50 HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG GIZI DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI KELURAHAN SIDOHARJO RW 1 RT 2 DAN 4 KECAMATAN LAMONGAN
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG GIZI DENGAN STATUS GIZI
PADA BALITA DI KELURAHAN SIDOHARJO RW 1 RT 2 DAN 4
KECAMATAN LAMONGAN
…………......……….…… …… . .…. ABSTRAK …… … ......………. …… …… . .…
Dwi Feni Mariyanti*, Nanik**, Suratmi***
.Balita merupakan kelompok yang umur yang menunjukkan pertumbuhan pesat
sehingga memerlukan perhatian yang lebih untuk kondisi kesehatannya. Status gizi balita
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : pengetahuan, asupan zat gizi, sosial
ekonomi, kebiasaan dan pola makan, lingkungan, makanan kesukaan, makanan pantangan,
ketrampilan makan.Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa hubungan pengetahuan
ibu balita tentang gizi dengan status gizi balita. Desain yang digunakan dalam penelitian
ini adalah Cross Sectional dengan menggunakan metode total sampling. Populasi
penelitian ini sebanyak 24 ibu dan balita sedangkan sampel yang diambil sebanyak 24
responden yaitu ibu balita dan balita di Kelurahan Sidoharjo RW 1 RT 2 dan 4 Kecamatan
Lamongan, pada bulan September 2009. Data penelitian ini diambil dengan menggunakan
kuesioner tertutup. Setelah ditabulasi data yang ada dianalisis dengan menggunakan uji
Rank Spearman dengan tingkat kemaknaan 0,05.Hasil penelitian menunjukkan untuk ibu balita yang berpengetahuan baik sebanyak
6 (25%) orang, kemudian kategori cukup sebanyak 13 (54%) orang dan untuk ibu balita
dengan pengetahuan kurang sebanyak 5 (21%) orang. Frekuensi balita dengan satus gizi
normal sebanyak 17 (71%) balita, kemudian status gizi kategori kurus sebanyak 3(13%)
balita dan status gizi kategori gemuk sebanyak 4(16%) balita. Sedangkan dari hasil
pengujian statistik diperoleh hasil ada hubungan antara pengetahuan ibu balita tentang gizi
dengan status gizi balita di Desa Sidomulyo dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,569
dengan tingkat signifikasi 0,004 (p<0,05).Kesimpulan hasil penelitian ini sebagian besar ibu balita berpengetahuan cukup dan
sebagian besar status gizi balita dalam keadaan normal.Rekomendasi penelitian ini yaitu
perlu adanya peningkatan pengetahuan ibu balita tentang gizi agar dapat meminimalkan
frekuensi status gizi balita dengan kategori kurang.Kata kunci : pengetahuan ibu balita, status gizi balita.
PENDAHULUAN … … saja, melainkan juga ke arah bidang yang lain.
. …… . .
Pada balita, perbaikan gizi tidak cukup Balita merupakan kelompok yang dengan hanya Pemberian Makanan menunjukkan pertumbuhan yang pesat
Tambahan saja (PMT), tetapi juga dapat sehingga memerlukan perhatian yang lebih dilakukan perbaikan ekonomi keluarga untuk kondisi kesehatannya. Balita maupun peningkatan pengetahuan orang tua merupakan kelompok umur yang rentan gizi (Soekidjo, 2003:204). Pada kasus gizi kurang dan rentan penyakit. Penanganan atau yang dialami balita, meski jumlah mereka perbaikan gizi hanya sebagai upaya terapi banyak, mereka kurang mendapat perhatian tidak hanya diarahkan kepada gangguan gizi karena tidak mudah diketahui umum. Padahal kelompok balita ini adalah kandidat gizi buruk apabila tidak dilakukan upaya pencegahan ( Setyabudi : 2007 )
Pada tahun 2006 di Indonesia sebanyak 2,3 juta penderita gizi buruk dan masih terdapat 5 juta lebih mengalami gizi kurang. Jumlah penderita gizi buruk dan gizi kurang ini sekitar 28 % dari total balita diseluruh Indonesia. Data survey awal diperoleh dari dinas kesehatan Kabupaten Lamongan pada bulan Juli 2009 terdapat 1.197 balita dengan BGM dan 1.381 balita dengan gizi buruk dari 99.691 balita di Kabupaten Lamongan. Studi pendahuluan yang dilakukan di Kelurahan Sidoharjo RW 1 RT 2 dan 4 pada bulan juli 2009 terhadap 10 ibu balita dengan menggunakan teknik wawancara didapatkan 1 (10%) ibu yang mengetahui secara rinci tentang gizi balita, dan 9 (90%) tidak mengetahui secara rinci tentang gizi balita.
