MANAJEMEN ASET KENDARAAN DINAS OPERASIONAL PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG - FISIP Untirta Repository

  MANAJEMEN ASET KENDARAAN DINAS OPERASIONAL PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG

  SKRIPSI

  Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Pada Konsentrsi Manajemen Publik Program Studi Ilmu Administrasi Negara

  Oleh Frisca Wulandari

  NIM 6661120044

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG, APRIL 2017

  Motto “Dan barang siapa yang berjihad, maka sesuungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri, sesungguhnya Allan Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari Semesta Alam” (Al-Ankabut:06).

  Persembahan : Aku persembahkan cinta dan sayangku kepada Orang tua ku,

adik ku, keluarga besarku, dan teman-

temanku

  dan tiada henti memberikan dukungan do'anya buat aku.

  

“Tanpa keluarga, manusia, sendiri di

dunia, gemetar dalam dingin.”

  

ABSTRAK

Frisca Wulandari. 6661120044. Manajemen Aset Kendaraan Dinas Operasional

Pemerintah Kabupaten Tangerang. Program Studi Ilmu Administrasi Negara.

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Dosen Pembimbing I: G.Ismanto, M.M.,

Dosen Pembimbing II: Maulana Yusuf, M.Si.

  Latar belakang dari penelitian ini adalah adanya masalah, yaitu: Proses inventarisasi Barang Milik Daerah Pemerintah Kabupaten Tangerang yang kurang berjalan dengan baik, kurangnya pengawasan Barang Milik Daerah pada Kendaraan Dinas Operasional Pemerintah Kabupaten Tangerang dalam pendistribusian Kendaraan Dinas Oprasional berdasarkan jabatan, masih kurangnya pengamanan Barang Milik Daerah yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Tangerang pada Kendaraan Dinas Oprasional, serta kurangnya jumlah Sumber Daya Manusia Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Pemerintah Kabupaten dalam mengelola aplikasi SIMDA Barang Milik Daerah Pemerintah Kabupaten Tangerang. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengelolaan kendaraan dinas operasional di Pemerintahan Kabupaten Tangerang. Penelitian ini menggunakan teori Manajemen Aset Daerah yang dikemukakan oleh Doli D. Siregar dan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi, sementara analisis yang digunakan adalah model Miles & Huberman. Hasil penelitian menunjukan bahwa manajemen aset kendaraan dinas operasional Pemerintahan Kabupaten Tangerang kurang baik, hal ini dapat dilihat dalam proses administrasi pada kendaraan dinas operasional, serta melengkapi dokumen kepemilikan dari kendaraan dinas operasional. Saran yang dapat diberikan adalah melengkapi setiap dokumen yang dimiliki pada kendaraan dinas operasional, memberikan sanksi tegas untuk para pegawai maupun pejabat yang menyalahi aturan dalam menggunakan kendaran dinas operasional, serta merekrut pegawai yang kompeten dalam bidangnya sehingga lebih memudahkan Pemerintah Kabupaten Tangerang dalam menyajikan data secara valid.

  Kata Kunci : Manajemen, Aset Daerah, Kendaraan Dinas Operasional

  

ABSTRACT

Frisca Wulandari. 6661120044. The Asset Management of Operational Service

Transportation of the Tangerang Local Government . The Study Programme of

  State Administration Science, The Faculty of Social and Political Science, Tirtayasa University. 2017. Advisor 1: G. Ismanto, M. M., advisor 2: Maulana Yusuf, M. Si.

  The background of this research is based on following problems such as the process of goods inventorying of the Tangerang local government is not going properly, the lack of supervising in local goods on operational service transportation of the Tangerang local government since the distribution of operational service transportation is done according to the job position, the lack of security in local goods on operational service transportation which is done by Tangerang local government, and the lack human resource quantity of Local Government Finance and Asset Agency in organizing the application of SIMDA local goods of the Tangerang local government.This research aimed to describe the organization of operational service transportation of the Tangerang local government. This research used the theory of the local asset management which is stated by Doli Siregar and qualitative approach using descriptive method. The technique of data collecting used are interviewing, observing, and documentating. Whereas the analysis used is Miles & Huberman model. The result of the research shows that local asset management of operational service transportation of Tangerang local government is not proper. It can be seen in the process of administration of operational service transportation and the completeness of ownership document of operational service transportation. The beneficial suggestions for the supervisor are completing the document of operational service transportation, giving distinct sanction to the employee even the functionary who trespass the regulation in using operational service transportation, and recruiting the competent employee in his field so that it can be easier for the Tangerang local government to provide the valid data.

  Keywords: Management, local asset, operational service transportation.

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur penulis panjatkan Kepada Allah SWT atas berkat dan rahmatnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Manajemen Aset Kendaraan Dinas Operasional Pemerintah Kabuppaten Tangerang”.

  Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahannya, yang semata-mata muncul karena keterbatasan waktu dan materi. Untuk itu, demi kesempurnaan skripsi ini, dengan senang hati penulis mengharapkan masukan, kritik dan saran yang membangun dari pembaca guna memberikan input kepada penulis untuk dapat membuat karya tulis selanjutnya yang lebih baik.

  Skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa adanya pihak-pihak yang telah memberikan pengajaran, dukungan serta bantuan baik moril maupun materil demi kelancaran skripsi ini. Untuk itu penuis mengucapkan terimakasih kepada :

  1. Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yakni Bapak Prof. Dr. Soleh Hidayat, M.Pd.

  2. Dekan FISIP Untirta yakni Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si,

  3. Wakil Dekan I FISIP Untirta yakni Ibu Rahmawati, M.Si, yang juga selaku Ketua Penguji Sidang Skripsi yang telah memberikan arahan dan

  5. Wakil Dekan III FISIP Untirta yakni Bapak Kandung Sapto Nugroho, M.Si.

  6. Ketua Program Studi Ilmu Adiministrasi Negara FISIP Untirta yakni Ibu Listyaningsih, M.Si., yang memberikan saya kemudahan dalam melaksanakan penelitian.

  7. Dr. Dirlanudin, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik saya di Program Studi Ilmu Adiministrasi Negara FISIP Untirta.

  8. Bapak G.Ismanto, M.M., selaku Dosen Pembimbing I Skripsi yang telah memberikan segala bimbingan, motivasi, pengarahan, saran dan dukungannya kepada saya sehingga dapat menyelesaikan proposal skripsi ini dengan baik, saya mengucapkan terimakasih banyak kepada Bapak.

  9. Bapak Maulana Yusuf, M.Si., selaku Dosen Pembimbing II Skripsi yang telah memberikan segala bimbingan, motivasi, pengarahan, saran dan dukungannya kepada saya sehingga dapat menyelesaikan proposal skripsi ini dengan baik, saya mengucapkan terimakasih banyak kepada Bapak.

  10. Kepada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah(BPKAD) Kabupaten Tangerang yang telah mengizinkan saya untuk melakukan penelitiaan skripsi ini, dan memberikan bantuan berupa data-data yang saya butuhkan dalam penyusunan proposal skripsi.

  11. Kepada Keluargaku, Mama, Papa, Adikku, Sepupu-sepupuku, Paman dan Bibi yang senantiasa memberikan dukungan, kasih sayang, pengertian,

  12. Kepada semua sahabat-sahabatku Borjuis, Cmersiel, Ladies, Kelompok KKM Desa Kiara dan semua teman-teman kuliah saya ANE Kelas 1b yang selalu memberikan semangat dan menemani penulis dalam keadaan suka maupun duka.

  Dengan tanpa mengurangi rasa hormat penulis meminta maaf kepada pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu-persatu. Dan semoga seluruh oihak yang mendukung penulis, mendapatkan rahmat dan senantiasa beraa didalam lindungan Allah SWT. Terimakasih atas semua pihak yang selalu mendukung dan memberikan dorongan semangat dan doa yang tidak pernah putus.

  Akhir kata dengan segala harapan dan kerendahan hati penulis berharap agar skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat serta memberikan sumbangsih bagi semua pihak yang membutuhkan.

  Serang, Maret 2016 Frisca Wulandari

  v

DAFTAR ISI

  Halaman LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS…………………………………… i LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK

  ABSTRACT

  KATA PENGANTAR ……………………………………………………………... .iv DAFTAR ISI . ………………………………………………………………………..v DAFTAR TABEL .………………………………………………………… ... ........viii DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………. . ..….ix DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………………xi

  BAB I PENDAHULUAN

  1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................................................... 1

  1.2 Identifikasi Masalah ........................................................................................... 24

  1.3 Batasan Masalah ................................................................................................ 24

  1.4 Rumusan Masalah .............................................................................................. 24

  1.5 Tujuan Penelitian ............................................................................................... 25

  vi

  1.6 Manfaat Penelitian ............................................................................................. 25

  1.7 Sistematika Penulisan… ………………………………………………………..26

  BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN

  2.1 Landasan Teori .................................................................................................... 29

  2.2 Penelitian Terdahulu ........................................................................................... 59

  2.3 Kerangka Berpikir................................................................................................ 62

  2.4 Asumsi Dasar ....................................................................................................... 66

  BAB III METODOLOGI PENELITIAN

  3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ..................................................................... 67

  3.2 Fokus Penelitian .................................................................................................. 68

  3.3 Lokasi Penelitian ................................................................................................. 68

  3.4 Fenomena yang Diamati ..................................................................................... 69

  3.4.1 Definisi Konsep ........................................................................................... 69

  3.4.2 Definisi Operasional ................................................................................... 69

  3.5 Instrumen Penelitian ............................................................................................ 70

  3.6 Informan Penelitian.............................................................................................. 71

  3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ................................................................ 74

  3.7.1 Teknik Pengumpulan Data .................................................................... …74

  vii

  3.7.3 Uji Keabsahan Data .................................................................................. 80

  3.8 Jadwal Penelitian ................................................................................................. 82

