ANALISIS PEMBUATAN PUPUK MAJEMUK BERBAHAN DASAR MINERAL DOLOMIT.

(1)

ANALISIS PEMBUATAN PUPUK MAJEMUK

BERBAHAN DASAR MINERAL

DOLOMIT

Oleh :

Pratiwi Lumban Gaol NIM. 062244710038 Program Studi Kimia

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN 2013


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, penulis telah menyelesaikan penelitian dan sekaligus menyusun skripsi yang berjudul “Analisis Pembuatan Pupuk Majemuk Berbahan Dasar Mineral

Dolomit”.

Dengan selesainya skripsi ini, perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih kepada Rektor Universitas Negeri Medan Bapak Prof. Ibnu Hajar M.Si; Dekan FMIPA Bapak Prof.Dr.Motlan,M.Sc,Ph.d; dan Ketua Jurusan Kimia Bapak Drs. Jamalum Purba, M.Si atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan studi Sarjana Sain pada program studi Kimia.

Terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis ucapkan kepada Bapak Prof.Dr. Suharta, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan dorongan, bimbingan dan saran mulai dari pengajuan judul proposal penelitian, penyusunan proposal penelitian, pelaksanaan sampai penyusunan skripsi ini serta Bapak Prof. Dr. Ramlan Silaban, M.Si, Bapak Drs. Eddyanto, Ph.D, dan Bapak Dr. Mahmud, M.Sc yang telah memberikan masukan dan saran dalam kesempurnaan skripsi ini. Penghargaan juga diberikan kepada Bapak agus kembaren, S.Si, M.Si yang telah membimbing penulis dalam akademik. Ketua Program Studi Kimia Bapak Dr. Marham Sitorus, M.Si, Kepala Laboratorium Kimia Bapak Drs. Marudut Sinaga, M.Si, Kepala laboratorium Balai riset dan Standarisasi Medan dan segenap Instansi yang telah memberikan bantuan fasilitas laboratorium selama penulis melakukan penelitian untuk penyelesaian skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghormatan yang setinggi-tingginya kepada kedua orang tua Almarhum gindo Lumban gaol (Ayah) dan Rosintan sirait (Ibu), Charles Maha (Suami), Dumasari Lumban gaol, ST (Kakak) Maycha Maha (Anak) dan Kedua Mertua saya, terimakasih atas segala dorongan, pengorbanan, dan do’a yang diberikan sejak penulis mengikuti kuliah hingga selasainya penyusunan skripsi ini. Kepada semua rekan-rekan mahasiswa kimia


(3)

UNIMED khususnya kimia stambuk 2006, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, semoga Allah SWT selalu memberi rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, Amin.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun untuk menyempurnakan skripsi ini. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuju keberhasilan di dalam dunia polimer khususnya pembuatan produk grafting karet siklo yang memiliki kualitas lebih baik.

Medan, 03 September 2013

Pratiwi Lumban gaol NIM 062244710038


(4)

iii

ANALISIS PEMBUATAN PUPUK MAJEMUK BERBAHAN DASAR MINERAL DOLOMIT

PRATIWI LUMBAN GAOL ( 062244710038 )

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk membuat pupuk majemuk yang berbahan dasar mineral dolomit dan menganalisis kadar magnesium (Mg) dan kalsium ( Ca ) terhadap hasil pupuk majemuk tersebut. Sampel mineral dolomit diambil dari daerah Kuta Kepar Kabupaten Karo Sumatera Utara.

Untuk mencapai tujuan dari penelitian ini dilakukan eksperimen di Laboratorium Balai Riset Dan Standarisasi Industri Medan yang meliputi :penyediaan sampel dolomit, pembuatan pupuk majemuk, menganalisis kadar magnesium dan kalsium dengan menggunakan alat Anatomic Absorption Spectroscopy (AAS), mengambil data dan menginterpretasikan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1).Dengan variasi ukuran butiran 100-200 mesh, konsentrasi asam sulfat 9 N dan lamanya pengadukan 30-60 menit, maka didapatkan recovery yang terbaik adalah pada pH 7 dengan ukuran butiran dolomit 200 mesh dan lama pengadukan reaksi 50 menit. (2). Kadar Magnesium (Mg) total, kalsium (Ca) total pada pupuk majemuk berbahan dasar mineral dolomit adalah MgO = 0,18% dan CaO = 24,23%. (3).

