PERANAN TNI DIBIDANG KEKUATAN SOSIAL POLITIK DALAM MEWUJUDKAN STABILITAS KEAMANAN DI MASA ORDE BARU.

PERANAN TNI DIBIDANG KEKUATAN SOSIAL
POLITIK DALAM MEWUJUDKAN
STABILITAS KEAMANAN
DIMASA ORDE BARU

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian
Persyaratan Utuk Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

GONGGOM SILAEN
071233210054

FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2013


ABSTRAK
GONGGOM SILAEN. NIM 071233210054. PERANAN TNI DIBIDANG
KEKUATAN SOSIAL POLITIK DALAM MEWUJUDKAN STABILITAS
KEAMANAN DI MASA ORDE BARU. SKRIPSI JURUSAN PENDIDIKAN
SEJARAH, FAKULTAS IlMU SOSIAL, UNIVERSITAS NEGERI MEDAN.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan TNI di bidang
kekuatan sosial politik dalam mewujudkan stabilitas di masa Orde Baru.
Metode penelitian yang dilakukan dalam penenlitian ini didasarkan kepada
metode penelitian sejarah. Dengan teknik pengumpulan data menggunakan
library research.
Untuk menganalisis data maka dilakukan beberapa tahapan yaitu
menemukan sumber data maupun informasi yang relevan dengan cara
mengelompokkan data yang berkenan dengan peranan TNI dibidang kekuatan
sosial politik dalam mewujudkan stabilitas keamanan di masa orde baru.
Selanjutnya adalah verifikasi data yaitu keritik sumber data berdasarkan
otensitas dan kredibilitas data. Kemudian menginterpretasikan data yaitu
merangkai fakta-fakta dari sumber-sumber sejarah menjadi suatu kesatuan
pengertian berdasrkan sumber-sumber yang diperoleh dari pengumpulan data
sehingga dapat dianalisis. Dan tahap terakhir adalah menyajikan (rekontruksi)
kembali fakta-fakta sejarah ke dalam tahap pembahasaan.

Dari hasil penelitian yang dilakukan maka diperoleh bahwa peranan TNI
dibidang kekuatan sosial poolitik dalam mewujudkan stabilitas keamanan
dimasa orde baru dilatar belakangi oleh konsep dwifungsi atau jalan tengah
ABRI. Keterlibatan ABRI dalam sosil-politik erat kaitannya dengan konsep
dwifungsi ABRI sebagai doktrinnya. Konsep dwifungsi juga terkandung secara
implisit pada gagasan Mayjen A.H. Nasution (Kepala Staf AD) pada tahun 1958
dengan konsep “jalan tengah”, di mana peran tentara tidak terbatas pada tugas
profesional militer belaka. Pada awal Orde Baru, dwifungsi dalam arti
struktural terus dijalankan karena perwira-perwira ABRI terus memainkan
peranan penting dalam struktur pemerintahan secara langsung. Dimana militer
menjadi kunci hampir di semua jabatan pemerintahan, baik eksekutif, legislatif,
dan lembaga-lembaga negara lainnya. ABRI dalam pelaksanaan kiprahnya
khususnya sebagai kekuatan sosial politik menduduki jabatan-jabatan penting,
seperti Presiden beberapa Lembaga Tinggi Negara dan menduduki beberapa
pos Menteri, serta Gubenur untuk beberapa dekade masih dikuasai ABRI.
Lebih jauh ditandaskan bahwa ABRI dikatakan juga sebagai kekuatan
sosial politik merupakan penjelmaan panggilan tugas, tekad dan ketetapan hati
sebagai prajurit pejuang yang senantiasa manunggal dengan rakyat di dalam
keperansertannya menentukan tujuan, haluan dan politik negara yang
mengemban fungsinya dengan menampilkan diri sebagai pelopor, dinamisator,

dan stabilisator negara.

KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi
dengan judul “Peranan TNI Dibidang Kekuatan Sosial Politik Dalam
Mewujudkan Stabilitas Keamanan Di Masa Orde Baru”, sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak menerima bantuan dari berbagai
pihak berupa moril maupun material. Maka dalam kesempatan ini penulis
menyampaikan rasa terima kasih serta penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :


Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberkati penulis dalam setiap perjalanan
hidup serta mengajarkan penulis akan arti pengertian, ketegaran,dan
kesabaran dalam hidup.



