KETAKUTAN PADA PENCARI KERJA

KETAKUTAN PADA PENCARI KERJA Skripsi

  Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

  Program Studi Psikologi Di susun oleh:

  Nama : Nicolas Marthafius Halley NIM : 049114058

KETAKUTAN PADA PENCARI KERJA Skripsi

  Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

  Program Studi Psikologi Di susun oleh:

  Nama : Nicolas Marthafius Halley NIM : 049114058

  MOTTO “LEBIH BAIK TERLAMBAT DARIPADA TIDAK SAMA SEKALI” “DIMANA ADA USAHA PASTI ADA JALAN” “JANGAN PERNAH MENGANGGAP REMEH SEGALA HAL”

  Kupersembahkan kepada : Orang tuaku yang selalu mengingatkan Kakak dan adikku yang selalu mendukung dan Teman-temanku yang selalu membantu

  

Nicolas Marthafius Halley

ABSTRAK

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketakutan yang dialami oleh para pencari

kerja. Jenis penelitian ini adalah fenomenologi deskriptif. Informan pada penelitian ini adalah 3

orang pencari kerja laki-laki lulusan Strata 1 dan berusia antara 25 tahun sampai 27 tahun.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara. Hasil penelitian menunjukkan ada 3 tema

dasar ketakutan pada pencari kerja yaitu : berhadapan dengan perusahaan, berhadapan dengan diri

sendiri, dan berhadapan dengan lingkungan. Berhadapan dengan perusahaan berisi tentang

ketakutan saat wawancara dengan bahasa asing dan persyaratan yang terlalu berat. Berhadapan

dengan diri sendiri berisi ketakutan akan semakin bertambahnya umur informan, ketidakyakinan

dengan kemampuannya sendiri dan ketakutan untuk memulai usaha sendiri. Berhadapan dengan

lingkungan berisi ejekan-ejekan dari temannya dan diangggap sebagai orang yang malas. Tapi

walaupun demikian orangtua informan selalu mendukung untuk mendapatkan pekerjaan.

  Kata Kunci : Ketakutan, Pencari Kerja

  

Nicolas Marthafius Halley

ABSTRACT

  This research aim to know fear had been around by job seeker. The kind of research is

Phenomenology descriptive. The whole research informant were 3 job seeker bachelor graduate,

and about 25-27 in age. The methods of data collection were obtained by interview. The research

result show three basic topic fear at job seeker, that is : faced with corporate, faced with itself, and

faced with environment faced with corporate contain about fear when doing interview with foreign

languages, and job specs from corporate that too difficult. Faced with itself contain about fear

tobe older, not sure with his own ability and fear to begin run a private enterprise. Faced with

environment contains about mockery and reputed lazy from his friends. Even so parents from

informant always give support to get a job. Key Word : Fear, Job Seeker

  Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria atas segala berkah dan karunia-Nya yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Ketakutan Pada Pencari Kerja” ini. Penulis merasa tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini dan melewati setiap hambatan dan tantangan yang dialami selama proses penulisan tanpa kemurahan dan penyertaan-Nya.

  Dalam menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bantuan dan dorongan dari berbagai pihak yang senantiasa meluangkan waktu dan pikirannya, yang telah memberikan saran, nasehat, bimbingan, tenaga, dukungan materi, dan dukungan moril. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

  1. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yoygakarta.

  2. Bapak V. Didik Suryo Hartoko, S.Psi, M.Si selaku pembimbing utama skripsi.

  3. Ibu Dra. Lusia Pratidarmanastiti, M.S selaku dosen pembimbing akademik.

  4. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Fakultas Psikologi Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membantu dan mengajarkan banyak hal kepada penulis.

  5. Karyawan-karyawan Universitas Sanata Dharma, khususnya karyawan di secretariat (mas gandung, pak gik, mbak nanik), ruang baca dan laboratorium Fakultas Psikologi (mas Muji dan mas Doni) yang telah banyak memberikan sumbangan ilmu dan tenaga.

  6. Bapak dan ibu tersayang, makasih buat dukungan dan doanya

  7. Kakak dan adikku, Olin dan Sontrot yang selalu memberi dorongan, makasih yo

  8. Teman-temanku Hetty, Frenky, Galih, Aji, Nana, Ronald kapan kita kumpul-kumpul lagi ni..dan anak-anak Psikologi 2004, sukses ya…

  9. Anak-anak kos KenZo yang gila-gila semua

  10. For my someone special, Yoya , thanks for everything

  Love u…

  11. Teman-teman Misdinar Fans Club & Orang Muda Katholik Paroki Porbowardayan Solo

  12. Dan semua pihak yang telah memberikan dukungan yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Namun demikian, penulis berharap karya ini dapat bermanfaat bagi semua yang membacanya dan semoga berarti bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

  Yogyakarta, Juli 2011 Penulis

  Nicolas Marthafius Halley

  

DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL ...............................................................................................i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………………………….ii HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………...………iii HALAMAN MOTTO.............................................................................................iv HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………………………...…..v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.................................................................vi ABSTRAK.............................................................................................................vii ABSTRACT..........................................................................................................viii PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH....……………...……………..ix KATA PENGANTAR ............................................................................................x DAFTAR ISI .........................................................................................................xii DAFTAR TABEL………………………………………………………………..xv DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………xvi

  BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1 A. Latar Belakang Masalah ........................................................................1 B. Rumusan Masalah .................................................................................4 C. Tujuan Penelitian ..................................................................................5 D. Manfaat Penelitian ................................................................................5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................6