Penyebab gizi kurang yang dialami oleh balita adalah pola pengasuhan balita, suatu studi positive deviance mempelajari mengapa dari sekian banyak bayi dan balita di suatu desa miskin Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur hanya sebagian kecil yang gizi kurang, padahal orang tua mereka semuanya petani miskin. Dari studi ini diketahui pola pengasuhan balita berpengaruh terhadap timbulnya gizi kurang. balita yang diasuh ibunya sendiri dengan kasih sayang, apalagi ibunya berpendidikan dan mengerti pentingnya Air Susu Ibu (ASI), posyandu, kebersihan, meskipun sama-sama miskin, ternyata balitanya lebih sehat. Begitu pula unsur pendidikan dan pengetahuan wanita berpengaruh pula pada kualitas pengasuhan balita. Sebaliknya sebagian balita yang gizi kurang ternyata diasuh oleh nenek atau tetangga yang bukan kerabat yang juga tidak berpendidikan. Banyaknya wanita yang meninggalkan desa mencari kerja di kota, kemungkinan juga dapat menjadi penyebab gizi kurang maupun gizi buruk (Ali Khosman : 2008). Pelayanan kesehatan, penanganan diare dengan oralit, tindakan cepat pada balita yang tidak naik berat badan, pendidikan dan penyuluhan kesehatan dan gizi, penyediaan air bersih, kebersihan lingkungan, merupakan beberapa hal yang dapat menimbulkan gizi kurang maupun gizi buruk ( Setyabudi : 2007 ) . Perlunya perhatian lebih tentang tumbuh kembang di usia balita didasarkan fakta bahwa kurang gizi yang terjadi pada masa emas ini, bersifat
irreversible (tidak dapat pulih). Kurang gizi
pada balita dapat berdampak terhadap pertumbuhan fisik maupun mentalnya. balita kelihatan pendek, kurus dibandingkan teman- teman sebayanya yang lebih sehat. Kekuranggan gizi dapat mempengaruhi perkembangan otak balita, padahal otak tumbuh selama masa balita. Ketika memasuki usia sekolah anak tidak bisa berprestasi karena kecerdasannya terganggu (Ali Khosman : 2008).
Untuk mengatasi kasus gizi kurang pada balita memerlukan peran dari keluarga maupun praktisi kesehatan. Yaitu adanya usaha untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang gizi dan kesehatan yang dapat dilakukan melalui penyuluhan tentang gizi dan kesehatan serta penyuluhan tentang Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan memantau pertambahan berat badan balita dengan Kartu Menuju Sehat (KMS) di Posyandu. Peningkatan keaktifan bagi ibu balita dalam kegiatan posyandu, untuk memantau pertumbuhan balita dan dapat meningkatkan kesehatan bagi balitanya. Selain itu Para ibu hendaknya memperhatikan pola pengasuhan balita karena pola pengasuhan anak berpengaruh terhadap timbulnya gizi kurang. Ibu harus memiliki kesabaran bila balitanya mengalami problema makan dan lebih memperhatikan asupan makanan sehari-hari bagi balitannya. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan antara pengetahuan ibu tentang gizi dengan Status Gizi Balita.
METODE PENELITIAN
.… … .…
Penelitian ini mencari hubungan antara dua variable, yaitu variebel independent yang meliputi pengetahuan ibu balita serta variable dependen yaitu status gizi balita dengan pendekatan cross
sectional yaitu penelitian yang menekankan
waktu pengukuran atau observasi data variable independent dan dependen hanya satu kali pada satu saat (Nursalam, 2008:83)
HASIL . PENELITIAN …
Dari tabel 2 menunjukkan bahwa dari 24 ibu balita di Kelurahan Sidoharjo RW
1 RT 2 dan 4 Kecamatan Lamongan hampir setengahnya berpendidikan SMA yaitu 11 responden (45%) dan sebagian kecil berpendidikan PT yaitu 3 responden (13%).
1. Data Umum
2 21-30 tahun
71 Jumlah 24 100
1 Swasta
6
25
2 Petani
3 PNS
1
4
4 Ibu RT
17
Dari tabel 3 menunjukkan bahwa dari 24 ibu balita di Kelurahan Sidoharjo RW 1 RT 2 dan 4 Kecamatan Lamongan sebagian besar responden sebagai ibu rumah tangga yaitu 17 responden (71%) dan sebagian kecil bekerja PNS yaitu 1 responden (4%).
