SAPUTRA BAB II
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendidikan Menurut Marimba (Wibowo, 2012:17) mengatakan bahwa
pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan yang dilakukan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara (Wibowo, 2012: 18) pendidikan yaitu tuntutan didalam hidup tumbuhnya anak- anak, adapun maksudnya pendidikan yaitu menuntun kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Sejalan dengan pernyataan mengenai pendidikan John Dewey (Sagala, 2010: 3) mengatakan bahwa pendidikan merupakan proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut daya pikir atau daya intelektual, maupun daya emosional atau perasaan yang diarahkan kepada tabiat manusia dan kepada sesamanya. Jadi pendidikan dapat dimaknai sebagai proses mengubah tingkah laku anak didik agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan
10 sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan alam sekitar dimana individu itu berada.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau usaha sadar yang dilakukan seorang pendidik untuk membentuk mental, tingkah laku anak atau generasi baru penerus bangsa agar dapat menjadi manusia yang lebih baik dan mendewasakannya dalam menghadapi setiap permasalahan yang ada,meliputi cara dia berfikir, bertindak, maupun menggunakan daya emosionalnya atau perasaannya yang diarahkan kepada tabiat manusia dan kepada sesama manusia. Agar terjadi keselarasan hidup dan mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.
2. Pendidikan Karakter
Fitri (2012 : 20-21) pengertian pendidikan karakter secara etimologi karakter berasal dari bahasa latin character yang berarti watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti, kepribadian dan akhlak. Jadi secara terminologi (istilah), karakter diartikan sebagai sifat manusia pada umumnya yang bergantung pada faktor kehidupannya sendiri. Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok orang. Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan, yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.
Aunillah (2011:18) pendidikan karakter adalah sebuah sistem yang menanamkan nilai-nilai karakter pada peserta didik, yang mengandung komponen pengetahuan, kesadaran individu, tekad, serta, adanya kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan,, maupun bangsa, sehingga akan terwujud manusia yang mulia. Sedangkan menurut Wibowo (2012:36) pendidikan karakter adalah pendidikan yang menanamkan dan mengembangkan karakter- karakter luhur kepada anak didik, sehingga mereka memiliki karakter luhur itu, menerapkan dan mempraktikkan dalam kehidupannya baik keluarga, sebagai anggota masyarakat dan sebagai warga negara.
Dalam ruang lingkup pendidikan formal yakni sekolah pendidikan karakter dapat di maknai sebagai “ The deliberate use of all
dimensions of school life to fosfer optimal character development”.Hal
ini berarti pendidikan karakter merupakan suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah, yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran, atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut.
Suyanto (Wibowo, 2012:33) menuturkan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti yang melibatkan tiga aspek yaitu aspek pengetahuan (cognitif), perasaan (feeling), dan tindakan
(action). Tanpa ketiga aspek ini maka pendidikan karakter tidak akan berjalan secara efektif, dengan demikian pendidikan karakter yang diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan, maka seorang anak akan menjadi cerdas emosinya. Karena kecerdasan emosi ini bekal penting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depannya, karena seseorang akan lebih mudah dan berhasil menghadapi segala macam tantangan kehidupan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis.
Menurut Kemendiknas (Fitri, 2012:24), tujuan pendidikan karakter antara lain : a) Mengembangkan potensi kalbu/afektif peserta didik sebagai manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa.
b) Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius.
c) Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa.
d) Mengembangkan kemampuan peserta didik untuk menjadi manusia yang mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan.
e) Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat ditarik kesimpulan pengertian dari pendidikan karakter adalah nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan, yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Dan sebuah sistem yang menanamkan nilai-nilai karakter pada peserta didik, yang mengandung komponen pengetahuan, kesadaran individu, tekad, serta, adanya kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, maupun bangsa, sehingga akan terwujud manusia yang mulia.
Selain itu pendidikan karakter mempunyai makna lain yaitu pendidikan yang menanamkan dan mengembangkan karakter-karakter luhur kepada anak didik, sehingga mereka memiliki karakter luhur itu, menerapkan dan mempraktikkan dalam kehidupannya baik keluarga, sebagai anggota masyarakat dan sebagai warga negara.
3. Pengertian Belajar
Menurut Slameto (2010:2), Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar.
Hamalik (2008:27), menyatakan belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan.
Belajar adalah usaha mengubah tingkah laku, yang akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar.
Perubahan tidak hanya berkaitan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, ketrampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri. Menurut Sardiman (2007 : 24) terdapat prinsip-prinsip yang berkaitan dengan belajar diantaranya: a. Belajar pada hakikatnya menyangkut potensi manusiawi dan kelakuannya, b. Belajar memerlukan proses dan pemahaman serta kematangan diri para siswa, c. Belajar akan lebih efektif, bila didorong dengan motivasi dari dalam, d. Kemampuan belajar seorang siswa harus diperhitungkan dalam rangka menentukan isi pelajaran, e. Belajar dapat melalui tiga cara yaitu diajar secara langsung, belajar dengan pengenalan atau peniruan dan belajar dengan kontrol, kontak, penghayatan, pengalaman langsung seperti anak belajar bicara, sopan santun, dan lain halnya.
f. Belajar melalui praktik langsung akan lebih efektif mampu membina sikap, ketrampilan, cara berfikir kritis bila dibandingkan dengan belajar hafalan saja.