  A. Kondisi Para Pencari Kerja…….. ….....................................................6

  1. Tuntutan Penerima Kerja……….....................................................6

  2. Tuntutan dan harapan Sosial Pada Lulusan Perguruan Tinggi…...7

  B. Ketakutan…………………………………...........................................7

  C. Tugas Perkembangan Dewasa Awal.....................................................9

  D. Kerangka Berpikir….………………………………………………...11

  E. Pertanyaan Penelitian………………………………………………..12

  BAB III METODE PENELITIAN ………...........................................................13 A. Jenis Penelitian ....................................................................................13 B. Fokus Penelitian ..................................................................................14 C. Informan ..............................................................................................14 D. Metode Pengumpulan Data .................................................................14 E. Metode Analisis Data ..........................................................................16 F. Pemeriksaan Keabsahan Data..............................................................17

  1. Kredibilitas.....................................................................................17

  2. Dependability ................................................................................19

  G. Proses Penelitian..................................................................................20

  BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .....................................21 A. Hasil Penelitian ……...........................................................................21

  1. Berhadapan dengan Perusahaan.....................................................21

  2. Berhadapan dengan Diri-Sendiri....................................................24

  3. Berhadapan dengan Lingkungan....................................................28

  B. Pembahasan .........................................................................................31

  BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................36 A. Kesimpulan .........................................................................................36 B. Saran ....................................................................................................37 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………38 LAMPIRAN……………………………………………………………………..39

  

DAFTAR TABEL

  Tabel 1 : Berhadapan dengan perusahaan..............................................................23 Tabel 2 : Berhadapan dengan diri-sendiri..............................................................27 Tabel 3 : Berhadapan dengan lingkungan..............................................................30

  

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1 : Hasil wawancara informan 1............................................................40 Lampiran 2 : Hasil wawancara informan 2............................................................54 Lampiran 3 : Hasil wawancara informan 3............................................................63

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini fenomena banyaknya pencari kerja sudah menjadi hal

  yang biasa dalam masyarakat. Di Indonesia jumlah pencari kerja terhitung lumayan tinggi. Jumlah pencari kerja lulusan perguruan tinggi di Indonesia pada 2010 mencapai 1.142.751 orang atau naik 15,71 persen dibandingkan pada tahun 2009 (kompas.com 23 september 2010). Pencari kerja itu tidak hanya terdiri dari lulusan S1, tapi juga berasal dari lulusan S2, SD, SLTP, SLTA, dan program Diploma. Jumlah pencari kerja yang tinggi pada umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang tersedia.

  Jumlah pencari kerja di Yogyakarta saat ini mencapai 148.696 orang per bulan Juni 2008. Sebanyak 21.000 lulusan S1 dan sebanyak 663 lulusan S2 (kompas.com 21 Juni 2008). Hal ini disebabkan kurangnya lapangan pekerjaan yang tersedia.. Pemerintah bukannya hanya diam saja dalam menanggulangi banyaknya jumlah penganguran yang ada. Dinas Nakertrans Yogyakarta setiap tahun rutin menyelenggarakan bursa kerja terbuka atau Job Fair yang diikuti perusahaan-perusahaan swasta.

  Berdasarkan data pada tahun lalu Job Fair di Yogyakarta berhasil menempatkan 12.000 tenaga kerja di sejumlah perusahaan di berbagai daerah di Indonesia (Kompas.com/ 21 Juni 2008).

  Tom Denham (blog.timesunion.com/25 September 2009) seorang konsultan karir yang memiliki website CareersInTransitionLLC.com mengemukakan ada 10 ketakutan pada pencari kerja. Tom Denham memperoleh data ini berdasarkan pengalamannya selama menjadi konsultan karir dan dari pengakuan para kliennya. Sepuluh ketakutan pada pencari kerja tersebut antara lain : ketakutan akan komitmen kepada pekerjaan, ketakutan kurang memiliki pengalaman, ketakutan saat menulis surat lamaran, ketakutan akan tidak tahu bagaimana untuk mendapatkan pekerjaan, ketakutan tidak memiliki relasi yang luas, ketakutan saat negosiasi tentang gaji, ketakutan jika memiliki lingkungan kerja yang tidak nyaman, ketakutan akan ketidakstabilan perusahaan yang dilamar, dan ketakutan tidak menemukan pekerjaan yang terbaik.

  Para pencari kerja dihadapkan pada kenyataan bahwa banyaknya persyaratan yang diajukan oleh perusahaan. Ada perusahaan yang jarang sekali mau menerima karyawan yang masih fresh graduate, perusahaan ingin mendapat karyawan yang sudah memiliki pengalaman. Hal ini yang menjadi batu sandungan bagi calon pelamar yang belum memiliki pengalaman sama sekali. Selain itu, dihadapkan pada banyaknya pelamar yang melamar untuk satu pekerjaan. Ditambah lagi persyaratan – persyaratan lain yang diajukan oleh perusahaan yang hendak dilamar. memiliki keterampilan tambahan. Keterampilan tambahan itu antara lain mampu mengoperasikan komputer dan yang paling sering ialah menguasai bahasa asing baik secara oral maupun secara tertulis.

