Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Multimedia Intraktif IPA Untuk Meningkatkan Hasil Dan Kemandirian Belajar Siswa SMP di Kota Bandung.

(1)

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN IPA BERBASIS

MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN

KEMANDIRIAN DAN HASIL BELAJAR

SISWA SMP DI KOTA BANDUNG

D I S E R T A S I

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk

Memperoleh Gelar Doktor Ilmu Pendidikan Program Studi Pengembangan Kurikulum

Promovendus:

ERWAN SUTARNO NIM: 0907843

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

iii

Erwan Sutarno, 2015

Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Multimedia Intraktif IPA Untuk Meningkatkan Hasil Dan Kemandirian Belajar Siswa SMP di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Erwan Sutarno (2014). Disertasi Program Studi Pengembangan Kurikulum: “Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Multimedia Intraktif IPA Untuk Meningkatkan Hasil Dan Kemandirian Belajar Siswa SMP di Kota Bandung”

Penelitian ini dilakukan untuk menghasilkan produk teknologi pembelajaran dalam bentuk pengembangan model pembelajaran IPA berbasis multimedia interaktif. Kemampuan yang ingin dicapai dengan penerapan model pembelajaran IPA berbasis multimedia interaktif adalah meningkatkan hasil belajar dan kemandirian belajar siswa di SMP kelas VII. Penelitian dilaksanakan pada sejumlah SMP di Kota Bandung menggunakan metode research and development (R&D). Proses dilaksanakan melalui tahapan: Studi pendahuluan, pengembangan dan validasi. Pada tahap studi pendahuluan adalah studi dokumentasi dan survei lapangan, serta instrumen dan alat untuk mengumpulkan data berupa angket, check list, pedoman wawancara, lembar observasi dan tes; tahap pengembangan model dilakukan berupa penyusunan draf awal model, uji-coba terbatas, dan uji-uji-coba diperluas; tahap validasi model berupa eksperimen pre-test treatment post-test dengan menggunakan pretest-posttest control group design. Penelitian ini menggunakan profil model pembelajaran experiential learning cycle dari teori belajar Kolb (1994) dengan karakteristik: (1) mengintegrasikan pengalaman awal siswa dengan pengalaman scientific (ilmiah), (2) belajar sambil bekerja (work based laboratory), (3) pendidikan yang bersifat kooperatif (bekerjasama) dalam konteks sosial, dan (4) menjamin penguasaan kompetensi dasar Fisika yang memadai. Model pembelajaran IPA berbasis multimedia interaktif dapat meningkatkan hasil belajar dan kemandirian belajar siswa SMP lebih baik (tinggi) daripada model pembelajaran konvensional. Beberapa temuan terpenting adalah: (1) model ini dapat meningkatkan kompetensi belajar siswa pada ranah kognitif, (2) melalui perangkat lunak (software) keterampilan siswa dapat meningkatkan kemampuan bekerjasama dalam kelompok belajar, melatih berpikir kreatif dan berkomunkasi, (3) mampu menerapkan berbagai kemampuan dengan terampil mengerjakan LKS. Beberapa prinsip dalam mengembangkan model pembelajaran ini, adalah: (1) multimedia interaktif melalui animasi yang didesain secara menarik mampu meningkatkan pembelajaran, sehingga siswa serius menyimak pelajaran dengan baik dan tidak membosankan; (2) multimedia interaktif ini didisain berdasarkan bagian-bagian dan penggalan-penggalan menjadi unit terkecil, sehingga siswa dengan mudah dapat memahami isi materi yang disampaikan; (3) multimedia interaktif dengan bahasa yang komunikatif dan mengandung ilustrasi-ilustrasi menarik akan efektif untuk disimak, sehingga merangsang siswa untuk belajar mandiri; (4) multimedia interaktif ini dapat meningkatkan hasil belajar, sehingga siswa dengan mudah dapat mengecek keberhasilan-nya secara mandiri; (5) multimedia interaktif ini setiap bagian/penggalankeberhasilan-nya ada reinfor-cement (penguatan), sehingga siswa akan dapat meningkatkan hasil belajarnya. Rekomendasi pada berbagai pihak (guru, sekolah, dan pemerintah) bahwa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien perlu dukungan pihak sekolah berupa media pembelajaran yang dapat memotivasi siswa dalam belajar.

Kata kunci: Model Pembelajaran, Multimedia Interaktif, Hasil Belajar, Kemandirian Belajar, Siklus Pengalaman Belajar.


(3)

ABSTRACT

Erwan Sutarno (2014). Dissertation of Curriculum Development Study Program: “Model Development of Natural Science Learning Based on Interactive Multimedia for Improving Learning’s Achievement and Self-Regulated Junior High School in Bandung City”

The research was conducted in order to produce learning technology product in from of model development of Natural Science Learning basrd on Intractive multimedia. The expected competency result of the model development implementation is improvement of Learning’s Achievement and self-regulated seventh grade Junior High School students’. The research was conducted in number of Junior High School used research and development (R&D) method. The process of research was consisted of the stages: preliminary study, development, and validation. The stages of preliminary study consisted of documentary study and field survey. In this stage, the instrument used are questionnaires, check list, interview guidelines, observation sheets and test. The development stage was consisted of preparation of the initial draf of the model, limited testing and extended testing. The validation stage was consisted of pre-test treatment post-test experiment by using pretest-posttest control group design. The research employed learning model of “experiential learning cycle” profile from Kolb Learning theory with following characteristics: (1) Integrated the student’s initial experience with scientific experience; (2) work-based laboratory; (3) education that have cooperative side in social context, (4) ensuring mastery the adequate competency of physics basic concepts. Learning model of natural science based on interactive multimedia could improved the learning’s achievement and self-regulated junior high school student better (higher) than conventional learning model. Some of the important finding are: (1) the model could increase student’s learning competency in cognitive domain; (2) though software, student could increase the ability of cooperative skill on a study group, creative thinking skill and communication skill; (3) the student were able to implemented various skill in doing their worksheets. Some of the principles in developing this learning model are: (1) Interactive multimedia designed with attractively animation is able improving learning, so that the student can seriously focus on the lesson and not get bored; (2) Interactive multimedia is design based on sections and parts into the smallest unit, so that the student can easily understand the content delivered; (3) Interactive multimedia with communicative language and interesting illustrations will efective for scrutinize attentively, so that stimulate student to self regulated learning; (4) Interactive multimedia can improve learning achievement, so that the student can easily check their achievement autonomouusly; (5) Interactive multimedia contain reinforcement in each parts or section, so that the student can improve their learning achievement. Recommendations on various stakeholders (teachers, schools, and government) that to achieve the goal of effective and efficient learning needs to support the school in the form of media that can motivate students to learn.

Keywords: Models of Learning, Interactive Multimedia, Learning Outcome, Self Regulated Learning, Learning Experiential Cycle.


