HUBUNGAN POLA ASUH IBU DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI DUSUN JANTEN KELURAHAN NGESTIHARJO KASIHAN BANTUL TAHUN 2009

  

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA

DI DUSUN JANTEN KELURAHAN NGESTIHARJO

  1 KASIHAN BANTUL TAHUN 2009

  2

  3 Mardhatillah Dewi Rokhanawati

ABSTRACT

  Quality of human resources (HR) is associated with quality nutrition. This is influenced by the ability of people to meet their food needs with the quality of the nutrient balance. Due to malnutrition in under five, can cause growth and development that is not good, it is one of the foster mother in the pattern of feeding on five. Based on the data in January 2009, in Janten was looked the five malnutrition in Cempaka 1 posyandu have 1 (0.72%) from 138 five years of experience and have less nutrition 3 (2.17%) from 138 five. Research was conducted with the purpose to know the pattern of relationship with the foster mother's nutritional status in five in the village Janten Ngestiharjo Kasihan Bantul 2009.

  This study uses non-experimental research design or observasional, with the cross sectional approach. Sample of 35 respondents with systemic random sampling technique. Tools and methods of collecting data with the questionnaire and observation data of the primary equal weight with the test statistics with the correlation chi square.

  Based on the statistical test computer with the help of SPSS for windows release 16.0, p be the price of 0.346.

  Χ2 calculating the price obtained was 0.888. The price of

  χ2 table 3.84. Berdasrakan χ2 calculated from a smaller table χ2 (0.888 <3.84), then conclude that there is no relationship between the foster mother with the pattern of nutritional status in five in the village Janten Ngestiharjo Kasihan Bantul in 2009 with the correlation coefficient is very low category. Suggestions for further research that examined other factors that affect the nutritional status in five years time and with a larger sample.

  Keywords: Pola Asuh Ibu, Status Gizi Pada Balita

  1 2 J udul Karya Tulis Ilmiah 3 Mahasiswa STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta Dosen STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta

  PENDAHULUAN

  Dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1999-2004 dan Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) mengamanatkan bahwa pembangunan diarahkan pada meningkatnya mutu sumber daya manusia (Depkes, 2005). Upaya peningkatan kualitas mutu sumber daya manusia sangat terkait dengan kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pangan dengan mutu gizi yang seimbang. Pemenuhan kebutuhan gizi terutama diperlukan sejak masa janin sampai anak usia 5 tahun. Masa-masa ini merupakan masa rawan bagi anak.

  Pemenuhan gizi pada masa rawan sangat menentukan kualitas seseorang ketika mencapai usia produktif (Krisnatuti dan Yenrina, 2000 :1)

  Status gizi yang baik mempunyai pengaruh yang sangat besar dan sangat menentukan kepribadiannya kelak karena masa balita merupakan saat pembentukan dasar pertumbuhan dan perkembangan anak. Ini berarti lingkungan keluarga memegang peranan penting dan sangat menentukan kepribadian anak dikemudian hari. Anak yang di asuh dengan status gizi yang baik dalam keluarga maka pertumbuhan dan perkembangan anak tidak terlambat (depkes RI, 2003)

  Gizi buruk merupakan gejala yang terjadi dalam jangka panjang dan menimbulkan dampak jangka panjang pula. Masalah gizi buruk berkaitan erat dengan kualitas dan daya saing Sumber Daya Manusia (SDM) pada masa mendatang. Anak- berkembang dengan baik. Dan status gizi juga berpengaruh pada kecerdasan anak. Anak-anak dengan gizi kurang dan buruk akan memiliki tingkat kecerdasan yang lebih rendah sehingga mereka tidak akan mampu bersaing. Jika angka kasus seperti itu sangat tinggi, rantai generasi bisa terputus (Falah, 2006).

  Data menurut World Health

  Organization (WHO) berdasarkan

  pengelompokkan prevalensi gizi kurang, Indonesia tergolong sebagai negara dengan status kekurangan gizi yang tinggi pada tahun 2004 karena 5.119.935 balita dari 17.983.244 balita Indonesia (28,475%) termasuk kelompok gizi kurang dan gizi buruk (Falah, 2006). Sedangkan menurut Suseno (2006), bahwa gizi buruk dinas kesehatan provinsi DIY tercatat dari 160.000 balita yang mengalami gizi buruk ada 1.506 balita (1.06%).

