S PEA 1001937 Chapter1

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Peran perbankan dan lembaga keuangan lainnya sangat menentukan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Dikarenakan bank mempunyai salah satu fungsi sebagai lembaga intermediasi dan seluruh aktivitas bank sangat membantu untuk memenuhi segala kebutuhan dan keinginan masyarakat. Perbankan dan lembaga keuangan lainnya menjadi sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat karena lembaga tersebut dapat menyentuh segala lapisan masyarakat tanpa adanya batasan.

Namun kenyataannya krisis moneter yang melanda kawasan Asia, terutama Asia Tenggara ditahun 1997-1998 berimbas pada keadaan ekonomi di negara Indonesia. Krisis moneter menyebabkan laju inflasi di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup tinggi dan juga terjadinya nilai tukar rupiah terhadap dollar melemah. Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar mengakibatkan perusahaan sulit membayar utangnya kepada para investor, sehinga mengalami kesulitan dalam pembiayaan kegiatan perusahaan. Dengan demikian banyak perusahaan yang mengalami gulung tikar karena tidak dapat menyesuaikan diri dengan keadaan ekonomi yang tejadi pada saat itu sehingga tidak dapat melunasi kewajibannya. Selain itu krisis moneter menyebabkan tingkat pengangguran di Indonesia semakin meningkat pada tahun tersebut. Meningkatnya pengangguran ini tidak lepas dari banyaknya perusahaan yang mengalami gulung tikar.

Terjadinya situasi yang dihadapi pada saat ini memungkinkan pemerintah membuat kebijakan dalam upaya membangun kembali kegiatan usaha yang dimiliki oleh masyarakat salah satunya dengan cara memberikan kredit dalam membiayai segala usaha yang ingin didirikan kepada perorangan maupun badan usaha. Kebijakan ini bertujuan untuk memberikan rangsangan kepada para pelaku bisnis agar kembali berkiprah dalam kegiatan usahanya yang telah dirintis, salah satu caranya melalui dana pinjaman bank. Menurut Undang-Undang Nomor 10


(2)

tahun 1998 “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari msayrakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuki kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak”. Dengan adanya lembaga bank ini masyarakat bisa meminjam uang dalam bentuk kredit untuk mendanai kegiatan usaha yang telah dirintis atau sebagai modal untuk melakukan investasi dibidang apapun. Kredit adalah suatu perjanjian utang piutang yang dilakukan oleh pihak bank dan masyarakat dengan tingkat pengembalian dana yang sudah disepakati.

Bank Internasional Indonesia merupakan salah satu bank di Indonesia yang berdiri pada 15 Mei 1959 yang mempunyai fungsi seperti bank lain yaitu menghimpun dana, menyalurkan dana, dan penyedia jasa kepada masyarakat. Bank Internasional Indonesia mempunyai tujuan seperti lembaga keuangan lainnya yaitu lembaga yang berorientasi pada laba (profit oriented). Untuk memperoleh laba, bank menitikberatkan pada penyaluran dana dimana bank akan memperoleh bunga pinjaman dari penyaluran kredit yang diberikan kepada masyarakat. Tujuan penyaluran kredit ini untuk meningkatkan profitabilitas bank agar bisa mempertahankan eksistensi dan keberlangsungan berdirinya bank tersebut. Banyaknya bank yang berdiri saat ini memberikan tantangan kepada bank untuk bersaing dalam menghimpun dana dan menyalurkan dana. Agar bank dapat menjalankan segala aktifitasnya bank memberikan persyaratan yang mudah untuk menarik nasabah dalam penghimpunan dana maupun penyaluran dana.

Persaingan yang ketat antara bank lain secara langsung ataupun tidak langsung akan mempengaruhi profitabilitas Bank Internasional Indonesia. Profitabillitas bank menjadi salah satu tolak ukur untuk penilaian tingkat kesehatan bank.

Peraturan Bank Indonesia No. 6/10/PBI/2004 tentang Sistem Penilaian Kesehatan Umum menerangkan bahwa:

Tingkat kesehatan bank adalah hasil penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui penilaian kuantitatif dan atau penilaian kualitatif terhadap faktor-faktor permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas, likuiditas, dan sensitivitas terhadap resiko pasar.


