Aspek Teknis Per Sektor
2
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
(RPIJM) KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017
Bab 5
Aspek Teknis Per Sektor
RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017
5- 1
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM)
Kota Pangkalpinang Tahun 2013-2017
5.1
PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman, permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian
yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana,
sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di
kawasan perkotaan atau perdesaan. Kegiatan pengembangan permukiman
terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan
perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari
pengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan kualitas
permukiman kumuh, sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan
terdiri dari pengembangan kawasan permukiman perdesaan, kawasan pusat
pertumbuhan, serta desa tertinggal. Secara umum perkembangan
permukiman yang berlangsung selama ini memperlihatkan semakin perlunya
pembangunan permukiman yang lebih berbasis wilayah bukan sektor. Sifat
dikotomis yang menimbulkan pertentangan antara yang baru dengan yang
lama, lokal dan pendatang, antara satu sektor kegiatan dengan sektor
kegiatan lainnya, modern dengan tradisional, kota dengan desa dan seterusnya,
harus dihilangkan sehingga laju ketimpangan yang menumbuhkan konflik
dapat diperlambat bahkan dihentikan. Perlunya pengalihan orientasi dari
membangun rumah ke membangun permukiman.
Ke depan upaya pengelolaan pembangunan permukiman harus
memungkinkan berkembangnya prakarsa membangun dari masyarakat
sendiri melalui mekanisme yang dipilihnya sendiri. Di pihak lain kemampuan
membangun permukiman secara komunitas harus direspon secara tepat oleh
pemerintah, sehingga kebutuhan akan identitas tetap terjaga dalam kerangka
pembangunan permukiman yang lebih menyeluruh. Kelangkaan prasarana
dasar dan ketidakmampuan memelihara serta memperbaiki permukiman
merupakan masalah utama dari perumahan dan permukiman yang ada.
Masalah tersebut justru menjadi lebih besar dengan adanya pembangunan
baru yang cenderung dibangun untuk kepentingan pembangunnya sendiri,
RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017
5- 2
dibandingkan sebagai bagian membangun permukiman secara menyeluruh
bagi kepentingan publik yang luas.
Dalam pelaksanaan Pembangunan perumahan (housing) dan permukiman
(human settlement) merupakan kegiatan yang bersifat multi sektoral. Rumah,
yang merupakan bagian dari suatu permukiman dan perumahan merupakan
salah satu kebutuhan primer/dasar bagi kehidupan manusia. Pemenuhan
kebutuhan akan rumah merupakan suatu ukuran bagi tercapainya
kesejahteraan. Rumah tersebut tidak hanya sekedar “ada” tetapi juga harus
memenuhi standar kelayakan. Penyediaan rumah adalah tanggung jawab
kita bersama. Baik oleh pemerintah, swasta maupun masyarakat sendiri.
Pemerintah dan swasta menyediakan rumah bagi masyarakat yang kemudian
berkembang menjadi perumahan, sedangkan masyarakat dengan
pertumbuhan alaminya memenuhi kebutuhan rumahnya yang kemudian
berkembang menjadi permukiman. Walaupun berbeda, namun keduanya
mempunyai tujuan yang sama, yaitu memenuhi kebutuhan rumah bagi
masyarakat. Pertumbuhan dan perkembangan perumahan dan permukiman
dapat menjadi pemicu dan pemacu perkembangan suatu wilayah secara
ekonomi, sosial dan kemasyarakatan.
Tentu saja tidak secara otomatis
begitu saja, tetapi perkembangan tersebut membutuhkan penyediaan
infrastruktur yang mendukungnya. Pembangunan perumahan dan permukiman
pada dasarnya dibangun atas dasar prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Pemenuhan kebutuhan akan rumah yang layak, yang merupakan beban
dan tanggung jawab masyarakat sendiri.
2. Pemerintah mendukung melalui penciptaan iklim yang memungkinkan
masyarakat mandiri dalam mencukupi kebutuhannya akan rumah yang
layak
dan melalui
penyediaan prasarana dan sarana dasar yang
memungkinkan
berlangsungnya
kegiatan
berkehidupan
dan
berpenghidupan di lingkungan perumahan dan permukiman.
Tujuan dari pengembangan permukiman ini adalah :
1. Memenuhi kebutuhan pengembangan permukiman (sarana dan prasarana
dasar permukiman)
2. Terwujudnya permukiman yang layak dalam lingkungan sehat, aman, serasi
dan teratur
3. Mengarahkan pertumbuhan wilayah
4. Menunjang kegiatan ekonomi melalui kegiatan pengembangan permukiman.
Adapun sasaran dari Pengembangan Permukiman adalah :
1. Terpenuhinya kebutuhan dasar permukiman
2. Tersedianya perumahan tipe RSH, RUSUNAWA
3. Terarahnya pertumbuhan wilayah
RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017
5- 3
4. Terdorongnya
permukiman.
kegiatan
ekonomi
melalui
kegiatan
pembangunan
Dalam pengembangan kawasan permukiman perkotaan beberapa hal yang
perlu diperhatikan adalah :
1. Penyediaan PSD bagi kawasan RSH
Target :
•
•
•
•
•
•
Perumahan yang diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan
rendah, khususnya PNS/TNI/Polri
Sesuai dengan RTRW dan Renstra Pemerintah Daerah
Dibangun sesuai PP 80 tahun 1999 tentang Kasiba dan Lisiba BS
Dukungan PSD dalam pembangunan RSH bagi PNS, TNI/Polri, pekerja
masyarakat berpenghasilan rendah
Diprioritaskan pada kawasan-kawasan skala besar dan yang dapat
segera mendorong perkembangan wilayah
Sudah menandatangani MoU antara Pemerintah Daerah dengan
Bapertarum.
Penanganan :
• Identifikasi lokasi-lokasi pengembangan kawasan permukiman baru
(Kasiba/Lisiba BS), diprioritaskan bagi kawasan yang mewujudkan
keberpihakan pada masyarakat berpenghasilan rendah termasuk PNS,
TNI, dan POLRI.
• Bantuan fisik berupa jalan akses dan jalan poros yang menghubungkan
kawasan baru.
Kontribusi Pemerintah daerah
• Menyediakan dana pendamping
• Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati
• Review minimal setahun sekali
2. Penataan dan Peremajaan Kawasan
Target :
•
•
•
•
Lingkungan permukiman pertokoan yang tidak teratur sehingga
menurunkan kualitas lingkungan permukiman perkotaan.
Lingkungan permukiman sebagai trip distribusi (distribusi pergerakan)
tidak accssible terhadap infrastruktur perkotaan.
Pengembangan kawasan permukiman yang tidak terkendali sehingga
berdampak pada lingkungan perkotaan.
Penanganan permukiman kumuh yang tidak efektif.
Penanganan :
• Pengendalian program dan kebijakan pengendalian kota besar dan
metropolitan.
RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017
5- 4
•
•
Perencanaan penanganan kawasan permukiman perkotaan
Penanganan kawasan permukiman perkotaan melalui peremajaan
kawasan perkotaan.
Kontribusi Pemerintah Daerah :
• Menyediakan dana pendamping
• Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati
• Review minimal setahun sekali.
3. Pembangunan Rumah susun Sederhana Sewa
Target :
• Untuk Rusunawa yang diperuntukan masyarakat berpenghasilan rendah.
• Untuk Rusunawa yang diperuntukan bagi buruh, apabila sudah menjadi
permasalahan bagi pemerintah daerah.
Penanganan :
• Penetapan Pedoman, Perencanaan, Pengembangan, Pengawasan dan
Pengendalian Pembangunan.
• Penetapan Pedoman tentang Standar Pelayanan Minimal oleh
pemerintah kota dalam penyelenggaraan Rusunawa
• Bantuan teknis pembangunan, penghunian dan pengelolaan Rusunawa.
Kontribusi Pemerintah Daerah :
• Menyusun Renstra pembangunan permukiman termasuk pembangunan
rusunawa.
• Menyiapkan rencana pembangunan rusunawa
• Penyiapan lahan dan alokasi dana APBD
• Penyiapan manajemen penghunian dan pengelolaan Rusunawa
• Mengelokasikan subsidi pengelolaan Rusunawa per tahun melalui
APBD.
5.1.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan
5.1.1.1 Arahan Kebijakan
Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat peraturan
perundangan, antara lain:
1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional.
Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan
kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung
bagi seluruh masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut
mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan
RPJMN berikutnya.
RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017
5- 5
2. Undang - Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman.
Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan
dan kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir
c), penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan
perbaikan (butir e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap
perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f).
3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.
Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum,
rumahsusun khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab
pemerintah.
4. Peraturan Presiden No. 15
Penanggulangan Kemiskinan.
Tahun
2010
tentang
Percepatan
Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan
kemiskinan yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/ PRT / M/ 2010 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.
Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di
kawasan perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014.
Terkait dengan tugas dan wewenang pemerintah dalam pengembangan
permukiman maka UU No. 1/2011 mengamanatkan tugas dan wewenang sebagai
berikut:
A. Tugas
1. Pemerintah Pusat
a) Merumuskan dan menetapkan kebijakan dan strategi nasional di bidang
perumahan dan kawasan permukiman.
b) Merumuskan dan menetapkan kebijakan nasional tentang penyediaan
Kasiba dan Lisiba.
c) Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional di bidang
perumahan dan kawasan permukiman.
d) Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi pelaksanaan
kebijakan nasional penyediaan rumah dan pengembangan lingkungan
hunian dan kawasan permukiman.
e) Memfasilitasi pelaksanaan kebijakan dan strategi pada tingkat nasional.
2. Pemerintah Provinsi
a) Merumuskan dan menetapkan kebijakan dan strategi pada tingkat
provinsi di bidang perumahan dan kawasan permukiman dengan
berpedoman pada kebijakan nasional.
RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017
5- 6
b) Merumuskan dan menetapkan kebijakan penyediaan Kasiba dan Lisiba
lintas kabupaten/kota.
c) Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional pada tingkat
provinsi di bidang perumahan dan kawasan permukiman.
d) Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi pelaksanaan
kebijakan provinsi penyediaan rumah, perumahan, permukiman,
lingkungan hunian, dan kawasan permukiman.
e) Menyusun rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan
kawasan permukiman lintas kabupaten/kota.
f) Memfasilitasi pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum
perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.
g) Memfasilitasi penyediaan perumahan dan kawasan permukiman bagi
masyarakat, terutama bagi MBR.
h) Memfasilitasi pelaksanaan kebijakan dan strategi pada tingkat provinsi.
3. Pemerintah Kabupaten/Kota
a) Menyusun dan melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat
kabupaten/kota di bidang perumahan dan kawasan permukiman
dengan berpedoman pada kebijakan dan strategi nasional dan provinsi.
b) Menyusun dan rencana pembangunan dan pengembangan perumahan
dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
c) Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi terhadap
pelaksanaan kebijakan kabupaten/kota dalam penyediaan rumah,
perumahan, permukiman, lingkungan hunian, dan kawasan
permukiman.
d) Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan
peraturan perundang-undangan, kebijakan, strategi, serta program di
bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat
kabupaten/kota.
e) Melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota.
f) Melaksanakan melaksanakan peraturan perundang-undangan serta
kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
g) Melaksanakan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman.
h) Melaksanakan kebijakan dan strategi provinsi dalam penyelenggaraan
perumahan dan kawasan permukiman berpedoman pada kebijakan
nasional.
i) Melaksanakan pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum
perumahan dan kawasan permukiman.
j) Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional dan provinsi di
bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat
kabupaten/kota.
k) Menetapkan lokasi Kasiba dan Lisiba.
RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017
5- 7
B. Wewenang
1. Pemerintah Pusat
a) Menyusun dan menetapkan norma, standar, pedoman, dan criteria
rumah, perumahan, permukiman, dan lingkungan hunian yang layak,
sehat, dan aman.
b) Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan
permukiman.
c) Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundangundangan
bidang perumahan dan kawasan permukiman.
d) Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan
kawasan permukiman pada tingkat nasional.
e) Mengoordinasikan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan
peraturan perundang-undangan bidang perumahan dan kawasan
permukiman.
f) Mengevalusi peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan
strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada
tingkat nasional.
g) Mengendalikan pelaksanaan kebijakan dan strategi di bidang
perumahan dan kawasan permukiman.
h) Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan
permukiman kumuh.
i) Menetapkan kebijakan dan strategi nasional dalam penyelenggaraan
perumahan dan kawasan permukiman.
j) Memfasilitasi pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum
perumahan dan kawasan permukiman.
2. Pemerintah Provinsi
a) Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan
permukiman pada tingkat provinsi.
b) Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundangundangan
bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.
c) Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan
kawasan permukiman pada tingkat provinsi.
d) Mengoordinasikan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan
peraturan perundang-undangan, kebijakan, strategi, serta program di
bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.
e) Mengevaluasi peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan
strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada
tingkat provinsi.
f) Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan
permukiman kumuh pada tingkat provinsi.
RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017
5- 8
g) Mengoordinasikan pencadangan atau penyediaan tanah untuk
pembangunan perumahan dan permukiman bagi MBR pada tingkat
provinsi.
h) Menetapkan kebijakan dan strategi daerah provinsi dalam
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman berpedoman
pada kebijakan nasional.