  BAB IV HASIL PENELITIAN

  4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ……………………………………………………83

  4.1.1 Deskripsi Wilayah Kota Administrasi Jakarta Utara……………………83

  4.1.2 Gambaran Umum Kecamatan Kelapa Gading...…...…………………….84

  4.2. Informan Penelitian………………………….…………………………………91

  4.3 Deskripsi Data dan Analisis Data…………………….………………………..94

  4.4 Pembahasan Hasil Penelitian…………………………...………………………95

  4.5 Interpretasi Hasil Penelitian…………………………………..……………….143

  BAB V PENUTUP

  5.1 Kesimpulan…………………………………………………………………….148

  5.2 Saran……………………………………………………………………….…..149 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

  viii

DAFTAR TABEL

  Halaman

Tabel 1.1 Data Timbulan Sampah dan Sampah Terangkut Tahun 2015……….…7Tabel 1.2 Jumlah Kendaraan Angkutan Sampah Tahun 2015 ................................... ..9Tabel 1.3 Data Lokasi dan Perkiraan Volume Sampah yang BelumTerlayani di Kecamatan Kelapa Gading .................................................................... 10Tabel 3.1 Daftar Informan.......................................................................................... 73Tabel 3.2 PedomanWawancara .................................................................................. 76Tabel 3.3 Jadwal Penelitian........................................................................................ 82Tabel 4.1 Daftar Informan ……........................................................................... …..93Tabel 4.2 Capaian SPM Dinas Kebersihan Semester II Tahun2015………………112

  ix DAFTAR GAMBAR

  Halaman

Gambar 1.1 Pihak-pihak pemerintah DKI Jakarta yang bertanggung jawab dalam mengelola sampah ............................................................................... 6Gambar 1.2 Surat dari Kepala Dinas Kebersihan kepada Pengelola kawasan mandiri…............................................................................................ 13Gambar 1.3 Surat dari Kepala Dinas Kebersihan kepada Pengelola kawasan mandiri…............................................................................................ 14Gambar 1.4 TPS liar................................................................................................... 15Gambar 1.5 TPS liar................................................................................................... 16Gambar 2.1 Model analisis kebijakan ........................................................................ 35Gambar 2.2 Model implementasi menurut Mazmanian dan Sabatier........................ 45Gambar 2.3 Kerangka berpikir................................................................................... 65Gambar 3.1 Siklus teknik analisis data menurut Miles dan Huberman ..................... 80Gambar 4.1 Struktur Organisasi Kecamatan Kelapa Gading…................................ .87Gambar 4.2 Pola Penyelenggaran Pemerintah Kecamatan Kelapa Gading...……

  90 Gambar 4.3 Berita Acara penyitaan OTT bulan Agustus..…………….……..…105

Gambar 4.4 Berita Acara penyitaan OTT bulan Oktober ……….……………..106Gambar 4.5 Laporan hasil persidangan…………………………………………...107Gambar 4.6 Posko OTT sampah di car free day...............................................133

  x

Gambar 4.7. Truk arm roll besar ………………………………………………...136Gambar 4.7. Truk arm roll kecil …………………………………………………136 xi

DAFTAR LAMPIRAN

  Halaman Lampiran 1 Perda Nomor 3 Tahun 2103 tentang Pengelolaan Sampah Lampiran 2 Instruksi Gubernur Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penerapan

  Pengelolaan Sampah Kawasan Secara Mandiri Lampiran 2 Keputusan Kepala Dinas Kebersihan Provinsi DKI Jakarta Nomor 117 Tahun 2016 tentang Pelaksanaan Pengelolaan Sampah Pada

  Kawasan Secara Mandiri Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian Lampiran 2 Pedoman Umum Wawancara Lampiran 2 Transkip dan Koding Data Lampiran 2 Member check Lampiran 2 Dokumentasi Penelitian Lampiran 2 Catatan Bimbingan Skripsi

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

  Otonomi daerah merupakan suatu kepastiaan yang tidak dapat dipungkiri dan sudah menjadi suatu kebutuhan masyarakat tren glonalisasi. Otonomi daerah memiliki suatu keterkaitan yang tinggi dengan peran pemerintah daerah dalam pembangunan daerahnya, dan peran pemerintah pusat tidak terlalu besar. Dalam pembiayaan pembangunan daerahnya, tentunya pemerintah daerah dituntut untuk bekerja keras agar dapat mandiri dalam pembiyaan sebagian besar anggaran pembangunan. Oleh karena itu, pemerintah daerah harus dapat mengoptimalisasikan sumber-sumber penerimaan daerah, termasuk melakukan optimalisasi aset daerah dalam pemanfaatan sumber ekonomi daerah sebagai pemasukan potensial bagi kas daerah.

  Pemerintah daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan memiliki hubungan dengan pemerintah pusat dan dengan pemerintah lainnya.

  Pemerintah pusat dan pemerintah daerah merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam upaya penyelenggaraan maupun pelayanan masyarakat.

  Misi utama dari Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah daerah dan Undang-Undang Nmor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah bukan sekedar meningkatkan efesiensi dan efektifitas pengelolaan sumber daya keuangan daerah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan untuk masyarakat atas dasar desentralisasi, transparansi, dan akuntabilitas harus menjadi acuan dalam proses penyelenggaraan pemerintah pada umumnya dan proses pengelolaan keuangan Pemerintah Daerah pada khususnya.

  Pada era otonomi daerah sekarang ini, daerah diberikan kewenangan yang lebih besar untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Tujuannya yaitu untuk dapat lebih mendekatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat, memudahkan masyarakat untuk memantau dan mengontrol penggunaan dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), selain itu menciptakan persaingan yang sehat antar daerah dan mendorong adanya inovasi.

