S PKK 0807887 Chapter3

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada SMK Negeri 9 Bandung yang berlokasi di
Jl.Sukarno-Hatta KM.10 Bandung. SMK Negeri 9 Bandung ini merupakan SMK
Pariwisata yang memiliki bidang keahlian Tata Kecantikan Kulit, dimana terdapat
pembelajaran perawatan wajah berjerawat dengan teknologi yang dipelajari pada
kelas XI. Perawatan wajah berjerawat dengan teknologi ini merupakan
pembelajaran yang akan dibuat multimedianya pada skripsi ini, dengan teknologi
yang dimaksud adalah beauty instruments.

B. Validator dan Penguji Multimedia Tutorial
Validator dalam penelitian ini terdiri dari ahli media untuk mengetahui
kelayakan media pembelajaran, dan ahli materi pembelajaran perawatan kulit
wajah bermasalah dengan teknologi. Ahli media yang dijadikan validator
merupakan dosen UPI prodi Pendidikan Tata Busana yang memahami media dan
tata kecantikan, sehingga mampu untuk menilai kesesuaian dan efektivitas fungsi
pada multimedia yang dibuat dengan pembelajaran yang terdapat di dalamnya.
Ahli materi yang dijadikan validator merupakan guru bidang studi perawatan
wajah berjerawat dengan teknologi sehingga materi multimedia sesuai dengan

materi pembelajaran dan pengajar di lembaga pelatihan kerja (LPK) sekaligus
pemilik salon yang mempelajari penggunaan dan kegunaan beauty instruments
sehingga pembelajaran pada multimedia dapat sesuai dengan penggunaan beauty
instruments di salon.

Uji coba penggunaan multimedia tutorial dilakukan oleh guru yang
mengajar bidang keahlian Tata Kecantikan Kulit sebagai pengguna multimedia,
untuk mengetahui kepraktisan dan kemudahan dalam menggunakan multimedia
tutorial perawatan wajah berjerawat dengan beauty instruments.

Sholihat Devana, 2016
PENGEMBANGAN MULTIMEDIA TUTORIAL PERAWATAN WAJAH BERJERAWAT DENGAN BEAUTY
INSTRUMENTS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

62

63

C. Metode Penelitian

Metode penelitian yang menggunakan metode penelitian deskriptif. Ada
beberapa jenis penelitian yang dikatagorikan sebagai penelitian deskriftif,
diantaranya penelitian survey (survey studies), studi kasus (case studies),
penelitian perkembangan (developmental studies), penelitian tindak lanjut (followup studies), analisis dokumen (documentary analisis), dan penelitian korelasional
(correlation studies) (Arikunto, S. 2009, hlm.18). Jenis penelitian deskriptif yang

digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian perkembangan (developmental
studies),

lebih

tepatnya

research

and

development

(penelitian


dan

pengembangan). Penelitian perkembangan ini difokuskan pada pembuatan
multimedia pembelajaran pada mata pelajaran perawatan kulit wajah bermasalah
dengan teknologi, khususnya pembelajaran perawatan wajah berjerawat dengan
beauty instruments.

Produk yang dibuat dalam penelitian ini berupa compact disk interaktif yang
disesuaikan dengan kebutuhan pengguna multimedia. Prosedur pembuatan
multimedia ini menggunakan Analysis, Design, Development, Implementation,
and Evaluation (ADDIE). Terdapat lima tahapan dalam prosedur penyusunan

media yang dikembangkan oleh Dick and Carry pada model pengembangan
ADDIE (Mulyaningsih, 2011, hlm.184). Kelima tahapan tersebut antara lain:
1. Tahap Analisis
Tahapan ini merupakan suatu proses mendefinisikan apa yang akan
dipelajari oleh peserta didik, yaitu melakukan analisis kompetensi, analisis materi,
dan analisis instruksional.
2. Tahap Perencanaan

Tahapan ini meliputi penyusunan kerangka bahan, penentuan sistematis,
perencanaan alat evaluasi serta komponen-komponen yang akan dimuat dalam
media tersebut, termasuk grafis dan animasi serta skenario.
3. Tahap Pengembangan dan Produksi
Tahap ini adalah proses mewujudkan blue-print alias desain multimedia
menjadi kenyataan, penelitian ini fokus pada tahapan ini adalah pembuatan
compact disk interaktif. Pada tahap ini pula dilakukan uji validasi untuk menilai

kelayakan multimedia sebelum diproduksi.
Sholihat Devana, 2016
PENGEMBANGAN MULTIMEDIA TUTORIAL PERAWATAN WAJAH BERJERAWAT DENGAN BEAUTY
INSTRUMENTS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

64

4. Tahap Uji Coba
Tahap ini adalah langkah nyata untuk menerapkan sistem pembelajaran yang
sedang dibuat dengan uji coba skala kecil, dilakukan oleh pengguna multimedia
untuk menilai mulitimedia yang telah dibuat.