Orangtua penulis, H. Silaen yang telah bekerja keras untuk mendidik dan

membesarkan penulis dan Ibu L. Tambunan yang telah melahirkan penulis ke
dunia ini dan menjadi inspirasi penulis agar tetap berjuang. Dan tidak lupa
kepada adek-adek penulis sayangi Lisbet Silaen, Maria Silaen, dan Sahala
Tigor Marudut Silaen.



Kepada seseorang yang teristimewa dalam hidupku, yang selalu memberikan
semangat, dukungan dan doa kepada penulis, terima kasih MARDIANA
SITORUS.



Bapak Drs. Ponirin, M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
bersedia dan meluangkan waktu untuk memberi arahan serta sabar dalam
memberi bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.



Kepada Bapak Drs. Yushar Tanjung, M.Si sebagai penguji ahli, Bapak Dr.

Phil Ichwan Azhari, MS sebagai penguji utama dan Ibu Dra. Hafnita Sari
Dewi Lubis, M.Si sebagai pembanding bebas yang telah banyak memberikan
massukan terhadap penyelesaian skripsi ini.



Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si selaku Rektor UNIMED beserta stafnya.



Bapak Drs.H.Restu MS, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial beserta stafnya.



Ibu Dra. Lukitaningsih, M.Hum, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah
dan juga Ibu Dra. Hafnita Sari Dewi Lubis, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan
Pendidikan Sejarah.




Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Sejarah Fakulras Ilmu Sosial Universitas
Negeri Medan..



Buat para sahabat : Tagon galink, Piuk Sheva, Van Berz Sihole, Hendry Error,
Asroy Purba, Risman Harahap, Amsoni Sihombing, Anton Harison Sihotang
dan teman-teman sekret gerakan perubahan yang telah banyak memberikan
bantuan.



Kepada teman-teman di Sejarah khususnya Reguler 07.



Kepada semua personil TORPEDO FC yang selalu memberikan doa dan
dukungan kepada penulis.




Kepada teman-teman kostku di tempat.



Buat teman seperjuangan PPLT 2010 di SMK TI HARAPAN, Stabat,
Kabuapaten Langkat.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna baik isi, teknik penulisan,
maupun nilai ilmiahnya, mengingat keterbatasan pengetahuan, kemampuan dan
pengalaman. Oleh sebab itu dengan kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan
kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata penulis mengucapkan banyak terimah kasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu dan jika ada pihak yang terlewatkan mendapatkan ucapan
terima kasih, saya dengan tulus mengucapakan mohon maaf. Semoga skripsi ini
bermanfaat bagi pembaca dan dapat menjadi bahan masukan bagi yang
membutuhkannya.

Medan, Agustus 2013
Penulis


GONGGOM SILAEN

DAFTAR ISI
ABSTARAK...........................................................................
KATA PENGANTAR...........................................................
DAFTAR ISI...........................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang.........................................................

i
ii
v
1

B. Identifikasi masalah..................................................

4

C. Pembatasan Masalah.................................................


4

D. Rumusan Masalah.....................................................

5

E. Tujuan Penelitian........................................................

5

F. Manfaat Penelitian.....................................................

6

BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kerangka Konsep......................................................

7


B. Kerangka Teori..........................................................

13

C. Kerangka Berpikir.....................................................

16

BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian Sejarah..........................................

18

B. Sumber Data...............................................................

18

C. Teknik Pengumpulan Data.........................................

19


D. Teknik Analisis Data..................................................

20

BAB IV PEMBAHASAN
A. Gambaran Penelitian.....................................................

22

1. Sejarah TNI............................................................

22

B. Latar Belakang TNI sebagai Kekuatan Sosial Politik..

27

C. Konsep dan Landasan Dwifungsi ABRI/TNI..............

30

D. TNI Sebagai Kekuatan Sosial politik di Masa Orde Baru
1. Dalam Bidang Sosial................................................

37

2. Dalam Bidang Politik...............................................

38

a. Politik Sentralisasi di tangan Eksekutif..............

39

b. Pendekatan Keamanan........................................

41

c. Dominasi Militer dan Perluasan Dwifungsi ABRI.

42

d. Rendahnya Apresiasi terhadap Supremasi Hukum
dan HAM...........................................................