  Jadi, dengan adanya kewenangan tersebut Pemerintah Daerah, diharapkan lebihmampu menggali sumber-sumber yang berpotensi.

  Kemudian, dalam mengelola aset daerah, Pemerintah Daerah harus menggunakan pertimbangan aspek perencanaan kebutuhan dan penganggaran, pengadaan, penerimaan, penyimpanan dan penyaluran, penggunaan, penatausahaan, pemanfaatan atau penggunaan, pengamanan dan pemeliharaan, penilaian, penghapusan, pemindahtanganan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian, pembiayaan dan tuntutan ganti rugi agar aset daerah mampu memberikan kontribusi optimal bagi Pemerintah Daerah yang bersangkutan.

  Aset Daerah sebagaimana tercantum pada Peraturan Pemerintah Nomor kekayaan daerah atau barang milik daerah. Dengan demikian barang milik daerah atau aset daerah atau kekayaan daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. Aset daerah merupakan salah satu sumber pembiayaan daerah dalam rangka mendukung pelaksanaan pemerintahan di daerah. Pendapatan Asli Daerah (PAD) salah satunya berasal dari hasil pengelolaan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan.

  Penerimaan hasil penjualan kekayaan (aset) daerah yang dipisahkan dapat berupa penjualan perusahaan Milik Daerah (BUMD), penjualan aset milik pemerintah daerah yang dikerjasamakan dengan pihak ketiga atau hasil divestasi penyertaan modal pemerintah daerah. Oleh karena barang milik daerah atau aset daerah merupakan salah satu sumber pembiayaan dan Pendapatan Asli Daerah (PAD), maka harus dikelola dengan baik agar dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat luas.

  Aset daerah merupakan suatu potensi ekonomi dan merupakan sumber daya yang mutlak diperlukan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, karena apabila aset dikelola dengan baik maka dapat memberikan kontribusi bagi pemerintah daerah sebagai sumber pendapatan sekaligus dapat menunjang peran dan fungsi pemerintah daerah sebagai pemberi pelayanan publik kepada masyarakat. ekonomi yang dikuasai atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi serta sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya non keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.

  Permendagri No. 17 Tahun 2007 mengartikan aset daerah adalah barang daerah. Barang daerah adalah semua kekayaan daerah yang dimiliki maupun dikuasai yang berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak beserta bagian- bagiannya ataupun yang merupakan satuan tertentu yang dapat dinilai, dihitung, diukur atau ditimbang termasuk hewan dan tumbuh-tumbuhan kecuali surat dan surat berharga lainnya..

  Pengelolaan aset daerah merupakan salah satu dari kunci keberhasilan pengelolaan ekonomi daerah. Pentingnya pengelolaan aset secara tepat dan berdayaguna, dengan didasari prinsip pengelolaan yang efisien dan efektif diharapkan akan mampu memberi kekuatan kepada Pemerintah Daerah untuk membiayai pembangunan daerahnya. Pengelolaan aset negara yang profesional dan modern dengan mengedepankan good governance di satu sisi diharapkan akan mampu meningkatkan kepercayaan pengelolaan keuangan negara dari masyarakat.

  Pengelola aset daerah selanjutnya disebut pengelola adalah pejabat yang daerah. Pembantu pengelola barang milik daerah disebut pembantu pengelola adalah pejabat yang bertanggung jawab mengkoordinir penyelenggaraan pengelolaan barang milik daerah yang ada pada satuan kerja perangkat daerah.

  Manfaat pengelolaan Barang Milik Daerah adalah guna meningkatkan pengurusan dan akuntabilitas, meningkatkan manajemen layanan, meningkatkan manajemen resiko yaitu menganalisis kemungkinan dan konsekuensi dari kegagalan aset dan meningkatkan efisiensi keuangan.

  Salah satu masalah utama dalam pengelolaan aset daerah (municipal asset

  

management ) adalah ketidaktertiban administrasi dalam pengendalian

  inventarisasi aset (Wardhana, 2005:7). Karena inventarisasi aset ini merupakan hal yang sangat penting di dalam siklus pengelolaan aset. Aset tetap sebagai komponen utama dari aset daerah, oleh Pemerintah Daerah selanjutnya harus dapat dimanfaatkan sebagai aset yang produktif dan berguna, sehingga berdampak positif dalam pembangunan ekonomi daerah dan kesejahteraan masyarakat.

  Pengelolaan aset tidak hanya dibuat begitu saja namun juga dipertangungjawabkan dengan membuat Laporan Hasil Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) yang mana LKPD ini dibuat oleh masing-masing daerah untuk dapat diberikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan agar dapat dipertanggungjawabkan. Sejak tahun 2004 BPK melakukan pemberian penilaian dari hasil laporan yang dibuat oleh setiap daerah, dan BPK dalam hal ini menjadi

  Sebagai gambaran, dijajaran pemerintah daerah, menyusun laporan keuangan memerlukan perjuangan ekstra. Kelemahan dalam sistem pengendalian intern dan keterbatasan sumber daya manusia yang paham akuntansi pemerintahan sebagai penyebabnya. Keruwetan semakin menjadi karena ditunggangi kepentingan politik legislatif dan eksekutif dalam penggunaan anggaran yang cenderung menabrak aturan. Atas semua itu laporan keuangan harus tetap disajikan secara akuntabel. Ini bukan hal yang mudah.

  Pengelolaan aset daerah selama ini telah berjalan, namun belum terlaksana sebagaimana yang diharapkan untuk mencapai daya guna dan hasil guna yang maksimal. Masih banyak permasalahan-permasalahan yang ditemui di pemerintahan daerah dengan beragam masalah yang ada. Masalah dalam pengelolaan aset juga dirasakan oleh Pemerintahan Kabupaten Tangerang.

  Penilaian Opini BPK yang telah berjalan sejak tahun 2004 dimana Pemerintah Kabupaten Tangerang juga mendapatkan Opini Penilaian BPK dalam hal Laporan Hasil Pekerjaan (LHP), dan pada tahun 2004 hingga tahun 2007 Kabupaten Tangerang mendapatkan opini penilaian Wajar Dengan Pengecualian (WDP) dikarenakan banyak kekuaran yang dinilai oleh BPK sekalu penilai dalam hal pelaporan yang telah diberikan oleh Kabupaten Tangerang.

  Pada awal diadakan Pemeriksaan oleh Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI) sesuai dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, itu, Pemerintah Kabupaten Tangerang mendapat opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2007. Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kabupaten Tangerang berusaha dan memiliki suatu keinginan kuat untuk meraih opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) yang diwujudkan dalam dukungan komitmen pimpinan yang konkret dan konsisten. Dan Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kabupaten Tangerang mengadakan tuntutan terciptanya tranparansi dan akuntabilitas publik pada era keterbukaan informasi saat ini. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Hidayat selaku Kepala Bidang Akuntasi Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daereh (BPKAD) Kabupaten Tangerang.

  (Wawancara dilakukan pada tanggal 20 Febuari 2016, pukul 10.00 WIB).

  Strategi yang dibuat dilakukan dengan sebaik mungkin sehingga pada tahun 2008 Kabupaten Tangerang berhasil mendapatkan opini penilaian BPK dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) selama tujuh kali berturut – turut hingga tahun 2014.

  Namun dengan adanya opini Wajar Tanpa Pengecualian yang diberikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan kepada Pemerintah Kabupaten Tangerang, selama tujuh kali berturut-turut, tidak dapat atau belum cukup untuk membuktikan bahwa manajemen pengelolaan aset Pemerintah Kabupaten Tangerang sudah baik, hal ini dikarenakan BPK hanya memeriksa dari segi Laporan Keuangannya saja. Hal ini dapat dilihat dari daftar aset kendaraan oprasional Pemerintah Kabupaten

Tabel 1.1 Daftar Kondisi Kendaraan Oprasional Pemerintah Kabupaten

  23. Pick Up 100

  1

  18. Mobil Unit Pameran

  1

  19. Mobil Unit Penerangan

  1

  20. Mobil Unit Perpustakaan Keliling

  7

  21. Mobil Unit Visual Mini (Muviani) Darat

  1

  22. Mobil Workshop

  2

  24. Sedan

  1

  9

  25. Semi Trailer

  1

  26. Sepeda Motor 1362

  27. Staion Wagon

  62

  28. Trailer

  2

  29. Truck+Attachment

  6

  30. Truck Crane

  75 (Sumber: Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Tangerang)

  17. Mobil Unit Kesehatan Masyarakat

  16. Mobil Unit Kesehatan Hewan

  

Tangerang Tahun 2014

No. Jenis Kendaraan Jumlah Kendaraan

  8. Micro Bus (Penumpang 15-30)

  1. Dump Truck 178

  2. Jeep

  23

  3. Kendaraan Bermotor Beroda Tiga Lain-lain 131

  4. Kendaraan Bermotor Angkutan Barang Lain-lain

  14

  5. Kendaraan Bermotor Beroda Dua Lain-lainnya

  5

  6. Kendaraan Bermotor khusus Lain-lain

  9

  7. Kendaraan Dinas Bermotor Lain-lain

  47

  6

  3

  9. Mini Bus (Penumpang 14 orang kebawah) 479

  10. Mobil Ambulance

  80

  11. Mobil Jenazah

  2

  12. Mobil Kendaraan Bermotor Penumpang Lain-lain

  29

  13. Mobil Pemadam Kebakaran

  19

  14. Mobil Tangki

  9

  15. Mobil Tinja

  Berdasarkan hasil observasi awal dan berdasarkan data yang ditemukan oleh peneliti pada 17 Maret 2016, di Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset

  Pertama, Proses inventarisasi Barang Milik Daerah Pemerintah Kabupaten

  Tangerang yang kurang berjalan dengan baik. Hal ini dapat dibuktikan oleh adanya pencatatan aset kendaraan Pemerintah Kabupaten Tangerang yang belum berjalan dengan baik.