(3)

Peraturan tersebut menyebutkan bahwa salah satu penilaian tingkat kesehatan bank dipengaruhi oleh aspek rentabilitas atau dapat disebut profitabilitas. Profitabilitas yaitu kemampuan bank dalam memperoleh atau menghasilkan laba. Semakin meningkat profitabilitas yang didapat oleh suatu bank maka bank tersebut dapat dikatakan bank yang sehat. Ini sesuai dengan pernyatan Kasmir (2008:52) “Bank yang sehat adalah bank yang diukur secara rentabilitas terus meningkat”. Tinggi rendahnya tingkat profitabilitas biasanya sering diindikasikan dengan rasio profitabilitas.

Salah satu indikator untuk mengukur profitabilitas yaitu dengan Return on Asset (ROA). ROA digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan dari pengelolaan asset yang dimiliki. Semakin tinggi tingkat Return on Asset (ROA) yang diperoleh, maka kemampuan bank dalam mengelola dan memperdayagunakan asset bank berjalan dengan lancar sehingga menghasilkan keuntungan (profit). Menurut Machmud & Rukmana (2010:166)

mengatakan bahwa “Semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan

yang dicapai bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil”.

Bank Internasional Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini, menunjukkan kinerja keuangan yang buruk. Padahal kenyataannya Bank Internasional Indonesia merupakan salah satu bank dengan Asset terbesar di Indonesia dan bank yang mempunyai pelayanan services terbaik hal ini sesuai dengan penilaian dari infobank bersama Marketing Research Indonesia (MRI)

melalui penghargaan “Bank Services Excellence Monitor (BSEM) pada tahun

2011-2012” yang menempatkan Bank Internasional Indonesia berasal diperingkat ketiga. Pelayanan yang baik dilakukan oleh Bank Internasional Indonesia menimbulkan kepercayaan bagi nasabah dalam menghimpun dana dan menyalurkan dana. Membangun dan mempertahankan kepercayaan nasabah menunjukan keberhasilan bisnis bank sehingga meningkatnya profitabiltas bank.

Berikut ini disajikan data mengenai tingkat profitabilitas pada PT. Bank Internasional Indonesia periode 2006-2012 yang diukur dengan Return on Asset


(4)

Tabel A.1

Data Profabilitas Berdasarkan Return on Asset (ROA) Pada Bank Internasional Indonesia

Tahun 2006-2012

Tahun Tingkat ROA Perubahan ROA Standar Minimal BI

2006 1,36 % -

1,50 % 2007 1,18 % -0,18 %

2008 0,48 % -0,70 % 2009 -0,32 % -0,80 %

2010 0,58 % 0,90 %

2011 0,87 % 0,29 %

2012 1,22 % 0,35 %

Sumber : BI.go.id (data diolah)

Dari tabel 1.1 diatas dapat diketahui bahwa tingkat ROA pada Bank Internasional Indonesia selalu berada dibawah standar minimal yang sudah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Menurut PBI No. 6/10/PBI/2004 mengatakan bahwa standar minimal yang ditetapkan untuk ROA sebesar 1,50%. Dari tahun 2006-2012 tingkat ROA selalu dibawah standar yang sudah ditetapkan Bank Indonesia. Tingkat ROA terparah yang dimiliki Bank Internasional Indonesia terjadi pada tahun 2009 dengan tingkat ROA sebesar -0,32% jauh dibawah standar yang sudah ditetapkan Bank Indonesia sebesar 1,50%. Tingkat ROA yang selalu dibawah standar minimal yang terjadi pada Bank Internasional Indonesia mengindikasikan bahwa kesehatan keuangan bank tersebut kurang sehat.