Mineral dolomit MgCa (CO3)2 dapat digunakan sebagai bahan baku industry hilir,

seperti: industry gelas dan kaca lembaran, industry keramik mineral. Sedangkan dolomit yang memiliki CaO tinggi (>20%) dapat digunakan sebagai bahan baku industry pupuk majemuk.


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Ujicoba laboratorium pembuatan pupuk majemuk 33

Tabel 2. Data Absorbansi dalam penentuan kadar Mg 34

Tabel 3. Kadar Mg dalam sampel dan hasil konversi kadar MgO 35

Tabel 4. Data Absorbansi dalam penentuan kadar Ca 36


(6)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Mineral Dolomit 10

Gambar 2. Peta Lokasi Penambangan Dolomit 16 Gambar 3. GancoBesi 17 Gambar 4. Grafik hubungan Konsentrasi dan

Absorbansi terhadap kadar magnesium 35 Gambar 5. Grafik hubungan Konsentrasi dan


(7)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Pemerintah propinsi Sumatera Utara telah menetapkan 3 pilar utama pembangunan di daerah yaitu pembangunan sektor pertanian sebagai tulang punggung perekonimian daerah, pembangunan sektor industri terutama agroindustri dan pembangunan sektor pariwisata. Pembangunan sektor industi yang berbasis pada sumber daya alam yang ada di daerah merupakan salah satu pilar yang dapat menopang agroindusri di daerah. Sektor pertanian dalam mendukung agroindustri di daerah sangat memerlukan dan bergantung pada sumber daya alam di daerah.

Propinsi Sumatera Utara merupakan daerah yang memiliki perkebunan baik perkebunan rakyat, perkebunan milik Negara, perkebunan swasta/nasional dan perkebunan asing yang masing-masing tersebar diberbagai Kabupaten/kota. Perkebunan-perkebunan tersebut meliputi perkebunan kelapa sawit, karet, kopi, coklat dan lain-lain. Semua perkebunan tersebut sangat membutuhkan dan bergantung dengan pupuk baik pupuk NPK, KCl, Urea, dan lain-lain. Dewasa ini pupuk sangat langka, sulit didapat dan harganya sangat tinggi dan juga pengoplosan (pupuk palsu) yang terjadi pada akhir-akhir ini sangat meresahkan petani maupun industri perkebunan .Untuk itu dalam rangka pemulihan ekonomi nasional salah satu upaya pemerintah adalah meningkatkan produksi di bidang pertanian dan perkebunan dengan membangun industri alat pertanian, perluasan lahan pertanian dan perkebunana serta pembangunan infrasruktur pertanian lainnya yang salah satunya adalah industri pupuk. Pupuk berguna untuk menyuburkan tanaman dan dapat menambah/ memperbesar buah tanaman, sehingga penghasilan dari sektor pertanian dan perkebunan dapat meningkat.

Berbagai jenis pupuk sudah banyak beredar di pasaran, diantaranya adalah pupuk tunggal seperti Urea, TSP, NPK, pupuk majemuk, pupuk fosfat alam, pupuk organik seperti kompos dan pupuk kandang. Disamping itu ada juga pupuk yang dapat digunakan untuk memperbaiki horizon lapisan tanah berupa kapur pertanian (kaptan) yang berasal dari bahan galian industri. Sebenarnya banyak jenis bahan galian industri yang dapat digunakan langsung untuk bahan baku indusri pupuk. Terlepas dari permasalahan kelangkaan dan keterbatasan pupuk yang dihadapi selama ini, sebenarnya masih banyak cara untuk mengatasi kelangkaan dan harga pupuk yang


(8)

cukup tinggi yaitu dengan menggunakan pupuk alternatif melalui cara memanfaatkan potensi sumber daya mineral yang ada, terutama bahan galian industri sebagai bahan baku pupuk alternative berbasis mineral.