3. Pemerintah Kabupaten/Kota
a) Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan
permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
b) Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundang-undangan
bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat
kabupaten/kota.
c) Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan
kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
d) Melaksanakan sinkronisasi dan sosialisasi peraturan perundangundangan serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan
dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
e) Mencadangkan atau menyediakan tanah untuk pembangunan
perumahan dan permukiman bagi MBR.
f) Menyediakan prasarana dan sarana pembangunan perumahan bagi
MBR pada tingkat kabupaten/kota.
g) Memfasilitasi kerja sama pada tingkat kabupaten/kota antara
pemerintah kabupaten/kota dan badan hukum dalam penyelenggaraan
perumahan dan kawasan permukiman.
h) Menetapkan lokasi perumahan dan permukiman sebagai perumahan
kumuh dan permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota.
i) Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan
permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota.
5.1.1.2 Lingkup Kegiatan
Mengacu pada Permen PU No. 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Pekerjaan Umum maka Direktorat Pengembangan
Permukiman mempunyai tugas di bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
pembinaan teknik dan pengawasan teknik, serta standardisasi teknis dibidang
pengembangan permukiman. Adapun fungsi Direktorat Pengembangan
Permukiman adalah:
a) Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan permukiman di
perkotaan dan perdesaan;
b) Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan kawasan
permukiman baru di perkotaan dan pengembangan kawasan perdesaan
potensial;
RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017
5- 9
c) Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas
permukiman kumuh termasuk peremajaan kawasan dan pembangunan rumah
susun sederhana;
d) Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas
permukiman di kawasan tertinggal, terpencil, daerah perbatasan dan pulaupulau kecil termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;
e) Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan
kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang pengembangan
permukiman;
f) Pelaksanaan tata usaha Direktorat.
5.1.2
Kondisi Eksisting Permukiman
Dalam pelaksanaan Pembangunan perumahan (housing) dan permukiman
(human settlement) merupakan kegiatan yang bersifat multi sektoral. Rumah,
yang merupakan bagian dari suatu permukiman dan perumahan merupakan
salah satu kebutuhan
primer/dasar bagi kehidupan manusia. Pemenuhan
kebutuhan akan rumah merupakan suatu ukuran bagi tercapainya
kesejahteraan. Rumah tersebut tidak hanya sekedar “ada” tetapi juga harus
memenuhi standar kelayakan dan penyediaan rumah adalah tanggung jawab
kita bersama baik oleh pemerintah, swasta maupun masyarakat sendiri.
Pemerintah dan swasta menyediakan rumah bagi masyarakat yang kemudian
berkembang menjadi perumahan, sedangkan masyarakat dengan pertumbuhan
alaminya memenuhi kebutuhan rumahnya yang kemudian berkembang menjadi
permukiman. Walaupun berbeda, namun keduanya mempunyai tujuan yang
sama, yaitu memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat.
Pertumbuhan dan perkembangan perumahan dan permukiman dapat menjadi
pemicu dan pemacu perkembangan suatu wilayah secara ekonomi, sosial dan
kemasyarakatan. Tentu saja tidak secara otomatis begitu saja, tetapi
perkembangan tersebut membutuhkan penyediaan infrastruktur yang
mendukungnya.
Pembangunan perumahan dan permukiman pada dasarnya dibangun atas dasar
prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Pemenuhan kebutuhan akan rumah yang layak, yang merupakan beban
dan tanggung jawab masyarakat sendiri.
2. Pemerintah mendukung melalui penciptaan iklim yang memungkinkan
masyarakat mandiri dalam mencukupi kebutuhannya akan rumah yang
layak dan melalui penyediaan prasarana dan sarana dasar yang
memungkinkan berlangsungnya kegiatan berkehidupan dan berpenghidupan
di lingkungan perumahan dan permukiman.
Jika diperhatikan kondisi di lapangan di Kota Pangkalpinang, pengadaan
perumahan selama ini sebagian besar diselenggarakan oleh masyarakat, dan
RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017
5 - 10
sebagian kecil yang pengadaannya oleh pemerintah. Penyelenggaraan dan
pengadaan perumahan oleh masyarakat atau swasta boleh saja dilaksanakan
asalkan tidak menyalahi peruntukan lahan yang seyogyanya telah direncanakan
oleh pihak pemerintah kota.
Secara umum lokasi perumahan penduduk
cenderung menyebar di seluruh kecamatan yang termasuk ke dalam wilayah Kota
Pangkalpinang. Konsentrasi permukiman penduduk terjadi di pusat kota dan
sekitarnya yang tergolong memiliki tingkat kepadatan tertinggi. Kondisi ini dapat
ditemui di Kecamatan Tamansari.
Selain itu permukiman cenderung
terkonsentrasi juga di sepanjang jalan yang menuju ke arah Bandar udara Depati
Amir. Bahkan di ruas jalan tersebut, ditemukan kawasan perumahan yang
tergolong elit untuk masyarakat menengah ke atas.
Jumlah Penduduk di Kota Pangkal Pinang pada tahun 2012 sebanyak 210.146
jiwa yang memerlukan permukiman sebagai sarana tempat tinggal. Perumahan di
Kota Pangkal Pinang terbagi menjadi 3 jenis perumahan yaitu perumahan dengan
kepadatan tinggi, sedang dan rendah, pada saat ini penyebaran perumahan dan
permukiman yang ada di kota ini tidak terkonsentrasi pada satu titik saja akan
tetapi menyebar disetiap kecamatan, hal ini sangat memungkinkan karena
ketersediaan lahan yang tidak terbangun masih cukup besar, sehingga
pengembangan fasilitas ini
menyebar di seluruh kecamatan dengan
memanfaatkan kawasan budidaya permukiman yang ada. Mengingat
Perkembangan Kota Pangkal Pinang yang cukup pesat serta untuk
mengantisipasi perkembangan perumahan dan permukiman yang tidak terkendali
di masa mendatang, maka diperlukan arahan pengendalian pengembangan sejak
dari sekarang. Pada saat ini perumahan dan permukiman yang ada di Kota
Pangkal Pinang masih terkonsentrasi di pusat dan linier mengikuti jaringan jalan,
akan tetapi di dalam pengembangannya kawasan perumahan dan permukiman ini
mulai di arahkan ke arah Timur dan arah Barat kota, serta kearah Utara kota
yaitu di Kecamatan Bukit Intan,Kecamatan Gerunggang dan kecamatan Pangkal
Balam khususnya kelurahan Selindung.
Pada saat ini ada tiga jenis perumahan yang cenderung berkembang di Kota
Pangkal Pinang, Ketiga perumahan yang dapat mengakomodasi kebutuhan
penduduk di kota tersebut adalah perumahan formal, perumahan perkampungan,
dan perumahan kumuh (kawasan kumuh). Berikut ini akan diuraikan beberapa
karakteristik perumahan yang terdapat di Kota Pangkal Pinang.
A. Perumahan Formal
Perumahan formal adalah perumahan yang dibangun oleh developer.
Perumahan formal yang ada di Kota Pangkal Pinang, jumlahnya belum begitu
banyak. Sebagian besar lahan perumahan di Kota Pangkal Pinang telah
dikelola oleh pihak Developer. Begitu pula dengan keberadaan sarana dan
prasarana di sekitarnya. Kondisi bangunan perumahan formal ini berupa
bangunan permanen. Perumahan jenis ini biasanya dihuni oleh golongan
masyarakat menengah ke atas dengan taraf perekonomian yang cenderung
RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017
5 - 11
cukup hingga tinggi. Perumahan jenis ini memiliki kondisi lngkungan yang
relatif bersih, sehat, teratur dan terawat dengan baik. Perumahan formal,
apalagi yang letaknya di perkotaan memiliki fasilitas pendukung, berupa
berbagai macam sarana dan prasarana pelengkap dan penunjang untuk
mengakomodasi seluruh kebutuhan penduduk di lingkungan perumahan
tersebut. Dari data di lapangan terlihat, bahwa pengembangan perumahan
dari segi kuantitas sudah mulai berkembangan pesat, hal ini terlihat dari
sudah banyak pengembang yang telah mengantongi ijin dan bahkan sudah
melakukan pengesahan rencana tapak (site plan) meskipun masih terdapat
beberapa lokasi yang oleh karena beberapa sebab belum dapat direalisasikan
pembangunannya, sehingga berdampak pada bertambahnya jumlah tanah
terlantar.
Hal ini masih dimungkinkan bertambah dengan adanya
permohonan baru dari pengembang lainnya yang akan membangun
perumahan di Kota Pangkal Pinang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel 5.1 di bawah ini.
Tabel 5.1
Banyaknya Surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Yang Dikeluarkan
Di Kota Pangkal Pinang Tahun 2011
No
1
2
3
4
5
6
7
Kecamatan
Rangkui
Bukit Intan
Grimaya
Pangkalbalam
Gabek
Taman Sari
Gerunggang
Jumlah Total
Tahun 2011
81
157
34
41
235
50
61
659
Sumber: Pangkal Pinang Dalam Angka, 2012
B. Perumahan Perkampungan
Perumahan perkampungan di Kota Pangkal Pinang relatif berada di
lingkungan yang jauh dari pusat kota dan mengarah ke daerah perkampungan
nelayan dan sepanjang aliran sungai. Pada umumnya perumahan tersebut
belum tertata dengan baik dan cenderung bersifat kumuh, juga tingkat sarana
dan prasarana pelayananan yang tersedia sangat minim dengan kondisi yang
kurang baik. Perumahan perkampungan yang ada di kota ini sangat
membantu perekonomian masyarakat setempat walaupun kondisinya tidak
terlalu baik (menengah ke bawah).
C. Kawasan Kumuh
Karakteristik kawasan kumuh di Kota Pangkalpinang sangat berbeda dengan
karakteristik kawasan kumuh di kota-kota besar lainnya di Indonesia.
Kekumuhan di kota-kota besar lainnya di Indonesia lebih disebabkan
keterbatasan lahan untuk menampung jumlah penduduk yang begitu besar.
RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017
5 - 12
Sedangkan tingkat kekumuhan di Kota Pangkalpinang lebih disebabkan
karena faktor ekonomi dalam arti ketidakmampuan masyarakat menciptakan
lingkungan permukiman yang sehat karena keterbatasan ekonomi, selain itu
faktor penyebab kekumuhan di Kota Pangkalpinang juga disebabkan karena
kekurang pahaman masyarakat akan pentingnya lingkungan yang sehat, ini
terlihat dari kebiasaan sebagian masyarakat yang masih belum mampu
memanfaatkan dan memelihara infrastruktur secara optimal.
Di samping itu tingkat kekumuhan di Kota Pangkalpinang juga disebabkan
karena pengaruh faktor alamiah seperti adanya pengaruh pasang surut air
laut, sehingga muncul daerah-daerah genangan yang semakin lama
cenderung berkembang menjadi kawasan kumuh. Pada bagian ini akan coba
diuraikan beberapa titik lokasi kawasan kumuh di Kota Pangkalpinang.
Kondisi penduduk miskin di Kota Pangkalpinang dapat dilihat dari jumlah
rumah tangga miskin atau KK miskin. Berdasarkan hasil pendataan dari
Badan Pusat Statistik Kota Pangkalpinang, pada tahun 2011 jumlah rumah
tangga miskin di Kota Pangkalpinang sebanyak 4.070 jiwa. Seiring dengan
pesatnya pertumbuhan penduduk Kota Pangkalpinang, belum dapat
sepenuhnya diimbangi dengan pemenuhan prasarana dan sarana serta
layanan umum yang menjadi kebutuhan dasar masyarakat yang berdampak
pada tumbuhnya kawasan-kawasan kumuh. Lokasi Kawasan Kumuh yang
terdapat di Kota Pangkal Pinang tersebar di beberapa kecamatan, seperti
pada Kecamatan Taman Sari terdapat di Kelurahan Opas Indah dan
Kelurahan Gedung Nasional, di Kecamatan Pangkal Balam terdapat di
Kelurahan Ketapang dan kelurahan Lontong Pancur, di Kecamatan Rangkui
terdapat di Kelurahan Pasar Padi, Kelurahan Pasir Putih, Kelurahan Parit
Lalang, di Kecamatan Bukit Intan terdapat di Kelurahan Semabung Lama dan
di Kecamatan Gerunggang terdapat di Kelurahan Kacang Pedang dan
Kelurahan Taman Bunga. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di tabel 5.2 di
bawah ini.
Tabel 5.2
Lokasi Kawasan Kumuh di Kota Pangkalpinang
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Lokasi
Kelurahan Ketapang, Kecamatan Pangkalbalam
Kelurahan Lontong Pancur, Kecamatan Pangkalbalam
Kelurahan Gedung Nasional, Kecamatan Tamansari
Kelurahan Opas Indah, Kecamatan Tamansari
Kelurahan Pasar Padi, Kecamatan Rangkui
Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Rangkui
Kelurahan Parit Lalang, Kecamatan Rangkui
Kelurahan Kacang Pedang, Kecamatan Gerunggang
Kelurahan Taman Bunga, Kecamatan Gerunggang
Kelurahan Semabung Lama, Kecamatan Bukit Intan
Luas Kawasan
± 12 Ha
± 8 Ha
± 4,5 Ha
± 4,5 Ha
± 4 Ha
± 3 Ha
± 5,5 Ha
± 7,9 Ha
± 4 Ha
± 5 Ha
Sumber : Buku Putih Sanitas (BPS) Kota Pangkalpinang Tahun 2012
RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017
5 - 13
5.1.3 Isu Strategis dan Tantangan Pengembangan Permukiman
Masalah lingkungan pemukiman yang diakibatkan karena perkembangan
penduduk dan kepadatan bangunan tidak terjadi di Kota Pangkalpinang. Yang
ada adalah rusaknya sarana prasarana karena genangan air yang menimpa
secara periodik. Kualitas rumah penduduk pada umumnya masih sudah
permanen hanya saja masih ada rumah penduduk yang semi permanen yang
berkontruksi kayu dan panggung terutama untuk rumah-rumah yang berada di
daerah pinggiran perkotaan.
