Penganggaran dalam Pembangunan

Bahan Bacaan Pendamping Lokal Desa

SISTEM PENGANGGARAN DALAM SISTEM PEMBANGUNAN DESA
Oleh S Muslimah (KNPPT)
Terdapat perspektif dan semangat otonomi yang termuat dalam UU Desa No.6
Tahun 2014 yaitu desa mempunyai hak dan kewenangan untuk mengambil
keputusan
tentang
perencanaan
dan
penganggaran
secara
mandiri.Dalamprespektif
pembangunan
desa,
posisi
sistem
penganggaranseperti yang dimuat dalam UU Desa merupakan saranayang
harus dipandang sebagai perwujudan amanah rakyat yang teknisnya dilakukan
pemerintah desa bagi kemakmuran rakyat, karena rakyat yang memberi kuasa.
Dalam rangka mewujudkan bahwa rakyat benar-benar bersama-sama

pemerintah desa dalam sistem penganggaran, pendamping desa lokal
mempunyai peran penting untuk memastikan proses penganggarannya
berjalan secara partisipatif. Rakyat harus dilibatkan secara aktif dalam proses
pembangunan desa untuk mencapai pada titik desa mandiri mulai dari tahap
identifikasi masalah dan potensi, penyusunan RKPDesa (Rencana Kegiatan
Pemerintah Desa), dan penyusunan APBDesa (Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa).
Langkah awal yang harus dilakukan oleh pendamping desa lokal adalah
menyiapkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam penganggaran desa.
Diantaranya, memahamkan masyarakat tentang makna penganggaran,
hubungan anggaran desa dalam kehidupan bernegara, masalah-masalah yang
umumnya dihadapai dalam penganggaran, dan apa saja yang harus
diutamakan masuk dalam penganggaran. Pemahaman tersebut akan menjadi
dasar bagi masyarakat untuk bersama-sama pemerintah desa mengikuti semua
tahapan proses penganggaran partisipatif.
Penyusunan anggaran yang dilakukan secara partisipatif sebagai salah satu
cerminan diantara lainnya bahwa pembangunan desa dilakukan
denganmembuka peluang bagi seluruh warga untuk terlibat (prinsip inklusi),
dalam segala bentuk-bentuk musyawarah desa (prinsip demokrasi), dan
kemudahan untuk memperoleh informasi bagi masyarakat (prinsip

transparansi).
Konsultan Nasional Pengembangan Program - Transisi | KNPPT

1

Bahan Bacaan Pendamping Lokal Desa

 Kesesuaian issue strategis dengan kebijakan keuangan desa
Issue strategis dalam sistem pembangunan desa adalah menentukan arah
kebijakan anggaran desa yang disusun, didasarkan atas hak dan kewajiban
urus diri sendiri (Local Self-Government). Arah tersebut sebagai tujuan
pembangunan desa yaitu untuk mencapai kesejahteraan masyarakat desa,
dalam bentuk desa mandiri.
Oleh sebab itu, pemerintah desa harus mampu memastikan seluruh tahapan
untuk mencapai tujuan dilakukan dengan melibatkan masyarakat. Tahapan
tersebut meliputi; (1) membuat peta permasalahan dan potensi desa, (2)
penyusunan Rencana Kegiatan Pembangunan Desa (RKPDesa), dan (3)
penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa).
Peta permasalahan dan potensi desa. Merupakan daftar atau gambaran yang
disusun bersama-sama masyarakat melalui musyawarah desa untuk

mengumpulkan seluruh permasalahan yang dihadapi oleh desa dan
masyarakat desa dan seluruh kekayaan desa yang memungkinkan untuk
dikembangkan untuk menacapai kesjahteraan masyarakat desa.
Rencana Kegiatan Pemerintah Desa (RKPDesa). Merupakan daftar programprogram dan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan oleh pemerintah yang
disusun melalui proses musyawarah desa dalam rangka menyelesaikan
permasalahan desa dan memanfaatkan secara optimal potensi kekayaan
desa.Program dan kegaitan yang termuat dalam RKPDesa sebagai gambaran
lengkap arah kebijakan pembangunan desa. Meskipun demikian, program dan
kegiatan harus dirangking (prioritisasi) berdasar tingkat kemendesakan dan
kemanfaatannya dalam memenuhi kebutuhan masyarakat banyak
(kepentingan publik).
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa). Merupakan daftar
pembelanjaan seluruh dana atau penerimaan desa dalam melaksanakan
kegiatan prioritas sesuai dengan tingkat kecukupan dana yang disusun melalui
musyawarah desa untuk mencapai kesejahteraan masyarakat desa.
Perencanaan dan penganggaran desa merupakan bagian dari susunan
kelembagaan desayang pada akhirnya akan menumbuhkan kemandirian desa.
Kemandirian yang dimaksud adalah penentuan arah tujuan pembangunan desa
Konsultan Nasional Pengembangan Program - Transisi | KNPPT


