Kajian Potensi dan Perumusan Strategi Pengembangan Tumbuhan Obat Berbasis Bioregional di Kabupaten Tapin

(1)

KAJIAN POTENSI DAN PERUMUSAN STRATEGI

PENGEMBANGAN TUMBUHAN OBAT BERBASIS

BIOREGONAL DI KABUPATEN TAPIN

JUMALI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

JUMALI. Kajian Potensi dan Perumusan Strategi Pengembangan Tumbuhan Obat Berbasis Bioregional di Kabupaten Tapin. Dibawah bimbingan SISWOYO dan ERVIZAL A.M. ZUHUD.

Kabupaten Tapin memiliki kawasan hutan yang luas dan berbagai etnis yang memiliki kekayaan pengetahuan tradisional dalam penggunaan obat yang cukup tinggi, namun potensi tumbuhan obat di wilayah tersebut sampai saat ini belum diketahui. Di sisi lain, di wilayah tersebut sebagian besar masyarakatnya bermatapencaharian sebagai petani; lahan hutan, perkebunan, dan pertanian sangat luas; dan lahan-lahan yang belum diusahakan masih luas, sehingga kemungkinan sangat potensial untuk pengembangan tumbuhan obat. Dalam rangka menunjang keberhasilan pengembangan tumbuhan obat berbasis bioregional di wilayah tersebut, maka penelitian ini perlu dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan potensi tumbuhan obat di Kabupaten Tapin dan kelayakan pengembangan tumbuhan obat berbasis bioregional setiap kecamatan di Kabupaten Tapin.

Metode penelit ian secara garis besar terdiri dari 4 (empat) kegiatan utama, yaitu pengumpulan data (data sekunder dan primer), identifikasi jenis -jenis tumbuhan obat, pengolahan dan analisis data.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah jenis tumbuhan obat yang terdapat di Kabupaten Temanggung sebanyak 212 jenis dari 69 famili dan dapat dikelompokkan kedalam 32 kelompok penyakit/penggunaan, 7 habitus, dan 50 macam bagian tumbuhan obat yang digunakan. Jenis-jenis tumbuhan obat unggulan yang dapat dikembangkan di Kabupaten Tapin berkisar antara 20-29 jenis, dimana tertinggi di Kecamatan Piani sebanyak 29 jenis dan terendah di 9 kecamatan lainnya masing-masing sebanyak 20 jenis. Jenis-jenis tumbuhan obat

unggulan Kabupaten Tapin, antara lain : Alpinia galanga (L.) Swartz.,

Cinnamomum burmanii (Nees.) Bl., Cinnamomum sintoc Bl., Curcuma domestica

Val., Curcuma xanthorrhiza Roxb., Eurycoma longifolia Jack., Ficus deltoidea

Jack., Kaempferia galanga L., Parkia roxburghii G. Don., dan Zingiber officinale

Roxb.

Pengembangan tumbuhan obat berbasis bioregional pada setiap kecamatan di Kabupaten Tapin termasuk layak dari segi ketersediaan jenis -jenis tumbuhan obat unggulan dan kesesuaian kondisi bioekologisnya, namun tidak layak jika dilihat dari dukungan kebijakan dan peraturan perundangan serta kelembagaan dan kemitraannya. Strategi yang dapat diterapkan dalam pengembangan tumbuhan berbasis bioregional di Kabupaten Tapin, meliputi : pembentukan kelompok pegembangan tumbuhan obat, pengembangan tumbuhan obat hutan, pengembangan budidaya tumbuhan obat unggulan, pengembangan produk-produk obat tradisional, penguatan kelembagaan, dan peningkatan kualitas sumberdaya manusia.


(3)

Penulis dilahirkan di Ngawi pada tanggal 6 Oktober 1967 sebagai anak kelima dari tujuh bersaudara dari Ayah Ahmad Thohari (alm) dan Ibu Suminah dan telah menikah dengan Mardiana Puspawati, S.Pt serta telah dikaruniai 2 orang anak, Faqihuddin Ali Akbar dan Ahmad Sholahuddin Ramadhan. Penulis menamatkan Sekolah Dasar pada tahun 1980 di SD Negeri Banyubiru II Kabupaten Ngawi. Tiga tahun kemudian menyelesaikan Sekolah Menengah Pertama Negeri I Walikukun, Kabupaten Ngawi. Sekolah Menengah Teknolo gi Pertanian (SMT Pertanian) Negeri Sragen diselesaikan tahun 1986 di Sragen Jawa Tengah. Pada tahun 1994 penulis menyelesaikan kuliah di Diploma III/Akta III Program Studi Pendididikan Guru Kejuruan Pertanian (PGKP) Fateta IPB Bogor dan IKIP Jakarta. Tahun 2000 penulis menyelesaikan kuliah tingkat Sarjana (S-1) pada Fakultas Pertanian Jurusan Produksi Ternak Universitas Islam Kalimantan (Uniska) Banjarmasin. Sejak bulan September 2004, penulis melanjutkan pendidikan Magister Profesi pada Sub Program Studi Konservasi Biodiversitas, Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Sejak tahun 1986 sampai 1994 penulis bekerja sebagai Staf Tata Usaha di SMT Pertanian Negeri Rantau dan sejak tahun 1996 sampai sekarang penulis bekerja sebagai Staf Pengajar tetap (PNS) di SMK Negeri I Tapin selatan.


(4)

ÉOŠÏm§•9$#

Bismillaahirrohmaanirrohiim

ö@è%

bÎ)

tb%x.

öNä.ät!$t/#uä

öNà2ät!$oYö/r&ur

öNä3çRºuq÷zÎ)ur

ö/ä3ã_ºurø—r&ur

óOä3è?uŽ•Ï±tãur

îAºuqøBr&ur

$ydqßJçGøùuŽtIø%$#

×ot•»pgÏBur

tböqt±øƒrB

$ydyŠ$|¡x.

ß`Å3»|¡tBur

!$ygtRöq|Êö•s?

¡=ymr&

Nà6ø‹s9Î)

šÆÏiB

«!$#

¾Ï&Î!qß™u‘ur

7Š$ygÅ_ur

’Îû

¾Ï&Î#‹Î7y™

(#qÝÁ-/uŽtIsù

4Ó®Lym

š†ÎAù'tƒ

ª!$#

¾ÍnÍ•öDr'Î/

3

ª!$#ur

Ÿw

“ωöku‰

tPöqs)ø9$#

šúüÉ)Å¡»xÿø9$#

ÇËÍÈ

Katakanlah, “Jika Bapak bapak, anak-anak,

saudara-saudara, isteri-isteri, kaum

keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan,

perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan

rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai,

adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan

Rasul-Nya dan (dari) berjihad di Jalan-Nya,

maka tunggulah sampai Allah mendatangkan

keputusan-Nya “. Dan Allah tidak memberi

petunjuk kepada orang-orang fasik. (QS.

At-taubah:24).

Ada tujuh golongan yang Allah akan

menaunginya pada saat tidak ada naungan kecuali

naungan-Nya .... Orang yang mengingat Allah

ketika sendirian sehingga bercucuran

air

matanya (HR. Mutafaq’alaih).

Ku persembahkan karya kecilku kepada orang-orang yang mencintai dan menyayangiku, terutama kepada yang tercinta istriku Mardiana Puspawati, S.Pt binti Sunardi dan kedua


(5)

merelakan kebersamaan dan kasihsayang Abi terbagi dan semoga menjadikan bekal semangat untuk menatap hari-hari depan yang penuh dengan onak dan duri dengan tetap dalam Iman ,Islam dan Perjuangan ,Amiin.


(6)

BIOREGIONAL DI KABUPATEN TAPIN

Nama : Jumali

NRP : E. 051040375

Program Studi : Ilmu Pengetahuan Kehutanan

Sub Program Studi : Konservasi Biodiversitas

Disetujui, Komisi Pembimbing

Ir. Siswoyo, M.Si Ketua

Ir. Ervizal A.M. Zuhud, MS Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Dede Hermawan, M.Sc Prof. Dr. Ir. Syafrida Manuwoto, M.Sc


(7)

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia -Nya, penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Kajian Potensi dan Perumusan Strategi Pengembangan Tumbuhan Obat Berbasis Bioregonal di Kabupaten Tapin ”. Penelitian ini dilakukan dalam rangka memenuhi persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Magister Profesi pada Sub Program Studi Konservasi Biodiversitas, Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan , Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar -besarnya kepada kepada, Bapak Ir. Siswoyo, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir.Ervizal. A.M. Zuhud, MS selaku Anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan saran dan bimbingannya sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Agus Hikmat, M.Sc selaku penguji di luar komisi pembimbing yang telah menguji dan memberikan masukan guna perbaikan tesis ini.

Ucapan terima kasih yang tak terhingga juga penulis sampaikan kepada Pemerintah Kabupaten Tapin dan masyarakat lokal di Desa (Balawain Hulu, Balawaian Hilir, Budi Mulia, Puncak harapan, Hiyung dan Pandahan) yang telah berbagi ilmu dan membantu penulis selama penelitian berlangsung dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis.

Akhirnya ucapan terima kasih dan penghargaan tak terhingga penulis sampaikan kepada orang tua, Istri dan keluarga tercinta serta rekan-rekan mahasiswa Sub Program Studi Konservasi Biodiversitas yang telah mendukung dan mengiringi penulis dengan do’anya. Penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang mungkin memerlukannya. Saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk penyempurnaan tesis ini.

Bogor, Maret 2006 Penulis


(8)

Tesis ini pada lembar aslinya memang tidak lengkap

(daftar isi, daftar table , daftar lampiran tidak ada)


(9)

Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara megadiversity yang memiliki

keanekaragaman hayati berupa tumbuhan obat yang sangat tinggi. Salah satu lokasi tempat penyebaran jenis-jenis tumbuhan obat tersebut adalah di Kabupaten Tapin.

Kabupaten Tapin termasuk salah satu kabupaten yang terletak di wilayah Kalimantan Selatan, dengan luas wilayah seluas 217.495 ha. Menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapin dan Bappeda Kabupaten Tapin Tahun 2003, di Kabupaten Tapin terdapat kawasan hutan seluas 23.061 ha, dengan rincian : hutan negara seluas 10.406 ha dan hutan rakyat seluas 12.655 ha. Disamping itu di Kabupaten Tapin juga terdapat berbagai etnis yang memiliki kekayaan pengetahuan tradisional dalam penggunaan obat yang cukup tinggi. Suku/etnis yang menghuni di wilayah Kabupaten Tapin, antara lain: Banjar, Jawa, Dayak, Madura dan Sunda. Berdasarkan informasi tersebut menunjukkan bahwa di wilayah Kabupaten Tapin kemungkinan besar dapat ditemukan keanekaragaman jenis tumbuhan obat yang tinggi, namun potensi tumbuhan obat di wilayah tersebut sampai saat ini belum d iketahui.

Di sisi lain, luas wilayah hutan di Kabupaten Tapin semakin lama semakin berkurang sebagai akibat adanya konversi hutan menjadi areal penggunaan lain, sehingga produksi hasil hutan berupa kayu menurun dan keanekaragaman jenis tumbuhan obatpun yang terdapat di areal tersebut juga ikut menurun. Pengetahuan tradisional masyarakat dalam pemanfaatan tumbuhan obat di Kabupaten Tapin semakin lama juga semakin menurun sebagai akib at masuknya budaya modern yang mengakibatkan banyak masyarakat yang beralih ke pengobatan moderen. Apabila hal tersebut terus dibiarkan dikhawatirkan akan meningkatkan jumlah pengangguran terutama yang bekerja di bidang industri perkayuan, kelangkaan dan bahkan kepunahan dari jenis -jenis tumbuhan obat, serta punahnya pengetahuan tradisional masyarakat di Kabupaten Tapin dalam pemanfaatan tumbuhan obat. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan cara mengembangkan tumbuhan obat berbasis bioregional di Kabupaten Tapin.


