TINJAUAN YURIDIS TERHADAP HAK ANAK TIRI ATAS HARTA WARISAN ORANG TUA YANG BELUM TERBAGI MENURUT HUKUM ISLAM.

ABSTRAK
TINJAUAN YURIDIS TERHADAP HAK ANAK TIRI ATAS HARTA
WARISAN ORANG TUA YANG BELUM TERBAGI MENURUT HUKUM
ISLAM
Hukum waris adalah hukum yang mengatur perpindahan hak milik
dari pewaris yang telah meninggal dunia kepada ahli warisnya yang masih
hidup. Hukum waris yang digunakan dalam kehidupan masyarakat di
Indonesia dipengaruhi oleh beberapa aspek, salah satu aspek yang
sangat mempengaruhi adalah ketentuan hukum waris berdasarkan agama
yang dianut masyarakat bersangkutan tersebut. Sehingga sering terjadi
perbedaan dalam penyelesaian sengketa waris tersebut. Salah satu
permasalahan yang terjadi adalah bagaimana hak anak tiri terhadap harta
warisan orang tuanya yang belum terbagi menurut Hukum Islam dan
penyelesaian pembagian harta warisan tersebut untuk anak tiri
berdasarkan Hukum Islam.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode pendekatan
yuridis normatif serta menggunakan data berupa bahan primer yaitu
Hukum Islam, yang dianalisis dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku secara yuridis kualitatif, yakni metode penelitian yang bertitik
tolak dari norma-norma, asas-asas, pengertian yang berkaitan dengan
hukum waris dan peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa anak tiri yaitu
berkedudukan sebagai para penggugat bukanlah merupakan ahli waris
dan tidak berhak atas harta warisan peninggalan dari orang tua tirinya
yaitu pewaris. Hal ini berdasarkan Pasal 171 huruf c KHI yang
menyatakan dengan tegas bahwa ahli waris adalah yang mempunyai
hubungan darah atau perkawinan. Namun para penggugat tetap bisa
mendapatkan harta warisan dari orang tua tirinya yaitu melalui wasiat
wajibah sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 209 ayat (2) KHI yang
menyatakan harta yang didapatkan tidak melebihi 1/3 dari harta warisan
orang tua tirinya tersebut.

iv