Madziatul Churiyah 3 Model Pembelajaran Kewirausahaan Berbasis Potensi Lokal

I

Pena Gemilang
'U.L'IIo4''''G

-"

Model Pembelajaran
Kewirausahaan Sosial
Berbasis Potensi Lokal

'"

-"=

Madziatul Churiyah

Model Pembelajaran
Kewirausahaan Sosial
Berbasis Potensi Lokal


Surya Pena Gemilang
PUBLISHING

Anggota IKAPI Jatim

Madziatul Churiyah

Model Pembelajaran Kewirausahaan Sosial
Berbasis Potensi Lokal
Editor
Drs. Setiyono Wahyudi, D.Ng.
Cover Design:
Yudhista
Layout:
Dayat
Pe,lerbil
Surya Pena Gemilang
Anggola IKAPI Jalim
Jln. Rajawaliョオァ 。 ゥキッセaエオ t
12

Malang - Jawa Timur
IIp.082140357082
Fax. (0341) 751205
e-mail: graha@penagemilang.com
Jumlah: viii + 145 him.
Ukuran: 14 x 21 em

November 2015
ISBN: 978·602-6854-01·8

Hak eipla dilindungi undang-undang.
Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini
tanpa izin tertulis dari penerbit.

. . Model Pembe1ajaran Kewirausahaan Sosial Berbasis Potens; Lokal

III




111111.11

I If I .

...

Kata Pengantar
Prof. Dr. Agus Suman, S.E., DEA.
Kewirausahaan sosial diidentlflkasi dengan tindakantindakan kewirausahaan yang inovatifyang memberikan ideide baru untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan
sosial, masalah keuangan, serta mampu mentransformasikan
kepada masyarakat. Nicholls & Cho (2006:99), menjelaskan
bahwa kewlrausahaan sosial merupakan fenomena yang
berkembang secara dinamis yang berkaitan dengan masyarakat secara keseluruhan (stakeholders) dan memiliki hubungan dengan organisasi yang ada di sekelilingnya. Kewirausahaan sosial berkembang dari adanya permasalahan yang
dihadapi masyarakat (social problem) sehingga inisiatif untuk
menciptakan manfaat sosial (social benefit) yang kemudian
turut menumbuhkan manfaat ekonomi (economic benefit).
Diharapkan dengan adanya pembelajaran kewirausahaan sosial berbasis potensi lokal kepada santri dapat
meningkatkan keterampilannya yang bisa dikembangkan dan
ditransformasikan kepada masyarakat secara langsung.
Dengan demikian, kemanfaatan pembelajaran kewirausahaan

sosial Ini, selaln. menlngkatkan keterampilan santri juga
manfaatnya bisa dirasakan masyarakat sekitar. Akan tetapi
keadaan tersebut tidak semudah membalik tangan. Untuk
perlu model pembelajaran kewirausahaan sosial yang efektif
dan efisiensi.
Aspek efektivitas pembelajaran kewirausahaan sosial
berbasis potensi lokal ini, bisa mencakup: kecermatan
penguasaan prllilku yang dlpelajari, kecepatan unjuk kerja,
kesesuaian prosedur, tingkat alih belajar, kuantitas unjuk
kerja, dan kualltas hasil. Sedangkan pada efisiensi mencakup
waktu. L。ゥャセョッウイ・ー
dan sumber belajar.

Model Pembelajaran Kewirllusahaan Sosial Berbasis Potens; Lokal . .