(3) Distribusi responden berdasarkan pekerjaan
(4) Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin anak
Tabel 4 Distribusi jenis kelamin anak di Kelurahan Sidoharjo RW 1 RT 2 dan 4 Kecamatan Lamongan, September 2009 No Jenis kelamin anak Jumlah Responden Prosenta se (%)
1 Laki-laki
11
46
2 Perempuan
13
54 Jumlah 24 100
Dari tabel 4 menunjukkan bahwa dari 24 ibu balita di Kelurahan Sidoharjo RW 1 RT 2 dan 4 Kecamatan Lamongan sebagian besar responden memiliki anak perempuan yaitu 13 responden (54%) dan hampir setengahnya memiliki anak laki-laki yaitu 11 responden (46%).
Tabel 3 Distribusi pekerjaan ibu balita di Kelurahan Sidoharjo RW 1 RT 2 dan 4 Kecamatan Lamongan, September 2009 No Pekerjaan Jumlah Responden Prosentase (%)
Tabel 1 Distribusi umur ibu balita di Kelurahan Sidoharjo RW 1 RT 2 dan 4 Kecamatan Lamongan, September 2009 No Umur Jumlah Responden Prosentase (%)
12
4
50
3 30-40 tahun
12
50 Jumlah 24 100
Dari tabel 1 menunjukkan bahwa dari 24 ibu balita di Kelurahan Sidoharjo RW
1 RT 2 dan 4 Kecamatan Lamongan berumur antara 21-30 tahun 12 responden (50%) dan berumur 31-40 tahun yaitu 12 responden (50%).
(2) Distribusi responden berdasarkan pendidikan
Tabel 2 Distribusi pendidikan Ibu balita di Kelurahan Sidoharjo RW 1 RT 2 dan 4 Kecamatan Lamongan, September 2009 No Pendidikan Jumlah Responden Prosentase (%)
1 SD
17
1 < 20 tahun
2 SMP
6
25
3 SMA
11
45
4 PT
3
1) Distribusi Responden Data yang digunakan adalah data primer yang diambil dari 24 responden yang telah dikumpulkan kemudian diolah dan dikelompokkan pada beberapa parameter dan hasil yang didapat sebagai berikut : (1) Distribusi responden berdasarkan umur
13 Jumlah 24 100
2. Data Khusus
1) Distribusi responden berdasarkan Tabel 7 Distribusi Hubungan pengetahuan
Pengetahuan Ibu balita
Tabel 5 Distribusi pengetauan ibu dengan Status Gizi Balita di
balita di Kelurahan Sidoharjo Kelurahan Sidoharjo RW 1RW 1 RT 2 dan 4 Kecamatan RT 2 dan 4 Kecamatan Lamongan, September 2009 Lamongan, September 2009 Pengetahuan Jumlah Prosentase status gizi pengetahuan Total
No ibu Responden (%) gemuk normal kurus
1 Pengetahuan
6
25 baik
3
3
6 baik 50.0% 50.0% .0% 100.0%
2 Pengetahuan
13
54 cukup
1
11
1
13 cukup
3 Pengetahuan 7.7% 86% 7.7% 100.0%
5
21 kurang kurang
3
2
5 Jumlah 24 100 .0% 60.0% 40.0% 100.0% Total
4
17
3
24 Dari tabel 5 menunjukkan bahwa dari 16.7% 70.8% 12.5% 100.0%
24 ibu balita di Kelurahan Sidoharjo RW 1 RT 2 dan 4 Kecamatan Lamongan sebagian
Dari tabel 7 menunjukkan bahwa besar responden pengetahuan kurang tentang dari 24 responden yang berpengetahuan gizi yaitu 13 responden (54%) dan sebagian cukup mayoritas dengan status gizi balita kecil responden pengetahuan kurang tentang normal sebanyak 11 (84,6%) balita. gizi yaitu 5 responden (21%).
