BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Biologi - PENGARUH PENDEKATAN SAINTIFIK BERBANTUAN MEDIA TIGA DIMENSI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI VIRUS KELAS X SMA MUHAMMDIYAH 2 PALEMBANG -

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Biologi Menurut Arnawa, dkk (2015:1-11) Pembelajaran menekankan pada

  kegiatan belajar mengajar serta mengembangkan konsep dan keterampilan proses peserta didik dengan berbagai metode mengajar yang sesuai dengan bahan kajian yang diajarkan. Pembelajaran biologi menuntut adanya peran aktif siswa, karena biologi merupakan proses ilmiah yang didasari dengan cara berfikir logis berdasarkan fakta-fakta yang mendukung. Pada pembelajaran biologi terdapat komponen yang harus dimiliki oleh pserta didik yaitu dapat memahami proses ilmiah sebagai hasil dari pembelajaran yang sudah dilaksanakan.

  Menurut Azhari (2015:13-21) IPA merupakan cabang ilmu yang terkait dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, melalui proses penemuan.

  Sehingga seharusnya pembelajaran IPA dapat dilakukan sedemikian rupa sehingga para siswa dapat memiliki pengalaman bagaimana menemu- kan suatu konsep yang berkaitan dengan kehidupan nyata. Dalam kehidupan nyata tentu terdapat berbagai persoalan. Pembelajaran IPA hendaknya mengenal persoalan peserta didik dengan persoalan yang berkaitan dengan kehidupan nyata. Bila peserta didik sudah terbiasa memecahkan persoalan kehidupan nyata maka dia akan tebiasa mengembangkan kemampuan berpikir mereka.

  Menurut Darmawati, dkk (2012:1-12) Sains atau IPA adalah usaha sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan. Melalui pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.

  Tujuan pembelajarn IPA yaitu menguasai serta memahami berbagai macam gejala alam, konsep dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

  Berdasarkan uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran biologi adalah pembelajaran yang menekankan pemahaman peserta didik serta mengembangkan sejumlah keterampilan proses supaya mereka mampu berperan aktif dalam setiap proses pembelajaran. Selain itu dalam proses pembelajaran biologi peserta didik selalu dilibatkan secara langsung terhadap aktivitas ilmiah sehingga dapat menghasilkan produksi sains berupa fakta dan teori.

B. Tinjauan Tentang Hasil Belajar

1. Pengertian Belajar

  Belajar adalah suatu proses yang menghasilkan perubahan perilaku yang dilakukan dengan sengaja untuk memperoleh pengetahuan, kecakapan, dan pengalaman baru ke arah yang lebih baik (Hamzah,2015:138-139). Sejalan dengan Askar (2016:1-10) belajar adalah suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya akibat suatu pengalaman. Suatu kegiatan dapat dikatakan belajar apabila memiliki tiga ciri-ciri, yaitu: a) belajar adalah perubahan tingkah laku; b) c) perubahan tersebut harus bersifat permanen dan tetap ada untuk waktu yang cukup lama. Menurut Putranjaya, dkk (2013:1-7) berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memproleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Hal tersebut menunjukkan bahwa aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting didalam proses belajar mengajar.

  Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses aktifitas siswa dalam interaksinya dengan lingkungan, sehingga menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman dan hasil interaksi dengan lingkungan.

2. Pengertian Hasil Belajar

  Menurut Hamzah (2015:138-139) hasil belajar adalah kemampuan- kemampuan yang dimiliki siswa atau mahasiswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Dengan demikian hasil belajar menunjukan perubahan dari sebelum menerima pengalaman belajar dengan setelah menerima pengalaman belajarnya.

  Hasil belajar menunjukan perubahan yang berupa penambahan, peningkatan dan penyempurnaan perilaku. Menurut Juniarti, dkk (2014:1-9) hasil belajar merupakan serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu berinteraksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotorik.

  Menurut Putranjaya, dkk (2013:1-7) hasil belajar merupakan indikator sesuatu, baik berupa belajar mapun bekerja. Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktifitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional, sedangkan belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada individu yang belajar. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi hasil belajar, selain hasil belajar kognitif yang diperoleh peserta didik. Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh individu setelah melalui kegiatan belajar. Hasil belajar dapat dikatakan berhasil apabila telah mencapai tujuan pendidikan. Menurut Haryanti, dkk (2016:1-11) tujuan pendidikan berdasarkan hasil belajar peserta didik secara umum dapat diklasifikasikan menjadi tiga yakni: ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor.

  Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengalami proses pembelajaran.

  Peningkatan kemampuan siswa dalam proses belajar mengajar menunjukkan keberhasilan guru dalam menyampaikan informasi dan peran siswa.

  Menurut Hamzah (2015:140-141) tujuan pembelajaran biasanya diarahkan pada salah satu kawasan dari taksonomi Benyamin S Bloom 1956 yang meliputi ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Adapun indikator dari hasil belajar yaitu sebagai berikut:

a. Ranah Kognitif

  Ranah kognitif adalah ranah yang membahas tujuan pembelajaran yang berkenaan dengan proses mental yang berawal dari tingkat pengetahuan sampai ketingkat yang lebih tinggi yaitu evaluasi. Ranah kognitif ini terdiri dari 6 tingkatan yang secara hierarkis berurut dari yang paling rendah (pengetahuan) sampai ke yang paling tinggi 9 (evaluasi) yaitu sebagai berikut: 1) Tingkat Pengetahuan (Knowledge)

  Tingkat pengetahuan dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam menghapal, mengingat kembali atau mengulang kembali pengetahuan yang pernah diterimanya.