  Menurut kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul Siti Noor Zainab mengatakan bahwa pada tahun 2007, gizi buruk di Bantul mencapai 398 balita dari total 45.956 balita. Periode September 2008, jumlahnya menurun menjadi 251 balita dari 59.758 balita.

  Kecamatan dengan jumlah gizi buruk terbanyak adalah Kasihan sebanyak 24 balita, Banguntapan 20 balita dan Pundong 20 balita. (Zainab, 2008)

  Upaya pemerintah dalam menanggulangi semakin buruknya keadaan gizi masyarakat dengan dikeluarkannya kebijakan pemerintah dan desentralisasi yaitu Undang- undang No 25 tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan provinsi sebagai daerah otonom, mengatur kewenangan pemerintah dalam gizi (Rencana Aksi Pangan Dan Gizi Nasional, 2001).

  Bidan sebagai tenaga kesehatan yang duduk di pelayanan kebidanan mempunyai peranan yang sangat penting dalam usaha perbaikan gizi tersebut, antara lain: memberikan pendidikan gizi kepada masyarakat dan perorangan kepada mereka dalam rangka program Kesehatan Ibu dan Anak/KIA (promotif), melaksanakan program perbaikan gizi keluarga melalui kelompok penimbangan posyandu (preventif), mengenali penderita-penderita kurang gizi dan mengobati mereka (kuratif), melakukan pemulihan keadaan kecacatan akibat kurang gizi (rehabilitatif).

  Puskesmas Kasihan II Bantul telah melaksanakan program pemerintah di kelurahan Ngestiharjo yaitu dengan memberikan makanan tambahan selama 3 bulan kepada balita yang mengalami gizi kurang dan buruk dan dilakukan pemantauan secara intensif, melakukan promosi Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) dan melakukan revitalisasi Posyandu. Berdasarkan data pemantauan Puskesmas Kasihan II Bantul bulan Januari 2009, jumlah balita yang ada di posyandu Cempaka I dusun Janten Kelurahan Ngestiharjo ada 138 balita (Puskesmas Kasihan II Bantul, 2009).

  Hasil pemantauan yang terkumpul dari data-data di Puskesmas Kasihan II Bantul bulan januari 2009 ada 1 (0,45%) balita dengan gizi buruk dan 9 (4,05%) balita dengan gizi kurang dari 222 balita di dusun Janten kelurahan Ngestiharjo. Data ini sudah menurun balita gizi buruk dan 15 balita dengan gizi kurang di dusun Janten Kelurahan Ngestiharjo Kasihan Bantul (Puskesmas Kasihan II Bantul, 2009).

  Berdasarkan perolehan data di atas, jumlah balita gizi kurang dan gizi buruk masih ada dan hal ini memerlukan perhatian yang serius padahal telah diusahakan dengan program Pemberian Makanan Tambahan (PMT). Pemantauan status gizi secara intensif sangat penting agar dapat ditindaklanjuti segera, kondisi gizi yang kurang akan menimbulkan berbagai masalah kesehatan khususnya balita.

  Daerah dusun Janten kelurahan Ngestiharjo merupakan daerah pemukiman penduduk yang padat dengan beraneka ragam karakteristik keluarga, hal tersebut akan sangat mempengaruhi kondisi status kesehatan dan gizi. Terlihat dari data pada bulan Januari 2009, dibandingkan daerah yang lain di kelurahan Ngestiharjo daerah dusun Janten terpantau balita yang gizi buruk di posyandu Cempaka I ada 1 (0,72%) dan gizi kurang ada 3 (2,17%) (Puskesmas Kasihan II Bantul, 2009).

  Hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 7 Februari 2009, menunjukkan bahwa 4 orang ibu (40%) mempunyai pola asuh yang baik dan 6 orang ibu (60%) mempunyai pola asuh yang kurang dalam pemberian makanan pada balita. Pentingnya pola asuh ibu dalam pemberian makanan pada balita berpengaruh terhadap status gizi pada balita. Berdasarkan data- data tersebut penulis tertarik untuk Status Gizi Pada Balita di Dusun Janten Kelurahan Ngestiharjo Kasihan Bantul 2009”.

METODE PENELITIAN

  parametrik dengan Chi Square Test

  2

  hitung lebih besar dari

  2

  Jika

  2 tabel.