5. Tahap Evaluasi
Tahap ini merupakan proses untuk melihat apakah sistem pembelajaran yang
sedang dibangun berhasil, sesuai dengan harapan awal atau tidak. Evaluasi pada
compact disk interaktif dimaksudkan untuk menilai kelayakan multimedia untuk

digunakan.

D. Instrumen Pengumpulan Data
Instrument pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
diantaranya adalah:
1. Storyline
Storyline merupakan gagasan utama yang dibuat seperti alur cerita dalam

multimedia. Storyline terdiri dari ringkasan gagasan berupa narasi yang berisi
tentang isi dari multimedia yang dibuat dan beberapa gambar untuk keperluan
narasi.
2. Storyboard
Storyboard merupakan rangkaian adegan dalam multimedia secara

kronologis yang menggambarkan secara global visualisasi yang akan tampak pada

program. Storyboard memuat unsur-unsur teks, visual, audio, juga istilah-istilah
yang terdapat dalam multimedia.
3. Validitas
Validitas merupakan suatu tindakan yang membuktikan bahwa suatu proses
atau metode dapat memberikan hasil yang konsisten sesuai dengan spesifikasi
yang telah ditetapkan dan terdokumentasi dengan baik. Hasil pembuatan
multimedia tutorial dalam penelitian ini akan divalidasi oleh ahli materi
pembelajaran dan ahli media.
4. Angket

Sholihat Devana, 2016
PENGEMBANGAN MULTIMEDIA TUTORIAL PERAWATAN WAJAH BERJERAWAT DENGAN BEAUTY
INSTRUMENTS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

65

Angket merupakan instrument yang dibuat untuk pengguna multimedia, agar
dapat mengetahui efektifitas dan kemudahan dalam mengoperasikan multimedia.
E. Langkah-langkah Penelitian

Adapun langkah-langkah penelitian yang digunakan pada penelitian ini
adalah:
1. Tahap Analisis, meliputi :
a. Analisis kompetensi, dilakukan dengan wawancara kepada guru yang mengajar
pelajaran perawatan kulit wajah bermasalah dengan teknologi, khususnya
mengenai proses pembelajaran pada pelajaran perawatan wajah berjerawat
dengan beauty instruments.
b. Analisis materi, dilakukan penyesuaian pembelajaran penggunaan beauty
instruments dengan kesamaan dalam buku manual, dimana materi disusun

sesuai dengan kegunaan setiap alat. Materi disesuaikan pula dengan tahap
demontrasi perawatan kulit wajah berjerawat dengan beauty instruments.
c. Analisis instruksional, adalah penjabaran dari buku manual beauty instruments
dan buku pelajaran perawatan kulit wajah bermasalah dengan teknologi
menjadi indikator pembelajaran, khusunya pembelajaran penggunaan beauty
instruments pada pelajaran perawatan kulit wajah berjerawat dengan teknologi.

2. Tahap Perencanaan, meliputi:
a. Penyusunan kerangka bahan secara sistematis alur penyajian materi dalam
bentuk compact disk interaktif dapat disajikan sebagai berikut: intro, home,

kompetensi, materi, latihan praktek, dan kredit.
b. Penentuan sistematika/urutan penyajian materi didasarkan pada penjabaran
standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan menjadi
indikator-indikator. Storyboard diambil dari sumber-sumber yang relevan
berisi naskah materi, ilustrasi, visualisasi, dan bahan animasi yang akan
digunakan.
c. Perencanaan alat evaluasi berupa lembar validasi dan angket. Lembar validasi
yang akan dievaluasi oleh ahli media dan ahli materi dan angket yang akan
dievaluasi oleh pengguna multimedia berupa jenis angket/checklist.
3. Tahap Pengembangan dan Produksi, meliputi:

Sholihat Devana, 2016
PENGEMBANGAN MULTIMEDIA TUTORIAL PERAWATAN WAJAH BERJERAWAT DENGAN BEAUTY
INSTRUMENTS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