  2) Tingkat Pemahaman (Comprehension) Tingkat pemahaman dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya. Seorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atu memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri.

  3) Tingkat Penerapan (Application) Tingkat penerapan dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam menggunakan pengetahuan dalam memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari.

  4) Tingkat Analisis (Analysis) Tingkat analisis adalah kemampuan untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktor yang satu dengan faktor- faktor lainnya.

  5) Tingkat Sintesis (Synthesis) Tingkat sintesis dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh. 6) Tingkat Evaluasi (Evaluation)

  Tingkat evaluasi diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam membuat perkiraan atau keputusan yang tepat berdasarkan kriteria atau pengetahuan yang dimilikinya.

b. Ranah Afektif (Sikap dan Perilaku)

  Ranah afektif yaitu berkaitan dengan sikap, nilai-nilai, apresiasi (penghargaan), dan penyesuaian perasaan sosial. Tingkatan afektif ini ada lima yaitu dari yang paling sederhana ke yang kompleks adalah sebagai berikut:

1) Kemauan Menerima

  Kemamuan menerima merupakan keinginan untuk memperhatikan suatu gejala atau rancangan tertentu, seperti keinginan membaca buku, mendengar musik atau bergaul dengan orang yang mempunyai ras berbeda.

  2) Kemauan Menanggapi Kemampuan menanggapi merupakan kegiatan yang menunjuk pada partisipasi aktif dalam kegiatan tertentu, seperti menyelesaikan tugas terstruktur, menaati peraturan, megikuti diskusi kelas, menyelesaikan tugas di laboratorium atau menolong orang lain.

  3) Berkeyakinan Berkeyakinan yang dimaksud adalah berkenaan dengan kemauan menrima sistem nilai tertentu pada diri individu. Seperti menunjukkan kepercayaan terhadap sesuatu, apresiasi (penghargaan) terhadap sesuatu, sikap ilmiah atau kesungguhan (komitmen) untuk melakukan suatu kehidupan sosial.

  4) Mengorganisasi Pengorganisasian berkenaan dengan penerimaan terhadap berbagai sistem nilai yang berbeda-beda berdasarkan pada suatu sistem nilai yang lebih tinggi.

  Seperti menyadari pentingnya keselarasan antara hak dan tanggung jawab, bertanggung jawab terhadap hal yang lebih dilakukan, memahami dan menerima kelebihan dan kekurangan diri sendiri atau menyadari peranan perencanaan dalam memecahkan suatu permasalahan.

  5) Tingkat Karakteristik/Pembentukan Pola Adalah keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Pada taraf ini individu yang sudah memiliki sistem nilai selalu menyelaraskan perilakunya sesuai dengan sistem nilai yang dipegangnya. Seperti bersikap objektif terhadap segala hal.

c. Ranah Psikomotor

  Ranah psikomor adalah kemampuan yang dihasilkan oleh fungsi motorik manusia yaitu berupa keterampilan untuk melakukan sesuatu. Menurut Daryanto (2012), walaupun ranah psikomotorik meliputi enam jenjang kemampuan, namun masih dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok utama, yakni keterampilan motorik, menipulasi benda-benda dan koordinasi neuromuscular. Maka kata-kata kerja operasional yang dapat dipakai adalah: 1) Keterampilan motorik

  Memperlihatkan gerak, menunjukkan hasil (pekerjaan tangan), menggerakan, menampilkan, melompat sebagainya.

  2) Manipulasi benda-benda Menyusun, membentuk, memindahkan, menggeser, mereparasi, dan sebagainya.

  3) Koordinasi neurimuscular, menghubungkan, mengamati, memotong Berdasarkan pengertian hasil belajar menurut beberapa ahli maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan atau keahlian yang dimiliki oleh peserta didik baik dari aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor yang diperoleh setelah menerima atau melakukan pembelajaran. Selain itu hasil belajar ini dapat dijadikan sebagai indikator ketuntasan suatu proses pembelajaran.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

  Menurut Juniarti, dkk (2014:1-11) adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah faktor internal dan faktor eksternal yaitu:

a. Faktor Internal

  Faktor yang berasal dari dalam siswa sendiri yang meliputi dua faktor yaitu faktor fisiologis (jasmani) dan faktor psikologis (rohani).

  1) Faktor fisiologis Meliputi jasmaniah secara umum dan kondisi panca indra. Anak yang segar jasmaninya dan kondisi panca indra yang baik akan memudahkan anak dalam proses belajar sehingga hasil belajarnya dapat optimal. 2) Faktor psikologis

  Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas dalam pembelajaran siswa. Namun, diantara faktor-faktor rohaniah siswa yang di pandang umumnya adalah sebagai berikut: tingkat kecerdasan atau intelegensi siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa, dan motivasi siswa.

b. Faktor Eksternal

  Eksternal juga terdiri atas dua faktor yang meliputi faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial.