Dalam sektor pengembangan permukiman akan dititik beratkan dalam
penanganan kawasan pemukiman secara menyeluruh, dengan demikian akan
dapat dicapai pembentukan pola pemukiman yang serasi dan seimbang.
Lingkungan pasar sebagai salah satu komponen pemukiman di Kota
Pangkalpinang, tidak ada masalah yang perlu penanganan segera, hanya terlihat
perlu adanya sistem pengelolaan yang intensif termasuk pemeliharaan sarana
dan prasarananya seperti, jalan setapak, saluran drainase, pengelolaan sampah
dan air limbah. Karena kesan yang ditimbulkan oleh pasar saat ini adalah kotor
dan tidak terpelihara, sedangkan pasar merupakan sektor yang dapat dijadikan
recovery sektor dan dapat mengkontribusi kenaikan PAD.
Kenyataan menunjukkan bahwa urusan perumahan dan permukiman sering
tumbuh sebagai sumber permasalahan yang seakan tidak berujung (the
endless problems) bagi sebagian besar pemerintah Daerah, hal ini ditunjukkan
antara lain oleh :
1. Berkembangnya penguasaan lahan skala besar oleh banyak pihak yang
tidak disertai dengan kemampuan untuk membangun atau merealisasikan
tepat pada waktunya.
2. Pemberian perijinan penguasaan lahan untuk kawasan perumahan dan
permukiman yang umumnya belum dilandasi pada kerangka penataan
wilayah yang lebih menyeluruh.
3. Belum terorganisasikannya perencanaan dan pemograman pembangunan
perumahan dan permukiman yang dapat saling mengisi antara ketersediaan
sumberdaya pembangunan dan kebutuhan yang berkembang di masyarakat.
4. Penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman, yang
nampaknya belum menjadi prioritas bagi banyak pemerintah Daerah karena
berbagai sebab dan keterbatasan.
5. Belum tertampungnya aspirasi dan kepentingan masyarakat yang
memerlukan rumah termasuk hak untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan
pembangunan.
6. Penyediaan tanah, prasarana dan sarana, teknologi bahan bangunan,
konstruksi,pembiayaan
dan
kelembagaan
masih
memerlukan
pengaturan yang dapat mengakomodasi muatan dan kapasitas lokal.
7. Tidak seimbangnya pembangunan Desa dan Kota yang telah
menumbuhkan berbagai kesenjangan sosio-ekonomi, akibatnya desa
RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017
5 - 14
menjadi kurang menarik dan dianggap tidak cukup prospektip untuk dihuni
sedang kota semakin padat dan tidak nyaman untuk dihuni.
8. Kekurangsiapan
dalam
mengantisipasi kecepatan
dan dinamika
pertumbuhan fisik dan fungsional kawasan perkotaan, sehingga
kawasan kumuh tumbuh sejalan dengan berkembangnya pusat-pusat
kegiatan ekonomi.
Permasalahan yang sering dihadapi dalam pembangunan dan pengembangan
permukiman antara lain sebagaian masyarakat belum memahami dengan baik
sehingga sosialisasi sangat diperlukan untuk menyamakan persepsi pentingnya
pengembangan permukiman untuk meningkatkan kesejahteraan warga dan
kawasan menjadi lebih maju dan mandiri.
Permasalahan lain yaitu masyarakat masih mengharapkan setiap pembangunan
di lingkungannya dilakukan oleh Pemerintah. Selain itu lahan dan ruang di
perkotaan yang terbatas telah menjadikan kawasan perkotaan menjadi daya tarik
bagi masyarakat dan masyarakat migrant untuk datang dan tinggal karena
kemudahan aksesibilitas ke pusat kota.
Akibatnya sering dijumpai kawasan perkotaan menjadi kumuh karena lahan dan
ruang yang terbatas telah beralih fungsi ruang, seperti: sempadan jalan, trotoar,
saluran, ruang terbuka hijau dll dipergunakan untuk tempat jualan atau bahkan
sebagai tempat hunian.
5.1.4
Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman
5.1.4.1
Kebutuhan Pengembangan
Pangkalpinang
perumahan
dan
Permukiman
di
Kota
Kota Pangkal Pinang yang memiliki jumlah penduduk pada tahun 2011 sebesar
189.910 jiwa, sejalan dengan perkembangan kota yang sangat pesat pada
masa yang akan datang terutama pada lima tahun kedepan akan mengalami
perkembangan penduduk yang sangat tinggi sehingga tentunya akan
memerlukan perumahan sebagai sarana tempat tinggal. Pengembangan
perumahan dan kawasan permukiman di Kota Pangkal Pinang diarahkan
sesuai dengan arahan pengembangan kawasan perumahan berimbang yaitu
perumahan dengan kepadatan Tinggi, Sedang dan Rendah. Sehingga
diharapkan arahan pengembangan ketiga jenis perumahan tersebut dapat
mengakomodasi kebutuhan penduduk di Kota Pangkal Pinang
Arahan pengembangan Perumahan dan permukiman di Kota Pangkal Pinang
sesuai dengan kebijakan yang tertuang di dalam RTRW Pangkal Pinang 20112031 dikembangkan dan memanfaatkan kawasan budidaya permukiman yang
ada terutama diarahkan ke bagianTimur ,Barat, dan arah Utara Kota yaitu di
Kecamatan Bukit Intan, Kecamatan Gerunggang, dan Kecamatan Pangkal
Balam khususnya Selindung. Arahan Pengembangan ini diharapkan dikelola
RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017
5 - 15
oleh pihak
Developer
dengan Pihak pemerintah
mengesampingkan aspirasi dari pihak masyarakat setempat.
dengan
tidak
Perumahan dan Permukiman yang diarahkan di Kota Pangkal Pinang adalah
sebagai berikut:
• Perumahan dan permukiman dengan Kepadatan Tinggi di arahkan di
Kecamatan Taman Sari dan Kecamatan Rangkui.
• Perumahan dan Permukiman dengan Kepadatan Sedang diarahkan di
Kecamatan Pangkal Balam sebelah Utara, Kecamatan Rangkui sebelah
Selatan. Khusus untuk Kecamatan Pangkal Balam, arahan pengembangan
perumahan di kecamatan ini terutama di arahkan untuk penyediaan fasilitas
perumahan yang diperuntukkan bagi PNS, Rusun dan perumahan untuk
ekonomi kelas menengah.
• Perumahan dengan Kepadatan Rendah diarahkan di Kecamatan
Gerunggang sebelah Timur, Kecamatan Bukit Intan sebelah Utara dan
Kecamatan Pangkal Balam.
Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman perkotaan dan
perdesaan tetap dilakukan seimbang sesuai dengan skala prioritas kawasan
sehingga antar kawasan dapat saling mendukung dan melengkapi.
Pembangunan dan pengembangan kawasan terpilih pusat pengembangan
perkotaan perlu dilakukan secara bertahap sehingga nantinya antar kawasan
memiliki potensi dan karakteristik khas yang saling mendukung dan melengkapi.
Keterpaduan antar kawasan akan lebih efisien dan efektif dalam penyediaan
prasarana dan sarana dasar perkotaannya, serta perlu ditindaklanjuti dengan
program/kegiatan yang mendukung pembangunan kawasan. Rencana tindak
(action plan) setiap tahunnya yang telah disusun perlu didukung, baik itu
dukungan kebijakan maupun pendanaannya dari Pemerintah Pusat, Propinsi
maupun Pemerintah Kota Pangkal Pinang. Selain itu peran serta pihak swasta
dan masyarakat juga perlu ditumbuhkembangkan sehingga warga
masyarakatnya mampu mandiri.
Kajian-kajian lanjutan dalam penentuan Pusat Pengembangan Perkotaan tetap
dilakukan sehingga akan ada pengembangan kawasan baru yang memiliki
potensi-potensi lain yang spesifik atau memiliki karakteristik yang berbeda antar
kawasan. Sehingga nantinya secara lebih luas, antar pusat pertumbuhan akan
saling mendukung dan melengkapi untuk keberhasilan pembangunan di Kota
Pangkal Pinang .
Program/kegiatan perbaikan lingkungan perumahan dan permukiman serta
penyediaan PSD untuk meningkatkan kualitas permukiman di Kota Pangkal
Pinang masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat, karena masih adanya
pandangan/persepsi masyarakat bahwa Pemerintah yang akan memperbaiki
prasarana dan sarana dasarnya. Di sisi lain, masih ada masyarakat yang belum
RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017
5 - 16
mampu meningkatkan kondisi perumahan dan permukiman menjadi layak huni
melalui perbaikan perumahan maupun lingkungannya sendiri.
Pemberian bantuan stimulant dari Pemerintah Kota Pangkal Pinang selama ini
hanya sebagai pendorong bagi masyarakat untuk ikut membangun dan
selanjutnya dapat mandiri dalam memperbaiki perumahan dan permukimannya
menjadi lebih sehat dan layak huni.
Kawasan perumahan sebagaimana yang dimaksud pada Pasal 33 ayat (3)
huruf a bertujuan untuk :
1. Memberikan kepastian hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan
permukiman;
2. memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia,
dalam rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat;
3. mewujudkan perumahan dan permukiman yang layak dalam lingkungan
yang sehat, aman, serasi, dan teratur;
4. mendukung pertumbuhan wilayah dan penyebaran penduduk yang rasional
melalui pertumbuhan kawasan perumahan dan lingkungan perumahan
sesuai dengan tata ruang untuk mewujudkan keseimbangan kepentingan,
terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah;
5. meningkatkan daya guna dan hasil guna sumber daya alam bagi
pembangunan perumahan dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi
lingkungan;
6. memberdayakan para pemangku kepentingan bidang pembangunan
perumahan dan permukiman;
7. memberi arah pada pertumbuhan wilayah dan persebaran penduduk yang
rasional; dan
8. menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial, budaya, dan menjamin
terwujudnya rumah yang layak huni dan terjangkau dalam lingkungan yang
sehat, serasi, aman, terpadu, teratur, terencana dan berkelanjutan.
Adapun perhitungan kebutuhan lahan perumahan untuk Kota Pangkalpinang
adalah untuk jangka 20 tahun. Sebagai dasar perhitungan untuk perencanaan
perumahan di Kota Pangkalpinang, luas kavling perumahan dibagi berdasarkan
2
proporsi 1 : 3 : 6 dengan luas masing-masing 300 m untuk kavling rumah besar,
2
2
200 m untuk kavling rumah sedang, dan 120 m untuk kavling rumah kecil.
Diasumsikan setiap keluarga menempati satu rumah dengan rata-rata jumlah
anggota keluarga 5 jiwa/KK.
Dari hasil perhitungan, hingga Tahun 2030 diperkirakan dibutuhkan unit rumah
baru yang perlu disediakan melalui mekanisme pasar (pola formal developer).
Melalui pola hunian berimbang (konsep 1 : 3 : 6 ) ini, kebutuhan rumah tipe
besar diperkirakan sebesar 2.910 unit, tipe menengah 8.729 unit, dan tipe kecil
17.457 unit. Dari demand pemenuhan kebutuhan rumah tersebut, selanjutnya
dapat dihitung kebutuhan ruang bagi penyediaan perumahan melalui pola
developer di Kota Pangkalpinang.
RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017
5 - 17
Adapun kebutuhan ruang bagi penyediaan rumah melalui pola hunian berimbang
1 : 3 : 6, dihitung dengan menetapkan kapling besar mempunyai luas 300 m2,
kapling menengah 200 m2, dan kapling kecil 120 m2. Dan hasil perhitungan, total
kebutuhan lahan bagi penyediaan perumahan hingga Tahun 2030 adalah
sebesar 2.636,9 Ha (hanya kapling rumah saja). Dengan mengasumsikan bahwa
30% dari kawasan permukiman diperuntukkan bagi infrastruktur lingkungan,
maka total ruang yang dibutuhkan bagi pengembangan perumahan baru di Kota
Pangkalpinang hingga Tahun 2030 adalah sebesar 1.705 Ha.
Fasilitas perumahan tersebut menyebar di seluruh kecamatan dengan
memanfaatkan kawasan budidaya permukiman yang ada. Pengembangan
kawasan perumahan dan permukiman terutama diarahkan ke arah Timur dan
arah Barat kota, serta kearah Utara kota yaitu di Kecamatan Bukit
Intan,Kecamatan Gerunggang dan kecamatan Pangkal Balam khususnya
kelurahan Selindung. Untuk lebih jelasnya mengenai kebutuhan rumah di Kota
Pangkalpinang dapat dilihat pada Tabel 5.3
Tabel 5.3
Proyeksi Kebutuhan Perumahan Di Kota Pangkalpinang Tahun 2030
Type Rumah
TOTAL
No.