Untuk mencapai prestasi belajar terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Pendapat Slameto (2010:54-72) faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan prestasi belajar siswa di sekolah, secara garis besar dapat dibagi kepada dua bagian, yaitu:
Pertama, Faktor Intern (faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani atau rohani siswa. Faktor intern dibagi menjadi tiga bagian yaitu faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan.
1. Faktor jasmaniah
a. Faktor kesehatan, yaitu dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit. Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu.
Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin.
b. Cacat tubuh, merupakan sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai badan atau tubuh. Cacat itu bisa berupa buta, tuli, patah kaki, patah tangan, lumpuh dan lainnya. Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat, belajarnya juga terganggu.
2. Faktor psikologis Yang termasuk dalam faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi prestasi belajar adalah antara lain: a. Intelegensi, faktor ini berkaitan dengan Intellegency Question.
Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajari dengan baik.
b. Perhatian, perhatian yang terarah dengan baik akan menghsailkan pemahaman dan kemampuan yang mantap.
c. Minat, kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.
d. Bakat, kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. e. Motif, merupakan keadaan untuk mencapai tujuan perlu berbuat sebagai daya penggerak atau pendorong.
f. Kematangan, merupakan suati tingkat/fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru.
g. Kesiapan, merupakan kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi. Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan.
3. Faktor kelelahan Kelelahan pada seseorang ada dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.
Kedua Faktor ekstern (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan sekitar siswa. Faktor ekstren dikelompokkan menjadi tiga yaitu:
a. Faktor keluarga Siswa akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah tangga, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan.
b. Faktor sekolah Dalam faktor sekolah, yang mempengaruhi belajar mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.
c. Faktor masyarakat Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Faktor ekstern meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat.
Dengan demikian dapat dikatakan lingkungan membentuk kepribadian anak, karena dalam pergaulan sehari-hari seorang anak akan selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungannya. Untuk itu perlu mengusahakan lingkungan yang baik agar dapat memberi pengaruh yang positif terhadap anak/siswa sehingga dapat belajar dengan sebaik-baiknya.
Secara umum tujuan belajar ada tiga jenis yaitu : 1) untuk mendapatkan pengalaman, 2) penanaman konsep dan ketrampilan, 3) pembentukan sikap.
Menurut Warrent, Robert H (1989:212) menyatakan bahwa:
learning is a positive and ego reinforcing experience, whether it
is learning a physical skill, increasing one's knowledge, or a
combination of both.Menurut pemaparan di atas dapat diartikan bahwa belajar dapat menguatkan pengalaman dari ego seseorang yang dipadukan dengan pengetahuan yang positif, sehingga dapat menghasilkan keterampilan fisik jika bersungguh-sungguh dalam mempelajarinya, selain itu juga dapat meningkatkan pengetahuan seseorang atau salah satu dari keduanya..
Berdasarkan penjelasan mengenai pengertian belajar yang sudah diuraikan menurut para ahli di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, meniru, mendengarkan untuk membawa perubahan pada diri setiap individu-individu yang berupa penambahan ilmu pengetahuan, kecakapan, sikap, harga diri, minat, watak dan penyesuain diri.
4. Kreativitas
Pada hakikatnya perkataan kreatif adalah penemuan sesuatu yang baru, dan bukan akumulasi dari keterampilan atau pengetahuan yang diperoleh dari buku pelajaran. Kreatif diartikan juga sebagai pola berpikir atau ide yang timbul secara spontan dan imajinatif, yang mencerminkan hasil-hasil ilmiah, penemuan ilmiah, dan penciptaan-penciptaan secara mekanik.
Menurut Winkel (Purwanto, 2003:513) kreativitas berpikir atau berpikir kreatif, kreativitas merupakan tindakan berpikir yang menghasilkan gagasan kreatif atau cara berpikir yang baru, asli, independen, dan imajinatif. Kreativitas dipandang sebuah proses mental. Daya kreativitas menunjuk pada kemampuan berpikir yang lebih orisinal dibanding dengan kebanyakan orang lain. Kreativitas adalah cara berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki menurut ( Wibowo, 2012:101). Seiring dengan pernyataan tersebut menurut Aunillah (2011:87-88) kreativitas adalah segala upaya yang dilakukan seseorang dalam menggali potensinya untuk menggagas ide - ide baru berdasarkan pengalaman hidupnya, belajar melebihi fakta, mempelajari cara berfikir yang benar, belajar mengkonstruksi fakta baru, sehingga menghasilkan motivasi diri untuk menggapai apa yang dicitakan.