  Ada anggapan jika orang yang sudah lulus tapi belum bekerja hanya membebankan orang tua saja. Hal ini dikarenakan masyarakat yang menganggap orang yang menganggur hanya bisa nongkrong, mengganggu orang, dan mabuk-mabukan. Walaupun tidak semua orang yang menganggur berkelakuan seperti itu. Orang yang menganggur sudah terlanjur dicap sebagai orang yang malas karena tidak juga mendapatkan pekerjaan walaupun sudah lulus dari perguruan tinggi.

  Dengan dihadapkan pada kenyataan seperti di atas, pencari kerja harus semakin berusaha untuk memperoleh pekerjaan. Pencari kerja juga mengalami ketakutan tentang status mereka sebagai pencari kerja. Antara lain ketakutan jika menghadapi tes atau wawancara. Pencari kerja kadang takut jika saat wawancara harus memberi kesan yang baik pada perusahaan yang akan dilamar. Apa nanti yang akan dibicarakan pada sesi wawancara.

  Saat menyusun CV, pencari kerja juga apa sudah benar cara membuat dan mengisinya. Bahasa Inggris sudah menjadi syarat wajib bagi kebanyakan perusahaan. Pencari kerja mungkin tahu bahasa Inggris tapi mungkin tidak menguasai secara maksimal. Hal ini bisa menjadi momok bagi pelamar jika dihadapkan pada tes atau wawancara yang menggunakan bahasa Inggris. Masalah umur yang semakin bertambah, akan menyebabkan ketakutan tersendiri bagi pencari kerja karena perusahaan juga menerapkan batasan umur dan yang lainnya.

  Ada beberapa penelitian tentang pengangguran atau pencari kerja. Akan tetapi, peneliti belum menemukan penelitian yang berusaha mengungkap apa yang ditakutkan oleh pencari kerja. Penelitian Tiina lamberg, Pekka Virtanen, Jussi Vahtera, TiIna Luukkaala dan Markku Kosenvuo (2008) meneliti tentang tingkat depresi orang yang telah lama menganggur dengan orang yang baru saja menganggur. Hasil dari pemelitian mereka ada perbedaan yang signifikan antara orang yang baru saja menganggur dengan yang suda lama menganggur. Yang lebih lama menganggur menunjukan depresi yang lebih daripada yang baru saja menganggur. Anne Moorhouse dan Marie L. C(2007) juga meneliti tentang pengangguran, mereka meneliti tentang tingkat kegembiraan atau kesenangan pada pengangguran atau pencari kerja. Hasil dari penelitian mereka menunjukkan pengangguran memiliki skor yang kecil pada tingkat kegembiraan mereka sehingga menyebabkan mereka dapat mengalami depresi. Peneliti belum menemukan adanya penelitian tentang apa yang menjadi ketakutan para pencari kerja. Oleh sebab itu peneliti ingin meneliti tentang ketakutan yang dialami oleh para pencari kerja.

B. Rumusan Masalah

  Masalah yang ingin diketahui dalam penelitian ini adalah : “Apa yang menjadi ketakutan para pencari kerja?”

C. Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian ialah untuk mengetahui secara empiris apa yang menjadi ketakutan para pencari kerja.

D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan bagi bidang psikologi mengenai ketakutan pada pencari kerja dan menjadi literatur untuk melaksanakan penelitian selanjutnya.

  2. Manfaat Praktis Diharapkan hasil penelitian tentang ketakutan pada pencari kerja dapat memberikan sumbangan informasi bagi perkembangan ilmu psikologi dan dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti lain.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kondisi Para Pencari Kerja Sekarang jumlah pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah

  lapangan pekerjaan. Hal ini menyebabkan semakin banyaknya jumlah pencari kerja. Semakin banyak pencari kerja yang lulus kuliah tapi tidak diimbangi dengan ketersediaan lapangan pekerjaan. Belum lagi pencari kerja juga dihadapkan dengan dua tuntutan yang ada. Kedua tuntutan itu ialah :

  1. Tuntutan Penerima Kerja Di tengah keadaan ekonomi sekarang, perusahaan-perusahaan cenderung untuk menerima karyawan yang sudah jadi. Dengan kata lain perusahaan cenderung untuk menerima calon karyawan yang sudah memiliki pengalaman. Syarat-syarat yang diajukan oleh perusahaan juga semakin berat. Antara lain calon karyawan tersebut harus mempunyai pengalaman kerja di bagian yang ingin dilamar.

  Selain itu, calon karyawan juga harus memiliki kelebihan lain. Kelebihan lain itu antara lain kemampuan calon karyawan untuk menggunakan bahasa asing dengan mahir dan kemampuan untuk diterima di dalam sebuah perusahaan, paling tidak calon karyawan tersebut harus memiliki kelebihan dibandingkan dengan calon karyawan yang lainnya.

  2. Tuntutan dan Harapan Sosial Pada Lulusan Perguruan Tinggi Orang yang sudah lulus perguruan tinggi dianggap sebagai orang yang telah sukses dan seseorang intelektual. Orang yang sudah lulus dari perguruan tinggi dituntut memiliki wawasan yang luas, mandiri serta memiliki kemampuan untuk menganalisa dan menyelesaikan masalah.

B. Ketakutan

  Ketakutan menurut Kamus Istilah Psikologi (1981) ialah emosi yang primitif dan seringkali kuat, yang ditandai oleh pola perubahan badaniah yang sistematis dan oleh pola tingkah laku tertentu, terutama pelarian diri dan persembunyian diri. Dalam Himpunan Istilah Psikologi (1981) ketakutan didefinisikan sebagai perasaan yang mendorong individu untuk menjahui sesuatu dan sedapat mungkin menghindari kontak dengan hal tersebut.