  1) Lingkungan sosial Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, masyarakat, tetangga dan lingkungan juga dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. 2) Lingkungan non sosial

  Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial ialah gedung sekolah keadaan cuaca dan waktu yang digunakan belajar siswa. Faktor-faktor yang diatas menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.

C. Pendekatan Saintifk

1. Pengertian Pendekatan Saintifk

  Menurut (Daryanto,2017) Pendekatan saintifik adalah pendekatan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mendapatkan pengalaman belajar melalui mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasikan dan mengkomunikasikan. Menurut Marjan (2014:1- 11) mengatakan bahwa pembelajaran Pendekatan saintifik merupakan pembelajaran yang menggunakan pendekatan ilmiah, dimana siswa berperan secara langsung baik secara individu maupun kelompok untuk menggali konsep dan prinsip selama kegiatan pembelajaran, sedangkan tugas guru adalah mengarahkan proses belajar yang dilakukan siswa dan memberikan koreksi terhadap konsep dan prinsip yang didapatkan siswa. Menurut Arnawa, dkk (2015:1-12) pendekatan saintifik ialah pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran yang dilakukan melalui proses ilmiah, apa yang dipelajari dan diperoleh siswa dilakukan dengan indra dan akal pikiran sendiri sehingga mereka mengalami secara langsung dalam proses mendapatkan ilmu pengetahuan.

  Jadi pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik dapat aktif mengkontruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karen itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi dan bukan hanya diberi tahu.

2. Tujuan Pembelajaran Pendekatan Saintifik

  Pendekatan saintifik merupakan salah satu pendekatan pembelajaran ilmiah. Menurut Ariyanti, dkk (2013:1-12) mengungkapkan bahwa penerapan pendekatan saintifik bertujuan untuk pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru.

  Menurut (Daryanto,2017) Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada keunggulan pendekatan tersebut. Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah: (1) Untuk meningkatkan kemampuan khususnya kemampuan berfikir tingkat tinggi peserta didik (2) Untuk membentuk kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan sesuatu masalah secara sistematik (3) Untuk menciptakan kondisi pembelajaran agar peserta didik merasa bahwa itu merupakan suatu kebutuhan (4) Memperoleh hasil belajar yang khususnya dalam menulis artikel ilmiah (5) Untuk mengembangkan karakter peserta didik.

  Menurut Rhosalia, dkk (2017:1-12) adapun karakteristik pendekatan Saintifik adalah sebagai berikut: 1) Subtansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata. 2) Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis. 3) Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran. 4) Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.

  5) Mendorong dan menginspirasi siswa dalam memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran. 6) Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan. 7) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana, jelas, dan menarik sistem penyajiannya.

3. Komponen-Komponen Pendekatan Saintifik

  Adapun komponen-komponen pendekatan saintifik yaitu sebagai berikut:

a. Mengamati

  Menurut Rhosalia (2017:1-12) pengamatan adalah menggunakan satu atau lebih indera pada tubuh manusia yaitu penglihat, pendengar, pembau, pengecap, dan peraba atau perasa. Misalnya melihat sebuah papan tulis, mendengar bel berdering, membau asap, mengecap rasa jeruk, meraba kain yang halus semua itu merupakan contoh kegiatan pengamatan. Informasi yang dikumpulkan dari pengamatan disebut bukti atau data.

  Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran. Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah dalam pelaksanaan. Seperti yang diungkapkan oleh Daryanto (2014: 60) bahwa metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik, sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Dengan metode mengamati peserta didik menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru.

  Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-langkah seperti berikut ini: 1) Menentukan obyek apa yang akan diamati (2) Membuat pedoman pengamatan sesuai dengan lingkup obyek yang akan diamati (3) menentukan secara jelas data- data apa yang perlu diamati, baik primer maupun sekunder (4) Menetukan dimana pengamatan akan dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar (6) Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil pengamatan, seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat tulis lainnya.

b. Menanya

  Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, atau dibaca. Peserta didik dibimbing untuk dapat mengajukan pertanyaan tentang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik. Pertanyaan terebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam.

  Pada saat guru bertanya, pada saat pula dia membimbing atau memandu siswanya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan siswanya, ketika itu pula dia mendorong siswanya itu menjadi penyimak dan pembelajar yang baik. Adapun kriteria pertanyaan yang baik menurut Rhosalia, dkk (2017:1-12) antaralain: (1) Singkat dan jelas (2) Menginspirasi jawaban (3) Memilili fokus (4) Bersifat probing atau divergen (5) Bersifat validatif atau penguatan (6) Memberi kesempatan peserta didik untuk berpikir ulang (7) Merangsang peningkatan tuntunan kemampuan kognitif (8) Merangsang proses interaksi.

  c. Mengumpulkan Informasi Kegiatan mengumpulkan informasi merupakan tindak lanjut dari bertanya.

  Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi. Aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan melalui eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek atau kejadian, aktivitas wawancara dengan narasumber dan sebagainya.

  d. Mengasosiasikan

  Kegiatan mengasosiasikan dalam kegiatan pembelajaran adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan. Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainya, menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut.

  e. Mengomunikasikan

  Kegiatan mengomunikasikan dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut. Kegiatan mengomunikasikan dalam kegiatan pembelajaran adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan Saintifik ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah.

  Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa komponen- komponen dalam pendekatan saintifik adalah 5M yaitu, mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan. Tahapan-tahapan pendekatan saintifik memiliki tujuan agar peserta didik dapat berpartisipasi dan terlibat aktif selama pembelajaran.

Tabel 2.1 Komponen-Komponen Pendekatan Saintifik Langkah Pembelajaran Deskripsi Kegiatan Bentuk Hasil Belajar Mengamati (Observing)

  Mengamati dengan indra (membaca, mendengar, menyimak, melihat, menonton, dan sebagainya) dengan atau tanpa alat.

  Perhatian pada waktu mengamati objek/membaca suatu tulisan, mendengar suatu penjelasan, catatan yang dibuat tentang yang diamati, kesabaran, waktu (on task) yang digunakkan untuk mengamati.

  Menanya (Questioning) Membuat dan mengajukan pertanyaan, tanya jawab, berdiskusi tentang informasi yang belum dipahami, informasi tambahan yang ingin diketahui, atau sebagai klarifikasi.

  Jenis, kualitas, dan jumlah pertanyaan yang diajukan peserta didik (pertanyaan faktual, konseptual, prosedural, dan hipotetik).

  Mengumpulkan informasi/ mencoba (Experimenting) Mengeksplorasi, mencoba, berdiskusi, mendemonstrasi, meniru bentuk/gerak, melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku tekas, mengumpulkan data dari narasumber melalui angket, wawancara, dan momodifikasi/ menambahi/mengembangkan.

  Jumlah dan kualitas sumber yang dikaji/digunakan, kelengkapan informasi, validitas informasi yang dikumpulkan, dan instrumen/alat yang digunakan untuk mengumpilkan data.

  Menalar/Mengasosi asi (Associating) Mengelola informasi yang sudah dikumpulkan, menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, mengasosiasi atau menghubungkan fenomena/informasi yang terkait dalam rangka menemukan suatu pola, dan menyimpulkan.

  Mengembangkan interpretasi, argumentasi, dan kesimpulan mengenai keterkaitan informasi dari dua fakta/konsep, interpretasi argumentasi dan kesimpulan mengenai keterkaitan lebih dari dua fakta/konsep/teori, mensintesis dan argumentasi serta kesimpulan keterkaitan antar berbagai jenis fakta fakta/konsep/teori/pendapat/; mengembangkan interpretasi, struktur baru, argumentasi, dan kesimpulan dari konsep/teori/ pendapat/ yang berbeda dari berbagai jenis sumber.

  Mengomunikasikan (Communicating) Menyajikan laporan dalam bentuk bagan, diagram, atau grafik; menyusun laporan tertulis; dan menyajikan laporan meliputi proses, hasil, dan kesimpulan secara lisan.

  Menyajikan hasil kajian (dari mengamati sampai menalar) dalam bentuk tullisan, grafis, media elektronik, multimedia, dan lain- lain.

  Kamaliyah (2016:118-125)

4. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Saintifik

  Menurut (Rhosalia,2017) berdasarkan telaah kajian teori di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa pendekatan Saintifik memiliki beberapa kelebihan dan juga kekurangan yaitu sebagai berikut.

a. Kelebihan

  1) Proses pembelajaran lebih terpusat pada siswa sehingga memungkinkan siswa aktif dalam pembelajaran.

  2) Langkah-langkah pembelajarannya sistematis sehingga memudahkan guru untuk memanajemen pelaksanaan pembelajaran.

  3) Memberi peluang guru untuk lebih kreatif, dan mengajak siswa untuk aktif dengan berbagai sumber belajar 4) Langkah-langkah pembelajaran melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip.

  5) Proses pembelajarannya melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa. 6) Selain itu juga dapat mengembangkan karakter siswa.

b. Kekurangan

1) Membutuhkan kreativitas tinggi dari guru untuk menciptakan lingkungan belajar dengan menggunakan pendekatan saintifik.

  2) Guru jarang menjelaskan materi pelajaran, karena guru banyak yang beranggapan bahwa dengan kurikulum terbaru ini guru tidak perlu

D. Media Tiga Dimensi

  1. Pengertian Media Tiga Dimensi

  Asyhar (2010:34) menyatakan media tiga dimensi memiliki arti sebuah media yang tampilannya dapat diamati dari arah pandang mana saja dan mempunyai dimensi panjang, lebar dan tinggi/tebal, kebanyakan merupakan objek sesungguhnya (real object).

  Menurut Priantari (2016:93-97) media pembelajaran tiga dimensi adalah media yang tampilannya dapat diamati dari arah pandang mana saja dan mempunyai dimensi panjang, lebar, dan tinggi/tebal. Media tiga dimensi juga dapat diartikan sekelompok media tanpa proyeksi yang penyajiannya secara visual tiga dimensi.