66

Pengembangan media menjadi multimedia yang dibuat berupa produk
compact disk interaktif. Pembuatan produk disesuaikan dengan perancanaan


pembuatan produk berupa storyline yang diperjelas dengan story board. Pada
tahap ini dilakukan pula uji validasi untuk mengetahui kelayakan dari multimedia
yang telah dibuat. Catatan dari validator dijadikan tambahan dalam merevisi
multimedia yang telah dibuat sehingga sesuai dengan kebutuhan pengguna
multimedia.
4. Tahap Uji Coba, meliputi :
Tahap ini dilakukan uji coba penggunaan multimedia tutorial untuk
mengetahui efektivitas dan kemudahan dalam mengoperasikan multimedia
tutorial.
5. Tahap Evaluasi, meliputi :
Tahap ini dilakukan untuk penilaian multimedia melalui validasi yang
dilakukan oleh ahli materi dan ahli media sehingga multimedia dapat direvisi
sesuai hasil validasi. Masukan dari validator multimedia dijadikan ajuan dalam
merevisi multimedia tutorial.

F. Analisis dan Interpretasi Data
Analisis dan interprestasi data disesuaikan dengan tahapan-tahapan
penelitian yang telah dipaparkan pada metode penelitian, yaitu:
a. Tahap analisis, digunakan dalam penelitian awal untuk menghimpun data

tentang kondisi yang ada.
b. Tahap perencanaan,

produk tersebut

didesain

sesuai dengan

materi

pembelajaran tentang beauty instruments. Dibuat pula storyline dari alur
penyajian materi.
c. Tahap pengembangan dan produksi, dilakukan pembuatan multimedia yang
mengaju pada storyline dan diperjelas dengan storyboard kemudian
dimasukkan ke dalam compact disk sehingga menjadi produk. Multimedia yang
dapat dipublikasikan adalah multimedia yang telah divalidasi untuk kemudian
diketahui kelayakannya melalui lembar validasi. Kriteria kelayakan multimedia
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 3.1 Kriteria Kelayakan

Sholihat Devana, 2016
PENGEMBANGAN MULTIMEDIA TUTORIAL PERAWATAN WAJAH BERJERAWAT DENGAN BEAUTY
INSTRUMENTS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

67

Rentang Skor

Keterangan

Makna

75% – 100%

Baik

Layak Digunakan

50%– 74,99%

Cukup Baik

Digunakan

25%– 49,99%

Kurang Baik

Diganti

0%– 24,99%

Tidak Baik

Diganti

(Arikunto, 1998:246)
Apabila multimedia yang telah divalidasi mencapai rentan skor 75%-100%,
maka multimedia tersebut tergolong kategori baik yang berarti multimedia
sangat layak atau valid sehingga multimedia dapat digunakan. Apabila
multimedia yang telah divalidasi mencapai rentan skor 50%-74,99%, maka
multimedia tersebut tergolong kategori cukup baik yang berarti multimedia
layak atau valid sehingga multimedia dapat digunakan namun dengan sedikit
perbaikan. Apabila multimedia yang telah divalidasi mencapai rentan skor
25%-49,99%, maka multimedia tersebut tergolong kategori kurang baik yang
berarti multimedia sangat tidak layak atau valid sehingga multimedia diganti.
Apabila multimedia yang telah divalidasi mencapai rentan skor 0%-24,99%,
maka multimedia tersebut tergolong kategori tidak baik yang berarti
multimedia sangat tidak layak atau valid sehingga multimedia tidak dapat
digunakan atau harus diganti.
d. Tahap uji coba, compact disk interaktif tersebut diujikan kepada pengguna
multimedia

untuk

mengetahui

efektivitas

dan

kemudahan

dalam

mengoperasikan multimedia tutorial yang telah dibuat.
e. Tahap Evaluasi, dilakukan pengolahan data hasil validasi oleh ahli media dan
ahli materi untuk kemudian dijadikan acuan dalam merevisi multimedia. Revisi
dilakukan untuk memperbaiki dan menyempurnakan produk. Rumus untuk
mengolah data vadilasi adalah sebagai berikut:
(Sudjana, 1990:44)
Keterangan :
P

: Persentase hasil keseluruhan evaluasi subyek validasi

ΣX

: Jumlah keseluruhan subjek uji coba dalam keseluruhan aspek

ΣXi

:

Jumlah keseluruhan skor maksimal subjek uji coba dalam keseluruhan

Sholihat Devana, 2016
PENGEMBANGAN MULTIMEDIA TUTORIAL PERAWATAN WAJAH BERJERAWAT DENGAN BEAUTY
INSTRUMENTS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

68

aspek penilaian
100% : Konstanta

Sholihat Devana, 2016
PENGEMBANGAN MULTIMEDIA TUTORIAL PERAWATAN WAJAH BERJERAWAT DENGAN BEAUTY
INSTRUMENTS
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu