PRAKTIK JUAL BELI PAKAIAN IMPOR BEKAS (Studi Kasus di KotaSalatiga) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh GelarSarjanadalamHukum Islam

  PRAKTIK JUAL BELI PAKAIAN IMPOR BEKAS (Studi Kasus di KotaSalatiga) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh GelarSarjanadalamHukum Islam

  Oleh: Dita Septika Wati NIM: 21412030

  JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2016

  

PRAKTIK JUAL BELI PAKAIAN IMPOR BEKAS

StudiKasus di Kota Salatiga

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh:

Dita Septika Wati

  

NIM: 21412030

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI ’AH

  

FAKULTAS SYARI’AH

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2016

  

MOTO

Kesuksesan hanya dapat diraih dengan segala upaya dan usaha

yang disertai dengan doa, karena sesungguhnya nasib seorang

manusia tidak akan berubah dengan sendirinya tanpa berusaha.

  

Jangan meremehkan seseorang yang memiliki masa lalu buruk,

bisa jadi dia mendapatkan masa depan yang paling cerah.

  

(Umar bin Khattab)

  

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

  1. Ayahku Amin Syaifudin dan Ibu Titik Sumaryani, yang selalu memberikan semangat tiada henti dan selalu menemani dalam

kondisi apapun. Terimakasih untuk semua yang kalian berikan.

  2. Adik tercinta Okky Taufiq dan Dian Alida Paramita, yang selalu

mendukung Kakakmu ini untuk menggapai mimpi- mimpinya.

  3. Keluarga besar yang tidak hentinya memberikan dukungan dan doa kepadaku.

  4. Temanku Hafsari Ayu Wardani yang selalu setia menemaniku dalam menyusun skripsi ini.

  5. Sahabatku Tri Setyorini, Istiqomah, Umi Wahyu Anisa, Siti Solikha, Iva Ekowati, Masadah, Dwi Astuti yang selalu menyemangatiku tiada henti.

  6. Teman- teman Terbaiku HES 2012 terimakasih untuk 4 tahun ini, kalian memberikan warna dalam hidupku.

  7. Untuk semua orang disekitarku yang tidak bisa kusebutkan satu persatu, terimakasih atas doa kalian.

KATA PENGANTAR

  Rasa syukur yang dalam penulis sampaikan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat- Nya Skripsi ini dapat penulis selesaikansesuai dengan yang diharapakan. Penulis juga beryukur atas rizki dan kesehatan yang telah diberikan oleh- Nya sehingga penulis dapat menyusun Skripsi ini.

  Sholawat dan salam semoga tercurahkan untuk Nabi, Kekasih, Spirit Perubahan, Rasulullah Muhammad SAW bserta segenap keluarga dan para sahabat- sahabatnya.

  Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Strata Satu Fakultas Syariah Jurusan Hukum Ekonomi Syariah, dengan judulPRAKTIK JUAL BELI PAKAIAN IMPOR BEKAS (Studi Kasus di Kota

  

Salatiga). Penulis mengakui bahwa dalam menyusun Skripsi ini tidak dapat

  diselesaikan tanpa adanya bantuan dari beberapa pihak. Karena itulah penulis mengucapkan penghargaan yang setinggi- tingginya, ungkapan terima kasih kadang tak bisa mewakili kata- kata, namun perlu kiranya penulis mengucapkan terima kasih kepada:

  1. BapakDr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag, se laku Dekan Fakultas Syari‟ah

  IAIN Salatiga.

3. Ibu Evi Ariyani, SH., MH, selaku Ketua Jurusan Hukum Ekonomi Syari‟ah IAIN Salatiga.

  4. Bapak Dr. Nafis Irkhami, M.Ag., selaku dosen Pembimbing untuk selal melakukan yang terbaik.

5. Ibu Lutfiana Zahriani, M.H, selaku Kepala Lab. Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga.

  6. Ibu Heni Satar Nurhaida, SH., M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang selalu memberikan saran, pengarahan, dan masukan sehingga skripsi dapat selesai dengan maksimal sesuai yang diharapkan.

  7. Ibu Ben Ismi Dadarsih, S.H.,M.H., selaku Kepada Ketua Bidang Perdagangan Disperindagkop dan UMKM Kota Salatiga.

  8. Kepada Pedagang pakaian impor bekas di kota Salatiga yang sudah memberikan informasi.

  9. Teman- teman Jurusan Hukum Ekonomi Syariah angkatan 2012

  IAIN Salatiga, yang selalu mendukung penulis dalam menuntut ilmu.

  Semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dengan balasan yang lebih dari yang mereka berikan dan senantiasa mendapatkan

  maghfiroh, dilingkupi rahmat dan cita- Nya. Amin.

  Akhirnya, peneliti berharap semoga Skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

  Salatiga, September 2016 Penulis

  

ABSTRAK

  Wati, Dita Septika. 2016. Praktik Jual Beli Pakaian Impor Bekas (Studi Kasus di Kota Salatiga).

  Skripsi. Fakultas Syari‟ah. Jurusan Hukum Ekonomi Syari‟ah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Heni Satar Nurhaida, S.H., M.SI.

