Studi Deskriptif Mengenai Attachment to God pada Pengurus Komisi Remaja GKI "X" Bandung.

(1)

v

Universitas Kristen Maranatha

Abstrak

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui model attachment to God pada Pengurus Komisi Remaja GKI X Bandung. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan teknik survei. Seluruh anggota populasi akan digunakan sebagai responden, berjumlah 21 orang.

Teori yang digunakan adalah teori Attachment to God dari Kirkpatrick (2005). Alat ukur yang digunakan berupa kuesioner yang diterjemahkan dari Attachment to God Inventory (Richard Beck dan Angie McDonald, 2004) dan dimodifikasi sesuai dengan karakteristik remaja. Berdasarkan hasil pengujian validitas, diperoleh hasil 23 item yang valid, dengan nilai yang berkisar 0,426 – 0,698. Pengujian reliabilitas dengan hasil yang tergolong tinggi yaitu sebesar 0,836 pada dimensi anxiety dan sebesar 0,764 pada dimensi avoidance.

Berdasarkan hasil pengolahan data, model attachment to God yang fearful paling banyak dimiliki oleh Pengurus Komisi Remaja GKI X Bandung yaitu sebesar 33,3%. Sebesar 23,8% memiliki model yang secure, 23,8% memiliki model yang dismissing, dan sebesar 19,1% memiliki model yang preoccupied.

Selain itu tampak indikasi bahwa faktor kegiatan kerohanian di sekolah/ kampus cenderung memiliki keterkaitan dengan model attachment to God. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian kontribusi faktor-faktor pengaruh terhadap model attachment to God pada remaja. Hasil penelitian attachment to God ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi program Komisi Remaja dan sebagai bahan pertimbangan dalam membuat pembinaan berupa caregroup.


(2)

vi

Universitas Kristen Maranatha Abstract

This study was conducted to determine the attachment to God model from teenager committee of Indonesia Christian Church in Bandung . The method used in this research was descriptive method with survey techniques. The entire population of this research will be used as the respondent, so this study did not use sampling techniques. The respondents who were willing to participate in this study was 21 people.

This study using Attachmnet to God theory from Lee Kirkpatrick (2005). The measuring instruments translated from attachment to God Inventory from Richard Beck and Angie McDonald (2004) had been modified based on characteristics of the teenagers. Reseacher obtained 23 valid items, with correlation coefficients ranged from 0.426 to 0.689, while the reliability on anxiety dimension is 0,836 and avoidance dimension is 0.764.

The result shown that fearful attachment to God model is the most widely owned by teenagers committee is 33.3%. The remaining 23.8% had secure attachment to God, 23.8% teenagers commitee had dismissing attachment to God, and 19.1% teenagers committee had preoccupied attachment to God.

The conclusion of this study is religious actvity in school influence the formation of the secure attachment to God. For the further research, researcher recommend to do contributing factors research to the model of attachment to God in adolescence. In addition, the research results of attachment to God can be used as a program evaluation and also making a caregroup for teenagers committee.


(3)

vii

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

Abstrak ... v

Abstract ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR BAGAN ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

KATA PENGANTAR ... xiii

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 6

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 7

1.3.1 Maksud Penelitian ... 7

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Kegunaan Penelitian ... 7

1.4.1 Kegunaan Teoretis ... 7

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 7

1.5 Kerangka Pemikiran ... 8

1.6 Asumsi Penelitian ... 15


(4)

viii

Universitas Kristen Maranatha

LANDASAN TEORI ... 16

2.1 Attachment ... 16

2.1.1 Pengertian Attachment ... 16

2.1.2 Kriteria Ikatan Attachment ... 17

2.2 Attachment to God ... 18

2.2.1 Definisi Attachment to God ... 18

2.2.2 Dimensi dan Model Attachment to God ... 19

2.2.3 Faktor yang Memengaruhi Attachment to God ... 22

2.3 Remaja ... 23

2.3.1 Pengertian Remaja ... 23

2.3.2 Masa Remaja Akhir ... 24

2.3.3 Perkembangan Masa Remaja Akhir ... 24

BAB III ... 27

METODOLOGI PENELITIAN ... 27

3.1 Rancangan Penelitian ... 27

3.2 Skema Rancangan Penelitian ... 27

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 28

3.3.1 Variabel Penelitian ... 28

3.3.2 Definisi Operasional ... 28

3.4 Alat Ukur ... 29


(5)

ix

Universitas Kristen Maranatha

3.4.2 Kisi-Kisi Alat Ukur ... 30

3.4.4 Data Pribadi dan Data Penunjang ... 32

3.5 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 32

3.5.2 Reliabilitas Alat Ukur ... 33

3.6 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel ... 34

3.6.1 Populasi Sasaran ... 34

3.6.2 Karakteristik Populasi ... 34

3.7 Teknik Analisis Data ... 34

BAB IV ... 36

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 36

4.1 Gambaran Populasi Penelitian ... 36

4.2 Hasil Penelitian ... 38

4.3 Pembahasan ... 38

BAB V ... 47

SIMPULAN DAN SARAN ... 47

5.1 Simpulan ... 47

5.2 Saran ... 47

5.2.1 Saran Teoretis ... 47

5.2.2 Saran Praktis ... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 49


(6)

x

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Skema Kerangka Pikir ... 14 Bagan 3.2 Skema Rancangan Penelitian ... 25


(7)

xi

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Kisi - kisi Alat Ukur Attachment to God... 28

Tabel 3. 2 Tabel Penilaian Alat Ukur Attachment to God... 29

Tabel 4. 1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 36

Tabel 4. 2 Gambaran Responden Berdasarkan Usia ... 37

Tabel 4. 3 Gambaran Responden Berdasarkan Pendidikan ... 37

Tabel 4. 4 Gambaran Responden Berdasarkan Lama Menjabat Sebagai Pengurus ... 37


(8)

xii

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Informed Consent ...L- 1 Lampiran 2 Kuesioner Attachment To God ...L- 3 Lampiran 3 Tabel Model Attachment To God ...L- 6 Lampiran 4 Validitas Dan Reliabilitas ...L- 7 Lampiran 5 Tabulasi Silang ...L- 9 Lampiran 6 Hasil Input Data Penelitian ...L- 15 Lampiran 7 Kisi-Kisi Alat Ukur Dan Data Penunjang ...L- 18 Lampiran 8 Sejarah Gereja Kristen Indonesia ...L- 22


