BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Disiplin - LINA LISTIAWATI BAB II

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Disiplin Dalam dunia pendidikan, pelajar yang disiplin menganggap cita-

  cita sebagai alat ukur karena untuk meraih suatu cita-cita dibutuhkan suatu kedisiplinan yang tinggi. Menurut pendapat Mustari (2011: 41) disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Hal ini senada dengan pendapat Suyadi (2013: 8) yang mengatakan bahwa disiplin merupakan kebiasaan dan tindakan yang konsisten terhadap segala bentuk peraturan atau tata tertib yang berlaku. Sedangkan disiplin diri adalah penundukan diri untuk mengatasi hasrat-hasrat yang mendasar.

  Disiplin diri berhubungan dengan pembinaan, pendidikan serta perkembangan pribadi manusia. Hal ini dapat dilihat dari pendapat William A Kelly, (Unarhadjan, 2003: 9) sebagai berikut :

  Thrus, defined, diciline is an comprehensive as education, since including, as it does, mental, physical, moral training, it involvesthe entire development of the individual. Discipline in thid broad sense, is also a factor in the development of character since it includes the control, the regulation and the guidance of all the forces that contribute, to the acquisition of character … As such discipline is not for the few, but is for all not for the slow or retarded only, but also for the well-behaved.

  Dari pendapat-pendapat di atas maka dapat disimpulkan disiplin adalah sikap patuh terhadap peraturan sehingga tercipta suasana yang kondusif sehingga mendukung suatu tujuan tertentu diantaranya adalah untuk meraih cita-cita. Disiplin juga merupakan suatu sikap dan perbuatan yang menunjukan tertib dan menaati semua peraturan yang telah disepakati termasuk selalu berusaha tepat waktu dalam mengerjakan segala hal. Disiplin dapat membimbing siswa agar berperilaku sesuai dengan aturan yang nantinya berdampak positif bagi siswa dan orang- orang yang ada disekitarnya. Pelatihan disiplin terhadap siswa dapat dilakukan dengan membuat peraturan yang disertai sanksi yang tegas bagi yang melanggarnya, peraturan dibuat harus selalu melibatkan semua pihak misalkan didalam pemebalajaran seorang guru ketika membuat peraturan harus selalu melibatkan semua siswa agar peraturan dapat dipatuhi dan dijalankan oleh semua pihak hal ini bertujuan untuk menciptakan susana yang kondusif dalam proses pembelajaran . Guru didalam pembelajran harus selalu mencontohkan dan menanamkan sikap disiplin kepada siswa agar didalam melakukan pembelajaran setiap siswa dapat selalu memegang prinsip untuk selalu disiplin didalam segala hal.

  Sampai saat ini masih banyak siswa yang belum bisa disiplin khususnya dalam pemebalajaran. Siswa masih sering tidak mengerjakan tugas tepat waktu, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, berbicara sendiri ataupun berbicara dengan teman satu bangku, dan masih banyak tingkah laku siswa yang belum mencerminkan sikap disiplin.

  Menipisnya atau bahkan menghilangnya sikap disiplin pada peserta didik merupakan masalah serius yang dihadapi oleh dunia pendidikan karena dapat mengakibatkan terhambatnya proses pendidikan sehingga akan menghambat tercapainya cita-cita pendidikan. Dalam hal ini Aunillah (2011: 55) mengatakan bahwa akibat lain yang akan timbul akibat kurangnya kedisiplinan adalah terpuruknya kebiasaan dan kecenderungan untuk berani melakukan berbagai pelanggaran, baik di sekolah maupun di luar sekolah sehingga dapat mendatangkan masalah tersendiri bagi peserta didik yang bersangkutan. Sikap didplin sangatlah penting ditanamkan kepada diri setiap orang.

  Terdapat beberapa tips menurut Mustari (2011: 48) yang dapat membantu membiasakan diri menjadi orang disiplin, antara lain : a. Melihat kesempatan baru sebagai pengalaman hidup baru yang menyenangkan.

  b. Mengerjakan tugas, lebih cepat lebih baik, sehingga tidak mengganggu pikiran terus menerus.

  c. Membiasakan diri membereskan apa yang sudah dimulai.

  d. Menghindari mengulur-ulur waktu. Sibukkan diri kita pada pekerjaan. Misalnya, membuat rencana, membuat laporan atau membaca satu halaman dari suatu buku.

  e. Berusaha untuk menjadi professional yang membina kepercayaan diri dan keyakinan diri dalam potensi kita untuk menyempurnakan tugas

  f. Menghindari kecemasan. Mayoritas dari hal-hal yang dicemaskan ternyata tidak pernah terjadi g. Menyiapkan diri atas tugas yang akan datang, sehingga selalu bersikap baik h. Bertanya atau meminta tolong pada ahlinya, jika kita tidak bisa sesudah berusaha i. Mengambil resiko yang terukur dalam rangka kemajuan j. Sering- seringlah bertanya, “Apakah yang saya lakukan itu membawa saya menuju tujuan- tujuan saya?” k. Merencanakan yang akan datang, dengan tetap menghargai masa sekarang.