Batuan-batuan yang banyak terdapat di Sumatera Utara secara geologi tersusun oleh berbagai jenis mineral yang terkandung di dalamnya. Komposisi mineral tersebut sangat berperan di dalam penentuan kandungan unsur kimia yang terdapat dalam batuan.Mineral dolomite, kiserit, zeolit, phospat, dan kalsit merupakan jenis mineral yang banyak dibutuhkan oleh tumbuh-tumbuhan. Mineral-mineral tersebut secara geokimia mengandung berbagai macam

unsur kimia seperti SiO2, Al2O3, NaO, P2O5, MgO, CaO, dan lain-lain. Kandungan mineral

tersebut sangat bergantung dari jenis batuan yang terdapat di dalam perut bumi kita. Pengelolaan dan pemanfaatan bahan galian industri tidak memerlukan modal yang besar, demikian juga teknik penambangan dan pengolahannya tidak memerlukan teknologi tinggi.

Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu jenis unsur hara. Pemakaian pupuk majemuk ini sangat luas, hampir semua pupuk majemuk bersifat asam, kecuali yang telah mendapatkan perlakuan khusus, seperti penambahan Ca dan Mg. Keunggulan dari pupuk berbasis mineral ini adalah antara lain bahan baku mineral fosfat, dolomite, dan belerang yang mudah didapat. Proses pembuatannya juga relatif mudah. Keunggulan lain dari pupuk majemuk berbasis mineral adalah dari segi keekonomian, sebab biaya produksi pupuk majemuk berbasis mineral ini jauh lebih murah dibandingkan dengan pembuatan pupuk oplosan.dengan beberapa kelebihan pupuk majemuk, maka pupuk ini bisa dijadikan alternatif terlebih jika kebutuhan pupuk terus meningkat. Diantara bahan galian industri yang cukup potensial untuk bahan baku pembuatan pupuk adalah dolomite sebagai bahan baku pupuk majemuk.

Dolomit merupakan salah satu contoh bahan galian industi penting yang termasuk kelompok mineral karbonat yang kaya akan unsure CaO dan MgO. Dolomit adalah ikatan rangkap antara karbonat dari kalsium dan magnesium, dimana senyawa rangkap tersebut adalah

kalsit (CaCO3) dan magnesit (MgCO3) atau MgCa(CO3). Dolomit banyak dimanfaatkan baik

dalam pertanian, bahan bangunan ataupun dalam industri. Dolomit di alam jarang yang murni, karena umumnya mineral ini selalu terdapat bersama-sama dengan batugamping, kwarsa, rijang, pirit dan lempung. Dalam mineral dolomit terdapat juga pengotor, terutama ion besi. Batuan dolomit pertama kali dideskripsikan oleh mineralogist Francis bernama Deodat de Dolomieu


(9)

pada tahun 1791 dari tempat terdapatnya di daerah Southern Alps. Batuan ini diberi nama Dolomit de Saussure, dan sekarang pegunungan tersebut disebut dolomit.

Dolomit sebagai salah satu variasi batu gamping merupakan bahan baku penting yang digunakan untuk industri gelas dan kaca lembaran, industri keramik dan porselen, industri refraktori, pupuk, dan pertanian. Dalam industri hilir Pemakaian dolomite dapat diguakan secara langsung dalam bentuk dikalsinasi terlebih dahulu maupun dalam bentuk kimia dolomit. Dolomit dapat digunakan untuk menetralisir tanah yang sudah masam dan untuk menahan keasaman yang ditimbulkan oleh penggunaan pupuk urea. Dolomit menetralisir keasaman tanah melalui ion, kation kalsium dan magnesium menghilangkan ion hydrogen di dalam tanah. Dengan pemberian dolomite, pH tanah akan meningkat sehingga unsure-unsur N, P, K akan menjadi semakin tersedia. Namun pada pemberian pupuk urea dan DAP dan kalium yang terlalu banyak akan menyebabkan tanah menjadi kekurangan unsure Mg. Di samping itu pemberian pupuk nitrogen mempunyai kecenderungan tanah menjadi asam.

Teknologi rekayasa pembuatan, pemanfaatan dan pengolahan mineral sangat sederhana, yaitu dengan cara penghalusan (crusher) dan kemudian dengan cara pemisahan tehnologi tepat guna sangat diperlukan di dalam upaya mendukung agroindustri di Sumatera Utara. Dengan berkembang dan dikuasainya pembuatan pupuk majemuk ini terutama untuk mendukung agroindustri didaerah ini, diharapkan penghasilan para petani dan perkebunan dapat bertambah yang berimbas bagi pemerintah daerah setempat, dapat membuka kesempatan kerja dan berusaha masyarakat, serta pada akhirnya terjadi perbaikan perekonomian di daerah menjadi lebih baik dan maju kepada peningkatan pemasukan dan tata cara. Sementara ini Berdasarkan data awal bahwa bahan baku dolomite ini sangat banyak dijumpai di Sumatera utara khususnya di daerah Kuta Kepar Kabupaten Karo, Dairi dan Tapanuli Utara.

Berdasarkan hal di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang: pembuatan pupuk majemuk berbahan dasar mineral dolomit dari daerah Kuta Kepar Kabupaten Karo Sumatera Utara”.

1.2.Batasan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini hanya dibatasi pada Pembuatan Pupuk Majemuk Berbasis Mineral Dolomit yang berasal dari daerah Kuta Kepar Kabupaten Karo Propinsi Sumatera Utara.


(10)

1.3. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah optimasi dalam pembuatan pupuk majemuk yang meliputi: a.variasi ukuran mesh serbuk dolomite

b.variasi konsentrasi asam sulfat

c.dan variasi lamanya pengadukan dalam pembuatan pupuk majemuk

2. Berapa Kandungan kalsium (Ca) pada pupuk majemuk berbasis mineral dolomite? 3. Berapa kandungan magnesium (Mg) pada pupuk majemuk berbasis mineral dolomite?

1.4. Tujuan Penelitian

1. Untuk menentukan optimasi dalam pembuatan pupuk majemuk yang meliputi: variasi ukuran mesh serbuk dolomite, variasi penambahan volume asam sulfat, dan variasi lamanya pengadukan dalam pembuatan pupuk majemuk.

2. Untuk menentukan kadar kalsium (ca) dalam pupuk majemuk. 3. Untuk menentukan kadar magnesium (Mg) dalam pupuk majemuk.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang potensi dolomite yang terdapat di daerah Kuta Kepar Kabupaten Karo Propinsi Sumatera Utara.

2. Sebagai informasi kepada industri pertambangan tentang potensi dolomite di Sumatra. 3. Sebagai informasi kepada masyarakat setempat tentang manfaat dari mineral dolomite

untuk bahan baku pembuatan pupuk majemuk.

4. Sebagai tinjauan bagi para peneliti yang ingin melanjutkan penelitian mengenai pembuatan pupuk majemuk berbasis mineral dolomite.

5. Untuk meningkatkan pendapatan masyarakat setempat dan membuka lapangan kerja dalam bidang agroindusri pupuk majemuk.


(11)

(12)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Teknologi pengolahan mineral dolomit menjadi pupuk majemuk sangat sederhana dan

tidak memerlukan biaya investasi yang tinggi, mempertimbangkan keseragaman ukuran butiran mineral dolomit, volume penambahan asam sulfat 9 N dan variasi lamanya pengadukan untuk mendapatkan pupuk majemuk yang sesuai dengan kebutuhan.

2. Kadar Magnesium (Mg) total, kalsium (Ca) total pada pupuk majemuk berbahan dasar

mineral dolomit adalah MgO = 0,18% dan CaO = 24,23%.

3. Mineral dolomit MgCa (CO3)2 dapat digunakan sebagai bahan baku industri hilir, seperti:

industri gelas dan kaca lembaran, industri keramik mineral. Sedangkan dolomit yang memiliki CaO tinggi (>20%) dapat digunakan sebagai bahan baku industri pupuk majemuk.

5.2. Saran

1. Untuk mengetahui efektivitas pupuk majemuk yang berbahan baku mineral dolomit dari

daerak Kuta Kepar kabupaten Karo yang diteliti dalam kajian ini, perlu dilakukan uji lapangan baik terhadap tanaman semusim maupun tanaman perkebunan.

2. Perlu dilakukan inventarisasi untuk penyiapan bahan baku pupuk majemuk di Sumatera

Utara terutama menyangkut ketersediaan dan kualitas dolomit dan asam sulfat.