Responden yang berpengetahuan baik dengan status gizi normal sebanyak 3 (50%), 2) Distribusi responden berdasarkan status sedangkan responden yang berpengetahuan gizi balita kurang mayoritas dengan status gizi normal
Tabel 6 Distribusi Status Gizi balita di sebanyak 3 (60%). Kelurahan Sidoharjo RW 1
Untuk mengetahui ada tidaknya
RT 2 dan 4 Kecamatan
Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Tentang
Lamongan, September 2009
Gizi Dengan Status Gizi Balita mak dilakukan uji analisa data dengan uji statistic
Jumlah Prosentase No Status Gizi
nonparametik menggunakan SPSS dengan α
Responden (%)
= 0,05. dari uji yang dilakukan maka
1 Normal
17
71
didapatkan nilai koefisien korelasi Rank
2 Kurus
3
13 Sperman (rs) = 0,569 dan (p) = 0,004 dimana
3 Kurus sekali
p<0,05 maka H akan ditolak, berarti terdapat
4 Gemuk
4
16
hubungan antara pengetahuan ibu dengan
Jumlah
24 100
status gizi Balita di Kelurahan Sidoharjo RW 1 RT 2 dan 4 Kecamatan Lamongan. Dari tabel 6 menunjukkan bahwa dari 24 balita di Kelurahan Sidoharjo RW 1
PEMBAHASAN .… .…
RT 2 dan 4 Kecamatan Lamongan sebagian
1. Identifikasi Pengetahuan Ibu
besar Status Gizi Normal yaitu 17 balita
Tentang Gizi
(71%) dan sebagian kecil Status Gizi Kurus Dari hasil pengumpulan data, peneliti yaitu 3 balita (13%). memperoleh 24 responden dengan distribusi responden menurut pengetahuan seperti pada
3) Tabel Silang Berdasarkan Hubungan didapatkan 54% responden sebagian besar antara Pengetahuan Ibu Balita dengan berpengetahuan cukup dan sebagian kecil Status Gizi Balita responden 21% untuk responden yang berpengetahuan kurang. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan pengindraan terhadap obyek tertentu pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Notoatmodjo, 2003:127). Tingkat pengetahuan seseorang disebabkan oleh beberapa faktor antara lain karena faktor pendidikan, usia, pengalaman dan pekerjaan. Didapatkan 58% responden yaitu sebagian besar berpendidikan SMU dan PT sebagian kecil responden yaitu 42% berpendidikan SD dan SMP. Menurut Wahid Iqbal Mubarak semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan, informasi dan nilai- nilai yang baru diperkenalkan. Hal ini menunjukkan pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seseorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal dibangku sekolah, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendididkan nonformal seperti penyuluhan maupun seminar kesehatan.
Faktor lain yang mempengaruhi pengetahuan adalah pekerjaan. Distribusi responden berdasarkan menunjukkan bahwa sebagian besar responden yaitu 71% sebagai ibu rumah tangga (tidak bekerja) sedangkan 29% responden yaitu sebagian kecil memiliki pekerjaan baik swasta maupun sebagai PNS. Bekerja merupakan usaha atau upaya seseorang untuk mendapatkan harta untuk dimiliki dan dimanfaatkan sesuai kebutuhan dan keinginanya. Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengalaman dalam bekerja dapat memberikan pengetahuan dan ketrampilan professional serta pengalaman belajar, selama bekerja akan mengembangkan kemampuan seseorang dalam mengambil suatu keputusan ( Pro-Healt : 2009 ) .
Dari uraian diatas menunjukkan bahwa dengan bekerja maka seseorang akan memperoleh kesempatan yang lebih luas untuk menembah pengetahuannya, tapi perlu ditekankan meskipun perempuan yang tidak bekerja tidak menutup kemungkinan ia memperoleh informasi baik dari berbagai media misalnya televisi dan interaksi sosial yang dilakukan maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.
Menurut Wahid Iqbal Mubarak pengalaman merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetauan, sebab itu pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Caranya dengan mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi masa lalu, semakin banyak pengalaman yang diperoleh, semakin banyak pula pengetahuan.
Usia mempengaruhi terhadap daya pikir seseorang, semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkapnya dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin membaik. Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menembah pengetahuannya. Singgih (1998) mengemukakan bahwa makin tua umur seseorang maka proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tetentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahuan. Dapat diperkirakan bahwa IQ akan turun sejalan dengan bertambahnya usia, khususnya pada beberapa kemampuan yang lain seperti misalnya kosa kata dan pengetahuan umum. Dari uraian ini maka dapat disimpulkan bahwa bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemempuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.
2. Identifikasi Status Gizi Balita
Dari hasil pengumpulan data, peneliti memperoleh 24 responden adapun distribusi responden menurut status gizi balita seperti pada tabel 6 didapatkan 71% sebagian besar responden berstatus gizi normal dan 13% sebagian kecil berstatus gizi kurus. Staus gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu (Ibnu Fajar, 2003:18). Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi status gizi seorang balita antara lain, pengetahuan, status ekonomi, budaya, dan asupan zat gizi balita.