(10)

Disamping itu, lapangan pekerjaan bagi masyarakat di Kabupaten Tapin masih terbatas dan pendapatan asli daerahnyapun masih tergolong rendah . Sebagai gambaran, Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Kabupaten Tapin tahun 2003 sebesar Rp. 344.569.839, PDRB tahun 2003 sebesar Rp. 834.463.016, dan pendapatan regional perkapita sebesar Rp. 5.714.091. Jika hal tersebut dilakukan terus dibiarkan, maka jumlah pengangguran dan jumlah masyarakat yang tergolong miskin akan meningkat. Pengembangan tumbuhan obat di Kabupaten Tapin merupakan salah satu upaya yang dapat diterapkan guna menciptakan lapangan pekerjaan dan mengatasi adanya kemiskinan.

Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Tapin tahun 2004, sepuluh jenis penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat di Kabupaten Tapin dari tahun 2001-2003 adalah penyakit ISPA (18.361 orang), penyakit pada sistem jaringan otot dan lainnya (5.954 orang), darah tinggi (3.943 orang), kulit alergi (3.281 orang), diare (2.497 orang), kulit infeksi (2.223 orang), penyakit lain pada saluran pernafasan bagian bawah (2.094 orang), gangguan gigi (2.094 orang), asma (2.011 orang) dan penyakit lainnya (13.346 orang); dengan jumlah total penderita selama tiga tahun rata-rata sebanyak 55.805 orang. Informasi ini menunjukkan bahwa permintaan tumbuhan obat di Kabupaten Tapin di masa mendatang akan meningkat, sehingga pengembangan tumbuhan obat di lokasi tersebut sangat diperlukan. Hal ini juga didukung oleh adanya jumlah penduduk yang terus meningkat, makin mahalnya harga obat moderen, tersedianya sarana-prasarana kesehatan dan tenaga medis, serta adanya berbagai etnis yang sudah terbiasa memanfaatkan tumbuhan sebagai obat. Selain itu, di Kabupaten Tapin,

Dengan adanya masyarakat di Kabupaten Tapin yang sebagian besar bermatapencaharian sebagai petani (60,85%); lahan hutan, perkebunan, dan pertanian yang sangat luas; dan masih luasnya tanah sawah dan tanah kering yang belum diusahakan di wilayah tersebut diharapkan akan lebih mampu mendukung keberhas ilan pengembangan tumbuhan obat berbasis bioregional di Kabupaten Tapin.

Perumusan Masalah

Terancamnya kelestarian tumbuhan obat di Kabupaten Tapin disebabkan karena adanya konversi hutan menjadi areal penggunaan lain, masih sedikitnya


(11)

jenis-jenis tumbuhan obat yang dibudidayakan, dan masih kurangnya pemahaman masyarakat terhadap pentingnya kelestarian tumbuhan obat. Adanya konversi hutan menjadi areal penggunaan lain akan mengakibatkan produksi kayu hutan menurun dan banyak industri perkayuan yang tidak dapat beroperasi. Sebagai akibatnya jumlah pengangguran dan penduduk miskin meningkat.

Disamping itu, terkikisnya pengetahuan tradisional masyarakat di Kabupaten Tapin dalam memanfaatkan tumbuhan sebagai obat disebabkan oleh masuknya budaya modern yang mengakibatkan banyak masyarakat yang beralih ke pengobatan moderen dan masih kurangnya pewarisan pengetahuan tersebut ke generasi selanjutnya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan cara mengembangkan tumbuhan obat berbasis bioregional di Kabupaten Tapin, namun informasi tentang potensi tumbuhan obat di Kabupaten Tapin sampai saat ini belum tersedia.

Di sisi lain, kecenderungan permintaan tumbuhan obat di Kabupaten Tapin akan meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk, makin mahalnya harga obat moderen, banyaknya masyarakat yang menderita penyakit, dan adanya kebiasaan berbagai etnis dalam memanfaatkan tumbuhan sebagai obat.

Selain itu, kondisi Kabupaten Tapin di masa yang akan datang luas tanah sawah dan tanah kering yang belum diusahakan harus dimanfaatkan secara

optimal; sumberdaya manusia (masyarakat yang sebagian besar

bermatapencaharian sebagai petani, tenaga medis dan lainnya) harus dilibatkan secara aktif; nilai produktivitas lahan hutan, perkeb unan, dan pertanian yang sangat luas dapat ditingkatkan; serta pemanfaatan sarana-prasarana kesehatan, apotik dan toko obat/jamu harus lebih optimal.

Keberhasilan dalam pengembangan tumbuhan obat berbasis bioregional di setiap kecamatan secara garis besar d ipengaruhi oleh 4 (empat) faktor, yaitu (1) ketersediaan jenis -jenis tumbuhan obat potensial/unggulan yang dapat dikembangkan di setiap kecamatan, (2) kesesuaian kondisi ekologis setiap kecamatan dengan jenis-jenis tumbuhan obat unggulan, (3) dukungan kebijakan dan peraturan perundangan, serta (4) dukungan kelembagaan dan kemitraan .

Ketersediaan informasi tentang jenis -jenis tumbuhan obat yang dapat dikembangkan di setiap kecamatan dapat dilakukan dengan cara mengkaji


(12)

keanekaragaman jenis tumbuhan obat, ketersediaan informasi tentang teknik pengembangan tumbuhan obat (budidaya, pasca panen, dan pengolahan), aspek ekonomis (pemasaran simplisia), pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat (etnobotani), dan jenis -jenis penyakit yang banyak diderita oleh mas yarakat. Kesesuaian kondisi ekologis setiap kecamatan dengan jenis -jenis tumbuhan obat yang akan dikembangkan dapat dilakukan dengan cara mengkaji kesesuaian ketinggian tempat setiap kecamatan dengan jenis -jenis tumbuhan obat yang akan dikembangkan. Dukungan kebijakan dan peraturan perundang-undangan dapat dilakukan dengan cara mengkaji terhadap kebijakan dan peraturan perundang-undangan yang sudah ada dan persepsi seluruh instansi-instansi terkait. Dukungan kelembagaan dan kemitraan dapat dilakukan dengan cara mengkaji tugas dan peran masing-masing instansi terkait, serta adanya kemungkinan terbentuknya kemitraan antara petani dengan industri obat tradisional.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan : 1. Potensi tumbuhan obat di Kabupaten Tapin,

2. Kelayakan pengembangan tumbuhan obat berbasis bioregional setiap

kecamatan di Kabupaten Tapin.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam pengembangan tumbuhan obat di Kabupaten Tapin, baik pemerintah maupun pihak-pihak terkait lainnya.

Kerangka Pemikiran

Keberhasilan dalam pengembangan tumbuhan obat berbasis bioregional pada setiap kecamatan di Kabupaten Tapin dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu (1) memilih jenis -jenis tumbuhan obat yang potensial, baik secara ekologis, teknis, ekonomis, relevan dengan jenis -jenis penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat, dan sudah biasa digunakan oleh masyarakat setempat; (2) memilih jenis-jenis tumbuhan obat potensial yang sesuai dengan kondisi ekologis


(13)

masing-masing kecamatan, (4) adanya dukungan kebijakan dan peraturan perundang-undangan, dan (6) adanya dukungan kelembagaan dan kemitraan.

Untuk melihat sejauh mana cara-cara tersebut di atas dapat mempengaruhi keberhasilan dalam pengembangan tumbuhan obat berbasis bioregional pada setiap kecamatan d i Kabupaten Tapin , maka perlu dilakukan kajian dan analisis terhadap : (1) ketersediaan jenis -jenis tumbuhan obat potensial/unggulan yang dapat dikembangkan di setiap kecamatan, (2) kesesuaian kondisi ekolo gis setiap kecamatan dengan jenis -jenis tumbuhan obat potensial/unggulan , (3) adanya dukungan kebijakan dan peraturan perundangan, serta (4) adanya kelembagaan dan kemitraan .

Secara skematis kerangka pemikiran kajian potensi dan perumusan strategi pengembangan tumbuhan obat berbasis bioregional di Kabupaten Tapin disajikan pada Gambar 1.


(14)

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian kajian potensi dan perumusan strategi pengembangan tumbuhan obat berbasis bioregional di Kabupaten Tapin

Kajian potensi tumbuhan obat Kajian kondisi wilayah setiap kecamatan

Kajian kelembagaan dan kemitraan PENGEMBANGAN TUMBUHAN OBAT

BERBASIS BIOREGIONAL DI KABUPATEN TAPIN

KONDISI PENGEMBANGAN TUMBUHAN OBAT DI

KABUPATEN T APIN DI MASA DATANG

• Potensi tumbuhan obat di Kabupaten T apin diketahui

• Tumbuhan obat potensial di setiap kecamatan dibudidayakan oleh masyarakat

• Potensi tumbuhan obat digunakan sebagai media pem belajaran di sekolah

• Terjaminnya kelestarian tumbuhan obat

• Terciptanya lapangan kerja baru

• PDRB dan PAD meningkat KONDISI PENGEMBANGAN TUMBUHAN OBAT DI

KABUPATEN TTAPIN SAAT INI

Potensi :

• Luas lahan hutan, perkebunan dan pertanian sangat luas (223.066 ha atau 82,60%)

• Terdapat minimal 5 etnis/suku (Banjar, Jawa, Dayak, Madura dan Sunda)

• Lahan sawah dan lahan kering yang belum diusahakan cukup luas (28,20% dari total wilayah)

• Sebagian besar penduduk bermatapencaharian sebagai petani (60,85%).

• Masyarakat yang menderita penyakit cukup banyak

• Sarana-prasarana kesehatan dan tenaga medis tersedia

Permasalahan :

• Konversi lahan hutan menjadi areal penggunaan lainnya meningkat .

• Produksi kayu hutan menurun

• Pengetahuan tradisional pemanfaatan tumbuhan obat masyarakat terkikis

• Potensi jenis tumbuhan obat belum diketahui

• Pengembangan tumbuhan obat belum dilakukan

• Lapangan kerja terbatas ANCAMAN

• Kelestarian tumbuhan obat terancam

• Pengangguran meningkat

• Kemiskinan meningkat

Kajian kebijakan dan peraturan

perundangan

KELAYAKAN PENGEMBANGAN TUMBUHAN BERBASIS BOREGIONAL DI KABUPATEN TAPIN

• Ketersediaan jenis-jenis tumbuhan obat potensial/unggulan di setiap kecamatan

• Kesesuaian kondisi ekologis setiap kecamatan dengan jenis-jenis tumbuhan obat potensial/unggulan

• Adanya dukungan kebijakan dan peraturan perundangan

• Adanya k elembagaan dan kemitraan

Keanekaragaman Jenis tumbuhan obat Peraturan perundangan Ketinggian tempat Kemitraan Kelembagaan Pemasaran Teknik pengembangan Kebijakan

Jenis-jenis penyakit yang diderita masyarakat Tanah Etnobotani Sosial, ekonomi danbudaya masyarakat


(15)

Potensi Tumbuhan Obat

Organisasi kesehatan Persatuan Bangsa-Bangsa telah mengumpulkan daftar kurang lebih 21.000 spesies tumbuhan yang digunakan di seluruh dunia dalam pengobatan. Diperkirakan 2.000-3.000 spesies digunakan untuk pengobatan di Asia Tenggara. Jumlah tumbuhan obat di Indonesia diperkirakan 1.000 spesies (Soepadmo, 1991).