  Menurut Santosa Mulia (2009) ketakutan ialah emosi yang muncul saat seseorang menghadapi suatu ancaman. Sumber lain mengatakan rasa takut ialah sesuatu yang agak komplek, di dalamnya terdapat sesuatu perasaan emosional dan sejumlah perubahan badaniah, antara lain: jantung berdetak kencang, nafas kita jadi memburu, menjadi pucat dan berkeringat (Tony W. 1985). Bila diliputi oleh rasa takut, seseorang akan mengalami rasa nyeri pada perut, talapak tangan berkeringat, jantung berdetak kencang, malas bergerak, gagap bicara dan sebagainya (Santosa Mulia, 2009). Rasa takut itu bisa diatasi dengan mencari dukungan dari orang lain. Rasa takut tidak hanya disebabkan oleh kehadiran fisik dari suatu ancaman fisik. Rasa takut dapat ditimbulkan oleh pikiran akan sesuatu di masa datang, suara telepon, berita, suara atau pikiran kita sendiri (Tony W, 1985).

  Menurut beberapa ahli ada beberapa jenis ketakutan. Menurut Santosa Mulia (2009) dalam studi psikologi, yang mulai diminati sejak abad ke -19 rasa takut dibedakan menjadi 2 kategori :

  1. Rational Fear Rasa takut yang diperlukan dalam kehidupan manusia sehari-hari sebagai fungsi mekanisme proteksi diri misal : takut akan ular, laba-laba dan lainnya. Ini merupakan contoh ketakutan yang muncul dari insting manusia untuk melindungi diri.

  2. Irrational Fear Rasa takut abnormal, ini ditandai sdengan adanya sesuatu keinginan yang tidak masuk akal untuk menghindari subjek yang tidak rasional dan serangan panik ketika menghadapi subjek ketakutan tersebut, disebut juga dengan phobia.

  Menurut Paul Hauck (1985) dua rasa takut yang paling umum ialah rasa takut terhadap penolakan dan rasa takut terhadap kegagalan. Rasa takut terhadap penolakan mungkin lebih menonjol daripada rasa takut terhadap kegagalan, akan tetapi keduanya memiliki hubungan yang erat.

  Orang seringkali merasa takut gagal dengan alasan mereka mungkin ditolak apabila mengalami kegagalan.

Tugas Perkembangan Dewasa Awal C

  Menurut Santrock (2002) masa dewasa awal ialah periode yang bermula dari akhir usia belasan tahun atau awal usia dua puluhan yang berakhir pada usia tiga puluhan. Masa dewasa awal ialah masa pembentukan kemandirian pribadi dan ekonomi, masa perkembangan karir, dan bagi banyak orang masa pemilihan pasangan, belajar hidup dengan seseorang secara akrab, memulai keluarga dan mengasuh anak- anak.

  Menurut Erikson (dalam Santrock,2002) masa dewasa awal masuk ke dalam tahap keintiman dan keterkucilan (intimacy versus isolation). Dalam tahap ini individu menghadapi tugas perkembangan pembentukan relasi intim dengan orang lain. Erikson menggambarkan keintiman sebagai penemuan diri sendiri pada orang lain namun kehilangan diri sendiri. Saat anak muda membentuk persahabatan yang sehat dan relasiakrab yang intim dengan orang lain, keintiman akan dicapai, kalau tidak isolasi akan dicapai.

  Arti tugas-tugas perkembangan bagi orang dewasa awal, pada pokoknya mengandung isi-isi harapan atau tuntutan dari sosio kultur yang hidup pada lingkungan sekitar terhadap orang dewasa awal sesuai dengan tingkat perkembangan yang telah dicapainya sejak seseorang telah meyandang status dewasa, dirinya diharapkan siap menerima kewajiban dan tanggung jawab kedewasaannya yang ditunjukkan dengan pola-pola tingkah laku wajar seperti yang berlaku pada kebudayaan sekitarnya (Andi Mappiare, 1983).

  R. J. Havighurst (dalam Andi Mappiare, 1983) mengemukakan rumusan tugas-tugas dewasa awal sebagai berikut :

  1. Memilih teman bergaul (sebagai calon suami atau istri).

  2. Belajar hidup bersama dengan suami atau istri.

  3. Mulai hidup dalam keluarga atau hidup berkeluarga.

  4. Belajar mengasuh anak-anak.

  5. Mengelola rumah tangga.

  6. Mulai bekerja dalam suatu jabatan.

  7. Mulai bertanggung jawab sebagai warga Negara yang layak.

  8. Memperoleh kelompok social yang seirama dengan nilai-nilai pahamnya.

Kerangka Berpikir D

  Pada saat sekarang ini jumlah pencari kerja sangat banyak tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang tersedia. Para pencari kerja dihadapkan dengan realitas bahwa sangat susah untuk mendapatkan pekerjaan. Belum lagi adanya tuntutan dari lingkungan dan perusahaan penerima kerja. Perusahaan menerapkan standar masing-masing dalam mencari karyawan. Lingkungan menuntut orang yang sudah lulus kuliah seharusnya bisa lebih mudah untuk mendapatkan pekerjaan karena para pencari kerja dipandang sudah memiliki wawasan yang luas serta memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah.

  Hal-hal tersebut bisa menimbulkan ketakutan kepada para pencari kerja. Ketakutan ialah emosi yang muncul saat seseorang menghadapi suatu ancaman (Santosa Mulia, 2009). Para pencari kerja yang sudah lama mencari kerja tetapi tidak juga mendapatkan pekerjaan kadangkala dianggap sebagai orang yang malas oleh orang-orang disekitarnya. Padahal pencari kerja itu sudah berusaha untuk mencari kerja. Masih banyak lagi hal-hal yang bisa menjadi ketakutan yang dihadapi oleh para pencari kerja.

  Pertanyaan Penelitian E.

  Pertanyaan penelitian ini ialah “ apa yang menjadi ketakutan pada pencari kerja?”

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

  adalah phenomenology deskripif kualitatif. Studi deskriptif yang dimaksudkan adalah peneliti ingin mendapat kejelasan dengan mendeskripsikan data-data yang didapatkan, sedang kan studi kualitatif ialah studi yang bertujuan memahami makna fenomena yang dibahas lebih mendalam. Ciri penelitian deskriptif kualitatif adalah menekankan pentingnya kedekatan peneliti dengan informan penelitian dengan tujuan agar memperoleh pemahaman yang jelas tentang realitas yang nyata. Dengan demikian peneliti akan berkontak langsung dengan subjek penelitian (Poerwandari, 1998). Penelitian phenomenology pada umumnya bertujuan untuk mendeskripsikan situasi yang dialami individu pada kehidupan sehari-hari (Jonathan A Smith, 2008).

B. Fokus Penelitian

  Fokus penelitian ini ialah ketakutan yang dialami beserta hal-hal yang dihadapi oleh pencari kerja seperti yang telah diceritakan informan kepada peneliti.

C. Informan

  Informan penelitian ini ialah tiga lulusan universitas yang sedang mencari kerja. Informan ialah laki-laki dengan usia berkisar antara 25 tahun sampai dengan 27 tahun. Informan kesemuanya ialah lulusan Strata 1 dan bersuku Jawa.

D. Metode Pengumpulan Data

  Metode yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini ialah dengan metode wawancara kepada informan. Wawancara ini dilakukan secara informal dengan terdapat panduan wawancara. Panduan wawancara ini bertujuan untuk mengetahui gambaran karateristik umum informan dengan cara mengisi guide wawancara yang telah disediakan. Selain itu, ada pertanyaan penelitian, tetapi peneliti dapat bertanya hal-hal lain ynag bisa memberikan informasi tambahan kepada peneliti.

  Panduan Wawancara Nama : Umur : Suku : Asal : Domisili : Jenis Kelamin : Pekerjaan Orang Tua : Pendidikan Terakhir :

  Pertanyaan penelitian :

  1. Ada atau tidak hal yang kamu takutkan selama proses melamar pekerjaan?

  2. Apa yang kamu lakukan untuk mengatasi hal tersebut?

  3. Apa yang kamu rasakan selama menjadi pencari kerja?

  4. Bagaimana tanggapan orang tua kamu?

  5. Bagaimana tanggapan teman-teman atau orang disekitar kamu?

E. Metode Analisis Data

  Dalam penelitian ini peneliti melakukan langkah-langkah dalam menganalisis data yaitu :

  1. Dalam penelitian ini didapatkan data kasar sebagai hasil dari proses wawancara.

  2. Data kasar kemudian di transform atau diubah bentuk aslinya dengan cara mencari setiap arti dari setiap data yang diperoleh dari informan.

  Misalnya :

  1. Ya seperti tadi selain Informan merasa takut  1+2 : informan diejek-ejek lagi ya sama untuk memulai bergaul merasa takut itu kalo dapet kenalan dengan orang baru untuk memulai baru ditanyanya udah untuk bergaul kerja dimana?makanya dengan orang itu sekarang aku jadi baru karena agak takut untuk kenalan pernah dicuekin dengan orang baru. waktu tahu ternyata

  2. Ya aku pernah pas keluar Informan merasa takut informan belum sama temenku dikenalin kenalan dengan orang baru bekerja. sama temenya. Awal- karena pernah dicuekin awalnya sih kita ngobrol waktu tahu ternyata . biasa aja, ya karena kita informan belum bekerja. juga sebaya. Eh kemudian dia tanya aku udah kerja belom?ya aku jawab belom. Eh habis tu mpe pulang aku gak digagas sama sekali, dia cuma ngobrol sama temenku. Pikirku nih orang maksudnya gimana, yah akhirnya ya aku dicuekin tu mpe pulang, sapa yang ga dongkol coba kalo digituin. Makanya itu aku ga mau kenalan sama orang baru dulu, ntar kalo udah dapet kenlan, jadi ga dicuekin lagi kayak kemaren- kemaren.

  Dari data kasar yang terdapat dikolom pertama diubah dengan cara mencari arti dari pernyataan yang disampaikan seperti yang terdapat di kolom kedua. Di kolom yang ketiga, data dari kolom kedua dijadikan satu karena masih berhubungan.

  3. Setelah data diubah kemudian data dikelompokkan dengan yang sesuai.

  4. Dari pengelompokan data tersebut didapat tiga tema dasar yaitu : berhadapan dengan perusahaan, berhadapan dengan diri sendiri dan berhadapan dengan lingkungan. Dimana ketiga tema tersebut menjadi kesimpulan dari masing-masing data.