Sejalan dengan itu Munandar (2009:12) menyatakan kreativitas adalah hasil interaksi individu dengan lingkungannya seseorang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia berada, dengan demikian baik perubah di dalam individu maupun di dalam lingkungannya dapat menunjang atau dapat menghambat perilaku kreatif. Sedangkan menurut Mustari (2009:88) kreatif berarti menciptakan ide-ide dan karya baru yang bermanfaat. Pemikiran yang kreatif adalah pemikiran yang dapat menemukan hal-hal atau cara-cara baru yang berbeda dari yang biasa dan pemikiran yang mampu mengemukakan ide atau gagasan yang memiliki nilai tambah (manfaat).
Berdasarkan laporan UK National Advisory Committees [DfEE, 1999], kreativitas didefinisikan sebagai:
“First, they [the characteristics of creativity] always involve thinking or behaving imaginatively. Second, overall this imaginative activity is purposeful: that is, it is directed to achieving anobjective. Third, these processes must generate something original. Fourth, the outcome must be of value in relation to the objective.”
Komite Penasihat Nasional Negara Inggris mendefinisikan kreativitas merupakan suatu tindakan yang melibatkan pemikiran yang imajinatif, penuh arti yang diarahkan satu tujuan dan proses- prosesnya harus menghasilkan sesuatu yang asli serta bernilai dalam hubungannya dengan tujuan. Berdasarkan definisi tersebut dapat diambil empat karakteristik kreativitas yaitu imajinatif, bermakna, asli dan bernilai.
1) Ciri-ciri kepribadian kreatif Menurut pakar psikolog dalam Munandar (2009:37) ciri-ciri pribadi yang kreatif adalah sebagai berikut : a) Imajinatif
b) Mempunyai prakarsa
c) Mempunyai minat luas
d) Mandiri dalam berpikir
e) Melit
f) Senang berpetualang
g) Percaya diri
h) Penuh energi i) Bersedia mengambil resiko j) Berani dalam penderian dan keyakinan
Biasanya anak yang kreatif selalu ingin tahu, memiliki minat yang luas, dan menyukai banyak kegemaran dan aktivitas yang kreatif. Anak dan remaja kreatif biasanya cukup mandiri dan memiliki rasa percaya diri, mereka lebih berani mengambil resiko dari pada anak-anak lainya. Savage,(1996: 244-245), menyatakan bahwa:
Creative thinking help us adapt to change. Experts believe that the pace of change is accelerating. Hence, helping pupils develop creative thingking strategi that will allow them to accommodate to conditioons we cannot imagine today will be useful to them throughout their lives.
Dari pernyataan Savage di atas bahwa berpikir kreatif dapat membantu kita untuk menyesuaikan diri dengan perubahan, oleh karena itu berpikir kreatif pada diri siswaakan membantu siswa dalam mengembangkan kreativitasnya, yang dapat membuat anak dapat mengembangkan kemampuanya dan menyesuaikan dengan perubahan yang ada dan nantinya dapat berguna bagi kehidupan mereka. Jadi dapat disimpulkan bahwa kreativitas ini akan membawa siswa untuk dapat berkembang sesuai kemampuan yang dimilikinya. 2) Pengembangan kreativitas
Menurut Munandar (2009:45) dalam pengembangan kreativitas siswa, perlu meninjau empat aspek dari kreativitas yaitu pribadi, pendorong, press, proses atau, dan produk.
a) Pribadi Kreativitas adalah ungkapan (ekspresi) dari keunikan individu dalam interaksi dengan lingkunganya. Ungkapan kreatif adalah yang mencerminkan orisinalitas dari individu tersebut. Dari ungkapan pribadi yang dapat diharapkan timbulnya ide-ide baru dan produk-produk yang produktif. b) Pendorong (press) Bakat kreativitas siswa akan terwujud jika ada dorongan dan dukungan dari lingkungannya, ataupun jika ada dorongan kuat dalam dirinya sendiri (motivasi internal) untuk menghasilkan sesuatu.
c) Proses Untuk mengembangkan kreativitas, anak perlu diberi kesempatan untuk bersibuk diri secara kreatif. Pendidik hendaknya dapat merangsang anak untuk melibatkan dirinya dalam kegiatan kreatif, dengan membantu mengusahakan sarana prasarana yang diperlukan. Dalam hal ini yang penting adalah memberi kebebasan kepada anak untuk mengekspresikan dirinya secara kreatif.