Bank Internasional Indonesia sebagai salah satu bank yang telah go public,

sehingga segala sesuatu aktifitasnya selalu diperhatikan oleh pihak luar bank terutama mengamati dan menilai kesehatan keuangan bank tersebut. Melihat keadaan profitabilitas yang selalu dibawah standar minimal yang sudah ditetapkan oleh BI akan mempengaruhi penilaian investor dan calon investor. Apabila profitabilitas dibiarkan secara terus menerus dibawah standar minimal, memungkinkan potensi calon investor yang ingin menanamkan modalnya dibank


(5)

menjadi kecil. Sedangkan potensi investor untuk menarik dananya dibank semakin besar, sehingga menyebabkan investor mengalihkan dananya dari bank tersebut. Dengan demikian bank mengalami kekurangan dana bahkan kehilangan dana untuk penambahan modal dalam menjalankan kegiatan operasional bank tersebut diperiode selanjutnya. Menurut Simorangkir (2004:153) mengatakan bahwa “Profitabilitas dari bank tidak hanya penting bagi pemiliknya, tetapi juga bagi golongan-golongan lain di dalam masyarakat”.

Para pengelola bank dihadapkan pada dua pilihan dalam usaha memperoleh keuntungan yaitu dengan cara memenuhi permintaan kebutuhan nasabah melalui penyaluran kredit dengan resiko cukup besar yang akan dihadapinya atau pihak bank akan melakukan investasi dana dengan resiko yang kecil. Melihat kondisi ini bank akan melakukan penyaluran kredit dalam upaya meningkatkan profitabilitas bank. Peningkatan penyaluran kredit tidak selamanya akan meningkatkan profitabilitas bank. Kadangkala bank akan dihadapkan pada suatu situasi dimana pihak nasabah tidak mampu melunasi kewajibannya sesuai dengan perjanjian yang sudah disepakati.

Untuk meningkatkan profitabilitas bank, maka harus mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan profitabilitas meningkat. Menurut Muldjono (2002:86) mengatakan bahwa:

Faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas diantaranya yaitu jumlah modal, kualitas kredit yang diberikan dan pengembaliannya, perpencaran Bunga bank, manajemen pengalokasian dalam aktiva likuid, efisiensi dalam menekan biaya operasi dan non operasi serta mobilisasi dana masyarakat dalam memperoleh sumber dana yang murah

Seperti yang dikemukakan oleh Muldjono bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi profitabilitas bank adalah kualitas kredit yang diberikan dan pengembaliannya. Kualitas kredit yang diberikan oleh pihak bank dapat digolongkan menjadi dua yaitu kualitas kredit yang diberikan baik dan kualitas kredit yang diberikan buruk. Kualitas kredit yang diberikan baik menyebabkan nasabah mampu melunasi kredit dan membayar bunganya tepat waktu. Sebaliknya kualitas kredit yang diberikan buruk menyebabkan nasabah tidak bisa melunasi kewajibannya beserta bunga pinjaman tepat waktu sehingga menyebabkan kredit


(6)

macet didalam bank tersebut. Adanya kredit macet dalam perbankan menyebabkan menurunya profitabilitas. Menurut Retnadi (2006:25) “Apabila aktiva kredit merupakan porsi dominan dari sebuah bank, maka semakin tinggi kredit bermasalah atau NPL maka akan semakin menurunkan kemampuan bank

dalam menghasilkan pendapatan bunga”. Dari pernyataan tersebu diketahui return

on assets (ROA) yaitu salah satu tolak ukur profitabilitasnya mereka akan menurun, dengan akibat nilai operasi mereka di masyarakat dan di dunia perbankan pada khususnya ikut menurun”.

Profitabilitas perbankan diperoleh dari selisih antara bunga simpanan dengan bunga pinjaman. Apabila jumlah non performing loan disuatu bank tinggi maka bunga pinjaman yang diharapkan oleh pihak bank untuk mendapatkan profitabilitas mengalami kegagalan sehingga memungkinkan profitabilitas bank menurun.

B.Identifikasi Masalah Penelitian

Penyaluran dana dalam bentuk kredit merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pihak bank dan hampir setiap bank lebih mengutamakan kegiatan tersebut dalam memperoleh laba. Menurut Kasmir (2008:119) bahwa “Hampir semua bank masih mengandalkan penghasilan utamanya dari jumlah penyaluran kreditnya (spread based), disamping dari penghasilan atas fee based yang berupa biaya-biaya dari jasa-jasa bank lainnya yang dibebankan ke nasabah”.