3. Perlu dikembangkan industri pupuk majemuk untuk memenuhi kebutuhan pupuk yang

cukup besar di Sumatera Utara dengan melibatkan berbagai pihak antara lain masyarakat sebagai pemilik lahan, pemerintah daerah sebagai pemberi izin, dan investor sebagai pemilik modal melalui sistem bagi usaha (sharing) dengan prinsip saling meenguntungkan.

4. Untuk pemanfaatan dan pengembangan potensi sumber daya mineral di Sumatera Utara,

diperlukan kerjasama antara Dinas Pertambangan/ Bappeda di Kabupaten/ Kota Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sumatera Utara, Puslitbang Tekmira dan pihak investor.


(13)

(14)

39

DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih, J.S.,Sudarsono, Hardjono dan Joesoef, S., 1993. Evaluasi Pupuk

Magnesium Sulfat Untuk Tanaman Perkebunan. APPI, Bogor.

Adjat Sudradjat., 1991. The Strategy of Mineral Exploration in Indonesia Toward

The Year 2000.IMA, Bandung.

Agung, Hardjatmo, Sardjono, dan Soedjoko T.S., 2000. Pemanfaatan Pilot Plant

Dolomit Untuk Pembuatan Pupuk Kiserit Gresik jawa Timur. Laporan

Penelitian Pusat Penelitian dan pengembangan teknologi Mineral dan Batubara, Bandung.

Ajie. 2009. Dolomit. Http://bongkah.blogspot.com/2009/03/what-is-dolomit.html [12 Maret 2013].

Anonim. 2012. Dolomit.Http: //www. scribd.com/doc/22694972/ DOLOMIT KULIAH-7.(12 Maret 2013).

Atangsaputra, K, 2000. Penelitian Pembuatan Pupuk Kiserit dari serpentinit

jampang Kulon, Sukabumi Selatan. Laporan Penelitian Pusat Penelitian

dan pengembangan teknologi Mineral dan Batubara, Bandung.

BPS Sumatera Utara, Sumatera dalam Angka, Medan. Laporan tahun 2006.Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, Medan.

BSN (2005), Analisis Kadar Unsur Hara Mg, Ca, dan Fe pupuk SNI 02-2804-2005.

Balitbang Propsu, 2004. Analisis Kebutuhan Dan Pemanfaatan Sumberdaya alam

Sebagai Bahan Baku Sektor industry di Provinsi Sumatera Utara,

Medan.

Deptan. (2005). Petunjuk Teknis Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air, Dan

Pupuk, Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor.Departemen Pertanian Bogor.

Dinas Pertambangan Provinsi Sumatera Utara, 2000. Potensi Bahan Galian

Sumatera Utara. Kantor Wilayah Pertambangan Dan Energi Sumatera

Utara, Medan.

Kusuma. 2002. Sebaran dan Kelayakan Penambangan Bahan Galian Non

LogamDi Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.


(15)

Nurhakim.2007. Dasar-dasar pengolahan bahan Galian. Http://nurhakim. zoomshare.com/files/bgi/bahankuliah-bgi-05.pdf [14 Maret 2013].

download DatabyId/45/45.pdf [11 Maret 2013].

Rachman, Wiryosudarmono, 1991. Kebijakan Pengembangan Mineral Industri di

Indonesia. Laporan Penelitian Pusat Penelitian dan pengembangan

teknologi Mineral dan Batubara, Bandung.

Siti , 2003. Pembuatan Pupuk Kiserit dari Terak Ferronikel. Laporan Penelitian Pusat Penelitian dan pengembangan teknologi Mineral dan Batubara, Bandung.

Sukandarrumidi. 2009. Bahan Galian Industri. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Sulistyawati, 200. Pengaruh Agen Dekomposer Terhadap Kualitas hasil Pengomposan , Prosiding Seminar Nasional Penelitian lingkungan Di

Perguruan Tinggi, 7 Agustus 2008.

Suharta. 2007. Analisis Kimia Material, FMIPA- UNIMED, Medan. Tambang Unhas. 2009. Pengolahan Bahan Galian.

