PERJANJIAN JUAL BELI SECARA ONLINE PADA FORUM FACEBOOK JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU) DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SKRIPSI Diajukan untuk Memenui Salah Satu Syarat guna Me

PERJANJIAN JUAL BELI SECARA ONLINE
PADA FORUM FACEBOOK JUAL BELI BARANG SECOND
KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU) DITINJAU DARI HUKUM
ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999
TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenui Salah Satu Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh:
Barly Kalingga Murda
214 11 021

JURUSAN HUKUM EKONOMI ISLAM
FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2016

PERJANJIAN JUAL BELI SECARA ONLINE

PADA FORUM FACEBOOK JUAL BELI BARANG SECOND
KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU) DITINJAU DARI HUKUM
ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999
TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenui Salah Satu Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh:
Barly Kalingga Murda
214 11 021

JURUSAN HUKUM EKONOMI ISLAM
FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2016

i


ii

iii

iv

MOTO PENULIS

“Barang siapa ingin mutiara, harus berani terjun di lautan yang dalam”
(Ir. Soekarno)

“Gantungkan cita-citamu setinggi langit! Bermimpilah setinggi langit. Jika engkau
jatuh, engkau akan jatuh di antara bintang-bintang”
(Ir. Soekarno)

“Janganlah melihat ke masa depan dengan mata buta. Masa yang lampau sangat
berguna sebagai kaca benggala daripada masa yang akan datang.”
(Ir. Soekarno)


“Malas itu ada batasnya”
(Barly Kalingga Murda)

“Ilmu tanpa agama adalah lumpuh, agama tanpa ilmu adalah buta”
(Albert Einstein)

v

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan dengan cinta dan ketulusan hati karya ilmiah berupa skripsi ini
kepada :
1. Kedua orang tuaku Bapak Budi Mulyono dan Ibu Suprapti tercinta, yang
telahmendoakan dan memberi kasih sayang serta pengorbanan selama ini.
2. Adikku Maulana Arrasyiid dan Risky Nurul Al-aziiz, yang telah mendoakan
agar selalu tetap semangat dalam menuntut ilmu dan menjalani kehidupan di
dunia ini.
3. Kepada Muflikhah Dwi Aningrum yang selalu memberikan dukungan dan doa
agar penulis selalu bersemangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Kepada Khusnul Khotimah dan Yessi Widhi Astuti yang dengan sabar

meberikan masukan dan arahan kepada penulis.
5. Para guru sejak Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi yang penulissayangi
dan

hormati

dalam

memberikan

ilmu

dan

membimbing

penuhkesabaran.
6. Almamater Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga yang penulisbanggakan.

vi


dengan

KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, karena
berkat rahmat-Nya penulisan skripsi ini dapat penulis selesaikan sesuai dengan yang
diharapkan. Penulis juga bersyukur atas rizki dan kesehatan yang telah diberikan olehNya sehingga penulis dapat menyusun penulisan skripsi ini.
Sholawat dan salam selalu penulis sanjungkan kepada Nabi, Kekasih, Spirit
Perubahan, Rasulullah Muhammad SAW beserta segenap keluarga dan para sahabatsahabatnya, syafa’at beliau sangat penulis nantikan di hari pembalasan nanti.
Penulisan skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu persyaratan
guna memperoleh gelar Sarjana dalam Hukum Islam, Fakultas Syari’ah, Jurusan
Hukum Ekonomi Syari’ah yang berjudul: “Perjanjian Jual Beli Secara Online Pada
Forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPUTIPU) Ditinjau Dari Hukum Islam Dan Undang-Undang No. 8 Tentang
Perlindungan Konsumen”.Penulis mengakui bahwa dalam menyusun penulisan
skripsi ini tidak dapat diselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Karena
itulah penulis mengucapkan penghargaan yang setinggi-tingginya, ungkapan terima
kasih kadang tak bisa mewakili kata-kata, namun perlu kiranya penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga

2. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syari’ah di IAIN
Salatiga.

vii

3. Bapak Ilya Muhsin, S.H.I., M.Si, selaku Wakil Dekan 3 Fakultas Syari’ah
Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama yang selalu memberikan ilmunya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan lancar dan
baik.
4. Ibu Evi Ariyani, SH.,M.H, selaku Ketua JurusanHukum Ekonomi Syari’ah di
IAIN Salatiga dan selaku Dosen Pembimbing yang selalu memberikan saran,
pengarahan dan masukan berkaitan penulisan skripsi sehingga dapat selesai
dengan maksimal sesuai yang diharapkan.
5. Ibu Lutfiana Zahriani, M.H, selaku Kepala Lab. Fakultas Syari’ah IAIN
Salatiga yang memberikan pemahaman, arahan dalam penulisan skripsi
sehingga penulisan skripsi ini bisa saya selesaikan.
6. Bapak dan Ibu Dosen selaku staf pengajar dan seluruh staf adminitrasi Fakultas
Syari’ah yang tidak bisa kami sebut satu persatu yang selalu memberikan
ilmunya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa halangan
apapun.

7. Sahabat-sahabatku Yessi Widhi Astuti, Khusnul Khotimah, Muhammad Aidi
Faiz, Muhammad Ali Wafa, Muhammad Wisnu Wirawan, yang selalu
mendukung penulis dalam menyusun skripsi ini.
8. Teman-teman Jurusan Hukum Ekonomi Syari’ah angkatan 2011 di IAIN
Salatiga yang telah memberikan banyak cerita selama menempuh pendidikan
di IAIN Salatiga.

viii

Semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dengan balasan
yang lebih dari yang mereka berikan kepada penulis, agar pula senantiasa
mendapatkan maghfiroh, dan dilingkupi rahmat dan cita-Nya. Amiin.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
sempurna, baik dari segi metodologi, penggunaan bahasa, isi, maupun analisanya,
sehingga kritik dan saran yang konstruktif, sangat penulis harapan demi enaknya
penulisan skripsiini dibaca dan dipahami.
Akhirnya, penulis berharap semoga skrispi ini bermanfaat khususnya bagi
penulis sendiri dan umumnya bagi pembaca.