  χ hitung dengan χ

  Untuk melihat adanya korelasi dilakukan dengan membandingkan harga 2

  dan rumus koefisien kontingensi (Sugiyono, 2006).

  Penelitian ini menggunakan metode non experimen atau

  observasional , yaitu meneliti hal

  Hipotesa yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: Ada hubungan pola asuh ibu dengan status gizi pada balita di dusun Janten kelurahan Ngestiharjo Kasihan Bantul tahun 2009.

  Pengukuran variabel bebas dilakukan dengan kuesioner tentang pola asuh ibu dalam pemberian makanan pada balita. Sedangkan pengukuran variabel terikat menggunakan timbangan dacin, dan lembar observasi yang berisi format pengisian hasil penimbangan berat badan balita, umur balita serta jenis kelamin balita dan juga tabel Klasifikasi Status Gizi Balita menurut WHO-NCHS tahun 2003. Kuesioner tentang pola asuh ibu dilakukan dengan menjumlah skor 4 untuk jawaban selalu, 3 untuk jawaban sering, 2 untuk jawaban kadang-kadang dan 1 untuk jawaban tidak pernah.

  anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Arikunto, 2006:134-136). Dalam penelitian ini sampel diambil 25% dari populasi yaitu 138 x 25% = 34,5 dan diambil 35 responden. Sampel yang dipilih harus memenuhi syarat, kriteria atau pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2006), yaitu: a) Bersedia menjadi responden; b) Ibu yang mempunyai KMS atau buku KIA; c)Pendidikan minimal ibu SD; d) per bulan; f) Balita yang diteliti tidak sedang menderita suatu penyakit atau sedang menjalani pengobatan, seperti PKTB, ISPA dan tidak menderita penyakit diare.

  sampling yaitu pengambilan sampel

  Populasi dalam penelitian ini adalah semua balita yang memiliki KMS, kartu kendali Posyandu dan tercatat dalam buku register Posyandu Cempaka I yang diadakan di dusun Janten kelurahan Ngestiharjo pada bulan Juni yang berjumlah 138 balita. Sampel pada penelitian ini diambil dengan menggunakan sistemik random

  yang mana data menyangkut variabel bebas yaitu pola asuh ibu dan variabel terikat yaitu status gizi pada balita akan dikumpulkan dalam waktu bersamaan dengan menggunakan instrumen yang telah ditentukan (Notoatmodjo, 2005: 145- 148).

  Cross sectional yaitu suatu penelitian

  yang sudah ada tanpa perlakuan sengaja untuk membangkitkan suatu gejala atau keadaan (Arikunto, 2006). Pendekatan waktu secara

  Variabel-variabel dalam penelitian ini menggunakan skala ukur nominal. Analisis data secara deskriptif dan analisis statistik non

  2

  2

  pengujian jika harga hitung > Ho ditolak dan H diterima χ χ tabel, maka hubungan signifikan. (Sugiyono, 2006).

  Dengan demikian dapat disimpulkan

  HASIL DAN PEMBAHASAN kunjungan di posyandu Cempaka 1.

  1 dusun Janten kelurahan

   Karakteristik Responden Penelitian ini dilakukan di Ngestiharjo Kasihan Bantul.

  wilayah dusun Janten kelurahan Karakteristik responden Ngestiharjo Kasihan Bantul pada berdasarkan umur balita, umur ibu tanggal

  08 Juni 2009 pukul 09.00 dan pendidikan. Ciri responden WIB. Jumlah sampel 35 ibu yang secara rinci dapat dilihat pada mempunyai balita dan melakukan tabel dibawah ini:

  Tabel 1. Distribusi frekuensi tentang karakteristik responden berdasarkan umur balita di dusun Janten kelurahan Ngestiharjo Kasihan Bantul tahun 2009

  Frequency Percent 12-23 bulan

  9

  25.7 24-35 bulan

  10

  28.6 36-47 bulan

  12

  34.3 48-60 bulan

  4

  11.4 Total 35 100.0 Tabel 1. menunjukkan bahwa (34%). Responden paling sedikit responden paling banyak adalah adalah ibu yang memiliki balita ibu yang memiliki balita berusia umur 48-60 bulan, yaitu 4 36-47 bulan, yaitu 12 responden responden (11%).