Tumbuhan obat telah digunakan oleh masyarakat Indonesia sejak ratusan tahun yang lalu. Pengalaman nenek moyang kita dalam meramu tumbuhan untuk pengobatan tradisional telah diwariskan dari generasi ke generasi. Penggunaan tumbuhan secara tradisional untuk pengobatan di Indonesia kembali ke zaman prasejarah. Seni dan pengetahuan penggunaaan tumbuhan sebagai obat diturunkan secara lisan dari generasi ke generasi. Beberapa tumbuhan yang masih digunakan dalam pengobatan tradisional dapat ditemukan pada dinding-dinding candi di Jawa seperti : Borobudur, Prambanan, Penataran, dan Sukuh. Tumbuhan tersebut antara lain: Aegle marmelos (L.) Correa., Antidesma bunius

(L.) Sprengel, Borassus flabellifer L., Calophyllum inophyllum L., Datura metel

L., dan Syzygium cumini (L.) Skeels. (De Padua, Bunyapraphatsara dan Lemmens, 1999).

Indonesia memiliki pula keanekaragaman budaya yang ditunjukkan oleh keanekaragaman suku bangsa yang mendiaminya. Diperkirakan kawasan Indonesia dihuni oleh sekitar 350 suku bangsa asli yang hidup di dalam dan sekitar hutan. Setiap suku bangsa tersebut memiliki sistem pengetahuan yang khas dalam mengelola keanekaragaman hayati dan dan lin gkungan di sekitarnya (Tim Ekspedisi Biota Medika, 1998).

Potensi Pasar Tumbuhan Obat

Tumbuhan obat memiliki nilai ekonomi yang tinggi, namun diperkirakan masih banyak bahan obat-obatan ini dihasilkan dari populasi tumbuhan liar (Lange dan Schippman, 1997). Peluang bisnis tumbuhan yang berkhasiat obat sangat menjanjikan, karena selain digunakan oleh bangsa sendiri, juga diminati


(16)

oleh pasar dunia. Hal ini menyebabkan kecenderungan permintaan produk herbal yang berasal dari tumbuhan meningkat dengan cepat (Dwiyanto, 2000)

Di seluruh dunia sejak awal peradaban, manusia memakai tumbuhan sebagai

obat. Nenek moyang orang Mesir menggunakan pohon Sycamore, (minyak dari

pohon) Cedar dan minyak dari Camomile. Orang Mesopotamia menggunakan

minyak castor/minyak jarak, mirh, secar, terpentine, henbane, asafetida, mint, poppy, fig dan mandrake. Tabib Indian telah mengetahui hampir seribu tumbuhan

obat termasuk obat penenang Raulwolfia. Cina juga mempunyai tumbuhan obat

Chaulmoogra digunakan leprosia jauh sebelum dikenal oleh orang di Eropa.

Tumbuhan obat “Ma Huang” (Ephedra vulgaris) mengandung alkaloid ephedrin

yang mana banyak berpengaruh terhadap kemajuan pengobatan di Barat terutama bagi penyakit asma dan sejenisnya (Holdsworth, 1977).

Pengembangan Tumbuhan Obat

Menurut Zuhud, Ekarelawan dan Riswan (1994), tumbuhan obat adalah seluruh spesies tumbuhan yang diketahui mempunyai khasiat obat, yang dikelompokkan menjadi: (1) tumbuhan obat tradisional (spesies tumbuhan yang diketahui atau dipercaya masyarakat mempunyai khasiat obat dan telah digunakan sebagai bahan baku obat tradisional), (2) tumbuhan obat modern (spesies tumbuhan yang secara ilmiah telah dibuktikan mengandung senyawa/bahan bioaktif dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara medis), dan (3) tumbuhan obat potensial (spesies, tumbuhan yang diduga mengandung senyawa/bahan bioaktif yang berkhasiat obat, tetapi belum dibuktikan secara ilmiah atau penggunaannya sebagai bahan obat tradisional sulit ditelusuri).

Definisi tumbuhan obat menurut Deperte men Kesehatan RI sebagaimana yang tercantum dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 149/SK/Menkes/IV/1978 adalah sebagai berikut:

a. Tanaman atau bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan obat tradisional atau jamu.

b. Tanaman atau bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan pemula bahan

baku obat (prokursor).

c. Tanaman atau bagian tanaman yang diekstraksi dan ekstrak tanaman tersebut digunakan sebagai obat.


(17)

Menurut Siswoyo dan Zuhud (2002), pengelolaan bioregional adalah suatu bentuk pengelolaan ruang (berikut semua isinya) yang lebih integratif. Bioregion merupakan unit perencanaan ruang dalam pengelolaan sumberdaya alam, yang tidak ditentukan oleh batasan politik dan administratif, tetapi dibatasi oleh batasan geografik, komunitas manusia serta sistem ekologi. Dalam suatu cakupan bioregion, terdapat mozaik lahan dengan fungsi konservasi maupun budidaya yang terikat satu sama lain secara ekologis.

Secara ideal pengelolaan bioregional menyandarkan dirinya pada tiga komponen, yaitu :

1. Komponen ekologi terdiri atas kawasan-kawasan ekosistem alam yang saling

berhubungan satu sama lain melalui koridor, baik habitat alami maupun semi alami,

2. Komponen ekonomi, yang mendukung usaha pendayagunaan keanekaragaman

hayati secara berkelanjutan dalam matriks kawasan budidaya dengan pengembangan budidaya jenis -jenis unggulan setempat,

3. Komponen sosial budaya, yang dapat memfasilitasi partisipasi masyarakat

lokal dalam perencanaan dan pengambilan keputusan mengenai pemanfaatan sumberdaya alam serta memberikan peluang bagi pemenuhan kebutuhan sosial budaya secara lintas generasi.

Orang Bukit (Dayak Meratus) adalah salah satu masyarakat bersahaja yang mendiami wilayah bergunung -gunung dan berhutan di sepanjang kawasan Pegunungan Meratus di Kalimantan Selatan (Radam, 2001). Orang Bukit merupakan salah satu Sub-Suku Dayak Ngaju yang berdiam di pedalaman Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah bagian selatan. Menurut pembagian CH.F.H. Duman, Sub Dayak Ngaju terbagi lagi atas 53 sub kelompok yang lebih kecil yang biasanya dinamakan suku diantaranya Suku Dayak Bukit (Melalatoa, 1995).

Berdasarkan hasil penelitian Radam (2001), tempat tinggal orang Bukit tersebar di beberapa kabupaten, yaitu Kabupaten Hulu Sungai Utara, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Selatan, Tapin, Banjar dan Tanah laut.

Menurut Zuhud, Siswoyo, Sandra, dan Adhiyanto (2003), keberhasilan dalam pengembangan agribisnis tumbuhan obat disuatu daerah


(18)

Kabupaten/Kotamadya sangat ditentukan oleh adanya dukungan dari berbagai pihak, antara lain: petani dan pengumpul tumbuhan obat, masyarakat pengguna obat-obat tradisional yang akan dikembangkan, pengusaha, dan instansi-instansi pemerintah kabupaten/kotamadya yang terkait dalam pengembangan tumbuhan obat.

Pengetahuan Pengobatan Tradisional

Pada umumnya terdapat banyak pengetahuan dari penduduk lokal yang berkaitan dengan tumbuhan di sekitarnya sebagai obat-obatan. Pengetahuan ini akan dicatat dan contoh-contoh tumbuhannya akan diambil untuk analisis bioaktif kimia (Shea, Martindale, Puradyatmika, dan Mandessy, 1997).

Etnobotani adalah ilmu yang mempelajari hubungan langsung manusia dengan tumbuhan dalam kegiatan pemanfaatan secara tradisional, yang didalamnya terdapat etnofarmakologi yang khusus mempelajari tumbuhan obat (Soekarman dan Riswan, 1992). Menurut Martin (1995), etnobotani diberi batasan sebagai ilmu yang mempelajari interaksi masyarakat lokal dengan tumbuhan di sekitarnya.

Pada kawasan pedesaaan, dukun menggunakan tanaman obat masih mempunyai peranan yang penting dalam menjaga kesehatan. Tanaman obat tersebut disebut dengan jamu. Jamu adalah campuran dari berbagai herba yang hingga saat ini masih dipergunakan secara umum di Jawa. Ramuannya diseduh dalam air panas. Alternatif lainnya adalah ramuan tersebut dikeringkan dan kemudian dimasak ketika diperlukan. Jamu bias anya disediakan dalam bentuk bubuk yang dapat dibuat melalui proses pemanasan yang tinggi. Pada umumnya jamu mempunyai sejarah penggunaan tradisional dan beberapa diantaranya telah diuji secara empirik dan menunjukkan hasil yang efektif (De Padua, Bunyapraphatsara dan Lemmens, 1999).

Di Indonesia juga terdapat banyak jenis obat tradisional. Keberadaan obat-obatan ini selalu terkait (dengan derajat keterkaitan yang beragam) dengan jenis kelompok etnis yang ada dan proses sejarah yang membentuk negara kepulauan ini. Obat tradisional yang tertua, paling banyak tersebar dan salah satu yang sudah dimengerti dengan baik adalah jamu. Jamu adalah ramuan tradisional yang berasal


(19)

dari Jawa dan diperkirakan mulai dikenal pada zaman didirikannya Candi Borobudur sekitar abad 8 dan 9 (Jansen, 1993 dalam PT. Hatfindo, 2002).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Propinsi Kalimantan Selatan, masyarakat Pegunungan Meratus saat ini masih belum mendapat pelayanan kesehatan secara baik. Apalagi dalam masyarakat Dayak Meratus tidak ada dukun yang khusus melakukan pengobatan. Kondisi ini menyebabkan rata-rata masyarakat laki-laki, perempuan, remaja, maupun anak-anak paham dengan pengobatan tradisional dengan menggunakan bahan langsung dari alam. Selama ini biasanya masyarakat mengambil tumbuhan obat hanya pada saat membutuhkan saja, masyarakat belum melakukan budidaya dengan melakukan penanaman. Hanya jenis -jenis tertentu yang mempunyai fungsi sekunder seagai tumbuhan obat seperti pepaya, langsat, pinang, cabe, laos dan kelapa hijau yang sudah ditanam (Kartikawati, 2004).

Prospek Pengembangan Tumbuhan Obat

Menurut Zuhud, Siswoyo, Himkat, Sandra, Soakmadi, dan Adhiyanto (2004), selama ini pengembangan sumberdaya alam hayati berupa hasil non kayu belum dilakukan sec ara optimal, karena masih bertumpu pada produk primer berupa kayu. Disamping itu pemanfaatan sumberdaya alam hayati berupa hasil non kayu belum mendapat perhatian secara serius, sehingga peranannya belum tampak dalam meningkatkan roda perekonomian daerah maupun nasional. Padahal secara tradisional sudah sejak lama banyak komoditas non kayu yang diperjualbelikan dan menempati posisi penting dalam komoditas ekspor nasional.

Indonesia belum mempunyai data yang akurat mengenai nilai pasar tumbuhan obat Indonesia dan hasil olahannya. Namun kecenderungan terus meningkatnya penggunaan sediaan herbal di dalam negeri, maka dapat diyakini bahwa nilai pasar tumbuhan obat dan hasil olahannya cukup besar. Sekiranya setiap orang Indonesia rata-rata membelanjakan uangnya sebesar Rp. 200.000,- untuk keperluan obat setiap tahun, maka nilai pasar obat di Indonesia per tahun mencapai Rp. 44 triliun. Keyakinan ini ditunjang dengan data industri obat tradisional yang ada di Indonesia dan jangkauan pemasaran hasil produksinya. Pada tahun 2001 tercatat 997 yang terdiri dari 899 Industri Kecil Obat Tradisional


(20)

(IKOT) dan 98 Industri Obat Tradisional (IOT), terutama banyak tersebar di Jawa dan sebagian kecil tersebar di berbagai propinsi di luar Jawa (Zuhud et al., 2003).