Penyaluran dana dalam bentuk kredit sangat membantu masyarakat dalam memenuhi segala kebutuhan yang diperlukan. Dengan kredit masyarakat dapat membiayai usaha yang sedang dijalankan, meningkatkan produksi, dan membiayai dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selain itu penyaluran dana dalam bentuk kredit dapat membantu pemerintah dalam hal peningkatan pembangunan di berbagai sektor. Penyaluran kredit memberikan keuntungan bagi pemerintah dalam penerimaan pajak baik dari pihak nasabah maupun pihak bank, membuka kesempatan kerja yang merekrut tenaga kerja yang masih menganggur, meningkatkan jumlah barang dan jasa, menghemat dan meningkatkan devisa negara. Namun kenyataannya penyaluran kredit yang tinggi tidak selamanya


(7)

memberikan dampak yang baik bagi profitabilitas bank. Hal ini dipengaruhi oleh analisis kredit yang dilakukan sebelum melakukan penyaluran kredit sehingga tidak berdampak buruk pada profitabilitas bank.

Bank Internasional Indonesia merupakan salah satu bank yang sudah go public dimana segala aktifitasnya selalu diperhatikan oleh para investor maupun calon investor. Pada beberapa tahun ke belakangan ini, kinerja keuangan Bank Internasional Indonesia mengalami tingkat profitabilitas yang buruk. Dapat dilihat pada laporan keuangan pada latar belakang dari tahun 2006-2012 tingkat profitabilitas yang diukur dengan ROA selalu dibawah standar yang sudah ditetapkan Bank Indonesia. Bank Indonesia menetapkan ROA sebesar 1,50% hal ini sesuai dengan PBI No. 6/10/PBI/2004 mengatakan bahwa standar minimal yang ditetapkan untuk ROA sebesar 1,50%.

Buruknya profitabilitas Bank Internasional Indonesia dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Muldjono (2002:86) faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas antara lain sebagai berikut:

Faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas diantaranya yaitu jumlah modal, kualitas kredit yang diberikan dan pengembaliannya, perpencaran bunga bank, manajemen pengalokasian dalam aktiva likuid, efisiensi dalam menekan biaya operasi dan non operasi serta mobilisasi dana masyarakat dalam memperoleh sumber dana yang murah.

Menurut Muldjono bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi profitabilitas yaitu kualitas kredit yang diberikan dan pengembaliaannya. Kualitas kredit muncul akibat bank tersebut melakukan penyaluran dana dalam bentuk pinjaman atau kredit. Analisis kredit dilakukan untuk mengetahui apakah kualitas kredit yang diberikan dan pengembaliannya baik atau buruk Apabila kualitas kredit yang diberikan baik memungkinkan bank akan mendapatkan keuntungan dari penyaluran kredit dan mencegah resiko tak tertagihnya kredit yang diberikan kepada nasabah. Jika kualitas kredit yang diberikan buruk ini akan memberikan permasalahan kredit macet atau non performing loan yang cenderung menurunkan profitabilitas bank. Menurut Dendawijaya (2009:82) bahwa “Bank akan kehilangan kesempatan untuk memperoleh pendapatan dari kredit yang diberikan


(8)

sehingga mengurangi perolehan laba dan berpengaruh buruk bagi profitabilitas

bank”.

Berdasarkan latar belakang dan fenomena yang telah dijelaskan sebelumnya, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berkaitan

dengan hal tersebut dengan mengambil judul “Pengaruh Non Performing Loan

terhadap Profitabilitas Pada Bank Internasional Indonesia Tbk”. C.Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas, penulis bermaksud membatasi masalah-masalah yang muncul mengenai non performing loan. Rumusan masalah antara lain:

1. Bagaimana gambaran non performing loan pada Bank Internasional Indonesia

2. Bagaimana gambaran profitabilitas pada Bank Internasional Indonesia

3. Bagaimana pengaruh non performing loan terhadap profitabilitas pada Bank Internasional Indonesia

D.Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh non performing loan terhadap profitabilitas pada Bank Internasional Indonesia.