(9)

1

Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Salah satu gereja yang sudah berdiri sejak tahun 1950 di Indonesia adalah Gereja Kristen Indonesia atau yang biasa disebut GKI. GKI adalah sekelompok gereja Kristen Protestan yang merupakan salah satu gereja dengan orientasi teologi Calvinis. GKI tersebar di beberapa daerah di Indonesia, salah satunya di Kota Bandung. GKI X Bandung memiliki struktur organisasi yaitu Jemaat, Majelis Jemaat, dan Badan Pelayanan Jemaat. Badan Pelayanan Jemaat terbagi menjadi beberapa komisi, salah satunya adalah Komisi Remaja. Komisi Remaja adalah badan pelayanan bagi jemaat remaja berusia 13-20 tahun. Komisi Remaja bertujuan untuk menjadi sarana bagi jemaat agar dapat bertumbuh secara rohani sesuai dengan usianya. Komisi Remaja terdiri atas pengurus Komisi Remaja dan jemaat Komisi Remaja. Pengurus Komisi Remaja adalah jemaat remaja yang terpilih untuk berorganisasi, mengayomi dan membimbing jemaat.

Para Pengurus Komisi Remaja GKI X Bandung berusia 16-20 tahun. Masa pelayanan Komisi Remaja ialah selama dua tahun dengan struktur organisasi yang terdiri atas Ketua 1, Ketua 2, Sekretaris, Bendahara dan bidang-bidang yaitu Bidang Pembinaan, Bidang Kebersamaan, Bidang Kebaktian, Bidang Seni dan Olahraga. Komisi Remaja GKI X Bandung memiliki visi menjadikan GKI X Bandung sebagai rumah bagi seluruh jemaat. Misi pertama yaitu menciptakan suasana rumah yang nyaman, menyenangkan dan penuh kasih bagi seluruh jemaat remaja GKI X. Misi kedua yaitu menerapkan “Loving & Caring” sebagai


(10)

2

Universitas Kristen Maranatha

dasar pelayanan. Misi ketiga yaitu menjalin kerjasama dengan komisi-komisi lain di GKI X Bandung (Rancangan Program Kerja Komisi Remaja GKI X Bandung, 2012).

Sebagai pengurus Komisi Remaja, mereka dianjurkan untuk bisa menjadi teladan bagi para jemaat remaja, mengayomi, menjadi sahabat yang mendukung dalam hal kerohanian. Selain itu juga sebagai pengurus Komisi Remaja diperlukan komitmen untuk tetap bertahan dan tetap menjalankan tugas dan tanggung jawab selama masa pelayanan yang telah ditentukan. Sebagai pengurus komisi, mereka juga tidak terlepas dari kehidupan seorang remaja pada umumnya, mereka masing-masing memiliki masalah pribadi seperti masalah akademik dan juga masalah hubungan dengan lawan jenis. Pada masa remaja akhir seorang remaja pada umumnya sedang berada di bangku sekolah atau kuliah. Sementara itu mereka dianjurkan untuk menjadi seorang pengurus dengan tanggung jawab yang tidak mudah. Mereka harus menjalankan tugas-tugas sebagai pengurus seperti rapat pleno setiap bulan, menjadi ketua atau panitia dalam kegiatan non rutin (seperti: Natal, Paskah, bulan olahraga, bulan remaja, camp), mengkoordinasi kebaktian Minggu, mengikuti retreat khusus untuk pengurus yang diadakan beberapa bulan sekali. Selain itu mereka juga diharapkan untuk mengajak jemaat remaja ikut aktif dalam kegiatan dan pelayanan, menemani dan mendampingi jemaat remaja yang baru naik kelas dari sekolah minggu ke Komisi Remaja.

Pengurus Komisi Remaja GKI X Bandung dipilih dan dilakukan kaderisasi oleh Pengurus Komisi Remaja GKI X Bandung periode sebelumnya. Mereka memilih calon-calon yang aktif mengikuti kegiatan di gereja, sering menjadi panitia dalam suatu acara dan yang mau memiliki komitmen untuk menjadi seorang Pengurus Komisi Remaja. Mereka juga menyiapkan para calon pengurus Komisi Remaja yang baru dengan mengadakan pelawatan (mendatangi rumah calon pengurus dan mengajak berbicara secara pribadi), pembinaan


(11)

3

Universitas Kristen Maranatha

khusus kerohanian, kepemimpinan dan juga teamwork. Pengurus Komisi Remaja juga memerlukan regenerasi agar Komisi Remaja dapat bertahan, baik dari segi kuantitas maupun juga kualitas.

Sebagai pengurus komisi remaja, mereka diharapkan bisa menjadi contoh bagi para jemaat remaja lainnya, melalui tingkah laku keseharian mereka, hubungan mereka dengan sesama pengurus ataupun dengan orang lain. Pengurus diharapkan untuk menjadi sosok yang care, ramah, dan dapat menjadi sahabat bagi para jemaat remaja.

Masa remaja adalah masa di mana seseorang bertumbuh menuju tahap kedewasaan. Masa remaja ditandai dengan perubahan fisik yang dialami baik oleh laki-laki ataupun perempuan. Selain perubahan fisik, pada masa remaja juga terjadi perubahan yang mencakup perubahan kognitif dan sosioemosional (Santrock, 2014). Perkembangan masa remaja secara global berlangsung antara umur 10-20 tahun, dengan pembagian 10-15 tahun masa remaja awal, 16-20 tahun adalah masa remaja akhir (Santrock, 2014).