2

Bahan Bacaan Pendamping Lokal Desa

yang ditentukan sendiri oleh seluruh masyarakat desa. Oleh sebab itu,
program-program pencapaian tujuan, pengalokasian sumberdaya dan
sumberdana desa ditetapkan sendiri oleh masyarakat desa, dan pelaksanaan
pembangunan desa dijalankan dan dimonitor (dalam pengawasan) sendiri oleh
masyarakat desa.
Pembangunan desa setidaknya mempunyai ciri-ciri kunci yang mampu
mendorong perilaku positif. Diantaranya; anggaran desa disusun dengan
melibatkan seluruh aspek masyarakat, hasil pencapaian (kinerja)
pembangunan desa harus mendapatkan umpan balik dari masyarakat desa,
hasil pencapaian (kinerja) pembangunan desa dinilai berdasarkan sumberdaya
dan sumberdana (biaya-biaya) yang dapat dimonitor (dalam pengawasan)
masayarakat, ukuran-ukuran hasil pencapaian (kinerja) pembangunan desa
realistik (senyata-nyatanya dan dapat dimengerti oleh masyarakat desa, serta
beragam).
 Apa makna penganggaran desa bagi masyarakat desa
Dalam kehidupan sehari-hari, sebuah rumah tangga akan dihadapkan pada

kondisi jumlah dana atau pendapatannya terbatas (dalam jumlah tertentu).
Oleh sebab itu, setiap rumah tangga harus mengatur atau membelanjakan
danayang dimilikinya agar dapat memenuhi kebutuhan yang benar-benar atau
harus didanai, baik untuk kebutuhan sehari-hari maupun untuk masa depan
keluarganya. Diantaranya kebutuhan untuk; makan, pakaian, biaya listrik, biaya
sekolah, dan mungkin tabungan pensiun.Pembelanjaan ini dapat dilakukan
dengan perencanaan atau menyisih-nyisihkan dana pada kelompok kebutuhan
dalam amplop-amplop terpisah atau dalam kaleng-kaleng terpisah, agar pada
saatnya tiba dana yang dibutuhkan tersedia.
Lain halnya bagi sebuah pemerintahan (desa atau kabupaten). Pembelanjaan
atas seluruh penerimaan dan atau kekayaanpotensialnya didasarkan pada
kebutuhan yang berbeda dengan kebutuhan rumah tangga.Kebutuhan sebuah
pemerintahan meliputi; perumahan atau apartemen, hotel atau sederhananya
kos-kos-an, pabrik-pabrik, Mall atau sederhanya pasar.Sayangnya, seringkali
melupakan nasib kebutuhan petani, tempat-tempat hewan-hewan ternak
seperti bebek atau apapun jenisnya.Padahal, para petani inilah yang barangkali
pemiliki lahan sebenarnya atau penggarap (buruh) pertanian yang jumlah
pekerjanyabarangkali terbanyak dalam sebuah pemerintahan (desa).
Konsultan Nasional Pengembangan Program - Transisi | KNPPT


3

Bahan Bacaan Pendamping Lokal Desa

Jika sebuah pemerintahan (desa atau kabuaten) mempunyai tujuan untuk
mensejahterakan masyarakatnya, masyarakat yang bagian manakah atau jenis
apakah yang akan disejahterakan. Bukankah petani atau buruh tani juga bagian
dari masyarakat yang harus dihargai keberadaannya dan menjadi bagian
tanggung jawab pemerintahan.Bagaimana juga dengan kebutuhan masyarakat
lainnya (kaum difabel, para anak jalanan, pengangguran, masyarakat rentan
kemiskinan, dan lain-lain)? Jika pemerintah tidak melibatkan mereka secara
bersama-sama menentukan nasibnya sendiri, siapakah yang memikirkan
kebutuhan mereka, akan kemanakah mereka mencari perlindungan hak dan
kewajibannya? Haruskah sebuah kesejahteraan hanya akan menjadi impian
saja buat mereka?
Jika kondisi yang ada sebagaimana yang telah dicontohkan, apakah makna
penganggaran bagi masyarakat?. Dalam ungkapan sederhana penganggaran
dapat jelaskan sebagai
proses musyawarah bersama (seluruh aspek
masyarakat) dalam rangka membagi-bagi (mengalokasikan) sumberdana

