PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEKERJA OUTSOURCING PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 27/PUU-IX/2011 MENGENAI PENGHAPUSAN PASAL OUTSOURCING DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KET.
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEKERJA OUTSOURCING PASCA
PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 27/PUU-IX/2011
MENGENAI PENGHAPUSAN PASAL OUTSOURCING DIKAITKAN
DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG
KETENAGAKERJAAN
ABSTRAK
Putri Puspitasari
1101.1008.0335
Akibat banyaknya pekerja outsourcing yang dirugikan atas tidak
terpenuhinya hak-hak yang seharusnya mereka dapatkan dan tidak
adanya jaminan perlindungan hukum atas keberlangsungan pekerjaan
mereka. Pada Tahun 2011 muncul inisiatif dari lembaga swadaya
masyarakat (LSM) Aliansi Petugas Pembaca Meter Listrik Indonesia
(AP2MLI) untuk melakukan pengujian terhadap Undang-Undang Nomor
13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan kepada Mahkamah Konstitusi
terkait pengujian terhadap pasal yang didalamnya membahas mengenai
outsourcing yaitu ketentuan Pasal 59, Pasal 64, Pasal 65, dan Pasal 66
yang dianggap inkonstitusional jika tidak menjamin hak-hak pekerja
khususnya pekerja outsourcing. Mahkamah Konstitusi memutuskan
mengabulkan sebagian atas pasal-pasal yang diujikan, yaitu hanya Pasal
65 ayat (7) dan Pasal 66 ayat (2) b yang memuat mengenai Perjanjian
Kerja Waktu Tertentu (PKWT). Tujuan dari adanya Penulisan ini adalah
untuk mengetahui dan mengkaji dampak pengaturan outsourcing pasca
adanya putusan Mahkamah Konstitusi No.27/PUU-IX/2011 dikaitkan
dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
dan juga untuk mengetahui implementasinya di dalam praktik pasca
adanya putusan MK.
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode pendekatan yuridis normatif, yaitu penelitian hukum yang
mengutamakan penelitian kepustakaan dan menekankan pada tinjauan
dari segi ilmu hukum serta implementasinya dalam praktik yaitu mengenai
perlindungan hukum pekerja outsourcing pasca adanya Putusan MK.
Putusan Mahkamah Konstitusi, berdampak pada adanya
perubahan terhadap Undang-Undang Ketenagakerjaan terutama terkait
Pasal PKWT yang dapat berlaku hanya jika menyertakan pengalihan
perlindungan hak-hak pekerja yang objek kerjanya tetap. Dalam
implementasinya pun putusan ini masih menemui banyak kekurangan,
baik dari segi pengaturan, para pihak terkait yang belum menjalankan
putusan ini, maupun peran pengawas yang belum optimal.
iv
PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 27/PUU-IX/2011
MENGENAI PENGHAPUSAN PASAL OUTSOURCING DIKAITKAN
DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG
KETENAGAKERJAAN
ABSTRAK
Putri Puspitasari
1101.1008.0335
Akibat banyaknya pekerja outsourcing yang dirugikan atas tidak
terpenuhinya hak-hak yang seharusnya mereka dapatkan dan tidak
adanya jaminan perlindungan hukum atas keberlangsungan pekerjaan
mereka. Pada Tahun 2011 muncul inisiatif dari lembaga swadaya
masyarakat (LSM) Aliansi Petugas Pembaca Meter Listrik Indonesia
(AP2MLI) untuk melakukan pengujian terhadap Undang-Undang Nomor
13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan kepada Mahkamah Konstitusi
terkait pengujian terhadap pasal yang didalamnya membahas mengenai
outsourcing yaitu ketentuan Pasal 59, Pasal 64, Pasal 65, dan Pasal 66
yang dianggap inkonstitusional jika tidak menjamin hak-hak pekerja
khususnya pekerja outsourcing. Mahkamah Konstitusi memutuskan
mengabulkan sebagian atas pasal-pasal yang diujikan, yaitu hanya Pasal
65 ayat (7) dan Pasal 66 ayat (2) b yang memuat mengenai Perjanjian
Kerja Waktu Tertentu (PKWT). Tujuan dari adanya Penulisan ini adalah
untuk mengetahui dan mengkaji dampak pengaturan outsourcing pasca
adanya putusan Mahkamah Konstitusi No.27/PUU-IX/2011 dikaitkan
dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
dan juga untuk mengetahui implementasinya di dalam praktik pasca
adanya putusan MK.
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode pendekatan yuridis normatif, yaitu penelitian hukum yang
mengutamakan penelitian kepustakaan dan menekankan pada tinjauan
dari segi ilmu hukum serta implementasinya dalam praktik yaitu mengenai
perlindungan hukum pekerja outsourcing pasca adanya Putusan MK.
Putusan Mahkamah Konstitusi, berdampak pada adanya
perubahan terhadap Undang-Undang Ketenagakerjaan terutama terkait
Pasal PKWT yang dapat berlaku hanya jika menyertakan pengalihan
perlindungan hak-hak pekerja yang objek kerjanya tetap. Dalam
implementasinya pun putusan ini masih menemui banyak kekurangan,
baik dari segi pengaturan, para pihak terkait yang belum menjalankan
putusan ini, maupun peran pengawas yang belum optimal.
iv