Didalam mengembangkan budidaya tumbuhan obat dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu (1) pengembangan pada lahan negara dan (2) pengembangan pada lahan milik masyarakat. Pengembangan pada lahan negara adalah pengembangan tumbuhan obat yang dilakukan pada lahan-lahan milik negara, untuk pengembangan budidaya tumbuhan obat pada lahan milik masyarakat dapat dilakukan pada lahan kebun, pekarangan, tegalan, sawah dan lain -lain. Ada 5 (lima) kegiatan utama yang harus dilakukan di dalam usaha pengembangan tumbuhan obat, yaitu (peembentukan kemitraan), (2) bimbingan, pendampingan dan pembinaan kepada masyarakat petani tumbuhan obat, (3) teknik budidaya tumbuhan obat, (4) pemanenan dan penanganan pasca panen tumbuhan obat, dan (5) pemasaran hasil (Direktorat Aneka Usaha Kehutanan dan Fakultas Kehutanan IPB, 2000).


(21)

Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Tapin, Propinsi Kalimantan Selatan selama selama 6 (enam) bulan, yaitu pada Bulan Juli – Desember 2005. Adapun identifikasi jenis dan spesimen tumbuhan obat dilakukan di Laboratorium Konservasi Tumbuhan, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB.

Bahan dan alat

Bahan-bahan yang diperlukan dalam penelitian ini, antara lain : dokumen Kabupaten Tapin dalam Angka 2003 dan dokumen atau laporan hasil survey/penelitian tumbuhan secara umum maupun tumbuhan obat yang telah dilakukan oleh instansi terkait di Kabupaten Tapin; sedangkan alat-alat yang digunakan, antara lain : kamera digital, tally sheet, kuesioner, alat tulis -menulis, serta komputer dan perlengkapannya.

Metode Penelitian Pengumpulan Data

Data Sekunder

Data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian ini, meliputi : kondisi umum lokasi setiap kecamatan, jenis-jenis tumbuhan obat yang telah ditemukan, jenis-jenis penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat, dan data etnobotani tumbuhan obat yang tersedia di Kabupaten Tapin.

Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui studi literatur, yaitu mengumpulkan data dan informasi dari berbagai laporan atau dokumen yang terdapat di instansi terkait. Jenis data dan informasi yang dikumpulkan dan metode pengumpulan data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 1, sedangkan instansi yang dihubungi guna pengumpulan data sekunder tersaji pada Tabel 2.


(22)

Tabel 1 Data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian kajian potensi dan perumusan strategi pengembangan tumbuhan obat berbasis bioregional di Kabupaten Tapin

No. Jenis Data Sekunder

Data dan Informasi yang Dikumpulkan Metode Pengambilan Data

1. Kondisi Umum Lokasi Kabupaten Tapin

1. Letak geografis setiap Kecamatan 2. Luas wilayah setiap kecamatan 3. Batas wilayah Kab. Tapin

4. Topografi dan konfigurasi lapangan setiap kecamatan

5. Geologi dan tanah setiap kecamatan 6. Iklim setiap kecamatan

7. Keadaan penduduk setiap kecamatan 8. Pola penggunaan lahan s etiap kecamatan

9. Kondisi sosial ekonomi masyarakat setiap kecamatan

1. Studi Literatur 2. Kunjungan ke

kantor berbagai instansi terkait

2. Jenis-jenis tumbuhan obat yang telah ditemukan di Kabupaten Tapin

1. Jenis-jenis tumbuhan obat di areal HPH, hutan Adat, dan hutan lindung.

2. Jenis-jenis tumbuhan obat di areal HTI dan perkebunan.

3. Jenis-jenis tumbuhan obat di ladang, kebun, dan pekarangan.

1. Studi Literatur 2. Kunjungan ke

kantor berbagai instansi terkait

3. Jenis-jenis penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat di Kabupaten Tapin

1. Jenis-jenis penyakit yang diderita oleh orang dewasa 2. Jenis-jenis penyakit yang diderita oleh anak-anak 3. Jenis-jenis penyakit yang diderita oleh balita

1. Studi Literatur 2. Kunjungan ke

kantor berbagai instansi terkait 4. Data etnobotani

tumbuhan obat yang ada di Kabupaten Tapin

1. Jenis-jenis penyakit yang dapat diobati 2. Jenis-jenis tumbuhan yang digunakan 3. Habitus

4. Habitat 5. Status

6. Bagian tumbuhan yang digunakan 7. Takaran bahan dan ramuan 8. Cara pemakaian 9. Cara pengolahan 10. Lama pengobatan

1. Studi Literatur 2. Kunjungan ke

kantor berbagai instansi terkait

Tabel 2 Daftar instansi yang dihubungi guna pengumpulan data sekunder dalam penelitian kajian potensi dan perumusan strategi pengembangan tumbuhan obat berbasis bioregional di Kabupaten Tapin

No. Nama Instansi 1. Balai Pusat Statistik (BPS) kabupaten

2. BAPPEDA

3. Dinas Kehutanan dan Perkebunan 4. Dinas Kesehatan

5. Dinas Pertanian Tanaman Pangan 6. Hak Pengusahaan Hutan (HPH) 7. Hutan Tanaman Industri (HTI) 9. Kantor Kecamatan

10. Lembaga-lembaga kajian/penelitian 11. Pemda

12. PTPN 13. Puskesmas 14. Rumah Sakit

15. Sub Balai Konservasi Sumberdaya Alam 16. Badan Meteorologi dan Geofisika Banjarbaru 17 Dinas POM (Pengawasan Obat dan Makanan)


(23)

Data Primer

Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini, meliputi : data etnobotani tumbuhan obat pada berbagai etnis Sub Suku Dayak, pamasaran simplisia, dan persepsi stakeholder terhadap pengembangan tumbuhan obat di Kabupaten Tapin.

Data Etnobotani Tumbuhan Obat

Pengumpulan data etnobotani pada berbagai Sub Suku Dayak di Kabupaten Tapin dilaksanakan di 6 (enam) desa, yaitu (1) 2 (dua) desa berada di Kecamatan Piani (mewakili daerah pegunungan dengan ketinggian tempat di atas 400 m dpl) yakni Desa Balawaian Hulu dan Balawaian Hilir, (2) 2 (dua) des a berada di Kecamatan Lokpaikat (mewakili dataran rendah dengan ketinggian 200 -400 m dpl) yakni Desa Budi Mulia dan Puncak Harapan, dan (3) 2 (dua) desa berada di Kecamatan Tapin tengah (mewakili daerah rawa dengan ketinggian 0-200 m dpl), yakni Desa Hiyung dan Pandahan. Pemilihan desa dilakukan secara stratified random sampling berdasarkan desa yang memiliki hutan alam, tingkat ketinggian dari permukaan laut dan etnis/suku yang mendiami desa.

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data pemanfaatan tumbuhan

obat oleh masyarakat adalah wawancara open -ended dan semi terstruktur

(Purwanto,2003). Penarikan sampel dilakukan secara sengaja (non probability) berdasarkan purposive sampling yaitu sampel diambil secara sengaja berdasarkan tujuan penelitian dengan memperhatikan kondisi lingkungan dan alokasi sampel yang berimbang, dan menetapkan beberapa informan kunci yang diambil berdasarkan status dan perannya dalam masyarakat. Jumlah responden sebanyak 32 orang penduduk untuk tiap desa, seperti tersaji pada Tabel 3.

Data etnobotani tumbuhan obat yang dikumpulkan, meliputi : 1. Karakteristik responden

2. Pengobatan yang dilakukan oleh tabib/dukun bayi dan penderita/pengguna : a. Jenis -jenis penyakit yang dapat diobati

b. Jenis -jenis tumbuhan yang digunakan.

c. Habitus

d. Habitat e. Status


(24)

f. Bagian tumbuhan yang digunakan g. Takaran bahan dan ramuan h. Cara pemakiaan

i. Cara pengolahan

j. Lama pengobatan

k. Jenis -jenis tumb. obat yang sulit diperoleh

Tabel 3 Jenis dan jumlah responden untuk pengumpulan data etnobotani tumbuhan obat di Kabupat en Tapin

No. Jenis Responden Jumlah

Responden/Desa (orang/desa)

Jumlah Desa (desa)

Total Responden

(orang)

1. Tokoh masyarakat 2 6 12

2. Tabib/dukun bayi 2 6 12

3. Masyarakat pemakai :

a. Laki-laki dewasa 5 6 30

b. Perempuan dewasa 5 6 30

4. Penderita/pengguna :

a. Dewasa/remaja 5 6 30

b. Anak-anak 5 6 30

c. Balita 5 6 30

Jumlah 29 6 174

Bersamaan dengan pengumpulan data etnobotani tumbuhan obat dilakukan juga pengambilan foto/gambar jenis-jenis tumbuhan obat yang ditemukan. Foto/gambar jenis-jenis tumbuhan tersebut selanjutnya diidentifikasi di Laboratorium Konservasi Tumbuhan, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB untuk mendapatkan nama ilmiahnya.

Data Pemasaran Simplisia Tumbuhan Obat

Pengumpulan data pemasaran tumbuhan obat dilakukan di 4 (empat) pasar, yaitu (1) Pasar Binuang, (2) Pasar Rantau, (3) Pasar Banjarmasin (pengecer besar), dan (4) Pasar Banjarmasin (grosir).

Pengumpulan data dilakukan dilakukan melalui 2 (dua) cara, yaitu wawancara langsung dengan pedagang dan pembelian simplisia yang dijual. Data yang dikumpulkan, meliputi :

1. Rantai pemasaran simplisia

2. Jenis -jenis simplisia TO yang diperjualbelikan di pasar dan toko atau warung jamu


(25)

4. Harga beli simplisia

5. Asal simplisia jenis-jenis TO

6. Jenis -jenis simplisia yang paling laku dijual 7. Jenis -jenis simplisia yang susah diperoleh

Data Persepsi seluruh Stakeholders

Pengumpulan data persepsi seluruh stakeholders terhadap rencana pengembangan tumbuhan obat di Kabupaten Tapin dilakukan melalui wawancara langsung dengan berbagai pihak/instansi terkait, seperti tersaji pada Tabel 4.

Data yang dikumpulkan, meliputi : 1. Persepsi semua stakeholders : 2. Permasalahan yang dihadapi 3. Harapan dari semua stakeholders.

Identifikasi Jenis Tumbuhan Obat

Identifikasi jenis tumbuhan obat dilakukan melalui cek silang dengan berbagai buku/literatur tentang tumbuhan obat yang ada. Data yang dikumpulkan, meliputi : nama lokal, nama botani, nama famili, habitus, khasiat atau manfaat, bagian yang digunakan.

Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan Data

Data primer dan sekunder yang telah dikumpulkan kemudian diolah, baik secara manual maupun dengan komputerisasi. Tahapan kegiatan dalam pengolahan data, meliputi :

1. Penyuntingan data, yaitu bertujuan meneliti kembali catatan untuk mengetahui apakah catatan tersebut sudah cukup baik untuk keperluan proses berikutnya dalam arti penyuntingan dilakukan terhadap data-data yang telah diperoleh.

2. Pengkodean data, yaitu mengadakan klasifikasi terhadap data-data yang

diperoleh menurut macamnya dengan memberi kode tertentu pada catatan atau mempertegas jawaban terhadap informasi tertentu.

3. Perhitungan frekuensi, yaitu tabulasi atau penyusunan data ke dalam tabel-tabel, yaitu data dik elompokkan kedalam kategori-kategori, yang setiap kategori telah menampung dan memuat data dalam jumlah/frekuensi tertentu.


(26)

Kemudian membuat tabel frekuensi yang memuat jumlah frekuensi dan persentase untuk setiap kategori.