(4)

x Erwan Sutarno, 2015

Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Multimedia Intraktif IPA Untuk Meningkatkan Hasil Dan Kemandirian Belajar Siswa SMP di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERNYATAAN ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I. PENDAHULUAN ……….. 1

A. Latar Belakang Masalah ………. B. Identifikasi Masalah ... 1 13 C. Rumusan Masalah ……….. 15

D. Penjelasan Istilah ………... 17

E. Tujuan Penelitian ………... 19

F. Manfaat Penelitian ………. 19

BAB II. KAJIAN PUSTAKA ………... 21

A. Hakikat Pembelajaran IPA ... 21

1. Pengertian IPA ... 21

2. Belajar dan Pembelajaran IPA ... 24

B. Konsep Dasar Media Pembelajaran ... 27

1. Pengertian Media Pembelajaran ... 27

2. Dasar Historis Media Pembelajaran ... 3. Fungsi dan Manfaat Penggunaan Media Pembelajaran ... 28 29 4. Jenis-jenis Media Pembelajaran ... 35

5. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran ... 35

C. Multimedia Interaktif ... 1. Konsep Dasar Multimedia Interaktif ... 2. Multimedia Interaktif Sebagai Media Pembelajaran ... 37 37 39 3. Keuntungan Menggunakan Multimedia Interaktif Dalam Proses Pembelajaran ... 40 4. Karakteristik Multimedia Interaktif ...

D. Model Pembelajaran Berbasis Multimedia Interaktif IPA ... 1. Konsep Dasar Model Pembelajaran IPA Berbasis Multimedia

Interaktif ...

40 43 43 2. Konsep Dasar Model Pembelajaran IPA Berbasis Multimedia


(5)

Interaktif ... 3. Landasan Model Pembelajaran IPA Berbasis Multimedia

Interaktif ... 4. Pola Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Multimedia

Interaktif IPA Dengan Siklus Pengalaman Belajar ... 5. Model Pembelajaran berbasis Multimedia Interaktif IPA Dengan Siklus Pengalaman Belajar ... 6. Efektivitas Model Pembelajaran Berbasis Multimedia Interaktif

IPA Dengan Menggunakan Siklus Belajar Pengalaman ... E. Hasil dan Kemandirian Belajar Siswa ... 1. Konsep Dasar Hasil Belajar ... 2. Konsep Dasar Kemandirian Belajar ... F. Kurikulum Sains di Sekolah Menengah Pertama (SMP) ... 1. Pengertian Mata Pelajaran IPA ... 2. Tujuan Pembelajaran Mata Pelajaran IPA di SMP ... 3. Ruang Lingkup Pembelajaran Sains Mata Pelajaran IPA di SMP. 4. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPA di SMP ... 5. Deskripsi Materi Pengembangan Mata Pelajaran IPA di SMP

pada Multimedia Interaktif ...

47 49 54 59 61 64 64 65 74 74 75 75 76 77 G. Hasil Penelitian yang Relevan ...

H. Kerangka Berpikir ...

77 80

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 82

A. Metode Penelitian ... 82

B. Prosedur Penelitian ... 86

C. Lokasi dan Subyek Penelitian ... 90

D. Teknik Pengumpulan Data ... 93

E. Instrumen Pengumpul Data ... 97

F. Teknik Analisis Data ... G. Definisi Operasional ... H. Hipotesis Penelitian ... 98 101 102 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 103

A. Hasil Studi Pendahuluan... 103

1. Kondisi Objektif Pembelajaran IPA... 103 2. Hasil Pengembangan Model ...

1) Hasil Pengembangan Produk... a. Hasil Judgement Ahli ... b. Hasil Pendapat/Pengguna ... c. Perancangan Model Awal ... d. Penyusunan Model Awal ... 2) Hasil Uji-Coba Terbatas ...

a. Hasil Uji-Coba Terbatas Model Siklus I (pertama) ... b. Hasil Uji-Coba Terbatas Model Siklus II (kedua) ... c. Hasil Uji-Coba Terbatas Model Siklus III (ketiga) ... d. Hasil Uji-Coba Diperluas Model Siklus IV (keempat) ... 3. Hasil Uji Validasi Model ...

118 125 127 129 132 133 136 137 146 158 167 183


(6)

xii Erwan Sutarno, 2015

Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Multimedia Intraktif IPA Untuk Meningkatkan Hasil Dan Kemandirian Belajar Siswa SMP di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berbasis MMI dapat meningkatkan Hasil Belajar Siswa di SMP ... 2) Efektivitas Hasil Pengembangan Model Pembelajaran IPA

berbasis MMI dapat meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa di SMP ...

183

205 B. Pembahasan ...

1. Pembahasan Hasil Studi Pendahuluan ...

211 211

2. Pembahasan Hasil Pengembangan Model ... 214

3. Pembahasan Hasil Uji-Coba Terbatas ... 214

4. Pembahasan Hasil Uji-Coba Diperluas ... 5. Pembahasan Hasil Belajar Siswa ... 6. Pembahasan Hasil Kemandirian Belajar Siswa ... 7. Pembahasan Tentang Pandangan Siswa dan Guru Terhadap Model Pembelajaran IPA Berbasis Multimedia Interaktif dengan Pendekatan Experential Learning Cycle ... 217 222 224 227 C. Temuan Hasil Penelitian ... 230

BAB V. SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 233

A. Simpulan ... 233

B. Rekomendasi ... 243

DAFTAR PUSTAKA ... 244

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 251


(7)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

1. Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan, kondisi awal pembelajaran mata pelajaran IPA (fisika) yang berlangsung sebelum model pembel-ajaran berbasis multimedia interaktif dikembangkan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1.1. Rancangan awal pembelajaran mata pelajaran IPA (fisika) disusun oleh guru mengacu pada standar proses pembelajaran dari BSNP yaitu memuat tujuan pembelajaran, materi ajar, sekenario pembelajaran, metode pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar. Namun demikian, rencana pembelajaran ini disusun di awal semester dan setelah itu tidak diperbaiki lagi oleh guru, bahkan hanya untuk memenuhi kewajiban administratif guru saja. Pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran IPA (fisika) khususnya di kelas VII, berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti terhadap guru, terbukti masih konvensional dimana peran guru terlihat sangat dominan, guru secara searah menyampaikan materi pelajaran dalam bentuk ceramah dan siswa hanya mendengarkan, mencatat atau memberi tanda pada buku pegangan saja. Hal ini menyebabkan siswa cenderung bersikap pasif dan hanya mengikuti dan mendengarkan apa yang dijelaskan oleh guru. Akibatnya keterlaksanaan rencana pembelajaran di kelas relatif rendah. 1.2. Mengenai kondisi aktivitas belajar siswa, peneliti memperoleh

gambaran bahwa para siswa memiliki keinginan untuk belajar dan bersekolah, karena mereka menyadari bahwa akan pentingnya belajar dan bersekolah yang akan membuat mereka menjadi tambah pandai. Terdapat adanya jawaban siswa dari hasil angket bahwa mereka kadang merasa bosan dengan model pembelajaran yang selama ini berlangsung,


(8)

234 Erwan Sutarno, 2015

Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Multimedia Intraktif IPA Untuk Meningkatkan Hasil Dan Kemandirian Belajar Siswa SMP di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan menginginkan suatu model pembelajaran yang baru dan inovatif. Berdasarkan hasil data tersebut, disimpulkan bahwa aspek keadaan siswa untuk pengembangan model yang telah dilakukan peneliti, sudah memiliki dasar yang baik serta dukungan dari para siswa. Sumber pel-ajaran yang didapat para siswa cenderung tidak berkembang dalam memperoleh informasi, dan tidak ada usaha untuk mendapatkan pengetahuan terkini dengan baik.