(pendapatan atau penerimaan) sesuai dengan pos-pos pembelanjaannya untuk
mencapai tujuan mensejahterakan masyarakat dalam jangka waktu tertentu
(umumnya 1 tahun atau multi tahun untuk kegiatan yang tidak memungkinkan
diselesaikan dalam satu tahun).
Dengan demikian, jika penganggaran desa dikaitkan dengan pembangunan
desa, maka penganggaran desa hendaknya merupakan perwujudan
mekanisme yang berguna untuk memastikan tumbuhnya bentuk hubungan
warga dengan pemerintah desa dalam membangun transparansi. Oleh sebab
itu, dalam setiap tahapan penganggaran desa, hendaknya masyarakat desa
setempat lah yang menjadi aktor atau pemain utamanya dan menjaminbahwa
tujuan seluruh aspek masyarakat tersebut akan dicapai seiring dengan
tercapaian tujuan pembangunan desa. Dengan kata lain, keberpihakan tujuan
penganggaran adalah untuk mencapai tujuan seluruh aspek masyarakat
setempat, bukan hanya untuk mencapai tujuan individu-individu tertentu.
 Anggaran desa dalam kehidupan bernegara
Desa adalah bagian dari suatu Negara. UU Desa secara tegas mengakui
keberadaannya dalam kontek pengakuan hak asal usulnya dan sejumlah
kewenangan desa dalam menjalan mekanisme kepemerintahannya.
Dalam kaitannya dengan mekanisme penganggaran desa, terdapat hal-hal
kunci yang harus menjadi perhatian PLD (pemdaping lokal desa) dalam

memfasilitasi
penganggaran
desa
dikaitkan
dengan
kehidupan
Konsultan Nasional Pengembangan Program - Transisi | KNPPT

4

Bahan Bacaan Pendamping Lokal Desa

bernegara.Diantaranya,waktu pelaksanaan musyawarah desa untuk
pengganggaran desa harus memperhatiakan waktu atau jadwal pelaksanaan
penganggaran Negara. Demikian halnya berkaitan dengan sumber dana
penganggaran desa yang ditaksir akan didanai berasal dari pemerintah atau
pemerintah daerah. Oleh sebab itu, jadwal atau waktu dan kebutubuhan
sumber dana penganggaran desa harus sinkron dengan berjalannya proses
penganggaran negara, yaitu mekanisme penganggaran yang terjadi di tingkat
pemerintah daerah dan pemerintah.

Penganggaran desa merupakan bagian-bagian atau keping-keping puzzle
sebuah gambaran penganggaran Negaradianatara bagian-bagian lainnya,
dlaam sebuah proses Negara mencapai tujuan mensejahterakan rakyat.Oleh
sebab itu, meskipun dalam penyusunan dan penetapan anggaran desa
ditentukan sendiri oleh masyarakat desa, menjaga kesesuaian jadwal dan
kemungkinan penyediaan sumberdana (dari pemerintah dan pemerintah
daerah) dengan mekanisme penganggaran Negara, adalah suatu keharusan
untuk dipertimbangkan.
 Masalah yang mungkin muncul dalam penganggaran desa
Tahapan penganggaran desa tidak seluruhnya mudah dilakukan oleh seluruh
masyarakat. Terdapat beberapa titik yang harus menjadi perhatian PLD
(pendamping lokal desa) dalam mengawal mekanisme penganggaran desa.
Titik-titik kritis tersebut, secara khususnya dapat memungkinkan (berpotensi)
munculnya permasalahan dalam penganggaran desa. Diantaranya adalah :
(1) tahap prioritasasi program masyarakat desa,
(2) tahap pemenuhan kebutuhan sumberdaya/sumberdana program yang
diprioritaskan, dan
(3) penetapan ukuran-ukuran yang realistik atas hasil pencapaian (kinerja)
pelaksanaan program yang diprioritaskan.