Gambar 1.1 Daftar Kendaraan Dinas Operasional Pemerintah Kabupaten Tangerang. Kondisi SKPD Jenis Kendaraan Spesifikasi Keterangan Kendaraan

  Sepeda Motor Tidak Di ketemukan Kecamatan Gunung Kaler Honda Win Baik Fisiknya

  Tidak Di ketemukan Sepeda Motor Honda Win Baik Fisiknya Kecamatan Gunung Kaler Tidak Di ketemukan Sepeda Motor Honda Win Baik Fisiknya Kecamatan Gunung Kaler Tidak Di ketemukan Sepeda Motor Honda Win Baik Fisiknya Kecamatan Gunung Kaler Tidak Di ketemukan Sepeda Motor Honda Win Baik Fisiknya Kecamatan Gunung Kaler Tidak Di ketemukan Sepeda Motor Honda Win Baik

  Kecamatan Gunung Kaler Fisiknya Tidak Di ketemukan

  Sepeda Motor Honda Win Baik Kecamatan Gunung Kaler Fisiknya Tidak Di ketemukan

  Sepeda Motor Honda Win Baik Fisiknya Kecamatan Gunung Kaler

  Tidak Di ketemukan Sepeda Motor Honda Win Baik Fisiknya Kecamatan Gunung Kaler

  (Sumber : BPKAD Kabupaten Tangerang, Bidang Aset) Hal ini, dapat dibuktikan di dalam daftar kendaraan operasional

  Pemerintah Kabupaten Tangerang, menyebutkan bahwa masih banyak kendaraan operasional yang tidak ada bentuk fisiknya, seperti yang terjadi di Kecamatan Gunungkaler, ditemukan Sembilan kendaraan oprasional yang tidak dapat

  Gunungkaler ditemukan pula kendaraan dinas operasional milik Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menegah yang tidak ditemukan fisiknya, namun tercatat pada daftar kendaraan dinas operasional Pemerintah Kabupaten Tangerang, seperti pada gambar dibawah ini ;

Gambar 1.2 Daftar Kendaraan Dinas Operasional Pemerintah Kabupaten Tangerang. SKPD Jenis Kendaraan Spesifikasi Nomor Kondisi Keterangan Polisi Kendaraan

  

Dinas Koperasi, Mini Bus SUZUKI B 1093 NQN Baik Tidak Di

Usaha Mikro, (penumpang 14 ketemukan Kecil dan orang kebawah)

  Fisiknya Menegah

Dinas Koperasi, Mini Bus SUZUKI B 8423 CQ Baik Tidak Di

Usaha Mikro, (penumpang

  14 ketemukan Kecil dan orang kebawah) Fisiknya Menegah

  (Sumber : BPKAD Kabupaten Tangerang, Bidang Aset) Berdasarkan wawancara dengan Bapak Deddy Hidayat selaku Bagian Inventaris BPKAD Kabupaten Tangerang dan Berdasarkan Data Kendaraan Operasional Pemerintah Kabupaten Tahun 2014. (Wawancara dilakukan pada Tanggal 26 April 2016, di BPKAD Kabupaten Tangerang, pukul 09.00 WIB).

  Kedua, Kurangnya pengawasan Barang Milik Daerah pada Kendaraan

  Dinas Operasional Pemerintah Kabupaten Tangerang dalam pendistribusian Kendaraan Dinas Oprasional berdasarkan jabatan.

Tabel 1.2 Kendaraan Dinas Operasional Pemerintah Daerah No. Jabatan Jenis Jum. Kapasitas Mesin

  1. Eselon Ia dan yang setingkat Sedan/SUV 1 2.000 cc/3.500 cc

  2. Eselon Ia dan yang setingkat Sedan 1 2.000 cc

  3. E.selon IIa dan yang setingkat SUV 1 2.500 cc

  4 Eselon IIb dan yang setingkat SUV 1 2.000 cc

5. Eselon

  III dan yang setingkat, berkedudukan sebagai Kepala Kantor MPV 1 2.000 cc bensin /2.500 cc diesel

  6. Eselon IV dan yang setingkat, Kepala Kantor dgn min Wilayah kerja kurang 1 kab/kota MPV

  1 1.500 cc

  7. Eselon IV dan yang setingkat, Kepala Kantor dgn min Wilayah kerja kurang 1 kab/kota Sepeda

  Motor 1 225 cc

(Sumber : Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 76/PMK.06/2015 tentang Standar Barang

dan Standar Kebutuhan Barang Milik Negara Berupa Alat Angkutan Darat Bermotor Dinas

Operasional Jabatan di Dalam Negeri).

  Hal ini dapat terjadi dikarenakan oleh belum optimalnya pendistribusian kendaraan dinas operasional dikalangan Pemerintah Kabupaten Tangerang sesuai dengan prosedur diatas atau prosedur Kendaraan Oprasional Menurut PMK Nomor 76/PMK.06/2015 tentang Standar Barang dan Standar Kebutuhan Barang Milik Negara Berupa Alat Angkutan Darat Bermotor Dinas Operasional Jabatan di Dalam Negeri. Dimana, didalam peraturan tersebut terdapat penjelasan tentang beberapa SKPD yang telah peneliti temukan pada Pemerintah Kabupaten Tangerang yaitu, salah satunya pada Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kabupaten Tangerang, dimana terdapat Kepala Unit Pelayanan Terpadu (KUPT) Koperasi dan Usaha Makro, Kecil, dan Menegah Kabupaten Tangerang menggunakan jenis mobil MPV dengan kapasitas mesin 2.500 cc, padahal seharusnya Kepala Unit Pelayanan Terpadu (KUPT) Koperasi dan Usaha Makro, Kecil, dan Menegah Kabupaten Tangerang, menggunakan mobil berjenis MPV dengan kapasitas mesin 1.500cc. Berdasarkan wawancara dengan Bapak Deddy Hidayat selaku Bagian Inventaris BPKAD Kabupaten Tangerang. (Wawancara dilakukan pada Tanggal 26 April 2016, di BPKAD Kabupaten Tangerang, pukul

  09.00 WIB).

  Ketiga, Masih kurangnya pengamanan Barang Milik Daerah yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Tangerang pada Kendaraan Dinas Oprasional.