1.3. Berdasarkan pengamatan menunjukkan, bahwa aspek sarana prasarana sekolah di SMP tersebut telah benar-benar memadai, dan dapat dilakukan untuk proses pembelajaran IPA berbasis multimedia interaktif. Hasil pengamatan, maka perlu meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) untuk dapat terlaksananya proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran IPA berbasis multimedia interaktif ini. Kesimpulan peneliti, bahwa pengembangan model pembelajaran IPA berbasis multimedia interaktif sebagai salah satu alternatif pembaharuan model pembelajaran mata pelajaran IPA (fisika), dapat dilaksanakan dan tidak hanya didukung oleh para guru dan siswa, akan tetapi juga sarana dan prasarana yang ada untuk dapat dioptimalkan dalam proses pembelajaran, sehingga kompetensi siswa akan mampu lebih tercapai dan hasil belajar lebih optimal.

1.4. Kinerja guru dalam implementasi kurikulum mata pelajaran IPA (fisika) cenderung berdasarkan tahapan struktural yang mengikuti struktur keilmuan yang bersifat deduktif. Guru hanya mengikuti sistematika dari naskah standar kompetensi dan kompetensi dasar atau dari buku teks pegangan siswa. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa guru mata pelajaran IPA (fisika) belum menggunakan prinsip pembelajaran kontekstual.

2. Hasil pengembangan model pembelajaran IPA berbasis multimedia interaktif dengan memanfaatkan teknologi pendidikan menghasilkan beberapa temuan, selain temuan dalam bentuk model pembelajaran yang


(9)

dapat membantu guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa, juga ditemukan prinsip-prinsip pembelajaran berbasis multimedia. Berikut adalah kesimpulan dari pengembangan model.

2.1. Pelaksanaan pembelajaran IPA berbasis multimedia interaktif, para guru tidak perlu menyusun perencanaan pembelajaran. Hal tersebut, dikarenakan para siswa belajar IPA melalui multimedia interaktif. Pembelajaran berbasis multimedia interaktif tujuan khusus pembel-ajarannya mudah dirumuskan, rumusan tujuannya mudah dicapai oleh siswanya sendiri. Makanya dengan pembelajaran menggunakan multimedia interaktif merupakan pembelajaran secara mandiri, karena siswa harus aktif belajar secara bertanggung jawab dalam menimba ilmu pengetahuan yang dipelajarinya. Kecuali, ketika siswa mengalami kesulitan menghadapi permasalahan yang tidak terpecahkan, mereka baru perlu mendapatkan bantuan dari teman atau gurunya. Oleh sebab itu, guru di kelas tugasnya menjadi semakin ringan. Metode yang digunakan dalam pembelajaran IPA berbasis multimedia interaktif tidak benar, jika tidak variatif, dan cukup hanya monolog saja. Bahkan disini guru diperlukan untuk tetap berperan dalam penyampaian materi-materi pelajarannya meskipun dengan metode ceramah sekalipun. Hal tersebut perlu dilakukan, agar siswa lebih jelas dan benar menerima ilmu pengetahuannya. Dengan kata lain, mereka (para siswa) tidak verbalisme dalam memperoleh ilmu yang didapatnya.

2.2. Meski terdapat perbedaan yang tajam antara implementasi model pembelajaran konvensional dengan model pembelajaran IPA berbasis multimedia interaktif. Namun, tidak benar bila pada model pembelajaran IPA berbasis multimedia interaktif, siswa yang pandai semakin pandai dan yang kurang semakin kurang. Hanya perbedaan-nya, model pembelajaran IPA berbasis multimedia interaktif memiliki keunggulan yang terletak pada melatih siswa berpikir kreatif aktif. Bentuk akhir model pembelajaran berbasis multimedia interaktif IPA


(10)

236 Erwan Sutarno, 2015

Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Multimedia Intraktif IPA Untuk Meningkatkan Hasil Dan Kemandirian Belajar Siswa SMP di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pada (Bab. IV gambar 4.12: h.202-204) dengan memanfaatkan teknologi pendidikan menekankan pada tiga kegiatan inti yaitu: (1) Ekplorasi, (2) Elaborasi, dan (3) Konfirmasi, yang merupakan suatu tahapan untuk memperkuat pemahaman atas apa yang dipelajari oleh siswa. Berdasarkan hasil penelitian dan temuan, dapat disimpulkan bahwa ketiga tahapan tersebut dalam model pembelajaran IPA berbasis multimedia interaktif akan semakin memperkuat pembelajaran yang dilakukan oleh siswa karena pada tahap elaborasi dan konfirmasi, siswa dapat mengembangkan masing-masing pengalaman belajarnya, dan pada akhirnya akan divalidasi dalam suatu diskusi baik dengan teman ataupun dengan guru, sehingga apa yang dipelajarinya selain menjadi semakin dipahami, juga semakin mengembangkan daya nalar siswa. 2.3. Model pembelajaran IPA berbasis multimedia interaktif dapat

meningkatkan kemampuan individual siswa secara lebih efektif, dapat meningkatkan hasil belajar siswa, dan siswa mampu mengevaluasi dan menarik kesimpulan hasil belajarnya sendiri. Dengan demikian, mem-bawa dampak pengiring pada siswa atas sikap belajar mandiri, dan tidak membosankan bagi siswa dalam belajar. Bahkan peranan LKS bisa berkurang untuk membantu siswa dalam melakukan tugas pencarian informasi/ pembelajaran.

3. Penelitian mengenai proses pembelajaran dengan model pembelajaran IPA berbasis multimedia interaktif untuk meningkatkan hasil dan kemandirian belajar siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri di Kota Bandung ini memiliki beberapa keterbatasan diantaranya:

3.1. Penggunaan metode penelitian pre-experimental design dengan desain posttest satu kelompok atau one-group

pretest-posttest yang tidak memiliki kelas kontrol sehingga sulit

mengetahui adanya intervensi-intervensi dari variabel lain yang turut mempengaruhi peningkatan skor kemandirian belajar siswa; Tenggang waktu antara pelaksanaan pembelajaran untuk


(11)

meningkatkan kemandirian belajar siswa dengan pemberian

posttest terlalu singkat. Namun Kemampuan siswa yang tadinya

hanya mengacu pada buku teks atau buku pegangan siswa, dengan model pembelajaran IPA berbasis multimedia interaktif ini siswa dituntut semakin variatif dalam menguasai materi yang berkembang. Dengan penelitian dan temuan penelitian, dapat disimpulkan bahwa dengan model pembelajaran IPA berbasis mulitmedia interaktif ini kemampuan siswa semakin meningkat dan lebih kreatif, karena sumber pengetahuan yang perlu diketahui oleh siswa dengan model ini menjadi tidak terbatas. 3.2. Fasilitas dan lingkungan yang memiliki koneksi akses internet

merupakan syarat keberlangsungan dari model pembelajaran IPA berbasis multimedia interaktif dengan menggunakan Experiential

Learning Cycle dari Kolb dapat meningkatkan hasil belajar dan

kemandirian belajar siswa SMP dalam mata pelajaran IPA (fisika). Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa fasilitas laboratorium komputer untuk kapasitas 35 orang siswa yang sudah disediakan oleh pihak sekolah dengan penerapan model pembelajaran IPA berbasis multimedia interaktif dengan prinsip teknologi pendidikan berupa CD interaktif mata pelajaran IPA

(fisika) dengan materi “Besaran, Suhu, dan Pengukuran” dari

peneliti. Peneliti sumbangkan pada sekolah untuk digunakan dalam proses pembelajaran, sehingga semakin mengoptimalkan sarana yang ada untuk proses pembelajaran dan peningkatan kualitas belajar para siswa dan juga para gurunya. Dapat disimpulkan bahwa penggalian pengalaman belajar kelompok berpengaruh terhadap pengetahuan baru siswa secara individual, terutama pada tahap elaborasi dan konfirmasi.