Kecamatan
Type Kecil
RT
Unit
LB
(M2)
Type Sedang
LL
(M2)
Unit
LB
(M2)
Type Besar
LL
(M2)
Unit
LB
(M2)
LL
(M2)
LB
(M2)
LL
(M2)
1
Tamansari
5.742
3.445
72.348
124.197
1.723
120.580
180.870
574
143.547
215.321
336.475
520.388
2
Pangkalbala
m
15.683
9.410
197.611
339.232
4.705
329.351
494.027
1.568
392.085
588.127
919.047
1.421.386
3
Rangkui
17.925
10.755
225.861
387.728
5.378
376.435
564.653
1.793
448.137
672.206
1.050.434
1.624.588
4
Bukit Intan
16.212
9.727
204.276
350.674
4.864
340.460
510.690
1.621
405.310
607.964
950.046
1.469.328
5
Gerunggang
13.468
8.081
169.691
291.303
4.040
282.819
424.228
1.347
336.689
505.034
789.199
1.220.565
869.787
1.493.13
5
20.70
9
1.725.768
2.588.65
3
4.045.201
6.256.256
Jumlah
69.031
41.418
1.449.646
2.174.468
6.903
Sumber : RTRW Kota Pangkalpinang Tahun 2010-2030
Berdasarkan klasifikasi perumahan yang ada di Kota Pangkalpinang terdiri dari 3
tipe yakni :
a. Perumahan Tipe Besar :
• Jenis penggunaan yang diijinkan antara lain : bangunan perumahan besar
renggang dengan konstruksi permanen, bangunan perumahan flat,
bangunan kantor renggang, bangunan dengan jenis kegiatan sosial, atau
perdagangan atau administrasi;
• Garis sempadan bangunan depan sekurang-kurangnya 5 meter;
• Garis sempadan bangunan belakang sekurang-kurangnya 2 meter;
• Jenis penggunaan yang dilarang antara lain: bangunan perumahan sedang
renggang dengan konstruksi permanen, bangunan perumahan berhimpitan
RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017
5 - 18
terdiri atas dua rumah (kopel), bangunan kantor berhimpitan, bangunan
rumah sedang berhimpitan/gandeng lebih dari dua rumah;
2
• Luas persil 200 - 300 m atau lebih;
• Jumlah perumahan tipe besar ditetapkan sebesat 10% dari total kebutuhan
rumah dengan menggunakan konsep 1:3:6, yang artinya setiap
pembangunan 10 unit rumah 1 unit rumah dialokasikan untuk rumah type
besar, 3 unit rumah type sedang dan 6 unit rumah type kecil.
b. Perumahan Tipe Sedang :
• Jenis penggunaan yang diijinkan antara lain: bangunan perumahan sedang
renggang dengan konstruksi permanen, bangunan perumahan flat,
bangunan perumahan berhimpitan terdiri atas dua rumah (kopel); bangunan
kantor berhimpitan;
• Garis sempadan bangunan depan sekurang-kurangnya 5 meter;
• Garis sempadan bangunan belakang sekurang-kurangnya 2 meter;
• Jenis penggunaan yang dilarang antara lain : bangunan perumahan dengan
konstruksi semi permanen dan sementara, bangunan rumah sedang
berhimpitan/gandeng lebih dari dua rumah; bangunan perumahan besar
renggang, bangunan bertingkat;
• Luas persil 120 – 200 m2 atau lebih;
• Jumlah perumahan type sedang ditetapkan sebesat 30% dari total
kebutuhan rumah dengan menggunakan konsep 1:3:6.
c. Perumahan Type Kecil:
• Jenis penggunaan yang diijinkan antara lain: bangunan perumahan dengan
konstruksi semi permanen dan sementara, bangunan perumahan
berhimpitan terdiri atas dua rumah (kopel), bangunan rumah sedang
berhimpitan/gandeng lebih dari dua rumah, bangunan kantor berhimpitan;
• Garis sempadan bangunan depan sekurang-kurangnya 3 meter;
• Garis sempadan bangunan belakang sekurang-kurangnya 1,5 meter;
• Jenis penggunaan yang dilarang antara lai : bangunan perumahan flat,
bangunan bertingkat, bangunan perumahan besar renggang;
2
• Luas persil < 120 m atau lebih;
• Jumlah perumahan type kecil ditetapkan sebesat 60% dari total kebutuhan
rumah dengan menggunakan konsep 1:3:6.
d. Kawasan peruntukan permukiman memiliki fungsi antara lain:
• Sebagai lingkungan tempat tinggal dan tempat kegiatan yang mendukung
perikehidupan dan penghidupan masyarakat sekaligus menciptakan
interaksi sosial;
• Sebagai kumpulan tempat hunian dan tempat berteduh keluarga serta
sarana bagi pembinaan keluarga.
Kriteria umum dan kaidah perencanaan kawasan Perumahan dan Permukiman:
RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017
5 - 19
1. Ketentuan pokok tentang perumahan, permukiman, peran masyarakat dan
pembinaan perumahan dan permukiman nasional mengacu kepada UndangUndang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman dan Surat
Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No.217/KPTS/M/2002
tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman
(KSNPP);
2. Pemanfaatan ruang untuk kawasan peruntukan perumahan dan permukiman
harus sesuai dengan daya dukung tanah setempat dan harus dapat
menyediakan lingkungan yang sehat dan aman dari bencana alam serta dapat
memberikan lingkungan hidup yang sesuai bagi pengembangan masyarakat,
dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan hidup;
3. Kawasan peruntukan perumahan dan permukiman harus memiliki prasarana
jalan dan terjangkau oleh sarana tranportasi umum;
4. Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan peruntukan perumahan dan
permukiman harus didukung oleh ketersediaan fasilitas fisik atau utilitas umum
(pasar, pusat perdagangan dan jasa, perkantoran, sarana air bersih,
persampahan, penanganan limbah dan drainase) dan fasilitas sosial
(kesehatan, pendidikan, agama);
5. Tidak mengganggu fungsi lindung yang ada;
6. Tidak mengganggu upaya pelestarian kemampuan sumber daya alam;
7. Dalam hal kawasan siap bangun (kasiba) dan lingkungan siap bangun (lisiba),
penetapan lokasi dan penyediaan tanah; penyelenggaraan pengelolaan; dan
pembinaannya diatur di dalam Peraturan Pemerintah No.80 Tahun 1999
tentang Kawasan Siap Bangun dan Lingkungan Siap Bangun yang Berdiri
Sendiri.
Arahan kepadatan perumahan di Kota Pangkalpinang adalah sebagai berikut:
1. Tingkat Kepadatan Perumahan
Tingkat kepadatan perumahan di Kota Pangkalpinang dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu kepadatan tinggi, sedang, dan rendah. Tingkat kepadatan tinggi
adalah dengan jumlah rumah rumah per ha adalah 54 – 97 rumah per ha,
kepadatan sedang 24 – 53 rumah per ha, dan kepadatan rendah 0 -23 rumah
per ha. Namun untuk mengetahui luas peruntukan perumahan dari tingkat
kepadatan, dapat dilihat pada tabel 4.6 mengenai pola ruang di Kota
Pangkalpinang
2. Kepadatan Tinggi (54 – 97 unit rumah/Ha)
Termasuk dalam tingkat kepadatan tinggi adalah Kecamatan Tamansari dan
Kecamatan Rangkui. Termasuk ke dalam kawasan perumahan dengan
2
kepadatan tinggi yaitu perumahan kavling ukuran kecil 300 m2) pada
umumnya dihuni oleh kelas menengah atas dari etnis pribumi. Sedangkan
masyarakat kelas menengah atas (kalangan pengusaha) yang didominasi oleh
etnis keturunan Cina, lebih suka untuk tinggal di pusat kota dengan kavling
rapat dan kepadatan tinggi dalam gated community.
Perkembangan trend pembangunan real estate di kawasan Timur, Barat dan
Utara Kota Pangkalpinang merupakan dorongan trend psikologis bahwa kawasan
Timur, Barat dan Utara lebih baik lingkungannya, selain juga faktor ketersediaan
lahan yang juga masih sangat memungkinkan untuk pengembangan kawasan
permukiman baru. Untuk lebih jelasnya mengenai sebaran kepadatan perumahan
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.4
Luas Perumahan Berdasarkan Kepadatan Di Kota Pangkalpinang Tahun 2030
No
Keterangan
Kec.
Bukit
Intan
Perumahan
Kepadatan
198.34
Rendah
Perumahan
2
1483,03
Kepadatan
Sedang
Perumahan
3
549,16
Kepadatan
Tinggi
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2010
1
Kec.
Gerunggang
Kec.
Pangkalbalam
Kec.
Rangkui
Kec.
Tamansari
Jumlah
746,98
0,98
-
-
747,96
1057,00
1046,41
0,54
-
3586,98
576,61
486,33
574,71
131,88
2318,69
5.1.4.2 Skema Pengembangan Perumahan dan Permukiman
Dalam penanganan masalah perumahan permukiman ini tidak terlepas peran
pemerintah, baik pusat ataupun daerah. Hal ini tertuang dalam skema- skema
penanganan berupa kegiatan yang disesuaikan dengan karakteristik
permasalahan yang ada. Di tiap daerah skema ini menjadi bagian dari
program yang bersifat topdown ataupun hanya sebagai fasilitator bagi
pemerintah daerah. Efektivitas pelaksanaan program-program penanganan ini
sangat berbeda tiap daerah, sesuai dengan tingkat permasalahan baik secara
spasial ataupun adanya ketidaksesuaian arahan penanganan yang ada .
RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017
5 - 21
Peran Swasta dalam penanganan perumahan permukiman Kabupaten/Kota ini
sangat besar, terutama untuk penyediaan perumahan terorganisir. Namun dalam
pelaksanaan program ini bersifat provit oriented, walaupun demikian pemerintah
tetap memiliki peran untuk mengendalikan keberadaan pengembang melalui
perizinan-perizinan.
Kelompok swadaya masyarakat merupakan salah satu pendekatan yang
cukup efektif untuk memenuhi kebutuhan perumahan permukiman sesuai
dengan karakteristik sosial budaya, daya beli serta keinginan masyarakat.
Program ini juga tidak terlepas dari arahan rencana tata ruang yang ada, untuk
pengendalian serta pemanfaatan ruang di daerah. Karena ada kecenderungan
alih guna lahan terutama daerah yang memiliki lahan pertanian dengan irigasi
teknis ataupun kawasan konservasi. Pendekatan pengembangan keterpaduan
prasarana wilayah yang mendukung pembangunan permukiman di Kota
Pangkalpinang adalah :
• Mewujudkan suatu kawasan yang mampu mendorong pertumbuhan
ekonomi bagi kawasan tersebut dan sekitarnya serta dapat mendukung
struktur ruang Kota Pangkalpinang yang telah direncanakan
• Menciptakan sinergi keselarasan pengembangan antar wilayah dan antar
sector Pengembangan keterpaduan prasarana wilayah tersebut dilihat dari
kebijakan dan program yang diambil lebih mengikuti perkembangan
perumahan dan permukiman.
Pada dasarnya bentuk kegiatan yang akan dikembangkan akan mengacu
pada Pedoman pengembangan
yang
telah
diterbitkan
melalui
Pedoman Menpera No 08/PERMEN/M/2006 tahun 2006 Tentang Pedoman
Pelaksanaan Pemberiaan Stimulan
untuk
Perumahan
Swadaya
bagi
Masyarakat Berpenghasilan Rendah melalui lembaga keuangan mikro/lembaga
keuangan non Bank dan Permenpera No. 10/PERMEN/M/2007 Tahun 2007
Tentang Bantuan Stimulan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum Perumahan dan
Permukiman, di mana bentuk dukungan dapat berupa :
1. Pemberiaan Bantuan
(BSP2S) berupa :
a.
b.
Stimulan
Pembangunan
Perumahan
Swadaya
Peningkatan
Kualitas
rumah
(PK)
yang
ditujukan
untuk
perbaikan/pemugaran rumah tidak layak huni, dengan dana maksimal Rp.
5 Juta/KK/unit rumah.
Pembangunan baru rumah/perumahan (PB) yang ditujukan untuk
mengurangi backlog rumah, dengan dana maksimal Rp. 10
Juta/ KK/ unit rumah.
2. Kegiatan Peningkatan Kualitas Perumahan (PKP) yang ditujukan untuk
meningkatkan kualitas hidup melalui kelompok masyarakat pada
perumahan/lingkungan kumuh perkotaan/pedesaan dengan besaran dana
maksimal sebesar Rp. 3,3 juta/KK/unit rumah, dan untuk PSU Rp. 2 juta, dan
RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017
5 - 22
lebih ditekankan
berkelompok.
pada
sasaran
lingkungan
perumahan
kumuh
dan
Prioritas kegiatan yang akan diusulkan oleh Pemerintah Kota kepada Kementrian
Perumahan Rakyat adalah kawasan yang termasuk dalam kriteria kumuh berat
dan kawasan kumuh sedang.