46

e. Otoritas Birokrasi yang Berlebihan.....................

48

f. Sistem Komando................................................

49

E. Pengaruh TNI Sebagai Kekuatan Sosial Politik Dalam Kaitannya Dengan
Mewujudkan Stabilitas Keamanan..................................

50

1. Dalam Bidang Sosial.................................................

52

2. Dalam Bidang Politik................................................

56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN...............................................................

59

B. SARAN.............................................................................

63

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada dasarnya lahir dalam kancah
perjuangan bangsa Indonesia mempertahankan kemerdekaan dari ancaman Belanda
yang berambisi untuk menjajah Indonesia kembali melalui kekerasan senjata. TNI
merupakan perkembangan organisasi yang berawal dari Badan Keamanan Rakyat
(BKR). Selanjutnya pada tanggal 5 Oktober 1945 menjadi Tentara Keamanan Rakyat
(TKR), dan untuk memperbaiki susunan yang sesuai dengan dasar militer
international, dirubah menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI).
Dalam perkembangan selanjutnya usaha pemerintah untuk menyempurnakan
tentara kebangsaan terus berjalan, seraya bertempur dan berjuang untuk menegakkan
kedaulatan dan kemerdekaan bangsa. Untuk mempersatukan dua kekuatan bersenjata
yaitu TRI sebagai tentara regular dan badan-badan perjuangan rakyat, maka pada
tanggal 3 Juni 1947 Presiden mengesyahkan dengan resmi berdirinya Tentara
Nasional Indonesia (TNI).
Keterlibatan ABRI dalam sosial-politik erat kaitannya dengan konsep
dwifungsi ABRI sebagai doktrinnya. Doktrin itu sejauh pemahaman kita bukanlah
sebuah doktrin yang mati yang ditetapkan untuk selama-lamanya, tetapi merupakan
doktrin yang hidup atau dinamis dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan
zaman. Dengan kata lain implementasi konsep ini tidak semestinya sama pada setiap
kondisi masyarakat. Dwifungsi ABRI yang digunakan secara luas sejak berdirinya

Orde Baru. Istilah ini sebelumnya tidak digunakan atau jarang terdengar, meskipun
konsepnya sudah ada.
Seperti doktrin perjuangan TNI yang dihasilkan dalam seminar TNI Tri Ubaya
Cakti yang dihasilkan dalam seminar TNI-AD (April 1965) yang antara lain
menegaskan bahwa “sebagai Golongan Karya Angkatan Bersenjata... merupakan
suatu kekuatan sosial politik dan kekuatan militer. Konsep dwifungsi juga terkandung
secara implisit pada gagasan Mayjen A.H. Nasution (Kepala Staf AD) pada tahun
1958 dengan konsep “jalan tengah”, di mana peran tentara tidak terbatas pada tugas
profesional militer belaka, Rahman (1998:145).
Setelah penyerahan kedaulatan, pemimpin-pemimpin tentara telah menerima
kedudukannya sebagai kekuatan militer yang diletakkan sebagai kekuasaan militer
yang di letakkan di bawah kekuasaan pemerintah sipil. Meskipun tentara tidak
memainkan peran formal dalam pemerintahan, para perwira tetap memperhatikan
perkembangan dalam bidang sosial-politik, terbukti banyak perwira secara individual
(bukan TNI sebagai institusi) melibatkan diri dalam kegiatan politik. Terlebih pada
masa sistem demokrasi terpimpin, peran ABRI dalam stuktur pemerintahan sipil
meningkat dengan cepat. Banyak perwira dikaryakan sebagai menteri, gubernur,
bupati, direksi perusahaan negara, duta besar dan masih banyak lagi. Demikian
halnya pada masa awal Orde Baru, tidak berlebihan jika dikatakan bahwa ABRI
menjadi kekuatan dominan dalam pemerintahan, sehingga muncul kecenderungan
anggapan dalam mayarakat untuk menyamakan dwifungssi dengan dominasi militer.

Pada awal Orde Baru yang terus berlanjut sampai sekarang, dwifungsi dalam
arti struktural terus dijalankan karena perwira-perwira ABRI terus memainkan
peranan penting dalam struktur pemerintahan secara langsung. Dimana militer
menjadi kunci hampir di semua jabatan pemerintahan, baik eksekutif, legislatif, dan
lembaga-lembaga negara lainnya, Rahman (1998 :146).
Nampaknya ini sejalan dengan dengan upaya pemerintah mewujudkan
stabilitas sebagai prasyarat terlaksananya pembangunan. Pandangan mereka dan bukti
sejarah menunjukkan, bahwa hanya ABRI yang dapat menjamin stabilitas
pembagunan ekonomi di Indonesia. Sekiranya ABRI mundur dari partisipasi aktifnya
dalam bidang pemerintahan, apakah stabilitas politik mampu terjamin dan proses
pembangunan ekonomi tidak terganggu. Selain itu, apakah tanpa ABRI pemerintah
mampu mengatasi peristiwa-peristiwa yang disebabkan oleh SARA dan mampu
menjamin integritas bangsa dan negara?
ABRI dalam pelaksanaan kiprahnya khususnya sebagai kekuatan sosial
politik menduduki jabatan-jabatan penting, seperti Presiden beberapa Lembaga
Tinggi Negara dan menduduki beberapa pos Menteri, serta Gubenur untuk beberapa
dekade masih dikuasai ABRI.
Lebih jauh ditandaskan bahwa ABRI dikatakan juga sebagai kekuatan sosial
politik merupakan penjelmaan panggilan tugas, tekad dan ketetapan hati sebagai
prajurit pejuang yang senantiasa manunggal dengan rakyat di dalam keperansertannya
menentukan tujuan, haluan dan politik negara yang mengemban fungsinya dengan

menampilkan diri sebagai pelopor, dinamisator, dan stabilisator negara, Rahman
(1998:149)
Dari pandangan dan gambaran yang dipaparkan diatas peneliti merasa tertarik
untuk melakukan pengkajian tentang Peranan TNI Dibidang Kekuatan Sosial
Politik Dalam Mewujudkan Stabilitas Keamanan Di Masa Orde Baru.

B. Indentifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka peneliti dapat
mengindentifikasi masalah yaitu :
1. Latar belakang TNI mempunyai peranan Di Bidang Kekuatan Sosial
Politik Dalam Mewujudkan Stabilitas Keamanan Di Masa Orde Baru.
2. Peranan TNI Di Bidang Sosial Politik Di Masa Orde Baru
3. Pengaruh TNI sebagai kekuatan sosial politik dalam kaitannya dengan
mewujudkan stabilitas keamanan.

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan Indentifikasi Masalah diatas maka peneliti dapat membatasi
masalah dalam penelitian ini yaitu pada Peranan TNI Di Bidang Kekuatan Sosial
Politik Dalam Mewujudkan Stabilitas Keamanan Di Masa Orde Baru.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas maka peneliti dapat merumuskan
masalah dalam penelitian ini yaitu :
1. Bagaimana latar belakang TNI Sebagai Kekuatan Sosial Politik.
2. Bagaimanakah Keberadaan TNI Sebagai Kekuatan Sosial Politik di
Masa Orde Baru
3. Bagaimana pengaruh TNI sebagai kekuatan sosial politik dalam
kaitannya dengan mewujudkan stabilitas keamanan.

E. Tujuan Penelitian
Untuk mencapai suatu sasaran tertentu maka selalu berpegang pada tujuan,
dimana tujuan itulah yang merupakan gambaran dari masalah yang diteliti. Dalam hal
ini yang menjadi tujuan penelitian adalah :
1. Untuk mengetahui apakah latar belakang TNI mempunyai peranan
dibidang Kekuatan Sosial Politik Di Masa Orde Baru.
2. Untuk mengetahui bagaimanakah Peranan TNI Di Bidang Sosial Politik
Di Masa Orde Baru
3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh TNI sebagai kekuatan sosial
politik dalam kaitannya dengan mewujudkan stabilitas keamanan.