Berkaitan dengan mudel pembelajaran kewirausahaan
sosial (Churiyah, 2014), mendesain model pembelajaran
kewirausahaan sosial berbasis potensi lokal dalam
meningkatkan kemandirian santri di Pesantren Salafiyah AIAzhar Kabupaten Malang. Dalam desain tersebut, dirumuskan lima fokus utama tujuan, yaitu (1) mendeskripsikan
kondisi objektifsantri dan potensi lokal di Pesantren Salafiyah

AI-Azhar Kab. Malang, (2) mendeskripsikan kondisi
pembelajaran kewirausahaan sosial di Iingkungan Pesantren
Salafiyah AI-Azhar Kab. Malang, (3) mengembangkan model
pembelajaran kewirausahaan sosial berbasis potensi lokal
dalam meningkatkan kemandirian santri Oi pesantren
Salafiyah AI-Azhar Kab. Malang. (4) mengimplementasikan
model pembelajaran kewirausahaan sosial berbasis potensi
lokal dalam meningkatkan kemandirian santri di pesantren
Salafiyah AI-Azhar Kab. Malang, dan (5) mengetahui
efektivitas model pembelajaran kewirausahaan sosial berbasis
potensi lokal dalam meningkatkan kemandirian santri di
pesantren Salafiyah AI-Azhar Kabupaten Malang.
Desain model pembelajaran kewirausahaan sosiai
tersebut, dirangkai dalam buku yang berjudul Mode!
Pembe!ajaran Kewirausahaan 50sia! Berbasis Patens! Loka!.
Dengan terbitnya buku ini, semoga menjadi inspirasi
masyarakat pendidikan untuk menebarkan virus positif
kewirusahaan di masyarakat yang pada akhirnya melahirkan
wirusahawan-wirausahawan tangguh yang mampu membangun ekonomi negaranya .


. . Model Pembdajaran Kewirausallaan Sosial

セゥウ。「イ・b

Patens; Lokal

DaftarIsi
Kata Pengantar
Daftar lsi
..

v
.. ... .....

...... .. ..... ... ...... ......

vi i

BAB I p・ョ、セィオャ。N
BAB II Model Pembelajaran

A. Pengertian lV10del Pembelajaran
B. Bentuk-bentuk Model Pembelajaran
BAB III Kewirausahaan Sosial
A. Kewirausahaan (Entrepreneurship)....
B. Kewirausahaan Sosial.........................
BAB IV Potensi Lokal Dalam Kewirausahaan Sosial
A. Pesantren
B. Kemandirian
C. Pengembangan Model Pembelajaran
Kewiral,.lsahaan Sosial Berbasis Potensi
Lokal untuk Meningkatkan Kemandirian
Usaha Santri
BAB V Pengembangan Model Pembelajaran
Kewlrausahaan Sosial Berbasis Potensi Lokal
untuk lVIeningkatkan Kemandirian
Usaha Santri
A. Pembelajaran Kewirausahaan Sosial
Berbasis Potensi Lokal
B. Pengembangan Model pembelajaran
Kewirausahaan Sosial di Pesantren

Salafiyah AI-Azhar Kab. Malang .........

Model Pembelajaran Kewirausahaan Sosial Berbasis Potcnsi

ャセォッl



1
17
17
21
33
33
38
47
49
61

68


73
74

88

C. Implementasi Model Pembelajaran

Kewirausahaan Sosial Berbasis Potensi
Lokal untuk Meningkatkan
Kemandirian Santri
BAB VI Penutup
Daftar Pustaka
Glosarium
..

l1li Model Pembclajaran Kcwirausahaan Sosial Berbasis Potcnsi Loka/

99
115

131
143

BABI
Pendahuluan
Keberadaan pondok pesantren sebagai salah satu
lembaga pendidikan Islam yang tertua dllndonesia sudah
diakui oleh seluruh kalangan masyarakat. Fungsi dan
peranannya dalam mencerdaskan kehidupan bangsa telah
diakui banyak pihak, terutama dalam melahirkan ulama
dan mubaligh ternama di negeri ini (Sutatmi, dkk, 2011 :1).
Kehadiran pondok pesantren, pada awalnya, menjadi
tempat sosialisasi anak-anak dan remaja, ウオァゥャ。ォセウ
tempat
belajar agama. Pesantren berikhtiar meletakkan visi dan
kiprahnya dalam kerangka pengabdian sosial, yang pada
mulanya ditekankan kepada pembentukan moral
keagamaan. Sebagai lembaga pendidikan Islam di Indonesia pesantren, sejak awal keberadaannya bertujuan hendak
membina individu-indivldu muslim agar memiliki ciri-ciri
kepribadian Islami, yang tampil dalam pola tindaknya. Oleh

