Peningkatan kemampuan berbicara mendeskripsikan benda dengan pendekatan kontekstual pada siswa kelas II SD Negeri Salamrejo semester genap tahun pelajaran 2010/2011.

(1)

viii

Peningkatan Kemampuan Berbicara Mendeskripsikan Benda Dengan Pendekatan Kontekstual Pada Siswa Kelas II SD Negeri Salamrejo Semester Genap Tahun Pelajaran 2010/2011.

ABSTRAK

Kemampuan berbicara sangat penting untuk kehidupan sehari-hari. Berbicara merupakan salah satu cara untuk berkomunikasi. Kemampuan berbicara diajarkan sejak kelas I di sekolah dasar. Kemampuan berbicara termasuk dalam kurikulum kelas II. Siswa dituntut dapat berbicara dalam hal mendeskripsikan benda.

Hasil tes materi mendeskripsikan benda secara lisan SD Negeri Salamrejo kelas II bisa dikatakan rendah. Nilai rata-rata kelas masih terdapat di bawah kriteria ketuntasan minimal. Pada kondisi awal, rata-rata kelas hanya mencapai 62,47, sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) materi tersebut adalah 67,00. Hal ini diperkuat dengan persentase jumlah siswa yang berada di bawah KKM dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia ada 57% dari 21 siswa.

Berdasarkan masalah di atas, peneliti melakukan penelitian untuk mengetahui apakah pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kemampuan berbicara mendeskripsikan benda pada siswa kelas II SD Negeri Salamrejo Semester Genap tahun pelajaran 2010/2011.

Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas II SD Negeri Salamrejo tahun pelajaran 2010/2011 yang berjumlah 21 siswa. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Kemampuan berbicara tentang mendeskripsikan benda diukur dengan tes kinerja. Penilaian didasarkan rubrik yang sudah dibuat. Teknik analisis peningkatan yang dialami menggunakan uji beda rata-rata untuk sampel dependen.

Hasil penelitian pada siklus I menunjukkan peningkatan nilai rata-rata kelas dibandingkan pada kondisi awal, yaitu dari 62,47 menjadi 66,48. Secara persentase, siswa yang mampu juga mengalami peningkatan dari 43% menjadi 62%. Pada siklus II, rata-rata kelas meningkat menjadi 71,24 dan secara persentase, siswa yang mampu menjadi 76%.

Berdasarkan ini, dapat disimpulkan bahwa pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kemampuan berbicara mendeskripsikan benda pada siswa kelas II SD Negeri Salamrejo tahun pelajaran 2010/2011.


(2)

ix

Speaking Skill in describing objects using Contextual Approach of the Second Grade Students of Salamrejo Elementary School, in the Even Semester of 2010/2011 Academic Year.

ABSTRACT

Speaking skill is very important for daily life. Speaking is one way to communicate. It has been taught since the fist grade of elementary school. In the second grade, speaking skill is included in the curriculum. Students are required to be able to describe objects.

The results of the test in verbally describing objects in this class can be said to be low. The average value of the class is still under the minimum exhaustive criteria listed. At the initial condition, the average of the class was only 62.47, while the KKM grade is 67.00. This is affirmed by the percentage of the number of students who are below the KKM in Indonesian subject, that is 53% of 21 students.

Based on the above issue the researcher conducted a research to determine whether learning using a contextual approach can increase the speaking skill in describing objects of the second grade students of Salamrejo Elementary School, in the Even Semester of 2010/2011 Academic Year.

The subjects of this research are the second grade student of Salamrejo Elementary School, in the Even Semester of 2010/2011 Academic Year, consisting of 21 students . The research was conducted in two cycles. The speaking skill in describing objects is measured using performance test and is assessed using a rubric that has been made. To analyze the increase experienced, a Different Mean Test is used.

The results of the cycle I show an increase of the class average value in the initial condition, that is from 62.47 to 66.48. In percentage the students who are able also increase from 43% to 62%. In cycle II, the class average increased to 71.24 and the percentage of students who are able attains 76%.

Based on these results, it can be concluded that contextual approach can improve the speaking skill in describing objects of the second graders of Salamrejo Elementary School, 2010/2011 Academic Year.


(3)

  M KONTE PR PENI MENDESK EKSTUAL SEMEST Diaj M Progr ROGRAM S FAKULT INGKATAN KRIPSIKA L PADA SI TER GENA

jukan untu Memperole ram Studi P

Nama NIM STUDI PE JURUSA TAS KEGU UNIVERS Y   N KEMAM AN BENDA SWA KEL AP TAHUN SKRIP uk Memenu h Gelar Sa Pendidikan

Oleh : P : 0

NDIDIKAN AN ILMU P URUAN DA SITAS SAN YOGYAKA 2011 MPUAN BE A DENGAN

LAS II SD N N PELAJAR

PSI

uhi Salah Sa arjana Pend n Guru Sek

:

Priyo Estu W 081134202

N GURU S PENDIDIK AN ILMU NATA DHA ARTA 1 ERBICARA N PENDEK NEGERI S RAN 2010/ atu Syarat didikan kolah Dasa Widodo SEKOLAH KAN PENDIDIK ARMA A KATAN ALAMREJ /2011 r H DASAR KAN JO


(4)

M KONTE PR MENDESK EKSTUAL SEMEST Diaj M Progr ROGRAM S FAKULT KRIPSIKA L PADA SI TER GENA

jukan untu Memperole ram Studi P

NAM NIM STUDI PE JURUSA TAS KEGU UNVERSI Y i AN BENDA SWA KEL AP TAHUN uk Memenu h Gelar Sa Pendidikan

oleh: MA :Priyo : 08113

NDIDIKAN AN ILMU P URUAN DA ITAS SANA YOGYAKA 2011

A DENGAN LAS II SD N N PELAJAR

uhi Salah Sa arjana Pend n Guru Sek

:

Estu Wido 34202

N GURU S PENDIDIK AN ILMU ATA DHA ARTA 1 N PENDEK NEGERI S RAN 2010/ atu Syarat didikan kolah Dasa odo SEKOLAH KAN PENDIDIK ARMA KATAN ALAMREJ /2011 r H DASAR KAN JO


(5)

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MENDESKRIPSIKAN BENDA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS IT SD NEGERI SALAMREJO

SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Oleh: Priyo Estu Widodo

N1M: 08 1134 202

Telah disetujui oleh:

Pembimbing I

Dr. Yuliana Setiyaningsih Pembimbing II

Drs. YB. Adimassana, M.A.

Tanggal 14November 20 11

Tanggal14 November 2011


(6)

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MENDESKRIPSIKAN BENDA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS II SD NEGERI SALAMREJO

SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 201012011

Dipersiapkan dan ditulis oleh: Priyo Estu Widodo NlM: 08 1134202

Telah dipertahankan di depan panitia penguji pada tanggal22 November20II dan dinyatakan memenuhi syarat

Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota

Susunan Panitia Penguji

Nama lengkap

Drs. Puji Pumomo, M.Si. Ora. Haniek Sri Pratini, M. Pd.

Dr.

Yuliana Seliyaningsih Drs. YB. Adimassana, M.A. Drs. Puji Pumomo, M.Si.

""

TandaTangl

...

.

..

...


(7)

iv

PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan untuk

Allah SWT

kedua orang tuaku yang tersayang

dan


(8)

v MOTTO

Kebaikan tidak bernilai selama diucapkan akan tetapi bernilai

sesudah dikerjakan’

Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua’


(9)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan dalam daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 14 November 2011

Penulis


(10)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Priyo Estu Widodo Nomor Mahasiswa : 08 1134 202

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

“PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MENDESKRIPSIKAN BENDA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS II SD NEGERI SALAMREJO SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2010/2011” beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal, 14 November 2011 Yang menyatakan


(11)

viii

Peningkatan Kemampuan Berbicara Mendeskripsikan Benda Dengan Pendekatan Kontekstual Pada Siswa Kelas II SD Negeri Salamrejo Semester Genap Tahun Pelajaran 2010/2011.

ABSTRAK

Kemampuan berbicara sangat penting untuk kehidupan sehari-hari. Berbicara merupakan salah satu cara untuk berkomunikasi. Kemampuan berbicara diajarkan sejak kelas I di sekolah dasar. Kemampuan berbicara termasuk dalam kurikulum kelas II. Siswa dituntut dapat berbicara dalam hal mendeskripsikan benda.

Hasil tes materi mendeskripsikan benda secara lisan SD Negeri Salamrejo kelas II bisa dikatakan rendah. Nilai rata-rata kelas masih terdapat di bawah kriteria ketuntasan minimal. Pada kondisi awal, rata-rata kelas hanya mencapai 62,47, sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) materi tersebut adalah 67,00. Hal ini diperkuat dengan persentase jumlah siswa yang berada di bawah KKM dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia ada 57% dari 21 siswa.

Berdasarkan masalah di atas, peneliti melakukan penelitian untuk mengetahui apakah pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kemampuan berbicara mendeskripsikan benda pada siswa kelas II SD Negeri Salamrejo Semester Genap tahun pelajaran 2010/2011.

Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas II SD Negeri Salamrejo tahun pelajaran 2010/2011 yang berjumlah 21 siswa. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Kemampuan berbicara tentang mendeskripsikan benda diukur dengan tes kinerja. Penilaian didasarkan rubrik yang sudah dibuat. Teknik analisis peningkatan yang dialami menggunakan uji beda rata-rata untuk sampel dependen.

Hasil penelitian pada siklus I menunjukkan peningkatan nilai rata-rata kelas dibandingkan pada kondisi awal, yaitu dari 62,47 menjadi 66,48. Secara persentase, siswa yang mampu juga mengalami peningkatan dari 43% menjadi 62%. Pada siklus II, rata-rata kelas meningkat menjadi 71,24 dan secara persentase, siswa yang mampu menjadi 76%.

Berdasarkan ini, dapat disimpulkan bahwa pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kemampuan berbicara mendeskripsikan benda pada siswa kelas II SD Negeri Salamrejo tahun pelajaran 2010/2011.


(12)

ix

Speaking Skill in describing objects using Contextual Approach of the Second Grade Students of Salamrejo Elementary School, in the Even Semester of 2010/2011 Academic Year.

ABSTRACT

Speaking skill is very important for daily life. Speaking is one way to communicate. It has been taught since the fist grade of elementary school. In the second grade, speaking skill is included in the curriculum. Students are required to be able to describe objects.

The results of the test in verbally describing objects in this class can be said to be low. The average value of the class is still under the minimum exhaustive criteria listed. At the initial condition, the average of the class was only 62.47, while the KKM grade is 67.00. This is affirmed by the percentage of the number of students who are below the KKM in Indonesian subject, that is 53% of 21 students.

Based on the above issue the researcher conducted a research to determine whether learning using a contextual approach can increase the speaking skill in describing objects of the second grade students of Salamrejo Elementary School, in the Even Semester of 2010/2011 Academic Year.

The subjects of this research are the second grade student of Salamrejo Elementary School, in the Even Semester of 2010/2011 Academic Year, consisting of 21 students . The research was conducted in two cycles. The speaking skill in describing objects is measured using performance test and is assessed using a rubric that has been made. To analyze the increase experienced, a Different Mean Test is used.

The results of the cycle I show an increase of the class average value in the initial condition, that is from 62.47 to 66.48. In percentage the students who are able also increase from 43% to 62%. In cycle II, the class average increased to 71.24 and the percentage of students who are able attains 76%.

Based on these results, it can be concluded that contextual approach can improve the speaking skill in describing objects of the second graders of Salamrejo Elementary School, 2010/2011 Academic Year.


(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi ini dengan baik. Tugas Akhir Skripsi yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Berbicara Mendeskripsikan Benda Dengan Pendekatan Kontekstual Pada Siswa Kelas II SD Negeri Salamrejo Semester Genap Tahun Pelajaran 2010/2011” ini ditulis untuk memenuhi syarat kelulusan program S-1 PGSD Universitas Sanata Dharma. Tidak lupa ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada;

1. Rohandi, Ph.D., selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan Universitas Sanata Dharma.

2. Drs. Puji Purnomo, M.Si., selaku Kaprodi PGSD Universitas Sanata Dharma. 3. Dr. Yuliana Setiyaningsih dan Drs. YB. Adimassana, M.A., selaku dosen

pembimbing yang telah bimbingan dengan baik dari awal sampai akhir penulisan skripsi ini.

4. Para Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah membekali penulis dengan berbagai macam ilmu pengetahuan untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Panitia penguji Ujian Sarjana Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti ujian sarjana.


(14)

xi

memberi izin untuk mengadakan penelitian tindakan kelas di kelas II SD Negeri Salamrejo.

7. Bapak dan Ibu guru se-SD Negeri Salamrejo yang selalu memberi dukungan. 8. Kedua orang tuaku beserta adikku yang selalu memberi dorongan dan

membantu di saat penulis mengalami kesulitan.

9. Teman-temanku yang selalu memberi semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak guna penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.


(15)

xii   

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR BAGAN DAN DIAGRAM... xv

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Batasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Batasan Pengertian ... 7

F. Pemecahan Masalah ... 8

G. Tujuan Penelitian ... 8


(16)

xiii   

A. Penelitian yang Relevan ... 10

B. Bahasa pada Anak SD ... 12

1. Perkembangan Bahasa Anak ... 12

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Bahasa Anak ... 14

C. Hakikat Komunikasi Lisan (Berbicara) ... 16

1. Pengantar ... 16

2. Pengertian Komunikasi Lisan ... 17

3. Fungsi Komunikasi ... 18

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi ... 18

5. Berbicara Sebagai Suatu Cara Berkomunikasi ... 19

6. Tujuan Berbicara ... 20

7. Deskripsi Sebagai Kemampuan Berbicara ... 20

D. Pendekatan Kontekstual ... 22

1. Pengertian Pendekatan Kontekstual ... 22

2. Aspek atau Komponen Pendekatan Kontekstual ... 22

E. Kerangka Berpikir ... 26

F. Hipotesis ... 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

A. Jenis Penelitian ... 29

B. Setting Penelitian ... 29

C. Rancangan Tindakan ... 30

D. Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 35

E. Teknik Analisis Data ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42

A. Hasil Penelitian ... 42

B. Pembahasan ... 55

BAB V PENUTUP ... 64

A. Kesimpulan ... 67


(17)

xiv   

LAMPIRAN ... 69


(18)

xv   

Bagan 1 Rencana Tindakan Penelitian ... 31 Grafik 1 Perbandingan Nilai Rata-rata dan Persentase pada Kondisi Awal dengan Siklus I 47 Grafik 2 Perbandingan Nilai Rata-rata dan Persentase pada Kondisi Awal, Siklus I

dengan Siklus II ... 54 Grafik 3 Pencapaian skor per komponen siklus I ... 57 Grafik 4 Pencapaian skor per komponen siklus I dan II ... 59


(19)

xvi   

Tabel 1 Pengumpulan Data dan Instrumennya ... 35

Tabel 2 Lembar Pengamatan ... 36

Tabel 3 Peningkatan yang Diharapkan pada Setiap Siklus ... 38

Tabel 4 Peningkatan yang Diharapkan Pada Setiap Siklus Secara Persentase ... 38

Tabel 5 Persentase Pencapaian KKM dan Nilai Rata-rata pada Kondisi Awal ... 43

Tabel 6 Hasil Tes Siklus I ... 46

Tabel 7 Persentase Pencapaian KKM dan Nilai Rata-rata pada Kondisi Awal dengan Siklus I ... 47

Tabel 8 Hasil Tes Siklus II ... 52

Tabel 9 Persentase Pencapaian KKM dan Nilai Rata-rata pada Kondisi Awal , Siklus I dengan Siklus II ... 53

Tabel 10 Perhitungan Distance ... 61


(20)

xvii   

Surat Izin Penelitian dari Sekolahan ... 71

Surat Permohonan Izin dari Universitas ... 72

Silabus ... 73

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 76

Lembar Kegiatan Siswa ... 88

Rubrik Penilian ... 98

Nilai Mengarang ... 99

Dokumentasi Kegiatan ... 100


(21)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa Indonesia merupakan suatu bahasa yang penting bagi kehidupan kita. Kita tidak lepas dari bahasa Indonesia. Dalam kehidupan sehari-hari kita juga menggunakan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi dengan orang lain. Tidak hanya itu, bahasa Indonesia sangat berperan penting dalam pendidikan.

Di sekolah dasar bahasa Indonesia sangatlah penting. Bahkan bahasa Indonesia ditanamkan lebih awal dari pelajaran lain, karena banyak menyumbang mata pelajaran lain.

Keterampilan bahasa Indonesia mempunyai empat komponen yang terdiri atas keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Setiap keterampilan tersebut erat sekali hubungannya. Tarigan (1994:1) menyatakan bahwa untuk memperoleh keterampilan berbahasa, melalui hubungan yang teratur. Hubungan teratur dalam hal ini adalah tahapan-tahapan yang harus dilalui untuk mendapatkan keterampilan berbahasa. Tahapan pertama adalah keterampilan menyimak, dengan menyimak akan diperoleh pemahaman tentang apa yang disimak yang kemudian dilanjutkan dengan keterampilan berbicara. Keterampilan berbicara sering disebut keterampilan untuk berkomunikasi lisan. Setelah keterampilan berbicara dilalui, tahap selanjutnya adalah keterampilan membaca dan setelah


(22)

tahapan membaca dilanjutkan dengan keterampilan yang terakhir yaitu keterampilan menulis.

Nababan (1993:172) mengatakan bahwa keterampilan berbicara merupakan keterampilan komunikatif. Tujuan dari keterampilan tersebut ialah untuk menyampaikan pesan kepada orang lain, yakni untuk mampu berkomunikasi mengenai sesuatu dalam bahasa. Kemampuan untuk menyampaikan perasaan kita pada orang lain merupakan bagian penting dalam perbendaharaan linguistik kita. Pengungkapan perasaan seperti heran, senang, dan takut, serta emosi-emosi negatif seperti marah, tidak puas, menghina, dan benci, sebetulnya sangat biasa di antara manusia sosial yang bergaul dan berkomunikasi. Linguistik diperlukan untuk komunikasi untuk menyampaikan perasaan-perasaan seperti yang dikatakan di atas perlu juga penggunaan anggota badan, khususnya tangan dan jari, raut muka dan tatapan muka yang sebagai lawan bicara.

Keterampilan berbicara di sekolah dasar sangat ditekankan pada pembelajaran bahasa Indonesia setelah mendengar. Biasanya setelah siswa belajar keterampialan mendengar dilanjutkan untuk berbicara menirukan apa yang dikatakan guru. Bahkan tanpa disadari pada kelas I siswa langsung belajar berbicara dengan mengenalkan diri dengan guru dan teman-temanya. Siswa dibiasakan untuk menyapa teman dan guru, sehingga akan melatih komunikasi. Banyak hal yang dikomunikasikan dalam berbicara, salah satunya mendeskripsikan sesuatu benda.


(23)

Deskripsi merupakan penjelasan yang berusaha memberikan perincian dari objek yang sedang dibicarakan (Minto, 2007:158). Perincian tersebut berisi gambaran atau melukiskan sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya sehingga pendengar seakan-akan dapat mencitrai (melihat , mendengar, merasakan, dan menciumnya).

Kemampuan berbicara mendeskripsikan di SD Salamrejo sudah dikenalkan sejak kelas II. Siswa di kelas II belajar mendeskripsikan benda khususnya tumbuhan atau hewan di sekitar berdasarkan ciri-cirinya. Siswa dituntut untuk bisa mendeskripsikan benda secara lisan. Dalam hal ini siswa dapat dikatakan baik dalam berbicara mendeskripsikan benda jika ada kesesuaian dengan benda yang dideskripsikan, kejelasan bunyi yang dikatakan (vokal, konsonan), intonasi, dan kelancaran berbicara.

Hasil ulangan materi mendeskripsikan tumbuhan atau hewan siswa kelas II SD Negeri Salamrejo memiliki nilai rata-rata kelas 62. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk materi bahasa Indonesia SD ini yaitu 67. Dapat kita simpulkan bahwa kelas II SD Negeri Salamrejo kurang mampu untuk mendeskripsikan benda. Diperkuat dari jumlah siswa yang mendapat nilai ulangan yang di bawah KKM ada 57% dari 21 siswa kelas II. Siswa juga merasa kesusahan mengembangkan kalimat secara lisan dan merasa malu untuk berbicara, bahkan ada siswa yang takut dan tidak berani. Rasa malu dan takut tersebut menimbulkan rasa tidak senang terhadap bahasa.

Kelas II SD Negeri Salamrejo jika diamati kondisi pembelajaran bahasa Indonesia khususnya berbicara deskripsi guru masih menggunakan


(24)

metode ceramah, sehingga siswa tidak terbiasa berbicara di depan teman-temannya. Guru juga tidak menggunakan pendekatan yang sesuai dengan topik dan kondisi siswa dalam kehidupan sehari-hari.

Siswa merasa takut salah dalam berbicara, merasa malu, dan merasa tidak bisa. Perasaan tersebut membuat siswa tidak suka. Ketidaksukaan tersebut tidak lepas dari pengaruh lingkungan keluarga, masyarakat, dan pengalaman belajar berbicara di sekolah.

Melihat hal di atas perlunya penggunaan pendekatan yang sesuai untuk meningkatkan kemampuan berbicara. Pendekatan yang dibutuhkan yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. Menurut teori J Peaget dalam Ruseffendi (1979:21) pada usia SD kelas II merupakan tahap operasi konkret. Tahap tersebut anak dalam pengerjaan-pengerjaan logis dapat dilakukan dengan benda-benda konkret atau nyata. Bantuan-bantuan nyata membantu anak untuk lebih mudah memahami suatu hal.

Kemampuan berbicara mendeskripsikan benda pada siswa kelas II SD Negeri Salamrejo akan ditingkatkan dengan pendekatan kontekstual. Pendekatan kontekstual akan membantu siswa untuk mampu menghubungkan antara apa yang dipelajari dengan bagaimana pemanfaatannya dalam kehidupan nyata. Menurut Muslich (2007:40) pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerepannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pembelajaran ini didukung oleh situasi dalam


(25)

keadaan nyata. Siswa akan lebih mudah memahami materi dan merasa tertarik dengan benda-benda nyata yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual melibatkan tujuh komponen utama (Muslich, 2007:43), yaitu constructivism (Konstrutivisme, membangun, membentuk), questioning (bertanya), inquiry (menyelidiki, menemukan), learning community (masyarakat belajar), modelling (pemodelan), reflection (refleksi atau umpan balik), dan penilaian autentik (penilaian yang sebenarnya). Melibatkan tujuh komponen tersebut siswa akan lebih mudah mengembangkan pikirannya dan mendorong rasa keingintahuan siswa dan membuat pembelajaran lebih bermakna. Penggunaan pendekatan konstekstual diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa materi mendeskripsikan benda dan meningkatkan nilai rata-rata siswa kelas II SD Negeri Salamrejo dapat mencapai KKM.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, penulis tertarik untuk memilih judul penelitian “Peningkatan Kemampuan Berbicara Mendeskripsikan Benda Dengan Pendekatan Kontekstual Pada Siswa Kelas II SD Negeri Salamrejo Semester Genap Tahun Pelajaran 2010/2011”.


(26)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka dapat diidentifikasi hal-hal sebagai berikut:

1. Rendahnya kemampuan berbicara siswa dalam mendeskripsikan benda siswa kelas II di SD Negeri Salamrejo.

2. Kurangnya media pengajaran berbicara untuk mendeskripsikan benda yang menarik yang dapat membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan mendeskripsikan benda.

3. Pembelajaran bahasa Indonesia materi mendeskripsikan benda tidak dikaitkan dengan lingkungan sekitar anak (kontekstual).

C. Batasan Masalah

Berdasarkan dari identifikasi masalah di atas penelitian ini dibatasi pada kopentensi dasar ‘mendeskripsikan tumbuhan atau binatang di sekitar sesuai ciri-cirinya dengan menggunakan kalimat yang mudah dipahami orang lain’ dengan penyelesaian masalah menggunakan pendekatan kontekstual. D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan, rumusan masalah penelitian adalah apakah pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kemampuan berbicara mendeskripsikan benda pada siswa kelas II SD Negeri Salamrejo Semester Genap tahun pelajaran 2010/2011?


(27)

E. Batasan Pengertian

Beberapa istilah sebagai kata kunci dalam penelitian ini, penulis menuangkan batasan pengertian sebagai berikut:

1. Kemampuan adalah kesanggupan, kebolehan atau kecakapan seseorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjakan(Hasan, dkk, 2007:158).

2. Berbicara adalah beromong, bercakap, berbahasa mengutarakan isi pikiran, melisankan sesuatu yang dipikirkan(Hasan, dkk, 2007:165).

3. Deskripsi merupakan penjelasan yang berusaha memberikan perincian dari objek yang sedang dibicarakan (Minto, 2007:158).

4. Kemampuan berbicara mendeskripsikan benda adalah kesanggupan, kebolehan atau kecakapan siswa dalam melakukan penjelasan yang berusaha memberi perincian terhadap suatu benda yang dibicarakannya. 5. Pendekatan kontekstual adalah pendekatan yang membantu guru

mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari (Muslich,2007:41).


(28)

F. Pemecahan Masalah

Berdasar latar belakang masalah dan rumusan masalah, masalah rendahnya kemampuan berbicara mendeskripsikan benda pada kelas II SD Negeri Salamrejo semester genap tahun pelajaran 2010/2011 akan diatasi dengan pendekatan kontekstual. Pendekatan ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mendeskripsikan benda secara lisan. G. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang diteliti, tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kemampuan berbicara mendeskripsikan benda pada siswa kelas II SD Negeri Salamrejo Semester Genap tahun pelajaran 2010/2011.

H. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat disumbangkan dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis hasil penelitian tersebut menambah wawasan tentang salah satu model pembelajaran, yang dapat meningkatkan kemampuan berbicara mendeskripsikan benda secara lisan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti sendiri, menambah pengalaman berharga mengenai penelitian tindakan kelas dalam menerapkan pendekatan kontekstual


(29)

dalam pembelajaran bahasa indonesia materi berbicara mendeskripsikan benda.

b. Bagi rekan-rekan guru, dapat menjadi salah satu contoh pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual yang dapat dikembangkan untuk materi pokok lain, mata pelajaran lain, dan di kelas lain.

c. Hasil penelitian ini dapat menambahkan satu bacaan di perpustakaan kampus dan sekolah yang dapat dimanfaatkan teman-teman mahasiswa dan guru sebagai contoh penelitian, terutama bagi yang masih mengalami kesulitan melakukan penelitian dan belum berani untuk memulainya, sedangkan bagi yang sudah biasa melakukannya dapat dijadikan sebagai bahan pembanding.


(30)

10 BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan Yosef Lorensius (2006) mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dengan judul “Teknik-Teknik Pembelajaran Kemampuan Bersastra Aspek Menulis dan Berbicara Berdasar Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk Kelas X Semester I Tahun Ajaran 2005/2006 SMA Kolese De Britto Yogyakarta”. Hasil penelitian tersebut menjelaskan teknik-teknik pembelajaran kemampuan bersastra aspek menulis dan berbicara.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kemampuan siswa kelas X SMA Kolese De Britto Yogyakarta tahun 2005/2006, dalam kemampuan bersastra aspek menulis dan berbicara mengalami peningkatan setelah menggunakan teknik-teknik pembelajaran yang di dalamnya juga terdapat terdapat berbagai pendekatan yang digunakan, salah satunya pendekatan kontekstual. Dalam penelitian tersebut juga dikatakan bahwa pembelajaran menulis dan berbicara menggunakan pendekatan kontekstual dapat memberi respon positif siswa, tercipta kondisi pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan, serta menumbuhkan semangat siswa dalam menulis dan berbicara.


(31)

Berdasar penelitian yeng telah dilakukan di atas, terdapat perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, yaitu pada subjek penelitiannya. Subjek dalam penelitian Yosef, yaitu siswa kelas X SMA Kolose De Britto Yogyakarta yang berjumlah 241 siswa terdiri dari enam kelas. Subjek dalam penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah seluruh siswa kelas II SD Negeri Salamrejo, yang berjumlah 21 siswa.

Penelitian lain yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Marianus Wewe (2008) mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma dengan judul “Pembelajaran Kontekstual Dalam Rangka Peningkatan Minat Siswa Dalam Mengikuti Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di SMP Engelus Cus Tos I Surabaya”. Hasil penelitian tersebut menjelaskan peningkatan minat pembelajaran dengan pembelajaran kontekstual.

Berdasarkan kesimpulan penelitian Marianus, peneliti sepaham jika dengan pembelajaran kontekstual akan meningkatkan minat dan kemampuan siswa. Kesimpulan yang diambil oleh Marianus, yaitu dengan pembelajaran kontekstual merupakan pendekatan yang mendorong siswa untuk menemukan makna pembelajaran, selain itu juga mengaitkan dengan kenyataan hidup. Siswa terlibat aktif dalam seluruh proses pembelajaran, mendorong siswa mengikuti proses pembelajaran kontekstual dengan suasana senang hati. Proses pembelajaran yang demikian meningkatkan minat dalam pembelajaran pendidikan agama katolik dan akan meningkatkan prestasi dan kemampuan


(32)

siswa SMP Engelus Cus Tos I Surabaya. Hal di atas memperkuat penelitian ini dan sebagai gambaran dalam peneliti melakukan penelitian pada siswa kelas II SD Negeri Salamrejo materi mendeskripsikan benda menggunakan pendekatan kontekstual.

B. Bahasa pada Anak SD

Menurut Samana (2004:1) bahasa adalah sistem lambang yang bermakna bagi kelompok penggunanya. Bahasa digunakan setiap saat oleh anak SD. Bahasa digunakan anak dalam berkomunikasi dengan teman bermainnya dan guru. Pembelajaran di kelas, bahasa digunakan untuk menyampaikan materi sehingga materi dapat diterima oleh siswa.

1. Perkembangan Bahasa Anak

Sejak bayi anak sudah mengenal bahasa. Bahasa pada waktu bayi menggunakan isyarat-isyarat seperti dengan gerak maupun menangis. Bayi lama-kelamaan akan semakin menguasai bahasa dari orang tuanya. Bayi atau anak semakin menguasai bahasa, ia akan semakin terlibat atau berperan dalam lingkungan sosial budayanya. Ketidak berdayaan bayi erat berhubungan dengan ketidakberdayaan mereka untuk menyatakan keinginan atau kebutuhannya lewat bahasa.

Berbicara adalah bagian dari berbahasa. Anak juga akan mengalami berbicara. Ciri-cirinya anak paham arti kata/kalimat yang digunakannya untuk mengaitkan dengan obyek yang diwakilinya. Anak atau siswa mampu melafalkan kata-katanya sehingga orang lain mudah menangkap pesannya.


(33)

Kemampuan berbahasa anak akan meningkat. Anak menjadi mampu menggabungkan kata-kata menjadi sebuah kalimat bermakna. Setelah itu akan dipelajari lebih lanjut di sekolah dasar.

Anak di sekolah dasar tidak hanya diajarkan merangkai kata-kata menjadi kalimat bahkan menggabungkan kalimat menjadi sebuah paragraf. Anak di sini akan belajar lebih tentang bahasa.

Anak kelas II sudah mempunyai kemampuan merangkai kata menjadi kalimat. Dalam perkembangan mentalnya usia ini anak terdapat pada tahapan operasianal konkret, sehingga dalam siswa merangkai kalimat menggunakan bantuan benda-benda konkret.

2. Pembelajaran Bahasa di Sekolah Dasar

Pembelajaran di sekolah dasar menggunakan pembelajaran terpadu. Pada kelas atas keterpaduan tersebut terlihat pada setiap aspek dalam setiap mata pelajaran. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia juga harus memadukan beberapa aspek. Adapun aspek-aspek dalam mata pelajaran bahasa Indonesia yaitu mendengar, berbicara, membaca dan menulis.

Pembelajaran terpadu di kelas rendah biasanya disebut pembelajaran tematik. Pembelajaran tematik mengintegrasikan beberapa mata pelajaran menjadi satu dan diberi tema. Integrasi difokuskan dengan memusatkan pembelajaran pada suatu masalah yang dibahas, dikaji, dan dipecahkan melalui berbagai bahan dari satu atau beberapa mata pelajaran (Idi, 1999 dalam Suprayekti dkk,2009:6.2).


(34)

Menurut Puji Santoso (2009:3.26) ciri-ciri pembelajaran tematik antara lain:

a. Menyajikan konsep dari beberapa mata pelajaran dalam suatu konsep pembelajaran, dengan maksud agar pelajaran tersebut lebih bermakna, jadi tidak dipaksakan.

b. Bersifat fleksibel.

c. Pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa.

d. Memberikan pengalaman langsung kepada siswa. e. Berpusat pada siswa.

Penelitian ini mata pelajaran bahasa Indonesia akan memadukan aspek berbicara dan menulis dan diintegrasikan dengan mata pelajaran SBK. Tema yang digunakan yaitu lingkungan sekitar.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Bahasa Anak

Menurut Samana (2004:4) faktor-faktor yang mempengaruhi bahasa anak sebagai berikut:

a. Faktor biologis (fisik)

Faktor biologis sangat berpengaruh dalam bahasa anak. Kesiapan fisik akan mendukung kemampuan bahasa anak. Adapun kesiapan alat dengar, alat penglihatan, alat ucap, sistem syaraf pusat (otak), dan kesehatan badan pada umumnya. Kesehatan anak perlu dijaga demi perkembangan bahasa anak.


(35)

b. Faktor lingkungan sosial

Lingkungan sosial akan mempengaruhi perkembangan bahasa anak. Anak belajar bahasa pertama kali dari lingkungan keluarga, sehingga keluarga harus mengajarkan bahasa dengan baik karena daya rekam anak sangat tinggi. Anak dapat merekam segala hal, baik ataupun buruk.

Anak belajar dari lingkungan teman sebaya dan di sekolah. Anak di sekolah diajarkan bahasa dengan baik, sehingga lingkungan sekolah harusnya mendukung untuk belajar bahasa. Lingkungan sekolah jangan sampai memberi pengaruh yang negatif bagi bahasa anak.

c. Faktor intelegensi anak

Faktor intelegensi (taraf kecerdasan) anak sangat mempengaruhi perkembangan bahasanya. Anak yang intelegensinya tinggi penguasaan pengetahuannya tinggi, sehingga pembedaharaan bahasanya semakin banyak. Ciri berbahasa anak intelegen antara lain : daya konsentrasi tinggi, hasrat ingin tahu tinggi, cakap menyimak, kekayaan kosakata dan ketepatan penggunaannya bagus, dan penguasaan pola kalimatnya cepat.

d. Faktor motivasi belajar bahasa

Faktor motivasi ini dibagi menjadi dua yaitu motivasi intrisik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrisik merupakan dorongan untuk belajar bahasa dari diri sendiri. Biasanya bersifat spontan, selaras dengan pemenuhan kebutuhan diri yang bersangkutan, sedangkan


(36)

motivasi eksternal bersumber pada daya pendorong dari luar diri yang bersangkutan. Kita sebagai guru bertugas selalu memberi motivasi belajar bahasa demi perkembangan bahasa anak.

e. Situasi belajar

Situasi belajar akan mempengaruhi belajar bahasa anak. Anak akan merasa senang jika situasinya juga menyenangkan. Anak merasa seneng jika belajar bahasa dalam situasi bermain, penghargaan atas usaha, kegagalan sebagai masukan untuk menemukan remidialnya, utamakan pengalaman langsung, dan menggunakan alat bantu atau peraga. Situasi anak menjadi terdukung dan perkembangan belajar bahasa anak akan baik.

Faktor-faktor di atas perlu diperhatikan dalam pembelajaran bahasa. Penelitian ini juga memperhatikan faktor-faktor tersebut, seperti faktor fisik anak, lingkungan sosial, kecerdasan siswa, motivasi belajar dan situasi belajar. Faktor-faktor tersebut jika diperhatikan maka kemampuan berbahasa anak akan baik.

C. Hakikat Komunikasi Lisan (Berbicara) 1. Pengantar

Keberadaan manusia di dunia adalah makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial bahasa sangatlah penting dalam kehidupan sebagai alat komunikasi antar manusia. Komunikasi antar manusia adalah kebutuhan pokok bagi manusia. Komunikasi manusia berkembang dari masa ke masa.


(37)

Komunikasi dapat bersifat verbal dan non-verbal. Komunikasi verbal berupa lambang kata, baik lisan ataupun tertulis. Sedangkan komunikasi non-verbal berupa gerak mimik dan bahasa isyarat lainnya. Komunikasi verbal terdapat keterampilan berbicara atau komunikasi secara lisan. Berbicara merupakan komunikasi dengan mengungkapkan kata-kata secara lisan untuk menyampaikan pesan pada orang lain.

2. Pengertian Komunikasi Lisan

Menurut Samana (2004:7) arti kata komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu communis/communica/communication yang artinya berbagi sesuatu. Sedangkan menurut Hybel dan Weaver (dalam Samana, 2004:7) komunikasi berarti penyampaian dan penerimaan pesan antar dua orang atau lebih dengan menggunakan medium (penyalur pesan) tertentu (verbal atau non-verbal). Jadi, komunikasi merupakan proses kegiatan antar dua orang atau lebih untuk berbagi gagasan, informasi, perasaan, keinginan dan sebagainya.

Komunikasi di dalamnya terdapat komunikasi lisan yang biasanya disebut berbicara. Berbicara merupakan bentuk bahasa yang menggunakan artikulasi atau ungkapan kata lisan untuk menyampaikan suatu pesan (Hurlock dalam Samana, 1). Berbicara juga suatu alat untuk mengomunikasikan gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan sang pendengar, sehingga komunikasi lisan merupakan proses kegiatan antar dua orang atau lebih untuk mengungkapkan kata lisan untuk menyampaikan suatu pesan.


(38)

3. Fungsi Komunikasi

Secara umum, komunikasi berfungsi untuk mengembangkan diri, penemuan diri, memahami orang lain, dan menghargai orang lain. Mengembangkan diri artinya dalam komunikasi banyak hal-hal yang dapat kita terima dan kita berikan melalui pesan. Dalam pesan tersebut terdapat ilmu, ide, informasi, pengalaman sehingga dapat mengembangkan diri pembicara maupun pendengar. Komunikasi dapat sebagai penemuan diri. Selain itu komunikasi dapat berguna untuk memahami orang lain dan menghargai orang lain dengan pujian dan lain sebagainya.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi

Komunikasi dipengaruhi oleh beberapa faktor. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi menurut Lunardi (dalam Samana, 2004:9) merumuskan faktor-faktornya sebagai berikut:

a. Komunikasi dipengaruhi oleh citra diri. Dalam hal ini bagaimana seseorang melihat, menilai, dan menghargai dirinya. Misalnya orang yang tampil wajar, bersikap terbuka atau tertutup, dan sebagainya. b. Komunikasi dipengaruhi oleh citra pertnernya. Dapat kita lihat dari

bagaimana seseorang melihat, menilai dan menghargai pihak lain yang diajak berkomunikasi, sehingga lawan bicara kita mempengaruhi komunikasi yang sedang dilakukan.

c. Komunikasi dipengaruhi lingkungan fisik. Tempat dimana kita melakukan komunikasi dan segala unsur-unsur kebendaannya ikut mempengaruhi kelancaran berkomunikasi. Seperti kondisi fisik yang


(39)

sesak, padat, kotor, tidak teratur, tidak sesuai dengan kebutuhan komunikasi, dan sejenisnya akan mengganggu kelancaran komunikasi. d. Lingkungan sosial-budaya mempengaruhi komunikasi. Hal ini bisa

dilihat dari jumlah orangnya kemudian kondisi sosial budayanya. Biasanya kalau jumlah orangnya banyak tanpa menggunakan pengeras maka komunikasi tidak akan efektif.

e. Kemampuan orang-orang yang terlibat dalam komunikasi juga mempengaruhi komunikasi. Dapat dilihat dari aspek fisik seperti kualitas alat bicaranya, mental (taraf kecerdasan), aspek emosional dan motivasi.

Faktor-faktor di atas yang mempengaruhi komunikasi. Semua itu perlu diperhatikan dalam berkomunikasi. Diri kita, lawan bicara kita, lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya dan kemampuan orang-orang yang terlibat dalam komunikasi itulah yang mempengaruhi komunikasi. Faktor-faktor tersebut jika mendukung maka komunikasi akan lancar. 5. Berbicara sebagai Suatu Cara Berkomunikasi

Berbicara merupakan suatu alat untuk berkomunikasi. Berbicara mengkomunikasikan gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan sang pendengar atau penyimak. Dalam masyarakat selalu terdapat komunikasi antar anggota masyarakat. Biasanya dilakukan dengan berbicara dan menyimak pembicaraan. Dalam komunikasi lancar pembicara akan berubah sebagai penyimak dan sebaliknya. Kita dapat melakukan komunikasi secara langsung dengan berbicara.


(40)

6. Tujuan Berbicara

Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi. Komunikasi dapat menyampaikan pikiran secara efektif, maka pembicara haruslah paham apa yang dia katakan dan dapat diterima oleh pendengar. 7. Deskripsi sebagai Kemampuan Berbicara

Berbicara merupakan kegiatan seseorang untuk menyampaikan informasi atau pesan kepada orang lain. Berbicara dapat juga menjelaskan tentang gambaran suatu objek ataupun suatu kondisi yang dapat memberikan perincian. Pembicara memindahkan kesan-kesannya, memindahkan hasil pengamatanya dan perasaannya kepada pendengar. Seperti ini biasanya disebut berbicara mendeskripsikan.

Deskripsi merupakan penjelasan yang berusaha memberikan perincian dari objek yang sedang dibicarakan (Minto, 2007:158). Objek deskripsi tidak hanya terbatas pada ada yang dapat dilihat, didengar, dicium, dirasa, atau diraba, tetapi dapat juga mendeskripsikan tentang perasaan hati yang mungkin timbul dari rasa takut, cemas, enggan, jijik, cinta, haru, benci dan lain sebagainya.

Mendeskripsikan yang baik dituntut beberapa hal. Pertama kesanggupan berbahasa seorang pembicara yang kaya akan nuansa dan bentuk. Kedua kecermatan pengamatan dan ketelitian penyelidikkan. Selain itu menggunakan pilihan kata yang tepat, sehingga pendengar dapat seolah-olah melihat sendiri objek dengan hidup dan segar.


(41)

Berbicara mendeskripsikan benda harus menggunakan pendekatan. Pendekatan tersebut membantu pembicara melihat objek dan sikap yang diambil untuk menggambarkan objek secara tepat.

8. Penilaian dalam Berbicara

Menurut Tarigan (1981:26) penilaian keterampilan berbicara seseorang pada prinsipnya harus memperhatikan lima faktor, yaitu: a. Apakah bunyi-bunyi tersendiri (vokal, konsonan) diucapkan dengan

tepat?

b. Apakah pola-pola intonasi, naik dan turunnya suara serta tekanan suku kata, memuaskan?

c. Apakah ketetapan dan ketepatan ucapan mencerminkan bahwa sang pembicara tanpa referensi internal memahami bahasa yang

dipergunakan?

d. Apakah kata-kata yang diucapkan iyu dalam bentuk dan urutan yang tepat?

e. Sejauh manakah kewajaran atau kelancaran yang tercermin bila seorang berbicara? (Brooks, 1964:252 dalam Tarigan, 1981:26)

Hal-hal tersebutlah yang sebagai acuan penilaian keterampilan berbicara. Penilaian pada penelitian ini menggunakan lima komponen, yaitu ketepatan mengucapkan bunyi (vocal dan konsonan), kecepatan dan kejelasan dalam berbicara, ketepatan intonasi, kelancaran dalam berbicara, dan ketepatan deskripsi sesuai dengan objek yang dideskripsikan. Dengan demikian penilaian keterampilan berbicara menjadi objektif.


(42)

D. Pendekatan Kontekstual

1. Pengertian Pendekatan Kontekstual

Pendekatan kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari (Muslich,2007:41). Berangkat dari konsep ini diharapkan hasil pembelajaran menjadi lebih bermakna. Proses pembelajarannya akan berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan sekedar transfer pengetahuan dari guru ke siswa.

Pendekatan kontekstual akan membantu peserta didik dan guru dalam pembelajaran. Siswa akan lebih mudah dalam belajar. Siswa juga akan terdorong untuk mengerti makna belajar. Siswa diharapkan sadar bahwa yang mereka pelajari itu berguna bagi hidupnya. Dengan demikian siswa akan tau bahwa dirinya memerlukan bekal untuk hidupnya nanti. 2. Aspek atau Komponen Pendekatan Kontekstual

Menurut Sardiman (2007:223) ada tujuh aspek atau komponen dalam pendekatan kontekstual yang perlu diperhatikan sebagai berikut: a. Kontrukstivisme

Kontrukstivisme merupakan landasan berpikir bagi pendekatan kontekstual. Pengetahuan yang riil bagi para siswa adalah sesuatu yang dibangun atau ditemukan oleh siswa itu sendiri. Siswa harus merekontruksi pengetahuan itu kemudian memberi makna melalui


(43)

pengalaman nyata. Dalam hal ini siswa harus dilatih untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bergulat dengan ide-ide dan kemudian mampu menkontruksinya.

Proses pembelajaran dikemas atau dikelola menjadi proses merekontruksi, bukan hanya menerima informasi dari guru. Dalam hal ini siswa akan membangun sendiri pengetahuannya melalui keterlibatan secara aktif dalam proses pembelajaran.

b. Menemukan (Inkuiri)

Proses belajar adalah proses menemukan. Kegiatan tersebut diawali dari pengamatan terhadap fenomena, dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan bermakna untuk menghasilkan temuan yang diperoleh sendiri oleh siswa. Dengan demikian, pengetahuan siswa tidak berasal dari menghafal suatu yang fakta tetapi menemukan sendiri dari fakta yang dihadapi.

c. Bertanya (Questioning)

Pengetahuan yang dimiliki seorang umumnya tidak lepas dari aktivitas bertanya. Bertanya merupakan salah satu dalam pendekatan kontekstual. Bertanya bagi siswa merupakan tanda bahwa siswa perhatian terhadap materi yang dipelajari dan ada upaya untuk menemukan jawaban sebagai bentuk pengetahuan. Bagi guru, bertanya sebagai upaya menyaktifkan siswa. Aktivitas bertanya juga akan ditemukan ketika siswa berdiskusi, kerja kelompok, ketika menemui kesulitan, mengamati dan lain sebagainya.


(44)

d. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Pengetahuan diperoleh dari saling tukar antar teman, antar kelompok, dan antara yang tahu ke yang belum tahu. Dilakukan di ruangan, di kelas, di sekitar dan dilakukan di luar, semuanya tersebut adalah anggota masyarakat.

Guru dalam menggunakan pendekatan kontekstual disarankan melaksanakan pembelajaran secara kelompok. Siswa dibagi kelompok yang anggotanya hiterogen. Pandai mengajar yang lemah, yang tahu memberi tahu temannya yang belum tahu, yang cepat menangkap memberi dorongan yang lambat. Seperti inilah beberapa hal yang berkaitan dengan masyarakat belajar.

e. Pemodelan (Modelling)

Salah satu komponen pendekatan kontekstual adalah pemodelan. Dalam pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu perlu model yang ditiru. Model ini berupa cara mengoprasian, berupa contoh dan sebagainya. Dengan demikian guru memberi model tentang bagaimana cara bekerja melakukan sesuatu atau suatu benda.

Pendekatan ini guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Kemungkinan siswa ada yang pernah melakukan ataupun sudah cara bekerjanya. Mereka dapat belajar dari pengalaman yang sudah mereka dapat.


(45)

f. Refleksi (Refletion)

Refleksi merupan bagian penting dalam pembelajaran. Refleksi adalah cara berpikir atau perenungan tentang apa yang baru dipelajari atau berfikir kebelakang tentang apa-apa saja yang sudah dilakukan di masa lalu. Dalam refleksi, siswa mengendapkan apa-apa yang baru saja dipelajari sebagai struktur pengetahuan yang baru.

g. Penilaian Autentik

Penilaian adalah proses pengumpulan data yang memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran tersebut perlu diketahui sepanjang proses pembelajaran. Penilaian tidak hanya dilakukan saat ujian saja. Penilaian seperti ini akan benar-benar menilai apa yang dinilai. Maka penilaian menjadi autentik.

Seperti di atas komponen pendekatan kontekstual. Jika semua komponen tersebut diterapkan siswa akan lebih mudah memahami materi dan guru tidak hanya satu-satunya sumber belajar. Siswa akan lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran dan merasa senang dengan pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual.


(46)

E. Kerangka Berpikir

Bahasa merupakan hal yang penting bagi kehidupan manusia. Bahasa merupakan alat komunikasi untuk menukarkan informasi, gagasan, pengalaman dan sebagainya. Dalam dunia pedidikan bahasa sangatlah penting. Bahasa juga akan mempengaruhi mata pelajaran lain. Dengan demikian siswa perlu mempunyai kemampuan bahasa yang baik.

Berbicara merupakan salah satu bagian komunikasi. Sebagian besar ide, gagasan dan pengetahuan disampaikan dengan berbicara. Dengan demikian bahasa sangatlah penting, tetapi di SD Negeri Salamrejo khususnya kelas II kurang mampu dalam berbahasa materi berbicara mendeskripsikan benda.

Banyak cara untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa. Guru harus bisa memilih pendekatan yang cocok untuk anak dan sesuai dengan perkembangan siswa. Siswa kelas II termasuk dalam perkembangan operasianal konkret. Selain itu siswa lebih suka bersama teman sebayanya dan belajar dengan sekitar. Siswa akan lebih mudah untuk belajar jika berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.

Pendekatan kontekstual menawarkan pembelajaran yang mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan kehidupan sehari-harinya. Dalam komponen pendekatan kontekstual juga sesuai dengan perkembangan siswa. Seperti mengkontruksi sendiri pengetahuan yang didapat, melakukan percobaan dan pengamatan untuk


(47)

menemukan sendiri, berkerja kelompok dengan teman sebayanya dan lain sebagainya. Dengan demikian kebutuhan siswa terpenuhi, sehingga anak merasa senang dalam pembelajaran dan mendorong anak untuk menguasai meteri yang diberikan guru.

Menggunakan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran kemampuan berbicara materi mendeskripsikan benda, siswa akan lebih mudah karena siswa akan membicarakan atau mendeskripsikan benda dengan bantuan lingkungan nyata dengan topik yang sesuai kehidupan sehari-hari. Siswa akan lebih mudah mengembangkan gagasannya karena sering digunakan atau dilihat dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajarannya juga sesuai dengan komponen-komponen pendekatan kontekstual yang sesuai perkembangan anak. Dengan demikian, rendahnya kemampuan berbicara materi mendeskripsikan benda pada kelas II SD Negeri Salamrejo akan ditingkatan dengan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual. Dengan pendekatan kontekstual diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berbicara meteri mendeskripsikan benda pada siswa kelas II SD Negeri Salamrejo tahun pelajaran 2010/2011.


(48)

F. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Nilai rata-rata mata belajaran bahasa Indonesia materi berbicara mendeskripsikan benda meningkat setelah menggunakan pendekatan kontekstual.

2. Jumlah siswa yang nilainya memenuhi KKM meningkat setelah menggunakan pendekatan kontekstual.


(49)

29

BAB III

METODE PENELITIAN

A.

Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian tindakan kelas.

Penelitian tindakan kelas merupakan bentuk penilaian reflektif yang

dilakukan oleh pendidik sendiri terhadap kurikulum, pengembangan sekolah,

meningkatkan prestasi belajar, pengembangan keahlian mengajar, dan

sebagainya (Meniff, 1992 dalam Suharsimi dkk.,2006:102). Penelitian ini

menekankan pada peningkatan kemampuan berbicara mendeskripsikan

benda. Penelitian ini berusaha untuk mengungkap peningkatan kemampuan

berbicara mendeskripsikan benda dengan pendekatan kontekstual.

B.

Setting Penelitian

1.

Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Salamrejo, Sentolo, Kulon Progo,

Yogyakarta.

2.

Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini yaitu siswa kelas II SD Negeri Salamrejo yang

berjumlah 21 siswa dengan jumlah laki-laki 6 dan perempuan 15 siswa.

3.

Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah kemampuan berbicara mendeskripsikan benda

dengan pendekatan kontekstual.


(50)

4.

Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan pada minggu ke 4 hingga minggu ke 5

bulan Maret tahun pelajaran 2010/2011. Siklus I dilaksanakan dalam dua

pertemuan yaitu pada tanggal 23 dan 24 Maret 2011. Siklus II

dilaksanakan dalam dua pertemuan yaitu pada tanggal 30 dan 31 Maret

2011.

C.

Rancangan Tindakan

1.

Persiapan

a.

Permintaan izin kepada kepala sekolah SD Negeri Salamrejo untuk

penelitian

b.

Mengobservasi siswa kelas II tentang kemampuan berbicara materi

mendeskripsikan benda sebagai gambaran awal

c.

Mencari refrensi sebagai dasar penelitian

d.

Menyusun rencana tindakan

e.

Menyusun silabus, RPP, LKS, dan instrumen penilaian

f.

Menyiapkan alat, media dan sumber belajar


(51)

2.

Rencana Tindakan

Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunakan 2 siklus

seperti di bawah ini:

Bagan 1

Rencana Tindakan Penelitian

Setelah permasalah diidentifikasi, maka dilakukan tindakan kelas

sebagai berikut:

a.

Siklus I

1)

Rencana tindakan

a)

Menyiapkan instrumen yang terdiri dari sumber belajar,

media belajar, rubrik penilaian, RPP, LKS, dan lembar

refleksi.

Permasalahan

Perencanaan

Pelaksanaan

Observasi

Refleksi

Perencanaan

Pelaksanaan

SIKLUS II

Observasi

Refleksi


(52)

b)

Guru membuka kegiatan pembelajaran dan menyampaikan

tujuan pembelajaran.

c)

Apersepsi dengan bertanya tumbuhan dan hewan yang ada di

lingkungan sekolah.

d)

Guru memberikan penjelasan tentang deskripsi benda

sekaligus memberi contoh benda dan mendeskrisikannya

(pemodelan).

e)

Tanya jawab tentang materi yang sudah disampaikan

(bertanya).

f)

Guru membagikan LKS yang telah disiapkan dan kemudian

menjelaskan pada siswa.

g)

Siswa diajak keluar kelas (lingkungan sekolah).

h)

Siswa mengamati tumbuhan atau hewan yang ada di

lingkungan sekolah (menemukan).

i)

Setiap siswa membuat deskripsi tentang salah satu benda

tumbuhan atau hewan yang ditemukannya (Kontruktivisme).

j)

Setiap siswa mendeskripsikan benda yang sudah dibuat di

depan kelas (penilaian).

k)

Guru dan siswa sharing/memberi tanggapan mendeskripsikan

benda (Masyarakat belajar).


(53)

2)

Pelaksanaan tindakan

Pelaksanaan tindakan dilakukan dengan merealisasikan rencana

tindakan.

3)

Observasi/Pengumpulan data

Dalam penelitian ini data yang dikumpulan dari observasi dan nilai

siswa. Nilai mengacu pada rubrik penilaian yang telah dibuat

sebelumnya.

4)

Refleksi

Mengidentifikasi kesulitan, hambatan, dan membandingkan hasil

yang sudah dicapai dengan indikator keberhasilan yang ditetapkan

untuk sebagai dasar untuk melakukan perencanaan pembelajaran

siklus II.

b.

Siklus II

1)

Rencana tindakan

a)

Menyiapkan instrumen yang terdiri dari sumber belajar,

media belajar, rubrik penilaian, RPP, LKS, dan lembar

refleksi.

b)

Guru membuka kegiatan pembelajaran dan menyampaikan

tujuan pembelajaran.

c)

Apersepsi dengan bertanya materi sebelumnya dan tanya

jawab tumbuhan atau hewan yang ada di sawah.


(54)

d)

Guru memberikan penjelasan tentang deskripsi, tumbuhan

atau hewan di lingkungan sawah sekaligus memberi contoh

hewan atau tumbuhan dan mendeskrisikannya (pemodelan).

e)

Tanya jawab tentang materi yang sudah disampaikan

(bertanya).

f)

Guru membagikan LKS yang telah disiapkan dan kemudian

menjelaskan pada siswa.

g)

Siswa diajak keluar kelas menuju sawah.

h)

Siswa mencari dan mengamati tumbuhan atau hewan yang

ada di lingkungan sawah (menemukan).

i)

Siswa membuat deskripsi tentang salah satu tumbuhan atau

hewan yang ditemukannya (Kontruktivisme).

j)

Siswa mendeskripsikan tumbuhan atau hewan yang sudah

dibuat di depan kelas (penilaian)

k)

Guru dan siswa sharing/memberi tanggapan hasil deskripsi

(Masyarakat belajar).

l)

Melakukan refleksi bersama (refleksi).

2)

Pelaksanaan tindakan

Pelaksanaan tindakan dilakukan dengan merealisasikan rencana

tindakan.


(55)

3)

Observasi/Pengumpulan data

Dalam penelitian ini data yang dikumpulan dari observasi dan nilai

siswa. Nilai mengacu pada rubrik penilaian yang telah dibuat

sebelumnya.

4)

Refleksi

Mengidentifikasi kesulitan, hambatan, dan membandingkan hasil

yang sudah dicapai dengan indikator keberhasilan yang ditetapkan

untuk sebagai dasar analisis dan penyimpulan data yang telah

terkumpul.

D.

Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini ada satu peubah, yaitu kemampuan

mendeskripsikan benda secara lisan. Indikator, data, pengumpulan data dan

instrumennya sebagai berikut:

Tabel 1

Pengumpulan Data dan Instrumennya

No

Peubah

Indikator

Data

Pengamatan

Instrumen

1. Kemampuan

berbicara

mendeskripsikan

benda

Nilai rata-rata

kemampuan

berbicara

mendeskripsikan

benda

Nilai

berbicara

Pengamatan

Lembar

pengamatan

Lembar pengamatan yang dipergunakan untuk penelitian ini dengan

format sebagai berikut:


(56)

Tabel 2

Lembar Pengamatan Keterampilan Berbicara

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 Skor

1 2 3 4 5 6 dst

Aspek Yang Dinilai

A B C D E

Jumlah Rata-rata Nilai Maksimal Nilai Minimal Ket. Siswa

No Total Nilai

Keterangan :

Aspek yang dinilai.

A : Ketepatan mengucapkan bunyi (vokal, konsonan)

B : Ketepatan intonasi

C : Kelancaran dalam berbicara

D : Ketepatan deskripsi sesuai dengan objek yang dideskripsikan

E : Kecepatan dan kejelasan dalam berbicara

Skor.

1 = Sangat kurang

2 = Kurang

3 = Cukup

4 = Baik

5 = Sangat baik

Pedoman Pengisian:

Berilah tanda centang (

) pada kolom skala aspek yang dinilai.

Aspek A : Ketepatan mengucapkan bunyi (vokal, konsonan)

Skor 5 : Tidak terdapat kesalahan pengucapan vokal dan konsonan

Skor 4 : Terdapat minimal 1 sampai 4 kesalahan mengucapkan vokal

konsonan.

Skor 3 : Terdapat minimal 5 sampai 8 kesalahan mengucapkan vokal

konsonan.

Skor 2 : Terdapat minimal 9 sampai 12 kesalahan mengucapkan vokal

konsonan.


(57)

Aspek B : Ketepatan intonasi

Skor 5 : Tidak terdapat kesalahan intonasi dalam berbicara.

Skor 4 : Terdapat sedikit kesalahan intonasi dalam berbicara.

Skor 3 : Terdapat sekitar 50% kesalahan intonasi dalam berbicara.

Skor 2 : Terdapat banyak kesalahan intonasi dalam berbicara.

Skor 1 : Tidak terdapat intonasi dalam berbicara.

Aspek C : Kelancaran dalam berbicara

Skor 5 : Lancar sekali tidak ada hambatan dalam mengungkapkan gagasan.

Skor 4 : Terdapat hambatan sedikit dalam mengungkapkan gagasan.

Skor 3 : Terdapat hambatan cukup banyak dalam mengungkapkan

gagasan.

Skor 2 : Sebagian besar terbata-bata atau gagap dalam mengungkapkan

gagasan.

Skor 1 : Tidak berbicara sama sekali atau lama.

Aspek D : Ketepatan deskripsi sesuai dengan objek yang dideskripsikan

Skor 5 : Lengkap atau mendetail objek yang dideskripsikan.

Skor 4 : Terdapat sedikit ketidaklengkapan objek yang dideskripsikan.

Skor 3 : Terdapat sebagian kekurangsesuaian dengan objek yang

dideskripsikan.

Skor 2 : Terdapat banyak ketidaklengkapan dan ketidaksesuaian dengan

objek yang dideskripsikan.

Skor 1 : Belum mewakili objek yang dideskrisikan.

Aspek E : Kecepatan dan kejelasan dalam berbicara

Skor 5 : Tidak terlalu cepat, tidak terlalu lambat, dan jelas sekali.

Skor 4 : Lambat dan jelas dalam berbicara.

Skor 3 : Lambat dan kurang jelas dalam berbicara.

Skor 2 : Terlalu lambat, sebagian dieja dan tidak jelas dalam berbicara.

Skor 1 : Semua kata-kata dieja, lambat sekali dan tidak jelas dalam

berbicara.

Pedoman penilaian:


(58)

E.

Teknik Analisis Data

Kondisi awal kemampuan siswa dan kondisi akhir yang diharapkan adalah

sebagai berikut:

Tabel 3

Peningkatan yang Diharapkan Pada Setiap Siklus

No.

Peubah

Indikator

Kondisi

Awal

Kondisi akhir

siklus

Siklus I

Siklus II

1.

Kemampuan

berbicara

mendeskripsikan

benda

Nilai rata-rata

kemampuan

berbicara

mendeskripsikan

benda

62

67

71

Tabel 4

Peningkatan yang Diharapkan Pada Setiap Siklus Secara Persentase

No

Indikator

Kondisi Awal

Siklus

Siklus I

Siklus II

Jml

Siswa

%

Jml

Siswa

%

Jml

Siswa

%

1.

Nilai yang melebihi KKM

materi kemampuan

berbicara

mendeskripsikan

benda.(67)

9

43

12

57

15

71

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Analisis kuantitatif adalah

menghitung angka-angka atau bilangan dari nilai yang diperoleh siswa untuk

mengetahui hasil pembelajaran tersebut. Analisis deskriptif kualitatif adalah


(59)

menggambarkan dengan kata-kata atau kalimat yang dipisah-pisah menurut

kategori untuk memperoleh kesimpulan (Arikunto, 1987: 195).

Secara garis besar kegiatan analisis data pada penelitian ini dilakukan

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1.

Penyekoran

Penyekoran dalam penelitian ini dilakukan pada rubrik yang telah ada

sebelumnya.

2.

Penilaian

Penilaian adalah mengubah skor menjadi nilai. Adapun rumus yang

digunakan sebagai berikut:

=

x 100

3.

Menghitung Rata-rata

Nilai rata-rata berbicara kelas II diperoleh dengan membagi jumlah nilai

seluruh siswa dengan jumlah siswa.

=

= Mean/Rata-rata

= Jumlah nilai seluruh siswa

N = Jumlah Siswa

4.

Menghitung Presentase Ketuntasan Kelas


(60)

nilainya di atas KKM dengan jumlah siswa semudian dikalikan 100%.

=

x 100%

5.

Peningkatan Dalam Setiap Siklus

Peningkatan kemampuan berbicara dapat dilihat dari persentase setiap

siklus.

6.

Uji perbedaan rata-rata untuk data dependen (berhubungan).

a.

Menyiapkan tabel perhitungan untuk mencari

dan

b.

Mencari rata-rata dan SD dari

distance.

1)

Untuk mencari rata-rata dari

distance

gunakan cara berikut:

2)

Untuk mencari SD dari

distance

gunakan cara berikut:

Keterangan:

SD = Standar Deviasi

D

i

=

Distance

(selisih x

i

dan y

i

di mana I merupakan nilai siswa

ke-1 sampai ke-N)

c.

Menentukan hipotesis awal (H

0

) dan hipotesis alternatif (H

a

).

H

0

:

H

a

:

Dengan adalah rata

rata antara selisih siklus 2 dan siklus 0.

d.

Menentukan taraf signifikansi (

)


(61)

e.

Menentukan daerah kritis

1)

Daerah penolakan

Jika t

hitung

> t

α;N-1

2)

Daerah gagal tolak

Jika t

hitung

< t

α;N-1

f.

Menghitung statistik uji

t

hitung

=

g.

Keputusan

1)

Tolak H

0

jika berada di dalam daerah penolakan.

2)

Gagal tolak H

0

jika berada di luar daerah penolakan (daerah gagal


(62)

42

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.

Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Salamrejo. Subjek

penelitiannya adalah siswa kelas II yang berjumlah 21 siswa. Penelitian ini

dimulai tanggal 23 Maret sampai 31 Maret 2011.

Penelitian ini dilaksanaankan dengan dua siklus dengan jumlah 8 jam

pelajaran. Siklus I terdiri dari 2 pertemuan dengan jumlah 4 jam pelajaran,

begitupula siklus II terdiri dari 2 pertemuan dengan jumlah 4 jam pelajaran.

Kedua siklus menggunakan pendekatan kontenstual. Pembeda kedua siklus

tersebut yaitu pada indikator pembelajarannya. Siklus I dengan indikator

“siswa dapat mendeskripsikan tumbuhan atau hewan di lingkungan sekolah

secara lisan”. Pada siklus II dengan indikator “siswa dapat mendeskripsikan

t

umbuhan atau hewan di lingkungan sawah secara lisan”.

Adapun hasil penelitian pada kelas II SD Negeri Salamrejo dalam

pembelajaran berbicara mendeskripsikan benda sebelum dan sesudah

menggunakan pendekatan kontekstual sebagai berikut :

1.

Kemampuan Awal

Data awal ini didapat dari hasil penilaian guru kelas II SD Negeri

Salamrejo. Adapun nilai berbicara mendeskripsikan benda atau hewan

sebagai data awal sebagai berikut:


(63)

Tabel 5

Persentase Pencapaian KKM dan Nilai Rata-rata Pada Kondisi Awal

Data

Jumlah Siswa

Jumlah siswa yang

memenuhi KKM (67)

Persentase

Nilai

Rata-rata

Kondisi

Awal

21

9

43%

62,47

2.

Siklus I

a.

Tahap Perencanaan Tindakan

Tahap perencanaan ini peneliti menyiapkan instrumen yang terdiri

dari sumber belajar, media belajar, rubrik penilaian, rencana

pelaksanaan pembelajaran, lembar kerja siswa dan lembar refleksi.

Pembelajaran akan dikemas menggumakan pendekatan kontekstual.

Pembelajaran akan dilaksanakan sesuai dengan komponen pendekatan

kontekstual, meliputi: pemodelan, bertanya, lingkungan sekolah,

menemukan, masyarakat belajar dan refleksi.

b.

Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan pada siklus pertama dilaksanakan pada hari

Rabu 23 Maret 2011 pukul 07.00 sampai 08.10 dan hari Kamis 24

Maret 2011 pukul 08.10 sampai 09.35. Pelaksanaan pembelajaran

sesuai dengan perencanaan pembelajaran yang sudah disusun oleh guru

guna meningkatkan kemampuan berbicara tentang mendeskripsikan

benda dengan pendekatan kontekstual. Rincian kegiatan siklus I sebagai

berikut:


(64)

1)

Pertemuan I

a)

Kegiatan Awal

Kegiatan pembelajaran diawali dengan salam pembuka oleh

guru dilanjutkan berdoa. Kemudian guru melakukan presensi dan

pengecekan kesiapan siswa. Setelah itu guru melakukan apersepsi

dengan bertanya kepada siswa tentang tumbuhan atau hewan yang

ada di lingkungan sekolah dan dilanjutkan penyampaian tujuan

pembelajaran.

b)

Kegiatan Inti

Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang pengertian

deskripsi dengan pemodelan membawa contoh tumbuhan dan

mendeskripsikan bersama siswa. Sebelum siswa melakukan

pengamatan

dan

membuat

deskripsi

guru

mengecek

pemahamannya dengan bertanya mengenai deskripsi. Kemudian

siswa diajak keluar kelas untuk mencari tumbuhan atau hewan di

lingkungan sekolah untuk dideskripsikan. Siswa membuat

deskripsi tumbuhan atau hewan berdasarkan ciri-cirinya. Setelah

itu siswa diajak masuk ke kelas kembali.

c)

Kegiatan Akhir

Kegiatan ini siswa dan guru melakukan refleksi

pelaksanaan

pembelajaran

pada

pertemuan

ini.

Siswa


(65)

menyampaikan perasaannya dan kesulitan yang dialami selama

pembelajaran. Selanjutnya ditutup dengan salam penutup.

2)

Pertemuan II

a)

Kegiatan Awal

Kegiatan pembelajaran diawali dengan salam pembuka oleh

guru. Kemudian guru melakukan presensi dan pengecekan

kesiapan siswa. Setelah itu guru melakukan apersepsi dengan

bertanya kepada siswa pembelajaran sebelumnya.

b)

Kegiatan Inti

Setelah siswa melakukan pengamatan pada pertemuan I

pada pertemuan ini siswa membuat deskripsi secara lisan.

Kemudian dilakukan penilaian, dengan siswa mendeskripsikan

tumbuhan atau hewan di depan kelas.

c)

Kegiatan Akhir

Kegiatan ini siswa dan guru sharing kesulitan atau

pengalaman yang didapat setelah melakukan pembelajaran ini.

Setelah itu merefleksikannya. Selanjutnya ditutup dengan salam

penutup.

c.

Observasi dan Pengumpulan Data

Berdasarkan hasil observasi pada siklus pertama, siswa sudah

terdapat keberanian untuk berbicara. Siswa terlihat antusias mengikuti

pembelajaran mendeskripsikan benda dengan pendekatan kontekstual.


(66)

Meskipun sudah ada perkembangan, masih ada siswa yang merasa

kesulitan untuk mengeluarkan ide derkaitan mendeskripsikan benda.

Observasi dan pengumpulan data ini menggunakan instrumen yang

sudah disiapkan oleh peneliti. Berikut hasil mengarang menggunakan

pendekatan kontekstual siklus I:

Tabel 6

Hasil Tes Mendeskripsikan Benda dengan

Pendekatan Kontekstual SD Negeri Salamrejo Siklus I

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 Skor

1 Srwt √ √ √ √ √ 14 56

2 Asn D √ √ √ √ √ 18 72 tnts

3 Adk R √ √ √ √ √ 17 68 tnts

4 Asy A √ √ √ √ √ 19 76 tnts

5 Dw S √ √ √ √ √ 14 56

6 Dzhwn P √ √ √ √ √ 13 52

7 Erc P √ √ √ √ √ 17 68 tnts

8 Ervn D √ √ √ √ √ 19 76 tnts

9 Ft Rgt √ √ √ √ √ 20 80 tnts

10 Ftr N √ √ √ √ √ 20 80 tnts

11 Hrnda √ √ √ √ √ 18 72 tnts

12 Ptr N √ √ √ √ √ 15 60

13 R Fngk √ √ √ √ √ 17 68 tnts

14 Rnl H √ √ √ √ √ 13 52

15 Spt T √ √ √ √ √ 15 60

16 Srlt E √ √ √ √ √ 14 56

17 St N √ √ √ √ √ 18 72 tnts

18 Wln P √ √ √ √ √ 14 56

19 Ct N √ √ √ √ √ 19 76 tnts

20 Ik N √ √ √ √ √ 18 72 tnts

21 M. Aff Tyb √ √ √ √ √ 17 68 tnts

1396 13 66.48

80 52

Aspek Yang Dinilai

A B C E

Jumlah Rata-rata Nilai Maksimal D Nilai Minimal Ket. Siswa


(67)

Keterangan :

Aspek yang dinilai.

A : Ketepatan mengucapkan bunyi (vokal, konsonan)

B : Ketepatan intonasi

C : Kelancaran dalam berbicara

D : Ketepatan deskripsi sesuai dengan objek yang dideskripsikan

E : Kecepatan dan kejelasan dalam berbicara

Tabel 7

Perbandingan Persentase Pencapaian KKM dan Nilai Rata-rata Pada

Kondisi Awal dengan Siklus I

Data

Jumlah Siswa

Jumlah siswa yang

memenuhi KKM (67)

Persentase

Nilai

Rata-rata

Kondisi

Awal

21

9

43%

62.47

Siklus I

21

13

62%

66.48

Hasil perbandingan persentase pencapaian KKM dan nilai rata-rata

kondisi awal dengan siklus I dalam bentuk grafik histogram sebagai berikut:

Grafik 1 Perbandingan Nilai Rata-rata dan Persentase Pada Kondisi

Awal dengan Siklus I

Data Awal; Nilai

Rata-rata; 62 Data Awal; Persentase Siswa Memenuhi KKM;

43 Siklus I; Nilai

Rata-rata; 67

Siklus I; Persentase Siswa Memenuhi KKM;

62

Data Awal Siklus I


(68)

Grafik histogram di atas menunjukan bahwa nilai rata-rata kelas

mengalami peningkatan dari setiap siklusnya setelah menggunakan

pendekatan kontekstual dalam pembelajaran berbicara mendeskripsikan

benda. Nilai rata-rata pada kondisi awal sebesar 62,47 meningkat pada siklus

I menjadi 66,48 dan dilihat dari peningkatan secara persentase siswa yang

mampu pada kondisi awal sebesar 43% meningkat pada siklus I menjadi

62%.

d.

Refleksi Siklus I

Tahap ini peneliti mengevaluasi mengenai proses dan hasil

pembelajaran berbicara mendeskripsikan benda yang telah dilakukan

pada siklus I. Meskipun telah mengalami peningkatan baik secara

proses maupun hasil yang dicapai, tetapi masih dirasa kurang. Ada

beberapa kendala yang dihadapi ketika pembelajaran berlangsung;

1)

Sebagian siswa ada yang belum memahami deskripsi, oleh karena

itu pada siklus berikutnya perlu adanya bimbingan dari guru.

2)

Sebagian siswa masih ada yang merasa malu saat berbicara di

depan kelas.

3)

Hasil berbicara mendeskripsikan benda belum memuaskan, dapat

dilihat dari hasil pengamatan nilai rata-rata kelas yang masih di

bawah KKM.

Siklus I diperoleh informasi bahwa pembelajaran berbicara

mendeskripsikan benda mengalami peningkatan. Siswa terlihat lebih

aktif dan semangat dalam pembelajaran ini. Meskipun pada siklus I ada


(69)

peningkatan baik secara proses maupun hasil, masih ada kendala yang

harus diperbaiki pada siklus II. Siklus II akan dikontekstualkan dengan

lingkungan sawah. Penanaman konsep deskripsi lebih mengaktifkan

siswa dan pendampingan siswa terhadap proses pembelajaran lebih

ditingkatkan.

3.

Siklus II

a.

Tahap Perencanaan Tindakan

Tahap perencanaan, peneliti menyiapkan instrumen yang terdiri

dari sumber belajar, media belajar, rubrik penilaian, rencana

pelaksanaan pembelajaran, lembar kerja siswa dan lembar refleksi.

Pembelajaran akan dikemas menggumakan pendekatan kontekstual.

Pembelajaran akan dilaksanakan sesuai dengan komponen pendekatan

kontekstual, meliputi: pemodelan, bertanya, lingkungan sawah,

menemukan, masyarakat belajar dan refleksi.

b.

Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan pada siklus kedua dilaksanakan pada hari

Rabu 30 Maret 2011 pukul 07.00 sampai 08.10 dan hari Kamis 31

Maret 2011 pukul 08.10 sampai 09.35. Pelaksanaan pembelajaran

sesuai dengan perencanaan pembelajaran yang sudah disusun oleh guru

guna meningkatkan kemampuan berbicara mendeskripsikan benda

dengan pendekatan kontekstual. Berikut rincian kegiatan siklus II :


(70)

1)

Pertemuan III

a)

Kegiatan Awal

Kegiatan pembelajaran diawali dengan salam pembuka oleh

guru dilanjutkan berdoa. Kemudian guru melakukan presensi dan

pengecekan kesiapan siswa. Setelah itu guru melakukan apersepsi

dengan bertanya kepada siswa tentang tumbuhan atau hewan yang

ada di lingkungan sawah dan dilanjutkan penyampaian tujuan

pembelajaran.

b)

Kegiatan Inti

Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang pengertian

deskripsi dengan pemodelan membawa contoh tumbuhan dan

mendeskripsikan bersama siswa. Sebelum siswa melakukan

pengamatan dan membuat deskripsi guru mengecek pemahaman

siswa dengan bertanya mengenai deskripsi. Kemudian siswa

diajak keluar kelas untuk mencari tumbuhan atau hewan di

lingkungan sawah untuk dideskripsikan. Siswa membuat deskripsi

tumbuhan atau hewan berdasarkan ciri-cirinya. Setelah itu siswa

diajak kembali ke sekolah dan masuk ke kelas.

c)

Kegiatan Akhir

Kegiatan ini siswa dan guru melakukan refleksi

pelaksanaan

pembelajaran

pada

pertemuan

ini.

Siswa


(71)

menyampaikan perasaannya dan kesulitan yang dialami selama

pembelajaran. Selanjutnya ditutup dengan salam penutup.

2)

Pertemuan IV

a)

Kegiatan Awal

Kegiatan pembelajaran diawali dengan salam pembuka oleh

guru. Kemudian guru melakukan presensi dan pengecekan

kesiapan siswa. Setelah itu guru melakukan apersepsi dengan

bertanya kepada siswa pembelajaran sebelumnya.

b)

Kegiatan Inti

Setelah siswa melakukan pengamatan pada pertemuan III

pada pertemuan ini siswa membuat deskripsi secara lisan.

Kemudian dilakukan penilaian, dengan siswa mendeskripsikan

tumbuhan atau hewan di depan kelas.

c)

Kegiatan Akhir

Kegiatan ini siswa dan guru sharing kesulitan atau

pengalaman yang didapat setelah melakukan pembelajaran ini.

Setelah itu merefleksikannya. Selanjutnya ditutup dengan salam

penutup.

c.

Observasi dan Pengumpulan Data

Observasi dilakukan selama proses berlangsungnya pembelajaran.

Observasi yang dilakukan berdasarkan hasil observasi dari lembar

pengamatan dan hasil deskripsi siklus II. Berdasar pengamatan tersebut

pembelajaran berbicara mendeskripsikan benda dengan pendekatan


(72)

kontekstual mengalami peningkatan. Siswa sudah tidak mengalami

kesulitan untuk mengeluarkan ide berkaitan mendeskripsikan benda.

Observasi dan pengumpulan data ini menggunakan instrumen yang

sudah disiapkan oleh peneliti. Hasil mengarang menggunakan

pendekatan kontekstual siklus II sebagai berikut:

Tabel 8

Hasil Tes Mendeskripsikan Benda dengan Pendekatan Kontekstual

SD Negeri Salamrejo Siklus II

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 Skor

1 Srwt √ √ √ √ √ 15 60

2 Asn D √ √ √ √ √ 18 72 tnts

3 Adk R √ √ √ √ √ 17 68 tnts

4 Asy A √ √ √ √ √ 20 80 tnts

5 Dw S √ √ √ √ √ 18 72 tnts

6 Dzhwn P √ √ √ √ √ 14 56

7 Erc P √ √ √ √ √ 17 68 tnts

8 Ervn D √ √ √ √ √ 20 80 tnts

9 Ft Rgt √ √ √ √ √ 21 84 tnts

10 Ftr N √ √ √ √ √ 21 84 tnts

11 Hrnda √ √ √ √ √ 19 76 tnts

12 Ptr N √ √ √ √ √ 17 68 tnts

13 R Fngk √ √ √ √ √ 17 68 tnts

14 Rnl H √ √ √ √ √ 14 56

15 Spt T √ √ √ √ √ 17 68 tnts

16 Srlt E √ √ √ √ √ 15 60

17 St N √ √ √ √ √ 20 80 tnts

18 Wln P √ √ √ √ √ 16 64

19 Ct N √ √ √ √ √ 21 84 tnts

20 Ik N √ √ √ √ √ 19 76 tnts

21 M. Aff Tyb √ √ √ √ √ 18 72 tnts

1496 16 71.24

84 56

A B C D E

Jumlah Rata-rata Nilai Maksimal Nilai Minimal Ket. Siswa

No Total Nilai


(1)

100 

 

FOTO-FOTO PENELITIAN

 

   

   

Guru memberikan penjelasan tentang deskripsi 

          

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

101 

 

 

   

         

Siswa melakukan pengamatan terhadap  tumbuhan atau hewan untuk dideskripsikan 

pada siklus I 

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

102 

 

 

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

103 

 

 

 

Guru memberikan penjelasan tentang 0deskripsi  dan meberikan pemodelan pada siklus II 

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

104 

 

 

   

   

Siswa melakukan pengamatan terhadap  tumbuhan atau hewan untuk dideskripsikan 

pada siklus II 

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

105 

 

 

   

     

   

Siswa mendeskripsikan tumbuhan atau hewan di  depan kelas pada siklus II 

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


Dokumen yang terkait

Peningkatan apresiasi puisi dengan media Mind mapping pada siswa kelas VIII tahun pelajaran 2010-2011 ptk di MTs Muhammadiyah 1 Ciputat

3 17 294

Peningkatan keterampilan menulis naskah drama dengan media cerpen ( sebuah penelitian tindakan kelas pada siswa kelas XI MAN Cibinong Bogor tahun pelajaran 2010-2011)

2 21 165

Peningkatan kemampuan memahami bacaan melalui media gambar pada siswa kelas VII-4 SMP Darussalam Ciputat Tahun pelajaran 2013/2014

1 16 116

Penggunaan kata depan dalam karangan deskripsi siswa kelas VIII semester genap Madrasah Tsanawiyah Al-Ihsan Jakarta Tahun pelajaran 2013/2014

0 5 153

Peningkatan keterampilan menulis narasi dengan media teks wacana dialog: penelitian tindakan pada siswa kelas VII MTs Negeri 38 Jkaarta tahun pelajaran 2011-2012

4 39 107

Peningkatan kemampuan menulis teks berita dengan menggunakan media audio visual siswa kelas VIII semester II SMPN 2 Tangerang Selatan Tahun pelajaran 2013/2014

3 35 174

Campur kode dalam karangan siswa kelas III SD Negeri Kereo 02 Tangerang tahun pelajaran 2014/2015

0 20 121

Peningkatan kemampuan berbicara melalui penerapan teknik bermain peran pada siswa Kelas V MI Ath-Thoyyibiyyah Kalideres Jakarta Barat Tahun pelajaran 2013/2014

0 4 170

Peningkatan kemampuan berbicara melalui penerapan teknik bermain peran. penelitian tindakan kelas pada siswa kelas V MI. Ath-Thoyyibiyyah Kalideres Jakarta Barat

0 10 170

Meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS kelas IVA SD Negeri 1 Metro Barat menggunakan media audio visual tahun pelajaran 2012/2013.

0 5 42