  Hal ini dapat dibuktikan dengan gambar dibawah ini ;

Gambar 1.3 Daftar Kendaraan Dinas Operasional Pemerintah Kabupaten Tangerang SKPD Jenis Kendaraan Spesifikas Nomor Polisi Kondisi Keterangan i

  

Dinas Kesehatan Mobil Ambulance Isuzu A 9937 A Baik Tidak ada BPKB

Dinas Kesehatan Tidak ada BPKB

Sepeda Motor Yamaha B5652 CQ Baik

  

Kantor Arsip Daerah Sepeda Motor B 6118 CQ Baik Tidak ada BPKB

Suzuki

Kantor Arsip Daerah Sepeda Motor B 5118 CQ Baik Tidak ada BPKB

Honda

Kantor Arsip Daerah Sepeda Motor B 6489 NIQ Baik Tidak ada BPKB

Suzuki

  Smash

Kantor Arsip Daerah Sepeda Motor B 6411 NIQ Baik Tidak ada BPKB

Suzuki Smash

  

Kec. Jayanti Sepeda Motor B 3160 FQ Baik Tidak ada BPKB

Honda

  (Sumber : BPKAD Kabupaten Tangerang, Bidang Aset) Dimana dalam daftar kendaraan dinas operasional Pemerintah Kabupaten

  Tangerang Tahun 2014, disana masih terdapat kendaraan-kendaraan operasional milik SKPD Kabupaten Tangerang yaitu Dinas Kesehatan yang tidak memiliki dokumen kepemilikan seperti BPKB kendaraan, seperti satu mobil ambulan dan tiga sepeda motor yang tidak memiliki BPKB kendaraan. Berdasarkan Data Kendaraan Operasional Pemerintah Kabupaten Tahun 2014. (Data diperoleh pada Tanggal 17 Maret 2014, di BPKAD Kabupaten Tangerang, pukul 09.00 WIB).

  Keempat , kurangnya jumlah pegawai Badan Pengelola Keuangan dan Aset

  Daerah (BPKAD) Pemerintah Kabupaten dibidang aset dalam mengelola aplikasi SIMDA Barang Milik Daerah Pemerintah Kabupaten. Hal ini dapat dilihat pada bagian aset Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Pemerintah Kabupaten, yang hanya memiliki 4 (empat) pegawai untuk mengelola Barang Milik Daerah Pemerintah Kabupaten yang terdiri dari 29 kecamatan, dan 254 Desa. Dimana setiap 1 (satu) orangnya dibebankan kurang lebih 17 SKPD. Hal ini tentunya memiliki dampak pada pengelolaan maupun pembaharuan data Barang Milik Daerah, dan kurangnya pengawasan dan Pengendalian pada Pemerintah

  Kabupaten Tangerang. (Berdasarkan Observasi yang dilakukan Peneliti pada tanggal 4 Januari 2016 di Badan Pengelolaan BPKAD Kabupaten Tangerang).

  Berdasarkan hal tersebut penulis merasa tertarik untuk memperoleh gambaran lebih jauh tentang Manajemen Aset Pemerintah Kabupaten Tanngerang. Maka judul yang penulis angkat dalam penelitian ini adalah: “Manajemen Aset Kendaraan Dinas Operasional Pemerintah Kabupaten Tangerang”.

1.2.Identifikasi Masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas, maka untuk memfokuskan arah dan proses pembahasan dalam penelitian ini, peneliti mengidentifikasikan masalah sebagai berikut ;

  a. Proses inventarisasi Barang Milik Daerah Pemerintah Kabupaten Tangerang yang kurang berjalan dengan baik.

  b. Kurangnya pengawasan Barang Milik Daerah pada Kendaraan Dinas Operasional Pemerintah Kabupaten Tangerang dalam pendistribusian Kendaraan Dinas Oprasional berdasarkan jabatan.

  c. Masih kurangnya pengamanan Barang Milik Daerah yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Tangerang pada Kendaraan Dinas Oprasional.

  d. Kurangnya jumlah Sumber Daya Manusia Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Pemerintah Kabupaten dalam mengelola aplikasi

  Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini, penulis membatasi permasalahan yang akan dibahas berfokus pada Manajemen Aset Kendaraan Dinas Oprasional Pemerintah Kabupaten Tangerang Tahun 2014.

  1.4.Rumusan Masalah

  Berdasarkan fokus penelitian yang telah ditetapkan, maka masalah penelitian dapat dirumuskan adalah : Bagaimana Manajemen Aset Kendaraan Oprasional Pemerintah Kabupaten Tangerang Tahun 2014?