  Tabel 2. Distribusi frekuensi tentang karakteristik responden berdasarkan umur ibu di dusun Janten kelurahan Ngestiharjo Kasihan Bantul tahun 2009

  Frequency Percent < 20 tahun

  1

  2.9 21-30 tahun

  24

  68.6 31- 40 tahun

  10

  28.6 Total 35 100.0 Tabel 2. menunjukkan bahwa orang (68%) dan yang paling responden paling banyak berumur sedikit yang berumur < 20 tahun antara 21-30 tahun sebanyak 24 sebanyak 1 orang (3%). Tabel 3. Distribusi frekuensi tentang karakteristik responden berdasarkan pendidikan di dusun Janten kelurahan Ngestiharjo Kasihan Bantul tahun 2009

  Frequency Percent SMA

  31.4 Pola Asuh Kurang

  11

  68.6 Status Gizi Kurang

  24

  Status Gizi Baik

  Tabel 5. Distribusi Frekuensi Status Gizi Pada Balita Frequency Percent

  3. Status Gizi Pada Balita Di Dusun Janten Kelurahan Ngestiharjo Kasihan Bantul Tahun 2009

  68.6 Total 35 100.0 Berdasarkan tabel di atas, responden yang termasuk dalam kategori kurang yaitu 24 responden (68,6%), dan 11 responden (31,4%) termasuk kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden di wilayah posyandu Cempaka I Janten mempunyai pola asuh kurang.

  24

  11

  19

  Pola Asuh Baik

  Tabel 4. Distribusi Frekuensi Pola Asuh Ibu Frequency Percent

  2. Pola Asuh Ibu Di Dusun Janten Kelurahan Ngestiharjo Kasihan Bantul Tahun 2009

  22.9 Total 35 100.0 Tabel 3. menunjukkan bahwa kebanyakan responden berpendidikan SMA, yaitu 19 responden atau 54% dari seluruh responden. Adapun responden yang berpendidikan SMP dan SD jumlahnya sama yaitu, sebesar 8 responden atau 23% dari seluruh responden.

  8

  22.9 SD

  8

  54.3 SMP

  31.4 Total 35 100.0 Berdasarkan tabel di atas, dari 35 responden didapatkan status gizi baik pada balita yaitu 24 mengalami status gizi kurang sebanyak 11 balita (31,4%).

4 Analisis Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Status Gizi Pada Balita Di Dusun Janten Kelurahan Ngestiharjo Kasihan Bantul Tahun 2009

  Tabel 6. Tabel Silang Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Status Gizi Pada Balita Di Dusun Janten Kelurahan Ngestiharjo Kasihan Bantul Tahun 2009

  Status Gizi Baik Kurang Total p χ

  2 Pola Asuh Ibu f % F % f %

  Baik 6 17,1% 5 14,3% 11 31,4% Kurang 17 48,6% 7 20% 24 68,6% Total 23 65,7% 12 34,3% 35 100% 0,346 0,888

  Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa prosentase responden yang memiliki pola asuh kurang yaitu

  68,6% dan status gizi yang paling banyak dialami responden yaitu status gizi baik dengan prosentase 65,7%.

  Hasil analisis dengan SPSS for

  windows release 16.0

  didapatkan hasil nilai χ

  2

  hitung 0,888 < χ

  2

  tabel 3,84 dengan α = 5% dengan signifikansi 0,346 yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara pola asuh ibu dengan status gizi pada balita. Sedangkan nilai koofesien kontingensi sebesar 0,157 yang berarti keeratan hubungan antara pola asuh ibu dengan status gizi pada balita sangat rendah.

  Hasil pengujian hipotesis didapatkan tidak ada hubungan pola asuh ibu dengan status gizi pada balita di dusun Janten kelurahan Ngestiharjo Kasihan Bantul Tahun 2009. Status gizi diartikan sebagai keadaan fisik seseorang atau sekelompok orang yang ditentukan dengan salah satu atau kombinasi dari ukuran- ukuran gizi tertentu. Gizi mencakup zat makanan dan hubungannya dengan kesehatan dan penyakit. Gizi pada anak digunakan untuk aktivitas dan petumbuhan, mengganti sel-sel yang rusak, mempertahankan suhu badan, menjaga sintesa dan fungsi organ serta pembentukan antibodi (Soekirman, 2000). Definisi status gizi tersebut secara jelas menyatakan gizi mencakup zat makanan dan komponen lainnya merupakan faktor yang mempengaruhi status gizi. Asupan makanan yang baik dengan gizi seimbang, akan menyebabkan kebutuhan gizi bagi balita akan terpenuhi, sehingga status gizinya menjadi baik.