  Kelompok media ini dapat berwujud sebagai benda asli baik hidup maupun mati, dan dapat berwujud sebagai tiruan yang mewakili aslinya. Benda asli ketika akan difungsikan sebagai media pembelajaran dapat dibawah langsung ke kelas, atau siswa sekelas dikerahkan langsung ke dunia sesungguhnya di mana benda asli itu berada. Apabila benda aslinya sulit untuk dibawa ke kelas atau kelas tidak mungkin dihadapkan langsung ketempat di mana benda itu berada, maka benda tiruannya dapat pula berfungsi sebagai media pembelajaran yang efektif.

  2. Karakteristik Media Tiga Dimensi

  Karakteristik media pembelajaran dapat dilihat dari kemampuan membangkitkan rangsangan indra penglihatan, pendengaran, perabaan percakapan, maupun penciuman atau kesesuaiannya dengan tingkat hirarki belajar. Secara umum karakteristik media tiga dimensi adalah sebagai berikut:

  1) Pesan yang sama dapat disebarkan keseluruh siswa secara serentak. 2) Penyajiannya berada dalam kontrol guru. 3) Cara penyimpanannya mudah (praktis). 4) Dapat mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan indera. 5) Sesuai untuk mengajarkan keterampilan tertentu. 6) Sesuai untuk belajar secara berkelompok atau individual. 7) Mampu menyajikan teori dan praktik secara terpadu.

  3. Kelebihan dan Kekuragan Media Tiga Dimensi

  Menurut Priantari, dkk (2016:93-97) adapun kelebihan dan kekurangan media tiga dimensi adalah sebagai berikut:

a. Kelebihan media tiga dimensi yaitu:

  1) Memberikan pengalaman secara langsung 2) Dapat menunjukkan objek secara utuh baik kontruksi maupun cara kerjanya 3) Dapat memperlihatkan struktur organisasi secara jelas 4) Dapat menunjukkan alur suatu proses secara jelas

b. Kelemahan media tiga dimensi yaitu:

  1) Tidak bisa menjangkau sasaran dalam jumlah 2) Penyimpanannya memerlukan ruang yang besar dan perawatan yang rumit 3) Untuk membuat alat peraga ini membutuhkan biaya yang besar

BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah Eksperimen Semu (Quasi Eksperimen) dengan desain penelitian The Non Equivalent Control Group Design. Design penelitian ini, digunakan satu kelompok eksperimen dan

  kelompok pembanding (kontrol) kemudian diawali dengan sebuah tes awal

  (pretest) yang diberikan kepada kedua kelompok, selanjutnya diberikan

  perlakuan, kemudian diakhiri dengan sebuah tes akhir (postest) yang diberikan kepada masing-masing kelompok. Hal ini dapat dilihat pada tabel 3.1 sebagai berikut.

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Subjek Tes Awal Perlakuan Tes Akhir

  Kelas X MIPA 1 O 1 X O 2 Kelas X MIPA 2 O - 3 O 4 Sumber Yusuf (2016) Keterangan:

  X MIPA 1 : Subjek penelitian kelas X MIPA 1 (Kelas Eksperimen)

  X MIPA 2 : Subjek penelitian kelas X MIPA 2 (Kelas Kontrol) O 1 : Pemberian tes awal pada kelas eksperimen O 2 : Pemberian tes akhir pada kelas eksperimen

  3 :

  O Pemberian tes awal pada kelas pada kelas kontrol

  • : Kelas kontrol dengan menggunakan discovery learning

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

  Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas X MIPA di SMA Muhammadiyah 2 Palembang yang berjumlah 96 peserta didik dari 3 kelas. Rincian jumlah populasi dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut ini:

Tabel 3.2 Jumlah Populasi Siswa Kelas X MIPA 1, X MIPA 2, dan MIPA 3 SMA Muhammadiyah 2 Palembang.

  No Kelas Jumlah Siswa

  1 X MIPA 1

  32

  2 X MIPA 2

  32

  3 X MIPA 3

  32 Jumlah

  96

  (Sumber Tata Usaha SMA Muhammadiyah 2 Palembang)

2. Sampel

  Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah Purposive

  

Sampling. Tujuannya ialah untuk memperoleh dua sampel yang memiliki ciri-

  ciri tertentu. Dalam penelitian ini dipilih dua kelas sebagai kelas sampel yaitu kelas X IPA 1 sebagai kelas eksperimen, kelas ini diberi dengan pendekatan saintifik berbantuan media tiga dimensi dan kelas X IPA 2 sebagai kelas kontrol yang diberi perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran discovery

  learning.

C. Instrumen Penelitian

  sebanyak 25 soal pilihan gannda dengan 5 pilihan yakni: A, B,C,D, dan E yang mencakup pokok bahasan virus. Nilai tes awal dan tes akhir digunakkan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh pendekatan saintifik terhadap hasil belajar siswa kelas X pada materi virus di SMA Muhammadiyah 2 Palembang. Adapun alat yang digunakan untuk instrumen dalam penelitian ini adalah:

  a) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) KD 3.3 menerapkan pemahaman tentang virus berkaitan ciri-ciri , reflikasi, dan peran virus dalam kehidupan.

  b) Silabus yang digunakkan silabus kelas X pada semester ganjil.

  c) LKS (Lembar Kerja Siswa)

  d) Lembar soal yang digunakan yaitu soal pilihan ganda pada tes awal dan tes akhir.

D. Pengumpulan Data

1. Lembar Wawancara

  Pengumpulan data pada tahap ini adalah wawancara kepada guru biologi yang terdiri dari 14 pertanyaan, dan kepada peserta didik kelas X yang terdiri dari 14 pertanyaan di SMA Muhammadiyah 2 Palembang.

  2. Lembar Angket Mengumpulkan data dengan cara menganalisis jawaban dari pertanyaan pada lembar angket yang terdiri dari 13 pertanyaan yang diberikan pada guru sedangkan pada siswa sebanyak 12 pertanyaan sehingga dieroleh data yang rill.

3. Dokumentasi

  Dokumentasi pada penelitian ini yaitu pengambilan gambar dan nilai siswa untuk hasil penelitian.

E. Teknik Analisis Data

1. Uji Prasyarat Instrumen

  Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji validitas, uji reliabilitas, uji homogenitas, dan uji hipotesis.

a. Uji Validitas

  Uji validitas yaitu suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan suatu instrumen. Menurut Yusuf (2016) validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang hendak diukur. Untuk memperoleh instrumen yang valid maka peneliti harus hati-hati dalam penyususunan. Menentukan nilai valids suatu tes dapat menggunakan program SPSS versi 17.0. Selanjutnya koefisien korelasi dapat diinterpretasikan kedalam klasifikasi koefisisen validitas berikut:

Tabel 3.3 Kriteria Validitas Butir Soal

  

Interval Nilai r Interpretasi

  0,80-1,00 Sangat Baik 0,60-0,80 Baik 0,40-0,60 Cukup 0,20-0,40 Kurang 0,00-0,20 Sangat Kurang

   (Sumber: Arikunto,2006) karena instrumen tersebut sudah baik. Reliabilitas digunakan untuk menentukan derajat konsisten diantara dua buah hasil pengukuran pada objek yang sama.

  Menentukan nilai reliabilitas suatu tes dapat menggunakan program SPSS versi

  22.0. Selanjutnya koefisien korelasi dapat diinterpretasikan kedalam klasifikasi koefisien reliabilitas berikut:

Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas Butir Soal

  

Interval Nilai r Interpretasi

  0,80-1,00 Sangat Baik 0,60-0,80 Baik 0,40-0,60 Cukup 0,20-0,40 Kurang 0,00-0,20 Sangat Kurang

   (Sumber: Arikunto,2006)

c. Taraf Kesukaran Butir Soal

  Tingkat kesukaran adalah mengkaji soal-soal mana yang termasuk rendah, sedang dan sukar. Suatu butir item soal dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:

  P=

  B JS

  Keterangan: P: Indeks Kesukaran

  B: Jumlah peserta didik yang menjawab benar JS: Jumlah seluruh peseta didik yang melakukan tes besaran tingkat kesukaran soal berkisar antara 0,00 sampai 1,00 yang dapat diklasifikasikan di dalam tiga kategori sebagai berikut:

  (Sumber:Kunandar, 2015-240)

d. Daya Pembeda

  Uji daya beda merupakan tingkat kemampuan instrumen untuk membedakan peserta didik yang kemampuan tinggi dengan peserta didik yang kemampuan rendah. Untuk menentukan daya pembeda tiap time instrumen penelitian adalah sebagai berikut: D= B A - B B = P A - P B

  J A J B Keterangan: J : Jumlah peserta tes J A : Banyak peserta tes kelompok atas

  B

  J : Banyak peserta tes kelompok bawah B A : Banyak peserta didik kelompok atas yang menjawab benar B B : Banyak peserta didik kelompok bawah yang menjawab benar P A : Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar P B : Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Tabel 3.6 Kriteria Daya Pembeda Daya Pembeda Interpretasi Daya Pembeda

  DP 0,00-0,020 Buruk DP 0,21-0,40 Cukup DP 0,41-0,70 Baik

DP 0,71-1,00 Sangat Baik

  (Sumber:Kunandar, 2015-240)

e. Uji Normalitas

  data uji Normalitas menggunakan program SPSS versi 22.0. Rumusan hipotesis untuk uji normalitas penelitian ini adalah: Ha= Populasi yang didistribusikan tidak normal Ho= Populasi yang didistribusi normal Adapun kriteria pengambilan keputusan dalam perhitungan ini adalah: Nilai signifikan > 0,05 maka data dinyatakan berdistribusi normal.

  Nilai signifikan < 0,05 maka data dinyatakan tidak berdistribusi normal.

f. Uji Homogenitas

  Menurut Yusuf (2016) uji homogenitas dilakukan untuk menguji apakah data yang diperoleh homogen atau heterogen. Untuk menganalisis data uji homogenitas menggunakan program SPSS versi 17.0. Pengambilan keputusan dengan taraf signifikan 5% (a=0,05): Jika nilai sig > 0,05 maka Ho diterima. Jika nilai sig > 0,05 maka Ho ditolak.

2. Uji data tidak berpasangan (Independen Sample T Test)

  Uji hipotesis ini dilakukan dengan uji t dan tidak berpasangan

  

(Independent Sample t-test) untuk mengetahui pengaruh pendekatan saintifik

  terhadap hasil belajar peserta didik pada tes akhir dikelas eksperimen dan kelas kontrol. Untuk menganalisis data uji hipotesis menggunakan bantuan SPSS versi

  17.0.

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data

1. Uji Prasyarat Instrumen Soal

a. Uji Validitas Soal

  Uji validitas diperoleh instrumen yang valid, artinya instrumen tepat untuk mengukur soal yang akan diujikan. Pada penelitian ini digunakan tes tertulis pilihan ganda berupa 50 soal. Materi yang digunakan adalah Virus. Adapun hasil uji validitas dapat dilihat pada Tabel 4.1 sebagai berkut:

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas

  

Jumlah Siswa Jumlah Soal Jumlah Soal Valid Jumlah Soal Tidak

Valid

  25

  50

  25

  25 Berdasarkan hasil uji validasi yang telah dilakukan pada 25 orang siswa bahwa

  soal yang divalidasi berjumlah 50 soal pilihan ganda. Dari validasi yang telah dilakukan didapat hasil bahwa dari 50 soal yang divalidasi hanya 25 soal saja yang valid sedangkan 25 soal tidak valid. Untuk itu soal yang tidak valid dihapus dari daftar soal yang akan digunakan untuk penelitian. Dari 25 soal yang dinyatakan valid selanjutnya dipilih sebanyak 25 soal untuk digunakan sebagai soal tes awal dan tes akhir dalam penelitian ini. Instrumen soal dikatakan valid jika hasil perhitungan r hitung > r tabel .

  b. Uji Reliabilitas

  Reliabilitas merupakan serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur yang memiliki konsistensi bila pengukuran tersebut dilakukan secara berulang. Uji reliabilitas merupakan kelanjutan dari uji validitas, untuk menguji reliabilitas item soal menggunakan scale reliabilitas program SPSS 17.0. Hasil reliabilitas item soal dapat dilihat pada Tabel 4.2 sebagai berikut:

Tabel 4.2 Hasil Uji Reliabilitas Soal

  

Jumlah Jumlah Soal Jumlah Soal Jumlah Soal Kategori

Cronbach’s Siswa Reliabel tidak Alpha Reliabel

  25

  50

  25 25 0,723 Baik

  Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa hasil perhitungan uji reliablitas tes kognitif terhadap 25 siswa dengan jumlah 50 soal diperoleh 25 soal yang reliabel, sedangkan Cronbach’s Alpha 0,723, artinya soal-soal yang telah valid dapat dikatakan reliabel atau terpercaya sebagai alat pengumpul data dalam penelitian dan termasuk dalam kategori baik.

  c. Uji Kesukaran Soal

  Menganalisis tingkat kesukaran soal artinya mengkaji soal-soal tes dari segi kesulitannya sehingga dapat diperoleh soal-soal yang termasuk dalam kategori mudah, sedang, dan sukar. Tingkat kesukaran soal dipandang dari kesanggupan atau kemampuan siswa dalam menjawabnya, bukan dilihat dari segi guru dalam melakukan analisis pembuatan soal. Untuk menguji taraf kesukaran soal yaitu dengan menggunakan SPSS 17.0, untuk menentukan kategori uji kesukaran soal dapat dilihat pada Tabel 4.3 sebagai berikut:

Tabel 4.3 Kategori Tingkat Kesukaran Soal Indeks Kesukaran Kategori Soal

  0,71-1,00 Mudah 0,31-0,70 Sedang 0,00-0,30 Sukar

  (Sumber:Kunandar, 2015-240) Setelah tingkat kesukaran soal diuji menggunakan program SPSS 17.0 dan telah ditentukan berdasarkan kategori, kemudian ringkasan hasil analisis kesukaran soal disajikan pada Tabel 4.4 berikut ini:

Tabel 4.4 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal Jenis Soal Jumlah Soal Kategori Uji Tingkat Kesukaran Soal Mudah Sedang Sukar

  Pilihan Ganda

  • Berdasarkan hasil uji tingkat kesukaran soal pada Tabel 4.4 bahwa dari 25 butir soal pilihan ganda, hasil perhitungan uji tingkat kesukaran soal melalui program SPSS 17.0 diketahui bahwa 25 soal berkategori mudah dan sedang.

  25 √ √

d. Uji Daya Beda

  Analisis uji daya beda butir soal dilakukan untuk membedakan tinggi rendahnya kemampuan siswa. Uji daya pembeda butir soal menggunakan SPSS 17.0, kategori uji daya pembeda butir soal dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut ini:

Tabel 4.5 Kategori Daya Pembeda Butir Soal Daya Pembeda Interpretasi Daya Pembeda

  DP 0,00-0,020 Buruk DP 0,21-0,40 Cukup DP 0,41-0,70 Baik

DP 0,71-1,00 Sangat Baik

  (Sumber: Arikunto,2006) Setelah daya pembeda butir soal diuji melalui program SPSS 17.0 dan telah ditentukan berdasarkan kategori, kemudian ringkasan hasil analisis daya pembeda butir soal disajikan pada Tabel 4.6 berikut ini:

Tabel 4.6 Hasil Uji Daya Pembeda Butir Soal Jenis Soal Jumlah Soal Kategori Uji Daya Pembeda Butir Soal Buruk Cukup Baik Sangat Baik

  25 - - Pilihan 25 - Ganda

  Berdasarkan hasil uji daya pembeda butir soal pada Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa dari 25 butir soal pilihan ganda, hasil perhitungan daya pembeda butir soal menggunakan SPSS 17.0 diketahui bahwa 25 soal berkategori baik.

e. Uji Normalitas 1) Hasil Uji Normalitas Tes Awal dan TesAkhir Kelas Eksperimen (Saintifik)

  Data uji normalitas hasil belajar siswa pada tes awal kelas eksperimen dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut ini:

Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Tes Awal dan TesAkhir Kelas Eksperimen (Saintifik)

  Tes Awal Tes Akhir N

  

32

  32 Kolmogrov-Smirnov Z 0,748 0,694 Asymp. Sig (2-tailed) 0,630 0,721 (Sumber: Pengolahan Data SPSS 17.0, 2018)

  Berdasarkan Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa data perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh nilai signifikan pada tes awal sebesar 0,630 >0,05 dan tes akhir sebesar 0,721>0,05. Suatu data dapat dikatakan normal apabila nilai signifikansi lebih besar atau sama dengan taraf signifikansi (0,05). Hasil data yang diperoleh pada Tabel 4.7 dapat disimpulkan bahwa data tes awal dan tes akhir pada kelas eksperimen terdistribusi normal.

2) Hasil Uji Normalitas Tes Awal dan TesAkhir Kelas Kontrol (Discovery

  Learning)

  Data uji normalitas hasil belajar siswa pada tes awal kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut ini:

Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Tes Awal dan TesAkhir Kelas Kontrol Tes Awal Tes Akhir

  N

  32

  32 Kolmogrov-Smirnov Z 0,729 0,631 Asymp. Sig (2-tailed) 0,663 0,820 (Sumber: Pengolahan Data SPSS 17.0, 2018)

  Berdasarkan Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa data perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh nilai signifikan pada tes awal sebesar 0,663>0,05 dan tes akhir sebesar 0,820>0,05. Suatu data dapat dikatakan normal apabila nilai signifikan lebih

  4.8 dapat disimpulkan bahwa data tes awal dan tes akhir pada kelas kontrol terdistribusi normal.

f. Uji Homogenitas

  Uji homogenitas dilakukan untuk menguji apakah data yang diperoleh pada hasil belajar peserta didik yaitu nilai tes awal pada kelas eksperimen dan kelas kontrol termasuk homogen atau heterogen. Data yang diperoleh diuji dengan menggunakan program SPSS versi 17.0. Adapun hasil uji homogenitas dapat dilihat pada Tabel 4.9 sebagai berikut:

Tabel 4.9 Hasil Uji Homogenitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Levene Statistic df1 df2 Sig.

  0,631

  1 64 0,430 (Sumber: Pengolahan Data SPSS 17.0, 2018)

  Berdasarkan Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa hasil uji homogenitas data tes awal pada kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,430.

  Suatu data dikatakn homogen apabila nilai signifikansi lebih besar atau sama dengan taraf signifikansi 5% atau 0,05 maka dapat dikatakan bahwa varian dari dua kelompok data adalah sama (homogen). Pada data perhitungan hasil uji homogenitas diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,430>0,05, artinya data tes awal untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah homogen.

  

2. Hasil Perhitungan Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen (Saintifik) dan

Kelas Kontrol (Discovery Learning)

1) Hasil Perhitungan Distribusi Frekuensi Tes Awal Kelas Eksperimen

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Tes Awal Kelas Eksperimen Nilai Frekuensi Presentase Presentase Komulatif

  48

  43

  3

  9.1

  54.5

  45

  1

  3.0

  57.6

  47

  6

  18.2

  75.8

  1

  9.1

  3.0

  81.8

  50

  4

  12.1

  93.9

  53

  1

  3.0

  97.0

  58

  1 3.0 100.0 Total

32 100.0

(Sumber: Pengolahan Data SPSS 17.0)

  Berdasarkan Tabel 4.10 diatas dapat diketahui bahwa siswa yang mendapatkan nilai terendah yaitu 17 sebanyak 1 orang, siswa yang mendapat nilai 25 sebanyak 1 orang, siswa yang mendapat nilai 30 sebanyak 2 orang, siswa yang mendapat nilai 33 sebanyak 3 orang, siswa yang mendapat nilai 35 sebanyak 1 orang, siswa yang mendapat nilai 37 sebanyak 2 orang, siswa yang mendapat nilai 40 sebanyak 2 orang, siswa yang mendapat nilai 42 sebanyak 3 orang, ssiwa yang mendapat nilai 43

  45.5

  3

  17

  3

  1

  3.0

  3.0

  25

  1

  3.0

  6.1

  30

  2

  6.1

  12.1

  33

  9.1

  Data tes distribusi frekuensi tes awal pada kelas eksperimen (Saintifik) dapat dilihat pada Tabel 4.10 berikut ini:

  21.2

  35

  1

  3.0

  24.2

  37

  2

  6.1

  30.3

  40

  2