Pada masa remaja akhir, seorang individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa. (Santrock, 2014). Menurut Piaget (dalam Santrock, 2014), perkembangan kognitif remaja akhir telah sampai pada tahap formal operational. Remaja telah mampu mempertimbangkan semua kemungkinan untuk menyelesaikan suatu masalah dan mempertanggungjawabkannya. Selain itu perkembangan religi remaja pun turut berkembang. Menurut James Fowler (1995) perkembangan iman seorang remaja akhir berada pada tahap synthetic-conventional yaitu tahap di mana seorang remaja yang telah mampu berpikir abstrak mulai membentuk ideologi dan komitmen terhadap idealisme tertentu. Fowler (1995) juga mengatakan mereka mulai mencari identitas diri dan menjalin hubungan pribadi dengan Tuhan.


(12)

4

Universitas Kristen Maranatha

Para remaja memerlukan hubungan pribadi yang dekat dengan Tuhan agar dapat berkembang secara religi. Hubungan pribadi yang dekat dengan Tuhan seperti mencari dan terus mengandalkan Tuhan dalam setiap aspek kehidupan dapat tampil dalam bentuk berdoa, membaca renungan setiap hari ataupun beribadah. Hubungan pribadi dengan Tuhan membuat seorang remaja menjadi memiliki figur yang dapat diandalkan dalam menjalani berbagai peran di kehidupannya. Hubungan pribadi dengan Tuhan akan membentuk attachment to God. Attachment to God adalah ikatan afeksional yang nyata antara manusia dengan Tuhan sebagai figur attachment (Okozi, 2010). Attachment to God akan nampak jelas pada reaksi seseorang yang berada di dalam kesulitan. Attachment to God juga tidak semata-mata dibutuhkan ketika seseorang mengalami kesulitan tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari, keadaan baik atau bahagia sekalipun. Dalam keadaan sehari-hari seseorang yang memiliki attachment to God terlihat akan lebih dekat pada Tuhan, selalu mencari Tuhan, dan menceritakan semua hal yang terjadi pada Tuhan.

Terdapat empat model attachment to God yaitu model secure, preoccupied, dismissing dan fearful. Model secure attachment yaitu seseorang merasa nyaman dan memiliki kedekatan dalam hubungannya dengan Tuhan. Kedua adalah model preoccupied yaitu seseorang ingin memiliki hubungan yang dekat dengan Tuhan namun merasa tidak layak. Ketiga adalah model dismissing yaitu seseorang yang mengandalkan dirinya sendiri dan merasa tidak membutuhkan Tuhan. Keempat adalah model fearful, yaitu seseorang yang takut ditinggalkan oleh Tuhan tetapi juga menolak kedekatan dengan Tuhan (experimentaltheology.blogspot.com).

Berdasarkan hasil wawancara dengan lima orang pengurus dan mantan pengurus remaja. Seseorang pengurus Komisi Remaja merasa sakit hati karena merasa pernah


(13)

5

Universitas Kristen Maranatha

disalahkan oleh salah seorang pengurus Komisi Pemuda. Hal tersebut membuatnya menyalahkan Tuhan dan menunjukkan sikap yang kurang sopan pada beberapa orang pengurus Komisi Pemuda. Seharusnya seorang pengurus Komisi Remaja bisa menjadi contoh dan teladan bagi para jemaat remaja. Ada seorang anggota lain yang mundur dari kepengurusan dengan alasan mengalami permasalahan dengan orang tuanya. Orang tuanya tidak setuju jika anaknya pulang malam karena mengikuti kegiatan di gereja dan tugas-tugas sekolahnya menjadi terbengkalai. Dia menganggap Tuhan tidak menolongnya saat dia mengalami masalah dengan keluarga dan masalah akademik. Berdasarkan tantangan-tantangantersebut, perlu bagi seorang pengurus untuk memiliki attachment to God. Mereka perlu kedekatan dengan Tuhan yang secure, untuk dapat menjadikan Tuhan sebagai dasar dalam segala pengambilan keputusan, sebagai tempat yang dicari jika mengalami kesulitan, menjadikan kegiatan di gereja sebagai bentuk dari ungakapan rasa syukur kepada Tuhan.

Attachment to God yang secure juga diperlukan bagi seorang pengurus Komisi Remaja untuk melakukan regenerasi dan mengayomi jemaat remaja. Mereka dapat memberikan contoh pada para calon pengurus Komisi Remaja periode berikutnya. Regenerasi sangatlah diperlukan untuk keberlangsungan Komisi Remaja di GKI X Bandung. Pengurus Komisi Remaja juga diharapkan untuk mengayomi jemaatnya dengan membuat jemaat remaja merasa diterima, merasa nyaman, dan menjadi lebih dekat dengan Tuhan. Jika seorang Pengurus Komisi Remaja memiliki attachment to God yg secure, pengurus dapat mengatasi konflik baik dengan pengurus lain ataupun dengan orang lain dengan bijaksana tanpa harus menimbulkan rasa dendam atau terjadinya permusuhan. Memiliki hubungan baik dengan sesama merupakan salah satu cerminan hubungan yang baik dengan Tuhan.


(14)

6

Universitas Kristen Maranatha

Berdasarkan data yang diperoleh dari survei awal yang dilakukan pada lima orang pengurus remaja, tiga orang diantaranya memiliki kekhawatiran dan kecemasan terhadap hubungan mereka dengan Tuhan. Seorang pengurus merasa kesulitan membagi waktu antara kuliah dan pelayanan, dia merasa takut jika Tuhan meninggalkannya karena dia tidak dapat melayani Tuhan di gereja. Dia juga merasa takut jika Tuhan tidak lagi memperhatikan dirinya, dia merasa cemas jika Tuhan lebih menyayangi orang lain dibanding dirinya. Pengurus lain yang sedang memiliki masalah dengan pengurus lainnya, merasa iri dan menganggap dirinya tidak bisa apa-apa dan merasa bahwa Tuhan lebih menyayangi temannya. Fenomena seperti ini merupakan ciri-ciri individu yang memiliki model preoccupied.