F. Manfaat Penelitian.
Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu berdasarkan tujuan di atas, maka
manfaat yang ingin diperoleh sesudah melakukan penelitian ini adalah
1. Memberi sumbangan Ilmiah tentang sejarah Peranan TNI Di Bidang
Kekuatan Sosial Politik Dalam Mewujudkan Stabilitas Keamanan Di Masa
Orde Baru.
2.Memberikan informasi serta dapat memperluas pengetahuan bagi peneliti,
akademisi dan masyarakat sehubungan dengan Peranan TNI Di Bidang
Kekuatan Sosial Politik Dalam Mewujudkan Stabilitas Keamanan Di Masa
Orde Baru.
3. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang ingin meneliti tentang
Peranan TNI Di Bidang Kekuatan Sosial Politik Dalam Mewujudkan
Stabilitas Keamanan Di Masa Orde Baru
4. Bagi peneliti sendiri, penelitian ini dapat menambah pemahaman tentang
Peranan TNI Di Bidang Kekuatan Sosial Politik Dalam Mewujudkan
Stabilitas Keamanan Di Masa Orde Baru

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka
diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Latar belakang TNI sebagai kekuatan Sosial Politik di Masa Orde Baru
yaitu keterlibatan TNI dalam sosial politik erat kaitannya dengan konsep
dwifungsi ABRI sebagai doktrinnya. Seperti doktrin perjuangan TNI yang
dihasilkan dalam seminar TNI Tri Ubaya Cakti pada tahun 1965 yang
antara lain menegaskan bahwa “sebagai Golongan Angkatan Bersenjata,
merupakan suatu kekuatan sosial politik dan kekuatan militer. Konsep
dwifungsi ABRI juga terkandung secara implisit pada gagasan Mayjen
A.H. Nasution (Kepala Staf AD) pada tahun 1958 dengan konsep “jalan
tengah”, dimana peran tentara tidak terbatas pada tugas profesional militer
belaka. Inilah yang mengakibatkan pada awal Orde Baru dwifungsi dalam
arti struktural terus dijalankan karena perwira-perwira ABRI memainkan
peran penting dalam struktur pemerintahan secara langsung. Dimana
militer menjadi kunci hampir disetiap jabatan pemerintahan, baik eksekutif,
legislatif, dan lembaga-lembaga negara lainnya.

2. TNI sebagai kekuatan dibidang sosial dan politik di masa orde baru.
a. Dalam bidang sosial.

Peranan TNI dalam bidang sosial sangat penting terutama dalam
menajaga stabilitas keamanan berbangsa dan bernegara dalam
menjamin terlaksananya proses demokrasi. Untuk mencapai stabilitas
tersebut pemerintahan Orde Baru memberikan pendekatan keamanan
dengan memberikan tanggung jawab tersebut kepada ABRI.
b. Dalam bidang politik
Keterlibatan ABRI dalam sosial-politik erat kaitannya dengan konsep
dwifungsi ABRI. Konsep ini juga terkandung secara implisit pada
gagasan Mayjen A.H. Nasution (Kepala Staf AD) pada tahun 1958
dengan konsep “jalan tengah” dimana peran tentara tidak terbatas pada
tugas profesionalisme militer belaka. Konsep jalan tengah tentara oleh
Mayjen A.H. Nasution dan UUD 1945 telah membei legitimasi yang
kuat kepada golongan fungsional, termasuk tentara untuk masuk
kedalam politik negara.
TNI telah menguasai berbagai aspek kehidupan dengan praktik-praktik
yang tidak wajar. Mereka dijadikan sebagai alat kekuasaan oleh
Presiden Soeharto. Soeharto mendayagunakan peran sosial politik
ABRI untuk mewujudkan stabiltas politik dan ekonomi dengan
menciptakan format politik Orde Baru.
Beberapa karekteristik format politik Orde Baru yang menonjol adalah
sebagai berikut :

 Politik Sentralisasi di Tangan Eksekutif
 Pendekatan Keamanan
 Dominasi Militer dan Perluasan Dwifungsi ABRI
 Rendahnya Apresiasi terhadap Supremasi Hukum dan HAM
 Otoritas Birokrasi yang Berlebihan.
 Pelaksanaan sistem Komando.
3. Pengaruh TNI sebagai kekuatan Sosial Politik dalam kaitannya dengan
mewujudkan stabilitas keamanan di masa orde baru adalah sebagai berikut
a. Dalam Bidang Sosial
Perluasan peran sosial politik militer telah menyempitkan ruang gerak
masyarakat untuk bertindak dan menyampaikan aspirasinya, karena
militer

merupakan

kekuatan

utama

eksekutif.

Dalam

rangka

memisahkan masyarakat dari kehidupan politik, Orde Baru melakukan
depolitisasi yang dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Strategi
langsung diarahkan kepada masyarakat didesa, yang merupakan massa
terbesar di Indonesia. Jaringan administrasi pemerintahan, militer,
lembaga-lembaga di desa dalam praktiknya dikontrol oleh aparat
pemerintahan dan militer. Format politik Orde Baru dengan tumpuan
dwifungsi

ABRI

berperan

negatif

dalam

pertumbuhan

sosial

masyarakat. Kemandirian politik tidak diciptakan karena adanya
depolotisasi. Kebebasan juga tidak bisa diciptakan, karena Orde Baru

tidak membolehkan organisasi atau kelompok kepentingan yang ingin
bebas dari negara. Akses terhadap lembagara negara juga sulit
diwujudkan, karena pemerintah Orde Baru melarang partisipasi politik
rakyat. Rakyat hanya dikehendaki menerima saja kebijakan pemerintah,
apalagi unjuk rasa dilarang keras oleh pemerintah.
b. Dalam Bidang Politik
Orde Baru dengan dwifungsi militer yang sangat dominan telah
menghalangi partisipasi rakayat, mengekang kebebasan asasi warga
negara. seperti kebebasan menyatakan pendapat, menyampaikan
aspirasi, kebebasan berorganisasi, berkumpul dan sebagainya. Halangan
tersebut dilakukan dengan berbagai cara, baik melalui undang-undang
dan peraturan yang diciptakan maupun dengan tindakan dilapangan
berupa kebijakan-kebijakan yang membatasi. Individu, organisasi
masyarakat, dan partai yang melakukan kritik terhadap kebijakan
pemerintah akan mengalami kesulitan karena kontrol pemerintah.
Kombinasi

persuasif,

refresif

akan

dilakukan

militer

untuk

menundukkan tantangan. Sementara budaya politik dan sistem Orde
Baru tidak mendukung terciptanya demokrasi. Akibatnya, masyarakat
tidak bisa ikut menyampaikan aspirasi dan berpartisipasi untuk ikut serta
dalam menetukan kebijakan. Partai politik memang ada, namun hanya
hiasan saja. Pemilihan umum semasa Orde Baru adalah pengukuran
yang tidak sempurna mengenai kehendak politik rakyat. Pemilihan itu

mencerminkan proses elektoral yang dikontrol ketat oleh pemerintah
yang kekuasaannya didukung oleh ABRI, untuk memperlihatkan
keabsahannya kepada rakyat dan dunia luar.
Pemilihan umum memang dilakukan secara berkala lima tahun sekali,
namun itu hanya melegitimasi penguasa. Partai terlalu dikekang, tidak
ada kebebasan, calon-calon diseleksi pemerintah dan masih banyak lagi
hal-hal yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi.

A. Saran
Adapun saran-saran yang diajukan berhubungan dengan penelitian ini adalah
sebagai berikut:


Perlu dilakukan pembatasan kewenangan seorang ABRI dalam konstitusi
karena Fungsi dimana Dwifungsi ABRI yang terkait dengan keterlibatan
tentara Indonesia dalam politik akibat dari kondisi yang menuntutnya,
seperti kondisi darurat perang dapat mungkin terjadi lagi



Kehendak tentara untuk ikut serta dalam pembinaan negara sementara
tentara tidak mau hanya sekedar sebagai pengendali keamanan dan
stabilitas negara jangan sampai disalahgunakan sebagai alat perluasan
politik



Hukum yang berlaku sekarang semestinya menjadi pelindung kehidupan
berbangsa dan bernegara jangan sampai dicampuri oleh kekuasaan politik.

Sehingga Hukum tidak lebih memfasilitasi kehendak penguasa politik,
dan menyebabkan penegakannya menjadi sangat lemah karena campur
tangan politik yang sangat dominan. Apabila hal ini terus berlangsung
maka hukum akan kembali pada masa Orde Baru yaitu tidak melindungi
masyarakat, tetapi merugikan masyarakat, terbukti dari banyaknya
kebijakan yang melanggar aturan.



Hukum yang dibuat untuk menjamin pelaksanaan dan hak-hak dasar
warga negara serta kewajibannya termasuk tentara (ABRI) jangan sampai
disalahgunakan

dalam

kewajiban

belanegara

sehingga

apabila

disalahgunakan maka dalam pelaksanaannya hukum dibuat untuk
melayani dan melegitimasi kekuasaan semata-mata.seperti pada masa
Orde Baru.