  Untuk mengetahui berhasil atau tidaknya usaha yang telah dilakukan maka Indikator keberhasilan program pendidikan karakter disiplin menurut Hasan, dkk. (Fitri, 2012: 39) adalah sebagai berikut: 1) Tepat waktu dalam melakukan sesuatu.

  2) Menjalankan tata tertib 3) Memberikan dan menjalankan punishment 4) Konsisten terhadap kesepakatan.

  A value is an idea, a concept, about what someone thinks is important in life. When a person values something, he or she deems it worthwhile-woth having, worth doing, or worth trying to obtain. The study of values usually is divided into the areas of aesthetics and ethnics. (Fraenkel, 1977:6)

  Pernyataan di atas mengatakan nilai merupakan ide, konsep, tentang apa seseorang berpikir yang penting dalam kehidupan. Ketika seseorang menilai sesuatu, ia dianggap berharga, layak dilakukan, atau pantas untuk dicoba. Studi tentang nilai-nilai biasanya dibagi menjadi bidang estetika dan kesukuan.Ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh guru untuk membentuk karakter disiplin pada diri peserta didik, menurut Aunilah

  (2011: 56) di antaranya adalah “konsisten, bersifat jelas, memperhatikan harga diri, sebuah alasan yang bisa dipahami, menghadiahkan pujian, memberikan hukuman, bersikap luwes, melibatkan peserta didik, bersikap tegas, jangan emosional”.

  Keterangan tersebut akan dijabarkan berikut ini: 1) Konsisten : Guru harus membuat kesepakatan-kesepakatan dengan peserta didik selama ia berada di lingkungan sekolah dan harus konsisten misalnya tidak mengubah kesepakatan yang telah dibuat. 2) Bersifat jelas : Peraturan yang dibuat harus jelas dan tidak berbelit- belit sehingga akan dipatuhi oleh siswa.

  3) Memperhatikan harga diri : Jika ada peserta didik yang melakukan pelanggaran kedisiplinan, sebaiknya guru jangan menegurnya di depan banyak orang agar siswa tidak merasa malu. Sebaiknya nasehat diberikan secara personal sehingga siswa merasa dihargai.

  4) Sebuah alasan yang bisa dipahami : Jika guru hendak memberikan peraturan kepada peserta didik sebaiknya ia juga memberikan alasan-alasan yang mudah dipahami tentang peraturan tersebut sehingga peserta didik akan menaati peraturan tersebut dengan penuh kesadaran diri. 5) Menghadiahkan pujian : Pujian yang dikatakan secara jujur dan terbuka oleh seorang guru akan menyebabkan peserta didik merasa dihargai sehingga ia tidak merasa tertekan dengan adanya peraturan tersebut.

  6) Memberikan hukuman : Hukuman hendaknya tidak sampai menyakiti fisik dan psikologi peserta didik. Guru harus memberi hukuman yang bersifat mendidik, seperti memerintahkan peserta didik untuk membersihkan kelas.

  7) Bersikap luwes : Peraturan dan hukuman harus disesuaikan dengan situasi peserta didik. Guru harus mengetahui terlebih dahulu alasan yang menyebabkan peserta didik melakukan pelanggaran sebelum guru memberikan hukuman kepadanya.

  8) Melibatkan peserta didik : Dalam membuat peraturan, peserta didik sebaiknya dilibatkan di dalamnya. Dengan melibatkan peserta didi, setidaknya guru mengerti sesuatu yang diinginkan oleh peserta didik terhadap lingkungan sekolahnya.

  9) Bersikap tegas : Bersikap tegas bukan berarti kasar. Ketegasan dalam hal ini lebih berarti sebagai keseriusan guru dalam nenerapkan peraturan kedisiplinan itu. Sehingga, dengan sendirinya guru juga harus berusaha menaatinya.

  10) Jangan emosional : Dalam menghukum peserta didik, sebaiknya guru menghindari emosi yang berlebihan. Guru jangan menghukum peserta didik saat guru sedang marah. Sebab, itu dapat membuat guru tidak objektif dalam memperlakukan peserta didik.

  Empat hal penting yang harus dipertimbangkan dalam mendisiplinkan anak menurut Unaradjan (2003: 15-16) antara lain :

  1. Aturan-aturan (Rules) Aturan digambarkan sebagai pola berperilaku di rumah, di sekolah, ataupun di masyarakat. Aturan-aturan itu memiliki nilai pendidikan dan membantu anak untuk menahan perilaku yang tidak diinginkan oleh masyarakat.

  2. Hukuman (Punishment)

  a. Bersifat membatasi Hukuman akan menghalangi pengulangan perilaku yang tidak diinginkan.

  b. Bersifat mendidik Anak-anak belajar tentang hal baik dan buruk melalui pemberian/tidak diberikannya hukuman ketika mereka bertindak tidak sesuai dengan standar sosial yang berlaku.

  c. Sebagai pembangkit motivasi untuk menghindari perilaku yang ditolak masyarakat.

