DOCRPIJM 79fed09b0b BAB VIBab 6 Aspek Teknis Per Sektor

  Aspek Teknis Per-Sektor

BAB 6 Aspek Teknis Per-Sektor

6.1 Pengembangan Permukiman

  

Peningkatan jumlah penduduk lima hingga sepuluh tahun kedepan diprediksikan akan dialami oleh

hampir seluruh kecamatan di wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara. Beberapa kecamatan yang

diperkirakan akan mengalami peningkatan cukup berarti dibandingkan kecamatan lainnya adalah

Muara Muntai dan Muara Wis. Meskipun kedua daerah tersebut bukan merupakan pusat kegiatan,

Namun diduga kejenuhan dan semakin menurunnya daya dukung wilayah pusat mendorong

pergeseran aktivitas sosial ekonomi ke arah pinggiran, termasuk ke Muara Muntai dan Muara Wis.

Dampaknya adalah peningkatan jumlah penduduk di kedua wilayah tersebut dari tahun ke tahun.

Konsekuensinya daerah ini akan membutuhkan penyediaan fasilitas perumahan lebih tinggi

dibandingkan wilayah lainnya. Wilayah Kecamatan Tenggarong, Tenggarong Seberang dan Muara

Muntai merupakan daerah yang harus diperhatikan pengembangannya. Berdasarkan hasil analisis

proyeksi jumlah penduduk pada tahun 2016, wilayah tersebut teridentifikasi sebagai daerah

konsentrasi penduduk tinggi (lebih dari 100.000 jiwa). Wilayah dengan karakter seperti ini tentunya

akan membutuhkan penyediaan fasilitas permukiman dan perumahan yang lebih tinggi dibandingkan

dengan wilayah yang jarang penduduknya.

6.1.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan

  

Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat peraturan perundangan, antara

lain:

  1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional.

  Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.

  2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.

  Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan, penyelenggaraan kawasan permukiman, pemeliharaan dan perbaikan, serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh.

  3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.

Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah susun khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.

  4. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.

  Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.

  

5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal

Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.

  Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di kawasan perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014.

LAPORAN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM)

  KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA 2014 - 2018 105

  Aspek Teknis Per-Sektor

6.1.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan

6.1.2.1 Isu Strategis Pengembangan Permukiman

  

Isu dan permasalahan dalam penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman di

Kabupaten Kutai Kartanegara tidak terlepas dari dinamika yang berkembang dalam kehidupan

masyarakat maupun kebijakan pemerintah dalam mengelola persoalan perumahan dan permukiman

yang ada. Selanjutnya cara pandang yang komprehensif sangat diperlukan dalam melihat isu dan

permasalahan yang ada mengingat keragaman dan kompleksitas permasalahan perumahan dan

permukiman yang dihadapi. Isu-isu perkembangan permukiman dan permukiman yang ada di

Kabupaten Kutai Kartanegara, antara lain adalah sebagai berikut :

  1. Tingkat Urbanisasi atau Kekotaan Yang Meningkat Laju urbanisasi yang tinggi di Kabupaten Kutai Kartanegara terutama terjadi di Kota Tenggarong, Loa Janan dan Sanga-sanga. Selain itu, wilayah lain yang memiliki resouces yang melimpah (batubara) juga menjadi tujuan para urbanit, diantaranya kecamatan Loka Kulu, dan Tenggarong Seberang. Migran masuk umumnya dilandasi daya tarik potensi ekonomi kota dan ketersediaan lapangan kerja di sektor pertambangan. Urbanisasi yang tumbuh cepat merupakan tantangan bagi pemerintah ke depan untuk secara positif berupaya agar pertumbuhan lebih merata, khususnya dalam upaya pemenuhan terhadap kebutuhan perumahan dan permukiman yang ada. Tingkat urbanisasi yang tinggi memerlukan penyediaan kebutuhan rumah yang cukup dan tertata dengan baik, jika tidak terpenuhi sangat memungkinkan menambah permasalahan kawasan permukiman kumuh.

  2. Rendahnya tingkat pemenuhan kebutuhan perumahan yang layak dan terjangkau.

  a. Tingginya kebutuhan perumahan yang layak dan terjangkau di satu pihak dan rendahnya kemampuan masyarakat untuk memenuhinya di lain pihak merupakan permasalahan utama yang ada di Kabupaten Kutai Kartanegara. Secara kuantitatif kubutuhan rumah secara regional saat ini relatif masih sangat besar.

  b. Ketidakmampuan masyarakat golongan miskin dan berpenghasilan rendah untuk mendapatkan rumah yang layak dan terjangkau yang memenuhi standar lingkungan permukiman yang responsif (sehat, aman, harmonis dan berkelanjutan). Hal ini disebabkan oleh terbatasnya akses terhadap sumber daya kunci dan informasi, terutama bagi masyarakat golongan berpenghasilan rendah/miskin, yang berkaitan dengan hak atas tanah dan pendanaan dalam pengadaan hunian/rumah. Hal ini juga terlihat dari kurang diresponnya pembangunan kompleks perumahan di sekitar kota Tenggarong. Akibatnya masyarakat lebih senang menempati rumah lama (menyewa) di perkotaan yang semakin padat, yang mengakibatkan semakin sulitnya penataan lingkungan permukiman kota.

  3. Sistem Pembiayaan Pembangunan Perumahan

  a. Selain tingkat daya beli terhadap rumah yang rendah akibat rendahnya tingkat pendapatan, sistem pembiayaan pembangunan perumahan yang belum tertata juga berpengaruh terhadap kinerja pembangunan perumahan di Kabupaten Kutai Kartanegara. Sistem pembiayaan pembangunan perumahan, baik dari pemerintah dan swasta belum berjalan optimal, sementara sumber pembiayaan masyarakat masih terbatas. Sebagai contoh, perusahaan-perusahaan besar di sektor pertambangan dan migas di Kabupaten Kutai Kartanegara belum terlibat dalam proses pembiayaan.

  b. Belum tersedianya dana jangka panjang bagi pembiayaan perumahan menyebabkan terjadinya mismatch pendanaan dalam pengadaan perumahan. Disamping itu masih belum mantapnya sistem dan mekanisme subsidi perumahan bagi kelompok masyarakat miskin dan berpengahasilan rendah baik melalui mekanisme pasar formal maupun mekanisme perumahan yang bertumpu pada keswadayaan masyarakat.

c. Pembiayan pembangunan perumahan sangat dipengaruhi kebijakan di tingkat nasional.

LAPORAN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM)

  KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA 2014 - 2018 106

  Aspek Teknis Per-Sektor

  KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA 2014 - 2018 107

  Pada tingkat nasional dijumpai masalah tentang belum mantapnya sistem dan mekanisme pembiayaan perumahan termasuk sistem subsidi, pendayagunaan sumber pendanaan serta masih belum efesiensinya pasar primer perumahan.

  4. Menurunnya Kualitas Lingkungan Permukiman Penurunan kualitas lingkungan permukiman terutama pada kawasan perkotaan, seperti di Tenggarong, Loa Janan, Loa Kulu dan Sanga-sanga yang pada umumnya dihuni oleh masyarakat miskin dan berpenghasilan rendah, termasuk khususnya yang berada di daerah bantaran sungai mahakam dan anak-anak sungai lainnya. Penurunan kualitas lingkungan terkait dengan menurunnya kemampuan masyarakat didalam memelihara prasarana dan sarana dasar lingkungannya.

  5. Keberadaan Kawasan Permukiman Kumuh Di Kabupaten Kutai Kartanegara masih banyak ditemukan kawasan permukiman kumuh, baik dalam lingkup kecil (tersebar) maupun lingkup luas dan terkonsentrasi (kawasan). Keberadaan kawasan permukiman kumuh membawa persoalan yang rumit karena terkait dengan masalah status tanah, kultur sosial budaya, ekonomi masyarakat, dan penyediaan sarana prasarana lingkungan. Proses penanganan kawasan permukiman kumuh belum ada realisasi yang kongkrit dan masih sebatas studi-studi perencanaan dan penataan lingkungan.

  6. Penyediaan Sarana dan Prasarada Lingkungan Permukiman.

  a. Kondisi penyediaan dan pelayanan prasarana dan sarana lingkungan permukiman (sampah, air bersih, sanitasi lingkungan, jalan permukiman, sarana penerangan) relatif masih rendah, terutama di daerah yang berciri perkotaan. Hal ini disamping disebabkan oleh kurangnya keterpaduan dalam perencanaan dan pemrograman antara program perumahan dan permukiman dengan program sektor lainnya, juga dipengaruhi oleh tidak seimbangnya antara kemampuan penyediaan dengan laju pertumbuhan kebutuhan yang terus berkembang diantaranya sebagai dampak negatif dari proses urbanisasi.

  b. Kelangkaan prasarana dasar dan ketidakmampuan memelihara serta memperbaiki lingkungan permukiman yang ada merupakan isu utama dari upaya perwujudan lingkungan permukiman sehat, aman, teratur, harmonis dan berkelanjutan.

  c. Adanya kesenjangan pelayanan prasarana dan sarana lingkungan perumahan dan permukiman antara kelompok masyarakat golongan mampu dan kurang mampu serta antara daerah perdesaan dan perkotaan rentan terhadap gejolak dan konflik sosial.

  7. Menghilangnya Budaya Rumah/Permukiman Berciri Tradisional Dinamika perkembangan sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat Kabupaten Kutai Kartanegara di satu pihak, dan besarnya tekanan pengaruh luar telah mengakibatkan terjadinya proses pergeseran preferensi tentang rumah. Maraknya pembangunan rumah tembok (dulunya kayu) dengan beraneka ragam gaya arsitektur (eropa) telah menggeser keberadaan rumah berciri tradisional yang berasal dari kayu. Di sisi lain keberadaan bahan dasar pembangunan rumah tradisional dari kayu juga semakin langka dan sulit di dapatkan serta harganya jauh lebih mahal.

  8. Kelembagaan Perumahan a.

  Secara umum sistem penyelenggaraan pembangunan bidang perumahan dan permukiman di Kabupaten Kutai Kartanegara masih belum mantap baik di lingkungan pemerintahan, dunia usaha maupun masyarakat baik dari segi kelembagaannya maupun kapasitas para pelakunya. Belum mantapnya sistem dan kapasitas kelembagaan penyelenggaraan perumahan dan permukiman, termasuk kelembagaan pengawasan dan keselamatan bangunan.

  b.

  Pengelolaan pembangunan perumahan dan permukiman harus memungkinkan berkembangnya prakarsa membangun dari masyarakat sendiri melalui mekanisme yang dipilihnya sendiri. Di pihak lain kemampuan membangun permukiman oleh komunitas

LAPORAN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM)

  Aspek Teknis Per-Sektor harus direspon secara tepat oleh pemerintah, sehingga kebutuhan akan identitas tetap terjaga dalam kerangka pembangunan perumahan dan permukiman yang lebih menyeluruh.

  9. Tata Ruang dan Pembangunan Permukiman.

  Pentingnya memahami hubungan antara perumahan dan penataan ruang tergambar dalam fakta bahwa pemanfaat ruang cukup besar dari kawasan perkotaan maupun perdesaan adalah perumahan dan permukiman. Dinamika pembangunan perumahan sangat mempengaruhi tata ruang, berimplikasi pada alokasi tanah dan ruang yang tidak tepat, yang menyebabkan penggunaan tanah atau ruang yang tidak sesuai dengan tujuan-tujuan pembangunan lainnya dan kondisi ekologis daerah yang bersangkutan. Di Kutai Kartanegara, pertumbuhan permukiman dan perumahan belum dibawadi dalam satu kawasan khusus, seperli KASIBA (Kawasan Siap Bangun) dan LISIBA (Lingkungan Siap Bangun).

  Dengan demikian diharapkan akan terwujud permukiman yang dapat mendukung perikehidupan dan penghidupan penghuninya, baik di kawasan perkotaan, kawasan perdesaan, maupun kawasan-kawasan tertentu.

  10. Terjadinya Masalah Lingkungan dan Bencana yang serius.

  Isu lingkungan dan bencana alam yang secara langsung berpengaruh terhadap keberadaan perumahan dan permukiman khususnya di Kabupaten Kutai Kartanegara adalah bencana banjir dan tanah longsor. Khusus bencana banjir merupakan kejadian rutin terutama melanda daerah permukiman disepanjang sungai, baik di bantaran sungai maupun disekitarnya. Kejadian bencana alam khususnya banjir dapat merusak sarana dan prasarana lingkungan permukiman. Isu strategis dan persoalan perumahan dan permukiman tersebut di atas lebih memperlihatkan adanya rentang dan ragam persoalan yang sangat luas namun lokal sifatnya. Keragaman tersebut, sekaligus sebenarnya menggambarkan suatu dinamika dan kemajemukan persoalan perumahan dan permukiman yang tidak saja mengikuti perubahan waktu, tetapi juga perubahan kondisi ekonomi, sosial, dan budaya. Selain itu permasalahan perumahan dan permukiman di Kabupaten Kutai Kartanegara juga dicirikan oleh pertumbuhannya yang tidak teratur, sebagai akibat belum diterapkannya secara konsisten, transparan dan partisipatif arahan rencana tata ruang dan wilayah yang ada. Hal itu menunjukkan ketidak mampuan pengelola di dalam mengendalikan pertumbuhan untuk menampung dinamika yang ada. Pertumbuhan yang tidak teratur ini, di sisi lain, memperlihatkan besarnya pengaruh dan potensi masyarakat dalam mengatur dan menyelengarakan sendiri kebutuhannya akan perumahan dan permukiman. Kondisi dan karakter permasalahan di atas penting untuk dipahami dan dilihat sebagai kerangka strategi untuk menangani persoalan perumahan dan permukiman.

  

Tabel 6-1

Isu-Isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman Skala kabupaten Kutai Kartanegara

No Isu Strategis Keterangan

  1 Tingkat Urbanisasi atau Kekotaan Yang Meningkat Kebutuhan perumahan dan permukiman meningkat seiring dengan urbanisasi

  2 Rendahnya tingkat pemenuhan kebutuhan perumahan yang layak dan terjangkau

  3 Sistem Pembiayaan Pembangunan Perumahan Daya beli terhadap rumah yang rendah akibat rendahnya tingkat pendapatan.

  Belum tersedianya dana jangka panjang bagi pembiayaan perumahan.

  4 Menurunnya Kualitas Lingkungan Permukiman Terutama pada kawasan perkotaan dan dihuni oleh masyarakat miskin.

  5 Keberadaan Kawasan Permukiman Kumuh Masih banyak ditemukan kawasan permukiman kumuh

LAPORAN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM)

  KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA 2014 - 2018 108

  Aspek Teknis Per-Sektor

  10 Terjadinya Masalah Lingkungan dan Bencana yang serius Bencana banjir dan tanah longsor.

  6 Penyediaan Sarana dan Prasarada Lingkungan Permukiman Relatif masih rendah, terutama di daerah yang berciri perkotaan.

  Kelangkaan prasarana dasar dan ketidakmampuan memelihara. kesenjangan pelayanan.

  7 Menghilangnya Budaya Rumah/Permukiman Berciri Tradisional

  Dinamika perkembangan sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat dan besarnya tekanan pengaruh luar.

  8 Kelembagaan Perumahan Belum mantapnya sistem dan kapasitas kelembagaan penyelenggaraan perumahan dan permukiman.

  9 Tata Ruang dan Pembangunan Permukiman Pertumbuhan permukiman dan perumahan belum dibawadi dalam satu kawasan khusus, seperli KASIBA (Kawasan Siap Bangun) dan LISIBA (Lingkungan Siap Bangun).

6.1.2.2 Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman

  

Penggunaan lahan untuk kawasan permukiman luasnya mencapai 15.669 Ha dengan distribuís relatif

merata di seluruh wilayah Kutai Kartanegara. Lahan permukiman terluas terdapat di Kecamatan

Tenggarong yaitu 2.270 Ha atau sekitar 14,49 persen. Tingginya luasan penggunaan lahan permukiman

ini menandakan bahwa jumlah dan kepadatan penduduk di Kecamatan Tenggarong relatif tinggi

dibandingkan ketujuh belas kecamatan lainnya. Meskipun demikian apabila dibandingkan dengan luas

penggggunaan lahan lainnya di Kecamatan Tenggarong, lahan untuk permukiman cukup terbatas (5,81

persen). Kenyataan ini mengindikasikan bahwa upaya pengembangan pembangunan perumahan dan

permukiman di daerah ini lebih diarahkan pada penataan dan pengelolaan perumahan yang telah ada

agar tidak berkembang menjadi perumahan kumuh, mengingat jumlah penduduknya menggungguli

wilayah kecamatan lainnya. Wilayah kecamatan selanjutnya yang penggunaan lahan permukimannya

tergolong tinggi adalah Kecamatan Loa Kulu dan Kota Bangun, masing-masing luasnya adalah 1.436 Ha

dan 1.348 Ha.

  11 Tenggarong Seberang 974 6,22 2,36

  Sumber : BPN dan Analisis 2008 dalam RP4D, 2008

  18 Tabang 382 2,44 0,05 Jumlah 15.669 100,00 0,60

  17 Kembangjanggut 415 2,65 0,22

  16 Kenohan 673 4,30 0,52

  15 Muarakaman 860 5,49 0,25

  14 Marangkayu 561 3,58 0,58

  13 Muarabadak 986 6,29 1,20

  12 Anggana 1.012 6,46 0,79

  10 Sebulu 1.221 7,79 1,44

  

Tabel 6-2

Posisi Kawasan Permukiman Terhadap Penggunaan Lahan Lainnya di Kabupaten Kutai Kartanegara

No Kecamatan Permukiman Persen Persen terhadap penggunaan lahan lainnya (%)

  9 Tenggarong 2.270 14,49 5,81

  8 Kotabangun 1.348 8,60 1,62

  7 Muarawis 250 1,60 0,18

  KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA 2014 - 2018 109

  5 Loakulu 1.436 9,16 1,03

  4 Loajanan 880 5,62 1,38

  3 Sanga-sanga 266 1,70 1,15

  2 Muarajawa 753 4,81 1,24

  1 Samboja 694 4,43 0,82

  6 Muaramuntai 688 4,39 0,75

LAPORAN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM)

  Aspek Teknis Per-Sektor Karakteristik dan Tipologi Rumah

Karakteristik dan tipologi rumah dikaji melalui dua indikator tipe kawasan perumahan dan

permukiman, yaitu perumahan dan permukiman di daerah bantaran sungai dan dataran/rawa.

Kawasan perumahan dan permukiman pada kedua lokasi tersebut memiliki sifat dan karaktersitik yang

berbeda. Sifat dan karakteristik yang dimaksud disini sifat bangunan rumah/perumahan dan sarana

prasarana yang tersedia dalam kawasan perumahan atau permukiman. Berdasarkan sifat

bangunannya, perumahan dapat dibedakan menjadi rumah permanen dan non permanen.

Untuk perumahan di wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara, jumlah rumah non permanen relatif

rendah yaitu sebanyak 38.148 unit sekitar 33,8%. Sedangkan rumah permanen jumlahnya mencapai

74.664 unit atau sekitar 636,2%. Untuk wilayah Loa Janan, dari 8.338 unit rumah yang ada sekitar 92

persennya merupakan rumah non permanen. Jumlah tersebut merupakan angka tertinggi

dibandingkan kecamatan lainnya. Sebaliknya di Kecamatan Tenggarong jumlah rumah non permanen

jauh lebih kecil yaitu sebanyak 603 unit atau sekitar 4 persen dari total rumah yang ada.

  

Tabel 6-3

Karakteristik Rumah di Kabupaten Kutai Kartanegara

Karakteristik rumah Jumlah No Kecamatan Rumah Permanen Persen Non Permanen Persen

  1 Semboja 8118 7613 93,8 505 6,2

  2 Muara Jawa 2160 440 20,4 1720 79,6

  3 Sanga-sanga 2049 928 45,3 1121 54,7

  4 Loajanan 8338 602 7,2 7736 92,8

  5 Loakulu 6935 4247 61,2 2688 38,8

  6 Muara Muntai 3413 3049 89,3 364 10,7

  7 Muara Wis 1604 1042 65,0 562 35,0

  8 Kota Bangun 6086 5771 94,8 315 5,2

  9 Tenggarong 12712 12109 95,3 603 4,7

  10 Sebulu 8073 4349 53,9 3724 46,1

  11 Tenggarong Seberang 9910 7751 78,2 2159 21,8

  12 Anggana 16139 14598 90,5 1541 9,5

  13 Muara Badak 8311 1831 22,0 6480 78,0

  14 Marang Kayu 5509 1070 19,4 4439 80,6

  15 Muara Kaman 6598 4534 68,7 2064 31,3

  16 Kenohan 2206 2059 93,3 147 6,7

  17 Kembang Janggut 2370 2058 86,8 312 13,2

  18 Tabang 2281 613 26,9 1668 73,1 Jumlah 112812 74664 66,2 38148 33,8

  Sumber : Podes dan Hasil Analisis dalam RP4D Kab. Kutai Kartanegara, 2000

Tabel di atas menginformasikan tentang kepadatan bangunan permukiman (rumah) di wilayah kajian.

  

Kepadatan bangunan rumah ini merupakan fungsi dari rasio antara luas wilayah terbangun dengan

jumlah kepadatan penduduk. Dengan demikian tingkat kepadatan perumahan sangat ditentukan oleh

dua indikator tersebut, semakin luas kawasan terbangun yang diikuti dengan tingginya jumlah

kepadatan penduduk maka semakin tinggi kepadatan bangunannya.

  

Berikut Kondisi Riil dan Tipologi Perumahan dan Permukiman di beberapa kecamatan Kabupaten Kutai

Kartanegara:

1. Anggana

  

Sebagian permukiman di Anggana merupakan permukiman semi permanen dan non permanen yang

dibangun di atas kawasan rawa, ataupun di bantaran sungai, sedangkan sebagian besar rumah-rumah

LAPORAN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM)

  KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA 2014 - 2018 110

  Aspek Teknis Per-Sektor

yang permanen di bangun agak jauh dari sungai. Namun justru pusat keramaian terletak pada

sepanjang jalan di bantaran sungai, yang merupakan pusat ekonomi warga sekitar. Yang perlu menjadi

perhatian adalah masalah sanitasi dan kebersihan lingkungan secara fisik dan usaha peringatan dini

serta pelayanan kesehatan ataupun penampungan sementara pada saat terjadi air pasang mengingat

sebagian besar warga tinggal di tepian sungai.

  

Gambar 6-1

Kondisi Sebagian Permukiman di Kecamatan Anggana

  2. Kota Bangun

Di Kecamatan Kota Bangun hampir semua permukiman yang ditemui terdapat di bantaran sungai, hal

ini perlu menjadi perhatian khusus karena dilihat baik secara kondisi lingkungan maupun secara

estetika sangat tidak baik. Perlu adanya pengembangan sanitasi lingkungan dan penataan permukiman

di bantaran sungai yang terlihat kumuh. Pengembangan yang ada sekarang dilakukan secara swadaya.

  Pusat-pusat kegiatan yang ada di Kecamatan Kota Bangun juga terletak di bantaran sungai.

  

Gambar 6-2

Kondisi Sebagian Permukiman di Kecamatan Kota Bangun

  3. Marang Kayu

Rumah-rumah permanen lebih banyak diketemukan di Kecamatan Marang Kayu. Namun di beberapa

bagian di Kecamatan Marang Kayu masih dapat dilihat perkampungan-perkampungan yang sebagian

besar masih menggunakan rumah panggung (non-permanen). Di Kecamatan Samboja baik kondisi dan

LAPORAN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM)

  KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA 2014 - 2018 111

  Aspek Teknis Per-Sektor

karakteristik permukiman yang ada bisa dikatakan serupa dengan kondisi dan karakteristik

permukiman yang ada di Kecamtan Marang Kayu.

  

Gambar 6-3

Kondisi Sebagian Permukiman di Kecamatan Marang Kayu

  4. Sanga-sanga

Gambar 6-4

Kondisi Sebagian Permukiman di Kecamatan Sanga-Sanga

  

Di Kecamatan Sangga-Sanga hanya beberapa bagian saja yang merupakan permukiman dengan jenis

semi permanen dan permanen selebihnya non-permanen yang di bangun di kawasan rawa atau di

bantaran sungai. Di Kecamatan Loa Kanan, Loa Kulu, Tenggarong, Sebulu dan Tenggarong Seberang

merupakan daerah yang memiliki ciri kekotaan sangat kental, bangunan-bangunan permukiman yang

ada lebih banyak merupakan bangunan rumah permanen dengan fasilitas pendukung yang relatif lebih

lengkap dibanding dengan daerah lainnya.

  5. Kelurahan Melayu, sepanjang Sungai Tenggarong

Kelurahan Melayu adalah kelurahan yang terletak di pusat Kota Tenggarong. Kelurahan ini dibagi dua

menjadi sisi kiri dan sisi kanan oleh Sungai Tenggarong yang juga dilalui oleh jalan raya. Jika dilihat dari

luar, tak ada indikasi permukiman kumuh. Memang lain antara tampak muka dengan tampak

LAPORAN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM)

  KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA 2014 - 2018 112

  Aspek Teknis Per-Sektor

belakang, tampak muka terkesan bagus, sementara tampak belakang kualitas permukiman jauh dari

layak. Fakta ini dapat dibuktikan dengan cara melihat kondisi permukiman di atas air melalui

pengamatan di jembatan. Jika dilihat secara cermat, ternyata banyak sekali rumah-rumah di atas

Sungai Tenggarong yang sesungguhnya tidak sesuai dengan standar rumah sehat.

  

Gambar 6-5

Bentuk Rumah di Sepanjang Sungai Tenggarong, Kelurahan Melayu dan Loa Lepuh

6. Sukarame-Baru-Mangkurawang

  

Lokasi pengamatan yang terakhir sebetulnya terdiri dari tiga titik, yakni di Kelurahan Sukarame,

Kelurahan Baru, dan Kelurahan Mangkurawang. Karena karakteristik kelurahan hampir sama, yakni di

tepian Mahakam dan berada dalam satu jalur jalan raya, maka ketiga titik tersebut dijadikan dalam

satu pengamatan. Sebagaimana di tempat lain, semakin dekat dengan jalan raya, maka sosok

kemiskinan dan kekumuhan semakin sulit dikenali. Tetapi jauh ke dalam berlawanan arah dengan jalan

raya, maka sosok kemiskinan semakin nyata terlihat. Sosok kemiskinan terlihat jelas terutama di

Kelurahan Mangkurawang. Kemiskinan di kelurahan ini teramati dengan jelas pada permukiman yang

berada di atas Sungai Mangkurawang. Banyak rumah-rumah panggung beratapkan jerami yang

didirikan dengan tidak beraturan di atas aliran sungai. Pemandangan ini terlihat jauh ke dalam

sepanjang sungai.

  

Gambar 6-6

Bentuk Permukiman di Sepanjang Sungai Mangkurawang, Kelurahan Mangkurawang

Secara umum lokasi permukiman dan perumahan dibedakan menurut empat tipologi utama, yaitu:

  

1. Tipe A, yaitu permukiman dan perumahan yang berada di bantaran sungai, misalnya di tepian

Sungai Mahakam dan Sungai Tenggarong, Sanga-sanga

  

2. Tipe B, yaitu permukiman dan perumahan kumuh yang berada persis di atas aliran sungai dan

menjadi satu dengan permukiman di bantaran sungai, misalnya di atas Sungai Mangkurawang dan Anggana

LAPORAN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM)

  KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA 2014 - 2018 113

  Aspek Teknis Per-Sektor

  

3. Tipe C, yaitu permukiman dan perumahan permanen yang berada di daratan, misalnya di Muara

Jawa, Marang Kayu dan Muara Badak Tipe D, yaitu permukiman yang pada bagian depan berada di atas daratan dengan kondisi tidak 4. kumuh, namun bagian belakang kawasan permukiman berada di atas air dengan kondisi kumuh. Pada tipe permukiman ini, sosok kekumuhan tidak dapat begitu saja di amati dari depan, tetapi harus berjalan beberapa meter ke belakang. Tipe permukiman kumuh seperti ini dapat dilihat di kawasan Kelurahan Melayu.

6.1.2.3 Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman

  

Pertambahan penduduk di Kabupaten Kutai Kartanegara disertai dengan laju pertumbuhan ekonomi

mengakibatkan kebutuhan perumahan dan permukiman terus bertambah, permasalahan yang

dihadapi dalam pembangunan dibidang perumahan dan permukiman sebagai berikut: 1. Terbatasnya dana pemerintah dalam penyediaan perumahan dan permukimana.

  2. Masih sedikitnya perusahaan swasta yang bergerak dalam pembangunan.

  

3. Rendahnya tingkat pemenuhan kebutuhan perumahan yang layak dan terjangkau. Kaitannya

dengan rendahnya kemampuan/daya beli masyarakat

  

4. Menghilangnya Budaya Rumah/Permukiman berciri Tradisional. Terjadinya proses pergeseran

preferensi tentang rumah. Maraknya pembangunan rumah tembok (dulunya kayu) dengan beraneka ragam gaya arsitektur (eropa) telah menggeser keberadaan rumah berciri tradisional yang berasal dari kayu. Di sisi lain keberadaan bahan dasar pembangunan rumah tradisional dari kayu juga semakin langka dan sulit di dapatkan serta harganya jauh lebih mahal.

  

5. Terjadinya masalah lingkungan dan bencana yang serius, seperti banjir yang melanda daerah

permukiman sepanjang sungai, baik di bantaran sungai maupun disekitarnya. Kejadian bencana alan khususnya banjir dapat meusak sarana dan prasarana lingkungan permukiman.

  

6. Pelaksanaan program pembangunan dengan pola Community Base Development (CBD) atau

Kerjasama Operasional (KSO), masih lebih bersifat formalitas sehingga menghambat pencapaian target.

  

7. Masih rendahnya kualitas pelayanan dan prasarana lingkungan permukiman seperti air bersih, air

limbah, persampahan dan drainase.

  

8. Pemberian ijin penguasaan lahan untuk kawasan perumahan dan permukiman belum dilandasi

kerangka penataan wilayah yang lebih menyeluruh.

Permasalahan lainnya adalah ketersediaan rumah terbatas backlog kebutuhan rumah 20%. Sedangkan

tiap tahun kebutuhan akan rumah layak terus bertambahnya sejalan dengan pertumbuhan penduduk.

  

Tabel 6-4

Permasalahan Yang Dihadapi Komponen Pembangunan PSD Permukiman Kabupaten Kutai

Kartanegara Tahun 2013

  Kondisi Sisem Rencana Strategi Target Nasional Besaran Permasalahan yang Ada Pembangunan Kab.

  Terfasilitasinya prasarana dan Kondisi kebutuhan lahan di  Keterbatasan lahan  Backlog sarana permukiman yang layak Kabupaten Kutai Kartanegara  Ketersediaan rumah kurang

  20% huni dan terjangkau pada tahun 2012 adalah  Harga lahan mahal 1.467,47 Ha  Permukiman padat dan kumuh di beberapa daerah

  Sumber: Hasil Analisis, 2013

Permasalahan backlog kebutuhan rumah akan terus bertambah besar jika pengembangan perumahan

tidak dilakukan. Berdasarkan gap analisis berikut akan terlihat bagaimana seiring pertambahan

penduduk maka kebutuhan rumah juga akan bertambah mengikuti pola tersebut. Gap analisis

mengasumsikan pertumbuhan penduduk dengan asumsi laju pertumbuhan penduduk adalah 0.0149

tiap tahunnya dan kebutuhan rumah dengan asumsi dalam satu rumah ditinggali 5 orang.

LAPORAN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM)

  KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA 2014 - 2018 114

  Aspek Teknis Per-Sektor

  830,000 166,000 820,000 164,000

  h uk a

  810,000 162,000

  ud um nd R

  800,000 160,000

  1 Proyeksi penduduk e

  n P a i

  2 Kebutuhan rumah

  s

  790,000 158,000

  k tuh e bu

  780,000 156,000

  e roy K P

  770,000 154,000 760,000 152,000 2009 2010 2011 2012 2013

  Tahun

Gambar 6-7

Gap Analisis Kebutuhan Rumah Kabupaten Kutai Kartanegara (2009

  • – 2013)

  

Tabel 6-5

Proyeksi Penduduk dan Kebutuhan Rumah di Kabupaten Kutai Kartanegara 2009 - 2013

No Uraian Satuan 2009 2010 2011 2012 2013

  

1 Proyeksi penduduk Jiwa 784,043 799,268 814,789 816,719 818,655

  

2 Kebutuhan rumah Unit 156,809 159,854 162,958 163,344 163,731

Sumber: Hasil Analisis, 2013 Alternatif Pemecahan Persoalan

Kedepan penyediaan perumahan terbanyak hendaknya tetap dilayani oleh perumahan kampung.

  

Penyediaan perumahan oleh developer cenderung stabil mengingat aspek pendanaan yang terbatas.

Penyediaan perumahan oleh pemerintah dalam bentuk publik housing bagi kelas paling bawah akan

ada sebagai bentuk penyelamatan.

  

Kepadatan ruang permukiman akan naik di tengah kota dengan model hunian bertingkat. Ruang

permukiman berkepadatan rendah akan ada di wilayah rural ataupun kota-kota satelit dan koridor.

Ruang permukiman berkepadatan menengah akan tumbuh di tepian aglomerasi perkotaan. Kantong

permukiman migran cenderung semakin meluas di kawasan-kawasan lain di tengah kota. Keterbatasan

ruang permukiman ditengah kota mendorong tumbuh atau meningkatnya kepadatan hunian di

bantaran sungai. Namun untuk mengurangi permasalahan penggunaan area lahan permukiman yang

kurang tepat, maka diajukan suatu arahan lahan untuk pengembangan permukiman di wilayah Kab.

Kutai Kartanegara. Penilaian terhadap pemilihan lokasi ini ditetapkan dengan melihat pada hasil survey

lapangan, dokumen RTRW, karakter fisik serta sosial kependudukan. Pemilihan kawasan yang sesuai

untuk lokasi permukiman tersebut masih harus dianalisis secara lebih lanjut lagi untuk mendapatkan

lokasi permukiman yang benar-benar ideal.

  

Hal pertama yang harus diperhatikan dalam pemilihan lokasi ini adalah jenis penggunaan lahan yang

ada pada lokasi perencanaan. Penggunaan lahan yang sudah ditetapkan berupa kawasan lindung harus

dihindari dalam menentukan rencana lokasi. Selain itu penggunaan lahan berupa sawah juga harus

dilestarikan dan ditingkatkan atau dengan kata lain tidak dapat digunakan untuk konversi lahan

LAPORAN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM)

  KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA 2014 - 2018 115

  Aspek Teknis Per-Sektor

menjadi lahan permukiman, hal ini disebabkan karena keberadaan sawah terutama sawah dengan

irigasi teknis mendukung ketahanan pangan daerah.

  

Kedua adalah morfologi daerah perencanaan. Melihat pada morfologi daerah Kabupaten Kutai

Kartanegara yang sangat memungkinkan untuk dikembangkan sebagai lokasi permukiman dan

perumahan adalah daerah yang berupa dataran ataupun dataran aluvial. Daerah-daerah tersebut

dianggap paling sesuai untuk pengembangan perumahan atau permukiman. Daerah dataran kondisi

air tanahnya relatif baik, memiliki kemiringan yang relatif datar, sehingga tidak diperlukan pengurugan

site ataupun cut and fill, dan mempermudah dalam penyediaan fasilitas umum ataupun fasilitas sosial

seperti jaringan jalan, listrik dan drainase. Serta analisis mengenai daerah dengan tingkat kerawanan

bencana merupakan faktor yang berpengaruh dalam menentukan arahan lokasi yang sesuai.

  

Dalam menentukan kawasan permukiman dan perumahan yang ideal harus melihat pada proyeksi

kebutuhan rumah serta mensinkronkan komposisi lahan terbangun yang ada. Rencana komposisi

fungsional yang ideal untuk pengembangan kawasan permukiman dan perumahan adalah 60% luas

lahan untuk bangunan rumah sedangkan 40% untuk sarana dan prasarana lingkungan. Apabila hal ini

dapat terwujud maka akan terbentuk sebuah kawasan perumahan dan permukiman dengan sistem

pelayanan yang memadai dalam arti tersedianya sarana prasarana dasar yang memadai bagi

penghuninya, serta adanya harmonisasi dengan lingkungan sekitar. Pengembangan perumahan dan

permukiman pada tahap awal ditekankan pada pembangunan tersedianya pelayanan sarana prasarana

dasar, bersamaan dengan hal tersebut mulai dibangun dan dikembangkan pusat-pusat pelayanan dan

blok-blok permukimannya.

  

Terakhir adalah dengan mendasarkan pada kondisi sosial kependudukan. Lokasi pengembangan

perumahan dan permukiman diarahkan pada daerah-daerah yang berkepadatan sedang-rendah. Hal

ini dilakukan untuk menghindari terjadinya kepadatan perumahan berlebih (over density) yang dapat

mengakibatkan penurunan daya dukung lahan serta munculnya kawasan permukiman kumuh. Dengan

memperhatikan hal-hal tersebut dan arahan Tata Ruang Wilayah yang ada, penentuan arahan lokasi

permukiman dan perumahan dapat digambarkan dengan lebih ideal. Tabel ini akan menguraikan

beberapa alternatif untuk pemecahan persoalan dengan membandingkan alternatif tersebut dari

aspek teknis dan biaya, kemudian merumuskan alternatif yang direkomendasikan.

  

Tabel 6-6

Luas Arahan Lahan Untuk Pengembangan Permukiman

No. Kecamatan Luas lahan arahan % Luas Wilayah % thd luas wilayah

  1 Samboja 49.079,7 27,2 104.590 46,93

  2 Muarajawa 9.031,0 5 75.450 11,97

  3 Sanga-sanga 6.936,2 3,8 23.340 29,72

  4 Loajanan 1.953,9 1,1 64.420 3,03

  5 Loakulu 3.039,8 1,7 140.570 2,16

  6 Muaramuntai 14.814,9 8,2 92.860 15,95

  7 Muarawis 2.339,6 1,3 110.816 2,11

  8 Kotabangun 1.458,8 0,8 114.374 1,28

  9 Tenggarong 2.696,9 1,5 39.810 6,77

  10 Sebulu 462,2 0,3 85.950 0,54

  11 Tenggarong Seberang 550,5 0,3 43.700 1,26

LAPORAN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM)

  KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA 2014 - 2018 116

  Aspek Teknis Per-Sektor

  KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA 2014 - 2018 117

  No. Kecamatan Luas lahan arahan % Luas Wilayah % thd luas wilayah

  12 Anggana 5.708,8 3,2 179.880 3,17

  13 Muarabadak 10.857,6 6 93.909 11,56

  14 Marangkayu 15.911,9 8,8 116.571 13,65

  15 Muarakaman 22.364,8 12,4 341.010 6,56

  16 Kenohan 16.028,7 8,9 130.220 12,31

  17 Kembangjanggut 12.798,0 7,1 192.390 6,65

  18 Tabang 4.376,0 2,4 776.450 0,56

  Jumlah 180.409,3 100 2.726.310 6,62 Sumber: hasil analisis dalam RP4D

LAPORAN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM)

  Aspek Teknis Per-Sektor

Gambar 6-8

Peta Lokasi Pengembangan Perumahan di Kabupaten Kutai Kartanegara

LAPORAN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM)

  KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA 2014 - 2018 118

  Aspek Teknis Per-Sektor

  9

  2 2 km Kec. Tenggarong Kec. Tenggarong Seberang Jalan Sungai Batas Desa Batas Kecamatan

  10 PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 1 KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA 60 60 km : LO KA SI PENE LITIAN

  6 350000 350000 550000 550000 9 9 5 9 9 5 1 1

  9

  9

  6

  9

KETERANGAN: PENGGUNAAN LAHAN

  9

   2

  PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) Jl. Panji, Tenggarong, Kode Pos 75514 Kerjasama dengan FAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS GADJAH MADA Bulaksumur, Yogyakaerta 55281 PETA RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERUMAHAN KOTA TENGGARONG & SEKITARNYA

  9

  Pulau Kumala

  galian tambang batu bara hutan belukar kering kebun campuran permukiman sawah semak Su ng ai M ah ak am

   9

   8

   1

   4

  5

   3

   5

   6

   10

   1 Lokasi Rencana Pengembangan Kawasan Perumahan

  Sumber : Rencana Tata Ruang Kota (RTRK) Tenggarong Tahun 2005

Gambar 6-9

Peta Rencana Pengembangan Perumahan di Kecamatan Tenggarong

  (Sumber : Model Pengembangan Perumahanan dan Permukiman Kota Tenggarong, 2006)

  9

  1

  9

  9

  5

  4

  9

  9

  5

  4

  9

  5

  9

  7

  9

  9

  5

  KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA 2014 - 2018 # 119 # # # # # # # # # # # # # # Baru Jahab Panji Timbau Melayu Maluhu Loa Ipuh Sukarame Loa Tebu Loa Lepu Bukit Biru Teluk Dalam Mangkurawang Rapak Lambur Loa Ipuh Darat 489000 489000 492000 492000 495000 495000 498000 498000 501000 501000

  1

  5

  9

  7

LAPORAN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM)

  Aspek Teknis Per-Sektor

  • Sumber : RP4D Kab. Kutai Kartanegara, 2008

  KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA 2014 - 2018 120

  

Tabel 6-7

Alternatif Pemecahan Masalah PSD Permukiman di Kabupaten Kutai Kartanegara