Tekmira. 2009. Dolomit. Http://www.tekmira.esdm.go.id/data/dolomit/

ulasan.asp?xdir=Dolomit&commId=10&com=Dolomit [18 Maret 2010]. Tekmira. 2010. Rancangan dan Desain Penambangan Dolomit Sistem Room and

Pillar

Suhala, S. dan Arifin, M.,1997. Bahan Galian Industri. Laporan Penelitian Pusat Penelitian dan pengembangan teknologi Mineral dan Batubara, Bandung. Sukandarrumidi, 1999. Bahan Galian Industri. Gadjah Mada University Press,

Yokyakarta.

Tushadi, M., 1990. Bahan Galian di Indonesia. Direktorat Sumber Daya Mineral, Departemen Pertambangan dan Energi, Bandung.


(1)

1.3. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah optimasi dalam pembuatan pupuk majemuk yang meliputi: a.variasi ukuran mesh serbuk dolomite

b.variasi konsentrasi asam sulfat

c.dan variasi lamanya pengadukan dalam pembuatan pupuk majemuk

2. Berapa Kandungan kalsium (Ca) pada pupuk majemuk berbasis mineral dolomite? 3. Berapa kandungan magnesium (Mg) pada pupuk majemuk berbasis mineral dolomite? 1.4. Tujuan Penelitian

1. Untuk menentukan optimasi dalam pembuatan pupuk majemuk yang meliputi: variasi ukuran mesh serbuk dolomite, variasi penambahan volume asam sulfat, dan variasi lamanya pengadukan dalam pembuatan pupuk majemuk.

2. Untuk menentukan kadar kalsium (ca) dalam pupuk majemuk. 3. Untuk menentukan kadar magnesium (Mg) dalam pupuk majemuk.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang potensi dolomite yang terdapat di daerah Kuta Kepar Kabupaten Karo Propinsi Sumatera Utara.

2. Sebagai informasi kepada industri pertambangan tentang potensi dolomite di Sumatra. 3. Sebagai informasi kepada masyarakat setempat tentang manfaat dari mineral dolomite

untuk bahan baku pembuatan pupuk majemuk.

4. Sebagai tinjauan bagi para peneliti yang ingin melanjutkan penelitian mengenai pembuatan pupuk majemuk berbasis mineral dolomite.

5. Untuk meningkatkan pendapatan masyarakat setempat dan membuka lapangan kerja dalam bidang agroindusri pupuk majemuk.


(2)

(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Teknologi pengolahan mineral dolomit menjadi pupuk majemuk sangat sederhana dan tidak memerlukan biaya investasi yang tinggi, mempertimbangkan keseragaman ukuran butiran mineral dolomit, volume penambahan asam sulfat 9 N dan variasi lamanya pengadukan untuk mendapatkan pupuk majemuk yang sesuai dengan kebutuhan.

2. Kadar Magnesium (Mg) total, kalsium (Ca) total pada pupuk majemuk berbahan dasar mineral dolomit adalah MgO = 0,18% dan CaO = 24,23%.

3. Mineral dolomit MgCa (CO3)2 dapat digunakan sebagai bahan baku industri hilir, seperti:

industri gelas dan kaca lembaran, industri keramik mineral. Sedangkan dolomit yang memiliki CaO tinggi (>20%) dapat digunakan sebagai bahan baku industri pupuk majemuk.

5.2. Saran

1. Untuk mengetahui efektivitas pupuk majemuk yang berbahan baku mineral dolomit dari daerak Kuta Kepar kabupaten Karo yang diteliti dalam kajian ini, perlu dilakukan uji lapangan baik terhadap tanaman semusim maupun tanaman perkebunan.

2. Perlu dilakukan inventarisasi untuk penyiapan bahan baku pupuk majemuk di Sumatera Utara terutama menyangkut ketersediaan dan kualitas dolomit dan asam sulfat.

3. Perlu dikembangkan industri pupuk majemuk untuk memenuhi kebutuhan pupuk yang cukup besar di Sumatera Utara dengan melibatkan berbagai pihak antara lain masyarakat sebagai pemilik lahan, pemerintah daerah sebagai pemberi izin, dan investor sebagai pemilik modal melalui sistem bagi usaha (sharing) dengan prinsip saling meenguntungkan.

4. Untuk pemanfaatan dan pengembangan potensi sumber daya mineral di Sumatera Utara, diperlukan kerjasama antara Dinas Pertambangan/ Bappeda di Kabupaten/ Kota Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sumatera Utara, Puslitbang Tekmira dan pihak investor.