5.1.5 Program-programSektor Pengembangan Permukiman
Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembanga
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
(RPIJM) KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017
Bab 5
Aspek Teknis Per Sektor
RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017
5- 1
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM)
Kota Pangkalpinang Tahun 2013-2017
5.1
PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman, permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian
yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana,
sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di
kawasan perkotaan atau perdesaan. Kegiatan pengembangan permukiman
terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan
perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari
pengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan kualitas
permukiman kumuh, sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan
terdiri dari pengembangan kawasan permukiman perdesaan, kawasan pusat
pertumbuhan, serta desa tertinggal. Secara umum perkembangan
permukiman yang berlangsung selama ini memperlihatkan semakin perlunya
pembangunan permukiman yang lebih berbasis wilayah bukan sektor. Sifat
dikotomis yang menimbulkan pertentangan antara yang baru dengan yang
lama, lokal dan pendatang, antara satu sektor kegiatan dengan sektor
kegiatan lainnya, modern dengan tradisional, kota dengan desa dan seterusnya,
harus dihilangkan sehingga laju ketimpangan yang menumbuhkan konflik
dapat diperlambat bahkan dihentikan. Perlunya pengalihan orientasi dari
membangun rumah ke membangun permukiman.
Ke depan upaya pengelolaan pembangunan permukiman harus
memungkinkan berkembangnya prakarsa membangun dari masyarakat
sendiri melalui mekanisme yang dipilihnya sendiri. Di pihak lain kemampuan
membangun permukiman secara komunitas harus direspon secara tepat oleh
pemerintah, sehingga kebutuhan akan identitas tetap terjaga dalam kerangka
pembangunan permukiman yang lebih menyeluruh. Kelangkaan prasarana
dasar dan ketidakmampuan memelihara serta memperbaiki permukiman
merupakan masalah utama dari perumahan dan permukiman yang ada.
Masalah tersebut justru menjadi lebih besar dengan adanya pembangunan
baru yang cenderung dibangun untuk kepentingan pembangunnya sendiri,
RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017
5- 2
dibandingkan sebagai bagian membangun permukiman secara menyeluruh
bagi kepentingan publik yang luas.
Dalam pelaksanaan Pembangunan perumahan (housing) dan permukiman
(human settlement) merupakan kegiatan yang bersifat multi sektoral. Rumah,
yang merupakan bagian dari suatu permukiman dan perumahan merupakan
salah satu kebutuhan primer/dasar bagi kehidupan manusia. Pemenuhan
kebutuhan akan rumah merupakan suatu ukuran bagi tercapainya
kesejahteraan. Rumah tersebut tidak hanya sekedar “ada” tetapi juga harus
memenuhi standar kelayakan. Penyediaan rumah adalah tanggung jawab
kita bersama. Baik oleh pemerintah, swasta maupun masyarakat sendiri.
Pemerintah dan swasta menyediakan rumah bagi masyarakat yang kemudian
berkembang menjadi perumahan, sedangkan masyarakat dengan
pertumbuhan alaminya memenuhi kebutuhan rumahnya yang kemudian
berkembang menjadi permukiman. Walaupun berbeda, namun keduanya
mempunyai tujuan yang sama, yaitu memenuhi kebutuhan rumah bagi
masyarakat. Pertumbuhan dan perkembangan perumahan dan permukiman
dapat menjadi pemicu dan pemacu perkembangan suatu wilayah secara
ekonomi, sosial dan kemasyarakatan.
Tentu saja tidak secara otomatis
begitu saja, tetapi perkembangan tersebut membutuhkan penyediaan
infrastruktur yang mendukungnya. Pembangunan perumahan dan permukiman
pada dasarnya dibangun atas dasar prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Pemenuhan kebutuhan akan rumah yang layak, yang merupakan beban
dan tanggung jawab masyarakat sendiri.
2. Pemerintah mendukung melalui penciptaan iklim yang memungkinkan
masyarakat mandiri dalam mencukupi kebutuhannya akan rumah yang
layak
dan melalui
penyediaan prasarana dan sarana dasar yang
memungkinkan
berlangsungnya
kegiatan
berkehidupan
dan
berpenghidupan di lingkungan perumahan dan permukiman.
Tujuan dari pengembangan permukiman ini adalah :
1. Memenuhi kebutuhan pengembangan permukiman (sarana dan prasarana
dasar permukiman)
2. Terwujudnya permukiman yang layak dalam lingkungan sehat, aman, serasi
dan teratur
3. Mengarahkan pertumbuhan wilayah
4. Menunjang kegiatan ekonomi melalui kegiatan pengembangan permukiman.
Adapun sasaran dari Pengembangan Permukiman adalah :
1. Terpenuhinya kebutuhan dasar permukiman
2. Tersedianya perumahan tipe RSH, RUSUNAWA
3. Terarahnya pertumbuhan wilayah
RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017
5- 3
4. Terdorongnya
permukiman.
kegiatan
ekonomi
melalui
kegiatan
pembangunan
Dalam pengembangan kawasan permukiman perkotaan beberapa hal yang
perlu diperhatikan adalah :
1. Penyediaan PSD bagi kawasan RSH
Target :
•
•
•
•
•
•
Perumahan yang diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan
rendah, khususnya PNS/TNI/Polri
Sesuai dengan RTRW dan Renstra Pemerintah Daerah
Dibangun sesuai PP 80 tahun 1999 tentang Kasiba dan Lisiba BS
Dukungan PSD dalam pembangunan RSH bagi PNS, TNI/Polri, pekerja
masyarakat berpenghasilan rendah
Diprioritaskan pada kawasan-kawasan skala besar dan yang dapat
segera mendorong perkembangan wilayah
Sudah menandatangani MoU antara Pemerintah Daerah dengan
Bapertarum.
Penanganan :
• Identifikasi lokasi-lokasi pengembangan kawasan permukiman baru
(Kasiba/Lisiba BS), diprioritaskan bagi kawasan yang mewujudkan
keberpihakan pada masyarakat berpenghasilan rendah termasuk PNS,
TNI, dan POLRI.
• Bantuan fisik berupa jalan akses dan jalan poros yang menghubungkan
kawasan baru.
Kontribusi Pemerintah daerah
• Menyediakan dana pendamping
• Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati
• Review minimal setahun sekali
2. Penataan dan Peremajaan Kawasan
Target :
•
•
•
•
Lingkungan permukiman pertokoan yang tidak teratur sehingga
menurunkan kualitas lingkungan permukiman perkotaan.
Lingkungan permukiman sebagai trip distribusi (distribusi pergerakan)
tidak accssible terhadap infrastruktur perkotaan.
Pengembangan kawasan permukiman yang tidak terkendali sehingga
berdampak pada lingkungan perkotaan.
Penanganan permukiman kumuh yang tidak efektif.
Penanganan :
• Pengendalian program dan kebijakan pengendalian kota besar dan
metropolitan.
RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017
5- 4
•
•
Perencanaan penanganan kawasan permukiman perkotaan
Penanganan kawasan permukiman perkotaan melalui peremajaan
kawasan perkotaan.
Kontribusi Pemerintah Daerah :
• Menyediakan dana pendamping
• Daftar lokasi disyahkan oleh Bupati
• Review minimal setahun sekali.
3. Pembangunan Rumah susun Sederhana Sewa
Target :
• Untuk Rusunawa yang diperuntukan masyarakat berpenghasilan rendah.
• Untuk Rusunawa yang diperuntukan bagi buruh, apabila sudah menjadi
permasalahan bagi pemerintah daerah.
Penanganan :
• Penetapan Pedoman, Perencanaan, Pengembangan, Pengawasan dan
Pengendalian Pembangunan.
• Penetapan Pedoman tentang Standar Pelayanan Minimal oleh
pemerintah kota dalam penyelenggaraan Rusunawa
• Bantuan teknis pembangunan, penghunian dan pengelolaan Rusunawa.
Kontribusi Pemerintah Daerah :
• Menyusun Renstra pembangunan permukiman termasuk pembangunan
rusunawa.
• Menyiapkan rencana pembangunan rusunawa
• Penyiapan lahan dan alokasi dana APBD
• Penyiapan manajemen penghunian dan pengelolaan Rusunawa
• Mengelokasikan subsidi pengelolaan Rusunawa per tahun melalui
APBD.
5.1.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan
5.1.1.1 Arahan Kebijakan
Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat peraturan
perundangan, antara lain:
1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional.
Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan
kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung
bagi seluruh masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut
mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan
RPJMN berikutnya.
RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017
5- 5
2. Undang - Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman.
Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan
dan kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir
c), penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan
perbaikan (butir e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap
perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f).
3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.
Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum,
rumahsusun khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab
pemerintah.
4. Peraturan Presiden No. 15
Penanggulangan Kemiskinan.
Tahun
2010
tentang
Percepatan
Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan
kemiskinan yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/ PRT / M/ 2010 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.
Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di
kawasan perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014.
Terkait dengan tugas dan wewenang pemerintah dalam pengembangan
permukiman maka UU No. 1/2011 mengamanatkan tugas dan wewenang sebagai
berikut:
A. Tugas
1. Pemerintah Pusat
a) Merumuskan dan menetapkan kebijakan dan strategi nasional di bidang
perumahan dan kawasan permukiman.
b) Merumuskan dan menetapkan kebijakan nasional tentang penyediaan
Kasiba dan Lisiba.
c) Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional di bidang
perumahan dan kawasan permukiman.
d) Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi pelaksanaan
kebijakan nasional penyediaan rumah dan pengembangan lingkungan
hunian dan kawasan permukiman.
e) Memfasilitasi pelaksanaan kebijakan dan strategi pada tingkat nasional.
2. Pemerintah Provinsi
a) Merumuskan dan menetapkan kebijakan dan strategi pada tingkat
provinsi di bidang perumahan dan kawasan permukiman dengan
berpedoman pada kebijakan nasional.
RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017
5- 6
b) Merumuskan dan menetapkan kebijakan penyediaan Kasiba dan Lisiba
lintas kabupaten/kota.
c) Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional pada tingkat
provinsi di bidang perumahan dan kawasan permukiman.
d) Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi pelaksanaan
kebijakan provinsi penyediaan rumah, perumahan, permukiman,
lingkungan hunian, dan kawasan permukiman.
e) Menyusun rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan
kawasan permukiman lintas kabupaten/kota.
f) Memfasilitasi pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum
perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.
g) Memfasilitasi penyediaan perumahan dan kawasan permukiman bagi
masyarakat, terutama bagi MBR.
h) Memfasilitasi pelaksanaan kebijakan dan strategi pada tingkat provinsi.
3. Pemerintah Kabupaten/Kota
a) Menyusun dan melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat
kabupaten/kota di bidang perumahan dan kawasan permukiman
dengan berpedoman pada kebijakan dan strategi nasional dan provinsi.
b) Menyusun dan rencana pembangunan dan pengembangan perumahan
dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
c) Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi terhadap
pelaksanaan kebijakan kabupaten/kota dalam penyediaan rumah,
perumahan, permukiman, lingkungan hunian, dan kawasan
permukiman.
d) Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan
peraturan perundang-undangan, kebijakan, strategi, serta program di
bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat
kabupaten/kota.
e) Melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota.
f) Melaksanakan melaksanakan peraturan perundang-undangan serta
kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
g) Melaksanakan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman.
h) Melaksanakan kebijakan dan strategi provinsi dalam penyelenggaraan
perumahan dan kawasan permukiman berpedoman pada kebijakan
nasional.
i) Melaksanakan pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum
perumahan dan kawasan permukiman.
j) Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional dan provinsi di
bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat
kabupaten/kota.
k) Menetapkan lokasi Kasiba dan Lisiba.
RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017
5- 7
B. Wewenang
1. Pemerintah Pusat
a) Menyusun dan menetapkan norma, standar, pedoman, dan criteria
rumah, perumahan, permukiman, dan lingkungan hunian yang layak,
sehat, dan aman.
b) Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan
permukiman.
c) Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundangundangan
bidang perumahan dan kawasan permukiman.
d) Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan
kawasan permukiman pada tingkat nasional.
e) Mengoordinasikan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan
peraturan perundang-undangan bidang perumahan dan kawasan
permukiman.
f) Mengevalusi peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan
strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada
tingkat nasional.
g) Mengendalikan pelaksanaan kebijakan dan strategi di bidang
perumahan dan kawasan permukiman.
h) Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan
permukiman kumuh.
i) Menetapkan kebijakan dan strategi nasional dalam penyelenggaraan
perumahan dan kawasan permukiman.
j) Memfasilitasi pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum
perumahan dan kawasan permukiman.
2. Pemerintah Provinsi
a) Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan
permukiman pada tingkat provinsi.
b) Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundangundangan
bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.
c) Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan
kawasan permukiman pada tingkat provinsi.
d) Mengoordinasikan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan
peraturan perundang-undangan, kebijakan, strategi, serta program di
bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.
e) Mengevaluasi peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan
strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada
tingkat provinsi.
f) Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan
permukiman kumuh pada tingkat provinsi.
RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017
5- 8
g) Mengoordinasikan pencadangan atau penyediaan tanah untuk
pembangunan perumahan dan permukiman bagi MBR pada tingkat
provinsi.
h) Menetapkan kebijakan dan strategi daerah provinsi dalam
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman berpedoman
pada kebijakan nasional.