  3. Imbalan (Reward) Imbalan merupakan suatu penghargaan untuk hasil baik yang telah dicapai. Imbalan tidak harus berupa materi tetepi bisa juga dalam bentuk kata-kata yang menyenangkan (pujian), tepuk tangan dan belaian.

  4. Konsisten

  Konsisten berarti suatu derajat kesesuaian atau stabilitas (uniformity

  stability ). Konsisten harus menjadi cirri dari seeluruh segi dalam

  penanaman disiplin. Hukuman diberikan bagi perilaku yang tidak sesuai dan hadiah untuk yang sesuai. Fungsi konsisten dalam disiplin adalah : a. Konsisten dapat meningkatkan proses belajar untuk berdisiplin.

  b. Konsistensi memiliki nilai motivasional yang kuat untuk melakukan tindakan yang baik di masyarakat dan menjauhi tindakan yang buruk.

  c. Konsisten membantu perkembangan anak untuk hormat pada aturan-aturan dan masyarakat sebagai otoritas. Anak-anak yang telah berdisiplin secara konsisten mempunyai motivasi yang lebih kuat untuk berperilaku sesuai dengan standar sosial yang berlaku dibanding dengan anak-anak yang berdisiplin secara tidak konsisten.

2. Pengertian Prestasi Belajar Kata “prestasi” barasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie.

  Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti “hasil usaha” istilah “prestasi belajar” (achievement) berbeda dengan “hasil belajar” (learning outcome). Prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak peserta didik. Kata prestasi banyak digunakan dalam berbagai bidang dan kegiatan antara lain dalam kesenian, olahraga, dan pendidikan, khususnya pembelajaran Arifin (2011:12).

  Menurut Hamdani (2011: 137) prestasi adalah suatu kegiatan yang dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan kegiatan.

  Dari pengertian-pengertiaan di atas maka dapat ditarik kesimpulan, prestasi adalah suatu hasil yang dicapai setelah seseorang melakukan suatu usaha yang sadar dan terencana. Usaha yang dilakukan merupakan proses suatu pencapaian. Apabila seseorang telah melakukan suatu usaha secara maksimal maka prestasipun akan mengiringinya.

  Manusia menjadi pandai dan dapat meraih cita-cita karena belajar. Tanpa belajar manusia tidak akan bisa hidup sejahtera. Belajar merupakan tahapan yang harus dilalui sehingga memperoleh ilmu dan pengalaman sehingga dapat hidup lebih baik. Menurut Slameto (2010: 2) menyatakan “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Sedangkan menurut Syah (2010: 87) “Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan”. Senada dengan pendapat Gagne (Sagala, 2011: 17) menyatakan bahwa belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja. Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuataanya berubah dari waktu ke waktu , Gagne menyakinkan bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dalam diri dan faktor luar dimana keduanya saling berinteraksi. Jadi belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi sebagai suatu proses yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama untuk berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman.

  Dari pengertian-pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan, belajar adalah suatu proses perubahan sifat dan perilaku yang terjadi secara terus menerus menuju pada sisi positif untuk meraih suatu tujuan tertentu dan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

  Menurut Slameto (2010: 3) ciri-ciri belajar adalah sebagai berikut:

  1. Perubahan terjadi secara sadar seseorang yang belajar akan menyadari terjadi perubahan itu atau sekurang-kurangnya merasakan telah terjadi adanya perubahan dalam dirinya.

  2. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis. Satu berubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya.

  3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

  Dalam perubahan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya, dengan demikian makin banyak usaha belajar itu dilakukan makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh.

  Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu terjadi dengan sendirinya melainkan kerena usaha individu sendiri.

  4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara Perubahan yang bersifat sementara atau temporer terjadi hanya untuk beberapa saat saja, seperti berkeringat, keluar air mata, bersin, menangis, dan sebagainya, tidak dapat digolongkan sebagai perubahan dalam arti belajar. Perubahan yang terjadi karena proses bersifat menetap atau permanen. Tingkah laku yang terjadi setelah belajar menetap.

  5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perubahan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari

  6. Perubahan mencangkup seluruh aspek tingkah laku Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jikaseseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap keterampilan, pengetahuan, dan sebaginya.

  Setelah berbagai usaha dan belajar dilakukan maka akan memperoleh prestasi belajar sebagai hasil suatu usaha belajar. Menurut Arifin, Z (2011: 12) “prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat perennial dalam sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentang kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuannya masing- masing”. Hal ini senada dengan pendapat

  Hamdani (2011: 138) yang menyatakan bahwa prestasi belajar merupakan hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf, maupun kalimat, yang mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh anak pada periode tertentu.

  Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi, hasil dari evaluasi dapat memeperlihatkan tentang tinggi rendahnya prestasi belajar siswa. Siswa dikatakan memiliki prestasi belajar yang baik dikarenakan hasil belajar yang diperoleh juga baik.