  Pola asuh yang baik berpengaruh terhadap asupan makanan pada balita, karena pola asuh yang baik merupakan perilaku kesehatan yang dipengaruhi oleh pengetahuan sebagai predisposisi, dengan demikian jika pengetahun baik, kesehatan, sehingga status gizi anak juga baik (Notoatmojo, 2003). Akan tetapi berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyudi (2007) bahwa hubungan pengetahuan ibu tentang gizi tidak ada hubungan yang signifikan terhadap status gizi balita. Dikarenakan status gizi balita dipengaruhi oleh berbagai faktor, sedangkan pengetahuan ibu tentang gizi balita hanya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi balita.

SIMPULAN DAN SARAN

  Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1) Pola asuh ibu di dusun Janten kelurahan Ngestiharjo Kasihan Bantul Tahun 2009, kebanyakan adalah kurang, yaitu 24 responden atau 68,6% dari seluruh responden; 2) Status gizi pada balita di dusun Janten kelurahan Ngestiharjo Kasihan Bantul Tahun 2009 kebanyakan baik, yaitu 23 responden atau 65,7% dari seluruh responden; 3) Tidak ada hubungan pola asuh ibu dengan status gizi pada balita di dusun Janten kelurahan Ngestiharjo Kasihan Bantul Tahun 2009, yang ditunjukkan dari

  χ

  2

  hitung < χ

  2

  tabel (0,888 < 3,84) dengan α = 5% dengan p sebesar 0,346 dan nilai koofesien kontingensi sebesar 0,157 menyatakan bahwa hubungan tersebut dengan koefisien korelasi kategori sangat rendah.

  Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka disarankan beberapa hal sebagai berikut: 1) Bagi instalasi gizi Puskesmas Kasihan II Bantul agar meningkatkan penyuluhan mengenai status gizi dan pola asuh yang baik dalam pemberian makanan pada balita; 2) Bagi kader posyandu hendaknya meningkatkan pemberian motivasi bagi ibu-ibu yang mempunyai balita khususnya balita yang kurang gizi dan memberi pengarahan tentang pentingnya gizi untuk anakya; 3) Bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian yang berhubungan dengan pola asuh ibu dan status gizi pada balita agar melakukan wawancara untuk mendukung data yang diperoleh dari kuesioner.

  DAFTAR PUSTAKA Almatsier, S., 2002, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

  Arikunto, S., 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan, Rineka Cipta, Jakarta. Aritonang, I., 2000, Krisis Ekonomi: Akar Masalah Gizi, Cetakan I, Penerbit Media Pressindo, Yogyakarta.

  Depkes RI, 1999, Pedoman Tatalaksana Kurang Energi Protein Pada Anak Di Puskesmas Dan Rumah Tangga , Edisi Revisi, Jakarta. Depkes RI, 2002, Gizi Seimbang Menuju Hidup Sehat Bagi Balita, Depkes Dan Kessos RI, Jakarta. Depkes RI, 2003, Pola Asuh Yang Mendukung Perkembangan Anak, Depkes RI,

  Dinas Kesehatan Dan Kesejahteraan Sosial Propinsi DIY, 2003, SK Menkes RI

  Nomor : 920 Menkes SK/VIII/2002, 1 Agustus 2002, Klasifikasi Status Gizi Anak Bawah Lima Tahun (Balita) , Yogyakarta.

  Falah, 2006, Artikel Gizi Kurang Dan Gizi Buruk Di Indonesia Masih Tinggi, diaksess 24 Oktober 2008, http://www.gizi kurang pdf/gizi.net. Hernawati, 2006, Akibat Pola Asuh Orang Tua Yang Salah Banyak Anak Derita

  Gizi Buruk , Diaksess Tanggal 27 September 2008, www.beta.pikiran- rakyat.com Judarwanto, 2004, Mengatasi Kesulitan Makan Pada Anak, Puspa Suara, Jakarta.

  Khumaidi, 2000, Pola Konsumsi Makanan Masyarakat, PT. Gramedia, Jakarta. Krisnatuti, D., Yenrina, R., 2000, Menyiapkan Makanan Pendamping ASI, Puspa Swara, Jakarta.