Berdasarkan hasil wawancara terdapat dua orang pengurus yang merasa bahwa Tuhan itu dekat dan selalu ada dalam mengatasi setiap masalah. Dalam setiap menghadapi permasalahan baik itu dengan sesama pengurus atau dengan keluarga, mereka selalu mengandalkan Tuhan. Mereka dapat merasakan Tuhan itu selalu dekat bahkan ketika mengalami hal buruk. Mereka merasa aman dan selalu berada di bawah lindungan Tuhan meskipun Tuhan tidak terlihat. Mereka mempertahankan hubungan yang dekat dengan Tuhan dengan cara terus berkomunikasi dengan Tuhan melalui doa atau membaca firman. Fenomena ini merupakan ciri dari model attachment to God yang secure. Berdasarkan hasil survei awal, diperoleh hasil bahwa sebagian besar pengurus Komisi Remaja memiliki attachment to God yang tidak secure. Untuk dapat menjalankan tugas pelayanan sebagai Pengurus Komisi Remaja dan berbagai tantangan, diperlukan komitmen yang kuat untuk tetap melayani Tuhan. Komitmen untuk melayani menunjukkan adanya ikatan yang kuat dengan figur yang dilayani dalam Tuhan. Idealnya seorang pengurus Komisi Remaja mempunyai attachment to God yang secure. Berdasarkan kondisi tersebut peneliti tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai model attachment to God yang dimiliki oleh Pengurus Komisi Remaja GKI X Bandung.


(15)

7

Universitas Kristen Maranatha

1.2 Identifikasi Masalah

Dari penelitian ini ingin diketahui bagaimana model attachment to God pada pengurus Komisi Remaja yang berada di GKI X Bandung.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud penelitian ini adalah ingin mengetahui gambaran mengenai dimensi attachment to God pada pengurus Komisi Remaja yang berada di GKI X Bandung

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui model attachment to God pengurus Komisi Remaja yang berada di GKI X Bandung dan faktor yang mempengaruhinya.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoretis

1. Memberikan memberikan informasi bagi bidang psikologi perkembangan dan psikologi positif mengenai gambaran model attachment to God yang dimiliki Pengurus Komisi Remaja GKI X Bandung.

2. Sebagai referensi dan pendorong bagi peneliti lain yang akan meneliti lebih lanjut mengenai attachment to God, khususnya pada anak remaja.


(16)

8

Universitas Kristen Maranatha

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Memberikan informasi kepada para pengurus Komisi Remaja GKI X Bandung untuk memberi masukan mengenai penghayatan interaksi mereka dengan Tuhan, serta menjadi bahan pertimbangan untuk mencari cara-cara meningkatkan attachment to God ke arah yang secure.

2. Memberikan informasi kepada Majelis Jemaat Pendamping Komisi Remaja GKI X Bandung mengenai gambaran attachment to God pada Pengurus Komisi Remaja agar dapat melakukan cara-cara yang tepat untuk menunjang attachment to God ke arah secure.

1.5 Kerangka Pemikiran

Komisi Komisi Remaja adalah suatu badan pelayanan yang melayani jemaat remaja berusia 13-20 tahun. Komisi Remaja terbagi menjadi pengurus Komisi Remaja dan jemaat Komisi Remaja. Pengurus Komisi Remaja adalah jemaat remaja yang terpilih untuk berorganisasi, mengayomi dan membimbing jemaat remaja. Dalam menjalankan tugasnya sebagai pengurus, ada tantangan yang harus dihadapi sehingga dibutuhkan kedekatan dengan Tuhan atau attachment to God. Attachment to God dapat membantu pengurus untuk terus mengandalkan Tuhan, baik dalam keadaan memiliki masalah ataupun dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu juga membuat seorang pengurus menjadi lebih komit dalam melayani Tuhan. Para pengurus Komisi Remaja dianjurkan untuk bisa menjadi contoh atau teladan bagi para jemaat remaja.

Para pengurus Komisi Remaja pada saat ini berusia 16-20 tahun. Menurut Santrock (2014), usia 16-20 tahun seseorang sedang berada pada tahap remaja akhir. Terdapat beberapa


(17)

9

Universitas Kristen Maranatha

aspek perkembangan dalam masa remaja akhir. Pertama adalah perkembangan kognitif, menurut Piaget (dalam Santrock, 2014) perkembangan kognitif seorang pengurus Komisi Remaja berada pada tahap formal-operational. Dalam tahap ini pengurus sudah mampu berpikir secara abstrak, dapat berpikir dengan fleksibel dan kompleks. Seorang pengurus sudah mampu menemukan alternatif jawaban atau penjelasan tentang suatu hal.Mereka dapat memahami bahwa tindakan yang dilakukan pada saat ini dapat memiliki efek pada masa yang akan datang. Dengan demikian, seseorang mampu memperkirakan konsekuensi dari tindakannya, termasuk adanya kemungkinan yang dapat membahayakan dirinya (Santrock, 2014). Hal ini juga berlaku bagi para pengurus Komisi Remaja, mereka mampu berorganisasi, memecahkan masalah dalam organisasi, mengambil keputusan jika menjadi seorang ketua. Mereka dapat berpikir secara abstrak dan mempertimbangkan mana yang baik atau yang tidak baik dalam mengambil keputusan. Dalam tahap ini, dengan kemampuan berpikir abstraknya, mereka dapat mengerti konsep Tuhan sekalipun tidak terlihat. Seorang remaja dapat berpikir mengenai kebutuhan akan ikatan dengan Tuhan. Pengurus Komisi Remaja menjadi lebih sadar akan pentingnya keberadaan Tuhan bagi kehidupan mereka. Bagi para pengurus Komisi Remaja, mereka memilih gereja dan berkomitmen untuk melakukan pelayanan dalam kurun waktu tertentu.