Setiap keluarga diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup baik jumlah maupun mutu gizinya. Di negara seperti Indonesia yang jumlah pendapatan penduduk sebagian besar adalah golongan rendah dan menengah akan berdampak kepada pemenuhan bahan makanan terutama makanan yang bergizi. Keterbatasan ekonomi yang berarti ketidakmampuan daya beli keluarga yang berarti tidak mampu membeli bahan makanan yang berkualitas baik, maka pemenuhan gizi pada balitanya juga akan terganggu. Hal ini membuktikan bahwa status ekonomi seorang keluarga erat kaitannya dengan status gizi balita. Akan tetapi seiring dengan program pemerintah dengan pemberian PMT pada balita yang tidak naik berat badannya maka saat ini status ekonomi bukan hal yang mutlak menentukan status gizi seorang balita.
3. Analisa hubungan antara pengetahuan ibu balita tentang gizi dengan status gizi balita
Hasil identifikasi hubungan antara pengetahuan ibu balita tentang gizi dengan status gizi balita menggunakan uji Spearman didapatkan hasil bahwa p<0,05 maka H 1 akan diterima sehingga disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu balita tentang gizi dengan status gizi balita. Hal ini menunjukkan bahwa status gizi seorang balita dipengaruhi oleh faktor pengetahuan.
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior), karena dari pengalaman mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru. Kunci keberhasilan menanamkan kebiasaan makan yang baik adalah tergantung pada pengetahuan dan pengertian ibu bagaimana cara menyusun makanan yang memenuhi syarat gizi. Hal ini membuktikan bahwa pengetahuan erat hubungannya dengan status gizi balita. Dengan pengetahuan ibu yang baik tentang gizi pada balita diharapkan status gizi balita dalam keadaan yang baik.
KESIMPULAN DAN SARAN . …
1. Simpulan
1) Sebagian besar ibu balita di Kelurahan Sidoharjo Rw 1 RT 3 dan 4 berpengetahuan cukup
2) Sebagian besar balita di Kelurahan Sidoharjo Rw 1 RT 3 dan 4 berstatus gizi normal
3) Terdapat hubungnan antara pengetahuan ibu dengan status gizi Balita di Kelurahan Sidoharjo Rw 1 RT 3 dan 4.
2. Saran
Dengan melihat hasil penelitian bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan ibu balita dan status gizi balita, diharapkan bagi instansi pendidikan untuk mengembangkan konsep tentang pentingnya pengetahuan tentang gizi sesuai dengan teori yang dikemukakan.
Penelitian ini bisa digunakan sebagai bahan perbandingan terhadap upaya peningkatan status gizi balita dalam rangka mewujudkan Indonesia sehat 2010.
Semoga penelitian ini kelak dikembengkan oleh peneliti lain dalam melakukan penelitian selanjutnya khususnya terhadap masalah status gizi balita.
. . . DAFTAR PUSTAKA . .
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi,
Jakarta : Rineka Cipta Wahid Iqbal M (2007), Prmosi Kesehatan,
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,,
PT. Rineka Cipta Suharsimi, Arikunto (2006), Prosedur
Kesehatan dan Ilmu Prilaku, Jakarta :
Rineka Cipta Soekidjo Notoatmodjo (2007), Promosi
Jakarta : Rineka Cipta Soekidjo Notoatmodjo (2003), Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta : PT.
Perilaku dan Pendidikan Kesehatan,
Melton Putra Offset Soekidjo Notoatmodjo (2003), Pengantar
Penelitian Kesehatan, Edisi 1, Jakarta :
Diakses 20 Juni 2009 Soekidjo Notoatmodjo (1993), Metodologi
Pengantar Gizi Masyarakat. http://www.Kompas.com.
http://www.forbetterhealth.wordpress.c om. Diakses tanggal 15 Oktober 2009 Setyabudi (2007).
Medika Pro-Health (2009). Pengetahuan dan
Ali Khosman (2008). Mengetahui Status Gizi Balita. http://www.Mediacastone.com. Diakses 20 Juni 2009
Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan, Jakarta : CV. Info
Medika Nursalam dan Siti Pariani (2001),
Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Jakarta : Salemba
Graha Indonesia Nursalam (2003), Konsep dan Penerapan
Bumi Angkasa Nazir (2005), Metode Penelitian, Bogor :
Pendekatan Proposal, Jakarta : PT
Aditya Bakti Mardalis (2004), Metode Penelitian Suatu
Masyarakat. Bandung : PT Citra
Entjang, indah (2000). Ilmu Kesehatan
Stimulasi Deteksi Dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Di Tingkat Pelayanan Kesahatan Dasar .
Diakses 20 juni 2009 Dep. Kes RI (2006). Pedoman Pelaksanaan
Arif Hendra (2008), Status Gizi, http://www.HalalguideInfo.com.
Yogyakarta : Graha Ilmu Widayatun, TS (1999). Ilmu Prilaku. Jakarta : CV Sagung Set