(12)

238 Erwan Sutarno, 2015

Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Multimedia Intraktif IPA Untuk Meningkatkan Hasil Dan Kemandirian Belajar Siswa SMP di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:

4.1. Hasil uji Wilcoxon antara Post-test dengan Pre-test terdapat perbedaan yang signifikan antara Posttest dengan Pretest. Dimana nilai w nya sebesar 5,147 dengan signifikansi sig. 0,000 < 0,05.

Jadi diperoleh bahwa: “Model pembelajaran IPA berbasis

multimedia interaktif dapat meningkatkan hasil belajar dan kemandirian belajar lebih baik (tinggi) dari pada model

pembelajaran konvensional.”

4.2. Penelitian ini menggunakan profil model pembelajaran

experiential learning cycle dari teori belajar Kolb (1994) dengan

karakteristik: (1) mengintegrasikan pengalaman awal siswa dengan pengalaman scientific (ilmiah), (2) belajar sambil bekerja (work-base laboratory), (3) pendidikan yang bersifat kooperatif (bekerja sama) dalam konteks sosial, dan (4) menjamin penguasaan kompetensi dasar fisika yang memadai. Hasil uji efektivitas melalui model pembelajaran berbasis multimedia interaktif IPA dapat meningkatkan hasil belajar dan kemandirian belajar siswa.

4.3. Beberapa temuan terpenting adalah:

1) model pembelajaran IPA berbasis MMI harus relevan dengan kurikulum yang berlaku saat itu (ketika penelitian dilakukan), agar proses belajar siswa dan kemampuan kompetensi dasar siswa dapat tercapai sesuai tujuan yang diharapkan.

2) model pembelajaran IPA berbasis MMI dapat meningkatkan kompetensi belajar siswa pada ranah kognitif. Model pembel-ajaran IPA berbasis MMI dapat meningkatkan keterampilan siswa, kemampuan bekerjasama dalam kelompok belajar, melatih berfikir kreatif, dan berkomunikasi, a) prinsip komunikasi dengan model pembelajaran IPA berbasis MMI dapat meningkatkan hasil belajar, b) prinsip berpikir dengan model pembelajaran IPA


(13)

berbasis MMI dapat meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir siswa, c) prinsip belajar sambil berbuat (learning by

doing) artinya bagaimana model pembelajaran IPA berbasis MMI

dapat mengaktifkan siswa, sehingga siswa tidak hanya mendengar dan mecermati namun mampu melakukan (bekerja).

3) model pembelajaran IPA berbasis MMI dapat membentuk kemampuan berpikir siswa, artinya siswa tidak hanya dapat mengkomunikasikan atau menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat meningkatkan kemampuan siswa menyampaikan berbagai masalah, merangsang siswa untuk beraktivitas.

4) model pembelajaran IPA berbasis MMI ini dapat diimplemen-tasikan, manakala sekolah memiliki sarana dan prasarana yang memadai. Persyaratan untuk dapat diterapkannya model pembel-ajaran IPA berbasis MMI ini, adalah: a) pengaturan lingkungan manakala guru mempunyai pengalaman dengan mengatur lingkungan supaya siswa belajar dengan nyaman, b) model pembelajaran IPA berbasis MMI ini dapat diterapkan, manakala guru memiliki kemampuan yang baik dalam pengelolaan pembelajaran, c) terjadinya perubahan paradigma mengajar guru dari mengajar sebagai proses penyampaian materi ke mengajar sebagai proses mengatur lingkungan dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar yang ada dilingkungan sekolah.

4.4. Guru memandang model pembelajaran IPA berbasis multimedia interaktif sebagai suatu model yang baik karena bukan hanya pengembangan pembelajaran untuk siswanya saja tetapi juga wahana untuk pengembangan kompetensi diri sebagai seorang guru yang profesional. Berbagai tujuan pembelajaran dapat diakomodasikan oleh model ini seperti siswa dapat berpikir kreatif, dan aktif, serta siswa dapat belajar sesuai tingkat


(14)

240 Erwan Sutarno, 2015

Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Multimedia Intraktif IPA Untuk Meningkatkan Hasil Dan Kemandirian Belajar Siswa SMP di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kecepatan belajar masing-masing siswa itu sendiri, dan berbagai hal lainnya. Berdasarkan penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa bagi guru yang memiliki dedikasi tanggung jawab yang tinggi terhadap peningkatan mutu pembelajaran, akan melihat model ini sebagai suatu cara dalam mengembangkan kemampuan dirinya, melakukan inovasi dan pengembangan dalam pembel-ajaran.

4.5. Siswa memandang model pembelajaran IPA berbasis multimedia interaktif dengan prinsip teknologi pendidikan sebagai suatu pembelajaran yang menyenangkan, dan mereka terlibat langsung dalam pembelajaran yang menyenangkan, dan mereka juga terlibat langsung dalam pembelajaran dan pembentukan pengalaman belajarnya sendiri. Berdasarkan pada hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan model pembelajaran berbasis multimedia interaktif dengan prinsip teknologi pendidikan minat siswa dalam belajar semakin meningkat, proses belajarpun dirasakan menarik dan tidak membosankan karena siswa secara aktif terlibat dalam pembelajaran.

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan sebagaimana yang telah diuraikan, maka dapat ditemukan beberapa prinsip-prinsip dalam penerapan model pembelajaran IPA berbasis multimedia interaktif dengan prinsip teknologi pendidikan, Penelitian ini menyarankan pada berbagai pihak (guru, sekolah, pemerintah) bahwa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien perlu dukungan pihak sekolah berupa media pembelajaran yang dapat memotivasi siswa dalam belajar, diantaranya: (1) multimedia interaktif melalui animasi yang didisain secara menarik mampu meningkatkan pembelajaran, sehingga siswa serius menyimak pelajaran dengan baik dan tidak membosankan; (2) multimedia interaktif ini didisain


(15)

berdasarkan bagian-bagian dan penggalan-penggalan menjadi unit terkecil, sehingga siswa dengan mudah dapat memahami isi materi yang disampaikan; (3) multimedia interaktif dengan bahasa yang komunikatif dan mengandung ilustrasi-ilustrasi menarik akan efektif untuk disimak, sehingga merangsang siswa untuk belajar mandiri; (4) multimedia interaktif ini dapat meningkatkan hasil belajar, sehingga siswa dengan mudah dapat mengecek keberhasilan belajarnya secara mandiri; dan (5) multimedia interaktif ini setiap bagian/penggalan ada reinforcement (penguatan), sehingga siswa akan dapat meningkatkan hasil belajarnya. Penerapan di lapangan model pembelajaran IPA berbasis multimedia interaktif ini, perlu lebih di kembangkan oleh berbagai pihak sebagai berikut:

1. Untuk Guru

Untuk menerapkan model pembelajaran berbasis multimedia interaktif dengan memanfaatkan teknologi pendidikan, guru perlu memperoleh pelatihan khusus dalam mengembangkan rancangan pembelajaran, karena rancangan pembelajaran ini dapat menentukan terhadap penerapan secara lebih akurat dan mencapai hasil yang optimal.