karena itu, dasar pendidikannya pembinaan akhlak.
Meskipun demikian, pada pesantren-pesantren tradisional
(salafiyah) tujuan inl tidak dituangkan dengan eksplisit
secara tertulis, tetapi secara implisit terekspresikan dari
bahan pelajaran yang diberikan, proses dan cara pegajaran,
dan norma-norma yang berlaku dalam interaksi pendidikan
yang dikembqngkannya. Hasil anal isis Dhofier (1994: 21)
tentang pesantren secara sosiologis menggambarkan
tujuan pendidikan di pesantren sebagai berikut:
"Tujuan pendidikan tidak semata-mata untuk
memperkaya pikiran murid dengan penjelasanBab I, Pendahuluan •

BABII
Model Pembelajaran
Dalam Kamus Bahasa Indonesia istilah model
diartikan sebagai ragam, cara yang terbaik. Sedangkan
pembelajaran adalah proses, cara menjadikan orang atau
makhluk hidup untuk belajar. Jika dipadukan kedua kata
tersebut, maka pengertian model pembelajaran adalah cara
yang baik untuk menjadikan orang belajar. Untuk
memperoleh pemahaman yang utuh (holistis) terhadap
model pembelajaran di bawah ini dibahas dibahas secara
utuh istilah model dan pembelajaran.

A. Pengertian Model Pembelajaran
Model menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(1995) diartlkan sebagai pola (contoh, acuan, ragam) dari
sesuatu yang akan dibuat atau dihasllkan. Model menurut
Murdick dan Ross (1982) merupakan penggambaran
suatu realita atau suatu yang direncanakan. Model menurut
Seels & Richey (1994) merupakan abstraksi d3ri sesuatu
yang digunakan untuk memaharni sesuatu yang tidak bisa
dilihat atau dirasakan secara langsung. Jddi, dapat
disimpulkan model merupakan bentuk pola atau acuan
untuk men\:Jgambarkan suatu realitas yang abstrak dan
memi Iiki suatu derajat struktur dan urutan.
Model yang dimaksudkan dalam bahasa lain ini
adalah model pembelajaran menurut Reigeluth (1983). la
mengemukakan bahawa an instructional model is usually an integrated set ofstrategy components; it is a com/I

Bab I, PendahuJuan . .

BABIII
Kewirausahaan Sosial
Membahas kewirausahaan berarti membahas tentang
perilaku seseorang/ perllaku Individu yang mempunyai
karakteristik personal atau kepribadian yang spesifik.
Karakteristik personal yang spesifik ini disebut dengan
kewirausahaan, sedangkan perilaku individu adalah
tindakan seseorang yang berasal dari pencerminan sikap
individu. Sikap individu ini dipengaruhi oleh kondisi objek,
subjek, dan situasi (Sardjono, 2004).
Sikap kewirausahaan (entrepreneurship) muncul
apabila seseorang berani mengembJngkan usaha-usaha dan
ide-ide barunya, sedangkan proses kewirausahaan meliputi
semua fungsi, aktivitas, dan tindakan yang berhubungan
dengan perolehan peluang dan penciptaan organisasi usaha
(Bygrave, 1995).
Membahas kewirausahaan sosial akan menjadi utuh
apabila di dalamnya dibahas permasalahan kewirausahaan
dan kewirausahaan sosial. Pada bagian ini, dibahas kedua
istilah tersebut dengan pendekatan teoretis.

A. Kewirausahaan (Entrepreneurship)
Menurut Alma (2000) istilflh kewirausahaan berasal
dari terjemahan entrepreneurship yang berarti suatu
kemampuan dalam berpikir kreatif dan berperilaku inovatif
yang dijadikan dasar sumberdaya, tenaga penggerak,
tUjuan siasat, kiat dan proses dalam menghadapi tantangan
hidup. Suryana (2003) berpendapat bahwa kewirusahaan
Bab III, Kewirausahaan Sosial

III

-_..