  Dari pengertian-pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan, prestasi belajar adalah suatu hasil maksimal yang diperoleh seseorang setelah melakukan usaha-usaha secara tekun dan terencana, apabila seseorang melakukan suatu aktivitas belajar maka akan memperoleh imbalan berupa prestasi sesuai dengan yang telah dilakukannya. Sehingga dalam dunia pendidikan prestasi belajar merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan karena keduanya saling melengkapi dan saling berkesinambungan. Dengan adanya prestasi belajar dapat mengukur peningkatan yang diperoleh atas usaha-usaha yang lakukan. Di dalam dunia pendidikan prestasi belajar adalah salah satu hal yang penting, karena dengan melihat meningkat tidak nya prestasi belajar seseorang dapat mengetahui usaha-usaha belajar yang dilakukan sudah dilakukan secara maksimal atau belum.

  Didalam proses pembelajaran prestasi belajar dijadikan seorang guru sebagai hasil akhir dari proses pemebelajaran yang dilakukan oleh siswanya. Dalam proses pemebelajaran prestasi belajar dijadikan sebagai indikator pencapaian suatu materi yang akan disampaiakan, karena siswa lah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Meningkatnya prestasi belejar setiap siswa menentukan siswa tersebut sudah layak dikatakan berhasil dalam pemebelajaran tersebut dan dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan dalam pemebelajaran yang telah dilakukan.

  Fungsi utama prestasi belajar menurut Arifin, Z (2011: 12) antara lain :

  1. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik.

  2. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.

  Para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai “tendensi keingintahuan (couriosity) dan merupakan kebutuhan umum manusia”.

  3. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan

  4. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan

  5. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) peserta didik. Dalam proses pembelajaran, peserta didik menjadi fokus utama yang harus diperhatikan, karena peserta didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran.

  Untuk meraih prestasi belajar yang maksimal tentunya harus memiliki strategi dasar dalam belajar, berikut ini strategi belajar mengajar menurut Djamarah, S (2010:5) Ada empat strategi dasar dalam belajar mengajar yang meliputi hal-hal berikut:

  1. Mengidentifikasi secara menetapkan klasifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan

  2. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat

  3. Memelih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan mengajarnya

  4. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman.

3. Matematika

  Menurut Russeffendi (Suwangsih, 2006: 3) kata matematika berasal dari perkataan latin mathematika yang mulanya diambil dari perkataan Yunani mathematike yang berarti mempelajari. Perkataan itu mempunyai asal katanya mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Kata mathematike berhubungan pula dengan kata lainnya yang hampir sama, yaitu mathein atau mathenein yang artinya belajar (berpikir).

  Jadi, berdasarkan asal katanya, maka perkataan matematika berarti ilmu yang didapat dengan berpikir (bernalar). Matematika lebih menekankan kegiatan dalam dunia rasio (penalaran), bukan menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi matematika terbentuk karena pikiran-pikiran manusia, yang berhubungan dengan idea, proses, dan penalaran.

  Heruman (2010: 1) mengemukakan bahwa dalam pembelajaran matematika yang abstrak, siswa memerlukan alat bantu berupa media, dan alat peraga yang dapat memperjelas apa yang akan disamapaikan oleh guru sehingga lebih cepat dipahami dan dimengerti oleh siswa. Proses pembelajaran pada fase konkret dapat melalui tahapan konkret, semi konkret, semi abstrak dan selanjutnya abstrak.

  Dalam matematika setiap konsep yang abstrak yang baru dipahami siswa perlu segera diberi penguatan, agar mengendap dan bertahan lama dalam memori siswa, sehingga akan melekat dalam pola pikir dan pola tindakannya. Untuk keperluan inilah, maka diperlukan adanya pembelajaran melalui perbuatan dan pengertian, tidak hanya sekedar hafalan atau mengingat fakta saja, karena hal ini akan mudah dilupakan siswa.

a. Karakteristik Pembelajaran Matematika

  Pembelajaran yang dilakukan guru akan lebih bermakna apabila guru mengetahui karakteristik pembelajaran di setiap mata pelajaran, karena pada hakikatnya setiap mata pelajaran mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Begitu juga dengan karakteristik pembelajaran matematika di sekolah dasar yang menuntut guru untuk lebih kreatif seperti menggunakan media yang tepat agar dalam pembelajaran dapat tercipta suatu kegiatan yang bermakna bagi siswa.

  Menurut Nasher (Uno dan Umar, 2009: 109) karakteristik matematika terletak pada kekhususannya dalam mengkomunikasikan ide matematika melalui bahasa numerik. Dengan bahasa numerik, memungkinkan seseorang dapat melakukan pengukuran secara kuantitatif. Sedangkan sifat kekuantitatifan dari matematika tersebut, dapat memberikan kemudahan bagi seseorang dalam menyikapi suatu masalah.

b. Langkah Pembelajaran Matematika di SD

  Konsep-konsep pada kurikulum matematika SD dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu penanaman konsep dasar (penanaman konsep), pemahaman konsep, dan pembinaan keterampilan. Akan tetapi, untuk menuju tahap keterampilan tersebut harus melalui langkah-langkah benar yang sesuai dengan kemampuan dan lingkungan siswa.

  Menurut Depdiknas (2009: 8), ada empat tahapan aktivitas dalam rangka penguasaan materi pelajaran matematika dalam pelajaran yaitu:

  1. Tahap penanaman konsep Tahapan penanaman konsep merupakan tahapan awal tentang konsep yang akan dipelajari siswa. Pada tahap ini pengajaran memerlukan penggunaan benda konkret sebagai alat peraga.

  2. Tahapan pemahaman konsep Tahap pemahaman konsep merupakan tahapa lanjutan setelah konsep ditanamkan. Pada tahap ini penggunaan alat peraga mulai dikurangi dan bentuknya semi konkret sampai pada akhirnya tidak diperlukan lagi.

  3. Tahap pembinaan keterampilan Tahap pembinaan keterampilan merupakan tahap yang tidak boleh dilupakan dalam rangka memebina pengetahuan siap bagi siswa. Tahap inidiwarnai dengan latihan-latihan seperti mencongkak dan berlomba. Pada tahap pengajaran ini alat peraga sudah tidak boleh digunakan lagi.

  4. Tahap penerapan konsep Tahap penerapan konsep yaitu penerapan konsep yang sudah dipelajari dalam bentuk soal-soal terapan

  (cerita) yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Tahap ini disebut juga sebagai pembinaan kemampuan memecahkan masalah.

4. Course Review Horay

  Course Review Horay merupakan metode pembelajaran yang dapat

  menciptakan suasana kelas menjadi meriah, menyenangkan karena setiap siswa yang dapat menjawab benar diwajibkan berteriak “horee” atau yel- yel lainnya yang disukai. Metode ini berusaha menguji pemahaman siswa dalam menjawab soal, dimana jawaban soal tersebut dituliskan pada kartu atau kotak yang telah dilengkapi nomor. Siswa atau kelompok yang memberi jawaban benar harus langsung be rteriak “horee” atau menyanyikan yel-yel kekelompoknya. Metode ini juga membantu siswa untuk memahami konsep dengan baik melalui diskusi kelompok, model juga merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang bersifat menyenangkan dan meningkatkan kemampuan siswa dalam berkompetisi secara positif dalam pembelajaran, selain itu juga dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa, serta membantu siswa untuk mengingat konsep yang dipelajari secara mudah (Huda, 2014: 229-230)

  Melalui metode pembelajaran Course Review Horay diharapkan dapat melatih siswa dalam menyelesaikan masalah dengan pembentukan kelompok kecil.

  Langkah-langkah metode Course Review Horay menurut Huda (2014: 230-231) adalah sebagai berikut:

  a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai

  b. Guru menyajikan atau mendemonstrasikan materi sesuai topik dengan tanya jawab c. Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok

  d. Untuk menguji pemahaman, siswa diminta membuat kartu atau kotaksesuai dengan kebutuhan. Kartu atau kotak tersebut kemudian diisi dengan nomor yang tentukan guru

  e. Guru membaca soal secara acak dan siswa menuliskan jawabannya di dalam kartu atau kotak yang nomornya disebutkan guru

  f. Setelah pembacaan soal dan jawaban siswa ditulis di dalam kartu atau kotak, guru dan siswa mendiskusikan soal yang telah diberikan tadi

  g. Bagi pertanyaan yang dijawab dengan benar, siswa memberi tanda check list (√) dan langsung berteriak “horee” atau menyanyikan yel-yelnya

h. Nilai siswa dihitung dari jawaban yang benar dan yang banyak berteriak “horee”.

i. Guru memberikan reward pada kelompok yang memperoleh nilai tertinggi atau yang paling sering memperoleh “horee”.

  Menurut Huda (2014: 231) metode pembelajaran Course Review

  Horay memiliki beberapa kelebihan, antara lain:

  1) Struktur yang menarik dan dapat mendorong siswa untuk dapat terjun ke dalamnya.

  2) Model yang tidak monoton karena diselingi dalam hiburan, sehingga suasana tidak menegangkan.

  3) Semangat belajar yang meningkat karena suasana pembelajaran berlangsung menyenangkan.

  4) Skill kerja sama antar siswa yang semakin terlatih.

  Metode pembelajaran Course Review Horay memiliki kekurangan- kekurangan tertentu, antara lain: 1) Penyamarataan nilai antara siswa pasif dan aktif. 2) Adanya peluang untuk curang. 3) Berisiko mengganggu suasana belajar kelas lain.

5. Media Pembelajaran a. Pengertian Media

  Kata media berasal dari bahasa Latian medius yang secara harfiah berarti “tengah”, “perantara” atau “pengantar”. Dalam bahasa Arab adalah perantara wassaila atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Beberapa hal yang termasuk kedalam media adalah flim, telivisi, diagram, media cetak (printed materials), komputer, instruktur, dan lain sebagainya.

  Selain itu, para pakar juga berpendapat mengenai media diantaranya Leslie J.Brings (Indriana, 2011: 14) berpendapat bahwa media merupakan alat untuk memberikan perangsang untuk peserta didik supaya terjadi proses belajar. Leslie juga memberikan batasan terhadap media pengajaran adalah meliputi alat-alat fisik untuk menyampaikan materi pelajaran dalam bentuk buku, film, rekaman video dan lain sebagainya.