d) Produk Kondisi yang memungkinkan seseorang menciptakan produk kreatif yang bermakna ialah kondisi pribadi dan kondisi lingkungan, yaitu bagaimana keduanya mendorong (press) seseorang untuk melibatkan dirinya dalam proses (kesibukan, kegiatan) kreatif. Pendidik harus menghargai produk kreativitas anak dan mengkomunikasikannya kepada yang lain, misalnya dengan mempertunjukan atau memamerkan hasilkarya anak. Ini akan lebih menggugah minat anak untuk berkreasi. Biasanya anak yang kreatif selalu ingin tahu, memiliki minat yang luas, dan menyukai banyak kegemaran dan aktivitas yang kreatif. Anak dan remaja kreatif biasanya cukup mandiri dan memiliki rasa percaya diri, mereka lebih berani mengambil resiko dari pada anak-anak lainya. 3) Cara meningkatkan kreativitas
Menurut Aunillah ( 2011:88-91) ada beberapa hal penting yang dilakukan oleh guru agar peserta didik memiliki karakter kreatif diantaranya adalah sebagai berikut :
a) Belajar melebih fakta Belajar melebhi fakta ialah keterampilan mengasah kemampuan peserta didik dalam mengembangkan wawasan terhadap hal-hal yang tidak terdapat pada buku pelajaran, namun secara keilmuan masih berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari.
b) Mempelajari cara berfikir yang benar Membentuk karakter kreatif pada diri peserta didik tidak terlepas dari kemampuan guru dalam mengajari tentang cara berfikir yang benar. Belajar tentang cara berfikir yang benar merupakan prinsip paling penting yang harus dimiliki oleh setiap guru supaya memiliki peserta didik yang berkarakter kreatif.
c) Belajar mengkonstruksi fakta baru
Guru harus memotivasi peserta didik agar belajar menemukan dan mengkonstruksi fakta baru yang ia temukan.
Supaya dapat membentuk karakter kreatif pada diri peserta didik, guru juga mesti melatihnya untuk belajar menemukan masalah. 4) Hambatan dalam kreativitas
Menurut Ambalie (Munandar, 2009: 223-225) ada dua hambatan dalam kreativitas : a) Evaluasi
Guru tidak memberikan evaluasi pada saat anak sedang asik berkreasi, maksudnya guru tidak boleh mengevaluasi pekerjaan siswa disaat sedang asik mengerjakan karena dapat menghambat gagasan/ ide yang akan muncul pada diri siswa.
b) Pemberian hadiah Pemberian hadiah dapat mengurangi kreativitas karena, siswa hanya terpaku untuk mendapatkan hadiah bukan menunjukkan kreatif dari diri siswa.
Berdasarkan pernyataan di atas penelitidapat menyimpulkan pengertian kreativitas merupakan tindakan berpikir yang menghasilkan gagasan baru atau hal-hal baru yang bersifat original, bertindak kreatif berarti mandiri dalam menyelesaikan tugasnya dan mempunyai rasa percaya diri yang tinggi, selalu ingin tahu dan berani mengambil resiko.
Tabel 2.1 Indikator Keberhasilan Sekolah dan KelasKreativitas.Nilai Indikator Sekolah Indikator Kelas Menciptakan situasi Menciptakan situasi belajar Kreativitas yang menumbuhkan yang bisa menumbuhkan daya daya berpikir dan pikir dan bertindak kreatif
Pemberian bertindak kreatif. tugas yang menantang munculnya karya- karya baru baik yang otentik maupun modifikasi.
Memfasilitasi warga sekolah untuk bereksplorasi dalam pendidikan, ilmu pengetahuan, Menyediakan media Menciptkan suasana kelas komunikasi atau yang mengundang rasa ingin informasi (media tahu. cetak atau media elektronik) untuk berekspresi bagi warga sekolah.
Memfasilitasi warga Eksplorasi lingkungan secara sekolah untuk terprogram bereksplorasi dalam pendidikan, ilmu pengetahuan,
5. Tanggung jawab
Sikap tanggung jawab merupakan pelajaran yang tidak hanya perlu diperkenalkan dan diajarkan, namun juga perlu ditanamkan kepada peserta didik, baik pada masa pra sekolah maupun sekolah. Seseorang yang terlatih atau dalam dirinya sudah tertanam nilai-nilai tanggung jawab, tentu ia akan menjadi pribadi yang bersungguh- sungguh dalam menjalankan berbagai aktivitasnya. Kesungguhan dan tanggung jawab inilah yang akhirnya dapat mengantarkan seseorang dalam mecapai keberhasilan seperti apa yang diinginkan. Menurut Mustari, (2011 : 84-86) menjelaskan bahwa ada beberapa hal yang harus diperhatikan seorang guru dalam mengarahkan peserta didiknya agar menjadi pribadi yang bertanggung jawab yang tinggi diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Memulai Dari Tugas-Tugas Sederhana 2) Menebus kesalahan saat berbuat salah 3) Segala sesuatu mempunyai konsekuensi 4) Sering berdiskusi tentang pentingnya tanggung jawab
Sejalan dengan pernyataan di atas tangggung jawab menurut Wibowo (2012 : 44) tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya yang seharusnya dilakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam,sosial, dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
Menurut Kemendiknas (Wibowo, 2012:98) ada dua jenis indikator yang dikembangkan dalam pendidikan karakter disekolah yaitu indikator untuk sekolah dan kelas yang kedua indikator untuk mata pelajaran.