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini anatara lain sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui bagaimana gambaran non performing loan pada Bank Internasional Indonesia.

b. Untuk mengetahui bagaimana gambaran profitabilitas pada Bank Internasional Indonesia.

c. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh non performing loan terhadap profitabilitas pada Bank Internasional Indonesia.

E.Manfaat Penelitian


(9)

1. Bagi pihak bank, dari penelitian yang menghasilkan kesimpulan dan saran yang dilakukan oleh pihak penulis, dapat membantu meningkatkan strategi penyelesaian yang lebih baik dan terarah mengenai non performing loan di masa yang akan datang.

2. Bagi pihak pemerintah, diharapkan memberikan masukan dan jalan keluar mengenai non performing loan yang terjadi pada lembaga keuangan bank di masa yang akan datang.

b. Manfaat Teoritis

1. Dapat memberikan manfaat bagi para pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai non performing loan yang mempengaruhi tingkat profitabilitas bank.

2. Dapat memberikan tambahan literatur bagi para peneliti-peneliti di masa yang akan datang dalam menempuh studi atau jenjang pendidikan sarjananya


(1)

Tabel A.1

Data Profabilitas Berdasarkan Return on Asset (ROA) Pada Bank Internasional Indonesia

Tahun 2006-2012

Tahun Tingkat ROA Perubahan ROA Standar Minimal BI

2006 1,36 % -

1,50 %

2007 1,18 % -0,18 %

2008 0,48 % -0,70 %

2009 -0,32 % -0,80 %

2010 0,58 % 0,90 %

2011 0,87 % 0,29 %

2012 1,22 % 0,35 %

Sumber : BI.go.id (data diolah)

Dari tabel 1.1 diatas dapat diketahui bahwa tingkat ROA pada Bank Internasional Indonesia selalu berada dibawah standar minimal yang sudah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Menurut PBI No. 6/10/PBI/2004 mengatakan bahwa standar minimal yang ditetapkan untuk ROA sebesar 1,50%. Dari tahun 2006-2012 tingkat ROA selalu dibawah standar yang sudah ditetapkan Bank Indonesia. Tingkat ROA terparah yang dimiliki Bank Internasional Indonesia terjadi pada tahun 2009 dengan tingkat ROA sebesar -0,32% jauh dibawah standar yang sudah ditetapkan Bank Indonesia sebesar 1,50%. Tingkat ROA yang selalu dibawah standar minimal yang terjadi pada Bank Internasional Indonesia mengindikasikan bahwa kesehatan keuangan bank tersebut kurang sehat.

Bank Internasional Indonesia sebagai salah satu bank yang telah go public, sehingga segala sesuatu aktifitasnya selalu diperhatikan oleh pihak luar bank terutama mengamati dan menilai kesehatan keuangan bank tersebut. Melihat keadaan profitabilitas yang selalu dibawah standar minimal yang sudah ditetapkan oleh BI akan mempengaruhi penilaian investor dan calon investor. Apabila profitabilitas dibiarkan secara terus menerus dibawah standar minimal, memungkinkan potensi calon investor yang ingin menanamkan modalnya dibank


(2)

menjadi kecil. Sedangkan potensi investor untuk menarik dananya dibank semakin besar, sehingga menyebabkan investor mengalihkan dananya dari bank tersebut. Dengan demikian bank mengalami kekurangan dana bahkan kehilangan dana untuk penambahan modal dalam menjalankan kegiatan operasional bank tersebut diperiode selanjutnya. Menurut Simorangkir (2004:153) mengatakan

bahwa “Profitabilitas dari bank tidak hanya penting bagi pemiliknya, tetapi juga

bagi golongan-golongan lain di dalam masyarakat”.

Para pengelola bank dihadapkan pada dua pilihan dalam usaha memperoleh keuntungan yaitu dengan cara memenuhi permintaan kebutuhan nasabah melalui penyaluran kredit dengan resiko cukup besar yang akan dihadapinya atau pihak bank akan melakukan investasi dana dengan resiko yang kecil. Melihat kondisi ini bank akan melakukan penyaluran kredit dalam upaya meningkatkan profitabilitas bank. Peningkatan penyaluran kredit tidak selamanya akan meningkatkan profitabilitas bank. Kadangkala bank akan dihadapkan pada suatu situasi dimana pihak nasabah tidak mampu melunasi kewajibannya sesuai dengan perjanjian yang sudah disepakati.