  AECT (Association Of Education and Communication Teachnology)

  (Arsyad, 2007: 3) juga memberi batasan yang lebih khusus tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi.

  Menurut Anitah (2009: 1) media dapat diartikan sebagai perantara atau penghubung anatar dua pihak, yaitu antara sumber pesan dengan penerima pesan atau informasi. Oleh karena itu, medai pembelajaran berarti sesuatu yang mengantarkan pesan pembelajaran anatara pemberi pesan kepada penerima pesan . Di samping mampu menggunakan alat-alat yang tersedia, guru juga dituntut untuk mengembangkan keterampilan membuat media pembelajaran yang akan digunakanya apabila media tersebut belum tersedia.

  Menurut Hamalik (Arsyad, 2007: 2)berpendapat bahwa untuk membuat media pembelajaran guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pembelajaran, yang meliputi:

  a. Media sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar mengajar b. Fungsi media dalam rangka mencapai tujuan pendidikan

  c. Seluk-beluk proses belajar

  d. Hubungan antara metode mengajar dan media pendidikan

  e. Nilai atau manfaat media pendidikan dalam pengajaran

  f. Pemilihan dan penggunakan media pendidikan

  g. Berbagai jenis alat dan teknik media pendidikan

  h. Media pendidikan dalam setiap mata pelajaran i. Usaha inovasi dalam media pendidikan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa media adalah bagian yang tidak dapat terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan, media juga dijadikan sebagai alat yang dapat dipergunakan untuk membantu menyampaikan pesan dan informasi kepada peserta didik dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien. Selain media sebagai alat bantu penyampain pesan kepada peserta didik media juga sangat berguna untuk memeperjelas materi yang sedang disampaikan kepada peserta didik, dengan adanya media peserta didik dapat lebih mudah memahami materi yang sedang disampaikan oleh guru, sehingga peserta didik lebih mudah memahami materi dalam pemebelajaran.

  Dalam perkembangannya pada mulanya media hanya dianggap sebagai alat bantu mengajar guru (teaching aids), alat bantu yang dipakai adalah alat bantu visual dan alat-alat lain yang dapat memeberikan pengalaman konkret, motivasi belajar serta memepertinggi daya serap dan retensi belajar peserta didik.

  Bermacam peralatan dapat digunakan oleh guru untuk menyampaikan pesan ajaran kepada siswa melalui penglihatan dan pendengaran untuk menghindari verbalisme yang masih mungkin terjadi kalau hanya digunakan alat bantu visual semata. Edgar Dale (Sadiman, dkk. 2011: 8) mengatakan bahwa dalam usaha memanfaatkan media sebagai alat bantu Edgar mengadakan klasifikasi pengalaman menurut tingkat dari yang paling konkret ke yang paling abstrak. Klasifikasi tersebut dikenal sebagai kerucut pengalaman (cone of experience) dari Edgar Dale dan pada saat itu dianut secara luas dalam menentukan alat bantu apa yang paling sesuai untuk pengalaman belajar abstrak

  Verbal Simbol

  Visual Visual

  Radio Film

  Tv Wisata

  Demostras Partisipasi

  Observasi Pengalaman Langsung

  Konkret

Gambar 2.1. Kerucut Pengalaman E. Dale (Sadiman, 2011: 8)

  Keterangan: Dari gambar tersebut dapat kita lihat rentangan tingkat pengalaman dari yang bersifat langsung hingga ke pengalaman melaui simbol-simbol komunikasi, yang merentang dari yang bersifat konkret ke abstrak, dan tentunya memeberikan implikasi tertentu terhadap pemilihan metode dan bahan pembelajaran, khususnya dalam pengembangan teknologi pembelajaran. Ketika penggunnaan media pemebelajaran lebih konkret atau dengan pengalaman langsung maka pesan (informasi) pada proses pemebelajaran yang disampaikan guru kepada peserta didik akan tersampaikan dengan baik. Akan tetapi sebaliknya jika penggunaan media pembelajaran semakin abstrak maka pesan (informasi) akan sulit untuk diterima peserta didik dengan kata lain peserta didik menghadapi kesulitan dalam memahami dan mencerna apa yang disampaikan oleh guru.

  Menurut Sadiman (2011: 14) mengemukakan bahwa media pendidikan sebagai salah-satu sumber belajar yang dapat menyalurkan pesan sehingga membantu mengatasi hambatan-hambatan dalam pembelajaran. Perbedaan gaya belajar, minat, intelegensi, keterbatasan daya indera, cacat tubuh atau hambatan jarak geografis, jarak waktu dan lain-lain dapat dibantu diatasi dengan pemanfaatan media pendidikan.