Indikator sekolah dan kelas adalah penanda yang digunakan oleh kepala sekolah, guru, dan personalia sekolah dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi, sekolah sebagai lembaga pelaksana pendidikan karakter. Indikator ini juga berkenaan dengan kegiatan sekolah yang diprogramkan maupun kegiatan sehari- hari atau rutinitas sekolah. Indikator mata pelajaran menggambarkan perilaku afektif seorang peserta didik berkenaan dengan mata pelajaran tertentu. Indikator ini dirumuskan dalam bentuk perilaku peserta didik di kelas dan sekolah, yang diamati melalui pengamatan guru ketika seorang peserta didik melakukan suatu tindakan di sekolah, tanya jawab dengan peserta didik, jawaban yang diberikan peserta didik terhadap tugas atau pertanyaan guru, dan tulisan peserta didik dalam laporan atau pekerjaan rumah (PR). kaitannya dengan rasa tanggung jawab indikatornya adalah sebagai berikut:
Tabel 2.2 Indikator Keberhasilan Sekolah dan Kelas Tanggung Jawab.Nilai Indikator sekolah Indikator kelas Membuat laporan setiap Berperan serta aktif dalam Tanggung kegiatan yang dilakukan kegiatan sekolah. jawab dalam bentuk lisan Mengajukan usul maupun tertulis. pemecahan masalah
Melakukan tugas tugas Membiasakan hadir tepat tanpa disuruh. waktu. Menunujukkan prakarsa untuk mengatasi masalah dalam lingkup terdekat.
Mengindarkan kecurangan dalam pelaksanaan tugas.
6. Model Pembelajaran a. Pengertian Model Pembelajaran
Istilah model berarti dapat diartikan sebagai bentuk representasi akurat sebagai proses actual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Menurut Suprijono (2010:46) model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial, dan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai hasil belajar. Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide. Selain itu juga model pembelajaran sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.
b. Pengertian Model Pembelajaran Role Playing
Role playing dapat dikatakan pula sebagai model pembelajaran
sosiodrama yang berarti cara menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukkan dan mempertontonkan atau mendramatisasikan cara tingkah laku dalam hubungan sosial. Dengan kata lain role playing atau sosiodrama adalah model mengajar yang mendramatisasikan suatu situasi sosial yang mengandung suatu permasalahan, agar peserta didik dapat memecahkan suatu masalah yang muncul dari suatu situasi sosial (Sagala, 2009: 213)
Savage, (1996:212) menyatakan bahwa:
role playing is adabtable for use with learners at all elementary grade levels. It begins with a problem. We often find it useful to introduce pupils to the technique by presenting them with a situation they or members of their family might have faced.
Berdasarkan pendapat savage di atas dapat disimpulkan bahwa
role playing berguna untuk digunakan pada semua pembelajaran
dalam jenjang pendidikan. Berawal dari masalah. Kita sering menemukannya, ini berguna untuk memperkenalkan murid ke ilmu pengetahuan tentang teknik dan menyajikan pada mereka dengan satu keadaan mereka atau bagian dari anggota keluarga mereka yang telah mereka hadapi.
Menurut Hamalik (2008: 199) tujuan bermain peran, sesuai dengan belajar adalah: 1) Belajar dengan berbuat, Para siswa melakukan peranan tertentu sesuai dengan kenyataan sesungguhnya. Tujuannya untuk mengembangkan ketrampilan-ketrampilan interaktif atau ketrampilan reaktif.
2) Belajar melalui peniruan (imitasi) para siswa pengamat drama menyamakan diri dengan pelaku (aktor) dan tingkah laku mereka.
3) Belajar melalui balikan Para pengamat mengomentari (menanggapi) perilaku para pemain atau pemegang peran yang telah ditampilkan. Tujuannya untuk mengembangkan prosedur- prosedur kognitif dan prinsip-prinsip yang mendasari perilaku ketrampilan yang telah didramatisasikan.
4) Belajar melalui pengkajian, penilaian, dan pengulangan. Para peserta dapat memperbaiki ketrampilan-ketrampilan mereka dengan mengulanginya dalam penampilan berikutnya.
Di dalam melakukan proses pembelajaran melalui metode pembelajaran role playing ada beberapa prinsip-prinsip yang harus dilakukan antara lain:
1) Dilakukan oleh kelompok siswa, tiap kelompok mendapat kesempatan melaksanakan simulasi yang sama atau dapat juga berbeda. 2) Semua siswa harus terlibat langsung menurut peranan masing- masing.
3) Penentuan topik disesuaikan dengan tingkat kemampuan kelas , dibicarakan oleh siswa dan guru.
4) Petunjuk simulasi diberikan terlebih dahulu. 5) Dalam simulasi sebaiknya dapat dicapai tiga domain psikis. 6) Dalam simulasi hendaknya digambarkan situasi yang lengkap . 7) Hendaknya diusahakan terintegrasikannya beberapa ilmu.
Menurut (Hamzah, 2009:26) langkah-langkah bermain peran meliputi 9 tahapan, yaitu: 1) Pemanasan
Guru berupaya memperkenalkan siswa pada permasalahan yang mereka sadari sebagai suatu hal yang bagi semua orang perlu mempelajari dan menguasainya. Bagian berikutnya dari proses pemanasan adalah menggambarkan permasalahan dengan jelas disertai contoh. Hal ini bisa muncul dari imajinasi siswa atau sengaja disiapkan oleh guru. Contoh, guru menyediakan suatu cerita untuk dibaca di depan kelas. Pembacaan cerita berhenti jika dilema dalam cerita menjadi jelas.Kemudian dilanjutkan dengan pengajuan pertanyaan oleh guru yang membuat siswa berpikir tentang hal tersebut dan memprediksi akhir dari cerita.
2) Memilih Peran (partisipan) Siswa dan guru membahas karakter dari setiap pemain dan menentukan siapa yang akan memainkannya dalam pemilihan pemain ini, guru dapat memilih siswa yang sesuai untuk memainkan atau siswa sendiri yang mengusulkan akan memainkan siapa dan mendeskripsikan peran-perannya. Contoh, seorang anak memilih peran sebagai ayah.Dia ingin memerankan seorang ayah yang galak dengan kumis tebal. Guru menunjuk salah seorang siswa untuk memerankan anak seperti ilustrasi di atas.
3) Menata Panggung Guru mendiskusikan dengan siswa dimana dan bagaimana peran itu akan dimainkan Apa saja kebutuhan yang diperlukan.
Penataan panggung ini dapat sederhana atau kompleks.Yang paling sederhana adalah hanya membahas skenario (tanpa dialog lengkap) yang menggambarkan urutan permainan peran.
4) Guru Menunjuk Beberapa Siswa Sebagai Pengamat Penting untuk dicatat bahwa pengamat disini harus juga terlibat aktif dalam permainan peran.Untuk itu, walaupun mereka ditugaskan sebagai pengamat, guru sebaiknya memberikan tugas peran terhadap mereka agar dapat terlibat aktif dalam permainan peran tersebut.
5) Permainan Peran Dimulai Permainan peran dilaksanakan secara spontan, Pada awalnya akan banyak siswa yang masih bingung memainkan perannya atau bahkan tidak sesuai dengan peran yang seharusnya ia lakukan. Bahkan, mungkin ada yang memainkan peran yang bukan perannya. Jika permainan peran sudah terlalu jauh keluar jalur, guru dapat menghentikannya untuk segera masuk ke langkah berikutnya. 6) Guru bersama siswa mendiskusikan permainan.
Guru bersama siswa mendiskusikan permainan tadi dan melakukan evaluasi terhadap peran-peran yang dilakukan.
Usulan perbaikan akan muncul. Mungkin ada siswa minta yang berganti peran. Atau bahkan alur ceritanya akan sedikit berubah. Apa pun hasil diskusi dan evaluasi tidak jadi masalah. 7) Permainan Peran Ulang Pada permainan peran kedua ini akan berjalan lebih baik.
Siswa dapat memainkan perannya lebih sesuai dengan skenario.
8) Pembahasan diskusi dan evaluasi.
Pembahasan diskusi dan evaluasi lebih diarahkan pada realitas, Karena saat permainan peran dilakukan, banyak peran yang melampaui batas kenyataan. Misal, seorang siswa memainkan peran sebagai pembeli. Ia membeli barang dengan harga yang tidak realistis,hal ini dapat menjadi bahan diskusi. Contoh lain, seorang siswa memerankan peran orang tua yang galak, Kegalakan yang dilakukan orang tua ini dapat dijadikan bahan diskusi. 9) Siswa diajak untuk berbagi pengalaman.
Siswa diajak untuk berbagi pengalaman tentang tema permainan peran yang telah dilakukan dan dilanjutkan dengan membuat kesimpulan. Misal, siswa akan berbagi pengalaman tentang bagaimana ia dimarahi habis-habisan oleh ayahnya.
Kemudian guru membahas bagaimana sebaiknya siswa menghadapi situasi tersebut. Seandainya jadi diri siswa tersebut, sikap seperti apa yang sebaiknya dilakukan. Dengan caraseperti ini, siswa akan belajar tentang kehidupan.
c. Keunggulan dan Kelemahan metode Role playing
Sejalan dengan langkah-langkah role playing di atas Mansyur (Sagala,2010:213),menyatakan bahwa metode Role
Playing memiliki banyak keunggulan dan kelemahan dintarannya
sebagai berikut : 1) Keunggulan
a) Murid melatih dirinya untuk melatih, memahami dan mengingat bahan yang akan didramakan. Sebagian pemain harus memahami, menghayati isi cerita secara keseluruhan, terutama untuk materi yang harus diperankannya. Dengan demikian daya ingatan murid harus tajam dan tahan lama.
b) Murid akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif. Pada waktu bermain drama para pemain dituntut untuk mengemukakan pendapatnya sesuai dengan waktu yang tersedia.
c) Bakat yang terpendam pada murid dapat dipupuk sehingga dimungkinkan akan muncul atau timbul bibit seni dari sekolah. Jika seni drama mereka dibina dengan baik kemungkinan besar mereka akan jadi pemain yang baik kelak.
d) Kerja sama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaik-baiknya e) Murid memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab dengansesamanya dan, f) Bahasa lisan murid dapat dibina menjadi bahasa yang baik agar mudah dipahami orang lain
2) Kelemahan
a) Sebagian besar anak yang tidak ikut bermain drama mereka menjadi kurang aktif. b) Banyak memakan waktu, baik waktu persiapan dalam rangka pemahaman isi bahan pelajaran maupun pada pelaksanaan pertunjukkan
c) Memerlukan tempat yang cukup luas, jika tempat bermain sempit menyebabkan gerak para pemain kurang bebas.
d) Kelas lain sering terganggu oleh suara pemain dan penonton yang kadang-kadang bertepuk tangan dan sebagainya.
Role playing activities can help accomplish several purproses.They can help pupils develop an understanding of different perspective by assuming diferetnt roles.in addition, they help pupils learn to discuss and share with
others in a group setting .(savage, 1996:212)
Berdasarkan pemaparan dari savage (1996:212) di atas bahwa pembelajaran melalui role playing dapat membantu seseorang atau orang-orang dalam mengembangkan pandangan yang berbeda dengan asumsi yang berbeda dalam setiap peranannya. Role playing juga membantu orang-orang belajar untuk berdiskusi dan berbagi dengan orang lain didalam pengaturan kelompok.
7. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) a. Pengertian IPS
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di tingkat SD/MI/SDLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, dan ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga masyarakat yang menghargai nilai-nilai sosial, bertanggung jawab, mencintai lingkungan alam dan menjadi warga dunia yang cinta damai.
Di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif dan terpadu dalam proses pembelajaran memenuhi kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut, diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.
Realisasi pembelajaran IPS di sekolah dasar, berdasarkan pengertian dan bidang kajian IPS, tidak terlepas dari kajian konteks lingkungan anak dan sekolah atau pengertian latar sosial budaya serta latar pengalaman siswa dan lingkungannya, dengan perkataan lain di sekolah sebagai agen perubahan sosial budaya siswa. Untuk tingkat pendidikan dasar, tujuan pendidikan tidak dapat dilepaskan dari kepentingan siswa. Meskipun pengembangan pada disiplin ilmu-ilmu sosial, tetapi kepentingan siswa sebagai pribadi yang sedang tumbuh dan berkembang menjadi titik perhatian yang tidak terlupakan.
Menurut Trianto (2010:173) Ilmu Pengetahuan Sosial juga membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya.
Lingkungan masyarakat dimana anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat, dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan sekitarnya. Dan menurut peneliti Ilmu Pengetahuan Sosial adalah mata pelajaran yang mengkaji ilmu-ilmu sosial yang mengajarkan siswa untuk dapat hidup dan mampu berinteraksi di masyarakat dengan baik, peduli terhadap lingkungannya, menjunjung tinggi nilai-nilai sosial atau nilai-nilai moral yang ada, mau bertanggung jawab atas dirinya dan lingkungan disekitarnya, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan pengetahuannya kognitifnya, ketrampilan saraf motoriknya, dan nilai yang memungkinkan mereka menjadi warga Negara yang berpartisipasi aktif dalam masyarakat.
John jarolimek (1986: 19) menyatatakan:
the techniques and strategi used in teaching social studies, there fore, have to be considered in terms of the goals of the program, the objectives to be achieved, and the maturity of the learners. If we want children to gain information, this can be achieved through reading, viewing, discusing, and other procedures that involve the transmission of information.
Berdasarkan isi pernyataan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa ilmu pengetahuan sosial merupakan teknik dan strategi mempergunakan ilmu kemasyarakatan pengajaran, harus mempertimbangkan program rencana yang akan di capai, obyektif dan kedewasaan dari pelajar. Kalau kita menginginkan anak-anak untuk memperoleh keterangan, ini dapat dicapai melalui bacaan, pemandangan, diskusi, dan prosedur lain yang melibatkan transmisi dari keterangan.
b. Tujuan Pendidikan IPS
Menurut Solihatin dan Raharjo (2008:15) pada dasarnya tujuan pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan lingkungannya, serta berbagai bekal siswa untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Ilmu Pengetahuan Sosial juga membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Lingkungan masyarakat merupakan tempat anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat, dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan masyarakat. Pendidikan IPS berusaha membantu dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi sehingga akan menjadikannya semakin mengerti dan memahami lingkungan sosial masyarakatnya. Berdasarkan pengertian dan tujuan dari pendidikan IPS, tampaknya dibutuhkan suatu pola pembelajaran yang mampu menjembatani tercapainya tujuan tersebut.
Mengenai tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial, para ahli sering mengaitkan dengan berbagai sudut kepentingan dan penekanan dari program pendidikan tersebut, Gross (Trianto, 2010:173) menyebutkan bahwa tujuan pendidikan IPS adalah untuk mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik dalam kehidupannya di masyarakat. Ada 10 konsep Ilmu Pengetahuan Sosial(IPS), yaitu: 1) interaksi, 2) saling ketergantungan, 3) kesinambungan dan perubahan, 4) keragaman/kesamaan/perbedaan, 5) konflik dan konsesus, 6) pola, 7) tempat, 8) kekuasaan, 9) nilai kepercayaan, 10) keadilan dan pemerataan.
c. Materi Penelitian
Standar Kompetensi :1.Menghargai berbagai peninggalan dan tokoh sejarah yang bersekala nasional pada masa Hindu, Budha dan Islam, keragaman, kenampakan alam dan suku bangsa serta kegiatan ekonomi di Indonesia. Kompetensi Dasar : 1.5.Mengenal jenis-jenis usaha dan kegiatan ekonomi di Indonesia Indikator : - menyebutkan jenis usaha perekonomian dalam masyarakat.
- Memberikan contoh usaha yang dikelola sendiri dan kelompok.
- Memberikan contoh cara menghargai kegiatan setiap orang dalam berusaha.
- Memberikan contoh kegiatan produksi distribusi dan konsumsi di Indonesia.
B. Penelitian Yang relevan
Sesuai dengan hasil penelitian yang relevan menyatakan bahwa metode pembelajaran role playing dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa di Sekolah Dasar.Penelitian tersebut jelas diuraikan oleh Fredita Lugistiro (2008) dengan judul
“Peningkatan motivasi dan prestasi belajar IPS pada materi peristiwa sekitar proklamasi melalui metode role playing di kelas V SD N 1Kracak
”.Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Unversitas Muhammadiyah Purwokerto.
Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa dengan penggunaan metode role playing dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar IPS materi peristiwa sekitar proklamasi. Hal itu terbukti dengan perolehan skor rata-rata motivasi belajar pada siklus I sebesar 40,71 dengan kriteria sedang meningkat menjadi 52,03 pada siklus II dengan kriteria tinggi. Sedangkan nilai rata-rata kelas pada siklus I sebesar 71,43%kemudian pada siklus II meningkat menjadi 89,28%. Berdasarkan hasil uraian di atas terbukti bahwa dengan menggunakan metode pembelajaran role playing dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa di sekolah dasar.
Berdasarkan penelitian yang relevan tersebut bahwa peneliti menggunakan metode pembelajaran role playing ini untuk meneliti peningkatan pada motivasi dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran
IPS materi peristiwa sekitar proklamasi di kelas V dapat berhasil dalam melakukan penelitian, sedangkan saat ini saya sebagai peneliti menggunakan metode pembelajaran role playing untuk meneliti dengan variabel yang berbeda yakni peneliti menggunakan metode pembelajaran
role playing ini untuk meningkatkan kreativitas dan sikap tanggung jawab
siswa dalam pembelajaran IPS pada meteri usaha ekonomi Indonesia di kelas V.
C. Kerangka Berpikir
Dalam proses belajar mengajar di sekolah dapat dilaksanakan dengan berbagai model pembelajaran. Salah satunya pelaksanaan proses pembelajaran menggunakan model Active Learning melalui metode pembelajaran Role Playing akan mempermudah siswa dalam memahami materi yang akan dipelajari. Karena dalam pembelajaran role playing ada kerjasama antara pemain sehingga dari kegiatan kerjasama tersebut akan tumbuh keaktifan dari masing-masing anggota. Metode pembelajaran role
playing juga dapat meningkatkan kreativitassiswa yang nantinya akan
berdampak pada peningkatan prestasi belajar karena prosesnya dilaksanakan dengan menarik dan menyenangkan. Melalui metode pembelajaran role
Playing partisipasi siswa secara langsung dilibatkan dalam proses
pembelajaran dan kerjasama serta kebersamaan saat memecahkan suatu masalah yang diberikan guru dalam kelompok diharapkan dapat meningkatkan sikap tanggung jawab siswa. Dengan model pembelajaran ini diharapkan dapat mengembangkan potensi-potensi siswa secara optimal, karena di dalam pelaksanaan role Playing memberikan kesempatan kepada siswa dapat memecahkan suatu masalah yang muncul dari suatu situasi sosial.Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat dibuat kerangka berpikir penelitian pada pembelajaran IPS melalui pembelajaran model role playing, ditunjukkan pada skema gambar di bawah ini :
Gambar 2.1 Kerangka BerpikirGuru belum Siswa :kreativitas menggunakan dan tanggung metode Role jawab siswa
Playing rendah Kondisi Awal
Siklus I : dalam Dalam pembelajaran pembelajaran menggunakan guru metode role menggunakan Playing
Tindakan metode Role Playing