Prioritisasi program. Titik kritis pertama adalah pada tahap penentuan
prioritas program atau kegiatan yang akan dilakukan pada kurun waktu
penganggaran, umumnya terjadi pada tahap penyusunan RKPDesa. Tahap
Konsultan Nasional Pengembangan Program - Transisi | KNPPT

5

Bahan Bacaan Pendamping Lokal Desa

inilah yang harus menjadi perhatian utama dan pertama bagi semua pihak,
khususnya bagi PLD (pendamping lokal desa), karena prioritas program
menjadi tumpuan perwujudan pembangunan desa.
Dalam praktiknya proses prioritisasi program seringkali dilawankan atau
dihadapkan dengan kehendak pemerataan pembangunan. Padahal, kedua hal
terseut (prioritisasi dan pemerataan) merupakan sesuatu yang sangat berbeda
dan akan mempunyai hasil pencapaian (kinerja) berbeda. Prioritisasi
mendasarkan pada kondisi bahwa kegiatan itu penting dan mendesak untuk
dilakukan dengan tujuan kemanfatan untuk orang banyak. Sedangkan,
pemerataan ditempatkan pada semua kegiatan dilakukan pada saat yang
sama, bahkan untuk pihak-pihak yang sebenarnya belum atau tidak

membutuhkan pada saat tersebut. Oleh sebab itu, penganggaran desa dalam
sistem pembangunan desa, PLD hendaknya memastikan bahwa proses
sebelum penganggaran telah dilakukan dengan prinsip-prinsip yang benar,
menjadi sangat penting untuk diperhatikan. Disamping itu, lakukan
pengecekan kembali bahwa isi dokumen RKPDesa telah sesuai dengan (bagian
dari program dan kegiatan yang termuat dalam) RPJMDesa.
Pemenuhan kebutuhan sumber daya / sumber dana pembangunan desa.
Pendapatan dan kekayaan potensial desa mempunyai keterbatasan dalam
jumlah dan penggunaan. Tidak menutup kemungkinan, untuk memenuhi
kebutuhan sumberdaya/sumberdana pemerintah desa membutuhkan
pembiayaan dari pihak lain (pemerintah, pemerintah daerah, atau kaum
peduli), baik itu berupa hibah/bantuan atau pinjaman.Keseluruhan
sumberdaya/sumberdana yang digunakan oleh pemerintah desa dalam upaya
untuk membiayai (dibelanjakan) program dan kegiatan pada waktu tertentu
disebut dengan penerimaan.
Kecukupan sumberdaya/sumberdana seringkali menjadi masalah utama
berikutnya dalam sistem penganggaran desa. Penaksiran kebutuhan sumber
pendanaan kegiatan seringkali tidak dapat diyakini perolehannya.Informasi
sumber-sumber pendanaan dari pihak luar, khususnya dari pemerintah dan
pemerintah daerah seringkali kurang tersosialisasikan di tingkat desa. Oleh
sebab itu, PLD (pendamping lokal desa) hendaknya memfasilitasi perolehan
informasi tentang sumber-sumber dana dari pemerintah dan pemerintah
Konsultan Nasional Pengembangan Program - Transisi | KNPPT