  Kata Kunci: Jual Beli, Impor, Pakaian Bekas.

  Kegiatan jual beli merupakan aktivitas yang menjadi sarana untuk memenuhi kebutuhan manusia, baik itu kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Jual beli tidak hanya dilakukan antar daerah, tetapi dengan semakin berkembangnya zaman jual beli juga dilakukan antar negara, contohnya seperti Indonesia dan negara- negara lain di sekitarnya, dimana kegiatan ini dinamakan impor dan ekspor. Jual beli pakaian impor bekas yang sekarang banyak dijumpai di Kota Salatiga membuat peneliti tertarik untuk meneliti faktor apa yang menjadi penyebab maraknya penjualan pakaian impor bekas di Kota Salatiga, Bagaimana Tinjauan Hukum Islam terhadap praktik jual beli pakaian impor bekas, serta Bagaimana peran pemerintah Kota Salatiga dalam menangani masalah jual beli pakaian impor bekas. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor penyebab maraknya penjualan pakaian impor bekas di Kota Salatiga, untuk mengetahui tinjauan hukum Islam terhadap praktik jual beli pakaian impor bekas, untuk mengetahui sejauh mana peran Pemerintah Kota Salatiga dalam menangani masalah jual beli pakaian impor bekas

  Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian kualitatif yang bersifat membangun, mengembangkan, dan menemukan teori- teori sosial. Peneliti juga menggunakan pendekatan normatif sosiologis, dengan cara meneliti bahan- bahan perpustakaan yang merupakan data sekunder, sedangkan penelitian hukum sosiologis/ empiris dilakukan dengan meneliti data primer yang diperoleh secara langsung di lapangan.

  Dalam praktik jual beli pakaian impor bekas yang ada di Kota Salatiga peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa jika dilihat dari jual beli yang dilakukan pembeli dan penjual tidak ada masalah, karena kedua belah pihak sama- sama

  

ridho. Yang menjadi masalah adalah antara penjual pakaian impor bekas dan

  Pemerintah Indonesia, hal ini dikarenakan penjual memasukan pakaian impor bekas dengan cara ilegal. Itu sama saja dengan tidak mematuhi aturan yang sudah dibuat pemerintah Indonesia, dan kemampuan serah terima antara pemerintah Indonesia dengan penjual pakaian impor bekas tidak terpenuhi. Oleh karena iu bisa disimpukan jika Praktik Jual Beli Pakaian Impor Bekas yang ada di Kota Salatiga merupakan jual beli yang sifatnya gharar dan itu artinya jual beli pakaian impor bekas hukumnya haram.

  DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Daftar Penjual Pakaian Impor Bekas di Kota Salatiga .............. 50

DAFTAR LAMPIRAN 1.

  Permendag No. 51/ M-DAG/ PER/7/ 2015/ Tentang Larangan Impor Pakaian Bekas 2. Wawancara Dengan Penjual Pakaian Impor Bekas 3. Wawancara Dengan Pembeli Pakaian Impor Bekas 4. Foto Lapak Penjual Pakaian Impor Bekas 5. Surat Nota Pembimbing 6. Surat Izin Penelitian di DISPERINDAGKOP dan UMKM

  Salatiga 7. Surat Izin Penelitian Penjual Pakaian Impor Bekas di Kota

  Salatiga 8. Daftar Nilai SKK 9.

  Lembar Konsultasi Skripsi 10.

  Daftar Riwayat Hidup

  DAFTAR ISI SAMPUL .................................................................................................... i

HALAMAN BERLOGO .......................................................................... ii

HALAMAN JUDUL ................................................................................. iii

NOTA PEMBIMBING ........................................................................... iv

PENGESAHAN ......................................................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN .................................................................. vi

SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI ........................................................ vii

MOTO ....................................................................................................... viii

PERSEMBAHAN ..................................................................................... ix

KATA PENGANTAR .............................................................................. x

ABSTRAK ................................................................................................ xii

DAFTAR TABEL .................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xiv

DAFTAR ISI .............................................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................

  1

  A.

  Latar Belakang Masalah .................................................................. 1 Rumusan Masalah ........................................................................... 3 C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 4 D.

  Kegunaan Penelitian........................................................................ 4 E. Penegasan Istilah ............................................................................. 5 F. Tinjauan Pustaka ............................................................................. 6 G.

  Metode Penelitian............................................................................ 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA ....................................................................

  16 A.

  Definisi Jual Beli ............................................................................. 16 B. Rukun dan Syarat Sah Jual Beli ...................................................... 21 C. Macam- Macam Jual Beli Menurut Islam ....................................... 26 D.

  Impor Pakaian Bekas dalam PERMENDAG No. 51/ M-DAG/ PER/ 7/ 2015 Tentang Larangan Impor Pakaian Bekas ............................... 35

  BAB III PRAKTIK JUAL BELI PAKAIAN IMPOR BEKAS dan PENANGANANYA oleh PEMERINTAH KOTA SALATIGA

  47 A.

  Gambaran Umum Jual Beli dan Mekanisme Masuknya Pakaian Impor Bekas di Kota Salatiga .................................................................... 48 1.