Kedua adalah perkembangan kepribadian dan sosial yaitu perubahan seseorang dalam berhubungan dengan dunianya seperti kehidupan keluarga, sekolah maupun lingkungan gereja. Selain lingkungan keluarga, lingkungan sekolah juga memiliki peran penting dalam kehidupan seorang remaja. Mereka yang masih berstatus pelajar atau mahasiswa memiliki tugas dan tanggung jawab dalam bidang akademik. Selain itu pada masa remaja lingkungan teman sebaya memiliki pengaruh yang cukup kuat dalam menentukan perilaku. Seorang pengurus Komisi Remaja diharapkan mampu membina hubungan dengan jemaat remaja dan


(18)

10

Universitas Kristen Maranatha

dengan sesama pengurus. Mereka memiliki keinginan untuk konform dengan kelompoknya. Jika mereka berada dalam kelompok yang aktif dan rajin mendekatkan diri kepada Tuhan, hal tersebut dapat memengaruhi perilaku remaja dalam hubungannya dengan Tuhan, begitu pula sebaliknya. Dengan karakteristik remaja seperti di atas, tampak bahwa menjadi seorang pengurus remaja akan menghadapi berbagai tantangan yang berasal dari dirinya sendiri maupun dari luar dirinya. Tantangan dari dalam dirinya sendiri seperti kemampuan seorang pengurus Komisi Remaja dalam membagi waktu antara studi, keluarga, teman dan juga kegiatan pelayanan sebagai pengurus Komisi Remaja. Tantangan yang berasal dari luar dirinya seperti teman sebaya atau teman bermain yang kurang mendukung aktivitasnya di gereja, ataupun orang-orang terdekat yang juga kurang mendukung. Tantangan-tantangan tersebut dapat menghambat atau mendukung pelayanan mereka sebagai pengurus Komisi Remaja.

Menghadapi permasalahan seperti yang dipaparkan di atas, untuk dapat menghadapi tantangan tersebut dibutuhkan kedekatan dengan Tuhan, yang disebut attachment to God yang secure. Attachment to God yang secure membuat individu merasa lebih aman menjalani hidupnya karena Tuhan beserta dengannya. Menurut James Fowler (1995) tahap iman seorang remaja akhir ada pada tahap synthetic-conventional yaitu tahap ketika seorang remaja yang telah mampu berpikir abstrak mulai membentuk ideologi dan komitmen terhadap idealisme tertentu. Fowler juga mengatakan mereka mulai mencari identitas diri dan menjalin hubungan pribadi dengan Tuhan.

Ainsworth menyatakan bahwa attachment merupakan ikatan afeksi yang dibentuk mulai dari masa kanak – kanak hingga dewasa. Ikatan afeksional dapat terjadi dengan adanya sosok attachment yang kepadanya individu mencari keamanan dan kenyamanan bagi darinya. Attachment tidak hanya diterapkan kepada manusia, tetapi bisa juga diterapkan kepada Tuhan.


(19)

11

Universitas Kristen Maranatha

Attachment to God adalah ikatan afeksional yang nyata antara manusia dengan Tuhan sebagai figur attachment (Okozi, 2010).

Attachment to God memiliki dua dimensi yaitu dimensi anxiety dan avoidance (Beck & McDonald, 2004). Dimensi avoidance merupakan perasaan enggan seorang pengurus Komisi Remaja untuk terlibat komunikasi yang intim dengan Tuhan dan cenderung mengandalkan diri sendiri. Dimensi anxiety merupakan kecemasan yang dirasakan oleh seorang pengurus Komisi Remaja mengenai cinta Tuhan kepadanya, kecemasan mengenai penolakan Tuhan kepadanya, kecemasan bahwa Tuhan lebih dekat dengan orang lain, dan kecemasan ditinggalkan oleh Tuhan. Kedua dimensi tersebut dapat membentuk empat model attachment to God. Empat model tersebut yaitu model secure, preoccupied, dismissing, dan fearful. Model yang pertama adalah model secure attachment merupakam gabungan dari dimensi anxiety dan avoidance yang rendah artinya seorang pengurus Komisi Remaja merasa nyaman dan memiliki kedekatan akan hubungannya dengan Tuhan. Pengurus Komisi Remaja selalu mengandalkan Tuhan dalam segala aspek kehidupannya baik pada saat suka maupun duka.

Kedua adalah model preoccupied yang memiliki dimensi avoidance rendah dan anxiety tinggi. Anxiety tinggi yang artinya pengurus Komisi Remaja ingin memiliki hubungan yang dekat dengan Tuhan namun merasa dirinya tidak layak di hadapan Tuhan. Avoidance yang rendah yang artinya pengurus Komisi Remaja tidak menolak untuk dekat dengan Tuhan. Pengurus Komisi Remaja merasa malu dan bersalah jika di hadapan Tuhan, sehingga terkadang mereka menjadi cemburu terhadap orang lain yang memiliki hubungan yang dekat dengan Tuhan. Ketiga adalah model dismissing yaitu memiliki dimensi anxiety rendah dan avoidance tinggi. Avoidance tinggi yang artinya pengurus Komisi Remaja lebih


(20)

12

Universitas Kristen Maranatha

mengandalkan dirinya sendiri dan merasa tidak membutuhkan Tuhan. Anxiety yang rendah artinya pengurus Komisi Remaja menganggap dapat mengandalkan dirinya sendiri untuk mengatasi segala permasalahan. Mereka yang merasa tidak ingin untuk terlalu terlibat dalam kegiatan kerohanian. Keempat adalah model fearful yaitu memiliki dimensi anxiety dan avoidance yang tinggi. Anxiety yang tinggi artinya pengurus Komisi Remaja yang merasa takut ditinggalkan oleh Tuhan. Avoidance yang tinggi artinya pengurus Komisi Remaja juga menolak kedekatan dengan Tuhan. Pengurus Komisi Remaja yang merasa pesimistik akan hidupnya, memandang dirinya secara negatif.

Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi attachment to God (Kirkpatrick, 2005), yaitu hubungan attachment seseorang dengan orangtuanya, kegiatan di gereja, kegiatan kerohanian di sekolah atau di kampus, keadaan krisis dan distress. Faktor yang pertama adalah attachment seseorang dengan orangtuanya. Dickie et al (1997 dalam Moriarty 2007) menemukan bahwa terdapat perbedaan pandangan seseorang dalam hubungan dengan orang tua terhadap hubungan dengan Tuhan, yang dinyatakan dalam hipotesis korespondensi dan kompensasi. Hipotesis korespondensi mengatakan jika seseorang memiliki hubungan yang baik dengan orangtuanya, orang tersebut akan memiliki hubungan yang baik pula dengan Tuhan. Mereka menganggap bahwa orangtua adalah sosok nyata dari Tuhan. Contohnya persepsi ayah yang peduli dikaitkan dengan Tuhan dilihat sebagai figur yang penuh dengan kasih dan kepedulian, persepsi tentang ibu yang sabar dikaitkan dengan gambaran Tuhan yang juga penuh dengan kesabaran. Seperti pada pengurus Komisi Remaja jika mereka memiliki hubungan yang secure dengan orang tuanya, akan lebih mudah untuk memiliki hubungan yang secure pula dengan Tuhan.