Guru diharapkan benar-benar dapat mengoptimalkan perannya sebagai perancang, motivator, fasilitator, pengelola pembelajaran sekaligus sebagai model dalam pembelajaran. Karena model pembelajaran berbasis multimedia interaktif mengharuskan adanya berbagai alternatif kegiatan, sehingga peran guru dalam proses pembelajaran pun akan selalu bervariasi sesuai dengan jenis dan karakteristik materi pembelajaran. Untuk meningkatkan peran guru sebagaimana yang dituntut, maka guru sebaiknya terus berusaha mengembangkan profesionalisme baik melalui pendidikan formal maupun kegiatan-kegiatan pengembangan profesional dalam jabatan

(in service training) seperti MGMP, workshop dan kegiatan in house training di sekolahnya masing-masing.


(16)

242 Erwan Sutarno, 2015

Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Multimedia Intraktif IPA Untuk Meningkatkan Hasil Dan Kemandirian Belajar Siswa SMP di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Untuk Kepala Sekolah

Untuk optimalisasi pendayagunaan sarana dan prasarana pendukung belajar, Kepala sekolah sebagai pihak yang paling strategis dan memiliki kewenangan dalam menentukan kebijakan-kebijakan pendidikan dituntut untuk dapat memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para guru untuk meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan pembelajaran, baik melalui pendidikan formal, atau pendidikan pascasarjana bagi guru yang berpendidikan S1. Di samping itu wadah-wadah pengembangan profesional guru perlu terus diberdayakan, seperti kegiatan MGMP,

workshop dan sebagainya.

2. Untuk LPTK

Untuk meningkatkan profesional guru secara optimal, LPTK sebagai lembaga yang berfungsi mencetak dan mempersiapkan guru perlu membekali mahasiswa calon guru dengan berbagai kemampuan profesional guru yang diperlukan, termasuk mengenai penguasaan mengenai model-model pembelajaran yang lebih inovatif.

3. Untuk Instansi Terkait

Agar hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu masukan dalam pengembangan kurikulum mata pelajaran IPA (fisika) untuk mencapai tujuan kurikuler yang lebih optimal, maka Dinas Pendidikan Kota Bandung dapat lebih memperbanyak berbagai kegiatan pelatihan guru, termasuk pelatihan mengenai penerapan model-model pembelajaran secara berkesinambungan.

4. Untuk Peneliti Selanjutnya

Dalam upaya pengembangan model pembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi selanjutnya yang lebih mutakhir, maka perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan topik dan


(17)

metodologi dengan melibatkan variabel yang lebih besar. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan sentuhan yang lebih luas kepada guru-guru IPA (fisika) tentang model pembelajaran yang dapat merangsang aktivitas dan kreativitas siswa sehingga kualitas proses dan hasil belajar mata pelajaran IPA (fisika) dapat lebih meningkat lagi di masa-masa yang akan datang.


(18)

244 Erwan Sutarno, 2015

Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Multimedia Intraktif IPA Untuk Meningkatkan Hasil Dan Kemandirian Belajar Siswa SMP di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Alavi, M., dan Gallupe, R. B. (2003). Using Information Technology in Learning:

Case Studies in Business and Management Education Programs. Academy of Management Learning and Education, 2(2), 139–153.

Al-Mashari, M., dan Zairi, M. (2000). Creating a Fit Between BPR and IT

Infrastructure: A Proposes Framework for Effective Implementation. The Internationa Journal of Flexible Manufacturing Systems, 12, 253- 274.

Ali, Mohammad, (2010), Metodologi dan Aplikasi, Riset Pendidikan, Bandung, Pustaka Cendekia Utama.

Anderson, P. (2007), What is web 2.0? Ideas, Technologies and Implication for

Education. JISC Technology and Standards Watch, Feb. 2007.

Ary, D, J, L. C. & Razavieh, A. (2002). Introduction to Research in Education:

Sixth Edition. Stamford: Wadsworth Group.

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2011). Laporan Ujian Nasional Tahun

2011. Tersedia pada http://www.bsnp-indonesia.org/exam.php. Diakses

pada tanggal 9 Desember 2011.

Basuki, H. (2005). Pengujian Kontribusi Belajar yang Bermakna pada Kreativitas, Self Regulation Learning, dan Prestasi Belajar (Studi Eksperimen pada Sekolah Menengah Pertama di Jakarta. Artikel. Majalah dan Jurnal LPM, Universitas Guna Darma, Penelitian Psikologi, ISSN-1410-9085, Vol. 3, No. 3 Juni 2005.

Borg, W. R., & Gall, M. D. (1989). Educational Research : An Introduction. 4th

ed. New York : Longman Inc.

Bloom, B.S., & Krathwohl, D.R. (1984). Taxonomy of educational objectives:

Handbook 1: Cognitive domain. White Plains, NY: Longman.

Chou, Pao-Nan, Chen Wei-Fan (2008). Exploratory Study of the Relationship

between Self Directed Learning and Academic Performance in a Web-Based Learning Environtment . Online Journal of Distance Learning

Administration, Volume XI,Number I, Spring 2008. University of West Georgia , Distance Education Center.


(19)

245 Erwan Sutarno, 2015

Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Multimedia Intraktif IPA Untuk Meningkatkan Hasil Crane, E. (2000). eBook Central takes a classic approach to handheld literature.

Education in hand, December, 22-23.

Davenport, T. H., dan Short, J. E. (1990). The New Industrial Engineering:

Information Technology and Business Process Redesign. Sloan Management Review (Summer), 11-27.

Diana, R., (2010). Kebutuhan Guru Sekolah Dasar Di Cimahi dan Kabupaten

Bandung Dalam Melangsungkan Pembelajaran IPA. Jurnal Penelitian

Vol. 10 No.2. Oktober 2010.

Djohar, A., (2003). Pengembangan Model Kurikulum Berbasis Kompetensi

Sekolah Menengah Kejuruan. Desertasi S-3 Prodi PK SPS UPI. Bandung.

Emzir. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif-Analisis Data. Jakarta: Rajawali Pers.

Govindasamy, T. (2002). Successful Implementation of e-Learning: Pedagogical

Considerations. Internet and Higher Education, 4, 287–299.

Hammer, M., dan Champy, J. (1993). Reengineering the Corporation: A

Manifesto for Business Revolution. New York: HarperBusiness.