  Sejarah Jual Beli Pakaian Impor Bekas di Kota Salatiga . 48 2. Lapak Penjual Pakaian Impor Bekas di Kota Salatiga...... 50 3. Mekanisme Masuknya Pakaian Impor Bekas di Kota Salatiga 57 4. Jenis- Jenis Pakaian yang Sering Diminati Oleh Pembeli 59

  B.

  Peran Pemerintah Dalam Menangani Jual Beli Pakaian Impor Bekas di BAB IV ANALISIS ..................................................................................

  67 A.

  Faktor- Faktor yang Menyebab Maraknya Penjualan Pakaian Impor Bekas di Kota Salatiga ............................................................................... 67 B.

  Tinjauan Hukum Islam Mengenai Jual Beli Pakaian Impor Bekas di Kota Salatiga ............................................................................................ 70 C. Peran Pemerintah Kota Salatiga dalam Menangani Masalah Jual Beli

  Pakaian Impor Bekas....................................................................... 75 BAB V PENUTUP .....................................................................................

  79 A.

  KESIMPULAN ............................................................................... 79 B. SARAN ........................................................................................... 80 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................

  81 LAMPIRAN- LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

BAB I A. Latar Belakang Masalah Kegiatan jual beli merupakan aktivitas yang menjadi sarana untuk

  memenuhi kebutuhan manusia, baik itu kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Karena ketiga hal tersebut merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi setiap individu. Demikian untuk objek jual beli harus dalam kondisi dan kualitas yang baik, agar konsumen tidak kecewa atau merasa dirugikan. Jual beli tidak hanya dilakukan antar daerah, tetapi dengan semakin berkembangnya zaman jual beli juga dilakukan antar Negara, contohnya seperti Indonesia danNegara- Negara lain di sekitarnya, dimana kegiatan ini dinamakan impor dan ekspor. Kegiatan impor dan ekspor biasanya diawasi langsung oleh Pemerintah, agar barang yang dijadikan komoditi bukan merupakan barang- barang yang dilarang untuk diperjual belikan menurut Undang- undang. Proses impor umumnya adalah tindakan memasukan barang atau komoditas dari Negara lain kedalam negeri. Impor barang secara besar biasanya membutuhkan campur tangan dari bea cukai diNegara pengirim atau penerima.

  Yang menjadi polemik masalah impor barang di Indonesia saat iniadalah impor pakaian bekas yang menjamur hampir disetiap daerah di Indonesia. Salah satunya di Salatiga yang merupakan kota kecil namun banyak dijumpai lapak- lapak yang menjual pakaian impor bekas dengan harga yang sangat murah. Hal ini tentunya menarik pembeli terutama membeli pakaian impor bekas tidak menjadi masalah karena harganya yang murah dan masih layak untuk dipakai, bahkan mereka ingin mencari pakaian dengan merk tertentu. Padahal dampak membeli pakaian impor bekas bagi kesehatan cukup berbahaya, karena pakaian impor bekas mengandung bakteri yang tidak akan hilang meskipun sudah dicuci berkali- kali. Jika persoalan ini tidak ditangani secara tegas maka akan menimbulkan lebih banyak masalah.

  Dari segi industri, pakaian impor bekas sangat mengganggu pasar domestik yang merupakan pangsa pasar bagi industri garment kecil dan konveksi. Hal ini nantinya akan mengakibatkan turunya produktifitas usaha

  

garment dan konveksi yang berdampak di bidang sosial yakni akan

  menimbulkan penggangguran tenaga kerja. Dan di bidang ekonomi, selain terjadi penurunan pada penerimaan devisa dari ekspor termasuk pajak dan restribusi, juga mempengaruhi penerimaan pada penjualan/ pendapatan industri garment dan konveksi tersebut.

  Sudah tertulis jelas dalam Undang- undangNo.7 tahun 2014 Tentang Perdagangan pasal 47 (1) bahwa: setiap importir wajib mengimpor barang dalam keadaan baru. Namun kenyataan yang ada saat ini mengapa masih banyak dijumpai para penjual pakaian impor bekas, padahal untuk sanksinya sudah ada dalam Undang- undang yang sama yakni setiap penjual barang impor bekas akan dipidana selama 5 tahun atau denda administrasi sebesar 5.000.000.000. Tidak hanya hukum positif saja yang menjelaskan bekas yang dilihat dari dzatnya dibolehkan namun jika cara masuknya saja sudah melanggar peraturan atau dengan cara yang bathil itu sama saja di anggap haram, hal ini sesuai dengan Firman Allah dalam Surat An- Nisaa: 29 sebagai berikut,

    

  “Hai orang- orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”.

  Dengan maraknya jual beli pakaian impor bekas yang ditemui khususnya di daerah kota Salatiga maka peneliti akan melakukan penelitian dengan judul PRAKTIK JUAL BELI PAKAIAN IMPOR BEKAS (Studi Kasus di Kota Salatiga).

B. Rumusan Masalah

  1. Faktor apa saja yang menjadi penyebab maraknya penjualan pakaian impor bekas di Kota Salatiga?

  2. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap praktik jual beli

  3. Bagaimana peran Pemerintah Kota Salatiga dalam menangani masalah jual beli pakaian impor bekas?

  C. Tujuan Penelitian

  1. Untuk mengetahui faktor penyebab maraknya penjualan pakaian impor bekas di Kota Salatiga.

  2. Untuk mengetahui tinjauan hukum Islam terhadap praktik jual beli pakaian impor bekas.

  3. Untuk mengetahui sejauh mana peran Pemerintah Kota Salatiga dalam menangani masalah jual beli pakaian impor bekas.

  D. Kegunaan Penelitian

  Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis. Manfaat tersebut dijabarkan sebagai berikut :

  1. Secara Teoritis Untuk menambah khasanah pengetahuan bagi akademisi, khususnya mengenai pengembangan ilmu ekonomi Islam, yang terkait dengan jual beli pakaian impor bekas.

  2. Secara Praktis Diharapkan penelitian ini dapat dipergunakan sebagai referensi atau landasan hukum dalam pengambilan keputusan khususnya bagi Pemerintah yang ingin mengetahui permasalahan konsumen dan penjual tentang dampak negatif yang di timbulkan dari pakaian impor bekas.

E. Penegasan Istilah

  Agar tidak menimbulkan masalah dalam pemahaman terhadap judul skripsi ini maka perlu kiranya peneliti untuk menegaskan istilah sebagai berikut:

  Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Praktik adalah pelaksanaan secara nyata apa yang disebut dalam teori. Sedangkan pengertian Impor adalah pemasukan barang dan sebagainya dari Luar Negeri.

  Kitab Undang- undang Perdata

  pasal 1457 menjelaskan pengertian jual beli adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang lain membayarkan harga yang telah dijanjikan.

  Pengertian pakaian bekas dalam PERMENDAG No. 51/ M-DAG/ PER/ 7/2015 tentang Larangan Pakaian Impor Bekas, adalah Produk tekstil yang digunakan sebagai penutup tubuh manusia, yang teramasuk dalam tarif/ HS 6309.00.00.00.

  Kota Salatiga adalah sebuah kota kecil di Jawa Tengah dengan jumlah penduduk yang cukup padat, Kota ini berbatasan sepenuhnya dengan Kabupaten Semarang.

  Dari penegasan istilah di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian latar belakang maraknya jual beli pakaian impor bekas dan sejauh mana peran Pemerintah dalam menangani masalah penjualan pakaian impor bekas yang dijumpai di Kota Salatiga.

F. Tinjauan Pustaka

  Sejauh ini belum ada yang meneliti mengenai masalah impor pakaian bekas di kota Salatiga, hal ini dikarenakan ketidak pedulian masyarakat mengenai larangan penjualan pakaian impor bekas dan dikarenakan sanksi jual beli pakaian impor bekas baru mulai ada sejak bulan maret tahun 2014.

  Skripsi yang disusun oleh Sawidi, mahasiswa IAIN Walisongo Fakultas Syari‟ah (2003) dengan judul Studi Analisis Pendapat Imam Nawawi tentang Syarat Manfaat Benda yang diperjualbelikan.

  Dalam skripsi ini dijelaskan bahwa Imam Nawawi mengharuskan adanya manfaat dalam benda yang diperjualbelikan, tetapi benda yang bermanfaat itu juga harus suci, halal, tidak menjijikan, tidak sedikit jumlahnya dan manfaatnya tidak dilarang oleh Islam.

  Dalam penelitian yang dilakukan oleh Nisaul Karimah (2013) dengan judul Motivasi Masyarakat Membeli Pakaian Impor Bekas di Pasar

  Sanapela Pekanbaru, meneliti tentang kebutuhan akan penghargaan diri dengan gambaran barang yang dibeli tersebut berstatus pakaian bekas.

  Namun kwalitas dan merk pakaian menjadi acuhan adanya dorongan untuk orang dalam suatu masyarakat menginginkan suatu kehidupan yang stabil dan bernilai tinggi demi penghargaan baik dari dalam diri sendiri ataupun orang lain.

  Dalam kajian pakaian bekas yang disampaikan oleh Egis MY (2014) menjelaskan bahwa untuk pakaian impor bekas sudah jelas dilarang.

  Aturan yang melarang sudah ada, kemudian apa yang dilarang sudah jelas. Dan yang mengeluarkan aturan atau ketentuan sudah jelas tertulis. Pakaian impor bekas memang ada yang menguntungkan bagi beberapa pihak tetapi hanya untuk jangka pendek. Sementara untuk jangka panjang keberlangsungan industri TPT nasional, khususnya garment, sama sekali tidak ada benefitnya karena tidak ada nilai tambahnya.

  Dari penelitian yang dilakukan Rini dengan judul Pengaruh

  

Perdagangan Pakaian Bekas Terhadap Perekonomian Pedagangan

Pakaian Bekas di Pasar Baru Medan, menunjukan bahwa sejarah

  perdagangan pakaian impor bekas sudah ada sejak tahun 1980. Pada tahun 1990 pakaian bekas boleh diperdagangkan. Aktivitas setiap harinya pada saat penjualan pakaian bekas sangat ramai dengan kegiatan jumlah pedagang yang berjualan, jenis barang yang diperdagangkan, para konsumen yang membeli dan kendaraan yang menganggkut pakaian bekas. Dengan adanya perdagangan pakaian impor bekas perekonomian para pedagang mengalami kemajuan, jika dilihat dari segi pendidikan anak- anak, Dalam Penelitian yang dilakukan oleh Nur Mulyana tepatnya di wilayah Sulawesi Tenggara dengan judulCakar Gaya Modern, menyimpulkan bahwa cakar mempunyai peminat yang cukup banyak, baik dari kalangan remaja maupun orang tua. Penjualan barang cakar (cap karung) sangat berkembang pesat seperti baju, tas, maupun sepatu. Dari hasil wawancara dengan penjual memaparkan bahwa untuk membuat usaha dana yang dibutuhkan untuk membeli 1 bal pakaian cakar sekitar Rp. 3.000.000,00 untuk kemeja dan Rp. 1.000.000,00 dan untuk baju kaos. Baju bekas ini biasanya di datangkan dari China, Korea, Taiwan, Singapura dan kebanyakan dari Negara tetangga. Jadi tidak heran jika diantaranya merk terkenal seperti Calvin Klein, Polo, dan Crocodile. Pembeli mengaku senang membeli pakaian cakar ini, sebab harganya lebihmurah dan terjangkau. Sebenarnya Pemerintah sudah melarangperdagangan pakaian impor bekas, tetapi larangan ini tidak menyurutkan penjual karena konsumenya memang ada, apalagi sekarang zaman krisis ekonomi.

  Karya ilmiah yang disusun oleh Luthfi Ermawati pada tahun 2010 dengan judul Jual Beli Makalah Bekas di Tinjau dari Hukum Islam (studi

  

kasus di shopping center Yogyakarta). Karya ilmiah ini berisi tentang analisi

  hukum Islam terhadap jual beli makalah bekas di shopping center Yogyakarta. Sedangkan penelitian yang akan disusun peneliti mengenai jual beli pakaian impor bekas di kota Salatiga. Adapun relevansi dari penelitian tersebut adalah sama- sama mengenai barang bekas. Namun yang danbagaimana mekanisme masuknya pakaian bekas tersebut di kota Salatiga.

  Dalam karya ilmiah ya ng disusun oleh Muhammad Arwad Rifa‟i (2006), yang berjudul Jual Beli Barang Bekas Menurut Perspektif Hukum

  Islam di Pasar Prambanan. Berisi tentang pratik jual beli barang bekas di Pasar Prambanan.

  Karya ilmiah yang disusun oleh Qorry Tilawah Muslim(2011) yang berjudul Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Onderdil Bekas di

  Pasar Klihtikan Pekuncen Yogyakarta. Berisi tentang praktik jual beli

  onderdil bekas di Pasar Klitikan, dan analisis hukum Islam mengenai jual beli onderdil bekas tersebut.

  Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah mengenai bagaimana mekanisme masuknya pakaian impor bekas tersebut dan faktor apa saja yang menjadi penyebab maraknya penjualan pakaian impor bekas. Serta sejauh mana peran Pemerintah dalam menangani masalah pakaian impor bekas di Kota Salatiga.

G. Metode Penelitian

  1. Jenis Penelitian dan Pendekatan Jenis penelitianyang digunakan oleh peneliti adalah penelitian kualitatif karena penelitian kualitatif bersifat membangun mengembangkan dan menemukan teori- teori sosial pendekatan normatif sosiologis, pendekatan normatif dilakukan dengan cara meneliti bahan- bahan perpustakan yang merupakan data sekunder yang juga disebut sebagai penemuan hukum perpustakaan, sedangkan metode penelitian hukum sosiologis/ empiris dilakukan dengan meneliti data primer yang diperoleh secara langsung dalam masyarakat. Peneliti akan melakukan wawancara kepada beberapa sumber diantaranya Disperindagkop di Bidang Perdagangan yang menangani masalah impor dan perlindungan konsumen, pedagang pakaian bekas, dan konsumen di Kota Salatiga.

  2. Kehadiran Peneliti Pada penelitian ini peneliti akan hadir sebagai peneliti, dengan melakukan wawancara kepada pedagang pakaian impor bekas, konsumen, Disperindagkop di bidang Perdagangan yang menangani masalah impor.

  3. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kota Salatiga tepatnya pada lapak- lapak yang menjual pakaian impor bekas.

  4. Sumber Data Sumber data yang digunakan peneliti, diantaranya:

  a. Data Primer

  Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung dari 1)

  Informan Informan adalah orang yang dapat memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian (Moleong, 2009: 90). Dalam penelitian ini yang menjadi informan adalah penjual pakaian impor bekas, konsumen, Disperindagkop di bidang Perdagangan yang menangani masalah Impor.

  2) Dokumen

  Dalam hal penelitian ini dokumen yang digunakan adalah data- data dari Disperindagkop dan data yang diperoleh dari penjual pakaian impor bekas.

  b. Data Sekunder Data Sekunder adalah buku-buku,artikel dan peraturan- peraturan, serta hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan jual beli pakaian impor bekas.

  5. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut: a. Observasi merupakan pengamatan yang dilakukan secara langsung pada objek yang diteliti dan dimungkinkan untuk memberi penelitian pada objek yang diteliti. Dalam penelitian ini peneliti akan mengunjungi dan mendata lapak- lapak melakukan observasi di Dinas Perdagangan guna memperoleh data yang akurat mengenai keberadaan praktik jual beli pakaian impor bekas saat ini.

  b. Wawancara (interview), adalah sebuah percakapan antara dua orang atau lebih yang pertanyaanya ditunjukan oleh peneliti kepada subyek atau sekelompok subyek penelitian untuk dijawab. Wawancara dilakukan secara mendalam karena peneliti menggunakan dasar penelitian, maka pengumpulan data dengan wawancara secara mendalam dianggap paling tepat karena dimungkinkan untuk mendapat informasi secara detail dari objek yang diteliti. Wawancara mendalam dilakukan secara langsung terhadap informan yang berpedoman pada daftar pertanyaan yang sudah disusun oleh peneliti sebelumnya.

  c. Dokumentasi, adalah mencari data mengenai hal- hal atau variabel yang berupa foto, catatan, buku, surat kabar, majalah, dan sumber lainya sebagai acuhan bagi peneliti untuk mempermudah penelitian (Margono, 2010: 158).

  Dalam hal ini dokumen yang digunakan berupa foto- foto penjual pakaian impor bekas dikota Salatiga, dan materi penyuluhan bahaya pakaian impor bekas dari Dinas

  6. Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini akan menggunakan analisi data kualitatif yang bersifat membangun mengembangkan dan menemukan teori- teori sosial (Moleong, 2010: 80). Analisis data bermaksud untuk mengorganisasikan data, data yang terkumpul terdiri dari cacatan lapangan dan tanggapan peneliti, gambaran, foto, dokumen berupa laporan, biografi, artikel, dan sebagainya (Moleong, 2009: 85).Seluruh data penelitian yang telah dikumpulkan ataupun diperoleh dianalisa secara kualitatif dengan cara menggambarkan masalah secara jelas dan mendalam. Peneliti mengumpulkan informasi dari pedagang, konsumen dan Dinas Perdagangan.

  7. Tahap-Tahap Penelitian Setelah menentukan tema yang akan diteliti, maka peneliti akan: a. Melakukan survay lapak- lapak pakaian impor bekas di Kota Salatiga.

  b. Membuat proposal penelitian.

  c. Melakukan penelitian di lapak- lapak pakaian impor bekas yang ada di Kota Salatiga. d. Melakukan wawancara dengan pedagang pakaian impor Salatiga.

  e. Menyusun hasil laporan penelitian tersebut.

  8. Sistematika Penelitian Sistematika ini terdiri dari lima bab yang saling berkaitan yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

  Bab I: Mengidentifikasi pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, tinjauan pustaka, metode penelitian, sistematika penelitian.

  Bab II: Kajian pustaka membahas tentang definisi jual beli, rukun dan syarat jual beli, Impor menurut Permendag No. 51/ M- DAG/ PER/ 7/ 2015/ Tentang Larangan Impor Pakaian bekas.

  Bab III: Berisi paparan data dan hasil penelitian yang memaparkan gambaran umum jual beli pakaian impor bekas di kota Salatiga, sejarah awal masuknya pakaian impor bekas, mekanisme masuknya pakaian bekas kepada para penjual, dan faktor penyebab maraknya jual beli pakaian impor bekas di Kota Salatiga. Serta peran Pemerintah dalam menangani praktik jual beli pakain impor bekas di kota Salatiga.

  Bab IV: Berisi tentang analisis tentang faktor penyebab maraknya penjualan pakaian impor bekas, serta tinjauan hukum Islam mengenai praktik jual beli pakaian impor bekas dan peran pakaian impor bekas.

  Bab V: Penutup berisi kesimpulan dan saran.

BAB II A. Definisi Jual Beli Dalam bahasa arab kata jual dan kata beli

  ( عيبلا) ( ءارشلا)

  merupakan dua kata yang berlawanan artinya, akan tetapi orang Arab biasa menggunakan ungkapan jual beli dengan satu kata, yaitu ( . Jual beli

  عيبلا) (al- bay‟) secara bahasa artinya memindahkan hak milik terhadap benda

  dengan akad saling mengganti.Dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah

  pasal 20 ayat 1 Bay‟ adalah jual beli antara benda dengan benda, atau pertukaran benda dengan uang. Secara terminology, jual beli diartikan dengan tukar menukar harta secara suka sama suka atau peralihan pemilikan dengan cara penggantian menurut bentuk yang dibolehkan (Syarifuddin, 2003:192-193).

  Menurut pengertian syari‟at, yang dimaksud dengan jual beli adalah pertukaran harta atas dasar saling rela, atau memindahkan milik dengan ganti yang dapat dibenarkan (yaitu berupa alat tukar yang sah) (Lubis, 1994: 33). Menurut H. Sulaiman Rasjid (1994: 278) jual beli adalah menukar suatu barang dengan barang yang lain dengan cara yang tertentu

  (akad).

  Ulama Sayyid Sabiq (1987: 44-45 )mendefinisikan bahwa jual beli ialah pertukaran harta dengan harta atas dasar saling merelakan atau memindahkan milik dengan ganti yang dapat dibenarkan. Dalam definisi tersebut harta dan, milik, dengan ganti dan dapat dibenarkan. Yang bermanfaat, maka dikecualikan yang bukan milik dan tidak bermanfaat.

  Yang dimaksud dengan ganti agar dapat dibedakan dengan hibah (pemberian), sedangkan yang dimaksud dapat dibenarkan (ma‟dzun fih) agar dapat dibedakan dengan jual beli yang terlarang.

  Ada yang mendefinisikan jual beli sebagai kepemilikan terhadap harta atau manfaat untuk selamanya dengan bayaran harta. Ada juga yang mengartikan jual beli merupakan tukar menukar suatu barang dengan barang lain yang berbeda dengan cara tertentu (aqad) (Azam, 2010: 23).

  Jual beli menurut

  syara‟ memiliki beberapa pengertian menurut

  beberapa imam madzab, diantaranya:

  1. Menurut Hanafiyah, jual beli adalah tukar menukar harta dengan harta menurut cara yang khusus harta mencakup dzat atau uang.

  2. Menurut syafi‟iyah, jual beli adalah suatu akad yang mengandung tukar menukar harta dengan harta dengan syarat yang akan diuraikan nanti untuk memperoleh kepemilikan atas beanda atau manfaat untuk waktu selamanya.

  3. Menurut Malikiyah, jual beli adalah akad Muawadhah atau timbal balik atas selain manfaat dan bukan pula untuk menikmati kesenangan.

  4. Menurut Hambali, jual beli adalah tukar menukar harta dengan yang mubah untuk waktu selamanya, bukan riba tau bukan utang.

  Jual beli diperbolehkan dalam Al Qur‟an, sunnah dan ijma‟ umat. Adapun dalil dalam Al Qur‟an surah: 1. QS Al Baqarah: 275.

     

   “orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”.

  2. QS An- Nissa: 29

    

  “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Peny ayang kepadamu”.

  Riba adalah haram dan jual beli adalah halal. Jadi tidak semua akad jual beli adalah haram sebagaimana yang disangkakan oleh sebagian orang berdasarkan ayat di atas.

  Sedangkan dasarnya dalam hadistNabi diantara nya adalah hadist yang berasal dari Rufa‟ah bin Rafi‟ menurut riwayat al Bazar yang disahkan oleh Al Hakim:

  ىَّلَص َِّبَِّنلا َّنا ِلُجَّرلَا ُلَمَع َلاَق ُبَيْطَا ِبْسَكلْا ُّيَا َلِئُس َمَّلَس َو ِهْيَلَع ُللها هِ ِ َيِ

  ُ ْو ُرْبَ َ ٍ ْيَبَ ُّلُ َو

“Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW telah pernah ditanya tentang usaha

apa yang lebih baik, Nabi berkata: Usaha seseorang dengan tangannya dan

jual beli yang mabrur”. ( HR. Bazzar dan Hakim)

  Supaya usaha jual beli itu berlangsung menurut cara yang dihalalkan, maka harus mengikuti ketetuan yang telah ditentukan. Ketentuan itu disebut rukun dan syarat jual beli.

  Jual beli menurut KUH Perdata pasal 1457 adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak lain untuk membayar harga yang telah perbuatan dinamakan menjual, sedangkan dari pihak yang lain dinamakan membeli. Istilah yang mencakup dua perbuatan yang bertimbal balik itu adalah sesuai dengan is tilah Belanda “koop en verkoop” yang juga mengandung pengertian bahwa pihak yang satu

  “verkoop” (menjual)

  sedang yang lainya “koopt” (membeli) (Subekti, 2001: 2). Jual beli adalah suatu perjanjian konsensuil artinya ia sudah dilahirkan sebagai suatu perjanjian yang sah (mengikat atau mempunyai kekuatan hukum) pada detik tercapainya sepakat antara penjual dan pembeli mengenai unsur- unsur yang pokok (essentiali) yaitu barang dan harga, biarpun jual beli itu mengenai barang yang tidak bergerak, sifat konsensuil jual beli ditegaskan dalam pasal 1458 yang berbunyi: jual beli dianggap telah terjadi antara kedua belah pihak sewaktu mereka telah mencapai sepakat tentang barang dan harga, meskipun barang itu belum diserahkan maupun harganya belum disepakati (Subekti, 1987: 20).

  Dari beberapa definisi di atas dapat dipahami bahwa jual beli ialah suatu perjanjian tukar menukar benda atau barang yang mempunyai nilai secara ridha di antara kedua belah pihak, yang satu menerima benda-benda dan pihak lain menerimanya sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang telah dibenarkan syara‟ dan disepakati.

B. Rukun dan Syarat Sah Jual Beli

  Didalam jual beli mempunyai rukun dan syarat yang harus

  syara‟. Menurut

  hukum Islam rukun dan syarat jual beli meliputi:

  1. Adanya barang yang diperjual belikan, Syarat-syarat yang terkait dengan barang yang diperjualbelikan sebagai berikut (Syarifudin, 2005: 196-198).

  a. Barangnya bersih, yang dimaksud adalah barang yang diperjual belikan bukanlah benda yang dikualifikasikan sebagai benda najis atau yang diharamkan seperti arak, anjing, babi, dan yang lainya. Hal ini sesuai dengan hadist Rasulullah saw;

  َلْوُسَ َ َِسَ ُهَّنَا اَمُهْبَنَع ُلله ا َي ِ َ ِللها ِ ْ َع ِب ِرِ اَج بَع َو : ا َلله ا َّنِا ُهَّللا ىَّلَص ُلله

  جِّ َاا ُااَع ُلْوُبَق َي ْي ً َّكَِ َوُ َو َمَّلَسَو ِ َلَع ى اخ لا او ( ا ْالم

  ِ ْنَا ِااَنْص َلَْاَو ِ ْي َو ِ َى ْي َو ِرْمَاا َ ْي َبَ َّرَ ) ملس و

  “Dari Jabir r.a: sesungguhnya Jabir mendengar Rasulullulah bersabda pada tahun haji yaitu di Makkah: Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya mengharamkan penjualan arak, bangkai, babi, dan berhala (HR. Bukhori dan Muslim)”.

  b.

  Dapat dimanfaatkan yang dimaksud adalah tentunya sangat relatif sebab pada hakikatnya seluruh barang yang dijadikan sebagai objek jual beli menrupakan barang yang dapat demanfaatkan seperti untuk dikonsumsi, dinikmati keindahannya, dinikmati suaranya serta digunakan untuk

  c. Milik orang yang melakukan akad maksudnya bahwa orang yang melakukan jual beli sesuatu barang adalah pemilik sah barang tersebut telah mendapat ijin dari pemilik sah barang tersebut.

  d.

  Mampu menyerahkan maksudnya bahwa penjual sebagai pemilik atau kuasa dapat menyerahkan barang yang dijadikan sebagai objek jual beli sesuai dengan bentuk dan jumlah yang diperjanjikan pada waktu penyerahan barang kepada pembeli.

  e. Mengetahui apabila dalam suatu jual beli keadaan barang dan jumlah harganya tidak diketahui maka perjanjian jual beli tidak sah sebab bisa jadi perjanjian tersebut mengandung unsur penipuan.

  f. Barang yang diakadkan berada di tangan.

  g.

  Menyangkut perjanjian jual beli atas suatu barang yang belum berada ditangan itu dilarang sebab bisa jadi barang tersebut rusak atau tidak dapat diserahkan sebagaimana telah diperjanjikan.

  2. Adanya nilai tukar pengganti barang, nilai tukar barang yang dijual (untuk zaman sekarang adalah uang), para ulama fiqh membedakan nilai tukar menjadi dua yaknial-tsaman dengan al-

  si‟r.Menurut

  mereka, al-tsaman adalah harga pasar yang berlaku di tengah- tengah masyarakat secara aktual, sedangkan al-

  si‟r adalah modal

  konsumen (pemakai).Dengan demikian, harga barang itu ada dua, yaitu harga antar pedagang dan harga antar pedagang dan konsumen (harga dipasar) (Ihsan, 2008: 35). Syarat nilai tukar meliputi: a. Harga yang disepakati kedua belah pihak harus jelas jumlahnya.

  b. Boleh diserahkan pada waktu akad, sekalipun secara hukumseperti pembayaran dengan cek dan kartu kredit.

  Apabila harga barang itu dibayar kemudian (berutang) maka pembayarannya harus jelas.

  c. Apabila jual beli itu dilakukan dengan saling mempertukarkan barang maka barang yang dijadikan nilai tukar bukan barang yang diharamkan oleh syara‟, seperti babi, dan khamar, karena kedua jenis benda ini tidak bernilai menurut syara‟.

  3. Lafal atau ijab qabul, jual beli belum dikatakan sah sebelum ijab dan qabul dilakukan sebab ijab dan qabul menunjukan kerelaan.

  Pada dasarnya ijab dan qabul dilakukan dengan lisan, tetapi kalau tidak mungkin, misalnya bisu atau yang lainya boleh ijab qabul dengan surat menyurat yang mengandung arti ijab dan kabul (Suhendi, 2008: 70). Menurut sayyid Sabiq dalam buku Fiqh

  Sunnah ijab merupakan ungkapan awal yang diucapakan oleh salah yang kedua (Sabiq, 2006: 121). Para ulama sepakat untuk mengecualikan kewajiban ijab qabul itu terhadap objek jual beli yang bernilai kecil yang biasa berlangsung dalam memenuhi kebutuhan sehari hari, seperti jual beli sebungkus rokok. Untuk maksud ini, sudah dianggap bila penjual telah menunjukkan barangnya dan pembeli telah menunjukkan uangnya. Cara seperti ini disebut dengan

  mu‟atah. Misalnya membeli minuman kaleng di

  mesin otomatis dimana si pembeli telah memasukkan uang koinnya ke dalam lubang yang disediakan dan penjual melalui mesinnya telah menyodorkan minuman kaleng tersebut sesuai dengan pesanannya (Syarifudin,2003:195). Syarat ijab qabul meliputi: a. Orang yang mengucapkannya telah baligh dan berakal.