(21)

13

Universitas Kristen Maranatha

Dalam hipotesis kompensasi, anak-anak yang attachment dengan orang tuanya terganggu akibat kehilangan dan atau keterpisahan (perceraian/ kematian), mereka kembali kepada Tuhan sebagai figur attachment ketika adanya permasalahan (Kirkpatrick, 2005). Mereka mencari Tuhan sebagai tempat perlindungan, tempat yang memberi rasa aman dan sebagai pengganti dari hilangnya figur attachment tersebut. Seperti pengurus Komisi Remaja yang kedua orang tuanya tidak rukun, akan mencari Tuhan dan ikut melayani di gereja karena merasa mendapatkan rasa aman ketika berada dekat dengan Tuhan. keadaan ini memungkinkan bagi pengurus Komisi Remaja memiliki attachment to God yang secure.

Faktor sosialisasi dalam hal ini adalah sosialisasi bagi pengurus remaja yaitu kegiatan kerohanian yang dilakukan pihak Pengurus Komisi Remaja yang secara aktif melayani dan lebih sering mengikuti kegiatan pembinaan rohani, lebih sering mendengarkan Firman Tuhan, memiliki waktu pribadi dengan Tuhan melalui doa ataupun saat teduh memungkinkan memiliki attachment to God yang secure. Faktor lainnya mengenai hubungan dengan Tuhan bisa juga mereka dapatkan dari lembaga tempat mereka bersekolah atau kuliah. Jika mereka aktif dalam aktivitas kerohanian di sana, mereka akan memperoleh pengenalan yang lebih baik tentang Tuhan dan lebih memungkinkan untuk memiliki attachment to God yang secure. Faktor lainnya berhubungan dengan situasi-situasi yang tidak nyaman seperti krisis dan distress, sakit dan cedera, serta kematian dan grieving. Dalam situasi-situasi tersebut dapat terlihat lebih jelas hubungan seseorang dengan Tuhannya. Argyle dan Beit Hallahmi (1997) mengatakan individu lebih banyak berdoa dibandingkan pergi ke gereja saat mengalami keadaan yang stressful. Seperti pengurus Komisi Remaja yang mengalami keadaan stres pada saat menghadapi banyaknya tugas di kampus atau di sekolah, mereka akan lebih banyak berdoa kepada Tuhan, berdoa dapat memberikan rasa tenang dan kekuatan dalam menghadapi cobaan. Kondisi tersebut menjadikan seseorang untuk lebih dekat dengan


(22)

14

Universitas Kristen Maranatha

Tuhan dan memiliki attachment to God yang secure. Dalam hal kematian dan grieving, Loveland (1968 dalam Kirkpatrick 2005) mengatakan bahwa individu yang kehilangan akan lebih religius dan banyak berdoa, namun isi spesifik dari kepercayaan dasar mereka tidak terpengaruh. Kehilangan figur attachment utama (orang tua atau pasangan) mengakibatkan individu mencari sosok pengganti atau mengandalkan figur sekunder sebelumnya seperti mencari Tuhan. Begitu pula pada pengurus Komisi Remaja yang pernah mengalami keterpisahan atau kehilangan figur yang signifikan dalam hidupnya baik itu orang tua ataupun saudara, mereka akan mencari sosok lain seperti mencari Tuhan sebagai figur sekunder. Keadaan ini memungkinkan bagi mereka untuk memiliki attachment to God yang secure dalam keadaan yang tidak menyenangkan. Mereka mencari Tuhan sebagai tempat perlindungan rasa aman. Faktor krisis dan distress menunjang seorang pengurus Komisi Remaja untuk memiliki attachment yang secure.

Bagan 1.1 Skema Kerangka Pikir

Preoccupied

Dismissing

Fearful Secure

Attachment to God pada pengurus Komisi Remaja GKI X

Bandung

Faktor-faktor yang memengaruhi : - Hubungan/attachment dengan

orangtua

- Kegiatan di gereja

- Kegiatan kerohanian di sekolah atau di kampus

- Krisis dan distress

Dimensi Anxiety

Dimensi Avoidance Pengurus Komisi

Remaja GKI X Bandung

Tahap remaja akhir: -Perkembangan kognitif -Perkembangan kepribadian -Perkembangan sosial


(23)

15

Universitas Kristen Maranatha

1.6 Asumsi Penelitian

Asumsi penelitian ini adalah

 Pengurus Komisi Remaja berada pada usia 16-20 tahun dan sedang berada pada tahap remaja akhir.

 Banyak tantangan yang dialami oleh pengurus Komisi Remaja, dalam melakukan tugasnya yaitu dalam pelayanan, pembagian waktu antara keluarga, sekolah dan pelayanan di gereja sehingga dibutuhkan attachment to God.

Attachment to God diukur melalui dua dimensi yaitu dimensi anxiety dan avoidance.

Berdasarkan tinggi rendahnya tingkat anxiety dan avoidance dapat diperoleh empat model attachment to God, yaitu secure, dismissing, preoccupied, dan fearful. Faktor-faktor yang memengaruhi attachment to God adalah hubungan dengan

orang tua, kegiatan-kegiatan di gereja yang diikuti oleh pengurus Komisi Remaja, sosialisasi mengenai Tuhan dari lingkungan sekolah atau kampus, dan juga kondisi krisis atau distress.


(24)

47

Universitas Kristen Maranatha

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat diperoleh kesimpulan mengenai attachment to God pada Pengurus Komisi Remaja GKI X Bandung sebagai berikut :

1. Pengurus Komisi Remaja GKI X Bandung lebih banyak memiliki model attachment to God yang fearful dibandingkan dengan model attachment to God yang lain yaitu model secure, dismissing dan preoccupied.