Hargis, J. (http:/www.jhargis.co/). The Self-Regulated Learner Advantage:

Learning Science on the Internet.

Heinich, R, et. al. (1985). Instructionnal Media and Technologies for Learning. New Jersey: A Simon & Schuster Company.

Johsons, D, Scott. (2004). Internet Based Learning in Postsecondary Career and

Technical Education .Journal of Vocational Education Research,

29(2).pp.101-119@2004

Joyce, B, Will, M & Calhoun, E. (2000). Model of Teaching. Fifth Edition. Boston: Ally & Bacon.

Kartasasmita, B. 2003. Catatan Pengembangan e-learning dalam Budaya Belajar

Kini. Makalah Seminar pada tanggal 8 Desember 2003 di ITB Bandung.

Kirkpatrick, D. (2001). Who Owns the Curriculum Dalam Brook, B., dan

.Gilding, A. The Ethics and Equity of e-Learning in Higher Education.

Melbourne: Equity and Social Justice, Victoria University, 41-48. 230


(20)

246 Erwan Sutarno, 2015

Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Multimedia Intraktif IPA Untuk Meningkatkan Hasil Dan Kemandirian Belajar Siswa SMP di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kolb, D.A. (1984). Problem management: Learning from Experience. Tersedia pada htt://www. Learningfromexperience.com/research-library/. Diakses pada tanggal 13 November 2011.

Kolb, A.Y., & Kolb, D.A. (2005). Learning Style and Learning Spaces:

Enhancing Experimental Learning in Higher Education. Tersedia pada

http://www.learningfromexperience.com/research-library/ Diakses pada tanggal 13 November 2011.

Lie, A. (2004). Pendidikan dalam Dinamika Globalisasi. Dalam Widiatono, T. D.

Pendidikan Manusia Indonesia. Jakarta: Kompas dan Yayasan Toyota dan

Astra, 217-231.

Linda, E. (2004). Online Teaching and Learning. Makalah Seminar pada tanggal 16 Februari 2004 di Unpad Bandung.

Luther,Arc C.(1994). Authoring Interactive Multimedia. Boston: AP Professional. Mohandas, R. (2003). ICT and e-Learning in Indonesia. Presentasi di Tainan,

Taiwan, 25-27 Maret.

Munir, (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Teknologi. Sekolah Pasca Sarjana-UPI. Bandung: Alfabeta.

---, (2009). Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi dan

Teknologi. Bandung: Alfabeta.

National Science Teacher Association. (2003). Standard for Science Teacher Preparation Version Nopember 1998. (Online). Tersedia: http;//www.msu-edu/-haasdona/nsta.html (2 September 2007).

National Science Education Standard. (1996). Science Content Standard. (Online).Tersedia:http://www.nap.edu/openbrok.php?recordId=4962&pag e=103 (2 September 2007).

Negroponte, N. (1998). Being Digital. Terjemahan, Bandung: Mizan. NRC. (1996). Standard for Professional Development for Teacher Science.


(21)

247 Erwan Sutarno, 2015

Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Multimedia Intraktif IPA Untuk Meningkatkan Hasil Office of Educational Technology. 2001. A Retrospective on Twenty Years of

Education Technology Policy. [Online]. www.nationaledtechplan.org/

participate/20years.pdf.

Pannen, P. (2005). Pemanfaatan ICT dalam Pembelajaran. Presentasi pada

Seminar Sun Commitment in Education and Research Industry, Jakarta, 29

Juni.

Peter, F. Oliva. (1992), Developing the Curriculum, Edition, New York, Harper Collins Publishers.

Piaget, J., (1977). The Grasp of Consciousness. London: Routledge and Kegan Paul.

Pituch, K. A., dan Lee, Y.-k. (2004). The Influence of System Characteristics on e-Learning Use. Computers & Education.

Prambudi, (2008). Mengembangkan Kemampuan Self Regulation untuk Meningkatkan Keberhasilan Akademik Pebelajar. Jurnal Pendidikan

Penabur. 5(7). 64-71.

Reddi, Usha V. & Sanjaya Mishra. (2003). Educational Multimedia- A Handbook

for Teacher-Developers. New Delhi: The Commonwealth of Learning-

Commonwealth Educational – Media Centre for Asia.

Reilgeluth, C.M. (1983). Instructional Design Theories and Model. New Jersey: Lawrence Erlabaum Associaties.

Renstra Depdiknas 2010-2014

Resnick, M. (2002). Rethinking Learning in the Digital Age. Dalam Porter, M. E., Sachs, J. D., dan McArthur, J. W. The Global Information Technology

Report 2001-2002: Readiness for the Networked World.

Rusman, (2009). Teknologi Informasi Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran. UPI. Bandung.

---, (2011). Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi-

Mengembangkan Profesionalitas Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

---, (2011). Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesional


(22)

248 Erwan Sutarno, 2015

Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Multimedia Intraktif IPA Untuk Meningkatkan Hasil Dan Kemandirian Belajar Siswa SMP di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Rustaman, N. (2002). Keterampilan Proses Sains. Jurusan Pendidikan Biologi. FP MIPA UPI.

---, N. (2003). Strategi Belajar Mengajar. Common Txt Book Edisi Revisi. Bandung: JICA IMSTEP.

Sanjaya, W., (2009). Kurikulum dan Pembelajaran. Teori dan Praktek

Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta:

Kencana Prenada Media Group.

---, (2013). Penelitian Pendidikan. Jenis, Metode dan Prosedur. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Santyasa, I.W. (2011). Pembelajaran Inovatif. Buku Ajar – (Tidak Diterbitkan). Program Pasca Sarjana Undiksha Singaraja.

Sato, M. (2006). Tantangan yang harus dihadapi Sekolah. Makalah disajikan da-lam Seminar Nasional IPA di Fakultas Nasional IPA di FPMIPA UPI. Seel, & Richey. (1994). Instructional Technology: The Definition and Domains of

The Field. Washington, DC: Association for Educationnal Commnications

and Technology.

Shadily, Hassan, et.al., Ensiklopedi Indonesia (Edisi Khusus). Jakarta: PT. Ichtiar Baru-Van Hoeve.

Shunck, D.H., & B.J Zimmerman,.(1998). Introduction to the Self Regulated

Learning (SRL) Cycle.

Sugiyono, (2009). Metode Penelitian Pendidikan-Pendekatan Kualitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta.

---, (2009). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABETA, CV. Santoso, H.Budi. (2004). E-Learning; Belajar Kapan Saja dan Dimana Saja.

Makalah disampaikan dalam Seminar E-Learning di UNS

Santoso, S. (2011). Panduan Lengkap SPSS Versi 17,0. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.


(23)

249 Erwan Sutarno, 2015

Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Multimedia Intraktif IPA Untuk Meningkatkan Hasil Sukmadinata, N. Syaodih. (2009). Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek,

Bandung, Remaja Rosda Karya.

---. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya Sujana, N. (1991). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

---. (1989). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru. ---, Ibrahim (1989). Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Sinar Baru

Bandung.

Susetyo, Budi. (2010). Statistik untuk Analisis Data Penelitian-Dilengkapi Cara

Perhitungan dengan SPSS dan MS Office Exel. Bandung: Refika Aditama.

Susilana, R. & Riyana, C. (2008). Media Pembelajaran-Hakikat, Pengembangan,

Pemanfaatan dan Penilaian. Jur. Kurekpen-FIP-UPI. Bandung.

Siahaan, S. 2003. E-learning (Pembelajaran Elektronik) Sebagai Salah Satu Alternatif Kegiatan Pembelajaran. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. No. 042. Tahun Ke-9. Mei 2003.

Simamora, L. 2003. E-learning: Konsep dan Perkembangan Teknologi yang Mendukungnya. Cakrawala Pendidikan: E-learning dalam Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sumarmo, U. (2004). Kemandirian Belajar: Apa, Mengapa, Dan Bagaimana Dikembangkan Pada Peserta Didik. Seminar Nasional .FPMIPA UPI Song Liyan, Hill Janette. (2007). A Conceptual Model for Understanding Self

Directed Learning in Online Environments..Journal of Interactive Online

Learning .Volume6, Number 1, Spring 2007 ISSN: 1541-4914.www. ncoir.org/jioi

Supriadi, D. 2002. Internet Masuk Sekolah: Pemberdayaan Guru dan Mahasiswa

dalam Era sekolah Berbasis E-learning. Makalah PT Telkom Bandung.

Sutarno, E. (1989). Studi Kasus Tentang Pelaksanaan Pendekatan Keterampilan

Proses IPA Dalam Proses Belajar Mengajar Mata Pelajaran IPA di Sekolah Dasar. Tesis. Pasca Sarjana IKIP Bandung. Tidak Dipublikasikan.


(24)

250 Erwan Sutarno, 2015

Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Multimedia Intraktif IPA Untuk Meningkatkan Hasil Dan Kemandirian Belajar Siswa SMP di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sutarno, E. (2006). Penggunaan Siklus Belajar Experiential dalam Pembelajaran

Modul Praktikum Fisika Berbasis Kompetensi. Laporan Penelitian

(Tidak diterbitkan). Undiksha Singaraja.

Sutarno, E. (2008). Pengembangan Self Teaching And Learning Model Berbasis

Web Untuk Meningkatkan Pemahaman Dan Hasil Belajar Fisika Siswa SMA Negeri di Kota Singaraja. Laporan Penelitian-(Tidak Diterbitkan).

Undiksha Singaraja.

Soekartawi (2003). E-Learning di Indonesia dan Prospeknya di Masa Mendatang.

Presentasi pada Seminar e- Learning perlu e-Library, Universitas Petra,

Surabaya, 3 Februari.

Syahrun dan Yunerti. (2003). Kompetemsi, Pembelajaran dan Evaluasi dalam

Kurikulum IPA. Makalah disampaikan dalam seminar Evaluasi IPA

Berbasis kompetensi di Bandung.

Tisher, R.P. (1972). Fundamental Issues In Science Rducation. John Willey: Adlai.

Thompson, et al. 2000. Perspective in Quality Online Education. [Online]. http:// www.sloan-c.org/publications/view/v2n7/pdf

Wongsri,N., Cantwell, R.H., Archer, J. (2002). The Validation of Measures of

Self-Efficacy, Motivation and self-Regulated Learning among Thai tertiary Students. Paper presented at the Annual Conference of the Australian

Association for Research in Education, Brisbane, December 2002.

Wortham, S. (2006). Early Childhood Curriculum. Fourth Edition. Ohio: Pearson Merrill Prentice Hall.


(1)

Crane, E. (2000). eBook Central takes a classic approach to handheld literature.

Education in hand, December, 22-23.

Davenport, T. H., dan Short, J. E. (1990). The New Industrial Engineering:

Information Technology and Business Process Redesign. Sloan Management Review (Summer), 11-27.

Diana, R., (2010). Kebutuhan Guru Sekolah Dasar Di Cimahi dan Kabupaten

Bandung Dalam Melangsungkan Pembelajaran IPA. Jurnal Penelitian

Vol. 10 No.2. Oktober 2010.

Djohar, A., (2003). Pengembangan Model Kurikulum Berbasis Kompetensi

Sekolah Menengah Kejuruan. Desertasi S-3 Prodi PK SPS UPI. Bandung.

Emzir. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif-Analisis Data. Jakarta: Rajawali Pers.

Govindasamy, T. (2002). Successful Implementation of e-Learning: Pedagogical

Considerations. Internet and Higher Education, 4, 287–299.

Hammer, M., dan Champy, J. (1993). Reengineering the Corporation: A

Manifesto for Business Revolution. New York: HarperBusiness.

Hargis, J. (http:/www.jhargis.co/). The Self-Regulated Learner Advantage:

Learning Science on the Internet.

Heinich, R, et. al. (1985). Instructionnal Media and Technologies for Learning. New Jersey: A Simon & Schuster Company.

Johsons, D, Scott. (2004). Internet Based Learning in Postsecondary Career and

Technical Education .Journal of Vocational Education Research,

29(2).pp.101-119@2004

Joyce, B, Will, M & Calhoun, E. (2000). Model of Teaching. Fifth Edition. Boston: Ally & Bacon.

Kartasasmita, B. 2003. Catatan Pengembangan e-learning dalam Budaya Belajar

Kini. Makalah Seminar pada tanggal 8 Desember 2003 di ITB Bandung.

Kirkpatrick, D. (2001). Who Owns the Curriculum Dalam Brook, B., dan

.Gilding, A. The Ethics and Equity of e-Learning in Higher Education.

Melbourne: Equity and Social Justice, Victoria University, 41-48. 230


(2)

Kolb, D.A. (1984). Problem management: Learning from Experience. Tersedia pada htt://www. Learningfromexperience.com/research-library/. Diakses pada tanggal 13 November 2011.

Kolb, A.Y., & Kolb, D.A. (2005). Learning Style and Learning Spaces:

Enhancing Experimental Learning in Higher Education. Tersedia pada

http://www.learningfromexperience.com/research-library/ Diakses pada tanggal 13 November 2011.

Lie, A. (2004). Pendidikan dalam Dinamika Globalisasi. Dalam Widiatono, T. D.

Pendidikan Manusia Indonesia. Jakarta: Kompas dan Yayasan Toyota dan

Astra, 217-231.

Linda, E. (2004). Online Teaching and Learning. Makalah Seminar pada tanggal 16 Februari 2004 di Unpad Bandung.

Luther,Arc C.(1994). Authoring Interactive Multimedia. Boston: AP Professional. Mohandas, R. (2003). ICT and e-Learning in Indonesia. Presentasi di Tainan,

Taiwan, 25-27 Maret.

Munir, (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Teknologi. Sekolah Pasca Sarjana-UPI. Bandung: Alfabeta.

---, (2009). Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi dan

Teknologi. Bandung: Alfabeta.

National Science Teacher Association. (2003). Standard for Science Teacher Preparation Version Nopember 1998. (Online). Tersedia: http;//www.msu-edu/-haasdona/nsta.html (2 September 2007).

National Science Education Standard. (1996). Science Content Standard. (Online).Tersedia:http://www.nap.edu/openbrok.php?recordId=4962&pag e=103 (2 September 2007).