6

Bahan Bacaan Pendamping Lokal Desa

daerah berkaitan dengan kebutuhan penganggaran desa dalam mekanisme
pembangunan desa
Penetapan ukuran-ukuran hasil capaian(kinerja). Masyarakat terlibat dalam
proses pembangunan desa secara menyeluruh, dari tahap awal sampai akhir
proses (titik pertanggungjawaban) pelaksanaan program dan kegiatan, bahkan
sampai pada dampak program dan kegiatan tersebut bagi kehidupan
masyarakat itu sendiri. Oleh sebab itu, agar dapat dilakukan proses
pengukuran tingkat pencapaian hasil program dan kegiatan maka secara
bersama-sama dengan pemerintah desa masyarakat harus menentukan
ukuran-ukuran hasil pencapaian yang nyata, mudah dilakukan dan dipahami.
Penetapan ukuran ini merupakan bagian terakhir yang memungkinkan
akanberpotensi menimbulkan permasalahan dalam penganggaran desa.
Secara umum, ukuran hasil pencapaian dapat menggunakan angka
(kuantitatif), baik dalam satuan mata uang (rupiah) maupun angka-angka
target lainnya (misalnya: panjang dan ketebalan jalan yang dibangun, tinggi
dan luas jembatan, debit air dalam irigasi, dan lain-lain). Bentuk ukuran
lainnya, dapat berupa bukan-angka (kualitatif). Ukuran dalam bentuk kualitatif
sangat beragam, umumnya sangat dipengaruhi oleh jenis program dan
kegiatan yang dibiayai (dilaksanakan) dalam penganggaran. Misalnya, untuk
mengukur pemanfaatan pembangunan PUSTU (Puskesmas Pembantu) dapat
menggunakan ukuran berapa sering kegiatan pelayanan dilakukan dalam
setiap minggu/bulan, berapa banyak masyarakat dapat dilayani dalam setiap
minggu/bulan, tingkat perbaikan kesehatan masyarakat, dan lain-lain.
Pada titik kritis tahapan ini, peran PLD (pendamping lokal desa) menjadi
sangat penting untuk memfasilitasi proses penyusunan ukuran hasil
pencapaian. Penggunaan ukuran-ukuran yang berlaku umum sangat
dimungkinkan untuk diadopsi (diterapkan dengan penyesuaian pada kondisi
desa setempat), untuk mempermudah proses penyusunan dan penetapan
ukuran.
 Keterkaitan kebijakan anggaran dengan pemenuhan kebutuhan publik
Seluruh pemenuhan kebutuhan publik harus sudah termuat dalam dokumen
RPJM Desa, yang secara umum berfungsi sebagai penjamin penentuan arah
Konsultan Nasional Pengembangan Program - Transisi | KNPPT

7

Bahan Bacaan Pendamping Lokal Desa

kebijakan dan strategi pembangunan desa dalam mencapai kesejahteraan
masyarakat desa. Kebutuhan publik meliputi; (1) pemenuhan standar
pelayanan minimum desa sesuai dengan letak dan ciri khas geografis desa, (2)
penanggulangan kemiskinan sesuai dengan karakteristik kemiskinan yang ada
di desa yang bersangkutan, (3) pengembangan usaha ekonomi masyarakat
desa sesuai dengan kemungkinan pengembangan (potensi) atas kekayaan
desadan, (4)
pengembangan sumber daya manusia
dalam rangka
peningkatan keberdayaan dan pembentukan modal sosial budaya masyarakat
desa.
Pemenuhan standar pelayanan minimum desa.
Penanggulangan kemiskinan.
Pengembangan usaha ekonomi masyarakat desa.
Pengembangan sumber daya manusia.
Jelas lah bahwa penganggaran desa hendaknya ditujukan untuk
merealisasikan pemenuhan kebutuhanpublik. Peran PLD (pendamping lokal
desa) adalah memfasilitasi proses pelaksanaan musyawarah dalam menjamin
seluruh kebutuhan publik terpenuhi dan mengadvokasi sejumlah kebijakankebijakan atau program dimasukkan dalam RPJM Desa.
 Prinsip penganggaran partisipatif
Penganggaran partispatif (PP) merupakan salah satu pendekatan
penganggaran yang bisa menjadi pilihan dalam penganggaran desa sesuai
amanat UU Desa.Namun, apakah yang dimaksud dengan penganggaran
partisipatif, bagaimana penganggaran partisipatif dilaksanakan dalam praktik,
dan apakah benar-benar dapat melibatkan masyarakat dalam kondisi
keberadaan dan kesibukan masyarakat desa yang bersangkutan?
Apakah penganggaran partisipatif (PP)? Penganggaran partisipatif
merupakan pendekatan penganggaran dengan prinsip memberdayakan warga
melalui mekanisme pengambilan keputusan anggaran dilakukan bersamasama dengan masyarakat (masyarakat terlibat aktif dalam setiap tahapan yang
harus dilalui). Pendekatan ini bukanlah pendekatan baru, namun, telah
dikembangkan lebih dari dua dekade lalu di Porto Alegre, Brazil. Dengan
Konsultan Nasional Pengembangan Program - Transisi | KNPPT

8

Bahan Bacaan Pendamping Lokal Desa

menggunakan pendekatan ini diharapkan proses pembangunan desa
dilakukan sendiri (mandiri) untuk mencapai kesejahteraannya masyarakat
setempat.
Penganggaran partisipatif (PP) dalam rangka implementasi UU Desa No.6
Tahun 2014 merupakan inisiatif fantastik, namun tetap harus disesuaikan
kondisi desa setempat dan tetap memberikan peluang masyarakat setempat
untuk terlibat menentukan pembelanjaan dananya dalam program dan
kegiatan yang diprioritaskan(kegiatan dalam program pembangunan desa)
dalam lingkungan kehidupannya. Dalam proses demokrasi yang sebenarnya,
penganggaran partisipatif (PP) harusnya terus berkembang secara meningkat
dengan proses implementasi yang terus berkembang di wilayah-wilayah
sekitarnya.
Pendekatan penganggaran partisipatif (PP) mengikuti konsep Bottom-Up
Budgeting atau yang disebut dengan Grassroots Participatory Budgeting.
Secara nyata, proses penganggaran dengan pendekatan Bottom-Up
merupakan tindakan nyata pemberdayaan masyarakat melalui proses
penganggaran. Jadi, ciri utama pendekatan iniadalah adanya pemberdayaan
(empowerment)yang pada dasarnya berbasis nilai-nilai umum kehidupan
manusia, menumbuhkan peralihan kekuasaan, memberikan hak
mengusulkan/memilih dan pengambilan keputusan di tangan masyarakat, dan
memastikan adanya prinsip keterbukaan (transparansi).

Prinsip-Prinsip Anggaran berbasis Penganggaran Partisipatif
1. Disetujui oleh utusan masyarakat. Anggaran harus mendapatkan
persetujuan dari para utusan masyarakat sebelum dilaksanakan
membelanjakan dana oleh eksekutif (kepala desa).
2. Komprehensif (menyeluruh). Anggaran harus mencerminkan semua
sumber penerimaan dan pengeluaran desa. Oleh karena itu, adanya
katagori dana non budgetair adalah menyalahi prinsip komprehensi
penganggaran. Dengan kata lain tidak dapat diterima adanya pos dana
non-budgetair.

Konsultan Nasional Pengembangan Program - Transisi | KNPPT

9

Bahan Bacaan Pendamping Lokal Desa

3. Keutuhan anggaran. Seluruh sumber dana atau penerimaan dan
pembelanjaan dana harus terhimpun dalam satu kesatuan dana (utuh
atau keseluruhan).
4. Periodik. Penganggaran merupakan proses yang periodik, bersifat
tahunan atau multi tahunan.
5. Akurat. Penganggaran dilakukan dengan perkiraan atau estimasi yang
tepat, tidak memasukan dana cadangan yang tersebunyi sehingga
memungkinkan untuk dijadikan kantong-kantong pemborosan atau
inefisiensi anggaran dan mengakibatkan adanya under estimate
(kesalahan dalam penaksiran yang terlalu rendah) penerimaan dan over
estimate (kesalahan dalam penaksiran terlalu besar) pengeluaran
6. Jelas.
7. Diketahui publik. Penganggaran dilakukan secara terbuka dan
melibatkan semua unsur masyarakat melalui musyawarah-musyawarah
desa. Program dan kegiatan yang telah disetuji untuk dibiayai melalui
pembelanjaan atas penerimaan desa diumumkan dalam papan-papan
informasi desa.
Bagaimana Penganggaran Partisipatif dilaksanakan di Desa?
Dalam pola pikir yang umum terjadi, sepertinya penganggaran partisipatif
menggambarkan sesuatu ketidakmungkinan untuk terjadi.Disamping itu,
untuk dapat menerapkan penganggaran partisipatif (PP) dibutuhkan model
tatakelola pemerintahan baru, yang memberdayakan masyarakat untuk
benar-benar membuat keputusan-keputusan tentang kebijakan dan
pembelanjaan dana desa.
Pengalaman berdemokrasi, penatakelolaan pemerintahan yang transparan,
dan reformasi ekonomi telah berjalan cukup waktu.Pada kenyataannya,
banyak warga masyarakat yang belum terlibat dalam aktivitas sipil khususnya
dalam hal pengambilan keputusan bagaimana membelanjakan dana desa.
Disamping itu, pada dasarnya, masyarakat memahami bahwa mereka
mempunyai kekuasaan atau kekuatan untuk melakukan pengambilan
keputusan dan pemerintah desa hendaknya tidak hanya mendengarkan
usulan mereka tetapi benar-benar harus mengikuti mandat mereka. Oleh
sebab itu, harus diatur dalam proses penganggaran partisipatif.
Konsultan Nasional Pengembangan Program - Transisi | KNPPT

10

Bahan Bacaan Pendamping Lokal Desa

Proses penganggaran partisipatif (PP). Secara sederhana proses
penganggaran partisipatif (PP) dapat dilihat dalam skema yang disajikan di
Gambar-1.
Tahap-1 masayarakat melakukan identifikasi kebutuhan dan memilih utusan
atau tim representasi masyarakat.Utusan secara ekstensif akanmeneliti dan
menilai kelayakan implementasi program dna kegiatan yang telah dilakukan
periode sebelumnya.Dismaping itu, utusan mempunyai fungsi untuk
mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan publik yang harus dipenuhi.
Tahap-2 adalah proses para utusan melakukan pertemuan-pertemuan
(musyawarah-musyawarah) dan menyusun proposal atau usulan program dan
kegiatan. Pada saat usulan benar-benar sudah konkret (jelas jenis, waktu, dan
kemanfaatannya), dilanjutkan dengan menyajikannya kepada publik melalui
ruang-ruang publik maupun papan-papan informasi.
Tahap-3 merupakan tahapan uji publik untuk memperoleh masukan atau
umpan balik masyarakat secara langsung atas apa yang telah disusun oleh
para utusan masyarakat. Pemanfaatan ruang publik, media social, dan papan
informasi publikdapat membantu meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
mencermati pemenuhan kebutuhan pada penganggaran periode yang ada.
Tahap-4 adalah proses memilih dan memutuskan sesuai dengan tujuan dan
kualifikasi program. Tahap ini merupakan tahap prioritisasi atau memilih
program dan kegiatan mana yang tingkat kemendesakannya paling tinggi.
Tahap-5 adalah tahap terakhir yang berfungsi untuk menjamin bahwa seluruh
dana
dialokasikan
atau
dibelanjakan
sesuai
dengan
hasil
prioritasipembelanjaan. Disamping itu, tahap ini menjadi titik penting untuk
memastikan bahwa seluruh pelaksanaan sesuai dengan ukuran-ukuran kinerja
yang telah ditetapkan, baik ukuran keuangan maupun non-keuangan dan
ukuran kuantitatif (angka) maupun kualitatif (non-angka).

Konsultan Nasional Pengembangan Program - Transisi | KNPPT

11

Bahan Bacaan Pendamping Lokal Desa

1. IIDENTIFIKASI
Identifikasi kebutuhan
masyarakat dan pemilihan
utusan (tim representatif)

5. IMPLEMENTASI DAN
MONITORING
pelaksanaan
proyek/program dan
kegiatan

4. PENGAMBILAN
KEPUTUSAN
Bersama Masyarakat

2. PERTEMUAN DELEGASI
penyusutan proposal

3. PENGUMUMAN PROYEK
untuk memperoleh
umpanbalik masyarakat

Gambar-1. Proses Penganggaran Partisipatif

Tindakan apa yang harus dilakukan agar pendekatan penganggaran
partisipatif berjalan dengan benar?
Menurut Dr. Gordon terdapat tiga tindakan yang harus dilakukan oleh
masyarakat jika menginginkan peningkatan efektifitas penganggaran
partisipatif
 Menciptakan sarana yang dibutuhkan untuk pelaksanaan proses
penganggaran partisipatif. Sarana pendorong yang harus diciptakan
dapat berupa ruang public atau media social lainnya yang dapat
digunakan sebagai pelengkap bentuk-bentuk atau sarana komunikasi
lain.
 Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses. Melibatkan semua
unsur masyarakan sesuai dengan kaakteristiknya sendiri-sendiri.
 Menilai dan meningkatkan dampak penganggaran partisipatif.

Konsultan Nasional Pengembangan Program - Transisi | KNPPT

12

Bahan Bacaan Pendamping Lokal Desa

Keberadaan ruang-ruang publik atau media sosial dibutuhkan untuk
menciptakan sarana yang memungkinkan untuk meningkatkan partisipasi
masyarakat.Kenyataan bahwa penggunaan ruang publik dan media sosial saat
ini dalam kondisi terbatas dan sporadis . Oleh sebab itu, menjadi peran PLD
(pendamping
lokal
desa)
untuk
mengadvokasi
berupa
doronganuntukdiwujudkannya dalam bentuk regulasi desa atau daerah.
Dengan demikian penggunaan ruang publik dan media social dapat dilakukan
secara lebih optimal. Regulasi dibutuhkan dan sangat potensial untuk
meningkatkan dan mengembangkan platform penggunaan ruang publik dan
media sosial untuk mengembangkan dan mengelola pastisipasi masyarakat.

Konsultan Nasional Pengembangan Program - Transisi | KNPPT

13