  5. Kesimpulan dari data 1, 2, dan 3 kemudian digabungkan dan dicari yang sama. Dari penggabungan ketiga data tersebut didapat kesimpulan akhir .

F. Pemeriksaan Keabsahan Data

  1. Kredibilitas Kredibilitas merupakan istilah yang digunakan untuk kredibilitasnya terletak pada keberhasilannya mencapai maksud mengeksplorasi masalah dan menggambarkan setting atau latar belakang, proses yang terjadi, kelompok sosial atau pola interaksi yang kompleks.

  Menurut Poerwandari (1998), mengungkapkan bahwa dalam penelitian kualitatif pencapaian validitas tidak dilakukan dengan cara manipulasi variabel, melainkan melalui orientasinya pada upayanya untuk mendalami dunia empiris dengan cara menggunakan metode atau konsep dalam kredibilitas yang tepat dalam pengambilan dan analisis data. Konsep yang digunakan antara lain : validitas kumulatif, validitas komunikatif, validitas argumentatif, dan validitas ekologis. Validitas kumulatif dicapai apabila temuan dari penelitian-penelitian yang lain mengenai topik yang sama menunjukkan hasil yang kurang lebih serupa. Validitas komunikatif dilakukan melalui dikonfirmasikannya kembali data dan analisianya kepada responden penelitian. Validitas argumentatif tercapai bila presentasi temuan dan kesimpulan dapat diikuti dengan baik rasionalnya, serta dapat dibuktikannya kembali dengan meliohat data mentah. Sedangkan, validitas ekologis menunjuk pada sejauh mana penelitianatau studi dilakukan pada kondisi asli atau alamiah dari subjek atauresponden yang diteliti. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

   Validitas argumentatif, dimana validitas argumentatif tercapai bila hasil penelitian dapat diikuti rasionalnya dan dapat dibuktikan kebenarannya dengan melihat data mentah.

  2. Dependability Dependability merupakan istilah yang dipakai untuk menggantikan istilah reliabilitas dalam penelitian kuantitatif. Dalam penelitian kualitatif upaya peningkatan reliabilitas dengan cara pengendalian ataupun manipulasi penelitian eksperimental sangat tidak disetujui oleh para peneliti, dimana mereka lebih focus pada sua hal yaitu koherensi dan diskursus. Koherensi yaitu metode yang digunakan dalam penelitianmemang mencapai tujuan yang diinginkan. Sementara itu diskursus merupakan sejauh mana dan seintensif apa peneliti mendiskusikan temuan dan analisisnya dengan orang lain. Usaha yang dilakukan untuk mencapai reliabilitas dalam penelitian ini adalah :

   Memberikan uraian dekriptif yang nyata, catatan mengenai hal yang diucapkan dan percakapan verbatim, kutipan yang cermat sehingga tidak member kemungkunan terjadinya tafsiran yang beraneka ragam.

   Meminta pendapat, penilaian dan kritik orang lain dengan meminta mereka membaca laporan hasil penelitian.

   Pencatatan informasi denghan menggunakan alat mekanis seperti rekaman, sehingga dapat ditangkap dengan lengkap dan cermat segala sesuatu yang diucapkan.

G. Proses Penelitian

  Pelaksanaan penelitian dilakukan di kos-kosan informan. Penelitian terhadap informan pertama dilakukan di kos-kosan informan di daerah jalan Colombo. Wawancara dilakukan pada 25 April 2011 dan 30 April 2011.

  Penelitian terhadap informan kedua dilakukan di kos-kosan informan di jalan kaliurang KM. 5,6. Wawancara dilakukan pada tanggal 27 April dan 10 Mei 2011. Wawancara berlangsung lancar, tetapi terpotong saat keluar makan malam rame-rame.

  Wawancara dengan informan ketiga dilakukan pada tanggal 28 April 2011 di kos-kossan informan dan 30 Juni 2011. Wawancara dilakukan di rumah informan di kota Solo. Waktu itu kebetulan peneliti sedang pulang kerumah dan informan juga kebetulan baru pulang kerumahnya di solo.

  Jadi, penelitian dilakukan di rumah informan. Selama proses wawancara berjalan lancar dan terbuka. Informan lebih santai dikarenakan sudah mengenal peneliti sejak lama.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Setelah melalui proses wawancara dengan informan didapatkan data-

  data yang diperlukan untuk penelitian ini. Hasil wawancara yang diperoleh dikelompokkan menjadi tiga tema dasar. Ketiga tema tersebut berhubungan dengan apa yang menjadi ketakutan dan hal-hal lain yang dihadapi oleh pencari kerja. Ketiga tema tersebut ialah :

  1. Berhadapan dengan Perusahaan.

  Informan pertama menceritakan kepada peneliti bahwa informan takut dengan penulisan CVnya, Informan merasa penulisan CVnya belum benar, informan juga tidak yakin dengan kemampuan menulisnya (Informan 1 wawancara 4a). Informan juga merasa takut jika dihadapkan dengan tes wawancara yang menggunakan bahasa asing seperti yang diceritakan oleh informan : “Apa nanti yang akan ditanyakan, trus gimana nanti aku menjawabnya. Ada yang bilang pas wawancara harus ngomong yang baik-baik aja dan hati-hati saat ngomong sesuatu ntar bisa- bisa malah jadi bomerang bagi kita sendiri. Apalgi kalau tiba-tiba Inggrisku kurang bagus. Aku tahu sih apa yang mereka katakan tapi ga tau gimana harus menjawabnya” (Informan 1 wawancara 7). Informan mengungkapkan persyaratan-persyaratan yang diajukan oleh perusahaan yang terlalu berat serta kebijakan pembatasan umur oleh perusahaan yang menyebabkan semakin sedikitnya kesempatan untuk memperoleh pekerjaan (Informan 1 wawancara 10+14a+20a+20b).

  Informan kedua mengungkapkan ketakutannya bila dihadapkan dengan tes wawancara yang diadakan oleh perusahaan (Informan 2 wawancara 3a). Pembatasan usia yang diterapkan oleh beberapa perusahaan juga menjadi ketakutan tersendiri kepada informan karena usia informan semakin bertambah dan belum memiliki pekerjaan : “ Hm..apa ya?ya paling saat tes wawancara sama umurku yang terus bertambah. Tahu sendiri kan perusahaan melakukan pembatasan usia untuk melamar pekerjaan (Informan 2 wawancara 3b), Ya aku merasa takut saja kalau tidak segera mendapatkan pekerjaan. Karena umurku semakin bertambah dan ada beberapa perusahaan yang menerapkan batasan umur bagi yang malamar pekerjaan” (Informan 2 wawancara 5a).

  Selain itu, informan masih beranggapan dengan bekerja di tambang akan memiliki gaji yang besar sehingga informan hanya melamar ke perusahaan tambang (wawancara 13).

  Dihadapkan dengan pemilik perusahaan saat proses wawancara menjadi ketakutan bagi informan ketiga, karena informan merasa tidak yakin dengan kemampuan dirinya sendiri : “Hm..apa ya?ya paling pas mau tes wawancara. Duh kalo pas mau maju tu rasanya deg-degan terus, mana keringetan lagi, belum lagi kalo itu tes wawancara dengan ownernya beh..masalahnya udah 3 kali aku ikut tes wawancara tapi ya ga lolos juga. Pa ada yang salah ya waktu aku ngomong?he.. (Informan 3 wawancara 2). Informan merasa persyaratan yang diajukan kepada calon karyawan terlalu berat (Informan 3 wawancara 5). Informan menceritakan tidak yakin dengan kemampuan dirinya sendiri jika informan melamar pada perusahaan yang sudah besar : “Iya udah 3 kali, dulu yang pertama saking gugupnya mpe mo ngomong aja susah, malah jadi gagap. Belum lagi ni keringat banyaknya, jadi tambah ga enak aja.

  Tapi sekarang udah ga terlalu sih, ya walau masih gugup juga kalo perusahaannya besar” (informan 3 wawancara 3).

  INFORMAN BERHADAPAN DENGAN PERUSAHAAN

  I II

  III Takut akan kesalahan dalam penulisan CV.

  

  Takut dihadapkan dengan tes wawancara

     yang menggunakan bahasa asing.

  Persyaratan yang diajukan perusahaan dirasa

    terlalu berat. Pembatasan umur yang diterapkan oleh

    perusahaan.

  Kurang percaya diri jika dihadapkan dengan

   pemilik perusahaan.

  Kurang percaya diri melamar pada

   perusahaan yang besar.

  Tabel 1 : Berhadapan dengan perusahaan

  Hasil dari wawancara dengan ketiga informan menunjukkan bahwa ketiga informan merasa lebih takut bila dihadapkan dengan proses wawancara dan merasa bahwa beberapa persyaratan yang diajukan oleh perusahaan terlalu berat serta pembatasan umur yang ditetapkan perusahaan.

  2. Berhadapan dengan Diri Sendiri.

  Informan pertama mengungkapkan bahwa informan tidak yakin dengan kemampuannya sendiri, apalagi dengan kemampuan bahasa asing yang minim (informan 1 wawancara 7+11). Informan merasa ada yang kurang dengan dirinya sehingga informan tidak bisa segera diterima bekerja (informan 1 wawancara 18b). Selain itu, informan juga takut dengan semakin bertambahnya umur informan yang bisa menyulitkan informan untuk mendapatkan pekerjaan (informan 1 wawancara 10+14a+20a+20b). Tetapi untuk berwiraswasta karena takut mengalami kegagalan seperti yang diungkapkan informan : “Ya aku ga mau nanti kalo malah jadi bangkrut. Lagian akau juga ga tau seluk-beluk dunia wiraswasta sih. Mana ga punya modal lagi. Kalo ntar udah kerja beberapa tahun, aku juga pengenya punya usaha buat hari tua. Kan saat itu aku udah punya pengetahuan tentang dunia kerja ma aku udah punya modal sendiri, jadi gak ngrepotin orang tua” (informan 1 wawancara 22).

  Semakin bertambahnya umur menimbulkan ketakutan pada informan kedua karena kesempatan informan kedua untuk memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan pendidikannya juga semakin kecil (informan 2 wawancara 5c). Keinginan idealis informan yang hanya mau bekerja di perusahaan tambang juga dianggap informan sebagai salah satu faktor kenapa sampai sekarang belum memiliki pekerjaan, karena informan hanya mendaftar di perusahaan tambang (informan 2 wawancara 11+12a).

  Karena sudah lama menganggur membuat informan ketiga merasa mengalami penurunan kemauan informan untuk mencari kerja : “Hm..apa ya?ya seperti orang gak da kerjaanlah, bangun, makan, maen. Ya Cuma kalau lama-lama gak dapet kerjaan kayak gini aku takutnya malah nanti jadi keenakan nganggur trus jadi akan menurunnya kondisi fisik dan penampilan informan yang sudah tidak prima lagi yang bisa menghambat dalam usaha untuk mencari pekerjaan (informan 3 wawancara 11+13a+14). Informan merasa takut dengan semakin bertambahnya umur informan yang bisa mengecilkan kesempatan informan untuk memperoleh pekerjaan (informan 3 wawancara 16). Informan merasa tidak yakin akan kemampuan yang dimiliki oleh informan : “Hm..apa ya?ya paling pas mau tes wawancara. Duh kalo pas mau maju tu rasanya deg-degan terus, mana keringetan lagi, belum lagi kalo itu tes wawancara dengan ownernya beh..masalahnya udah 3 kali aku ikut tes wawancara tapi ya ga lolos juga. Pa ada yang salah ya waktu aku ngomong?he..” (informan 3 wawancara 2), “Iya udah 3 kali, dulu yang pertama saking gugupnya mpe mo ngomong aja susah, malah jadi gagap. Belum lagi ni keringat banyaknya, jadi tambah ga enak aja. Tapi sekarang udah ga terlalu sih, ya walau masih gugup juga kalo perusahaannya besar” (informan 3 wawancara 3). Selain itu, informan tidak ingin untuk memulai berwiraswasta karena takut akan mengalami kegagalan (informan 3 wawancara 22).

  INFORMAN BERHADAPAN DENGAN DIRI-SENDIRI

  I II

  III Tidak yakin dengan kemampuan diri.

   

  Kemampuan bahasa asing yang minim

  

  Bertambahnya umur

    

  Malu kepada keluarga dan teman-teman

  

  Iri dengan teman yang sudah bekerja

  

  Ada yang kurang pada diri individu

  

  Takut berwiraswasata karena takut akan

   

  gagal Menurunnya kemauan untuk mencari kerja

  

  Menurunnya kondisi fisik

  

  Idealis diri

   Tabel 2 : Berhadapan dengan diri-sendiri

  Dari hasil wawancara dengan ketiga informan didapat bahwa ketakutan akan semakin bertambahnya umur dan ketakutan akan kegagalan dalam berwiraswasta diungkapkan oleh informan. Selain itu, para informan merasa tidak yakin dengan kemampuan yang dimiliki masing-masing informan.

  3. Berhadapan dengan Lingkungan.

  Informan pertama mengungkapkan bahwa informan merasa iri dengan temannya yang memiliki IPK di bawahnya tetapi sudah bisa memiliki pekerjaan (informan 1 wawancara 19b). Informan juga merasa malu keluarga besar dan teman-temannya karena selalu menanyakan tentang pekerjaan kepada informan (informan 1 wawancara 14c+15b+17c+18a). Kadang ada juga teman informan yang sudah bekerja mengejek informan karena belum memiliki pekerjaan (informan 1 wawancara 17b). Walaupun demikian sebagian teman informan dan keluarga informan selalu mendukung informan untuk mencari pekerjaan : “Ya orang tuaku juga tau sih. Ya selama ini, untungnya orang tuaku nggak nuntut yang macam-macam, malah mereka selalu beri support ma nasehat biar aku gak putus asa. Dan terus usaha buat nyari kerja” (informan 1 wawancara 16), Ya temenku ada yang mendukung aku agar tidak putus asa buat nyari kerja (informan 1 wawancara 17a).

  Informan kedua menceritakan kalau informan dianggap pemalas oleh orang-orang di sekitarnya karena belum juga memiliki pekerjaan : “Yah males aja, ga tau po kalau orang udah berusaha. Tapi kalau memang jalannya belum dapet kerja ya mau gimana lagi. Malah sempat aku dikatai orang malas, lha udah digituin. Lha udah usaha juga kok, tapi ya mungkin belum jalannya dapet kerja kan?” (informan 2 wawancara 8). Keluarga informan selalu memberikan dukungan agar informan terus berusaha untuk mencari (informan 2 wawancara 15).

  Informan ketiga pernah dicuekin oleh kenalan baru karena belum memiliki pekerjaan (informan 3 wawancara 20). Usaha informan tidak diketahui oleh orang lain sehingga informan dianggap sebagai orang yang malas (informan 3 wawancara 8), “Ya itu temenku yang di deket rumah. Aku dibilangnya males nyari kerja. Padahal aku juga udah usaha buat nyari kerja.

  Makanya sekarang aku juga jarang pulang kerumah, kalaupun pulang paling ya hanya dirumah saja. Masalahnya kalo ketemu pasti diejek lagi, lebih baik aku nghindar aja. Gara-gara itu juga sekarang aku juga jarang lagi keluar sama temen-temenku” (informan 3 wawancara 18). Belum lagi ejekan dari tetangga dan teman-teman informan karena belum memiliki pekerjaan (informan 3 wawancara 8a+17b). Walaupun demikian, orang tua informan selalu mendukung informan untuk mencari pekerjaan : Ya kalau keluargaku gapapa, keluargaku terus mendukung. Ya paling tu malah temen-temenku yang dirumah yang udah bekerja malah yang sering ngejek mentang-mentang udah bekerja. (informan 3 wawancara 17).

  INFORMAN BERHADAPAN DENGAN LINGKUNGAN

  I II

  III Orang tua selalu mendukung

    

  Dianggap malas oleh orang sekitarnya

   

  Usaha yang dilakukan tidak diketahui oleh

   