  Adapun manfaat dari media yang sangat penting bagi kesuksesan proses belajar dan mengajar serta tercapai tujuan pembelajaran. Indriana, (2011: 48-49) berpendapat bahwa nilai dan manfaat media pembelajaran adalah sebagai berikut :

  1. Menjadikan konkret berbagai hal yang sebelumnya abstrak.

  2. Menghadirkan berbagai objek yang terlalu berbahaya atau sukar didapat ke dalam lingkungan belajar melalui media pengajaran yang menjadi sampel dari objek tersebut.

  3. Menampilkan objek yang terlalu besar atau kecil ke dalam ruang belajar pada waktu kelas membehas tentang onjek tersebut.

b. Permainan Edukatif

  Menurut Ismail (2006: 119) permainan edukatif yaitu suatu kegiatan yang sangat menyenangkan dan dapat merupakan cara atau alat pendidikan yang bersifat mendidik. Permainan edukatif bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan berbahasa, berpikir, serta bergaul dengan lingkungan atau untuk menguatkan dan menerampilkan anggota badan si anak, mengembangkan kepribadian, mendekatkan hubungan antara pengasuh dengan pendidik (anak didik), kemudian menyalurkan kegiatan anak didik, dan sebagainya. Bermain mempunyai manfaat bagi perkembangan anak, karena bermain merupakan pengalaman belajar yang sangat berguna bagi anak.

  Ismail (2006: 150) berpendapat bahwa permainan edukatif itu dapat berfungsi sebagai berikut: 1) Memberikan Ilmu Pengetahuan kepada anak melalui proses pembelajaran bermain sambil belajar 2) Merangsang pengembangan daya pikir, daya cipta, dan bahasa, agar dapat menumbuhkan sikap, mental, serta akhlak yang baik.

  3) Menciptakan lingkungan bermain yang menarik, memberikan rasa aman, dan menyenangkan.

  4) Meningkatkan kualitas pembelajaran anak-anak.

  Media ular tangga cook apabila diaplikasikan dengan metode pembelajaran course review horay karena pembelajaran course review

  

horay merupakan pembelajaran menggunkan permainan yang

menyenangkan yang didalamnya berisikan ilmu pengetahuan.

  Menurut Lilikhandayani (2012) Permainan ular tangga adalah permainan untuk anak-anak yang dimainkan oleh 2 orang atau lebih.

  Papan permainan ular tngga dibagi dalam kotak-kotak kecil dan di beberapa kotak digambar sejumlah tangga atau ular yang menghubungkannya dengan kotak lain. Selain permainan yang menyenangkan permainan ular tangga juga dapat mengajarkan moralitas dan nilai-nilai karakter yang dapat diajarkan kepada anak atau siswa. Permaianan ular tangga memebentuk karakter anak/ siswa secara tidak langsung. Sehingga perlu dikembangkan yaitu melalui pengarahan yang dilakukan oleh guru/ orangtua. Adapun alt-alat yang dipergunakan dalam permainan ular tangga: a. Papan ular tangga

  b. 2 buah dadu

  c. Sebuah gelas kecil untuk mengocok dadu d. Beberapa boneka pemain.

  Dalam pembelajaran course rievew horay terjadi persaingan untuk memperoleh skor maksimal sehingga media pembelajaran ular tangga cocok karena guru dapat memasukkan berbagai ilmu pengetahuan pada media ular tangga yang nantinya siswa bermain mengocok dadu lalu setelah siswa mendapatkan nomor sesuai dengan dadu siswa akan mendapatkan satu pertanyaan sesuai dengan nomor yang didapat oleh siswa tersebut. Dan digunakan oleh semua siswa untuk melakukan permainan dalam pembelajara menggunkan metode pembelajaran course

  rievew horay .

  Dengan menggunakan ular tangga diharapkan siswa lebih tertarik sehingga mempermudah siswa dalam memahami materi yang dijelaskan oleh guru. Hasil dari game ini dapat digunakan sebagai alat hasil proses evaluasi kegiatan siswa

B. Hasil yang Relevan

  Menurut penelitian yang dilakukan oleh Anggraeni (2011: 194) dalam penelitiannya tentang peningkatan kualitas pembelajaran menggunakan model course review horay di kelas IV SD menunjukan hasil, hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatkan keterampilan guru, peningkatkan keaktifan siswa serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan dengan model pembelajran yang lain. Anggraeni dalam penelitiannya menunjukan bahwa penelitian yang dilaksanakan telah berhasil berdasarkan hasil tes dan observasi yang dilaksanakan dalam tiga siklus diperoleh data yang menunjukan adanya peningkatan hasil belajar dengan menerapkan model pemebelajaran course review horay dalam meningkatkan kualitas pemebelajaran IPS terlihat dari nilai rata-rata post tes siswa diperoleh pada siklus I 66 (44%), pada siklus II 71 (67%), dan siklus III 82 (93%). Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi, N. dkk. (2014: 1), didalam penelitian yang dilaksanakan oleh Dewi membahas tentang pengaruh model course review horay terhadap hasil belajar siswa kelas V SD. Di dalam penelitian yang telah dilakukan telah menunjukan hasil. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang mengikuti model course review horay dan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Berdasarkan hasil uji-t, diperoleh t hitung sebesar 4,46, sedangkan t tabel dengan db = 37 pada taraf signifikansi 5% adalah 1,74. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa t hitung lebih besar dari t tabel. Disamping itu, rata-rata skor hasil belajar IPA kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran course review horay (21,83) lebih tinggi daripada rata-rata skor kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional (15,2).