Untuk meningkatkan profitabilitas bank, maka harus mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan profitabilitas meningkat. Menurut Muldjono (2002:86) mengatakan bahwa:

Faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas diantaranya yaitu jumlah modal, kualitas kredit yang diberikan dan pengembaliannya, perpencaran Bunga bank, manajemen pengalokasian dalam aktiva likuid, efisiensi dalam menekan biaya operasi dan non operasi serta mobilisasi dana masyarakat dalam memperoleh sumber dana yang murah

Seperti yang dikemukakan oleh Muldjono bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi profitabilitas bank adalah kualitas kredit yang diberikan dan pengembaliannya. Kualitas kredit yang diberikan oleh pihak bank dapat digolongkan menjadi dua yaitu kualitas kredit yang diberikan baik dan kualitas kredit yang diberikan buruk. Kualitas kredit yang diberikan baik menyebabkan nasabah mampu melunasi kredit dan membayar bunganya tepat waktu. Sebaliknya kualitas kredit yang diberikan buruk menyebabkan nasabah tidak bisa melunasi kewajibannya beserta bunga pinjaman tepat waktu sehingga menyebabkan kredit


(3)

macet didalam bank tersebut. Adanya kredit macet dalam perbankan menyebabkan menurunya profitabilitas. Menurut Retnadi (2006:25) “Apabila aktiva kredit merupakan porsi dominan dari sebuah bank, maka semakin tinggi kredit bermasalah atau NPL maka akan semakin menurunkan kemampuan bank

dalam menghasilkan pendapatan bunga”. Dari pernyataan tersebu diketahui return

on assets (ROA) yaitu salah satu tolak ukur profitabilitasnya mereka akan

menurun, dengan akibat nilai operasi mereka di masyarakat dan di dunia

perbankan pada khususnya ikut menurun”.

Profitabilitas perbankan diperoleh dari selisih antara bunga simpanan dengan bunga pinjaman. Apabila jumlah non performing loan disuatu bank tinggi maka bunga pinjaman yang diharapkan oleh pihak bank untuk mendapatkan profitabilitas mengalami kegagalan sehingga memungkinkan profitabilitas bank menurun.

B.Identifikasi Masalah Penelitian

Penyaluran dana dalam bentuk kredit merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pihak bank dan hampir setiap bank lebih mengutamakan kegiatan tersebut dalam memperoleh laba. Menurut Kasmir (2008:119) bahwa “Hampir semua bank masih mengandalkan penghasilan utamanya dari jumlah penyaluran kreditnya

(spread based), disamping dari penghasilan atas fee based yang berupa

biaya-biaya dari jasa-jasa bank lainnya yang dibebankan ke nasabah”.

Penyaluran dana dalam bentuk kredit sangat membantu masyarakat dalam memenuhi segala kebutuhan yang diperlukan. Dengan kredit masyarakat dapat membiayai usaha yang sedang dijalankan, meningkatkan produksi, dan membiayai dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selain itu penyaluran dana dalam bentuk kredit dapat membantu pemerintah dalam hal peningkatan pembangunan di berbagai sektor. Penyaluran kredit memberikan keuntungan bagi pemerintah dalam penerimaan pajak baik dari pihak nasabah maupun pihak bank, membuka kesempatan kerja yang merekrut tenaga kerja yang masih menganggur, meningkatkan jumlah barang dan jasa, menghemat dan meningkatkan devisa negara. Namun kenyataannya penyaluran kredit yang tinggi tidak selamanya


(4)

memberikan dampak yang baik bagi profitabilitas bank. Hal ini dipengaruhi oleh analisis kredit yang dilakukan sebelum melakukan penyaluran kredit sehingga tidak berdampak buruk pada profitabilitas bank.