3. Pemerintah Kabupaten/Kota
a) Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan
permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
b) Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundang-undangan
bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat
kabupaten/kota.
c) Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan
kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
d) Melaksanakan sinkronisasi dan sosialisasi peraturan perundangundangan serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan
dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
e) Mencadangkan atau menyediakan tanah untuk pembangunan
perumahan dan permukiman bagi MBR.
f) Menyediakan prasarana dan sarana pembangunan perumahan bagi
MBR pada tingkat kabupaten/kota.
g) Memfasilitasi kerja sama pada tingkat kabupaten/kota antara
pemerintah kabupaten/kota dan badan hukum dalam penyelenggaraan
perumahan dan kawasan permukiman.
h) Menetapkan lokasi perumahan dan permukiman sebagai perumahan
kumuh dan permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota.
i) Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan
permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota.
5.1.1.2 Lingkup Kegiatan
Mengacu pada Permen PU No. 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Pekerjaan Umum maka Direktorat Pengembangan
Permukiman mempunyai tugas di bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
pembinaan teknik dan pengawasan teknik, serta standardisasi teknis dibidang
pengembangan permukiman. Adapun fungsi Direktorat Pengembangan
Permukiman adalah:
a) Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan permukiman di
perkotaan dan perdesaan;
b) Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan kawasan
permukiman baru di perkotaan dan pengembangan kawasan perdesaan
potensial;
RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017
5- 9
c) Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas
permukiman kumuh termasuk peremajaan kawasan dan pembangunan rumah
susun sederhana;
d) Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas
permukiman di kawasan tertinggal, terpencil, daerah perbatasan dan pulaupulau kecil termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;
e) Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan
kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang pengembangan
permukiman;
f) Pelaksanaan tata usaha Direktorat.
5.1.2
Kondisi Eksisting Permukiman
Dalam pelaksanaan Pembangunan perumahan (housing) dan permukiman
(human settlement) merupakan kegiatan yang bersifat multi sektoral. Rumah,
yang merupakan bagian dari suatu permukiman dan perumahan merupakan
salah satu kebutuhan
primer/dasar bagi kehidupan manusia. Pemenuhan
kebutuhan akan rumah merupakan suatu ukuran bagi tercapainya
kesejahteraan. Rumah tersebut tidak hanya sekedar “ada” tetapi juga harus
memenuhi standar kelayakan dan penyediaan rumah adalah tanggung jawab
kita bersama baik oleh pemerintah, swasta maupun masyarakat sendiri.
Pemerintah dan swasta menyediakan rumah bagi masyarakat yang kemudian
berkembang menjadi perumahan, sedangkan masyarakat dengan pertumbuhan
alaminya memenuhi kebutuhan rumahnya yang kemudian berkembang menjadi
permukiman. Walaupun berbeda, namun keduanya mempunyai tujuan yang
sama, yaitu memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat.
Pertumbuhan dan perkembangan perumahan dan permukiman dapat menjadi
pemicu dan pemacu perkembangan suatu wilayah secara ekonomi, sosial dan
kemasyarakatan. Tentu saja tidak secara otomatis begitu saja, tetapi
perkembangan tersebut membutuhkan penyediaan infrastruktur yang
mendukungnya.
Pembangunan perumahan dan permukiman pada dasarnya dibangun atas dasar
prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Pemenuhan kebutuhan akan rumah yang layak, yang merupakan beban
dan tanggung jawab masyarakat sendiri.
2. Pemerintah mendukung melalui penciptaan iklim yang memungkinkan
masyarakat mandiri dalam mencukupi kebutuhannya akan rumah yang
layak dan melalui penyediaan prasarana dan sarana dasar yang
memungkinkan berlangsungnya kegiatan berkehidupan dan berpenghidupan
di lingkungan perumahan dan permukiman.
Jika diperhatikan kondisi di lapangan di Kota Pangkalpinang, pengadaan
perumahan selama ini sebagian besar diselenggarakan oleh masyarakat, dan
RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017
5 - 10
sebagian kecil yang pengadaannya oleh pemerintah. Penyelenggaraan dan
pengadaan perumahan oleh masyarakat atau swasta boleh saja dilaksanakan
asalkan tidak menyalahi peruntukan lahan yang seyogyanya telah direncanakan
oleh pihak pemerintah kota.
Secara umum lokasi perumahan penduduk
cenderung menyebar di seluruh kecamatan yang termasuk ke dalam wilayah Kota
Pangkalpinang. Konsentrasi permukiman penduduk terjadi di pusat kota dan
sekitarnya yang tergolong memiliki tingkat kepadatan tertinggi. Kondisi ini dapat
ditemui di Kecamatan Tamansari.
Selain itu permukiman cenderung
terkonsentrasi juga di sepanjang jalan yang menuju ke arah Bandar udara Depati
Amir. Bahkan di ruas jalan tersebut, ditemukan kawasan perumahan yang
tergolong elit untuk masyarakat menengah ke atas.
Jumlah Penduduk di Kota Pangkal Pinang pada tahun 2012 sebanyak 210.146
jiwa yang memerlukan permukiman sebagai sarana tempat tinggal. Perumahan di
Kota Pangkal Pinang terbagi menjadi 3 jenis perumahan yaitu perumahan dengan
kepadatan tinggi, sedang dan rendah, pada saat ini penyebaran perumahan dan
permukiman yang ada di kota ini tidak terkonsentrasi pada satu titik saja akan
tetapi menyebar disetiap kecamatan, hal ini sangat memungkinkan karena
ketersediaan lahan yang tidak terbangun masih cukup besar, sehingga
pengembangan fasilitas ini
menyebar di seluruh kecamatan dengan
memanfaatkan kawasan budidaya permukiman yang ada. Mengingat
Perkembangan Kota Pangkal Pinang yang cukup pesat serta untuk
mengantisipasi perkembangan perumahan dan permukiman yang tidak terkendali
di masa mendatang, maka diperlukan arahan pengendalian pengembangan sejak
dari sekarang. Pada saat ini perumahan dan permukiman yang ada di Kota
Pangkal Pinang masih terkonsentrasi di pusat dan linier mengikuti jaringan jalan,
akan tetapi di dalam pengembangannya kawasan perumahan dan permukiman ini
mulai di arahkan ke arah Timur dan arah Barat kota, serta kearah Utara kota
yaitu di Kecamatan Bukit Intan,Kecamatan Gerunggang dan kecamatan Pangkal
Balam khususnya kelurahan Selindung.
Pada saat ini ada tiga jenis perumahan yang cenderung berkembang di Kota
Pangkal Pinang, Ketiga perumahan yang dapat mengakomodasi kebutuhan
penduduk di kota tersebut adalah perumahan formal, perumahan perkampungan,
dan perumahan kumuh (kawasan kumuh). Berikut ini akan diuraikan beberapa
karakteristik perumahan yang terdapat di Kota Pangkal Pinang.
A. Perumahan Formal
Perumahan formal adalah perumahan yang dibangun oleh developer.
Perumahan formal yang ada di Kota Pangkal Pinang, jumlahnya belum begitu
banyak. Sebagian besar lahan perumahan di Kota Pangkal Pinang telah
dikelola oleh pihak Developer. Begitu pula dengan keberadaan sarana dan
prasarana di sekitarnya. Kondisi bangunan perumahan formal ini berupa
bangunan permanen. Perumahan jenis ini biasanya dihuni oleh golongan
masyarakat menengah ke atas dengan taraf perekonomian yang cenderung
RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017
5 - 11
cukup hingga tinggi. Perumahan jenis ini memiliki kondisi lngkungan yang
relatif bersih, sehat, teratur dan terawat dengan baik. Perumahan formal,
apalagi yang letaknya di perkotaan memiliki fasilitas pendukung, berupa
berbagai macam sarana dan prasarana pelengkap dan penunjang untuk
mengakomodasi seluruh kebutuhan penduduk di lingkungan perumahan
tersebut. Dari data di lapangan terlihat, bahwa pengembangan perumahan
dari segi kuantitas sudah mulai berkembangan pesat, hal ini terlihat dari
sudah banyak pengembang yang telah mengantongi ijin dan bahkan sudah
melakukan pengesahan rencana tapak (site plan) meskipun masih terdapat
beberapa lokasi yang oleh karena beberapa sebab belum dapat direalisasikan
pembangunannya, sehingga berdampak pada bertambahnya jumlah tanah
terlantar.
Hal ini masih dimungkinkan bertambah dengan adanya
permohonan baru dari pengembang lainnya yang akan membangun
perumahan di Kota Pangkal Pinang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel 5.1 di bawah ini.
Tabel 5.1
Banyaknya Surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Yang Dikeluarkan
Di Kota Pangkal Pinang Tahun 2011
No
1
2
3
4
5
6
7
Kecamatan
Rangkui
Bukit Intan
Grimaya
Pangkalbalam
Gabek
Taman Sari
Gerunggang
Jumlah Total
Tahun 2011
81
157
34
41
235
50
61
659
Sumber: Pangkal Pinang Dalam Angka, 2012
B. Perumahan Perkampungan
Perumahan perkampungan di Kota Pangkal Pinang relatif berada di
lingkungan yang jauh dari pusat kota dan mengarah ke daerah perkampungan
nelayan dan sepanjang aliran sungai. Pada umumnya perumahan tersebut
belum tertata dengan baik dan cenderung bersifat kumuh, juga tingkat sarana
dan prasarana pelayananan yang tersedia sangat minim dengan kondisi yang
kurang baik. Perumahan perkampungan yang ada di kota ini sangat
membantu perekonomian masyarakat setempat walaupun kondisinya tidak
terlalu baik (menengah ke bawah).
C. Kawasan Kumuh
Karakteristik kawasan kumuh di Kota Pangkalpinang sangat berbeda dengan
karakteristik kawasan kumuh di kota-kota besar lainnya di Indonesia.
Kekumuhan di kota-kota besar lainnya di Indonesia lebih disebabkan
keterbatasan lahan untuk menampung jumlah penduduk yang begitu besar.
RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017
5 - 12
Sedangkan tingkat kekumuhan di Kota Pangkalpinang lebih disebabkan
karena faktor ekonomi dalam arti ketidakmampuan masyarakat menciptakan
lingkungan permukiman yang sehat karena keterbatasan ekonomi, selain itu
faktor penyebab kekumuhan di Kota Pangkalpinang juga disebabkan karena
kekurang pahaman masyarakat akan pentingnya lingkungan yang sehat, ini
terlihat dari kebiasaan sebagian masyarakat yang masih belum mampu
memanfaatkan dan memelihara infrastruktur secara optimal.
Di samping itu tingkat kekumuhan di Kota Pangkalpinang juga disebabkan
karena pengaruh faktor alamiah seperti adanya pengaruh pasang surut air
laut, sehingga muncul daerah-daerah genangan yang semakin lama
cenderung berkembang menjadi kawasan kumuh. Pada bagian ini akan coba
diuraikan beberapa titik lokasi kawasan kumuh di Kota Pangkalpinang.
Kondisi penduduk miskin di Kota Pangkalpinang dapat dilihat dari jumlah
rumah tangga miskin atau KK miskin. Berdasarkan hasil pendataan dari
Badan Pusat Statistik Kota Pangkalpinang, pada tahun 2011 jumlah rumah
tangga miskin di Kota Pangkalpinang sebanyak 4.070 jiwa. Seiring dengan
pesatnya pertumbuhan penduduk Kota Pangkalpinang, belum dapat
sepenuhnya diimbangi dengan pemenuhan prasarana dan sarana serta
layanan umum yang menjadi kebutuhan dasar masyarakat yang berdampak
pada tumbuhnya kawasan-kawasan kumuh. Lokasi Kawasan Kumuh yang
terdapat di Kota Pangkal Pinang tersebar di beberapa kecamatan, seperti
pada Kecamatan Taman Sari terdapat di Kelurahan Opas Indah dan
Kelurahan Gedung Nasional, di Kecamatan Pangkal Balam terdapat di
Kelurahan Ketapang dan kelurahan Lontong Pancur, di Kecamatan Rangkui
terdapat di Kelurahan Pasar Padi, Kelurahan Pasir Putih, Kelurahan Parit
Lalang, di Kecamatan Bukit Intan terdapat di Kelurahan Semabung Lama dan
di Kecamatan Gerunggang terdapat di Kelurahan Kacang Pedang dan
Kelurahan Taman Bunga. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di tabel 5.2 di
bawah ini.
Tabel 5.2
Lokasi Kawasan Kumuh di Kota Pangkalpinang
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Lokasi
Kelurahan Ketapang, Kecamatan Pangkalbalam
Kelurahan Lontong Pancur, Kecamatan Pangkalbalam
Kelurahan Gedung Nasional, Kecamatan Tamansari
Kelurahan Opas Indah, Kecamatan Tamansari
Kelurahan Pasar Padi, Kecamatan Rangkui
Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Rangkui
Kelurahan Parit Lalang, Kecamatan Rangkui
Kelurahan Kacang Pedang, Kecamatan Gerunggang
Kelurahan Taman Bunga, Kecamatan Gerunggang
Kelurahan Semabung Lama, Kecamatan Bukit Intan
Luas Kawasan
± 12 Ha
± 8 Ha
± 4,5 Ha
± 4,5 Ha
± 4 Ha
± 3 Ha
± 5,5 Ha
± 7,9 Ha
± 4 Ha
± 5 Ha
Sumber : Buku Putih Sanitas (BPS) Kota Pangkalpinang Tahun 2012
RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017
5 - 13
5.1.3 Isu Strategis dan Tantangan Pengembangan Permukiman
Masalah lingkungan pemukiman yang diakibatkan karena perkembangan
penduduk dan kepadatan bangunan tidak terjadi di Kota Pangkalpinang. Yang
ada adalah rusaknya sarana prasarana karena genangan air yang menimpa
secara periodik. Kualitas rumah penduduk pada umumnya masih sudah
permanen hanya saja masih ada rumah penduduk yang semi permanen yang
berkontruksi kayu dan panggung terutama untuk rumah-rumah yang berada di
daerah pinggiran perkotaan.