2. Faktor yang cenderung terkait dengan pembentukan model attachment to God yang secure pada Pengurus Komisi Remaja adalah kegiatan kerohanian di sekolah atau kampus.

5.2 Saran

Dari penelitian ini saran yang dapat diberikan peneliti, yaitu:

5.2.1 Saran Teoretis

Bagi peneliti lain yang berminat untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai attachment to God, disarankan :

1. Melakukan penelitian kontribusi faktor-faktor terhadap model attachment to God pada remaja.


(25)

48

Universitas Kristen Maranatha

2. Melakukan penelitian gabungan kuantitatif dan kualitatif agar dapat memahami proses terbentuknya model attachment to God pada usia remaja.

5.2.2 Saran Praktis

1. Bagi Pengurus Komisi Remaja GKI X Bandung, hasil penelitian model attachment to God ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi program kegiatan yang diadakan oleh Komisi Remaja agar dapat membantu pengurus untuk memiliki hubungan yang dekat dengan Tuhan.

2. Pengurus Komisi Remaja GKI X Bandung juga diharapkan untuk lebih terlibat dalam kegiatan kerohanian di sekolah atau di kampusnya masing-masing sehingga dapat membantu pengurus untuk memiliki hubungan yang dekat dengan Tuhan.

3. Bagi Majelis Jemaat GKI X Bandung, hasil penelitian attachment to God ini dapat digunakan sebagai pendorong untuk membuat pembinaan sesuai dengan karakteristik remaja dan model attachment to God yang dimiliki. Pembinaan dapat dilakukan dengan membuat caregroup atau komsel bagi pengurus.


(26)

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI ATTACHMENT TO GOD PADA

PENGURUS KOMISI REMAJA GKI ‘X’ BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk menempuh sidang sarjana pada Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha

Oleh : Jessy Septiany

1130201

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG


(27)

ii


(28)

(29)

(30)

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memperkenankan penulis untuk menyelesaikan penelitian ini. Penelitian ini dibuat sebagai syarat untuk dapat menyelesaikan studi Sarjana Psikologi pada Universitas Kristen Maranatha.

Pada kesempatan ini penelitian difokuskan pada judul “Studi Deskriptif Mengenai Attachment to God Pada Pengurus Komisi Remaja GKI X Bandung. Peneliti menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan yang ada. Oleh karena itu peneliti sangat mengharapkan kesediaan semua pihak yang terkait untuk dapat memberikan kritik serta saran yang dapat membangun penelitian ini sehingga dapat berguna bagi penelitian lainnya dimasa yang akan datang.

Penyusunan dan penulisan penelitian ini tidak mungkin terwujud tanpa adanya dukungan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti hendak menyampaikan ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam kelancaran proses penyusunan dan penulisan penelitian ini, yang ditujukan kepada:

1. Ibu Dr. Irene P Edwina M.Si., psikolog, sebagai Dekan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha, Bandung.

2. Ibu Dra. Sianiwati S Hidayat M.Si, psikolog dan Ibu Heliany Kiswantomo M.Si, psikolog sebagai dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, masukan dan dukungan kepada peneliti selama penyusunan penelitian ini.

3. Pengurus Komisi Remaja GKI X Bandung yang telah bersedia menjadi responden penelitian dan memberikan informasi yang sangat berguna dalam penelitian ini.


(31)

vi

4. Majelis Jemaat GKI X Bandung yang telah memberikan informasi terkait penelitian dan telah memberikan izin pada peneliti untuk melakukan penelitian.

5. Staf tata usaha Fakultas Psikologi UKM yang telah banyak membantu peneliti dalam menyiapkan surat izin.

6. Ibu, ayah, nenek dan adik-adik selaku keluarga yang selalu mendukung, menyemangati, memberikan fasilitas dan mendoakan peneliti selama penyusunan dan penulisan penelitian ini.

7. Anditia, Soraya, Kartika, Yoshiana, Melisa, Madi dan teman-teman yang selalu menyemangati, mendoakan dan memberikan bantuan selama peneliti mengerjakan penelitian ini.

8. Teman-teman penelitian payung yang telah memberikan banyak bantuan dan referensi pada peneliti dalam mengerjakan penelitian ini.

9. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah membantu dan mendukung peneliti selama mengerjakan penelitian ini.

Bandung, November 2016


(32)

49

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Beck, Richard. & McDonald. (2004). Attachment to God : The Attachment to God Inventory, Tests of Working Model Correspondence, and an Exploration of Faith Group Differences. Journal of Psychology and Theology, 32 (2), 92-103.

______. (2006). God as a Secure Base: Attachment to God and Theological Exploration. Journal of Psychology and Theology. 34 (2). 125-132.

Calvert, Sarah J. (2010). Attachment to God as a Source of Struggle and Strength: Exploring

the Association Between Christian’ Relationship with God and Their Emotional

Wellbeing (Disertasi). Massey University: Albany, New Zealand.

Cooper, Laura B, et al. (2009). Differentiated Styles of Attachment to God and Varying Religious Coping Efforts. Journal of Psychology and Theology, 37 (2), 134-141. Fowler, James W. (1995). Stages of Faith :The Psychology of Human Development. New

York: HarperCollins

Gulo, W. (2002). Metode Penelitian. Jakarta: PT. Grasindo.

Kirkpatrick, Lee A. (2005). Attachment, Evolution, and the Psychology of Religion. New York : The Guilford Press.

_______ & Rowatt, Wade C. (2002). Two Dimensions of Attachment to God and Their Relation to Affect, Religiosity and Personality Construct. 638-651.

McDonald, A., Beck, R., Steve, A., Norsworthy, L. (2005). Attachment to God and Parents: Testing the Correspondence vs Compensation Hypotheses, 21-28.

Moriarty, Glendon L., (2007). God Image Handbook for Spiritual Counseling and Psychotherapy: Research, Theory, and Practice. New York: The Haworth Pastoral Press.