Bank Internasional Indonesia merupakan salah satu bank yang sudah go

public dimana segala aktifitasnya selalu diperhatikan oleh para investor maupun

calon investor. Pada beberapa tahun ke belakangan ini, kinerja keuangan Bank Internasional Indonesia mengalami tingkat profitabilitas yang buruk. Dapat dilihat pada laporan keuangan pada latar belakang dari tahun 2006-2012 tingkat profitabilitas yang diukur dengan ROA selalu dibawah standar yang sudah ditetapkan Bank Indonesia. Bank Indonesia menetapkan ROA sebesar 1,50% hal ini sesuai dengan PBI No. 6/10/PBI/2004 mengatakan bahwa standar minimal yang ditetapkan untuk ROA sebesar 1,50%.

Buruknya profitabilitas Bank Internasional Indonesia dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Muldjono (2002:86) faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas antara lain sebagai berikut:

Faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas diantaranya yaitu jumlah modal, kualitas kredit yang diberikan dan pengembaliannya, perpencaran bunga bank, manajemen pengalokasian dalam aktiva likuid, efisiensi dalam menekan biaya operasi dan non operasi serta mobilisasi dana masyarakat dalam memperoleh sumber dana yang murah.

Menurut Muldjono bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi profitabilitas yaitu kualitas kredit yang diberikan dan pengembaliaannya. Kualitas kredit muncul akibat bank tersebut melakukan penyaluran dana dalam bentuk pinjaman atau kredit. Analisis kredit dilakukan untuk mengetahui apakah kualitas kredit yang diberikan dan pengembaliannya baik atau buruk Apabila kualitas kredit yang diberikan baik memungkinkan bank akan mendapatkan keuntungan dari penyaluran kredit dan mencegah resiko tak tertagihnya kredit yang diberikan kepada nasabah. Jika kualitas kredit yang diberikan buruk ini akan memberikan permasalahan kredit macet atau non performing loan yang cenderung menurunkan profitabilitas bank. Menurut Dendawijaya (2009:82) bahwa “Bank akan kehilangan kesempatan untuk memperoleh pendapatan dari kredit yang diberikan


(5)

sehingga mengurangi perolehan laba dan berpengaruh buruk bagi profitabilitas

bank”.

Berdasarkan latar belakang dan fenomena yang telah dijelaskan sebelumnya, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berkaitan

dengan hal tersebut dengan mengambil judul “Pengaruh Non Performing Loan terhadap Profitabilitas Pada Bank Internasional Indonesia Tbk”.

C.Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas, penulis bermaksud membatasi masalah-masalah yang muncul mengenai non performing loan. Rumusan masalah antara lain:

1. Bagaimana gambaran non performing loan pada Bank Internasional Indonesia

2. Bagaimana gambaran profitabilitas pada Bank Internasional Indonesia

3. Bagaimana pengaruh non performing loan terhadap profitabilitas pada Bank Internasional Indonesia

D.Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh non

performing loan terhadap profitabilitas pada Bank Internasional Indonesia.

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini anatara lain sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui bagaimana gambaran non performing loan pada Bank Internasional Indonesia.

b. Untuk mengetahui bagaimana gambaran profitabilitas pada Bank Internasional Indonesia.

c. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh non performing loan terhadap profitabilitas pada Bank Internasional Indonesia.

E.Manfaat Penelitian a. Manfaat Praktis


(6)

1. Bagi pihak bank, dari penelitian yang menghasilkan kesimpulan dan saran yang dilakukan oleh pihak penulis, dapat membantu meningkatkan strategi penyelesaian yang lebih baik dan terarah mengenai non

performing loan di masa yang akan datang.

2. Bagi pihak pemerintah, diharapkan memberikan masukan dan jalan keluar mengenai non performing loan yang terjadi pada lembaga keuangan bank di masa yang akan datang.

b. Manfaat Teoritis

1. Dapat memberikan manfaat bagi para pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai non performing loan yang mempengaruhi tingkat profitabilitas bank.

2. Dapat memberikan tambahan literatur bagi para peneliti-peneliti di masa yang akan datang dalam menempuh studi atau jenjang pendidikan sarjananya