Peningkatan keterlibatan siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada aspek berbicara melalui pendekatan kontekstual bagi siswa kelas V SD Kanisius Kadirojo, Purwomartani, Kalasan, Yogyakarta tahun pelajaran 2008/2009 - USD Repository

  

PENINGKATAN KETERLIBATAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN

BAHASA INDONESIA PADA ASPEK BERBICARA MELALUI

PENDEKATAN KONTEKSTUAL BAGI SISWA KELAS V SD KANISIUS

KADIROJO, PURWOMARTANI, KALASAN, YOGYAKARTA

TAHUN PELAJARAN 2008/2009

  

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

  

Oleh :

Nama : Benediktus Gole Atawolo NIM : 071134069

  

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

PENINGKATAN KETERLIBATAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN

BAHASA INDONESIA PADA ASPEK BERBICARA MELALUI

PENDEKATAN KONTEKSTUAL BAGI SISWA KELAS V SD KANISIUS

KADIROJO, PURWOMARTANI, KALASAN, YOGYAKARTA

TAHUN PELAJARAN 2008/2009

  

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

  

Oleh :

Nama : Benediktus Gole Atawolo NIM : 071134069

  

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  Karya ini dipersembahkan untuk Orang tua tercinta dan Kongregasi Para Bruder Kristiani Santa Perawan Maria Tersuci dan Bunda Allah Yang

  Dikandung Tanpa Noda (MTB) yang telah memberi Kesempatan kepada saya untuk mengembangkan diri Dengan belajar di Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

  Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

  MOTO Melaksanakan apapun yang bermakna yang menjadi tanggungjawab, harus dihayati sebagai panggilan, bukan sebagai beban; maka dilaksanakan dengan gembira, tegar, dan penuh semangat.

  PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan atau daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta,

  22 Januari 2010 Penulis

  Abstrak

  Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berjudul: ”Peningkatan Keterlibatan Siswa Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Pada Aspek Berbicara Melalui Pendekatan Kontekstual Bagi Siswa Kelas V SD Kanisius Kadirojo, Purwomartani, Kalasan, Yogyakarta Tahun Pelajaran 2008/2009”. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia dalam: (1) kemampuan bertanya dan menjawab siswa, (2) keaktifan dan partisipasi siswa dalam kelompok, (3) kemampuan siswa untuk menghargai pendapat. Populasi penelitian adalah siswa kelas V SD Kanisius Kadirojo, Purwomartani, Kalasan, Sleman yang berjumlah 36 orang: 19 orang siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan. Masalah dalam penelitian ini adalah apakah pendekatan kontekstual dapat meningkatkan keterlibatan siswa kelas V SD Kanisius Kadirojo Kalasan Tahun Pelajaran 2008/2009 dalam pembelajaran Bahasa Indonesia?

  Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan dengan dua siklus yaitu siklus I dan siklus II yang masing-masing siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).

  Metode pengumpulan data meliputi pengamatan atau observasi, wawancara dan dokumentasi. Untuk menentukan instrumen, dalam melakukan pengamatan peneliti dibantu oleh dua pengamat (guru kelas dan seorang suster). Adapun indikator keberhasilan penelitian ini adalah keterlibatan siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia minimal mencapai 80 % dari seluruh siswa di kelas V.

  Hasil analisis data mengenai penerapan pembelajaran Bahasa Indonesia menggunakan pendekatan kontekstual menunjukkan adanya peningkatan dari siklus satu ke siklus dua baik dari aspek bertanyajawab, partisipasi siswa dalam proses pembelajaran maupun kerjasama siswa dalam berdiskusi. Partisipasi siswa dalam kemampuan bertanya yang terdiri dari aspek mengajukan pertanyaan, pada siklus pertama mencapai 57 %, pada siklus kedua meningkat menjadi 80 %, sedangkan pada aspek menjawab pertanyaan pada siklus pertama mencapai 62 %, pada siklus kedua meningkat menjadi 82 %. Data tentang partisipasi siswa yang terdiri dari aspek keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan, pada siklus pertama mencapai 62 % pada siklus kedua meningkat menjadi 80 %, sedangkan dari aspek partisipasi dalam kerja kelompok, pada siklus pertama mencapai 60 %, pada siklus kedua meningkat menjadi 82 %. Sedangkan data tentang kerja sama siswa dalam kelompok yang terdiri dari aspek saling membantu dalam menyelesaikan tugas, pada siklus pertama mencapai 74 % pada siklus kedua meningkat menjadi 85 % dan dari aspek menghargai teman dalam diskusi kelompok pada siklus pertama mencapai 80 %, pada siklus kedua meningkat menjadi 85 %.

  Berdasarkan hasil penelitian yang dicapai dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

  

Abstract

  This research is the Class Performance Research (PTK) titled “The Increasing of Students’ Involvement on Speaking Aspect in the Indonesian Language Learning through the Contextual Approach for the Fifth Grade Students of Kanisius Kadirojo, Purwomartani, Kalasan, Yogyakarta Year 2008/2009”. This research aims to encourage the students’ involvement in the Indonesian language learning that is showed by the increasing of (1) the students’ ability in question and answer, (2) the students’ being active and participation, (3) the students’ ability to respect opinion. The research population is the fifth grade students in SD Kanisius Kadirojo, Purwomartani, Kalasan, Sleman. There are 36 students, which consists of 19 boys and 17 girls. The problems in this research are could the contextual approach increase the involvement of the fifth grade students of Kanisius Kadirojo, Kalasan Year 2008/2009 in the Indonesian language learning.

  The Class Performance Research was done with two cycles that were cycle I and cycle II. Each cycle consisted of four steps, which were planning, acting, observing, and reflecting.

  The collecting data method included monitor or observation, interview, and documentation. To determine the instrument validity, the observation was helped by two observers (the class teacher and a nun). The achievement indicator of this research was the students have involved minimum 80%.

  The result of analyzing the data on the implementation of the Indonesian language learning using the contextual approach shows the increasing from one cycle to another in question and answer aspect, students’ participation in learning process and students’ cooperation in discussion. After analyzing the data of the implementation of Indonesian language learning using contextual approach by observation process, students’ involvement in learning process has increased from cycle I into cycle II.

  The data on the students’ ability in question and answer includes the aspect of giving question, which in cycle I shows 57% and in cycle II increases into 80%, and the aspect of answering question that in cycle I shows 62% and in cycle II increases into 82%. Furthermore, the data on students’ participation that includes the aspect of students’ being active on participating in the activity shows percentage of 62% in the cycle I and increases into 80% in the cycle II. Meanwhile, the aspect of participation in the group activity shows 60% in cycle I and increases into 82% in cycle II. Then, the data on the students’ cooperation in group includes the aspect of helping each other in completing task, in cycle I shows 74% and increases into 85% in cycle II, and the aspect of appreciating friends in group discussion, which in cycle I shows 80% and increases into 85%.

  Based on the result, the conclusion is that the implementation of the contextual approach is able to increase the students’ active involvement in the Indonesian language learning.

KATA PENGANTAR

  Untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Program Studi S-I PGSD, penulis menyusun karya tulis ilmiah berupa Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul “Peningkatan Keterlibatan Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Pada Aspek Berbicara Melalui Pendekatan Kontekstual bagi Siswa Kelas V SD Kanisius Kadirojo, Purwomartani, Kalasan, Yogyakarta Tahun Ajaran 2008/2009”ini, dapat penulis selesaikan berkat rahmat penyertaan dan kasih karunia yang berlimpah dari Tuhan.

  Dalam penulisan skripsi PTK ini, penulis memperoleh banyak bimbingan, bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya disertai rasa hormat yang tulus kepada:

1. Bapak Drs. Puji Purnomo, M.Si, selaku Kaprodi PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  2. Bapak Dr. B. Widharyanto, M. Pd. selaku dosen pembimbing I yang banyak meluangkan waktu dan dengan setia, sabar dalam membimbing dan mengarahkan serta memberi masukan kepada saya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

  3. Almarhum Bapak Drs. Ign. Masidjo. selaku dosen pembimbing II yang juga banyak meluangkan waktu dan dengan setia, sabar dalam membimbing dan mengarahkan serta memberi masukan kepada saya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

  4. Bapak Drs. Y. B. Adimasana, MA selaku pengganti dosen pembimbing II yang banyak memberikan arahan dan masukan kepada saya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

  5. Ibu Supartinah, selaku Kepala Sekolah SD Kanisius Kadirojo yang telah bersedia memberikan tempat bagi saya untuk mengadakan penelitian ini.

  6. Ibu Ig. Supartinah, selaku guru kelas V SD Kanisius Kadirojo yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membantu saya pelaksanaan penelitian.

  7. Sr. Lusia Munde, SPC, yang telah bersedia meluangkan waktu dan setia dan sabar membantu saya dalam pelaksanaan penelitian.

  8. Bruder Propinsial selaku pimpinan Konggregasi Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) yang telah memberi kesempatan kepada saya untuk mengembangkan diri dalam studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Sanata Dharma.

  9. Para Saudara MTB Komunitas Alverna dan Komunitas Novisiat yang telah membantu, memberi dukungan dan doa serta perhatian kepada saya.

  10. Segenap pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah membantu saya dalam penulisan skripsi PTK ini. Semoga kebaikan dan perhatian diberkati Tuhan. Saya menyadari bahwa tugas akhir ini memiliki banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang berguna bagi perbaikan tugas ahkir ini. Harapan saya semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi pembaca khususnya bagi calon guru Sekolah Dasar maupun siapa saja di dalam mengembangkan tugas pendidikan.

  Yogyakarta,

  22 Januari 2010 Penulis

  DAFTAR ISI  

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii

MOTO ................................................................................................................. iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................. vi

ABSTRAK .......................................................................................................... vii

ABSTRACT ........................................................................................................ viii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... ix

DAFTAR ISI ....................................................................................................... x

HALAMAN LAMPIRAN .................................................................................. xi

BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................

  1 A. Latar Belakang Masalah ..............................................................

  1 B. Batasan Masalah .............................................................................

  2 C. Perumusan Masalah .......................................................................

  3 D. Pemecahan Masalah .......................................................................

  3 E. Tujuan Penelitian ............................................................................

  4 F. Manfaat Penelitian ..........................................................................

  4 BAB II. KAJIAN PUSTAKA ..........................................................................

  6 A. Pembelajaran Bahasa Indonesia ...................................................

  6 B. Pendekatan Kontekstual ................................................................

  13 C. Keterlibatan Siswa .........................................................................

  17

  D. Kemampuan Bertanya dan Menjawab ........................................

  37 1. Perencanaan Kegiatan ...............................................................

  47 a. Data .........................................................................................

  45 3. Pengamatan dan Wawancara ..................................................

  44 2. Pelaksanaan Kegiatan ...............................................................

  44 1. Perencanaan Kegiatan ...............................................................

  43 B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II ...................................................

  42 4. Refleksi ........................................................................................

  41 b. Analisis Data .........................................................................

  40 a. Data .......................................................................................

  36 3. Pengamatan dan Wawancara ..................................................

  37 2. Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran .......................................

  37 A. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I .....................................................

  19 E. Kemampuan Bekerja Sama............................................................

  35 BAB IV. PELAKSANAAN PENELITIAN .....................................................

  34 G. Teknik Analisi Data .......................................................................

  33 F. Instrumen Penelitian ......................................................................

  32 E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................

  24 D. Indikator Keberhasilan .................................................................

  23 2. Pelaksanaan Penelitian Tidakan Siklus I dan II ...................

  23 1. Persiapan ...................................................................................

  23 C. Prosedur Penelitian .......................................................................

  21 B. Tempat Dan Waktu Penelitian ......................................................

  21 A. Jenis Penelitian ...............................................................................

  20 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ......................................................

  47

   b. Analisis Data ...........................................................................

  48 4. Refleksi .........................................................................................

  49 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................

  51 A. HASIL PENELITIAN ...................................................................

  51 1.1. Hasil Siklus Pertama ...............................................................

  51 1.2. Hasil Wawancara Siklus Pertama ..........................................

  54 2.1. Hasil Siklus Kedua ..................................................................

  55 2.2. Hasil Wawancara Siklus Kedua ............................................

  58 B. PEMBAHASAN .............................................................................

  59 BAB VI PENUTUP ..........................................................................................

  62 A. Kesimpulan .....................................................................................

  62 B. Saran ................................................................................................

  63 C. Keterbatasan Peneliti .....................................................................

  64 DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................

  65 LEMBAR LAMPIRAN ....................................................................................

  DAFTAR LAMPIRAN Format Pengamatan ...........................................................................................

   67 Daftar Pertanyaan Wawancara .........................................................................

   72 Hasil Pengamatan Siklus I dan Siklus II .........................................................

   73 Dokumentasi Kegiatan Siklus I dan Siklus II .................................................

   85 Silabus .................................................................................................................

   89 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ................................................................

   94 Lembar Kerja Siswa .......................................................................................... 102

Hasil Kerja Siswa ............................................................................................... 111

Surat Permohonan Ijin Penelitian .................................................................... 120

Surat Tanggapan Ijin Penelitian ...................................................................... 121

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang

  penting yang perlu diajarkan kepada siswa di sekolah dasar. Hal ini terbukti dengan diberikannya mata pelajaran Bahasa Indonesia di bangku Sekolah Dasar (SD) dan menjadi salah satu mata pelajaran yang diujikan dalam ujian nasional. Dengan demikian diharapkan siswa sekolah dasar mampu menguasai, memahami dan dapat menerapkan keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis) dalam kehidupan sehari-hari.

  Agar siswa mampu menguasai, memahami dan menerapkan keterampilan bahasa maka dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia siswa dituntut untuk dapat terlibat secara aktif. Dengan demikian siswa akan memperoleh hasil belajar yang diharapkan.

  Ketika peneliti melakukan pengamatan dan wawancara dengan salah seorang guru kelas V SD Kanisius Kadirojo, Kalasan sewaktu melakukan praktek mengajar ternyata masih banyak siswa yang tidak terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia. Ketidakterlibatan siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia ini disebabkan oleh dua faktor yakni: (1) tidak ada motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran Bahasa Indonesia. Siswa selalu pasif, tidak mau bertanya atau tidak berani mengungkapkan pikiran maupun perasaannya dalam diskusi kelompok, siswa kurang bekerja sama dalam diskusi kelompok serta kurang menghargai pendapat teman dalam diskusi kelompok, dan (2) guru lebih cenderung menggunakan metode ceramah dan tugas. Penggunaan metode oleh guru yang monoton dan kurang hidup menimbulkan kejenuhan siswa dalam mengikuti pembelajaran bahasa Indonesia.

  Dengan melihat masalah tersebut di atas, penulis mencoba menawarkan pendekatan kontekstual sebagai sebuah solusi pemecahan masalah dengan tindakan nyata yang melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia sehingga tercapai hasil belajar yang lebih optimal. Alasan peneliti memilih pembelajaran dengan pendekatan kontekstual adalah karena pendekatan kontekstual lebih menempatkan siswa sebagai subjek, siswa belajar melalui kegiatan kelompok seperti kerja kelompok, berdiskusi, saling menerima dan memberi pengetahuan atau pengalaman yang dimiliki. Selain itu pembelajaran bisa dikaitkan dengan kehidupan nyata siswa dan juga pembelajaran bisa terjadi di mana saja dalam konteks dan tempat yang berbeda sesuai dengan kebutuhan.

  Dalam pendekatan pembelajaran kontekstual, guru dibantu untuk menghubungkan bahan pengajaran dan kegiatan mengajar kepada pengalaman yang nyata. Siswa difasilitasi untuk menghubungkan pengetahuan dan pengalaman aktualnya yang terpusat pada proses pembelajaran yang mengacu kepada kreativitas, berpikir kritis, pemecahan masalah, dan mampu menerapkan pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan pendekatan pembelajaran kontekstual diharapkan siswa semakin terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia dan mempunyai kebebasan untuk bernalar, berdiskusi, bertanya jawab dan mengarang. Oleh karena itu peneliti sangat tertarik untuk meneliti bagaimana meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada aspek berbicara melalui pendekatan kontekstual.

  B. Batasan Masalah

  Dalam penelitian ini, peneliti membatasi permasalahan pada upaya untuk meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada aspek berbicara melalui pendekatan kontekstual.

  C. Perumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah tersebut di atas, maka rumusan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Apakah pendekatan kontekstual dapat meningkatkan keterlibatan siswa kelas V SD Kanisius Kadirojo Kalasan Tahun Pelajaran 2008/2009 dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada aspek berbicara ?

  D. Pemecahan Masalah

  Keterlibatan siswa hanya bisa dimungkinkan jika siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Dalam rangka mendorong dan menigkatkan keterlibatan siswa, perlu diupayakan sebuah metode atau pendekatan baru yang lebih variatif dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan pendekatan kontekstual kiranya akan mendorong siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran karena apa yang dipelajari berhubungan erat dengan konteks atau relita mereka sehari- hari.

  E. Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penerapan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada aspek berbicara dapat meningkatkan keterlibatan siswa kelas V SD Kanisius Kadirojo, Kalasan.

  F. Manfaat Penelitian A.

  Secara Teoritis Dapat menambah pengetahuan peneliti tentang penggunaan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

  B.

  Secara Praktis a. Bagi sekolah

  Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi sekolah dalam penggunaan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran Bahasa Indonesia aspek berbicara di kelas V, sebagai upaya dalam meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran. b.

  Bagi guru Jika penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia, ini adalah pembelajaran yang inovatif yang mungkin bisa diterapkan.

  c.

  Bagi siswa Akan mengembangkan kreatifitas, berpikir kritis, dan mampu memecahkan masalah serta meningkatkan partisipasi dan keaktifan siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada aspek berbicara.

BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab ini menguraikan topik-topik yang berkaitan dengan judul Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini. Topik-topik tersebut antara lain; (1) Pembelajaran Bahasa Indonesia, (2) Pendekatan Kontekstual, (3) Keterlibatan Siswa, (4) Kemampuan Bertanya jawab, (5) Kemampuan Bekerja sama. Topik-topik tersebut akan dijelaskan sebagai berikut. A. Pembelajaran Bahasa Indonesia Menurut Hilgard (dalam Tanlain, 2006:4) belajar adalah perubahan yang

  terjadi dalam diri berupa pengetahuan, pemahaman, sikap, keterampilan yang menampak dalam tingkah laku melalui praktek atau latihan. Menurut Winkel (2004:59) belajar merupakan suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan - pemahaman, keterampilan dan nilai - sikap. Perubahan itu bersifat secara konstan dan berbekas. Selanjutnya Sudjana (1989:5) juga mendefenisikan belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada induvidu yang belajar.

  Pembelajaran diartikan sebagai petunjuk verbal atau non verbal yang diberikan oleh guru atau orang perancang pengajaran individual untuk digunakan oleh siswa dalam meneruskan belajarnya (Tanlain, 2006:21). Sementara itu, Sudjana (1989:5) menjelaskan mengajar adalah membimbing kegiatan mengatur dan mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa sehinga dapat mendorong dan menumbuhkan siswa melakukan kegiatan belajar.

  Bahasa adalah sistem lambang bunyi berartikulasi yang bersifat sewenang- wenang dan konvensional yang dipakai sebagai alat komunikasi untuk melahirkan pikiran atau perasaan. Atau perkataan-perkataan yang baik, sopan santun yang dipakai oleh suatu bangsa (KBBI, 1990:66). Lebih lanjut Sumardi (2005:32) mendefenisikan pembelajaran Bahasa Indonesia adalah salah satu mata pelajaran yang berfungsi untuk mengembangkan kemampuan bernalar, berkomunikasi, mengungkapkan pikiran dan perasaan serta membina kesatuan dan persatuan.

  Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia terdapat empat aspek kemampuan yang harus dikuasai siswa yaitu; kemampuan mendengar/menyimak, kemampuan berbicara, kemampuan membaca, dan kemampuan menulis. Di bawah ini akan dijelaskan keempat aspek kemampuan tersebut.

  1) Kemampuan Mendengar/Menyimak

  Mendengar/menyimak merupakan kegiatan yang paling banyak dilakukan dalam pembelajaran, seperti menyimak penjelasan guru, menyimak cerita, dan menyimak pembicaraan yang disampaikan orang lain.

  Menurut Abbas (2006:63) menyimak merupakan suatu proses untuk mengorganisasikan apa yang didengar dan menempatkan pesan suara-suara yang didengar atau yang ditangkap menjadi makna yang dapat diterima. Proses ini sangat melibatkan aspek kognitif. Hal ini berarti bahwa penyimak harus mengerahkan daya kognitifnya untuk dapat menerima, mencerna, memahami, menganalisis dan memberikan respon secara kritis atas hal-hal yang disimak atau diterima. Untuk itu dalam proses pembelajaran menyimak setiap siswa memperoleh kesempatan untuk belajar dan mengajar (menjelaskan, mengemukakan pendapat, bertanya, dan menjawab pertanyaan). Dalam hal ini tugas guru adalah mendorong siswa untuk mengemukakan pandangan dan pendapatnya. Dengan demikian siswa akan terbiasa memperhatikan, memahami, dan menaggapi secara kritis pembicaraan orang lain.

  Agar pembelajaran menyimak dapat berhasil sesuai yang diharapkan, Ahmad dan Darmayanti (2001:2) berpendapat bahwa keberhasilan suatu pembelajaran menyimak bergantung pada adanya dua kondisi yakni; pertama, guru memberikan teladan sebagai penyimak yang kritis dan pembicara yang efektif, serta menggunakan srtategi yang efektif. Kedua, siswa berpartisipasi dalam diskusi serta memiliki informasi tertentu yang disampaikan kepada siswa yang lain.

  Dalam proses pembelajaran menyimak, seorang guru perlu memperhatikan beberapa hal yang merupakan langkah-langkah dalam melaksanakan pembelajaran menyimak. Menurut Abbas (2006:63), langkah-langkah dalam melaksanakan pembelajaran menyimak adalah sebagai berikut; (1) menerima masukan yang didengar, (2) melibatkan diri terhadap masukan yang didengar, (3) menginterprestasikan dan berinteraksi dengan masukan yang didengar.

  2) Kemampuan Berbicara

  Berbicara merupakan keterampilan dalam menyampaikan pesan melalui bahasa lisan (Ahmad dan Darmiyati 2001:7). Lebih lanjut Abbas (2006:83) mengatakan bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaanya kepada orang lain dengan bahasa lisan dengan maksud agar apa yang disampaikan mudah dan dapat dipahami oleh orang lain yang mendengarkan.

  Dalam kurikulum 2004 kompetensi Bahasa Indonesia dikatakan bahwa fungsi bahasa adalah sebagai alat berkomunikasi. Hal ini menuntut siswa untuk terampil berbahasa atau berkomunikasi dengan baik. Komunikasi tersebut dapat berupa pengungkapan pikiran, gagasan, ide, pendapat, dan penyampaian informasi dari orang lain yang dapat disampaikan melalui aspek kebahasaan berupa kata, kalimat, paragraf (komunikasi tulis), atau paraton (komunikasi lisan), ejaan dan tanda baca dalam bahasa tulis, serta unsur-unsur prosodi (intonasi, nada irama, tekanan, tempo) dalam bahasa lisan.

  Indikator dan materi pokok pembelajaran berbicara yang tercantum dalam kurikulum 2004 Standar Kompetensi Bahasa Indonesia memberikan arah kepada guru untuk memilah dan memilih berbagai macam pembelajaran berbicara. Macam-macam pembelajaran berbicara yang dapat diterapkan oleh seorang guru antara lain; menirukan ucapan, menceritakan pengalaman, percakapan, mendeskripsikan, pertanyaan menggali, berwawancara dan melaporkan hasilnya, berpidato, dan diskusi (Abbas, 2006:85).

  Pembelajaran berbicara yang diterapkan guru, diharapkan dapat memberi makna bagi siswa dalam usaha mengembangkan kemampuan berbicara.

  Berkaitan dengan hal tersebut, Abbas (2006:85) berpendapat bahwa pembelajaran berbicara akan lebih bermakna bagi siswa bila materi pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi lingkungan siswa, pengembangan materi pembelajaran harus mengacu pada tema dan topik pembelajaran mengarah ke konteks pembicaraan sehari-hari yang sesuai dengan tingkat kelas siswa.

  Dalam hubungan kemampuan berbicara dengan kemampuan berbahasa lainnya, Tarigan (1994:2) mengatakan bahwa kemampuan berbicara menunjang dan erat kaitannya dengan kemampuan berbahasa lainnya (menyimak, membaca, dan menulis).

  a) Hubungan berbicara dengan menyimak

  Berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan yang berbeda namun berkaitan erat dan tak terpisahkan. Kegiatan berbicara dan menyimak saling melengkapi dan saling berpadu menjadi komunikasi lisan seperti bercakap-cakap, berdiskusi, tanya jawab, dan bertelepon. Kegiatan menyimak dan berbicara saling melengkapi, tidak ada gunanya orang berbicara bila tidak ada orang yang menyimak. Tidak mungkin orang menyimak bila tidak ada orang berbicara. Melalui kegiatan menyimak siswa mengenal ucapan kata, struktur kata dan struktur kalimat. b) Hubungan berbicara dengan membaca

  Berbicara dan membaca berbeda dalam sifat sarana dan fungsi. Berbicara bersifat produktif, ekspresif melalui bahasa lisan yang berfungsi sebagai penyebar informasi. Membaca bersifat reseptif melalui sarana bahasa tulis dan berfungsi sebagai penerima informasi. Hal ini berarti bahwa membaca dapat dirangsang dengan sarana bahasa tulis untuk memperoleh informasi.

  c) Hubungan berbicara dengan menulis Kegiatan berbicara dan menulis berfungsi sebagai penyampaian informasi.

  Kegiatan berbicara disalurkan melalui bahasa lisan, sedangkan penyampaian informasi dan kegiatan menulis disalurkan melalui bahasa tulis. Informasi digunakan dalam berbicara dan menulis diperoleh melalui kegiatan menyimak maupun membaca.

  3) Kemampuan Membaca

  Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis (Tarigan:1994:7). Dengan kata lain membaca sebagai suatu proses yang melibatkan penglihatan dan tanggapan untuk memahami bahan bacaan yang bertujuan untuk memperoleh informasi dari teks yang tertulis.

  Pembelajaran membaca digunakan sebagai sarana untuk membantu membimbing siswa menjadi pembaca yang mandiri dan menumbuhkan minat baca siswa. Oleh karena itu guru harus dapat membantu serta mengarahkan siswa untuk mengembangkan serta meningkatkan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan dalam membaca. Usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh guru untuk meningkatkan keterampilan membaca siswa adalah sebagai berikut; a.

  Guru menolong siswa memperkaya kosa kata dengan jalan: memperkenalkan sinonim, antonim, parafrase. Selain itu juga memperkenalkan imbuhan yang mencakup awalan, sisipan dan akhiran.

  b.

  Guru menolong siswa untuk memahami makna, struktur-struktur kata, dan kalimat.

  c.

  Guru memberi serta menjelaskan kawasan atau pengertian kiasan, sindiran, ungkapan, pepatah, dan peribahasa.

  d.

  Guru menjamin serta memastikan pemahaman siswa dengan cara; mengemukakan berbagai jenis pertanyaan terhadap kalimat yang sama, mengemukakan pertanyaan yang jawabannya dapat ditemukan siswa dalam bahan bacaan, menyuruh siswa membuat rangkuman, menanyakan apa ide pokok sesuatu paragraf, menyuruh siswa menemukan kata-kata yang melukiskan seseorang atau suatu proses, menunjukkan kalimat-kalimat yang kurang baik letak atau susunannya..

  e.

  Guru meningkatkan kecepatan membaca siswa dengan cara; ukurlah waktu membaca, waktu diusahakan singkat serta efisien secara teratur, hindarkan gerakan-gerakan bibir, menjelaskan tujuan khusus dan tujuan tertentu membaca kepada siswa. (Tarigan 1994:14)

  4) Kemampuan Menulis

  Menulis merupakan suatu kemampuan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain (Tarigan, 1994:3). Lebih lanjut Abbas (2006:125) mengatakan bahwa kemampuan menulis adalah kemampuan mengungkapkan gagasan, ide, pendapat, dan perasaan kepada orang lain dengan melalui bahasa tulis.

  Dalam Kurikulum 2004 Kompetensi Dasar Bahasa Indonesia, keterampilan menulis bisa diwujudkan dalam bentuk materi menulis. Bentuk materi menulis yang dituntut oleh Kurikulum 2004 Kompetensi Dasar Bahasa Indonesia di antaranya; menjiplak, menyalin, menulis permulaan, menulis huruf sambung, menulis pengalaman sendiri, menulis deskripsi, menulis formulir, menulis pengumuman, menulis surat, menulis laporan pengamatan, menulis buku harian, menulis poster, menulis iklan, dan menulis wesel pos.

  Sebagaimana materi lainnya, materi menulis juga dapat disajikan secara bertahap. Karena menulis merupakan keterampilan lanjutan yang cukup kompleks, maka materi menulis yang diajarkan sebelumnya harus benar-benar dipahami dahulu oleh siswa. Hal ini menuntut peran dan tugas guru untuk berani melakukan inovasi dalam menyusun langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran menulis agar siswa dapat melakukan kegiatan menulis dengan penuh kegembiraan dan rasa antusiasme yang tinggi. Selain itu alokasi waktu yang dipergunakan untuk pelaksanaan pembelajaran menulis harus disesuaikan dengan langkah- langkah pembelajaran yang sudah dirancang dan karekteristik hasil tulisan yang diharapkan. Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran menulis terpadu dengan pembelajaan keterampilan mendengarkan, membaca, dan berbicara.

B. Pedekatan Kontekstual

  Pendekatan kontekstual adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajarinya dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari (Sanjaya, 2006:109). Menurut Purnomo (2006:1) dijelaskan bahwa pendekatan kontekstual merupakan sebuah konsep pembelajaran yang membantu guru untuk menghubungkan antara materi pelajaran yang diajarkan guru dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

  Berdasarkan kedua pendapat di atas, ada tiga hal yang harus dipahami yaitu; 1)

  Pendekatan kontekstual lebih menekankan proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi. Hal ini berarti bahwa proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Siswa tidak hanya menerima pelajaran tetapi juga proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran. 2)

  Pendekatan kontekstual mampu mendorong siswa menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata. Hal ini berarti bahwa siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini dimakasud agar materi yang dipelajari tidak dilupakan oleh siswa.

  3)

  Pendekatan kontekstual dapat mendorong siswa untuk menerapkan materi yang diperolehnya ke dalam kehidupan. Hal ini berarti bahwa materi yang dipelajari dapat mewarnai perilaku siswa dalam kehidupan sehari-hari. Materi yang dipelajari dapat menjadi bekal bagi siswa dalam mengarungi kehidupan nyata. Selanjutnya, ciri-ciri pembelajaran kontekstual menurut Purnomo

  (2006:20) yaitu: (1) menciptakan rasa kebersamaan, bekerja sama dan saling memahami antara satu dengan yang lain, (2) saling menunjang, (3) pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan, tidak membosankan, (4) siswa aktif, kreatif, kritis dan produktif dalam kerja kelompok, berdiskusi, sharing kelompok, saling mengoreksi antar teman, (5) menggunakan berbagai sumber belajar, (6) hasil karya siswa dilaporkan kepada orang tua, (7) ruang kelas dan lorong dipenuhi dengan hasil karya anak.

  Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual menurut Purnomo (2006:10) memuat tujuh komponen: (1) Constructivism (konstruktivisme, membangun, membentuk).

  Inti dari komponen ini adalah ide bahwa siswa menemukan dan mentransformasikan suatu pengetahuan atau informasi kompleks ke situasi lain dan informasi atau pengetahuan itu menjadi milik siswa. Penerapan konstruktivisme di kelas adalah ketika guru merancang pembelajaran dalam bentuk siswa bekerja, praktek mnengerjakan sesuatu, menulis karangan, mendemonstrasikan, menciptakan ide. (2) Questioning (bertanya).

  Guru membangkitkan rasa ingin tahu dan minat siswa untuk bertanya mengenai masalah yang dihadapi atau bahan yang dipelajari.

  Penerapan komponen questioning di kelas dapat dilakukan antara siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara siswa dengan orang lain yang didatangkan di kelas. Kegiatan bertanya ini dapat ditemukan ketika siswa berdiskusi, bekerja dalam kelompok, ketika siswa menerima kesulitan, dan ketika siswa melakukan pengamatan.

  (3) Inquiry (menyelidiki, menemukan).

  Guru mendorong siswa untuk menemukan, merumuskan, dan menganalisis (mengolah) masalah. Memberi banyak kesempatan kepada siswa untuk menyajikan atau mengkomunikasikan hasil belajar melalui berbagai cara seperti tulisan, laporan bagan.

  (4) Learning community (komunitas belajar).

  Guru menciptakan suasana diskusi antar siswa dan mendorong siswa menggunakan berbagai sumber belajar yang ada di sekitar siswa.

  Penerapan komponen learning community di kelas adalah dengan pembentukan kelompok kecil, pembentukan kelompok besar, mendatangkan ahli ke kelas, bekerja dengan kelas sederajat, bekerja dengan kelas atas, dan bekerja dengan masyrakat.

  (5) Modelling (pemodelan).

  Maksud dari komponen modelling adalah dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru oleh siswa. Model tersebut dapat dirancang dengan melibatkan siswa bisa juga dapat didatangkan dari luar. Hal ini dimaksud agar siswa memperoleh bagaimana cara belajar. Model bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, cara melafalkan, cara mengerjakan sesuatu.

  (6) Reflection (refleksi atau umpan balik).

  Guru menyediakan waktu agar siswa mempunyai kesempatan untuk merefleksi tentang proses atau hasil belajar. Penerapan di kelas dapat berupa pernyataan langsung tentang apa yang diperoleh siswa selama pembelajaran, catatan atau jurnal di buku siswa, kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran, mengetahui jalannya diskusi, dan hasil kerja kerja kelompoknya. Membantu siswa melakukan refleksi melalui pertanyaan-pertanyaan bantuan.

  (7) Authentic assessment (penilaian berdasarkan aktivitas nyata yang dilakukan siswa).

  Penilaian yang dimaksud adalah menilai kinerja siswa, mengobservasi pengaruh kegiatan pembelajaran yang sedang atau telah dilaksanakan terhadap perilaku dan sikap siswa, dan menilai hasil kerja siswa. Hal ini dimaksud agar guru dapat mengetahui perkembangan pembelajaran belajar siswa. Agar tercapai suatu proses pembelajaran sesuai yang diharapkan maka perlu suatu strategi pengajaran yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran.

  Menurut Blanchard (dalam Muslich, 2007:50) strategi pengajaran yang dapat dikembangkan melalui pembelajaran kontekstual adalah sebagai berikut: (1) pembelajaran berbasis masalah, (2) memanfaatkan lingkungan siswa untuk memperoleh pengalaman belajar, (3) memberi aktivitas kelompok, (4) membuat aktivitas belajar mandiri, (5) membuat aktivitas belajar bekerja sama dengan masyarakat, dan (6) menerapkan penilaian autentik.

C. Keterlibatan Siswa

  Keterlibatan adalah keadaan di mana adanya partisipasi induvidu atau berperannya sikap ataupun emosi induvidu dalam situsi tertentu (KBBI, 1990:

  522). Keterlibatan siswa diartikan sebagai siswa berperan aktif sebagai partisipan dalam proses belajar mengajar. Pada dasarnya keaktifan siswa adalah keterlibatan siswa secara langsung baik fisik, mental emosional dan intelektual dalam kegiatan pembelajaran. Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran dapat dilihat dari berbagai bentuk seperti: perhatian, tindakan nyata dalam bentuk partisipasi kegiatan belajar seperti memecahkan masalah, mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru, dan lain-lain (Sudjana,1989:28).

  Menurut Purnomo (2006 : 8), ciri-ciri suasana belajar aktif adalah sebagai berikut: (1) memberi siswa pengalaman melakukan kegiatan, dengan cara mengalami di mana keseluruhan indra dipakai untuk belajar hingga hasilnya optimal, (2) menginteraksikan siswa satu sama lain. Melalui interaksi tiap siswa bisa saling bertanya dan menjelaskan hingga memacu pikiran untuk mengurai lebih dalam dan jelas, (3) mengembangkan komunikasi baik lisan maupun tertulis, masing-masing siswa harus memformulasikan gagasan dan menyampaikannya pada orang lain, (4) memberi kesempatan kepada siswa untuk refleksi, siswa menimbang pikiran dan perasaan, sebelum mengambil sebuah keputusan atau kesimpulan. Selanjutnya, sikap guru yang sesuai dalam proses belajar aktif adalah: (1) bersikap terbuka dalam menerima dan mendengarkan pendapat siswa tanpa menyalahkan pendapat siswa, (2) bersikap dialogis, dalam arti mengarahkan siswa untuk membangun pengertian dan pemahaman yang lebih baik. Hal ini dapat dilakukan dengan tanya jawab, (3) adanya umpan balik antara guru dan siswa, dalam arti guru harus memberikan penghargaan terhadap siswa seperti memberi pujian dan tepuk tangan (4) guru jangan terlalu cepat untuk membantu siswa menyelesaikan pekerjaan atau persoalan, biarkan siswa menemukan sendiri jawabannya, (5) mendorong siswa untuk berani bertanya dan mengikuti kegiatan pembelajaran tanpa merasa takut salah, (6) menerima siswa dengan segala kelebihan dan kekurangan yang ada dalam diri siswa (Purnomo, 2006:11).

Dokumen yang terkait

Peningkatan prestasi belajar IPA melalui pendekatan kontekstual pada siswa kelas VI

0 2 48

Peningkatan kemampuan menulis karangan dengan topik sederhana menggunakan pendekatan kontekstual pada siswa kelas IV SD Kanisius Pugeran Yogyakarta semester 2 tahun pelajaran 2012/2013.

0 0 135

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar menggunakan pendekatan kontekstual pada materi pecahan siswa kelas IV SD Kanisius Sorowajan semester II tahun pelajaran 2011/2012.

0 1 206

Peningkatan kemampuan berbicara mendeskripsikan benda dengan pendekatan kontekstual pada siswa kelas II SD Negeri Salamrejo semester genap tahun pelajaran 2010/2011.

0 16 125

Peningkatan kemampuan menulis karangan dengan topik sederhana menggunakan pendekatan kontekstual pada siswa kelas IV SD Kanisius Pugeran Yogyakarta semester 2 tahun pelajaran 2012 2013

0 0 133

Peningkatan kemampuan menulis cerita siswa kelas IV SD Kanisius Kadirojo Kalasan Sleman Yogyakarta tahun pelajaran 2008/2009 dengan menggunakan media gambar seri - USD Repository

0 2 108

Intelegensi ganda dan implementasinya dalam pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII SMP Kanisius Gayam Yogyakarta tahun pelajaran 2008/2009 - USD Repository

0 0 139

Analisis jenis paragraf dalam karangan siswa kelas VIII SMP Kanisius Gayam Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009 - USD Repository

0 3 113

Peningkatan kemampuan dan keterlibatan siswa kelas III SD Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2008/2009 dalam pembelajaran menyimak cerita anak melalui media film animasi - USD Repository

0 0 178

Peningkatan keaktifan berbicara siswa kelas VII SMP Kanisius Wates, Kulon Progo, Yogyakarta dalam diskusi dengan menggunakan metode kooperatif teknik jigsaw tahun ajaran 2008/2009 - USD Repository

0 0 157