Okozi, Innocent F. (2010). Attachment to God: Its Impact on the Psychological Wellbeing of Persons with Religious Vocation (Disertasi). Seton Hall University: New Jersey. Santrock, John W. (2014). Adolescence, Fifteenth Edition. New York: McGraw-Hill


(33)

50

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR RUJUKAN

Beck, R. (2006). Attachment to God, Part 3: Attachment Styles and God. (Online). (

http://experimentaltheology.blogspot.co.id/2006/12/attachment-to-god-part-3-attachment.html, diakses 14 September 2015).

Hidayat, Sianiwati S., Prasetya, Paulus H., Handayani, Vida., Savitri, Jane., Azizah, Endeh., Wardani, Ria., & Rajagukguk, Robert O. (2015). Panduan Penulisan Skripsi Sarjana. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Pedoman Pelaksanaan GKI. (2009). Jakarta: Gereja Kristen Indonesia.

Sinode GKI. (2010). Sejarah Gereja Kristen Indonesia. (Online). (http://sinodegki.org/tentang-kami/sejarah/, diakses pada 28 Januari 2016).


(1)

(2)

(3)

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memperkenankan penulis untuk menyelesaikan penelitian ini. Penelitian ini dibuat sebagai syarat untuk dapat menyelesaikan studi Sarjana Psikologi pada Universitas Kristen Maranatha.

Pada kesempatan ini penelitian difokuskan pada judul “Studi Deskriptif Mengenai Attachment to God Pada Pengurus Komisi Remaja GKI X Bandung. Peneliti menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan yang ada. Oleh karena itu peneliti sangat mengharapkan kesediaan semua pihak yang terkait untuk dapat memberikan kritik serta saran yang dapat membangun penelitian ini sehingga dapat berguna bagi penelitian lainnya dimasa yang akan datang.

Penyusunan dan penulisan penelitian ini tidak mungkin terwujud tanpa adanya dukungan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti hendak menyampaikan ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam kelancaran proses penyusunan dan penulisan penelitian ini, yang ditujukan kepada:

1. Ibu Dr. Irene P Edwina M.Si., psikolog, sebagai Dekan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha, Bandung.

2. Ibu Dra. Sianiwati S Hidayat M.Si, psikolog dan Ibu Heliany Kiswantomo M.Si, psikolog sebagai dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, masukan dan dukungan kepada peneliti selama penyusunan penelitian ini.

3. Pengurus Komisi Remaja GKI X Bandung yang telah bersedia menjadi responden penelitian dan memberikan informasi yang sangat berguna dalam penelitian ini.


(4)

vi

4. Majelis Jemaat GKI X Bandung yang telah memberikan informasi terkait penelitian dan telah memberikan izin pada peneliti untuk melakukan penelitian.

5. Staf tata usaha Fakultas Psikologi UKM yang telah banyak membantu peneliti dalam menyiapkan surat izin.

6. Ibu, ayah, nenek dan adik-adik selaku keluarga yang selalu mendukung, menyemangati, memberikan fasilitas dan mendoakan peneliti selama penyusunan dan penulisan penelitian ini.

7. Anditia, Soraya, Kartika, Yoshiana, Melisa, Madi dan teman-teman yang selalu menyemangati, mendoakan dan memberikan bantuan selama peneliti mengerjakan penelitian ini.

8. Teman-teman penelitian payung yang telah memberikan banyak bantuan dan referensi pada peneliti dalam mengerjakan penelitian ini.

9. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah membantu dan mendukung peneliti selama mengerjakan penelitian ini.

Bandung, November 2016


(5)

49

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Beck, Richard. & McDonald. (2004). Attachment to God : The Attachment to God Inventory, Tests of Working Model Correspondence, and an Exploration of Faith Group Differences. Journal of Psychology and Theology, 32 (2), 92-103.

______. (2006). God as a Secure Base: Attachment to God and Theological Exploration. Journal of Psychology and Theology. 34 (2). 125-132.

Calvert, Sarah J. (2010). Attachment to God as a Source of Struggle and Strength: Exploring

the Association Between Christian’ Relationship with God and Their Emotional

Wellbeing (Disertasi). Massey University: Albany, New Zealand.

Cooper, Laura B, et al. (2009). Differentiated Styles of Attachment to God and Varying Religious Coping Efforts. Journal of Psychology and Theology, 37 (2), 134-141. Fowler, James W. (1995). Stages of Faith :The Psychology of Human Development. New

York: HarperCollins

Gulo, W. (2002). Metode Penelitian. Jakarta: PT. Grasindo.

Kirkpatrick, Lee A. (2005). Attachment, Evolution, and the Psychology of Religion. New York : The Guilford Press.

_______ & Rowatt, Wade C. (2002). Two Dimensions of Attachment to God and Their Relation to Affect, Religiosity and Personality Construct. 638-651.

McDonald, A., Beck, R., Steve, A., Norsworthy, L. (2005). Attachment to God and Parents: Testing the Correspondence vs Compensation Hypotheses, 21-28.

Moriarty, Glendon L., (2007). God Image Handbook for Spiritual Counseling and Psychotherapy: Research, Theory, and Practice. New York: The Haworth Pastoral Press.

Okozi, Innocent F. (2010). Attachment to God: Its Impact on the Psychological Wellbeing of Persons with Religious Vocation (Disertasi). Seton Hall University: New Jersey. Santrock, John W. (2014). Adolescence, Fifteenth Edition. New York: McGraw-Hill


(6)

50

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Beck, R. (2006). Attachment to God, Part 3: Attachment Styles and God. (Online). (

http://experimentaltheology.blogspot.co.id/2006/12/attachment-to-god-part-3-attachment.html, diakses 14 September 2015).

Hidayat, Sianiwati S., Prasetya, Paulus H., Handayani, Vida., Savitri, Jane., Azizah, Endeh., Wardani, Ria., & Rajagukguk, Robert O. (2015). Panduan Penulisan Skripsi Sarjana. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Pedoman Pelaksanaan GKI. (2009). Jakarta: Gereja Kristen Indonesia.

Sinode GKI. (2010). Sejarah Gereja Kristen Indonesia. (Online). (http://sinodegki.org/tentang-kami/sejarah/, diakses pada 28 Januari 2016).