  Latief, 2006, Batita Dengan Kekurangan Energy Protein (KEP), diaksess Tanggal

  12 Februari 2009, www.midwifery.blogspot.com LIPI, 2000, Widyakarya Nasional Pangan Dan Gizi VII, Cetakan I, LIPI, Jakarta. Moehdji, S., 2002, Ilmu Gizi, Papas Sinar Sinanti, Jakarta. Nadesul, 2006, Batita Dengan Kekurangan Energy Protein (KEP), diaksess

  Tanggal 12 Februari 2009, www.midwifery.blogspot.com Nelson, Alih Bahasa Siregar, Moelina, 2000, Ilmu Kesehatan Anak, Bagian I, EGC, Jakarta.

  Notoatmodjo, 2000, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Edisi Revisi, Rineka Cipta, Jakarta. Notoatmodjo, S., 2002, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta, Rineka Cipta. Notoatmodjo, S., 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta, Bumi Aksara. Notoatmodjo, S., 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi,Rineka Cipta, Jakarta. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2002, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cetakan Ke I, Balai Pustaka, Jakarta. Purnomo, B., 2006, Masalah Gizi, Di Aksess Tanggal 17 September 2008, www.infomedia.com/bernas . Pudjiadi, 2000, Ilmu Gizi Klinis Pada Anak, Jakarta, FKUI. Puskesmas Kasihan II Bantul, Februari, 2009, Laporan Pemantauan Status Gizi. Santoni, 2008, Mencegah “Lost Generation”, diaksess tanggal 27 September

  2008, www.suaramerdeka.com Santoso,S., 2005, SPSS dan Excel untuk Mengukur Sikap dan Kepuasan Konsumen, Elex Media Komputindo, Jakarta.

  Sediaoetama, A., D., 1999, Ilmu Gizi, Jilid I, Dian Rakyat, Jakarta. Soekirman, 1999/2000, Ilmu Gizi Dan Aplikasinya Untuk Keluarga Dan Dirjen Pendidikan Tinggi Depdiknas, Jakarta.

  Masyarakat, Sugiyono, 2006, Statistika Untuk Penelitian, CV. Alfabeta, Bandung.

  Suhardjo, 2003, Perencanaan Dan Gizi, Jakarta, Bumi Aksara. Supariasa, N., 2001, Penilaian Status Gizi, Jakarta, EGC. Sunardi Dan Tuti, 2000, Makanan Balita Untuk Tumbuh Sehat Dan Cerdas, Jakarta, PT Gravindo Pustaka Umum.

  Wahyudi, 2007, Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status Gizi Di

  Desa Dukuh Waluh Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas Jawa Tengah Tahun 2007 , Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 3 No.

  3, Oktobr 2007, Diaksess Tanggal 10 Desember 2008,

  www.kalbefarma.com

  Wibowo, 2005, Hubungan Pola Pemberian Makan Pada Balita Dengan Status

  Gizi Pada Balita Di Kelurahan Keparakan Lor Kecamatan Mergangsan Kotamadya Yogyakarta Tahun 2005. Karya Tulis Ilmiah STIKES

  ‘Aisyiyah Yogyakarta, Tidak Dipublikasikan. Widiastuti, P., 2006, Hubungan Frekuensi Pemberian Asi Dengan Status Gizi

  Bayi Usia 0-6 Bulan Di Puskesmas Ngampilan Yogyakarta Tahun 2006 , Karya Tulis Ilmiah STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta, Tidak Dipublikasikan.

  Wiraswati, A., 2007, Hubungan Kebiasaan Makan Pada Balita Usia 1-5 Tahun

  Dengan Kejadian Energi Protein Di Wilayah Kerja Puskesmas Mergangsan Yogyakarta Tahun 2007 , Karya Tulis Ilmiah STIKES

  ‘Aisyiyah Yogyakarta, Tidak Dipublikasikan. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, 2002, Perempuan Dan Hak Kesehatan Reproduksi, Galang Printika, Yogyakarta.

  Zainab, S., 2008, Kemiskinan Dan Perilaku Pemicu Utama Gizi Buruk, Diaksess Tanggal 10 Desember 2008, www.kompas.com

  …………., 2001, Rencana Aksi Pangan Dan Gizi Nasional 2001-2005, Pemerintah Republik Indonesia Bekerjasama Dengan WHO.