  Dapat terlihat adanya peningkatan nilai rata-rata siswa dari sebelum tindakan dan sesudah dilakukan tindakan, sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran model Course Review Horay dapat meningkatka Hasil belajar siswa Sekolah Dasar.

C. Kerangka Pikir

  Dalam proses belajar mengajar pastilah terjadi interaksi antara guru dengan siswa. Salah satu karakteristik Matematika adalah mununtut guru untuk lebih kreatif seperti menggunakan model dan media yang tepat. Tetapi pada kenyataan nya kebanyakan siswa menganggap bahwa mata pelajaran matematika adalah mata pelajaran yang sulit dan membosankan. Selain itu di dalam proses pembelajaran matematika gurulah yang lebih aktif, sehingga pembelajaran bersifat Teacher Centered (berpusat pada guru). Saat terjadi kebosanan siswa cenderung gaduh sehingga pembelajaran yang dilaksanakan tidak maksimal.

  Apabila guru tepat dalam menentukan media dan metode pembelajaran maka akan mempengaruhi peningkatan kedisiplinan siswa dan prestasi belajar siswa. Salah satu metode dan media pembelajaran yang dapat melibatkan siswa untuk berperan aktif adalah dengan di terapkannya model pembelajaran Course Review Horay dan media ular tangga. Metode pembelajaran Course Review Horay merupakan salah satu wujud aplikasi metode pembelajaran inovatif dalam proses pembelajaran. Melalui metode pembelajran Course Review Horay partisipasi siswa secara langsung dilibatkan dalam proses pembelajaran, sehingga siswa menjadi bersemangat dalam mengikuti proses belajar mengajar dan dapat memotivasi siswa untuk tertarik pada mata pelajaran terutama mata pelajaran Matematika. Selain siswa tertarik pada mata pelajaran Matematika, potensi siswa juga akan berkembang serta menumbuhkan sikap disiplin karena didalam metode pembelajaran Course Review Horay ini menggunakan permainan kelompok dengan aturan-aturan tertentu, siswa diharapkan akan mematuhi peraturan dan terjadi persaingan antar kelompok sehingga siswa akan mengerahkan kemampuannya untuk menjawab pertanyaan dengan tepat waktu untuk memperoleh skor sehingga akan muncul sikap disiplin pada diri siswa, yang diharapkan dapat meningkatkan kedisiplinan siswa sehingga prestasi belajar siswa meningkat.

  Belum Rendahnya menggunkan

  Kondisi awal prestasi belajar metode siswa

  Siklus I Dalam

  Evaluasi pembelajaran guru Tindakan menggunkan metode Course

  Siklus II Evaluasi

  Riview Horay

  Melalui metode pembelajaran

  Course Riview Horay dan media

  Kondisi akhir ular tangga dapat meningkatkan prestasi belajar matematika kelas IV SD Negeri 1 Sokawera

Gambar 2.2. Kerangka pikir Penelitian

  Keterangan : Pada kondisi awal prestasi belajar siswa dapat dikatakan rendah kemudian guru menyajikan pelajaran matematika kepada siswa melalui kegiatan belajar mengajar dengan metode pembelajaran Course Riview Horay dengan menggunkan media ular tangga. Pada siklus I dan siklus II guru menerapan metode dan media pembelajaran. Hal ini menuntut siswa untuk aktif dalam KBM (Kegiatan Belajar Mengajar), di dalam siklus I dan siklus II guru melakukan evaluasi di akhir pembelajaran. Evaluasi di lakukan untuk melihat banyaknya siswa yang tuntas maupun tidak, melalui diterapkannya metode pembelajaran course review horay menggunakan media ular tangga diharapkan dapat meningkatkan kedisiplinan siswa.

  Dari hasil evaluasi pembelajaran tersebut akan terlihat peningkatan prestasi belajar siswa. Tercapainya prestasi belajar siswa secara maksimal adalah tujuan yang diharapkan.

D. Hipotesis Penelitian

  Penggunaan metode pembelajaran yang tepat pada pelaksanaan pembelajaran dan perencanaan pembelajaran disusun dengan matang, maka tujuan pembelajaran akan tercapai dengan optimal. Berdasarkan hal tersebut, maka diajukan hipotesis tindakan yaitu:

  1. Melalui penggunaan metode pembelajaran Course Riview Horay dengan menggunkan media ular tangga dapat meningkatkan kedisiplinan siswa pada mata pelajaran Matematika materi bilangan romawi di kelas IV SD Negeri 1 Sokawera.

  2. Melalui Penggunaan metode pembelajaran Course Riview Horay dengan menggunkan media ular tangga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Matematika materi bilangan romawi di kelas IV SD Negeri 1 Sokawera.