Negroponte, N. (1998). Being Digital. Terjemahan, Bandung: Mizan. NRC. (1996). Standard for Professional Development for Teacher Science.


(3)

Office of Educational Technology. 2001. A Retrospective on Twenty Years of

Education Technology Policy. [Online]. www.nationaledtechplan.org/

participate/20years.pdf.

Pannen, P. (2005). Pemanfaatan ICT dalam Pembelajaran. Presentasi pada

Seminar Sun Commitment in Education and Research Industry, Jakarta, 29

Juni.

Peter, F. Oliva. (1992), Developing the Curriculum, Edition, New York, Harper Collins Publishers.

Piaget, J., (1977). The Grasp of Consciousness. London: Routledge and Kegan Paul.

Pituch, K. A., dan Lee, Y.-k. (2004). The Influence of System Characteristics on e-Learning Use. Computers & Education.

Prambudi, (2008). Mengembangkan Kemampuan Self Regulation untuk Meningkatkan Keberhasilan Akademik Pebelajar. Jurnal Pendidikan

Penabur. 5(7). 64-71.

Reddi, Usha V. & Sanjaya Mishra. (2003). Educational Multimedia- A Handbook

for Teacher-Developers. New Delhi: The Commonwealth of Learning-

Commonwealth Educational – Media Centre for Asia.

Reilgeluth, C.M. (1983). Instructional Design Theories and Model. New Jersey: Lawrence Erlabaum Associaties.

Renstra Depdiknas 2010-2014

Resnick, M. (2002). Rethinking Learning in the Digital Age. Dalam Porter, M. E., Sachs, J. D., dan McArthur, J. W. The Global Information Technology

Report 2001-2002: Readiness for the Networked World.

Rusman, (2009). Teknologi Informasi Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran. UPI. Bandung.

---, (2011). Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi-

Mengembangkan Profesionalitas Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

---, (2011). Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesional


(4)

Rustaman, N. (2002). Keterampilan Proses Sains. Jurusan Pendidikan Biologi. FP MIPA UPI.

---, N. (2003). Strategi Belajar Mengajar. Common Txt Book Edisi Revisi. Bandung: JICA IMSTEP.

Sanjaya, W., (2009). Kurikulum dan Pembelajaran. Teori dan Praktek

Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta:

Kencana Prenada Media Group.

---, (2013). Penelitian Pendidikan. Jenis, Metode dan Prosedur. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Santyasa, I.W. (2011). Pembelajaran Inovatif. Buku Ajar – (Tidak Diterbitkan). Program Pasca Sarjana Undiksha Singaraja.

Sato, M. (2006). Tantangan yang harus dihadapi Sekolah. Makalah disajikan da-lam Seminar Nasional IPA di Fakultas Nasional IPA di FPMIPA UPI. Seel, & Richey. (1994). Instructional Technology: The Definition and Domains of

The Field. Washington, DC: Association for Educationnal Commnications

and Technology.

Shadily, Hassan, et.al., Ensiklopedi Indonesia (Edisi Khusus). Jakarta: PT. Ichtiar Baru-Van Hoeve.

Shunck, D.H., & B.J Zimmerman,.(1998). Introduction to the Self Regulated

Learning (SRL) Cycle.

Sugiyono, (2009). Metode Penelitian Pendidikan-Pendekatan Kualitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta.

---, (2009). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABETA, CV. Santoso, H.Budi. (2004). E-Learning; Belajar Kapan Saja dan Dimana Saja.

Makalah disampaikan dalam Seminar E-Learning di UNS

Santoso, S. (2011). Panduan Lengkap SPSS Versi 17,0. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.


(5)

Sukmadinata, N. Syaodih. (2009). Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek, Bandung, Remaja Rosda Karya.

---. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya Sujana, N. (1991). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

---. (1989). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru. ---, Ibrahim (1989). Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Sinar Baru

Bandung.

Susetyo, Budi. (2010). Statistik untuk Analisis Data Penelitian-Dilengkapi Cara

Perhitungan dengan SPSS dan MS Office Exel. Bandung: Refika Aditama.

Susilana, R. & Riyana, C. (2008). Media Pembelajaran-Hakikat, Pengembangan,

Pemanfaatan dan Penilaian. Jur. Kurekpen-FIP-UPI. Bandung.

Siahaan, S. 2003. E-learning (Pembelajaran Elektronik) Sebagai Salah Satu Alternatif Kegiatan Pembelajaran. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. No. 042. Tahun Ke-9. Mei 2003.

Simamora, L. 2003. E-learning: Konsep dan Perkembangan Teknologi yang Mendukungnya. Cakrawala Pendidikan: E-learning dalam Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sumarmo, U. (2004). Kemandirian Belajar: Apa, Mengapa, Dan Bagaimana Dikembangkan Pada Peserta Didik. Seminar Nasional .FPMIPA UPI Song Liyan, Hill Janette. (2007). A Conceptual Model for Understanding Self

Directed Learning in Online Environments..Journal of Interactive Online

Learning .Volume6, Number 1, Spring 2007 ISSN: 1541-4914.www. ncoir.org/jioi

Supriadi, D. 2002. Internet Masuk Sekolah: Pemberdayaan Guru dan Mahasiswa

dalam Era sekolah Berbasis E-learning. Makalah PT Telkom Bandung.

Sutarno, E. (1989). Studi Kasus Tentang Pelaksanaan Pendekatan Keterampilan

Proses IPA Dalam Proses Belajar Mengajar Mata Pelajaran IPA di Sekolah Dasar. Tesis. Pasca Sarjana IKIP Bandung. Tidak Dipublikasikan.


(6)

Sutarno, E. (2006). Penggunaan Siklus Belajar Experiential dalam Pembelajaran

Modul Praktikum Fisika Berbasis Kompetensi. Laporan Penelitian

(Tidak diterbitkan). Undiksha Singaraja.

Sutarno, E. (2008). Pengembangan Self Teaching And Learning Model Berbasis

Web Untuk Meningkatkan Pemahaman Dan Hasil Belajar Fisika Siswa SMA Negeri di Kota Singaraja. Laporan Penelitian-(Tidak Diterbitkan).

Undiksha Singaraja.

Soekartawi (2003). E-Learning di Indonesia dan Prospeknya di Masa Mendatang.

Presentasi pada Seminar e- Learning perlu e-Library, Universitas Petra,

Surabaya, 3 Februari.

Syahrun dan Yunerti. (2003). Kompetemsi, Pembelajaran dan Evaluasi dalam

Kurikulum IPA. Makalah disampaikan dalam seminar Evaluasi IPA

Berbasis kompetensi di Bandung.

Tisher, R.P. (1972). Fundamental Issues In Science Rducation. John Willey: Adlai.

Thompson, et al. 2000. Perspective in Quality Online Education. [Online]. http:// www.sloan-c.org/publications/view/v2n7/pdf

Wongsri,N., Cantwell, R.H., Archer, J. (2002). The Validation of Measures of

Self-Efficacy, Motivation and self-Regulated Learning among Thai tertiary Students. Paper presented at the Annual Conference of the Australian

Association for Research in Education, Brisbane, December 2002.

Wortham, S. (2006). Early Childhood Curriculum. Fourth Edition. Ohio: Pearson Merrill Prentice Hall.