Salatiga, 7 Maret 2016


Penulis.

ix

ASBTRAK
Murda, Barly Kalingga. 2016.Perjanjian Jual Beli Secara Online Pada Forum
Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NOTIPU-TIPU)
Ditinjau Dari Hukum Islam Dan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen. Skripsi. Fakultas Syari’ah. Jurusan. Hukum Ekonomi
Syari’ah. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Evi Ariyani,
SH.,M.H.
Kata Kunci : Jual Beli, Online, Hukum Islam
Forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO
TIPU-TIPU) merupakan salah satu forum jual beli online yang terdapat pada media
sosial Facebook. Di dalam forum initerdapat berbagai macam barang yang
diperjualbelikan. Penulis dalam hal ini mengkaji tentang perlindungan konsumen
dalam Perjanjian Jual Beli Secara Online pada forum Facebook JUAL BELI
BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU) ditinjau dari hukum Islam
dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen.

Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Bagaimana
pelaksanaan transaksi jual beli online di forum Facebook JUAL BELI BARANG
SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU) (2) Bagaimana perlindungan
konsumen dalam Perjanjian Jual Beli Online pada Forum Facebook JUAL BELI
BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU).
Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka dilakukan penelitian kualitatif
dengan menggunakan pendekatan sosiologis yuridis serta menggunakan jenis
penelitian field research (penelitian lapangan) yaitu penelitian yang dilakukan di
dalam masyarakat itu sendiri atau dalam instansi yang berangkutan. Untuk mengetahui
bagaimana pelaksanaan transaksi jual beli online di forum Facebook JUAL BELI
BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU) temuan penelitian ini
menunjukkan bahwa, pertama : pelaksanaan jual beli online di forum Facebook JUAL
BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU) masih terdapat
pelaku usaha yang memberikan informasi palsu, tidak berlaku jujur dan tidak
memenuhi kewajibannya dalam memberikan garansi dan ganti rugi. Kedua :
Pelaksanaan jual beli di forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA
SALATIGA (NO TIPU-TIPU) tidak sesuai dengan hukum Islam dan Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen karena pelaku usaha tidak
memenuhi hak-hak konsumen, kewajiban sebagai pelaku usaha dan melakukan
perbuatan yang dilarang. Serta tidak adanya upaya perlindungan konsumen.


x

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................

i

NOTA PEMBIMBING..............................................................................

ii

PENGESAHAN.........................................................................................

iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN.................................................


iv

MOTO........................................................................................................

v

PERSEMBAHAN......................................................................................

vi

KATA PENGANTAR...............................................................................

vii

ABSTRAK.................................................................................................

x

DAFTAR ISI..............................................................................................

xi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.........................................................

1

B. FokusPenelitian….................................................................

6

C. Tujuan Penelitian....................................................................

6

D. Manfaat Penelitian…...............................................................

6

E. Penegasan Istilah.....................................................................

7

F. Tinjauan Pustaka.....................................................................

9

G. Metodelogi Penelitian.............................................................

12

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian.......................................

12

2.

Kehadiran Peneliti ...........................................................

14

3. Lokasi Penelitian .............................................................

14

4. Sumber Data......................................................................

14

H. Prosedur Pengumpulan Data ............................................

15

I. Analisis Data ....................................................................

17

J. Sistematika Penulisan............................................................

17

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN, JUAL
BELI ONLINE DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN

xi

MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF
DI INDONESIA
A. Perjanjian Menurut Hukum Islam dan Hukum Positif di

BAB III

Indonesia ..............................................................................

19

B. Jual Beli Menurut Hukum Islam...........................................

22

C. Pengertian Jual Beli Online………………….......................

34

D. PerlindunganKonsumenmenurut UUPK.............................

38

PRAKTEK JUAL BELI PADA FORUM FACEBOOK
JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO
TIPU-TIPU)
A. Gambaran Umum tentang forum Facebook JUAL BELI
BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPUTIPU)…………………………..............................................

48

B. Prosedur dan Pelindungan Konsumen dalam
Transaksijualbeli di forum Facebook JUAL BELI
BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPUTIPU)………………………………………………………..
BAB IV

52

ANALISIS DATA
A. Analisis HukumIslamterhadapperlindungan konsumen di
forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA
SALATIGA (NO TIPU-TIPU)…………………………..….

61

B. Analisis Undang-Undangperlindungan konsumen di forum
Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA
SALATIGA (NO TIPU-TIPU)……………………………...
BAB V

72

PENUTUP
A. Kesimpulan ..........................................................................

78

B. Saran-Saran...........................................................................

80

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN-LAMPIRAN

xii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pada awal kemunculannya, jaringan internet hanya digunakan guna
media komunikasi dan informasi.Tetapi semakin berkembangnya teknologi,
manusia dapat menggunakannya sebagai berbagai keperluan, seperti; berkirim
pesan, mengobrol, berbagi informasi, dan juga melakukan bisnis via
internet.Tidak hanya ke satu atau dua wilayah saja namun ke seluruh dunia
tanpa harus mengeluarkan biaya yang relatif mahal.
Jual beli online dalam transaksinya lebih cepat, mudah, menghemat
biaya, lebih praktis, dan tanpa harus beranjak dari tempat konsumen berada.
Adapun yang menjadi dasar bahwa suatu jual beli itu harus dilakukan atas
dasar kehendak sendiri.
Jual beli online terdiri dari dari dua kata, jual beli dan online.Jual beli
sebenarnya terdiri dari dua suku kata yaitu jual dan beli. Sebenarnya kata jual
dan beli mempunyai arti yang satu sama lainnya bertolak belakang. Kata jual
menunjukkan bahwa adanya perbuatan menjual, sedangkan beli adalah adanya
perbuatan membeli.Dengan demikian perkataan jual dan beli menunjukkan
adanya dua perbuatan dalam satu peristiwa, yaitu satu pihak menjual dan
dipihak lain membeli, maka dalam transaksi tersebut terjadilah hukum jual
beli (Lubis, 1994:33).