Dalam sektor pengembangan permukiman akan dititik beratkan dalam
penanganan kawasan pemukiman secara menyeluruh, dengan demikian akan
dapat dicapai pembentukan pola pemukiman yang serasi dan seimbang.
Lingkungan pasar sebagai salah satu komponen pemukiman di Kota
Pangkalpinang, tidak ada masalah yang perlu penanganan segera, hanya terlihat
perlu adanya sistem pengelolaan yang intensif termasuk pemeliharaan sarana
dan prasarananya seperti, jalan setapak, saluran drainase, pengelolaan sampah
dan air limbah. Karena kesan yang ditimbulkan oleh pasar saat ini adalah kotor
dan tidak terpelihara, sedangkan pasar merupakan sektor yang dapat dijadikan
recovery sektor dan dapat mengkontribusi kenaikan PAD.
Kenyataan menunjukkan bahwa urusan perumahan dan permukiman sering
tumbuh sebagai sumber permasalahan yang seakan tidak berujung (the
endless problems) bagi sebagian besar pemerintah Daerah, hal ini ditunjukkan
antara lain oleh :
1. Berkembangnya penguasaan lahan skala besar oleh banyak pihak yang
tidak disertai dengan kemampuan untuk membangun atau merealisasikan
tepat pada waktunya.
2. Pemberian perijinan penguasaan lahan untuk kawasan perumahan dan
permukiman yang umumnya belum dilandasi pada kerangka penataan
wilayah yang lebih menyeluruh.
3. Belum terorganisasikannya perencanaan dan pemograman pembangunan
perumahan dan permukiman yang dapat saling mengisi antara ketersediaan
sumberdaya pembangunan dan kebutuhan yang berkembang di masyarakat.
4. Penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman, yang
nampaknya belum menjadi prioritas bagi banyak pemerintah Daerah karena
berbagai sebab dan keterbatasan.
5. Belum tertampungnya aspirasi dan kepentingan masyarakat yang
memerlukan rumah termasuk hak untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan
pembangunan.
6. Penyediaan tanah, prasarana dan sarana, teknologi bahan bangunan,
konstruksi,pembiayaan
dan
kelembagaan
masih
memerlukan
pengaturan yang dapat mengakomodasi muatan dan kapasitas lokal.
7. Tidak seimbangnya pembangunan Desa dan Kota yang telah
menumbuhkan berbagai kesenjangan sosio-ekonomi, akibatnya desa
RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017
5 - 14
menjadi kurang menarik dan dianggap tidak cukup prospektip untuk dihuni
sedang kota semakin padat dan tidak nyaman untuk dihuni.
8. Kekurangsiapan
dalam
mengantisipasi kecepatan
dan dinamika
pertumbuhan fisik dan fungsional kawasan perkotaan, sehingga
kawasan kumuh tumbuh sejalan dengan berkembangnya pusat-pusat
kegiatan ekonomi.
Permasalahan yang sering dihadapi dalam pembangunan dan pengembangan
permukiman antara lain sebagaian masyarakat belum memahami dengan baik
sehingga sosialisasi sangat diperlukan untuk menyamakan persepsi pentingnya
pengembangan permukiman untuk meningkatkan kesejahteraan warga dan
kawasan menjadi lebih maju dan mandiri.
Permasalahan lain yaitu masyarakat masih mengharapkan setiap pembangunan
di lingkungannya dilakukan oleh Pemerintah. Selain itu lahan dan ruang di
perkotaan yang terbatas telah menjadikan kawasan perkotaan menjadi daya tarik
bagi masyarakat dan masyarakat migrant untuk datang dan tinggal karena
kemudahan aksesibilitas ke pusat kota.
Akibatnya sering dijumpai kawasan perkotaan menjadi kumuh karena lahan dan
ruang yang terbatas telah beralih fungsi ruang, seperti: sempadan jalan, trotoar,
saluran, ruang terbuka hijau dll dipergunakan untuk tempat jualan atau bahkan
sebagai tempat hunian.
5.1.4
Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman
5.1.4.1
Kebutuhan Pengembangan
Pangkalpinang
perumahan
dan
Permukiman
di
Kota
Kota Pangkal Pinang yang memiliki jumlah penduduk pada tahun 2011 sebesar
189.910 jiwa, sejalan dengan perkembangan kota yang sangat pesat pada
masa yang akan datang terutama pada lima tahun kedepan akan mengalami
perkembangan penduduk yang sangat tinggi sehingga tentunya akan
memerlukan perumahan sebagai sarana tempat tinggal. Pengembangan
perumahan dan kawasan permukiman di Kota Pangkal Pinang diarahkan
sesuai dengan arahan pengembangan kawasan perumahan berimbang yaitu
perumahan dengan kepadatan Tinggi, Sedang dan Rendah. Sehingga
diharapkan arahan pengembangan ketiga jenis perumahan tersebut dapat
mengakomodasi kebutuhan penduduk di Kota Pangkal Pinang
Arahan pengembangan Perumahan dan permukiman di Kota Pangkal Pinang
sesuai dengan kebijakan yang tertuang di dalam RTRW Pangkal Pinang 20112031 dikembangkan dan memanfaatkan kawasan budidaya permukiman yang
ada terutama diarahkan ke bagianTimur ,Barat, dan arah Utara Kota yaitu di
Kecamatan Bukit Intan, Kecamatan Gerunggang, dan Kecamatan Pangkal
Balam khususnya Selindung. Arahan Pengembangan ini diharapkan dikelola
RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017
5 - 15
oleh pihak
Developer
dengan Pihak pemerintah
mengesampingkan aspirasi dari pihak masyarakat setempat.
dengan
tidak
Perumahan dan Permukiman yang diarahkan di Kota Pangkal Pinang adalah
sebagai berikut:
• Perumahan dan permukiman dengan Kepadatan Tinggi di arahkan di
Kecamatan Taman Sari dan Kecamatan Rangkui.
• Perumahan dan Permukiman dengan Kepadatan Sedang diarahkan di
Kecamatan Pangkal Balam sebelah Utara, Kecamatan Rangkui sebelah
Selatan. Khusus untuk Kecamatan Pangkal Balam, arahan pengembangan
perumahan di kecamatan ini terutama di arahkan untuk penyediaan fasilitas
perumahan yang diperuntukkan bagi PNS, Rusun dan perumahan untuk
ekonomi kelas menengah.
• Perumahan dengan Kepadatan Rendah diarahkan di Kecamatan
Gerunggang sebelah Timur, Kecamatan Bukit Intan sebelah Utara dan
Kecamatan Pangkal Balam.
Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman perkotaan dan
perdesaan tetap dilakukan seimbang sesuai dengan skala prioritas kawasan
sehingga antar kawasan dapat saling mendukung dan melengkapi.
Pembangunan dan pengembangan kawasan terpilih pusat pengembangan
perkotaan perlu dilakukan secara bertahap sehingga nantinya antar kawasan
memiliki potensi dan karakteristik khas yang saling mendukung dan melengkapi.
Keterpaduan antar kawasan akan lebih efisien dan efektif dalam penyediaan
prasarana dan sarana dasar perkotaannya, serta perlu ditindaklanjuti dengan
program/kegiatan yang mendukung pembangunan kawasan. Rencana tindak
(action plan) setiap tahunnya yang telah disusun perlu didukung, baik itu
dukungan kebijakan maupun pendanaannya dari Pemerintah Pusat, Propinsi
maupun Pemerintah Kota Pangkal Pinang. Selain itu peran serta pihak swasta
dan masyarakat juga perlu ditumbuhkembangkan sehingga warga
masyarakatnya mampu mandiri.
Kajian-kajian lanjutan dalam penentuan Pusat Pengembangan Perkotaan tetap
dilakukan sehingga akan ada pengembangan kawasan baru yang memiliki
potensi-potensi lain yang spesifik atau memiliki karakteristik yang berbeda antar
kawasan. Sehingga nantinya secara lebih luas, antar pusat pertumbuhan akan
saling mendukung dan melengkapi untuk keberhasilan pembangunan di Kota
Pangkal Pinang .
Program/kegiatan perbaikan lingkungan perumahan dan permukiman serta
penyediaan PSD untuk meningkatkan kualitas permukiman di Kota Pangkal
Pinang masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat, karena masih adanya
pandangan/persepsi masyarakat bahwa Pemerintah yang akan memperbaiki
prasarana dan sarana dasarnya. Di sisi lain, masih ada masyarakat yang belum
RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017
5 - 16
mampu meningkatkan kondisi perumahan dan permukiman menjadi layak huni
melalui perbaikan perumahan maupun lingkungannya sendiri.
Pemberian bantuan stimulant dari Pemerintah Kota Pangkal Pinang selama ini
hanya sebagai pendorong bagi masyarakat untuk ikut membangun dan
selanjutnya dapat mandiri dalam memperbaiki perumahan dan permukimannya
menjadi lebih sehat dan layak huni.
Kawasan perumahan sebagaimana yang dimaksud pada Pasal 33 ayat (3)
huruf a bertujuan untuk :
1. Memberikan kepastian hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan
permukiman;
2. memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia,
dalam rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat;
3. mewujudkan perumahan dan permukiman yang layak dalam lingkungan
yang sehat, aman, serasi, dan teratur;
4. mendukung pertumbuhan wilayah dan penyebaran penduduk yang rasional
melalui pertumbuhan kawasan perumahan dan lingkungan perumahan
sesuai dengan tata ruang untuk mewujudkan keseimbangan kepentingan,
terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah;
5. meningkatkan daya guna dan hasil guna sumber daya alam bagi
pembangunan perumahan dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi
lingkungan;
6. memberdayakan para pemangku kepentingan bidang pembangunan
perumahan dan permukiman;
7. memberi arah pada pertumbuhan wilayah dan persebaran penduduk yang
rasional; dan
8. menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial, budaya, dan menjamin
terwujudnya rumah yang layak huni dan terjangkau dalam lingkungan yang
sehat, serasi, aman, terpadu, teratur, terencana dan berkelanjutan.
Adapun perhitungan kebutuhan lahan perumahan untuk Kota Pangkalpinang
adalah untuk jangka 20 tahun. Sebagai dasar perhitungan untuk perencanaan
perumahan di Kota Pangkalpinang, luas kavling perumahan dibagi berdasarkan
2
proporsi 1 : 3 : 6 dengan luas masing-masing 300 m untuk kavling rumah besar,
2
2
200 m untuk kavling rumah sedang, dan 120 m untuk kavling rumah kecil.
Diasumsikan setiap keluarga menempati satu rumah dengan rata-rata jumlah
anggota keluarga 5 jiwa/KK.
Dari hasil perhitungan, hingga Tahun 2030 diperkirakan dibutuhkan unit rumah
baru yang perlu disediakan melalui mekanisme pasar (pola formal developer).
Melalui pola hunian berimbang (konsep 1 : 3 : 6 ) ini, kebutuhan rumah tipe
besar diperkirakan sebesar 2.910 unit, tipe menengah 8.729 unit, dan tipe kecil
17.457 unit. Dari demand pemenuhan kebutuhan rumah tersebut, selanjutnya
dapat dihitung kebutuhan ruang bagi penyediaan perumahan melalui pola
developer di Kota Pangkalpinang.
RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017
5 - 17
Adapun kebutuhan ruang bagi penyediaan rumah melalui pola hunian berimbang
1 : 3 : 6, dihitung dengan menetapkan kapling besar mempunyai luas 300 m2,
kapling menengah 200 m2, dan kapling kecil 120 m2. Dan hasil perhitungan, total
kebutuhan lahan bagi penyediaan perumahan hingga Tahun 2030 adalah
sebesar 2.636,9 Ha (hanya kapling rumah saja). Dengan mengasumsikan bahwa
30% dari kawasan permukiman diperuntukkan bagi infrastruktur lingkungan,
maka total ruang yang dibutuhkan bagi pengembangan perumahan baru di Kota
Pangkalpinang hingga Tahun 2030 adalah sebesar 1.705 Ha.
Fasilitas perumahan tersebut menyebar di seluruh kecamatan dengan
memanfaatkan kawasan budidaya permukiman yang ada. Pengembangan
kawasan perumahan dan permukiman terutama diarahkan ke arah Timur dan
arah Barat kota, serta kearah Utara kota yaitu di Kecamatan Bukit
Intan,Kecamatan Gerunggang dan kecamatan Pangkal Balam khususnya
kelurahan Selindung. Untuk lebih jelasnya mengenai kebutuhan rumah di Kota
Pangkalpinang dapat dilihat pada Tabel 5.3
Tabel 5.3
Proyeksi Kebutuhan Perumahan Di Kota Pangkalpinang Tahun 2030
Type Rumah
TOTAL
No.
Kecamatan
Type Kecil
RT
Unit
LB
(M2)
Type Sedang
LL
(M2)
Unit
LB
(M2)
Type Besar
LL
(M2)
Unit
LB
(M2)
LL
(M2)
LB
(M2)
LL
(M2)
1
Tamansari
5.742
3.445
72.348
124.197
1.723
120.580
180.870
574
143.547
215.321
336.475
520.388
2
Pangkalbala
m
15.683
9.410
197.611
339.232
4.705
329.351
494.027
1.568
392.085
588.127
919.047
1.421.386
3
Rangkui
17.925
10.755
225.861
387.728
5.378
376.435
564.653
1.793
448.137
672.206
1.050.434
1.624.588
4
Bukit Intan
16.212
9.727
204.276
350.674
4.864
340.460
510.690
1.621
405.310
607.964
950.046
1.469.328
5
Gerunggang
13.468
8.081
169.691
291.303
4.040
282.819
424.228
1.347
336.689
505.034
789.199
1.220.565
869.787
1.493.13
5
20.70
9
1.725.768
2.588.65
3
4.045.201
6.256.256
Jumlah
69.031
41.418
1.449.646
2.174.468
6.903
Sumber : RTRW Kota Pangkalpinang Tahun 2010-2030
Berdasarkan klasifikasi perumahan yang ada di Kota Pangkalpinang terdiri dari 3
tipe yakni :
a. Perumahan Tipe Besar :
• Jenis penggunaan yang diijinkan antara lain : bangunan perumahan besar
renggang dengan konstruksi permanen, bangunan perumahan flat,
bangunan kantor renggang, bangunan dengan jenis kegiatan sosial, atau
perdagangan atau administrasi;
• Garis sempadan bangunan depan sekurang-kurangnya 5 meter;
• Garis sempadan bangunan belakang sekurang-kurangnya 2 meter;
• Jenis penggunaan yang dilarang antara lain: bangunan perumahan sedang
renggang dengan konstruksi permanen, bangunan perumahan berhimpitan
RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017
5 - 18
terdiri atas dua rumah (kopel), bangunan kantor berhimpitan, bangunan
rumah sedang berhimpitan/gandeng lebih dari dua rumah;
2
• Luas persil 200 - 300 m atau lebih;
• Jumlah perumahan tipe besar ditetapkan sebesat 10% dari total kebutuhan
rumah dengan menggunakan konsep 1:3:6, yang artinya setiap
pembangunan 10 unit rumah 1 unit rumah dialokasikan untuk rumah type
besar, 3 unit rumah type sedang dan 6 unit rumah type kecil.
b. Perumahan Tipe Sedang :
• Jenis penggunaan yang diijinkan antara lain: bangunan perumahan sedang
renggang dengan konstruksi permanen, bangunan perumahan flat,
bangunan perumahan berhimpitan terdiri atas dua rumah (kopel); bangunan
kantor berhimpitan;
• Garis sempadan bangunan depan sekurang-kurangnya 5 meter;
• Garis sempadan bangunan belakang sekurang-kurangnya 2 meter;
• Jenis penggunaan yang dilarang antara lain : bangunan perumahan dengan
konstruksi semi permanen dan sementara, bangunan rumah sedang
berhimpitan/gandeng lebih dari dua rumah; bangunan perumahan besar
renggang, bangunan bertingkat;
• Luas persil 120 – 200 m2 atau lebih;
• Jumlah perumahan type sedang ditetapkan sebesat 30% dari total
kebutuhan rumah dengan menggunakan konsep 1:3:6.
c. Perumahan Type Kecil:
• Jenis penggunaan yang diijinkan antara lain: bangunan perumahan dengan
konstruksi semi permanen dan sementara, bangunan perumahan
berhimpitan terdiri atas dua rumah (kopel), bangunan rumah sedang
berhimpitan/gandeng lebih dari dua rumah, bangunan kantor berhimpitan;
• Garis sempadan bangunan depan sekurang-kurangnya 3 meter;
• Garis sempadan bangunan belakang sekurang-kurangnya 1,5 meter;
• Jenis penggunaan yang dilarang antara lai : bangunan perumahan flat,
bangunan bertingkat, bangunan perumahan besar renggang;
2
• Luas persil < 120 m atau lebih;
• Jumlah perumahan type kecil ditetapkan sebesat 60% dari total kebutuhan
rumah dengan menggunakan konsep 1:3:6.
d. Kawasan peruntukan permukiman memiliki fungsi antara lain:
• Sebagai lingkungan tempat tinggal dan tempat kegiatan yang mendukung
perikehidupan dan penghidupan masyarakat sekaligus menciptakan
interaksi sosial;
• Sebagai kumpulan tempat hunian dan tempat berteduh keluarga serta
sarana bagi pembinaan keluarga.
Kriteria umum dan kaidah perencanaan kawasan Perumahan dan Permukiman:
RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017
5 - 19
1. Ketentuan pokok tentang perumahan, permukiman, peran masyarakat dan
pembinaan perumahan dan permukiman nasional mengacu kepada UndangUndang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman dan Surat
Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No.217/KPTS/M/2002
tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman
(KSNPP);
2. Pemanfaatan ruang untuk kawasan peruntukan perumahan dan permukiman
harus sesuai dengan daya dukung tanah setempat dan harus dapat
menyediakan lingkungan yang sehat dan aman dari bencana alam serta dapat
memberikan lingkungan hidup yang sesuai bagi pengembangan masyarakat,
dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan hidup;
3. Kawasan peruntukan perumahan dan permukiman harus memiliki prasarana
jalan dan terjangkau oleh sarana tranportasi umum;
4. Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan peruntukan perumahan dan
permukiman harus didukung oleh ketersediaan fasilitas fisik atau utilitas umum
(pasar, pusat perdagangan dan jasa, perkantoran, sarana air bersih,
persampahan, penanganan limbah dan drainase) dan fasilitas sosial
(kesehatan, pendidikan, agama);
5. Tidak mengganggu fungsi lindung yang ada;
6. Tidak mengganggu upaya pelestarian kemampuan sumber daya alam;
7. Dalam hal kawasan siap bangun (kasiba) dan lingkungan siap bangun (lisiba),
penetapan lokasi dan penyediaan tanah; penyelenggaraan pengelolaan; dan
pembinaannya diatur di dalam Peraturan Pemerintah No.80 Tahun 1999
tentang Kawasan Siap Bangun dan Lingkungan Siap Bangun yang Berdiri
Sendiri.
Arahan kepadatan perumahan di Kota Pangkalpinang adalah sebagai berikut:
1. Tingkat Kepadatan Perumahan
Tingkat kepadatan perumahan di Kota Pangkalpinang dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu kepadatan tinggi, sedang, dan rendah. Tingkat kepadatan tinggi
adalah dengan jumlah rumah rumah per ha adalah 54 – 97 rumah per ha,
kepadatan sedang 24 – 53 rumah per ha, dan kepadatan rendah 0 -23 rumah
per ha. Namun untuk mengetahui luas peruntukan perumahan dari tingkat
kepadatan, dapat dilihat pada tabel 4.6 mengenai pola ruang di Kota
Pangkalpinang
2. Kepadatan Tinggi (54 – 97 unit rumah/Ha)
Termasuk dalam tingkat kepadatan tinggi adalah Kecamatan Tamansari dan
Kecamatan Rangkui. Termasuk ke dalam kawasan perumahan dengan
2
kepadatan tinggi yaitu perumahan kavling ukuran kecil 300 m2) pada
umumnya dihuni oleh kelas menengah atas dari etnis pribumi. Sedangkan
masyarakat kelas menengah atas (kalangan pengusaha) yang didominasi oleh
etnis keturunan Cina, lebih suka untuk tinggal di pusat kota dengan kavling
rapat dan kepadatan tinggi dalam gated community.
Perkembangan trend pembangunan real estate di kawasan Timur, Barat dan
Utara Kota Pangkalpinang merupakan dorongan trend psikologis bahwa kawasan
Timur, Barat dan Utara lebih baik lingkungannya, selain juga faktor ketersediaan
lahan yang juga masih sangat memungkinkan untuk pengembangan kawasan
permukiman baru. Untuk lebih jelasnya mengenai sebaran kepadatan perumahan
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.4
Luas Perumahan Berdasarkan Kepadatan Di Kota Pangkalpinang Tahun 2030
No
Keterangan
Kec.
Bukit
Intan
Perumahan
Kepadatan
198.34
Rendah
Perumahan
2
1483,03
Kepadatan
Sedang
Perumahan
3
549,16
Kepadatan
Tinggi
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2010
1
Kec.
Gerunggang
Kec.
Pangkalbalam
Kec.
Rangkui
Kec.
Tamansari
Jumlah
746,98
0,98
-
-
747,96
1057,00
1046,41
0,54
-
3586,98
576,61
486,33
574,71
131,88
2318,69
5.1.4.2 Skema Pengembangan Perumahan dan Permukiman
Dalam penanganan masalah perumahan permukiman ini tidak terlepas peran
pemerintah, baik pusat ataupun daerah. Hal ini tertuang dalam skema- skema
penanganan berupa kegiatan yang disesuaikan dengan karakteristik
permasalahan yang ada. Di tiap daerah skema ini menjadi bagian dari
program yang bersifat topdown ataupun hanya sebagai fasilitator bagi
pemerintah daerah. Efektivitas pelaksanaan program-program penanganan ini
sangat berbeda tiap daerah, sesuai dengan tingkat permasalahan baik secara
spasial ataupun adanya ketidaksesuaian arahan penanganan yang ada .
RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017
5 - 21
Peran Swasta dalam penanganan perumahan permukiman Kabupaten/Kota ini
sangat besar, terutama untuk penyediaan perumahan terorganisir. Namun dalam
pelaksanaan program ini bersifat provit oriented, walaupun demikian pemerintah
tetap memiliki peran untuk mengendalikan keberadaan pengembang melalui
perizinan-perizinan.
Kelompok swadaya masyarakat merupakan salah satu pendekatan yang
cukup efektif untuk memenuhi kebutuhan perumahan permukiman sesuai
dengan karakteristik sosial budaya, daya beli serta keinginan masyarakat.
Program ini juga tidak terlepas dari arahan rencana tata ruang yang ada, untuk
pengendalian serta pemanfaatan ruang di daerah. Karena ada kecenderungan
alih guna lahan terutama daerah yang memiliki lahan pertanian dengan irigasi
teknis ataupun kawasan konservasi. Pendekatan pengembangan keterpaduan
prasarana wilayah yang mendukung pembangunan permukiman di Kota
Pangkalpinang adalah :
• Mewujudkan suatu kawasan yang mampu mendorong pertumbuhan
ekonomi bagi kawasan tersebut dan sekitarnya serta dapat mendukung
struktur ruang Kota Pangkalpinang yang telah direncanakan
• Menciptakan sinergi keselarasan pengembangan antar wilayah dan antar
sector Pengembangan keterpaduan prasarana wilayah tersebut dilihat dari
kebijakan dan program yang diambil lebih mengikuti perkembangan
perumahan dan permukiman.
Pada dasarnya bentuk kegiatan yang akan dikembangkan akan mengacu
pada Pedoman pengembangan
yang
telah
diterbitkan
melalui
Pedoman Menpera No 08/PERMEN/M/2006 tahun 2006 Tentang Pedoman
Pelaksanaan Pemberiaan Stimulan
untuk
Perumahan
Swadaya
bagi
Masyarakat Berpenghasilan Rendah melalui lembaga keuangan mikro/lembaga
keuangan non Bank dan Permenpera No. 10/PERMEN/M/2007 Tahun 2007
Tentang Bantuan Stimulan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum Perumahan dan
Permukiman, di mana bentuk dukungan dapat berupa :
1. Pemberiaan Bantuan
(BSP2S) berupa :
a.
b.
Stimulan
Pembangunan
Perumahan
Swadaya
Peningkatan
Kualitas
rumah
(PK)
yang
ditujukan
untuk
perbaikan/pemugaran rumah tidak layak huni, dengan dana maksimal Rp.
5 Juta/KK/unit rumah.
Pembangunan baru rumah/perumahan (PB) yang ditujukan untuk
mengurangi backlog rumah, dengan dana maksimal Rp. 10
Juta/ KK/ unit rumah.
2. Kegiatan Peningkatan Kualitas Perumahan (PKP) yang ditujukan untuk
meningkatkan kualitas hidup melalui kelompok masyarakat pada
perumahan/lingkungan kumuh perkotaan/pedesaan dengan besaran dana
maksimal sebesar Rp. 3,3 juta/KK/unit rumah, dan untuk PSU Rp. 2 juta, dan
RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017
5 - 22
lebih ditekankan
berkelompok.
pada
sasaran
lingkungan
perumahan
kumuh
dan
Prioritas kegiatan yang akan diusulkan oleh Pemerintah Kota kepada Kementrian
Perumahan Rakyat adalah kawasan yang termasuk dalam kriteria kumuh berat
dan kawasan kumuh sedang.
5.1.5 Program-programSektor Pengembangan Permukiman
Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembanga