BAB I - POLA DISTRIBUSI HUJANDI PULAU SUMBAWA PatternOf Rainfall Distribution In SumbawaIsland - Repository UNRAM

POLA DISTRIBUSI HUJAN DI PULAU SUMBAWA

  1 2 3 Dinka Yosdiq Nawawilianto , Ir. Heri Sulistiyono, M.Eng., Ph.D. , Humairo Saidah, ST., MT. 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Mataram 2 3 Dosen Pembimbing Utama

Dosen Pembimbing Pendamping

  

INTISARI

  Pola distribusi hujan di suatu wilayah memiliki karateristik yang berbeda-beda. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan lintang, gerak semu matahari, letak geografis, topografi serta interaksi berbagai macam sirkulasi udara baik itu lokal, regional maupun global.

  Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pola distribusi hujan di Pulau Sumbawa, dengan cara menghitung rata-rata bulanan menggunakan metode Isohyet dan menghitung hujan harian maksimum tahunan. Kemudian dilakukan analisa pola distribusi hujan secara temporal dan spasial, serta pola distribusi agihan data.

  Berdasarkan analisa yang dilakukan, diperoleh bahwa pola distribusi hujan secara spasial di Pulau Sumbawa memiliki curah hujan tertinggi pada Pulau Sumbawa bagian Sumbawa, yaitu di stasiun hujan Pungkit. Dimana ketinggian curah hujan tersebut sebesar 1777 mm/thn. Sedangkan curah hujan terendah berada pada Pulau Sumbawa bagian Bima pada stasiun hujan Sumi dengan ketinggian curah hujan sebesar 1001 mm/thn. Untuk pola distribusi hujan secara temporal, Pulau Sumbawa mengikuti pola monsun (Region atau daerah A), karena pola curah hujannya membentuk huruf U. Pola musim seperti ini bersifat unimodial, yaitu memiliki satu puncak musim hujan dan satu puncak musim kemarau. Puncak curah hujan terjadi di sekitar bulan Desember, Januari dan Februari (DJF), dengan ketinggian curah hujan masing-masing sebesar 270,609 mm, 305,097 mm dan 236,405 mm. Sedangkan curah hujan terendah terjadi di sekitar bulan Juli, Agustus dan September (JAS), dengan ketinggian curah hujan sebesar sebesar 16,555 mm, 4,617 mm dan 13,350 mm. Distribusi agihan data curah hujan harian maksimum tahunan di Pulau Sumbawa dari tahun 1995-2014, untuk data wilayah Pulau Sumbawa yang mengikuti distribusi Log-Pearson Type III yaitu stasiun hujan Kadindi, Semongkat, Tepas dan Utan, untuk data yang mengikuti distribusi Agihan Normal yaitu stasiun hujan Gapit, Pungkit, dan Sumi, sedangkan untuk data stasiun hujan Parado dan Rea Atas mengikuti distribusi Agihan Log Normal.

  Kata Kunci : Monsun, Pulau Sumbawa, Distribusi Hujan, Curah hujan.

BAB I kembali lagi ke atmosfer. Evaporasi dari PENDAHULUAN tanah, laut, atau air permukaan

  terkondensasi membentuk awan yang

1.1 LATAR BELAKANG selanjutnya menjadi hujan yang jatuh ke Air merupakan sumber daya alam permukaan bumi.

  karunia dari Tuhan Yang Maha Esa yang Indonesia secara umum memiliki tiga tidak akan pernah habis. Secara pola distribusi hujan, yaitu pola monsunal, keseluruhan, jumlah air di bumi relatif pola equatorial dan pola local (Kadarsah, tetap dari masa ke masa. Keberadaan air 2007). Atas dasar pemikiran ini maka perlu yang selalu terbarukan itu disebabkan dilakukan penelitian mengenai “Pola karena air mengikuti siklus hidrologi. Distribusi Hujan di Pulau Sumbawa” Siklus hidrologi merupakan proses yang untuk mengetahui pola distribusi hujan dilalui air dari atmosfer ke muka bumi dan yang terjadi di Pulau Sumbawa, selain pola distribusi secara temporal juga untuk mengetahui pola distribusi secara spasial dalam bentuk pemetaan tinggi hujan rerata bulanan.

  Selain pola distribusi secara temporal maupun spasial, penelitian ini juga ingin melihat sebaran distribusi data hujan maksimum tahunan yang biasa digunakan dalam perancangan bangunan air.

  2. Manfaat praktis: Sebagai sarana untuk melatih daya analisis dan olah fikir dari segi keilmuan di bidang hidrologi bagi mahasiswa khususnya, dan bagi instasi terkait informasi ini dapat dimanfatkan untuk informasi tambahan dalam perencanaan bangunan air.

  4. Mengetahui pola distribusi agihan data hujan harian maksimum tahunan di Pulau Sumbawa.

  3. Mengetahui persentase luas wilayah pulau Sumbawa yang memiliki nilai curah hujan tertentu.

  2. Mengetahui pergerakan hujan di pulau Sumbawa dari tahun 1995 sampai tahun 2014.

  1. Mengetahui pola distribusi hujan secara spasial dan temporal di Pulau Sumbawa selama dua puluh tahun terakhir dari tahun 1995 sampai tahun 2014.

  1.2 RUMUSAN MASALAH

  1. Manfaat teoritis: memberikan informasi keilmuan dalam bidang teknik sipil khususnya mengenai hidrologi yaitu pola distribusi hujan yang terjadi di Pulau Sumbawa.

  1. Penelitian hanya membahas pola distribusi hujan bulanan rata-rata yang terjadi di Pulau Sumbawa.

  Adapun manfaat yang ingin dicapai adalah:

  Agar pembahasan lebih terarah, maka diperlukan batasan masalah yang meliputi:

  1.3 BATASAN MASALAH

  4. Bagaimana pola distribusi agihan data hujan harian maksimum tahunan di Pulau Sumbawa?

  3. Bagaimana persentase luas wilayah pulau Sumbawa yang memiliki nilai curah hujan tertentu?

  2. Bagaimana pergerakan hujan di pulau Sumbawa dari tahun 1995 sampai tahun 2014?

  1. Bagaimana pola distribusi hujan secara spasial dan temporal di Pulau Sumbawa selama dua puluh tahun terakhir dari tahun 1995 sampai 2014?

  Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumusan permasalah sebagai berikut :

  1.5 MANFAAT PENELITIAN

BAB II DASAR TEORI

  1.4 TUJUAN PENELITIAN

  2. Data curah hujan menggunakan data sekunder, yaitu data hujan otomatis dari tahun 1995 sampai tahun 2014 yang berasal dari Balai Informasi Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum Propinsi Nusa Tenggara Barat.

  2.1 TINJAUAN PUSTAKA

  2.1.1 Umum

  Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarangannya, sifat-sifatnya, dan hubungannya dengan lingkungannya terutama dengan mahluk hidup. Ilmu hidrologi lebih banyak didasarkan pada

  Tujuan yang diharapkan dalam penyusunan tugas akhir ini adalah : ini karena banyaknya parameter yang dengan : berpengaruh pada kondisi hidrologi di Q = Nilai statistik, suatu daerah, seperti kondisi klimatologi, N = Jumlah data hujan. kondisi lahan (daerah aliran sungai, DAS) Dengan melihat nilai statistik di atas seperti jenis tanah, tata guna lahan, maka dapat dicari nilai Q n dan R n

  / /

  yy

  kemiringan lahan, dan sebagainya . Hasil yang didapat dibandingkan dengan (Triatmojo, 2004). nilai Q n syarat dan R n syarat.

  / / yy

2.2 LANDASAN TEORI

Tabel 2.1 Nilai kritis yang diijinkan untuk metode RAPS

1.2.1 Analisa Data Hidrologi

1.2.1.1 Uji konsistensi data hujan

  Uji kepanggahan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara Rescaled Adjusted

  Partial Sums (RAPS) dengan

  menggunakan persamaan-persamaan berikut (Sri Harto, 2000):

  Sumber : Sri Harto, 1993 ¿ k S Y Y ,

  1.2.1.2 Curah Hujan Areal = − ´

  ( ) k i

  ∑ i +l

  Curah hujan yang diperlukan untuk dengan k = 1, 2, 3, …, n (2-1) ¿ penyusunan suatu hidrograf adalah curah

  S (2-2) = ¿ hujan rerata daerah diseluruh daerah yang ¿ ∗ ¿ = ¿ ¿ S bersangkutan curah hujan ini dinyatakan k

  S , dengan k = 1, 2, 3, …, n (2-3) k

  dengan curah hujan wilayah yang

  Dy k

  2 dinyatakan dalam mm.

  ( Y ¿¿ i− ´Y )

2 D = ¿ ¿

  yn i=1

  a. Cara Isohiet

  (2-4) Metode Isohiet merupakan cara dengan : paling teliti untuk menghitung

  Y

  = Data hujan ke-i,

  i ketebalan hujan rerata di suatu daerah.

  ´

  = Data hujan, rerata-i, Dalam hal ini kita harus

  Y ¿ ¿ ∗ ¿ ¿

  menggambar terlebih dahulu kontur

  S , S = Nilai statistik, k k

  dengan ketinggian hujan yang sama D y = Standar deviasi

  (Isohiet), seperti terlihat pada gambar n = Jumlah data hujan.

  2.7. Untuk uji kepanggahan digunakan cara statistik: Nilai statistik Q

  Q= max ¿ ¿

  (2-5)

  0≤ k ≤n

  Nilai statistik R (Range) ¿ ∗ ¿ ¿ ∗ ¿

  R=max Smin S ¿¿ k k

  (2-6)

  0 ≤k ≤n 0≤ k ≤n

  ArcGIS adalah salah satu software yang dikembangkan oleh ESRI (Environment Science & Research

  Institute) yang merupakan kompilasi

  fungsi-fungsi dari berbagai macam software GIS yang berbeda seperti GIS desktop, server dan GIS berbasis web. Software ini mulai dirilis oleh ESRI pada tahun 2000. Produk utama dari ArcGIS adalah ArcGIS desktop, dimana ArcGIS desktop merupakan software GIS profesional yang

Gambar 2.7 Cara Isohiet komprehensif dan dikelompokkan atas

  tiga komponen yaitu : AcrView Kemudian luas bagian di antara

  (komponen yang fokus ke penggunaan isohiet-isohiet yang berdekatan diukur data yang komprehensif, pemetaan dan dan harga rata-ratanya, dapat dihitung analisis), ArcEditor (lebih fokus ke dengan persamaan (Soemarto, 1987): arah editing data spasial) dan ArcInfo (lebih lengkap dalam menyajikan

  n d d d d d d d d

  i−1 i

  1

  1 2 n−1 n

  fungsi-fungsi GIS termasuk untuk

  Ai A A … A

  ∑

  1 2 n

  2

  2

  2

  2

  1 keperluan analisis geoprosesing). d= = n

  A A … A + +

  1 2 n Ai

  1.2.1.4 Pemilihan Agihani

  Parameter-parameter yang digunakan (2-9) dalam pemilihan jenis distribusi

  1. Nilai rerata dengan: 2 n A = luas areal (m ),

  x

  1 ∑

  d = tinggi curah hujan ´ x (2-10)

  i=1 ¿

  rata-rata areal (mm),

  n d , d , … d

  = tinggi curah hujan

  1 n

  2. Standar deviasi pada isohiet 0, … , n

  n

  (mm), S (2-11)

  ¿ ¿ ¿ ¿ ¿ ∑

  A , A ,… A

  = luas bagian areal

  1 2 n i=1

  √

  yang dibatasi oleh

  3. Koefisien variasi isohiet-isohiet yang

  S bersangkutan (m²).

  Cv = (2-12)

  ´ x

  Ini adalah cara yang paling teliti, tetapi membutuhkan jaringan pos

  4. Koefisien kepencengan penakar yang relatip lebih padat guna

  n

  memungkinkan untuk membuat garis- Cs = n ¿ ¿ ¿ (2-13)

  ∑

  garis isohiet. i=1

  5. Koefisien kurtosis

1.2.1.3 ArcGIS

  Ck = n

  Masing-masing tipe ini mempunyai ciri khas tersendiri untuk digunakan sebagai pendekatan dasar dalam penentuan tipe distribusi. Analisa distribusi frekuensi Log Person Type III memiliki parameter, yaitu: 1) Harga rata-rata 2) Simpangan baku 3) Koefisien kemencengan

  1. Wilayah Sumbawa yang terdiri dari 6 stasiun hujan, yaitu : Stasiun hujan Tepas, Stasiun hujan Utan, Stasiun hujan Semongkat, Stasiun hujan Rea Atas, Stasiun hujan Pungkit, dan Stasiun hujan Gapit.

  2. Data hidrologi yaitu data curah hujan bulanan disetiap pos penakar hujan di Pulau Sumbawa dari tahun 1994 sampai dengan tahun 2014. Data hujan tersebut terdiri dari 9 stasiun hujan, meliputi :

  1. Peta wilayah sungai Sumbawa

  Adapun data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Balai Informasi Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum Propinsi NTB, diantaranya:

  3.2.1. Pengumpulan data

  Adapun langkah-langkah pelaksanaan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

  3.2 PELAKSANAAN PENELITIAN

  Penelitian ini dilakukan pada 9 pos penakar hujan (ARR) yang ada di Wilayah Sungai (WS) Sumbawa.

  2 ×

  4 Agihan Log Person Type III Tidak ada syarat (seluruh nilai di luar ketiga agihan lainnya)

  3 Agihan Gumbel Cs ≈ 1,14, Ck ≈ 5,4

  2 Agihan Log Normal Cs ≈ 3 Cv

  1 Agihan Normal Cs ≈ 0, Ck ≈ 3

  No Agihan Syarat

  Distribusi Agihan

Tabel 2.2 Syarat-syarat Penentuan

  dengan : S : simpangan baku dari sampel n : jumlah data Cs : koefisien kepencengan Cv : koefisien variasi Ck : koefisien kurtosis x i : data curah hujan ´ x : rerata curah hujan

  ¿ ¿ ¿ (2-14)

  ∑ i=1 n

BAB III METODE PENELITIAN

  2. Wilayah Bima yang terdiri dari 3 stasiun hujan, yaitu : Stasiun hujan Kadindi, Stasiun hujan Parado, dan Stasiun hujan Sumi.

3.1 LOKASI PENELITIAN

  3.2.2 Penyiapan data Sumber : Sri Harto 1933

  Lokasi dari penelitian ini dilakukan di Pulau Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat.

  Dalam penyiapan data dilakukan dengan cara mengurutkan data hujan bulanan yang terjadi untuk setiap bulan pada masing-masing stasiun dan mengurutkan data hujan harian maksimum tahunan pada masing-masing stasiun.

3.2.3 Analisis data

  Tahapan untuk menganalisis data dalam penelitian ini yaitu:

  1. Menggunakan metode RAPS (Rescaled Adjusted Partial Sums) untuk menguji

  konsistensi data curah hujan.

  2. Menggunakan metode Isohiet untuk menganalisis data.

  3. Menentukan jenis agihan

  hujan harian maksimum tahunan.

Gambar 3.3 Bagan Alir Penelitian

3.2.4 Pemetaan

BAB IV Melakukan pemetaan hujan HASIL DAN PEMBAHASAN

  bulanan rata-rata menggunakan software ArcGIS version 10.2.1.

  4.1. DATA CURAH HUJAN

  Data yang digunakan dalam analisi

3.2.5 Penentuan pola distribusi hujan

  merupakakan data curah hujan setengah Pola distribusi hujan meliputi pola bulanan selama 20 tahun yang berkisar dari distribusi cara spasial, distribusi tahun 1995 sampai dengan 2014, yang temporal dan distribusi agihan diperoleh dari Balai Informasi Sumber data.

  Daya Air (BISDA) Provinsi NTB.

  3.3 BAGAN ALIR PENELITIAN

  4.2. UJI KONSISTENSI DATA

  Secara umum langkah dalam

CURAH HUJAN

  penelitian ini mengikuti bagan alir sebagai Analisis data ini menggunakan berikut: persamaan 2.1 sampai dengan persamaan

  2.6. Analisis uji konsistensi dengan metode RAPS pada stasiun Gapit untuk tahun 1995 dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Uji RAPS Stasiun Gapit hujan dari masing-masing stasiun hujan dalam keadaan konsisten.

  4.3. ANALISA CURAH HUJAN RATA-RATA BULANAN

  Analisa curah hujan rata-rata bulanan dilakukan dengan cara mengurutkan dan merata-ratakan data curah hujan bulanan yang terjadi untuk setiap bulan pada masing-masing stasiun hujan selama 20 tahun, yang berkisar dari tahun 1995 sampai tahun 2014 yang meliputi 9 stasiun hujan di Pulau Sumbawa.

  Sumber : Hasil Perhitungan

  Grafik 4.1 Curah Hujan Rata-rata Bulanan

  20 Tahun Stasiun Gapit

Tabel 4.3 Hasil Uji RAPS Seluruh Stasiun Grafik 4.1 menunjukan bahwa pada

  Hujan Pulau Sumbawa stasiun hujan Gapit memiliki kedalaman hujan rerata bulanan yang puncak hujan terjadi pada bulan Desember, Januari, Februari. Sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Juli, Agustus dan September.

  4.4. ANALISI POLA DISTRIBUSI

  4.4.1 Analisis Pola Distribusi Hujan di Pulau Sumbawa Secara Spasial Sumber : Hasil Perhitungan

  Dari hasil perhitungan pada Table 4.3 Analisis pola distribusi hujan secara hasil uji RAPS seluruh stasiun hujan pulau spasial bertujuan untuk mengetahui pola

  Sumbawa, menunjukan bahwa data curah distribusi hujan dalam skala ruang. hujan pada masing-masing stasiun hujan di

  Analisis ini dilakukan pada 9 pos penakar Pulau Sumbawa dapat digunakan untuk hujan di WS (Wilayah Sungai) Sumbawa perhitungan selanjutnya, karena data curah selama 20 tahun (1995-2014) dan dilakukan dengan cara mengurutkan data curah hujan bulanan rerata dari bulan Januari sampai dengan Desember. Rekapitulasi data hujan rerata di Pulau Sumbawa ditunjukkan pada tabel 4.6 dan disajikan pada Grafik 4.3.

  Grafik 4.3 Distribusi hujan tahunan rerata Pulau Sumbawa

  Grafik 4.3 menunjukkan ketinggian trend distribusi hujan tahunan rerata di Pulau Sumbawa. Curah hujan tertinggi berada pada stasiun Pungkit sebesar 1777 mm/thn, sedangkan curah hujan terendah berada pada stasiun Sumi sebesar 1001 mm/thn.

  Data hujan tahunan rerata juga dilihat distribusinya secara spasial yaitu per wilayah. Dimana dalam penelitian ini, Pulau Sumbawa dibagi dalam dua wilayah yaitu, Pulau Sumbawa bagian Sumbawa dan Pulau Sumbawa bagian Bima. Data curah hujan tahunan rerata untuk masing- masing wilayah disajikan dalam Tabel 4.7 dan disajikan dari Grafik 4.4 dan Grafik

  4.5. Tabel 4.7 Curah hujan tahunan rerata untuk masing-masing wilayah Pulau Sumbawa

  Adapun analisis distribusi hujan secara spasial untuk beberapa bagian wilayah dijelaskan seperti berikut :

  1. Analisa distribusi hujan secara spasial Pulau Sumbawa bagian Sumbawa

  Wilayah Pulau Sumbawa bagian Sumbawa memiliki alat penakar hujan yang meliputi stasiun hujan Tepas, stasiun hujan Utan, Stasiun hujan Semongkat, stasiun hujan Rea Atas, stasiun hujan Pungkit dan Stasiun hujan Gapit. Data hujan tahunan rerata yang tercatat pada stasiun hujan tersebut disajikan dalam Grafik 4.4.

  Grafik 4.4 Curah hujan Pulau Sumbawa bagian Sumbawa Grafik 4.4 menunjukkan ketinggian trend distribusi hujan tahunan rerata Pulau

  Sumbawa bagian Sumbawa. Dimana curah hujan tertinggi berada pada stasiun Pungkit sebesar 1777 mm/thn. Sedangkan untuk curah hujan terendah berada pada stasiun

  Sumber : Hasil Perhitungan hujan tahunan di bagian Sumbawa di atas 1000 mm/thn.

2. Analisa distribusi hujan secara spasial Pulau Sumbawa bagian Bima

  Wilayah Pulau Sumbawa bagian Bima memiliki alat penakar hujan yang meliputi stasiun hujan Kadindi, stasiun hujan Parado dan stasiun hujan Sumi. Data hujan tahunan rerata yang tercatat pada stasiun hujan tersebut disajikan dalam Grafik 4.5.

  Grafik 4.5 Curah hujan Pulau Sumbawa bagian Bima Grafik 4.5 menunjukkan ketinggian trend distribusi hujan tahunan rerata Pulau

  Sumbawa bagian Bima. Dimana curah hujan tertinggi berada pada stasiun hujan Parado sebesar 1332 mm/thn. Sedangkan untuk curah hujan terendah berada pada stasiun hujan Sumi sebesar 1001 mm/thn. Rata-rata curah hujan tahunan dibagian Bima diatas 1000 mm/thn.

  Analisis distribusi hujan secara temporal bertujuan untuk mengetahui pola distribusi hujan dalam skala waktu, hal ini dikarenakan hujan tidak jatuh secara merata di dalam satu lokasi (chactment). Analisis ini dilakukan pada 9 pos penakar hujan di Pulau Sumbawa dengan menggunakan data curah hujan tahunan rerata yang telah dianalisis dengan metode Isohyet, yang berkisar dari tahun 1995 sampai tahun 2014. Selanjutnya hasil penggambaran peta kontur isohiet curah hujan dapat dilihat sebagai berikut.

  Dari hasil pemetaan curah hujan tahunan rerata selama 20 tahun terlihat pergerakan hujan dari tahun 1995 sampai tahun 2014, dimana pergerakan titik hujan terbesar (> 1500 mm/thn) dari tahun ke tahun pada wilayah Sumbawa yang mendominasi yaitu bagian Barat dan bagian Timur Sumbawa. Sedangkan untuk wilayah Bima dilihat dari hasil pemetaan bahwa curah hujan terbesar di dominasi bagian Selatan dan bagian Barat Bima. Selengkapnya untuk posisi terjadinya hujan terbesar di wilayah Sumbawa dan wilayah Bima disajikan pada tabel 4.9.

Tabel 4.9 Posisi Curah Hujan Terbesar di

  Pulau Sumbawa

Gambar 4.1 Kontur Curah Hujan

  Tahunan Pada Tahun 1995

4.4.2 Analisa Pola Distribusi Hujan di Pulau Sumbawa Secara Temporal

A. Analisis pola distribusi hujan secara temporal tahunan

  Sumber : Analisis

  Dari hasil pemetaan juga diperoleh rekapitulasi besar luasan curah hujan setiap tahun di Pulau Sumbawa dari tahun 1995 sampai tahun 2014.

  Dari Grafik 4.6 dapat dilihat Pulau Sumbawa pada tahun 1995 sampai tahun 2014 pola pergerakkannya terlihat menunjukan bahwa semakin lama luasan curah hujan di pulau sumbawa mengalami penurunan luas basah. Pada tahun 2010 sempat mengalami kenaikan luasan basah yang signifikan, akan tetapi pada tahun selanjutnya kembali mengalami kekurangan luasan basah.

  B. Analisis pola distribusi hujan secara temporal musiman

  Analisis distribusi hujan secara temporal bertujuan untuk mengetahui pola distribusi hujan dalam skala waktu, hal ini dikarenakan hujan tidak jatuh secara merata di dalam satu lokasi (chactment). Analisis ini dilakukan pada 9 pos penakar hujan di Pulau Sumbawa dengan menggunakan data curah hujan bulanan rerata yang telah dianalisis dengan metode Isohyet, yang berkisar dari bulan Januari sampai Desember. Selanjutnya hasil penggambaran peta kontur isohiet curah hujan dapat dilihat sebagai berikut.

  L ua sa n Is oh ie t T ah un an d i P ul au S um ba w a

Gambar 4.21 Kontur Curah Hujan Hasil pemetaan curah hujan bulanan rerata sepanjang tahun, menunjukan bahwa Pulau Sumbawa bagian Sumbawa mendominasi curah hujan terbanyak dan mulai dari bulan Desember sampai dengan bulan Februari. Dan mengalami penurunan secara drastis mulai bulan April sampai dengan bulan Agustus.

Tabel 4.12 Rekapitulasi Curah Hujan

  Grafik 4.7 Pola distribusi hujan secara Rerata Bulanan Pulau Sumbawa temporal Pulau Sumbawa

  Grafik 4.7 menunjukkan hasil pola curah hujan bulanan rerata di Pulau Sumbawa, musim hujan dimulai pada bulan Desember sampai dengan bulan Maret. Dan musim kemarau dimulai pada bulan Mei sampai Oktober. Sedangkan bulan-bulan lainnya yaitu bulan April dan November disebut sebagai musim peralihan atau pancaroba.

  Puncak curah hujan terjadi di sekitar bulan Desember, Januari dan Februari (DJF), dengan ketinggian curah hujan masing-masing sebesar 270,609 mm,

  Sumber : Hasil Perhitungan

  305,097 mm dan 236,405 mm. Sedangkan lembah curah hujan terjadi disekitar bulan

Tabel 4.12 merupakan rincian hasil

  Juli, Agustus dan September (JAS), perhitungan hujan bulanan rerata untuk dengan ketinggian curah hujan masing- seluruh Pulau Sumbawa dengan metode masing sebesar 16,555 mm, 4,617 mm dan

  Isohyet. Terdapat perbedaan angka di 13,350 mm. setiap bulannya, curah hujan tertinggi

  Hasil Penelitian juga menunjukan terjadi pada bulan Januari sebesar 301,676 bahwa pola distribusi hujan secara mm, sedangkan curah hujan terendah temporal di Pulau Sumbawa, dari bentuk terjadi pada bulan Agustus sebesar 4,415 grafik yang diperoleh berbentuk huruf U. mm.

  Pada musim seperti ini wilayahnya Adapun bentuk pola distribusi memiliki perbedaan yang jelas antara hujan secara temporal di Pulau Sumbawa periode musim hujan dan periode musim ditunjukan pada Grafik 4.7. kemarau. Kemudian data curah hujan tersebut setelah dikelompokan dalam Zona Musim (ZOM), dapat disimpulkan bahwa curah hujan Pulau Sumbawa bersifat unimodial yaitu memiliki satu puncak musim. Bulan Desember, Januari dan musim hujan yang ditandai dengan meningkatnya rata-rata curah hujan. Sedangkan bulan Juni, Juli dan agustus (JJA) adalah kelompok bulan musim kemarau yang ditandai dengan berkurangnya rata-rata curah hujan.

  Dari hasil analisis dan berdasarkan data normal curah hujan selama 20 tahun dari tahun 1995 sampai 2014 yang tercatat pada stasiun hujan di Wilayah Sungai Sumbawa, dapat disimpulkan bahwa pola distribusi hujan di Pulau Sumbawa mengikuti pola monsun (region monsoon

  Sumber: Hasil Analisa tengara/Australian monsoon).

  a. Berdasarkan persamaan (2-10), Nilai

4.1.1 Analisa Distribusi Agihan Data

  Rerata adalah:

  Hujan di Pulau Sumbawa 1577,60

  Dari data curah hujan harian

  x=

  . ´ 78,88

  ¿

  20

  maksimum tahunan, selanjutnya dihitung

  b. Standar deviasi dihitung dengan

  parameter statistik untuk memilih sebaran yang cocok. Analisis parameter statistik persamaan (2-11) curah hujan stasiun hujan Gapit disajikan

  11039,17

  . 24,10

  ¿ S= pada Tabel 4.15.

  20−1 √

  c. Nilai koefisien variasi (Cv) dihitung

  dengan persamaan (2-12)

  24,10 Cv=

  . 0,31

  ¿ 78,88

  d. Koefisien Kepencengan (Cs) dihitung

  dengan persamaan (2-13)

  20 ×63859,45 Cs=

  . =

  ¿

  3 ( 20−1)× (20−2 )×24,10

  0,27

Tabel 4.15 Analisa frekuensi stasiun hujan

  e. Koefisien Kurtosis (Ck) dihitung

  Gapit dengan persamaan (2-14) .

  2 20 ×13754126,37

  Ck= = ¿

  4 (20−1) ×(20−2) ×( 20−3) ×24,10

  2,80 Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai Cv = 0,31 ; Cs = 0,27 dan

  Ck = 2,80. Maka jenis agihan hujan dipilih berdasarkan syarat-syarat seperti tercantum stasiun hujan Gapit, Pungkit, dan Sumi, dalam tabel 4.16. sedangkan untuk data stasiun hujan Parado dan Rea Atas mengikuti distribusi Agihan Tabel 4.14. Pemilihan distribusi agihan Log Normal. stasiun hujan Gapit

  4.2 PEMBAHASAN

  Curah hujan rata-rata bulanan di seluruh stasiun hujan Pulau Sumbawa, dimana kedalaman hujan tertinggi rata-rata terjadi dari bulan Desember, Januari dan Februari, sedangkan terendah rata-rata terjadi dari bulan Juni, Juli, Agustus dan

  Sumber: Hasil Analisa

  September. Curah hujan tertinggi tersebut berada di stasiun hujan Gapit pada bulan Januari sebesar 438 mm. Sedangkan hujan

  Hasil analisis pemilihan jenis agihan terendah rata-rata terjadi pada bulan hujan pada tabel 4.14. menunjukkan bahwa

  Agustus dan paling rendah terjadi di jenis agihan yang dipilih adalah distribusi stasiun hujan Gapit dan stasiun hujan Rea Agihan Normal. Atas sebesar 3 mm.

  Rekapulasi jenis pemilihan agihan Pola distribusi hujan di Pulau untuk seluruh stasiun hujan Pulau

  Sumbawa bertujuan untuk melihat besaran Sumbawa disajikan pada Tabel 4.15. pola distribusi hujan dalam skala ruang dan waktu. Dimana pola distribusi hujan secara

Tabel 4.15. Rekapitulasi distribusi agihan spasial memiliki curah hujan tertinggi

  data hujan di Pulau Sumbawa berada pada stasiun hujan Pungkit sebesar 1777 mm/thn. Sedangkan untuk curah hujan terendah berada pada stasiun hujan Sumi sebesar 1001 mm/thn.

  Untuk pola distribusi hujan secara temporal tahunan, dari hasil pemetaan Isohiet menunjukkan bahwa Pulau Sumbawa memiliki curah hujan terbesar didominasi oleh wilayah bagian Sumbawa,

  Sumber : Hasil Perhitungan

  sedangkan wilayah bagian Bima didominasi oleh curah hujan rendah. Dari

Tabel 4.15 memperlihatkan bahwa hasil pemetaan curah hujan tahunan rerata

  distribusi agihan data curah hujan harian selama 20 tahun juga terlihat pergerakan maksimum tahunan dari tahun 1995-2014, hujan dari tahun 1995 sampai tahun 2014, untuk data wilayah Pulau Sumbawa yang dimana pergerakan titik hujan terbesar (> mengikuti distribusi Log-Pearson Type III 1500 mm/thn) dari tahun ke tahun pada yaitu stasiun hujan Kadindi, Semongkat, wilayah Sumbawa yang mendominasi Tepas dan Utan, untuk data yang yaitu bagian Barat dan Timur Sumbawa. mengikuti distribusi Agihan Normal yaitu

  Sedangkan untuk Pulau Sumbawa bagian Bima dilihat dari hasil pemetaan bahwa curah hujan terbesar di dominasi Bima bagian Selatan dan Barat. Dari Grafik 4.6 dapat dilihat Pulau Sumbawa pada tahun 1995 sampai tahun 2014 persentase luasan curah hujan menunjukan bahwa semakin lama luasan curah hujan di pulau Sumbawa mengalami penurunan luas basah. Pada tahun 2010 sempat mengalami kenaikan luasan basah yang signifikan, akan tetapi pada tahun selanjutnya kembali mengalami kekurangan luasan basah.

  Untuk pola distribusi hujan secara temporal musiman wilayah Pulau Sumbawa mengikuti pola monsoon

  (region monsoon tengara/Australian monsoon). Hal ini terlihat dari data curah

  hujan, dimana setelah dikelompokan dalam Zona Musim (ZOM) dapat disimpulkan bahwa curah hujan Pulau Sumbawa bersifat unimodial yaitu memiliki satu puncak musim hujan dan satu puncak musim kemarau. Bulan Desember, Januari dan Februari (DJF) adalah kelompok bulan dengan musim hujan yang ditandai dengan meningkatnya rata-rata curah hujan.

  Sedangkan Juli, Agustus dan September (JAS) adalah kelompok bulan dengan musim kemarau, yang ditandai dengan berkurangnya rata-rata curah hujan. Hasil pemetaan curah hujan bulanan rerata sepanjang 20 tahun, menunjukan bahwa pada bulan Januari, Februari dan Desember terdapat curah hujan menengah (CH = 101 mm – 300 mm) dan curah hujan tinggi (CH > 300 mm). Pada bulan Maret hanya terdapat curah hujan menengah (CH = 101 mm – 300 mm), dan pada bulan April dan November terdapat curah hujan menengah (CH = 101 mm – 300 mm) dan curah hujan rendah (CH < 100 mm), sedangkan pada bulan Mei, Juni, Juli, Agustus dan Oktober terjadi hujan rendah (CH < 100 mm). Dari peta isohiet musiman menunjukan bahwa sebaran hujan sepanjang tahun di Pulau Sumbawa, mulai mengalami musim hujan disekitar bulan Desember, Januari, Februari dengan ketinggian curah hujan rata-rata diatas 300 mm. Sedangkan musim kemarau terlihat mulai pada bulan April, Mei, Juni, Juli, Agustus, September dan Oktober dengan ketinggian curah hujan rata-rata di bawah 200 mm, dan untuk bulan Maret dan November merupakan musim peralihan atau musim pancaroba.

  Besaran curah hujan yang terjadi pada kelompok musim hujan berada di sekitar bulan Desember, Januari dan Februari (DJF), dengan ketinggian curah hujan masing-masing sebesar 270,609 mm, 305,097 mm dan 236,405 mm. Sedangkan curah hujan yang terjadi pada kelompok musim kemarau berada di sekitar bulan Juli, Agustus dan September (JAS), dengan ketinggian curah hujan masing- masing sebesar 16,555 mm, 4,617 mm dan 13,350 mm.

  Distribusi hujan terbanyak di Pulau Sumbawa, baik pada periode musim hujan dan kemarau berada pada Pulau Sumbawa bagian Sumbawa yaitu pada stasiun hujan Gapit, stasiun hujan Pungkit, stasiun hujan Rea Atas, stasiun hujan Tepas dan stasiun hujan Samongkat. Sedangkan distribusi paling sedikit di Pulau Sumbawa, hampir seluruhnya berada di bagian Sumbawa dan di sebagian wilayah Bima yaitu pada stasiun hujan Utan, stasiun hujan Sumi, stasiun hujan Pungkit dan stasiun hujan Gapit.

  Sedangkan untuk distribusi agihan data curah hujan harian maksimum tahunan dari tahun 1995-2014, untuk data wilayah Pulau Sumbawa yang mengikuti distribusi Log-Pearson Type III yaitu stasiun hujan Kadindi, Semongkat, Tepas dan Utan, untuk data yang mengikuti distribusi Agihan Normal yaitu stasiun hujan Gapit, Pungkit, dan Sumi, sedangkan untuk data stasiun hujan Parado dan Rea Atas mengikuti distribusi Agihan Log Normal.

  • Pola distribusi hujan secara temporal di Pulau Sumbawa mengikuti pola monsoon (Region atau daerah A), karena pola curah hujannya berbentuk huruf U. Pola distribusi seperti ini bersifat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

  Dari analisa yang dilakukan pada penelitian ini dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

  1. Dari hasil analisa diperoleh hasil pola distribusi hujan di Pulau Sumbawa: a. Pola distribusi hujan secara spasial

  b. Pola distribusi hujan secara temporal

  unimodial, yaitu memiliki

  satu puncak musim hujan dan satu puncak musim kemarau. Puncak curah hujan terjadi di sekitar bulan Desember, Januari dan Februari (DJF), dengan ketinggian curah hujan masing-masing sebesar 270,609 mm, 305,097 mm dan 236,405 mm. Sedangkan curah hujan terendah terjadi di sekitar bulan Juli, Agustus dan September (JAS), dengan ketinggian curah hujan sebesar sebesar 16,555 mm, 4,617 mm dan 13,350 mm.

  • Distribusi hujan tahunan rerata Pulau Sumbawa secara keseluruhan curah hujan tertinggi berada pada stasiun Pungkit yaitu sebesar 1777 mm/thn, sedangkan curah hujan terendah berada pada stasiun Sumi yaitu sebesar 1001 mm/thn.
  • Distribusi hujan tahunan rerata Pulau Sumbawa bagian Sumbawa menunjukkan curah hujan tertinggi berada pada stasiun Pungkit yaitu sebesar 1777 mm/thn, sedangkan curah hujan terendah berada pada stasiun Utan yaitu sebesar 1123 mm/thn.

  2. Pulau Sumbawa memiliki curah hujan terbesar didominasi oleh wilayah bagian Sumbawa, sedangkan wilayah bagian Bima didominasi oleh curah hujan rendah. Untuk pergerakan hujan tahunan rerata selama 20 tahun dari tahun 1995 sampai tahun 2014, dimana pergerakan titik hujan terbesar terbesar (> 1500 mm/thn) dari tahun ke tahun pada wilayah Sumbawa yang mendominasi yaitu bagian Barat dan bagian Timur Sumbawa. Sedangkan untuk Pulau Sumbawa bagian Bima curah hujan terbesar di dominasi oleh wilayah Bima bagian Selatan dan bagian Barat.

  • Distribusi hujan tahunan rerata Pulau Sumbawa bagian Bima menunjukkan curah hujan tertinggi berada pada stasiun Parado yaitu sebesar 1332 mm/thn, sedangkan pada stasiun Sumi yaitu sebesar 1001 mm/thn.
Untuk pola pergerakan hujan secara

  III yaitu stasiun hujan Kadindi, musiman pada setiap musim di Semongkat, Tepas dan Utan, untuk wilayah Sumbawa dari bulan Januari data yang mengikuti distribusi Agihan sampai Desember titik curah hujan Normal yaitu stasiun hujan Gapit, tertinggi pada setiap bulan selalu Pungkit, dan Sumi, sedangkan untuk bergerak dari bagian Timur ke bagian data stasiun hujan Parado dan Rea Barat dan kembali lagi ke bagian Atas mengikuti distribusi Agihan Log Timur Sumbawa, sedangkan pada Normal. wilayah Bima titik curah hujan tertinggi pada setiap bulan selalu

  5.2 SARAN

  bergerak antara bagian Tengah Bima Adapun saran-saran yang diharapkan dan bagian Barat Bima. Untuk sebaran penulis setelah melakukan penelitian ini hujan sepanjang tahun di Pulau adalah: Sumbawa, mulai mengalami musim

  1. Untuk penelitian selanjutnya, perlu hujan disekitar bulan Desember, dicoba penelitian dengan Januari, Februari dengan ketinggian menggunakan metode lain. curah hujan rata-rata diatas 300 mm.

  2. Untuk Balai Informasi Sumber Daya Sedangkan musim kemarau pada bulan Air (BISDA) Provinsi Nusa Tenggara April, Mei, Juni, Juli, Agustus, Barat, agar mengontrol ketetapan dan September dan Oktober dengan kalibrasi alat-alat yang digunakan ketinggian curah hujan rata-rata di dalam menghitung data-data curah bawah 200 mm, dan untuk bulan Maret hujan. dan November merupakan musim peralihan atau musim pancaroba. DAFTAR PUSTAKA

  3. Persentase luasan curah hujan pada Pulau Sumbawa menunjukan bahwa Harto, Sri., 1993, Analisis Hidrologi, semakin lama luasan curah hujan di PT.Gramedia Pustaka Utama, pulau Sumbawa mengalami penurunan Jakarta. luas basah. Pada tahun 2010 sempat Harto, Sri., 2000, Hidrologi : Teori, mengalami kenaikan luasan basah Masalah, Penyelesaian, Nafiri, yang signifikan, akan tetapi pada tahun Yogyakarta. selanjutnya kembali mengalami Kadarsah, 2007, Tiga Pola Curah Hujan kekurangan luasan basah. Dari pola Indonesia, tersebut dapat disimpulkan bahwa tertentu di pulau sumbawa kemungkinan memiliki pola yang Soemarto, CD., 1987, Hidrologi Teknik, sama seperti yang di tunjukan oleh Usaha Nasional, Surabaya. grafik 4.6. Soemarto, CD., 1993, Hidrologi Teknik, 4. Distribusi agihan data curah hujan Usaha Nasional, Surabaya. harian maksimum tahunan di Pulau Triatmodjo, B., 2008, Hidrologi Terapan, Sumbawa dari tahun 1995-2014, untuk Beta Offset, Yogyakarta. data wilayah Pulau Sumbawa yang mengikuti distribusi Log-Pearson Type