1

Sedangkan online adalah suatu aktivitas perniagaan seperti layaknya
perniagaan pada umumnya, hanya saja para pihak yang bertransaksi tidak
bertemu secara fisik akan tetapi secara elektronik melalui media Internet
(Dewi, 2005:196). Sehingga jual beli online adalah suatu transaksi jual beli
yang menggunakan jaringan, atau terhubung dalam suatu jaringan, dengan
menggunakan perangkat. Sehingga penjual dan pembeli dapat bertransaksi
tanpa harus bertemu atau berpindah dari tempat dia berada, dan dapat bisa
saling berkomunikasi satu sama lainnya.
Praktek jual beli online pada zaman Rasulullah belum ada, karena
merupakan perkara kontemporer, sehingga pada masa tersebut belum ada
hukum yang mengatur tentang jual beli online. Namun Rasulullah
mengajarkan dan memberi petunjuk tentang tata cara mengenai etika
bermuamalah yang benar diantaranya: Pertama, bersikap jujur, kejujuran
merupakan syarat penting dalam berbisnis. Kedua, tidak melakukan sumpah
palsu.Nabi Muhammad SAW sangat intens melarang para pelaku bisnis
melakukan sumpah palsu dalam melakukan transaksi.Ketiga, komoditi bisnis
yang dijual adalah barang yang suci dan halal, bukan barang haram; seperti
babi, anjing, minuman keras, ekstasi, dan lain sebagainya.Keempat, takaran,
ukuran, dan timbangan yang benar.Dalam perdagangan, timbangan yang benar
dan tepat harus benar-benar diutamakan (Hidayat, 2010:51).
Dalam kehidupan sekarang ini manusia dapat berkomunikasi tanpa
harus bertatap muka, karena semakin majunya teknologi.Mereka dapat
bergaul, bersosialisasi, dan melakukan aktifitas ekonomi dalam skala lokal,

2

regional, maupun global hanya dengan menggunakan sebuah perangkat yang
terhubung dalam jaringan internet.
Mendengar istilah jual beli online tentu tidak dapat dipisahkan dari
kata internet.Jual beli online adalah aktifitas jual beli menggunakan jaringan
internet berupa situs-situs ataupun sosial media seperti Facebook, instagram,
twitter, dan lain-lain.Forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND
KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU) merupakan salah satu forum jual beli di
sosial media Facebook yang sering digunakan oleh pelaku usaha untuk
mengiklankan barang yang hendak diperjualbelikan. Forum jual beli yang
terkenal akan barang yang diiklankan dengan harga yang relatif murah baik
berupa barang baru maupun barang setengah pakai (second). Sehingga
menarik bagi sebagian besar pengguna sosial media tersebut untuk
memperoleh barang-barang tersebut.
Di forum Facebook setiap harinya banyak barang yang diiklankan.
Dalam iklan tersebut pelaku usaha akan mencantumkan spesifikasi, merk,
harga, nomor handphone yang bisa dihubungi serta cacat apabila terdapat
kerusakan. Cacat tersebut hanya berlaku untuk barang setengah pakai
(second).Harga untuk barang setengah pakai ini biasanya setengah harga dari
harga barunya.Berbeda dengan barang yang baru, yang di cantumkan dalam
iklan hanya harga, merk, dan garansi (jika dari pihak penjual memberikan
garansi).Mengenai harga barang baru tersebut lebih murah, hanya terpaut
sedikit dari harga normal di pasaran. Apabila pembeli tertarik dengan barang
yang di iklankan, pembeliakan menawar dengan cara menulis komentar di

3

bawah iklan, selain itu pembeli juga dapat menghubungi nomor yang
dicantumkan penjual guna informasi lebih lanjut. Setelah melakukan tawarmenawar dan sepakat dengan harganya, maka penjual dan pembeliakan
melakukan transaksi menggunakan rekening apabila kedua belah pihak tidak
dapat bertemu karena suatu alasan.
Dalam melakukan pembayaran pembeli akan mentransfer sejumlah
uang ke rekening penjual, setelah penjual menerima uang tersebut, maka
penjual akan mengirimkan barang ke alamat pembeli. Sehingga dalam
transaksi ini pembeli tidak mengetahui secara pasti kualitas dan kuantitas
barang yang dijual.Hal tersebut dapat menimbulkan kekecewaan serta
kerugian yang ditanggung oleh pihak pembeli.
Berbeda jika penjual dan pembeli dapat bertemu secara lansung atau
sering disebut COD (Cash On Delivery), mereka akan melakukan transaksi di
suatu tempat sesuai dengan perjanjian. Sehingga pembeli dapat melihat
langsung apakah barang yang dijual seperti yang diiklankan atau terdapat
cacat yang tidak disebutkan dalam iklan sehingga apabila pembeli merasa
dibohongi, transaksi tersebut dapat dibatalkan.
Dalam jual beli online banyak pembeli yang merasa dirugikan karena
barang yang dijual terdapat cacat yang tidak disebutkan, barang dengan merk
terkenal namun ternyata mesin atau komponennya adalah barang palsu, atau
barang yang dijual sudah rusak total sebelum dijual. Maka untuk
menanggulangi hal tersebut pihak pembeli berhak mendapatkan perlindungan

4

akan produk yang dijual belikan. Sehingga posisi pembeli tidak berada pada
posisi yang lemah.
Perlindungan konsumen diatur dalam Undang-undang No. 8 Tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK), sehingga dimaksudkan
menjadi landasan hukum bagi para pembeli dalam melakukan aktifitas jual
beli.Dalam Undang-undang penjual dapat disebut pelaku usaha dan pembeli
adalah konsumen.
Dalam agama Islam juga diajarkan, bahwa umat

Islam

tidak

melakukan jual beli yang tidak jelas (gharar) yang mengakibatkan salah satu
pihak merasa dirugikan. Dan jual beli gharar menimbulkan dampak negatif
bagi kehidupan sosial maupun ekonomi baik individu maupun masyarakat.
Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk mengkaji masalah tersebut
dengan cara melihat bagaimana praktek jual beli online di forum Facebook
JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU) dan
bagaimana perlindungan terhadap konsumen yang melakukan transaksi jual
beli di forum tersebut. Maka penulis merasa tertarik meneliti lebih lanjut
mengenai perlindungan konsumen dengan mengangkat judul “Perjanjian
Jual Beli Secara Online Pada Forum Facebook JUAL BELI BARANG
SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU)Ditinjau Dari Hukum
Islam Dan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen”.

5

B. Fokus Penelitian
1. Bagaimanakah prosedur dan pelaksanaan transaksi jual beli online diforum
Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO
TIPU-TIPU)?
2. Bagaimana perlindungan konsumen dalam perjanjian jual beli online pada
forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA
(NO TIPU-TIPU) ditinjau dari Hukum Islam dan Undang-Undang No. 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui prosedur dan pelaksanaan transaksi jual beli online di
forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA
(NO TIPU-TIPU).
2. Untuk mengetahui perlindungan konsumen dalam perjanjian jual beli
online bersama pada forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND
KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU) ditinjau dari Hukum Islam dan
Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

D. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
secara teoritis dan praktis.

6

1. Bagi Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan ide dan sumbangan
pemikiran yang bernilai ilmiah bagi pengembangan khasanah dan ilmu
pengetahuan dibidang muamalah khususnya dibidang perlindungan
konsumen dalam jual beli online.
2. Bagi Praktisi
Hasil penelitian ini dapat juga digunakan sebagai alternatif pemecahan
masalah yang timbul sehubungan dengan masalah perlindungan konsumen
jual beli online forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA
SALATIGA (NO TIPU-TIPU) baik secara Hukum Islam maupun hukum
positif di Indonesia.

E. Penegasan Istilah
Penulis sampaikan bahwa judul penelitian “Perlindungan Konsumen
Dalam Perjanjian Jual Beli Secara Online Pada forum Facebook JUAL BELI
BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU) Ditinjau Dari
Hukum Islam Dan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen”.Untuk menghindari terjadinya silang pengertian dalam memahami
judul yang telah kami sebutkan di atas, maka penulis menegaskan beberapa
istilah pokok yang terdapat dalam rumusan judul:
1. Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang

menjamin hukum

untuk memberi perlindungan kepada konsumen (UUPK).

7

2. Perjanjian adalah persetujuan (tertulis atau lisan) yang dibuat oleh dua
pihak atau lebih yang masing-masing berjanji akan menaati apa yang
tersebut dalam persetujuan itu (dikutip dari kamus besar bahasa
Indonesia).
3. Jual beli online terdiri dari dari dua kata, jual beli dan online. Jual beli
sendiri adalah berdagang, berniaga, menjual dan membeli barang barang
(dikutip dari kamus besar bahasa Indonesia). Sedangkan online adalah
suatu aktivitas perniagaan seperti layaknya perniagaan pada umunya,
hanya saja para pihak yang bertransaksi tidak bertemu secara fisik akan
tetapi secara elektronik melalui media Internet (Dewi, 2006:196).
4. Forum Facebook adalah sebuah sarana komunikasi bagi pengguna sosial
media Facebook untuk melakukan transaksi.
5. Hukum Islam adalah ketetapan-ketetapan Allah sebagaimana yang
tercantum dalam Al-Qur’an dan sunah Rasul, untuk dipatuhi oleh setiap
muslim dan haram. Barang siapa yang tidak berhukum dengan apa yang
diturunkan oleh Allah, mereka termasuk golongan orang-orang kafir,
kejam dan fasik (Mujieb, 1994:156).
6. Undang-undang adalah peraturan atau ketentuan-ketentuan yang dibuat
oleh badan legislatif (Presiden dan DPR) yang mempunyai kekuatan
hukum (Simongkir, 2002:172). Dalam hal ini undang-undang yang
dimaksud

adalah

Undang-undang

Perlindungan Konsumen.

8

No.

8

Tahun

1999

Tentang

F. Tinjauan Pustaka
Dalam melakukan penelitian skripsi ini, penulis bukanlah orang
pertama yang membahas tentang perlindungan konsumen dalam jual beli
online.Namun penelitian ini juga bukan duplikasi atau pengulangan dari
penelitian-penelitian

terdahulu.Adapun

beberapa

penelitian-penelitian

terdahulu yang dapat penulis pakai sebagai rujukan serta ada kaitannya dengan
pokok permasalahan yang akan penulis kemukakan di antaranya:
1. Skripsi berjudul “Perlindungan Hak-hak Konsumen Transaksi Jual Beli
Online Perspektif Hukum Islam Dan Hukum Positif Di Indonesia”. Oleh
Solikhin (2014). Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogjakarta.
Metodologi yang dipakai dalam penelitian ini merupakan library
Research(Penelitian Kepustakaan). Penelitian dengan mengutamakan
bahan perpustakaan sebagai sumber utamanya. Berdasarkan pembahasan
terhadap hasil penelitian dapat disimpulkan: Pertama, bahwa konsep
perlindungan hak-hak konsumen transaksi e-commerce dalam hukum
Islam berdasarkan asas keseimbangan, keadilan dan juga prinsip-prinsip
muamalah, yaitu hak tanpa paksaan, kehalalan produk, kejelasan informasi
dan harga serta menghindari kemudaratan. Perlindungan hak-hak
konsumen e-commerce dalam hukum Positif mempunyai tujuan yang sama
dengan

apa

yang

ditawarkan

dalam

Islam,

yaitu

menciptakan

keseimbangan diantara pelaku usaha dan konsumen serta untuk
memberikan perlindungan terhadap hak-hak konsumen. Kedua, perbedaan
dalam aturan hukum terletak pada pengertian konsumen dan pelaku usaha,

9

dalam Islam tidak dikenal dengan konsumen akhir dan perantara, Islam
juga tidak membedakan konsumen perorangan atau berbadan hukum
seperti halnya dalam undang-undang perlindungan konsumen (UUPK).
Informasi mengenai objek dalam Islam merupakan syarat, sedangkan
UUPK ketentuan dalam bab perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha.
Islam tidak membatasi waktu pertanggung jawaban yang

merugikan

konsumen, dalam UU ITE tidak menyatakan batasan itu, namun dalam
UUPK dibatasi pertanggung jawabannya dalam jangka waktu 4 tahun
setelah pembelian.
2. Skripsi berjudul “Aspek Hukum Transaksi Jual Beli Secara Online
Melalui Media Facebook”. Oleh Wahyu Elma Naf’an (2013). Universitas
Jember.Metodologi yang dipakai dalam penelitian ini merupakan Yuridis
Normatif (Legal Research). Penelitian dengan mengkaji berbagai aturan
hukum yang bersifat formil seperti undang-undang, peraturan-peraturan
serta literatur-literatur yang berisi konsep-konsep teoritis yang dikaitkan
dengan permasalahan yang menjadi pokok bahasan. Berdasarkan
pembahasan terhadap hasil penelitian dapat disimpulkan: Bagi para pihak
dalam transaksi jual beli melalui Facebook yang tidak melaksanakan
tanggung jawabnya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati
bersama, dapat digugat melalui jalur Litigasi yaitu secara perdata oleh
pihak yang dirugikan untuk memperoleh pembayaran ganti rugi atau
melalui jalur Non Litigasi yaitu dengan memanfaatkan sarana mediasi
terbesar dan terpercaya di Facebook yaitu KOS atau Komunitas Online

10

Shop. Pemerintah seyogyanya memberikan pengawasan yang lebih ketat
lagi bagi para pihak yang melakukan transaksi elektronik ini yaitu dengan
jalan melakukan / mewajibkan diadakannya suatu pendaftaran terhadap
segala kegiatan yang menyangkut kepentingan umum didalam lalu lintas
elektronik tersebut, termasuk pendaftaran atas usaha-usaha elektronik yang
berupa online sehingga proses transaksinya dapat berjalan lancer dan tidak
ada lagi para pihak yang merasa dirugikan dalam suatu transaksi jual beli
secara online melalui media Facebook.
3. Skripsi berjudul “Perjanjian Jual Beli Secara Online Melalui Rekening
Bersama Pada Forum Jual Beli Kaskus”. Oleh Muhammad Billah
Yuhadian (2013). Hasanuddin University. Metodologi yang dipakai dalam
penelitian ini merupakan metode field Research (Penelitian Lapangan) dan
metode Library Research (Metode kepustakaan). Penelitian dengan
menggunakan bahan perpustakaan dan juga hasil wawancara di lapangan.
Berdasarkan pembahasan terhadap hasil penelitian dapat disimpulkan:
Pertama,

perjanjian jual beli secara online melalui rekber pada FJB

Kaskus memenuhi syarat sahnya suatu perjanjian yaitu kesepakatan,
kecakapan, suatu hal tertentu, dan suatu sebab yang halal. Kedua,
perlindungan hukum bagi penjual dan pembeli yang menggunakan jasa
rekber telah diatur dalam Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen yaitu, (a) hak konsumen antara lain mendapatkan
barang yang sesuai nilai tukar dan kondisi serta jaminan, mendapatkan
informasi mengenai barang, dan mendapatkan ganti rugi; (b) kewajiban

11

konsumen antara lain mengikuti prosedur penggunaan barang, beritikad
baik dalm melakukan transaksi pembelian barang, dan membayar sesuai
kesepakatan; (c) hak pelaku usaha antara lain menerima pembayaran
sesuai kesepakatan, mendapatkan perlindungan hukum dari konsumen
yang beritikad buruk, dan hak untuk pembelaan diri sepatutnya; (d)
kewajiban pelaku usaha antara lain beritikad baik, memberikan informasi
yang benar, jelas dan jujur mengenai barang, dan memberikan ganti rugi
atas kerugian akibat penggunaan barang yang diperdagangkan.
Dari tinjuan pustaka yang diperoleh penulis, maka pembahasan
mengenai Perjanjian Jual Beli Secara Online Pada Forum Facebook JUAL
BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU) Ditinjau
Dari Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen sangat menarik untuk dikaji. Walaupun sudah ada
yang meneliti tentang perjanjian jual beli melalui media sosial, namun disini
peneliti akan memfokuskan penelitian lebih kepada prosedur pelaksanaan dan
perlindungan konsumen menurut hukum Islam dan Undang-Undang
Perlindungan Konsumen.

G. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan dan jenis penelitian
Pendekatan

yang

digunakan

dalam

penelitian

ini

adalah

Pendekatan Sosiologis Yuridis. Pendekatan Sosiologis Yuridis yaitu
strategi penelitian yang lebih banyak melihat fakta-fakta fenomena yang

12

terjadi dalam kehidupan masyarakat, kemudian diambil dan dihubungkan
dengan hukum-hukum positif nasional dengan tidak meninggalkan hukum
syari’ yang menjadi sumber keberadaan hukum perjanjian jual beli online
dalam salah satu forum di media sosial (forum Facebook).
Jenis penelitian yang digunakan adalah field research (penelitian
lapangan) yaitu penelitian yang dilakukan di dalam masyarakat itu sendiri
atau dalam instansi yang bersangkutan. Pengertian lain dari Penelitian
lapangan (field research), yaitu researchyang dilakukan dikancah atau di
medan terjadinya gejala-gejala (Hadi, 2000: 10). Yaitu bagaimana
prosedur pelaksaan perjanjian jual beli online di forum Facebook JUAL
BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU) Ditinjau
Dari Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen, selain itu penelitian ini termasuk penelitian
kualitatif karena dalam penelitian ini bertujuan untuk mengungkap fakta
secara menyeluruh melalui pengumpulan data di lapangan dan
memanfaatkan diri peneliti sebagai instrument kunci.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara
holistic, dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada
suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai
metode ilmiah (Moleong, 2009:6). Selain itu laporan penelitian kualitatif

13

harus memiliki fokus yang jelas. Fokus dapat berupa masalah, objek
evaluasi, atau pilihan kebijakan (STAIN, 2008:26).
2. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini, penulis bertindak sebagai pengumpul data di
lapangan dengan menggunakan alat peneliti aktif dalam menggunakan
data-data di lapangan. Selain itu alat yang dijadikan untuk pengumpulan
data bisa berupa dokumen-dokumen yang menunjang keabsahan hasil
penelitian nanti serta alat-alat bantu lain yang dapat mendukung
terlaksananya penelitian, seperti kamera dan alat perekam.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat di mana penelitian tersebut akan
dilakukan, adapun objek penelitian di forum Facebook JUAL BELI
BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU)., atau lebih
tepatnya pada forum di media sosial Facebook yang diberi nama forum
Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO
TIPU-TIPU).
4. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang di peroleh dari sumber data
(Suwarno, 2006:209). Sedangkan secara operasional yang dimaksud
data primer dari penelitian ini adalah data yang diperoleh dari:

14

1) Informan
Informan adalah orang yang dapat memberikan informasi
tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Dalam penelitian ini
yang menjadi Informan dalam penelitian ini adalah pelaku usaha,
konsumen, dan seluruh masyarakat Kota Salatiga yang menjadi
anggota forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND
KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU).
2) Dokumen
Dalam hal dokumen, penelitian ini akan menggunakan
data-data yang berhubungan dengan perlindungan konsumen,
berupa hasil wawancara.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data penelitian yang berasal dari sumber
kedua yang dapat diperoleh melalui buku-buku, skripsi, dan artikel
dari website atau diperoleh dari catatan pihak lain yang berkaitan
dengan penelitian ini. Sedangkan yang dimaksud data sekunder
biasanya berwujud data dokumentasi atau data laporan yang tersedia.

H. Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah proses untuk menghimpun data yang
diperhatikan, relevan serta memberikan gambaran dari aspek yang akan
diteliti, baik penelitian kepustakaan maupun lapangan.Teknik pengumpulan
data yang penulis gunakan adalah sebagai berikut:

15

a. Observasi
Observasi

adalah

pengumpulan

data

dengan

jalan

pengamatan dan pencatatan secara langsung dan sistematis
terhadap fenomena yang diselidiki (Hadi, 1994:139).Dalam
observasi nanti, data yang penulis peroleh secara langsung dari
kegiatan jual beli serta perlindungan konsumen yang terjadi di
forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA
SALATIGA (NO TIPU-TIPU).
b. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data
yang dilakukan dengan berhadapan secara langsung dengan orang
yang diwawancarai atau dapat juga diberikan daftar pertanyaan
dahulu untuk menjawab pada kesempatan lain. Wawancara
merupakan alat Rechecking atau pembuktian terhadap informasi
atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Metode ini penulis
gunakan dengan cara mengadakan wawancara dengan penjual dan
pembeli diforum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND
KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU).
c. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah sejumlah fakta dan data
tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi. Sebagian
besar data yang tersedia yaitu berbentuk surat, catatan harian,
cendera mata, laporan, artefak, dan foto. Sifat utama data ini tak

16

terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada
penulis untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu
silam.

I. Analisis Data
Karena banyaknya jenis data yang diperoleh maka Peneliti perlu
mengelompokan data-data yang diperoleh. Mulai dari catatan lapangan, fotofoto, hasil wawancara, hasil pengamatan, hasil diskusi serta telaah pustaka.
Setelah semua data terkumpul maka Peneliti akan menganalisis semua
data dengan menggunakan metode deskripsi kualitatif, yaitu teknik
menggambarkan seluruh aspek Penelitian yang ada, sehingga bisa
mendapatkan gambaran antara yang seharusnya terjadi.
Dengan cara tersebut, Peneliti dapat mengetahui kenapa, alasan apa
dan bagaimana terjadinya peristiwa tersebut. Maka peneliti tidak akan
memandang bahwa sesuatu itu memang sudah sedemikian keadaannya
(Meloeng,2009:9).

J. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN meliputi: Latar belakang masalah, Fokus penelitian,
Tujuan penelitian, Kegunaan penelitian, Penegasan Istilah, Tinjauan Pustaka,
Metode penelitian, dan Sistematika Penulisan.
BAB II KAJIAN TEORI meliputi: Tinjauan umum tentang jual beli online
menurut hukum Islam dan hukum Positif, Perlindungan Konsumen,

17

Pengertian Konsumen dalam Prespektif hukum Islam dan Undang-undang No.
8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
BAB III HASIL PENELITIAN meliputi: Gambaran umum tentang forum
Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPUTIPU), praktek jual beli online di forum Facebook JUAL BELI BARANG
SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU).
BAB IVANALISIS meliputi: analisis tentangPerjanjian Jual Beli Secara
Online Pada forum Facebook JUAL BELI BARANG SECOND KOTA
SALATIGA

(NO

TIPU-TIPU)Ditinjau

Dari

Hukum

Islam,

analisis

tentangPerjanjian Jual Beli Secara Online Pada forum Facebook JUAL BELI
BARANG SECOND KOTA SALATIGA (NO TIPU-TIPU)Ditinjau Dari
Undang-undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
BAB V PENUTUP meliputi: Kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

18

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN,JUAL BELIONLINE
DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN MENURUT HUKUM ISLAM
DAN HUKUM POSITIF DI INDONESIA

A. Perjanjian Menurut Hukum Islam dan Hukum Positif di Indonesia
Secara etimologis perjanjian (yang dalam bahasa Arab diistilahkan
dengan Mu’ahadah Ittifa’, Akad) atau kontrak dapat diartikan sebagai:
“Perjanjian atau peersetujuan adalah suatu perbuatan di mana seseorang atau
lebih mengikatkan dirinya terhadap seseorang lain atau lebih” (Puspa,
1997:248).
Sedangkan Poerwadarminta dalam bukunya Kamus Umum Bahasa
Indonesia memberikan definisi/pengertian perjanjian tersebut sebagai berikut:
“persetujuan (tertulis atau dengan lisan) yang dibuat oleh dua pihak atau lebih
yang mana berjanji akan menaati apa yang tersebut di persetujuan itu.” (WJS.
Poerwadarminta, 2006:402).
Menurut kitab Undang-Undang Hukum Perdata pasal 1313 perjanjian
adalah, suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan
dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa, perjanjian merupakan
suatu perbuatan yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih untuk mendapatkan
suatu kesepakatan/persetujuan baik secara lisan maupun tertulis.

19

Secara hukum Islam yang menjadi syarat sahnya suatu perjanjian
adalah (Sabiq,1987 : 178-179) :
1. Tidak menyalahi hukum syari’at yang disepakati adanya
Maksudnya bahwa perjanjian yang diadakan oleh para pihak itu
bukanlah perbuatan yang bertentangan dengan hukum atau perbuatan
yang melawan hukum syari’ah, sebab perjanjian yang bertentangan
dengan ketentuan hukum syari’ah adalah tidak sah, dan dengan
sendirinya tidak ada kewajiban bagi masing-masing pihak untuk
menepati atau melaksanakan perjanjian tersebut, atau dengan sendirinya
perjanjian yang diadakan tersebut batal demi hukum.
2. Harus sama ridha dan ada pilihan
Maksudnya perjanjian yang diadakan oleh para pihak haruslah
didasarkan kepada kesepakatan kedua belah pihak, yaitu masing-masing
pihak ridha/rela akan isi perjanjian tersebut, atau dengan perkataan lain
harus merupakan kehendak bebas masing-masing pihak. Serta tidak
boleh ada paksaan dari pihak yang satu kepada pihak yang lain, dengan
sendirinya perjanjian yang diadakan tidak mempunyai kekuatan hukum
apabila tidak didasarkan kepada kehendak bebas pihak-pihak yang
mengadakan perjanjian.
3. Harus jelas dan gamblang
Maksudnya apa yang diperjanjikan oleh para pihak harus terang tentang
apa yang menjadi isi perjanjian, sehingga tidak mengakibatkan terjadinya
kesalah pahaman diantara para pihak tentang apa yang telah mereka

20

perjanjikan dikemudian hari. Dan pada saat pelaksanaan/penerapan
perjanjian masing-masing pihak yang mengadakan perjanjian atau yang
mengikatkan diri dalam perjanjian haruslah mempunyai interpretasi yang
sama tentang apa yang telah mereka perjanjiakan, baik terhadap isi
maupun akibat yang ditimbulkan oleh perjanjian itu.
Sedangkan menurut KUHP pasal 1320 untuk sahnya suatu perjanjian
diperlukan empat syarat :
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya. Maksudnya ialah sepakatnya
para pihak yang mengikatkan diri, artinya kedua belah pihak dalam suatu
perjanjian harus mempunyai kemauan yang bebas untuk mengikatkan diri,
dan kemauan itu harus dinyatakan dengan tegas atau secara diam. Dengan
demikian, suatu perjanjian itu tidak sah apabila dibuat atau didasarkan
kepad paksaan, penipuan atau kekhilafan.
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan maksudnya adalah adanya
kecakapan untuk membuat suatu perjanjian. Menurut hukum, kecakapan
termasuk kewenangan untuk melakukan tindakan hukum pada umumnya,
dan menurut hukum setiap orang adalah cakap untuk membuat perjanjian
kecuali orang-orang yang menurut undang-undang dinyatakan tidak
cakap. Adapun orang-orang yang tidak cakap untuk membuat perjanjian
adalah orang-orang yang belum dewasa, orang dibawah pengampuan.
3. Suatu hal tertentu yaitu, harus suat hal atau suatu barang yang cukup jelas
atau tertentu yakni paling sedikit ditentukan jenisnya dalam suatu

21

perjajian dan hanya barang-barang yang dapat diperdagangkan saja yang
dapat menjai pokok suatu perjanjian.
4. Suatu sebab yang halal yaitu, perjanjian tidak boleh bertentangn dengan
undang-undang, ketentuan umum, moral dan kesusilaan.

B.

Jual beli menurut Hukum Islam
Islam bukanlah agama yang ribet dan kaku.Ajarannya selalu
berkembang dinamis mengikuti perkembangan zaman, ilmu dan tekhnologi,
tidak terbelenggu oleh ruang dan waktu. Allah dan Rasul-Nya telah
menetapkan pertukaran barang dengan persetujuan antara kedua belah pihak
dalam suatu transaksi jual beli sebagai sesuatu yang halal atau dibolehkan,
dan melarang mengambil benda orang lain tanpa persetujuan dan izin dari
mereka.
Jual beli menunjukkan adanya dua perbuatan dalam satu peristiwa,
yaitu satu pihak menjual dan dipihak yang lain membeli, maka dalam hal ini
terjadilah peristiwa hukum jual beli. Adapun dasar hukum dari Al-Qur’an
antara lain:
1. Surah Al-Baqarah ayat 275




 



22

Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat
berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan
syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. keadaan mereka yang
demikian itu, adalah disebabkan mereka Berkata (berpendapat),
Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah Telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang
yang Telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus
berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang Telah
diambilnya
urusannya

dahulu[176]
(terserah)

(sebelum

kepada

datang

Allah.

orang

larangan);
yang

dan

kembali

(mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni
neraka; mereka kekal di dalamnya.
2. Surah An Nisa ayat 29




 


Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan
jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara
kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya
Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.

23

Menurut pengertian Syari’at, yang dimaksud dengan jual beli adalah
pertukaran harta atas dasar saling rela, atau memindahkan milik dengan ganti
yang dapat dibenarkan (yaitu berupa alat tukar yang sah) (Lubis, 1994:33).
Menurut H. Sulaiman Rasjid (1994:278)jual beli adalah menukar suatu barang
dengan barang yang lain dengan cara yang tertentu (akad).
Dari uraian diatas terlihat bahwa dalam perjanjian jual beli itu terlibat
dua pihak yang saling menukar atau melakukan pertukaran.Oleh karena
perjanjian jual beli ini merupakan perbuatan hukum yang mempunyai
konsekuensi terjadinya peralihan hak atas sesuatu barang dari pihak penjual
kepada pihak pembeli, maka dengan sendirinya dalam perbuatan hukum ini
haruslah dipenuhi rukun dan syarat sahnya jual beli.
Suatu transaksi jual beli dapat dikatakan sah apabila telah memenuhi
rukun dan syarat yang telah ditentukan oleh hukum Islam.Lubis (1994:34)
menyebutkan yang menjadi rukun dalam perbuatan hukum jual beli terdiri
dari:
1. Adanya pihak penjual dan pihak pembeli
2. Adanya uang dan benda, dan
3. Adanya lafaz.
Dalam suatu perbuatan jual beli, ketiga rukun ini hendaklah dipenuhi,
sebab andai kata salah satu rukun tidak terpenuhi, maka perbuatan tersebut
tidak dapat dikategorikan sebagai perbuatan jual beli (Lubis, 1994:34).
Sedangkan Syarat jual beli menurut Muslich (2010:186) ada empat
syarat yang harus dipenuhi dalam akad jual beli, yaitu

24

1. Syarat in’iqad ( terjadinya akad);
2. Syarat sahnya akad jual beli;
3. Syarat kelangsungan jual beli (syarat nafadz)
4. Syarat mengikat (syarat luzum)
Berbeda dengan pandangan H Chairuman PasaribuSuhrawardi K Lubis
(1994:34) menyatakan agar suatu jual beli yang dilakukan oleh pihak penjual
dan pihak pembeli sah, haruslah dipenuhi syarat-syaratnya yaitu:
1. Tentang subyeknya.
Bahwa kedua belah pihak yang melakukan perjanjian jual
beli tersebut haruslah;
a.

Berakal, agar dia tidak terkicuh, orang yang gila atau bodoh
tidak sah jual belinya.
Adapun yang dimaksud dengan berakal, yaitu dapat
membedakan atau memilih mana yang terbaik bagi dirinya,
dan apabila salah satu pihak tidak berakal maka jual beli yang
diadakan tidak sah.

b.

Dengan kehendaknya sendiri (bukan dipaksa).
Sedangkan yang dimaksud dengan kehendak sendiri,
bahwa dalam melakukan perbuatan jual beli tersebut salah
satu pihak tidak melakukan suatu tekanan atau paksaan
kepada pihak lainnya, sehingga pihak yang lain tersebut
melakukan perbuatan jual beli bukan lagi disebabkan
kemauannya sendiri, tapi disebabkan adanya unsur paksaan,

25

jual beli yang dilakukan bukan atas dasar “kehendaknya
sendiri” adalah tidak sah.
c.

Keduanya tidak mubazir
Keadaan tidak mubazir, maksudnya para pihak yang
mengikatkan diri dalam perjanjian jual beli tersebut bukanlah
manusia yang boros (mubazir), sebab orang yang boros
didalam hukum dikategorikan sebagai orang yang tidak cakap
bertindak, maksudnya dia tidak dapat melakukan sendiri
sesuatu perbuatan hukum walaupun kepentingan hukum itu
menyangkut kepentingan sendiri.

d.

Baligh.
Persyaratan selanjutnya tentang subyek/orang yang
melakukan perbuatan hukum jual beli ini adalah “baligh” atau
dewasa. Dewasa dalam hukum Islam adalah apabila telah
berumur 15 tahun, atau telah bermimpi (bagi anak laki-laki)
dan haid(bagi anak perempuan), dengan demikian jual beli
yang diadakan anak kecil adalah tidak sah.
Namun demikian bagi anak-anak yang sudah dapat
membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, akan
tetapi dia belum dewasa (belum mencapai umur 15 tahun dan
belum bermimpi atau haid), menurut pendapat sebagian
ulama bahwa anak tersebut diperbolehkan untuk melakukan

26

perbuatan jual beli, khususnya untuk barang-barang kecil dan
tidak bernilai tinggi.
2. Tentang obyeknya.
Yang dimaksud dengan obyek jual beli disini adalah benda
yang menjadi sebab terjadinya perjanjian jual beli.Benda yang
dijadikan sebagai obyek jual beli ini haruslah memenuhi syaratsyarat sebagai berikut:
a. Bersih barangnya
Adapun yang dimaksud dengan bersih barangnya,
bahwa barang yang diperjualbelikan bukanlah benda yang
dikualifikasikan sebagai benda najis, atau digolongkan sebagai
benda yang diharamkan.
Namun demikian perlu diingatkan bahwa barang ini
(barang yang mengandung najis, arak dan bangkai) boleh
diperjualbelikan sebatas kegunaan barang tersebut bukan
untuk dikonsumsi atau dijadikan sebagai bahan makanan.
Dari ketentuan diatas dapatlah disimpulkan bahwa atas
barang-barang yang merupakan najis, arak dan bangkai dapat
dijadikan sebagai objek jual beli, asalkan pemanfaatan barangbarang tersebut bukan untuk keperluan bahan makanan atau
dikonsumsi.

27

b. Dapat dimanfaatkan
Pengertian barang yang dapat dimanfaatkan tentunya
sangat relatif, sebab pada hakikatnya seluruh barang yang
dijadikan sebagai obyek jual beli adalah merupakan barang
yang dapat dimanfaatkan, seperti untuk dikonsumsi (seperti
beras, buah-buahan, ikan, sayur mayur dan lain-lain),
dinikmati keindahannya (seperti hiasan rumah, bunga-bungaan
dan lain-lain), dinikmati suaranya (seperti radio, televisi dan
lain-lain) serta dipergunakan untuk keperluan yang bermanfaat
seperti membeli seekor anjing untuk berburu.
Dengan demikian timbul pertanyaan, apakah yang
dijadikan

standar/ukuran

sesuatu

barang

itu

dapat

dikualifikasikan sebagi benda yang bermanfaat atau benda
tidak bermanfaat.
c.

Milik orang yang melakukan akad
Maksudnya, bahwa orang yang melakukukan perjanjian
jual beli atas sesuatu barang adalah pemilik sah barang
tersebut dan/atau telah mendapat izin dari pemilik sah barang
tersebut.
Dengan demikian jual beli barang yang dilakukan oleh
orang yang bukan pemilik atau berhak berdasarkan kuasa si
pemilik, dipandang sebagai perjanjian jual beli yang
batal.Misalnya seorang suami menjual barang milik istrinya
28

tanpa terlebih dahulu mendapatkan izin atau kuasa dari
istrinya, maka perbuatan itu tidak memenuhi syarat sahnya
jual beli yang dilakukan oleh suami atas barang milik istrinya
itu adalah batal.
d. Mampu menyerahkannya
Adapun yang dimaksud dengan mampu menyerahkan,
bahwa pihak penjual (baik sebagai pemilik maupun sebagi
kuasa) dapat menyerahkan barang yang dijadikan sebagai
obyek jual beli sesuai dengan bentuk dan jumlah yang
diperjanjikan pada waktu penyerahan barang kepada pihak
pembeli.
Tidak sah menjual suatu barang yang tidak dapat
diserahkan kepada pembeli, misalnya ikan dalam laut, barang
rampasan yang masih berada ditangan yang merampasnya,
barang yang sedang dijaminkan, sebab semua itu mengandung
tipu daya.
Dari uraian diatas dapat dikemukan bahwa wujud
barang yang dijual itu harus nyata dan dapat diketahui
jumlahnya (baik ukuran maupun besarnya).
e.

Mengetahui
Apabila dalam suatu jual beli keadaan barang dan
jumlah harganya tidak diketahui, maka perjanjian jual beli itu
tidak sah.Sebab bisa jadi perjanjian tersebut mengandung

29

unsur penipuan.Mengetahui disini dapat diartikan secara lebih
luas, yaitu melihat sendiri keadaan barang baik hitungan,
takaran, timbangan atau kualitasnya.Sedangkan menyangkut
pembayaran kedua belah pihak harus mengetahui tentang
jumlah pembayaran maupun jangka waktu pembayaran.
f.

Barang yang diakadkan ada ditangan (dikuasai)
Menyangkut perjanjian jual beli atas sesuatu barang
yang belum ditangan (tidak berada dalam penguasaan penjual)
adalah dilarang sebab bisa jadi barang s