(4)

(5)

39

DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih, J.S.,Sudarsono, Hardjono dan Joesoef, S., 1993. Evaluasi Pupuk Magnesium Sulfat Untuk Tanaman Perkebunan. APPI, Bogor.

Adjat Sudradjat., 1991. The Strategy of Mineral Exploration in Indonesia Toward The Year 2000.IMA, Bandung.

Agung, Hardjatmo, Sardjono, dan Soedjoko T.S., 2000. Pemanfaatan Pilot Plant Dolomit Untuk Pembuatan Pupuk Kiserit Gresik jawa Timur. Laporan Penelitian Pusat Penelitian dan pengembangan teknologi Mineral dan Batubara, Bandung.

Ajie. 2009. Dolomit. Http://bongkah.blogspot.com/2009/03/what-is-dolomit.html [12 Maret 2013].

Anonim. 2012. Dolomit.Http: //www. scribd.com/doc/22694972/ DOLOMIT KULIAH-7.(12 Maret 2013).

Atangsaputra, K, 2000. Penelitian Pembuatan Pupuk Kiserit dari serpentinit jampang Kulon, Sukabumi Selatan. Laporan Penelitian Pusat Penelitian dan pengembangan teknologi Mineral dan Batubara, Bandung.

BPS Sumatera Utara, Sumatera dalam Angka, Medan. Laporan tahun 2006.Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, Medan.

BSN (2005), Analisis Kadar Unsur Hara Mg, Ca, dan Fe pupuk SNI 02-2804-2005.

Balitbang Propsu, 2004. Analisis Kebutuhan Dan Pemanfaatan Sumberdaya alam Sebagai Bahan Baku Sektor industry di Provinsi Sumatera Utara, Medan.

Deptan. (2005). Petunjuk Teknis Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air, Dan Pupuk, Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor.Departemen Pertanian Bogor.

Dinas Pertambangan Provinsi Sumatera Utara, 2000. Potensi Bahan Galian Sumatera Utara. Kantor Wilayah Pertambangan Dan Energi Sumatera Utara, Medan.

Kusuma. 2002. Sebaran dan Kelayakan Penambangan Bahan Galian Non LogamDi Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Http://katalog.pdii.go.id/index.php/searchkatalog/


(6)

Nurhakim.2007. Dasar-dasar pengolahan bahan Galian. Http://nurhakim. zoomshare.com/files/bgi/bahankuliah-bgi-05.pdf [14 Maret 2013].

download DatabyId/45/45.pdf [11 Maret 2013].

Rachman, Wiryosudarmono, 1991. Kebijakan Pengembangan Mineral Industri di Indonesia. Laporan Penelitian Pusat Penelitian dan pengembangan teknologi Mineral dan Batubara, Bandung.

Siti , 2003. Pembuatan Pupuk Kiserit dari Terak Ferronikel. Laporan Penelitian Pusat Penelitian dan pengembangan teknologi Mineral dan Batubara, Bandung.

Sukandarrumidi. 2009. Bahan Galian Industri. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Sulistyawati, 200. Pengaruh Agen Dekomposer Terhadap Kualitas hasil Pengomposan , Prosiding Seminar Nasional Penelitian lingkungan Di Perguruan Tinggi, 7 Agustus 2008.

Suharta. 2007. Analisis Kimia Material, FMIPA- UNIMED, Medan.

Tambang Unhas. 2009. Pengolahan Bahan Galian.

Tekmira. 2009. Dolomit. Http://www.tekmira.esdm.go.id/data/dolomit/

ulasan.asp?xdir=Dolomit&commId=10&com=Dolomit [18 Maret 2010].

Tekmira. 2010. Rancangan dan Desain Penambangan Dolomit Sistem Room and Pillar

Suhala, S. dan Arifin, M.,1997. Bahan Galian Industri. Laporan Penelitian Pusat Penelitian dan pengembangan teknologi Mineral dan Batubara, Bandung.

Sukandarrumidi, 1999. Bahan Galian Industri. Gadjah Mada University Press, Yokyakarta.

Tushadi, M., 1990. Bahan Galian di Indonesia. Direktorat Sumber Daya Mineral, Departemen Pertambangan dan Energi, Bandung.