---

N ] セ] B B G] ZN]ャZiN

_1_1.

BABIV
Potensi Lokal Dalam
Kewirausahaan Sosial
Patensi lakal berkembang dari tradisi kearifan yang
dimiliki aleh suatu masyarakat sebagai bagian dari
kebudayaannya. Patensi lakal adalah semua jenis sumber
daya yang ada pada lingkungan masyarakat, yang
bermanfaat untuk meningkatkan taraf kehidupan. Patensi
lakal adalah faktar daminan atau patensi yang dimiliki atau
ditemukan pada suatu daerah tertentu yang tidak atau
kurang dimiliki aleh daerah lainnya (Supriyatna, 2012).
Patensi-patensi tersebut meliputi: 1) sumber daya manusia,
2) sumber daya alam, 3) surnber daya bUdaya, dan 4)
sumber daya teknalagi. Oleh karena itu patensi lakal
seharusnya dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk
menambah nilai lebih dari suatu produk atau suatu daerah
tertentu.
Manfaat patensi lakal menu rut Syamsudin, dkk
(dalam Supriyatna, 2012) adalah sebagai berikut:
Kajian patensi lakal memberikan gambaran tentang
kearifan tradisi masyarakat dalam mendayagunakan
sumber daya alam dan sosial secara bijaksana untuk
menjamin keseirnbangan lingkungan hidupnya. Hal
ini mengandung makna bahwa masyarakat dituntut
memiliki kemampuan dalam hal mendayagunakan
sumber daya lakal yang tersedia. Upaya yang harus
dilakuakn adalah tetap menjaga keseimbangan
Bab IV, Potensi Loka! da!am Kewirausahaan Sosial

IfI

BABV

Pengembangan Model
Pembelajaran
Ke wirausahaan Sosial
Berbasis Potensi Lokal
untuk Meningkatkan
Kemandirian Usaha Santri
Banyak masalah sosial sebagai akibat dari ketimpangan pembi3ngunan ekonomi dan keterbatasan
kemampuan pemerintah dalam mengatasi masalah sosial
yang terjadi di sekitar kita. Hal ini merupakan tantangan
tersendiri bagi dunia akademis, praktisi, dan rohaniwan
untuk mencari jalan keluarnya. Sebagai bidang yang relatif
baru berkembang terdapat sejumlah pendapat yang tidak
seragam tentang apa itu kewirausahaan sosial dan siapa
yang disebut sebagai wirausaha sosial. Pendapat atau
rumusan yang ada cenderung menggambarkan suatu jenis
wirausaha sosial yang unggul beserta karakteristik peran
dan kegiatannya. Berdasarkan pelbagai jenis wirausaha
bisnis, sangat dimungkinkan pula adanya sejumlah jenis
wirausaha sosial. Cabang kewirausahaan sosial berinduk
padabidang yang lebih luas, yaitu kewirausahaan. Sejumlah
upaya pengembangan wirausaha bisnis dapat menjadi
acuan untuk pengembangan wirausaha sosial.
Bab v, Pengembangan Model Pembelajaran Kewirausahaan $osial-=-,
Berbasis Potensi Lokal untuk Menir.gkatkan Kemandirian Usaha Santri--