  1.5.Tujuan Penelitian

  Tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui Strategi Manajemen Aset di Badan Pengeolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kabupaten Tangerang.

  1.6.Manfaat Penelitian

  Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk semua pihak yang bersangkutan dalam penelitian ini, baik manfaat secara praktis maupun secara teoritis.

  Manfaat Praktis Beberapa manfaat secara praktis dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut.

  1. Bagi peneliti, yakni untuk mengembangkan kemampuan dan penguasaan

  Program Studi Ilmu Administrasi Negara Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  2. Bagi pembaca, penelitian ini dapat memberikan informasi secara tertulis maupun sebagai referensi atau bahan masukan berkaitan mengenai Strategi Manajemen Aset di Badan Pengeolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kabupaten Tangerang.

  Manfaat Teoritis

  1. Pengembangan Ilmu Administrasi Negara Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk wawasan dan pengetahuan, yang dapat digunakan dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan Ilmu Administrasi Negara, khususnya tentang Strategi Manajemen Aset di Badan Pengeolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kabupaten Tangerang.

  2. Penelitian Lebih lanjut Hasil dari penelitian ini diharapkan semoga dapat dijadikan refrensi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian lebih lanjut dengan topik yang sama.

  17

BAB II DESKRIPSI TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN ASUMSI DASAR PENELITI

2.1 Deskripsi Teori

  Dunia internasional manajemen aset telah berkembang cukup pesat, namun di Indonesia hal ini khusunya dalam konteks pengelolaan aset pemerintah daerah sepenuhnya belum dapat dipahami oleh para pengelola daerah. Manajemen aset pemerintah daerah dibagi dalam lima tahap kerja yang meliputi; inventarisasi aset, legal audit, penilaian aset, optimalisasi pemanfaatan dan pengembangan SIMA (Sistem Informasi Manajemen Aset), dimana kelima tahapan tersebut adalah saling berhubungan dan terintegrasi satu dengan yang lainnya. (Doli D.Siregar: 2004)

2.1.1 Pengelolaan Barang Milik Daerah

  Pengelolaan Barang Milik Daerah sebagai bagian dari pengelolaan keuangan daerah yang dilaksanakan secara terpisah dari pengelolaan barang milik Negara.

  

(Peraturan Menteri Dalam Negeri No 17 Tahun 2007 Tentang Pedoman Teknis

Pengelolaan Barang Milik Daerah, Pasal 2).

  1. Definisi

  a. Barang milik Negara adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.

  18

  b. Barang milik Daerah adalah semua barang dibeli atau diperoleh atas beban APBD atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.

  c. Menurut Soleh dan Rochmansjah (2020:174), BMD terdiri dari: 1) barang yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah yang penggunaannya/ pemakaiannya berada pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)/Instansi/Lembaga Pemerintah Daerah lainnya sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; Barang yang dimiliki Perusahaan Daerah atau Badan Usaha Milik

  Daerah lainnya yang status barangnya dipisahkan. Barang milik daerah yang dipisahkana adalah barang daerah yang pengelolaannya berada pada Perusahaan Daerah atau Badan Usaha Milik Daerah lainnya yang anggarannya dibebankan pada anggaran Perusahaan Daerah dan Badan Usaha Milik Daerah.

  2. Ruang Lingkup Barang Milik Negara/ Daerah meliputi: 1. Barang yang diberi atau diperoleh atas beban APBN/D.

  2. Barang yang berasal dari perolehan lainnya yang sah, yaitu:

  a. Barang yang diperoleh dari hibah/ sumbangan yang sejenis;

  b. Barang yang diperoleh sebagai pelaksana dari perjanjian/ kontrak;

  c. Barang yang diperoleh berdasarkan keputusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

  19

  3. Pengelolaan Pengelolaan aset/ barang milik daerah dilaksanakan berdasarkan atas fungsional, kepastian hokum, transparansi dan keterbukaan, efisiensi, akuntabilitas dan kepastian nilai (pasal 3 PP No. 6 Tahun 2006).

  Lingkup pengelolaan aset/barang daerah meliputi: Perencanaan kebutuhan dan penganggaran, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, penilaian, penghapusan, pemindahtanganan, penatausahaan pembinaan, pengawasan dan pengendalian. (Peraturan Pemerintah N0.6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara atau Daerah).

2.1.2 Definisi Manajemen

  Menurut H. Koontz & O’Donnel dalam Handayaningrat (2001:19) mengemukakan sebagai berikut: “Management involve getting things done thourgh and with people”. (Manajemen berhubungan dengan pencapaian sesuatu tujuan yang dilakukan melalui dan cara dengan orang-orang lain).

  Dalam definisi ini manajemen dititikberatkan pada usaha memanfaatkan orang lain dalam pencapaian tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka orang-orang didalam organisasi harus jelas wewenang, tanggung jawab, dan tugas pekerjaannya.

  20

  Selain itu, Tom Degenaars expert PBB yang diperbantukan pada Lembaga Administrasi Negara Tahun 1978-1979 dalam Hadayaningrat (2001:19) memberiksn definisi manajemen sebagai berikut :