BABVI
Penutup
Kajian dalam buku ini dilakukan bertujuan untuk
mendesain madel pernbelajaran kewirausahaan sasial
berbasis patensllakal dalam mcningkatkan kemandirian
santri di Pesantren Salafiyah AI-Azhar Kabupaten Malang.
Guna mencapai tujuan dimaksud maka dirumuskan lima
fakus utama tUjuan, yaitu (1) mendeskripsikan kandisi
abjektif santri dan patensi lakal di Pesantren Salafiyah AIAzhar Kab. Malang, (2) mendeskripsikan kandisi
pembelajaran ke'Nirausahaan sasial di lingkungan
Pesantren Salafiyah AI-Azhar Kab. Malang, (3) mengembangkan madel pembelajaran kewirausahaan sasial berbasis
patensi lakal dalam meningkatkan kemandirian santri di
pesantren Salafiyah AI-Azhar Kab. Malang, (4)
mengimplementasikan madel pembelajaran kewirausahaan
sasial berbasis patensi lakal dalam meningkatkan
kemandirian santri di pesantreil Salafiyah AI-Azhar Kab.
Malang, dan (5) mengetahui efektivitas madel pembelajaran kewirausahaan sasial berbasis patensi lakal dalam
meningkatkan kemandirian santri di pesantren Salafiyah
AI-Azhar Kabupaten Malang.
Kandisi abjektif santri dan patensi lakal di lingkungan pesantren Salafiyah AI-Azhar Kab. Malang
berdasarkan data dan anal isis sangat mendukung perkembangan dan aktivitas santri dalam melaksanakan
pembelajaran kewil'ausahaan sasial. Untuk mengaptimalkan pembelajaran kewirausahaan, kuri ku Ium pesantren dan
Bab VI, Penutup

11&1

Daftar Pustaka
Abdulhak, I. 2000. I/mu dan Aplikasi Pendidikan. Jakarta:
Grafindo.
Akker, J.VO., Gravemeijer, K., McKenney, S., Nieveen, N.
2006. Introducing
Educational Design Research. In J.V.O. Akker,
K.Gravemeijer, S. McKenney, & N. Nieveen (Eds.),
Educational Design Research. (hlm.3-7). London:
Routledge.
Alma, B.,. 2000. Kewirausahaan . Alfabeta: Bandung.
Alter, S.K. 2006. Social Enterprise Models and Their Mission and Money
Relationships. In A. Nicholls (Ed.) Social Entrepreneurship: New Models of Sustanable Social Change
(hlm.205-232). New York: Oxford University Press
Inc.
Arends, R. 1997. Classroom Instructional and Management. New York: McGraw Hill Comapanies
Ary, D., Jacobs, L.C., Razavi8h, A. 2002. Introduction to
Research in Education. Belmont United State:
Wadsworth/Thomson Learning Group.
Bakhtiar, N. 2009. Pola Pendidikan Pesantren: 5tudi
Terhadap Pesantren se-Kota Pekanbaru. Jurnal
Tarbiyah. (Online), 1-16 (http://uinsuska.info/
tarbiyah/images/jurnat), diakses 73 februari 2072.
Bandura, A. 1986. Social foundations of tought and action: A social kognitif theory. NEW Jersey: Prentice
Hall, Inc. Engl2wood Cliffs.

Daftar Pustaka

l1li

Barak, M. 2010. Motivating Self-Regul3ted Learning in
Technology Education. International Journal of
Technology & Design Education, 20 381-401.
Bloom, B.S. 1979. Taxonomy of Educational Objective.
NevI York: Longman.
British Counchil Indonesia. 7 September 2012.
Mengembangkan Kewirausahaan Sosial di Indonesia. (Online), (http://news.britishcouncil.or.id),
diakses 15 Desember 2012.
Bygrave, WD. 1995. The Portable MBA, Entrepreneurship. Terjemahan Diah Ratna. Permatasari,
Bumiputra Aksara. Jakarta.
Carree, M.A., Thurik, A.R. 2002. The Impact of Entrepreneur Ship on Economic
Growth. Chapter prepared for the International Handbook of Entrepreneurship Research. (Ebook),
(http://people.few. eur. nI/thu ri k/Research/Books/
Thurikf.pdf), diakses 4 Januari 2013.
Casson, M. Godley, A. 2005. Entrepreneurship and Historical Explanation. New
York: Palgrave Macmilan.
Cheng, E.C. 2011. The Role of Self-Regulated Learning
in Enhancing Learning Performance. The International Journal of Research 2nd Review , 6 (1), 116. 
Cromie, S.  2000.Assessing EntrepreneuriallncJinations:
Some Approaches Empirical Evidence. European
Journal of Work and Organizational Psychology,
Vol.  9 No.1, 7­30. 
Coulter,  M.,  2000.   Entrepreneurship in Action. USA: 
Prentice Hall. 

lID 

Model Pmlbelajaran Kcwirausahaan Sosial 8erbasis Potcnsi Lokal



Dees,  G.J.  2003.  The Meaning of Social Entrepreneurship. Arikel (Online),  (www.caseatduke.org), diakses 
1 Desember 2012. 

Dhofier,  Z. 1994.  Tradisi Pesantren: Studi tentang
Pandangan Hidup Kyai. Jakarta:  LP3ES. 
Djamari.  1985.  Nilai-N/lai Agama dan Budaya yang

Melandasi Interaksi Sosial di Pondok Pesantren
Cikadueun Banten. Disertasi.  FFP  IKIP Bandung. 
(0 n line)  (http://repository. upi. ed u/1 097/91
T_PU_9596166_Babll.pdf),  diakses  11  Oktober 
2012 
Entrialgo, M., Fernandez, E,  &  Vazquez,  C.J., 2000.  Psy-

chological Characteristics and Process: The Role
of Entrepreneurship in Spanish SMEs, European. 
Journal of Innovation Management. (Online)  3(3): 
137­149  (http://www.worldscientific.com/ 
worldscinet/ijim), diakses 27 September 2012. 
Erdem,  F.  2001.  A Cultural Approach Toward Risk Tak-

ing Propensity And Tolerance For Ambiguity Of
Entrepreneurs. Akdeniz IIBF Dergisi, Vol. 2,  43­61. 
Fukuyama,  F.  1997.  Social Capital. New York:  Oxford 
Brasenose College. 
Gagne,  R.M '.  1997,  Condition of Learning, New York: 
Holt 
Gagne.R,M.,  Briggs,L,J.1979.  The Principles of Instructional Design. Second 
Edition,  New York:  Holt. 
Gaskill,  PJ.,  &  Hoy,  A.W  2002.  Self Efficacy And Self-

Regulaled Learning: The Dynamic Duo In School
Performance. In J.  Aronson  (Ed.)  ImproVing Academic Acllievement: Impact of Psychological Factor on Education (him. 186­206). Orlando: Elsevier 
Science. 
Daftar Pustaka

1&1 

1111

Gondim, S.M.G.& Mutti, C. 2011. Affections In  Learning Situations: A Study Of An Entrepreneurship
Skills Development Course. Journal of Workplace
Learning, (Online), 23 (3): 195 - 208
(www.emeraldinsight.com). diakses 1 Desember
2012.
Grenier,P .2006. Social Entrepreneurship: Agency in a
GloJalizing World. In A.Nicholls (Ed.) Social En-

trepreneurship: New Models of Sustanable Social
Change (hlm.119-143). New York: Oxford University Press Inc.
Gunn, R., Durkin, C., Singh, G., Brown, I 2008. Social
ーゥィセイオ・ョ ー イエョe
in the Social Polic\1 Curriculum.
Social Enterprise Journal, (Online), 4 (1): 74-80
(www.emeraldinsight.com). diakses 1 Desember
2012.
Gural, Y. & Atsal, N. 2006. Entrepreneurial Characteristics Amongst University Students Some Insights For
Entrepreneurship Education And Training In Turkey. Education TrainingJournal,(Online), 48 (1):
25-38 (www.emeraldinsight.com). diakses 3 Maret
2012.
Hansemark, O.C. 1998. The Effects Of An Entrepreneurship Programme On Need For Achievement And
Locus Of Contra I Of Reinforcement. International
Journal of Entrepreuneurial Behaviour & Research, Vol. 4 No.1, 28-50.
Hisrich, R.D., Peter, M.P, & Shepherd, D.A., 2008. Entrepreneurship . Chriswan Sungkono dan Diana
Angelica (penerjemah), Kewirausahaan, Salemba
Empat, Jakarta.

III Model PembcIajaran Kcwirausahaan Sosial Berbasis Potcnsi Lokal

.-

_iii

T

--

Jiao,  H. 2011. A Conceptual Model For Social  Entrepreneurship Directed Toward
Social Impact on Society. Social Enterprise Journal,
(Online), 7 (2):
130-149 (www.emeral