Tabel 4 Daftar nama instansi yang dijadikan sebagai responden dalam

pengumpulan data persepsi stakeholders terhadap rencana

pengembangan tumbuhan obat berbasis bioregional di Kabupaten Tapin

No. Nama Instansi Jumlah

(orang)

1. Balai Pusat Statistik (BPS) kabupaten 1 2. Dinas Penaman Modal, Tenaga Kerja dan Lingkungan 1

3. BAPPEDA 1

4. Dinas Kehutanan dan Perkebunan 1

5. Dinas Kesehatan 1

6. Dinas Perindustrian dan Perdagangan 1 7. Dinas Pertanian Tanaman Pangan 1 9. Dinas POM (Pengawasan Obat dan Makanan) 1 10. Dinas Pendidik an Nasional 1 11. Hak Pengusahaan Hutan (HPH) 1 12. Hutan Tanaman Industri (HTI) 1 13. Industri Obat Tradisional 1

14. Kantor Kecamatan 1

15. Komisi terkait di DPRD (Komisi B) 1 16. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) 1 17. Lembaga- lembaga kajian/penelitian 1

18. Pemda 1

19. PTPN 1

20. Puskesmas 1

21. Rumah Sakit 1

22. Sub Balai Konservasi Sumberdaya Alam 1 23. Badan Meteorologi dan Geofisika Banjarbaru 1 24. Lembaga Swadaya Masyarakat 1

25. Pengusaha Tumbuhan Obat 2

26. Penjual simplisia 5

27. Kepala SMP 3

28. Kepala SMK 1

29. Kepala SMA 1

30. Pengawas SMP 3

31. Pengawas SMK 1

32. Pengawas SMA 1

33. SMP (siswa kelas I, II dan III) 15 34. SMK (siswa kelas I, II dan III) 15 35. SMA (siswa kelas I, II danm III) 15

36. Guru SMP, SMA dan SMK 15

Jumlah 105

Pengklasifikasian data dilakukan terhadap kelompok penyakit/penggunaan tumbuhan obat dengan cara melakukan penyaringan (screening) terhadap khasiat masing-masing jenis tumbuhan obat berdasarkan kelompok penyakit/penggunaannya seperti tersaji pada Tabel 5.


(27)

Tabel 5 Klasifikasi kelompok penyakit/penggunaan dan macam penyakit/ penggunaannya

No. Kelompok

Penyakit/ Penggunaan

Macam Penyakit/penggunaan

1. Gangguan Peredaran Darah

Darah kotor, kanker darah, kurang darah, pembersih darah, penasak, dan penyakit lainnya yang berhubungan dengan darah

2. Keluarga Berencana (KB)

Keluarga berencana (KB), membatasi kelahiran, menjarangi kehamilan, pencegah kehamilan, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan KB

3. Penawar Racun Digigit lipan, digigit serangga, keracunan jengkol, keracunan makanan, penawar racun, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan keracunan

4. Pengobatan Luka Luka, luka bakar, luka baru, luka memar, luka bernanah, infeksi luka, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan luka

5. Penyakit Diabetes Kencing manis (diabetes), menurunkan kadar gula darah, sakit gula, dan penyakit lainnya yang berhubungan dengan penyakit diabetes

6. Penyakit Gangguan urat syaraf

Lemah urat syaraf, susah tidur (insomnia), dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan gangguan urat syaraf

7. Penyakit Gigi Gigi rusak, penguat gigi, sakit gigi, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan gigi

8. Penyakit Ginjal Ginjal, sakit ginjal, gagal ginjal, batu ginjal, kencing batu, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan ginjal

9. Penyakit Empedu Empedu berlebih, batu pada empedu, sakit empedu

10. Penyakit Limpa Sakit limpa, radang limpa dan pembengkakan pada limpa/limpa membesar

11. Penyakit Jantung Sakit jantung, stroke, jantung berdebar-debar, tekanan darah tinggi (hipertensi), tekanan darah tinggi, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan jantung. 12. Penyakit

kanker/tumor

Kanker rahim, kanker payudara, tumor rahim, tumor payudara, dan penggunaan lainnya yang berhubungan denga n tumor dan kanker.

13. Penyakit Kelamin Beser mani (spermatorea), gatal di sekitar alat kelamin, impoten, infeksi kelamin, kencing nanah, lemah syahwat (psikoneurosis), rajasinga/sifilis, sakit kelamin, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan kelamin.

14. Penyakit Khusus Wanita

Keputihan, terlambat haid, haid terlalu banyak, tidak datang haid, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan penyakit khusus wanita.

15. Penyakit Kulit Koreng, bisul, panu, kadas, kurap, eksim, cacar, campak, borok, gatal, bengkak, luka bernanah, kudis, kutu air, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan kulit. 16. Penyakit Kuning Liver, sakit kuning, heoatitis, penyakit hati, hati bengkak, dan penggunaan lainnya

yang berhubungan dengan penyakit kuning.

17. Penyakit Malaria Malaria, demam malaria, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan penyakit malaria.

18. Penyakit Mata Radang mata, sakit mata, trakoma, rabun senja, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan penyakit mata.

19. Penyakit Mulut Gusi bengkak, gusi berdarah, mulut bau dan mengelupas, sariawan, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan penyakit mulut

20. Penyakit Otot dan Persendian

Asam urat, bengkak kelenjar, kejang perut, kejang-kejang, keseleo, nyeri otot, rematik, sakit otot, sakit persendian, sakit pinggang, terkilir, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan otot dan persendian.

21. Penyakit Telinga Congek, radang anak telinga, radang telinga, radang telinga tengah (otitis media), sakit telinga, telinga berair, telinga berdenging, telinga merasa gatal, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan telinga.

22. Patah Tulang Tulang patah, tulang retak, sakit pada tulang

23. Penyakit Tulang Patah tulang, sakit tulang, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan tulan g. 24. Penyakit Saluran

Pembuangan

Ambeien, gangguan prostat, kencing darah, keringat malam, peluruh kencing, peluruh keringat, sakit saluran kemih, sembelit, susah kencing, wasir, wasir berdarah, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan penyakit saluran pembuangan. 25. Penyakit Saluran

Pencernaan

Maag, kembung, masuk angin, sakit perut, cacingan, mules, murus, peluruh kentut, karminatif, muntah, diare, mencret, disentri, sakit usus, kolera, muntaber, berak darah, berak lendir, usus buntu, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan saluran pencernaan.

26. Penyakit Saluran Pernafasan (THT)

Asma, batuk, flu, influensa, pilek, pilek, sesak nafas, Sakit tenggorokan, TBC, TBC paru, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan saluran pernafasan/THT. 27. Perawatan

Kehamilan dan Persalinan

Keguguran, perawatan sebelum/sesudah melahirkan/persalinan, uterine tonic, penyubur kandungan, susu bengkak, ASI, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan kehamilan dan melahirkan

28. Perawatan Organ Tubuh Wanita

Kegemukan, memperbesar payudara, mengencangkan vagina, pelangsing, peluruh lemak, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan perawatan organ tubuh wanita.

29. Perawatan Rambut, Muka, Kulit

Penyubur rambut, penghalus kulit, menghilangkan ketombe, perawatan muka, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan rambut, muka dan kulit.


(28)

Lanjutan Tabel 5.

No. Kelompok

Penyakit/ Penggunaan

Macam Penyakit/penggunaan

30. Sakit Kepala dan Demam

Sakit kepala, pusing, pening, demam, demam pada anak-anak, demam pada orang dewasa, demam menggigil, penurun panas, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan sakit kepala dan demam.

31. Tonikum Obat kuat, tonik, tonikum, penambah nafsu makan, kurang nafsu makan, meningkatkan enzim pencernaan, patah selera, astringen/pengelat, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan tonikum.

32. Lain -lain Limpa bengkak, beri-beri, sakit kuku, sakit sabun, obat tidur, obat gosok, penenang, dan penggunaan lainnya yang tidak tercantum di atas.

Analisis Data

Analisis data diarahkan untuk melihat sejauh mana kelayakan seluruh aspek berkaitan dengan pengembangan tumbuhan obat berbasis bioregional di Kabupaten Tapin. Aspek -aspek yang dianalisis, meliputi : (1) ketersediaan jenis-jenis tumbuhan obat potensial/unggulan yang dapat dikembangkan di setiap kecamatan, (2) kesesuaian kondisi ekologis (ketinggian tempat) setiap kecamatan dengan jenis-jenis tumbuhan obat unggulan, (3) dukungan kebijakan dan peraturan perundangan, serta (4) dukungan kelembagaan dan kemitraan, seperti tersaji pada Tabel 6.

Tabel 6 Analisis deskriptif kualitatif kelayakan pengembangan tumbuhan obat berbasis bioregional pada setiap kecamatan di Kabupaten Tapin

Kelayakan No. Aspek

Layak Tidak Layak 1 Ketersediaan jenis - jenis

tumbuhan obat unggulan/ potensial yang akan dikembangkan di setiap kecamatan

Jenis- jenis tumbuhan obat unggulan yang akan dikembangkan di setiap kecamatan tersedia

Tidak tersedia jenis- jenis tumbuhan obat unggulan yang akan

dikembangkan di setiap kecamatan

2. Kesesuaian kondisi ekologis (ketinggian tempat) setiap kecamatan dengan jenis- jenis tumbuhan obat unggulan

Kondisi ekologis (ketinggian tempat) setiap kecamatan masuk dalam interval ketinggian tempat habitat jenis-jenis tumbuhan obat unggulan

Kondisi ekologis (ketinggian tempat) setiap kecamatan tidak masuk dalam interval ketinggian tempat habitat jenis- jenis tumbuhan obat unggulan

3. Dukungan kebijakan dan peraturan perundangan

• Kebijakan sudah ada dan memadai

• Peraturan perundangan sudah ada dan memadai

• Kebijakan belum ada atau sudah ada, namun belum memadai

• Peraturan perundangan belum ada atau sudah ada, namun belum memadai

4. Dukungan kelembagaan dan kemitraan

• Sistem kelembagaan sudah ada dan memadai

• Kemitraan sudah terbentuk dan memadai

• Sistem kelembagaan belum ada atau sudah ada, namun belum memadai

• Kemitraan tidak ada atau sudah terbentuk, namun belum memadai


(29)

Ketersediaan Jenis-jenis Tumbuhan Obat Potensial/Unggulan yang dapat Dikembangkan di Setiap Kecamatan

Kriteria yang digunakan untuk menentukan jenis -jenis tumbuhan obat potensial/unggulan di setiap kecamatan, meliputi : (1) jenis -jenis tumbuhan obat tersebut ditemukan di Kabupaten Tapin; (2) teknik pengembangannya sudah diketahui, mulai dari teknik budidaya sampai pengolahannya; (3) memiliki nilai ekonomis tinggi, yaitu dapat dipasarkan secara lokal maupun ekspor dan dibutuhkan oleh industri-industri obat tradisional; dan (4) jenis -jenis tumbuhan obat tersebut berguna untuk mengobati penyakit-penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat di Kabupaten Tapin.

Pendeskripsian jenis-jenis tumbuhan obat unggulan yang telah ditentukan dimaksudkan sebagai bahan acuan dalam pengembangan tumbuhan obat berbasis bioregional di setiap kecamatan. Informasi-informasi yang dituangkan didalam deskripsi dari jenis -jenis tumbuhan obat tersebut, meliputi : nama famili, sinonim, nama daerah, nama simplisia, botani, ekologi, distribusi, budidaya, sifat organoleptik dan efek farmakologis/manfaat empirik, kandungan kimia dan kegunaan.

Kesesuaian Kondisi Ekologis setiap Kecamatan dengan Jenis-jenis Tumbuhan Obat Unggulan

Kondisi ekologis (ketinggian tempat) suatu kecamatan d ikatakan sesuai, jika ketinggian tempat kecamatan tersebut berada sesuai termasuk dalam interval ketinggian tempat yang diharapkan oleh jenis-jenis tumbuhan obat unggulan yang bersangkutan. Untuk mengetahui kesesuaian kondisi ekolo gis setiap kecamatan dengan jenis -jenis tumbuhan obat unggulan dilakukan dengan cara mencocokkan data ketinggian tempat setiap kecamatan dengan kondisi ketinggian tempat dimana jens-jenis tumbuhan obat unggulan tersebut dapat tumbuh dengan baik.

Dukungan Kebijakan dan Peraturan Perundangan

Dukungan kebijakan dan peraturan perundangan yang memadai sangat diperlukan dalam pengembangan tumbuhan obat berbasis bioregional di setiap kecamatan di Kabupaten tapin. Untuk mengetahui sejauh mana kebijakan dan peraturan perundangan tersebut memadai atau tidak, maka perlu dilakukan


(30)

analisis terhadap kebijakan dan peraturan perundangan yang sudah ada dengan yang seharusnya ada guna mendukung pengembangan tumb uhan obat tersebut.

Dukungan Kelembagaan dan Kemitraan

Keberhasilan dalam pengembangan tumbuhan obat pada setiap kecamatan di Kabupaten Tapin sangat diperlukan adanya kelembagaan yang kuat dan kemitraan antara pelaku di kecamatan dengan instansi terkait yang memadai. Untuk mengetahui sejauh mana kelembagaan dan kemitraan tersebut memadai atau tidak, maka perlu dilakukan analisis terhadap kelembagaan dan kemitraan yang sudah ada dengan yang seharusnya ada guna mendukung pengembangan tumbuhan obat di setiap kecamatan.


(31)

Kondisi Umum Lokasi Penelitian Letak dan Luas

Letak

Secara geografis, Kabupaten Tapin terletak antara 1o46’13” sampai

1o30’33” Lintang Selatan dan 20o32’43” sampai 30o00’43” Bujur Timur. Secara administratif Kabupaten Tapin dengan ibukotanya Rantau, memiliki batas -batas (Gambar 2):

• Sebelah utara dengan Kabupaten Hulu Sungai Selatan,

• Sebelah selatan dengan Kabupaten Banjar,

• Sebelah barat dengan Kabupaten Barito Selatan,

• Sebelah timur dengan Kabupaten Hulu Sungai Selatan.


(32)

Luas

Luas wilayah Kabupaten Tapin 2.700,82 km2 (217.495 ha). Secara

administratif luas wilayah Kabupaten Tapin meliputi 10 kecamatan, dimana daerah yang paling luas adalah Kecamatan Candi Laras Utara dengan luas 730,48

km2 atau sebesar 27,05%, sedangkan daerah yang paling sempit adalah

Kecamatan Tapin Utara dengan luas 71,49 km2 atau sebesar 2,65% dari luas

Kabupaten Tapin.

Ketinggian Tempat

Apabila dilihat dari letak ketinggian dari permukaan laut diketahui bahwa sebagian besar wilayah Kabupaten Tapin berada pada ketinggian tempat 0-7 m diatas permukaan laut, yaitu sebesar 67,34%; luas daerah dengan ketinggian tempat lebih dari 500 meter dpl hanya sekitar 1,21%, yaitu di Kecamatan Piani. Jika dilihat dari kelas kemiringannnya diketahui bahwa kebanyakan daerah di Kabupaten Tapin merupakan daerah yang landai dengan kemiringan 0-2%, yang meliputi 82,93% dari luas Kabupaten Tapin; sedangkan pada kelas kemiringan antara 2,1-8% hanya meliputi 0,62% dari luas daerah Kabupaten Tapin. Informasi luas wilayah setiap kecamatan di Kabupaten Tapin berdasarkan kelas ketinggian tempat dari permukaan laut tahun 2003 tersaji pada Tabel 7.

Tabel 7 Luas wilayah setiap kecamatan di Kabupaten Tapin berdasarkan kelas ketinggian tempat dari permukaan laut tahun 2003

Jenis Tanah/Luas (Ha) No. Kecamatan

0-7 7-25 25-100 100-150 150-500 500-1.907 Jumlah

1. Binuang 8.258 5.791 1.534 5.093 2.123 - 22.799 2. Tapin Selatan 6.566 13.712 1.477 869 - - 22.624 3. Tapin Tengah 29.552 1.404 - - - - 30.958 4. Bungur - 3.747 4.182 1.197 - - 9.126 5. Piani - - 3.640 7.260 6.488 2.621 20.009 6. Lokpaikat 1.854 3.495 3.719 321 - - 9.389 7. Tapin Utara 867 2.143 724 - - - 3.234 8. Bakarangan 6.257 - - - 6.257 9. Candi Laras

Selatan

24.961 - - - 24.961 10. Candi Laras Utara 68.140 - - - 68.140

Jumlah 146.455 30.292 14.776 14.740 8.611 2.621 217.495

Persentase (%) 67,34 11,93 6,79 6,78 3,96 1,21 100,00

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapin dan Bappeda Kabupaten Tapin Tahun 2003.

Tanah

Jenis tanah di Kabupaten Tapin terdiri dari tanah aluvial, organosol, podsolik merah kuning, serta kompleks podsolik merah kuning, litosol dan latosol, dengan luas wilayah setiap kecamatan disajikan pada Tabel 8.


(33)

Tabel 8 Luas wilayah setiap jenis tanah menurut kecamatan di Kabupaten Tapin tahun 2003

Jenis Tanah/Luas (Ha) No. Kecamatan

Aluvial Organosol glay humus Podsolik merah kuning Kompleks podsolik merah kuning, litosol dan

latosol

Jumlah

1. Binuang 2.443 18.026 2.30 0 22.799

2. Tapin Selatan 1.00 4 11.905 10.525 0 22.624

3. Tapin Tengah 205 30.751 0 0 30.956

4. Bungur 954 954 8.172 0 9.126

5. Piani 0 0 14.421 5.588 20.009

6. Lokpaikat 4.442 947 4.000 0 9.389

7. Tapin Utara 2.844 195 195 0 3.234

8. Bakarangan 507 5.750 0 0 6.257

9. Candi Laras Selatan 0 68.140 0 0 68.140

10. Candi Laras Utara 0 24.961 0 0 24.961

Jumlah 12.399 159.865 39.643 5.588 217.495 Persentase (%) 5,70 73,50 18,23 2,57 100,00 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapin dan Bappeda Kabupaten Tapin Tahun 2003.

Iklim

Menurut klasifikasi dari Schmidt dan Ferguson Kabupaten Tapin dalam 5 tahun terakhir (tahun 2001-2004) termasuk daerah type iklim D (sedang) dengan nilai Q = 0,92. Data jumlah curah hujan dan hari hujan tersaji dalam Tabel 9. Tabel 9 Jumlah curah hujan dan hari hujan di Kabupaten Tapin tahun 2001-2004

Tahun 2001 Tahun 2002 Tahun 2003 Tahun 2004

No. Bulan

Curah Hujan (mm) Hari Hujan (hari) Curah Hujan (mm) Hari Hujan (hari) Curah Hujan (mm) Hari Hujan (hari) Curah Hujan (mm) Hari Hujan (hari)

1. Januari 326 15 249 16 271 13 341 14 2. Pebruari 190 11 209 11 246 10 186 9 3. Maret 281 9 340 14 156 8 387 15 4. April 187 8 233 8 159 7 0 0 5. Mei 89 5 0 0 54 5 81 8 6. Juni 88 5 138 5 62 5 25 3 7. Juli 98 4 0 0 43 4 160 11 8. Agustus 22 2 12 1 29 13 0 0 9. September 89 6 0 0 35 3 13 2 10. Oktober 254 11 224 9 97 7 44 4 11. Nopember 272 14 242 14 208 12 220 13 12. Desember 424 13 322 13 460 16 320 16

Jumlah 2.320 103 1.969 91 1.820 103 1.777 97

Jumlah bulan kering 5 4 6 6

Jumlah bulan basah 5 7 4 4

Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Banjarbaru, Kalimantan Selatan tahun 2005. Keterangan : 0 = curah hujan kurang dari 0,5 mm

Kabupaten Tapin dipengaruhi dua musim, yaitu: musim hujan terjadi antara bulan November sampai dengan bulan April dengan suhu rata-rata 27oC. Musim panas terjadi antara bulan April sampai dengan bulan November dengan suhu

rata-rata 35oC. Kelembaban udara minimum berkisar antara 38% terjadi pada


(34)

dalam bulan Mei sampai September, sementara kelembaban udara maksimum berkisar antara 86% yang terjadi pada bulan Agustus dan pada bulan September. Kecepatan angin rata-rata 1,20-77,40 knot dan lama penyinaran rata-rata 1,25-58%.

Keadaan Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat Kependudukan

Jumlah Penduduk

Pada tahun 2003 jumlah penduduk Kabupaten Tapin mencapai 147.089 jiwa, dengan rincian laki-laki (72.879 jiwa) dan perempuan (74.210 jiwa). Jika dilihat dari sebaran penduduk Kabupaten Tapin, terbanyak terdapat di Kecamatan Binuang (sekitar 20,49%), kemudian disusul oleh Kecamatan Tapin Selatan dengan jumlah penduduk mencapai 15,76% dan Kecamatan Tapin Utara sebesar 13,12%; sedangkan penduduk terendah berada di Kecamatan Piani sebesar 3,13% atau 4.609 jiwa, seperti tersaji pada Tabel 10.

Tabel 10 Jumlah penduduk dan kepala keluarga di Kabupaten Tapin tahun 2003

Rata-rata Per Km2

No. Kecamatan Luas (Km2)

Jumlah Kepala Keluarga

(KK)

Jumlah Penduduk

(jiwa)

Penduduk (jiwa)

KK (KK)

1. Binuang 342, 08 7.954 30.138 88 23

2. Tapin Selatan 366,00 6.388 21.179 63 17

3. Tapin Tengah 342,55 4.945 17.978 52 14

4. Bungur 149,98 2.523 8.974 60 17

5. Piani 131,24 1.258 4.609 35 10

6. Lokpaikat 117,48 2.012 7.275 62 17

7. Tapin Utara 71,49 5.375 19.304 270 75

8. Bakarangan 122,54 2.072 8.338 68 17

9. Candi Laras Selatan 327,85 3.068 11.828 36 9

10. Candi Laras Utara 730,48 3.983 15.466 21 6

Jumlah 2.700,48 39.578 147.089 54 15

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapin Tahun 2003.

Tenaga Kerja

Masalah ketenagakerjaan merupakan masalah yang sangat komplek di Indonesia. Semenjak krisis jumlah pengangguran di Indoensia selalu mengalami peningkatan, begitu pula kondisinya dengan Kabupaten Tapin.

Pada tahun 2003, jumlah pekerja yang terdaftar di Kabupaten Tapin sebanyak 1.164 orang, dengan rincian 364 orang berpendidikan SD, 260 orang berpendidikan SMP, 2007 orang berpendidikan SLTA, 122 orang sarjana Muda dan 260 pendidikan Sarjana (S -1), seperti tersaji pada Tabel 11.


(35)

Tabel 11 Jumlah pencari kerja di Kabupaten Tapin berdasarkan tingkat pendidikannya tahun 2003

Tingkat Pendidikan (orang)

No. Kecamatan

SD SMP SLTA Sarjana

Muda

Sarjana (S-1) Jumlah

1. Binuang 29 45 - 62 143 279 2. Tapin Selatan 92 15 18 12 19 156 3. Tapin Tengah 88 23 55 25 27 218

4. Bungur 24 21 6 5 19 75

5. Piani 16 14 4 1 1 36

6. Lokpaikat 20 10 1 - 3 34

7. Tapin Utara 60 51 76 5 23 215 8. Bakarangan 17 18 26 5 7 73 9. Candi Laras Selatan 2 8 12 4 10 36 10. Candi Laras Utara 16 6 9 3 8 42

Jumlah 364 211 207 122 260 1.164

Sumber : Dinas Penanaman Modal Tenaga Kerja dan Lingkungan Hidup KabupatenTapin Tahun 2003.

Jenis Lapangan Usaha Utama

Berdasarkan lapangan usaha utamanya, jumlah penduduk 15 tahun keatas tertinggi terdapat pada lapangan usaha utama di bidang pertanian, yaitu sebanyak 62.087 orang atau sebesar 60,85%; sedangkan terendah memiliki lapangan usaha utama di bidang keuangan, yaitu sebanyak 92 orang atau sebesar 0,09%, seperti disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12 Jumlah penduduk 15 tahun keatas menurut lapangan usaha utama di Kabupaten Tapin tahun 2003

No. Jenis Lapangan Usaha Utama Jumlah

(orang)

Prosentase (%)

1. Pertanian 62.087 60,85

2. Pertambangan dan penggalian 3.051 2,99

3. Industri 3.224 3,16

4. Listrik, gas dan air 173 0,17

5. Konstruksi 2.184 2,14

6. Angkutan dan komunikasi 2.796 2,74

7. Keuangan 92 0,09

8. Jasa 9.938 9,74

9. Perdagangan 13.172 12,91

10. Lainnya 5.316 5,21

Jumlah 100.033 100,00

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Tapin Tahun 2004.

Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu indikator berhasil tidaknya pembangunan suatu bangsa. Penduduk dengan pendidikan yang maju akan memberikan pengaruh positif terhadap perkembangan suatu daerah. Oleh karena itu pentingnya


(36)

pendidikan bagi suatu bangsa, maka diperlukan sarana dan prasarana yang menunjang dalam proses pendidikan.

Pada tahun 2003, jumlah sekolah di Kabupaten Tapin sebanyak 311 unit, dengan jumlah murid sebanyak 29.394 orang dan jumlah guru 2.353 orang, seperti tersaji pada Tabel 13.

Tabel 13 Jumlah sekolah, siswa dan guru di Kabupaten Tapin tahun 2003

No. Kecamatan Jumlah sekolah

(unit)

Jumlah murid (orang)

Jumlah guru (orang)

1. TK negeri 1 90 2

2. TK swasta 74 2.287 179

3. SD negeri 179 18.642 1.400

4. MI negeri 7 899 45

5. MI swasta 6 561 21

6. SLTP negeri 18 2.114 264

7. SLTP swasta 2 81 16

8. MTs negeri 6 1.598 62

9. MTs swasta 7 836 120

10. SMA negeri 4 1.027 96

11. SMA swasta 1 58 9

12. SMK negeri 2 346 51

13. MA negeri 3 647 67

14. MA swasta 1 208 21

Jumlah 311 29.394 2.353

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapin Tahun 2003.

Kesehatan

Sarana dan Prasarana Kesehatan

Pada tahun 2003, banyaknya sarana kesehatan di Kabupaten Tapin sebanyak 58 unit, dengan rincian : rumah sakit (1 unit), puskesmas (11 unit), dan puskesmas pembantu (48 unit). Selain itu, sarana kesehatan yang terdapat di Kabupaten Tapin ditunjang oleh beberapa tenaga medis , yaitu dokter umum (11 orang), dokter gigi (2 orang), perawat (57 orang), bidan (62 orang), dan dukun bayi (179 orang). Jumlah total apotik yang terdapat di Kabupaten Tapin sebanyak 11 unit dan toko obat atau jamu sebanyak 20 unit, dimana jumlah apotik dan toko obat/jamu terbanyak terdapat di Kecamatan Tapin Utara (kota Rantau ), seperti tersaji pada Tabel 14.

Jenis-jenis Penyakit yang banyak Diderita Masyarakat

Pada tahun 2003, jumlah pasien yang berobat dan rawat inap di RSU Datu Sanggul sebanyak 554 orang pasien, mengalami penurunan 16,82% jika


(37)

dibandingkan dengan tahun 2002. Dari jumlah tersebut, kebanyakan dari pasien

menderita gastro ent atau dehidrasi (34,66%), kemudian disusul menderita

Gastritis (15,34 %). Pola penyakit rawat jalan di RSUD Datu Sanggul Rantau tahun 2004 diperoleh data sebagai berikut: diare (87 orang), TB paru (64 orang), diabetes melitius (64 orang), hipertensi esensial (83 orang), konjinguitas (50 orang), ISPA (615 orang), asma (85 orang), stomakitis (56 orang), gastritis (248 orang), penyakit kulit dan sub kutan lainnya (154 orang), artritis reomastoid (97 orang) dan dispepsia (53 orang). Jenis penyakit yang berkembang pada sejumlah Puskesmas di Kabupaten Tapin mulai tahun 2001 sampai 2003 disajikan pada Tabel 15.

Tabel 14 Jumlah apotik dan toko obat/jamu yang terdaat di Kabupaten Tapin tahun 2003

Jumlah No. Kecamatan

Apotik (unit)

Toko obat/jamu (unit)

Total (unit)

1. Binuang 1 6 7

2. Tapin Selatan 1 1 2

3. Tapin Tengah 1 1 2

4. Bungur 1 0 1

5. Piani 1 1 2

6. Lokpaikat 1 0 1

7. Tapin Utara 2 8 10

8. Bakarangan 1 0 1

9. Candi Laras Selatan 1 1 2

10. Candi Laras Utara 1 1 2

Jumlah 11 20 31

Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Tapin Tahun 2003.

Tabel 15 Jumlah penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat di Kabupaten Tapin tahun 2001-2003

Jumlah pada tahun

No. Nama

2001 (orang)

2002 (orang)

2003 (orang)

Total

Rata-rata

1. ISPA 20.030 10367 24.687 55.084 18.361 2. Penyakit lainnya 10.628 9.992 19.419 40.039 13.346 3. Penyakit pada sistem

jaringan otot dan lainnya

4.476 4.274 9.113 17.863 5.954

4. Darah tinggi 3.410 3.047 5.373 11.830 3.943 5. Kulit alergi 3.108 2.310 4.425 9.843 3.281 6. Diare 2.796 1.405 3.291 7.492 2.497 7. Kulit infeksi 2.737 1.284 2.649 6.670 2.223 8. Penyakit lain pada saluran

pernafasan bagian bawah

2.438 1.195 2.649 6.282 2.094

9. Gangguan gigi 2.433 1.202 2.646 6.281 2.094 10. Asma 2.273 1.175 2.584 6.032 2.011

Jumlah 54.329 36.251 76.836 167.416 55.805


(38)

Penggunaan Lahan

Jenis penggunaan lahan di Kabupaten Tapin tahun 2004 dapat dikelompokkan kedalam 2 (dua) macam, yaitu lahan sawah seluas 99.480 ha atau sebesar 34,98% dan lahan kering seluas 175.589 ha atau 65,02%, seperti tersaji pada Tabel 16.

Tabel 16 Jenis penggunaan lahan di Kabupaten Tapin Tahun 2004

No. Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) Prosentase (%)

A. Lahan sawah

1. Irigasi teknis 4.947 1,83 2. Irigasi 1/2 teknis 0 0,00 3. Irigasi sederhana PU 1.550 0,57 4. Irigasi non PU 3.121 1,16

5. Tadah hujan 17.701 6,55

6. Pasang surut 15.673 5,80

7. Lebak, polder dll 22.815 8,45 8. Sawah sementara 28.673 10,62

Jumlah 94.480 34,98

B. Lahan Kering

1. Pekarangan 10.318 3,82

2. Tegal/kebun 10.584 3,92

3. Ladang/huma 6.932 2,57

4. Pengembalaan/rumput 365 0,14

5. Rawa-rawa 33.415 12,37

6. Tambak 0 0,00

7. Kolam/tebat/empang 65 0,02

8. Hutan rakyat 12.655 4,69

9. Hutan negara 10.406 3,85

10. Perkebunan 35.802 13,26

11. Lain- lain 31.513 11,67

12. Belum diusahakan 23.534 8,71

Jumlah B 175.589 65,02

Jumlah A+B 270.069 100,00

Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan tahun 2004.

Pertanian

Tanaman dan Bahan Makanan

Pada tahun 2003, produksi padi dan palawija di kabupaten Tapin didominasi oleh padi sawah dan ladang, dengan produksi sebesar (262.547 ton). Kemudian diikuti oleh tanaman kacang tanah dengan produksi (5.054 ton) untuk produksi paling kecil yakni ubi jalar yakni (7 ton), hal ini mengingat luas tanam yang diusahakan juga kecil yaitu (8 Ha).

Banyaknya produksi dan panen sayuran -sayuran dan buah-buahan untuk komoditas sayur-sayuran yang terbanyak di Kabupaten Tapin adalah sayur kacang panjang kemudian disusul labu, sedangkan untuk buah-buahan terbanyak buah


(39)

mangga kemudian secara berturut-turut diikuti oleh pisang, jeruk dan rambutan. Data aneka tanaman (tanaman obat-obatan) dari Dinas Tanaman Pangan Kabupaten Tapin tahun 2004 diperoleh data sebagai berikut : jahe (441 kg), laos/lengkuas (9 42 kg), kencur (922 kg), kunyit (604 kg) untuk tanaman lempuyang, temulawak, kiji beling, dringo, kapulaga, temukunci, mengkudu dan sambiloto tidak ditemukan data.

Tanaman Perkebunan

Dari data yang tercatat dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tapin, pada tahun 2003 produksi perkebunan di Kabupaten Tapin terdiri dari karet (2.030.639 ton), kelapa (255.159 ton), aren (1.926 tandan) sagu (104 batang). Dengan rata-rata produksi masing-masing tanaman adalah karet (899 kg/Ha), kelapa (352 kg/Ha), aren (87 kg/Ha) dan sagu (0,18 batang/ha).

Potensi Tumbuhan Obat Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Obat

Berdasarkan hasil inventarisasi dan identifikasi tumbuhan di Kabupaten Tapin menunjukkan bahwa jumlah jenis tumbuhan obat yang terdapat di wilayah tersebut sebanyak 212 jenis dari 69 famili. Daftar jenis tumbuhan obat yang terdapat di Kabupaten secara rinci disajikan pada Lampiran 1.

Keanekaragaman JenisBerdasarkan Lokasinya

Jenis -jenis tumbuhan obat yang terdapat di Kabupaten Tapin dapat dikelompokkan kedalam 11 macam berdasarkan lokasinya. Jumlah jenis tumbuhan obat tertinggi terdapat di hutan lindung Belawaian (Pegunungan Meratus) sebanyak 160 jenis, sedangkan terendah terdapat di perkebunan karet Desa Budi Mulia. Informasi tentang lokasi ditemukannya masing -masing jenis tumbuhan obat di Kabupaten Tapin secara rinci disajikan pada Lampiran 1, sedangkan rekapitulasi jumlah jenis setiap lokasi tersaji pada Tabel 17.

Keanekaragaman Jenis Bedasarkan Habitusnya

Berdasarkan habitusnya, jenis-jenis tumbuhan obat yang terdapat di Kabupaten Tapin dapat dikelompokkan kedalam 7 (tujuh) macam habitus, yaitu bambu, epifit, herba, liana, parasit, perdu dan pohon. Jumlah jenis tertinggi terdapat pada habitus pohon (83 jenis) dan terendah pada habitus parasit (1 jenis).


(1)

Lanjutan Lampiran 27

No. Jenis Tumbuhan Obat Teknik Perbanyakan

68. Exoecaria cochinchinensis Lour. 2, 9

69. Ficus benjamina L. 1

70. Ficus deltoidea Jack. 1, 2

71. Gigantochloa apus (J.A. & J.H. Schults.) Kurz. 2

72. Glyricidia maculata H.B.K. 1, 2, 3

73. Gnetum gnemon L. 1

74. Gynura procumbens (Lour.) Merr. 2, 4

75. Hibiscus rosa-sinensis L. 2

76. Hibiscus tiliaceus L. 1

77. Imperata cylindrica (L.) Beauv. 1, 6

78. Ipomoea batatas L. 2

79. Jasminum sambac (L.) W. Ait. 1, 2, 3, 7, 8

80. Jatropha curcas L. 1, 2

81. Justicia gandarusa Burm.f. 4, 5

82. Kaempferia galanga L. 6

83. Kaempferia pandurata Roxb. 6

84. Kaempferia rotunda L. 6

85. Lansium domesticum Corr. 1

86. Lantana camara L. 1, 2

87. Leea indica (Burm. f.) Merr. 1

88. Leucaena glauca (L.) Benth. 1, 2

89. Mangifera indica L. 1, 8, 9

90. Manihot esculenta 2

91. Manihot utilissima Pohl. 2

92. Manilkara kauki (L.) Dubard. 1

93. Melia azedarach L. 1

94. Momordica charantia L. 1

95. Morinda citrifolia L. 1, 9

96. Moringa oleifera Lamk. 1, 2

97. Morus alba L. 2, 8

98. Muntingia calabura L. 1

99. Musa brachycarpa Back. 10

100. Musa paradisiaca L. 10

101. Musa paradisiaca L. 11

102. Myristica fragrans Houtt. 1, 5

103. Orthosiphon aristatus (Bl.) Miq. 1, 2

104. Oryza sativa L. 1

105. Paederia scandens (Lour.) Merr. 1

106. Parkia roxburghii G. Don. 1

107. Parkia speciosa Hassk. 1

108. Peronema canescens Jack. 2

109. Phaseolus radiatus L. 1

110. Phyllanthus niruri L. 1

111. Physalis angulata L. 1

112. Piper betle L. 2

113. Pithecollobium jiringa (Jack) Prain ex King. 1

114. Pluchea indica (L.) Less. 2

115. Portulaca grandiflora Hook. 2

116. Psidium guajava L. 1, 2, 4, 7, 8, 9

117. Saccharum officinarum L. 2

118. Sauropus androgynus (L.) Merr. 2

119. Seriocalyx crispus (L.) Bremek. 2

120. Sesamum orientale L. 1

121. Sesbania grandiflora (L.) Pers. 1

122. Shorea leprosula Miq. 1

123. Sida rhombifolia L. 1

124. Solanum torvum Swartz. 1

125. Spondias dulcis Soland. ex Park. 1, 9

126. Swietenia mahagoni (Bl.) Jacq. 1

127. Symplocos fasciculate Zoll. 1

128. Synedrella nodiflora (L.) Gaertn. 1

129. Syzygium aromaticum (L.) Merr. & Perry. 1 130. Syzygium cumini (L.) Skeels. 1, 2, 8, 9 131. Syzygium polyanthum (Wight.) Walp. 1, 2, 9

132. Tacca palmata Bl. 11

133. Tagetes erecta L. 1

134. Talinum paniculatum (Jacq.) Gaertn. 1, 2


(2)

Lanjutan Lampiran 27

No. Jenis Tumbuhan Obat Teknik Perbanyakan

136. Tectona grandis L.f. 1, 5

137. Tinospora tuberculata (Lamk.) Beumee. 2

138. Trichosanthes anguina L. 1

139. Urena lobata L. 1

140. Vitex pubescens Vahl. 1

141. Vitex trifolia L. 1, 4

142. Zingiber gramineum Blume. 6

143. Zingiber officinale Roxb. 6

144. Zingiber purpureum Roxb. 6

145. Piper retrofractum Vahl. 1, 2

146. Citrus hystrix A. DC. 1, 8, 9

147. Amomum compactum Soland. ex Maton. 1, 6

148. Piper nigrum L. 1, 2

149. Clerodendrum calamitosum L. 1

150. Boesenbergia rutunda (L.) Mansf. 6

151. Massoia aromatica Becc. 1

152. Nigella sativa L. 1

153. Cinnamomum sintoc Bl. 1

Kete.angan :

1 = Biji 2 = Stek batang 3 = Stek cabang/ranting 4 = Stek akar 5 = Stek pucuk 6 = Stek rimpang 7 = Sambungan 8 = Tempelan

9 = Cangkok 10 = Tunas 11 = Stek umbi 12 = Stek daun


(3)

Lampiran 28 Daftar hasil analisis kesesuaian jenis-jenis tumbuhan obat pada

setiap kecamatan di Kabupaten Tapin berdasark an kondisi

ketinggian tempatnya

No. Nama Jenis Lokasi Kecamatan yang sesuai

1. Abrus precatorius L. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 2. Ageratum conyzoides L. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 3. Albizzia procera (Roxb.) Benth. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 4. Aleurites moluccana (L.) Willd. 4, 6, 7, 9, 10

5. Allium sativum Linn. 10

6. Alpinia galanga (L.) Swartz. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 7. Alstonia scholaris (L.) R.Br. 4, 6, 7, 8, 9, 10 8. Altingia excelsa Noronha. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 9. Amaranthus spinosus L. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 10. Amomum compactum Soland. ex Maton. 4, 10

11. Anacardium occidentale L. 10

12. Ananas comosus (L.) Merr. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 13. Andrographis paniculata (Burm.f.) Wall. ex

Nees.

10

14. Anisophyllea disticha Baill. 4, 6, 7, 8, 9, 10 15. Annona muricata L. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 16. Arcangelisia flava (L.) Merr. 4, 6, 7, 8, 9, 10 17. Areca catechu L. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 18. Arenga pinnata (Wurmb.) Merr. 4, 10

19. Artocarpus heterophyllus Lamk. 4, 10 20. Artocarpus integra Merr. 4, 10

21. Averrhoa bilimbi L. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 22. Baccaurea bracteata Muell. Arg. 10

23. Bambusa vulgaris Schard. ex Wendland 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 24. Barringtonia racemosa Roxb. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 25. Benincasa hispida Cogn. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 26. Bischoffia javanica Bl. 4, 6, 7, 8, 9, 10 27. Blumea balsamifera (L.) DC. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 28. Blumea lacera (Burm.f.) DC. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 29. Boesenbergia rutunda (L.) Mansf. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 30. Brugmansia suaveolens (Humb. & Bonpl. ex

Willd.) Bercht. & Presl.

4, 10

31. Bryophyllum calycinum Salisb. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 32. Cananga odorata (Lamk.) Hook.f. & Th. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 33. Capsicum frutescens L. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 34. Carica papaya L. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 35. Cassia alata L. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 36. Cassia siamea Lamk. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 37. Ceiba pentandra Gaertn. 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 38. Cinnamomum burmanii (Nees.) Bl. 4, 10

39. Cinnamomum coriaceum Cammerl. 10

40. Cinnamomum sintoc Bl. 10

41. Citrus aurantifolia (Christm. & Panz.) Swingle.

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10

42. Citrus aurantium L. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 43. Citrus aurantium L. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 44. Citrus grandis (L.) Osbeck. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 45. Citrus hystrix A. DC. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10


(4)

Lanjutan Lampiran 28

No. Nama Jenis Lokasi Kecamatan yang sesuai

46. Clausena excavata Burm.f. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 47. Clerodendrum calamitosum L. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 48. Cocos nucifera L. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 49. Cordiaeum variegatum (L.) Bl. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 50. Cordyline fruticosa (Linn.) A. Cheval. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 51. Costus speciosus (Koen.) J.E. Smith. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 52. Cratoxylum arborescens (Vahl.) Bl. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 53. Crinum asiaticum L. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 54. Curcuma aeruginosa Roxb. 4, 10

55. Curcuma domestica Val. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 56. Curcuma heyneana Val. & V. Zijp. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 57. Curcuma petiolata Roxb. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 58. Curcuma xanthorrhiza Roxb. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 59. Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 60. Cymbopogon nardus (L.) Rendle. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 61. Cynodon dactylon Pers. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 62. Cyperus brevifolius (Rottb.) Hassk. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 63. Cyperus rotundus L. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 64. Datura metel L. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 65. Deeringia amarantoides Merr. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 66. Derris elliptica (Roxb.) Bth. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 67. Dioscorea alata L. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 68. Dioscorea hispida Denn ust. 10

69. Erythrina orientalis (L.) Murr. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 70. Erythrina variegata L. var orientalis (L.)

Merr.

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10

71. Eugenia aquea Burm. f. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 72. Eupatorium pallescens DC. 4, 10

73. Euphorbia prostata W. Ait. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 74. Eurycoma longifolia Jack. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 75. Eusideroxylon zwageri T. & B. 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 76. Exoecaria cochinchinensis Lour. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 77. Fibraur ea chloroleuca Miers. 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 78. Ficus benjamina L. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10

79. Ficus deltoidea Jack. 4, 10

80. Ficus fistulosa Reinw. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 81. Gigantochloa apus (J.A. & J.H. Schults.)

Kurz.

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10

82. Globba merantina L. 10

83. Glyricidia maculata H.B.K. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 84. Gnetum gnemon L. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 85. Grewia acuminata Juss. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 86. Gynura procumbens (Lour.) Merr. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 87. Hibiscus tiliaceus L. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 88. Imperata cylindrica (L.) Beauv. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 89. Ixora salicifolia DC. 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 90. Jasminum sambac (L.) W. Ait. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 91. Jatropha curcas L. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 92. Justicia gandarusa Burm.f. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 93. Kaempferia galanga L. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10


(5)

Lanjutan Lampiran 28

No. Nama Jenis Lokasi Kecamatan yang sesuai

94. Kaempferia rotunda L. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 95. Languas galanga (L.) Stuntz. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 96. Lansium domesticum Corr. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 97. Lantana camara L. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 98. Leea indica (Burm. f.) Mer r. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 99. Leucaena glauca (L.) Benth. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 100. Luvunga eleutherandra Dalz. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 101. Mangifera indica L. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 102. Manihot esculenta 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 103. Manihot utilissima Pohl. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 104. Manilkara kauki (L.) Dubard. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 105. Melia azedarach L. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 106. Mimosa pudica L. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 107. Morinda citrifolia L. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 108. Moringa oleifera Lamk. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 109. Morus alba L. 4, 6, 7, 9, 10

110. Muntingia calabura L. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 111. Musa brachycarpa Back. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 112. Musa paradisiaca L. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 113. Myristica fragrans Houtt. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 114. Ocimum sanctum L. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 115. Orthosiphon aristatus (Bl.) Miq. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 116. Paederia scandens (Lour.) Merr. 10

117. Parkia roxburghii G. Don. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 118. Parkia speciosa Hassk. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 119. Peronema canescens Jack. 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 120. Phaseolus radiatus L. 4, 6, 7, 8, 9, 10 121. Phyllanthus niruri L. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 122. Physalis angulata L. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 123. Piper betle L. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 124. Piper nigrum L. 10

125. Piper retrofractum Vahl. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 126. Pluchea indica (L.) Less. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 127. Plumeria acuminata Ait. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 128. Portulaca grandiflora Hook. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 129. Psidium guajava L. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 130. Saccharum officinarum L. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 131. Schima wallichii Korth. 4, 10

132. Selaginella plana Hieron. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 133. Seriocalyx crispus (L.) Bremek. 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 134. Sesamum orientale L. 10

135. Sesbania grandiflora (L. ) Pers. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 136. Shorea leprosula Miq. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 137. Sida rhombifolia L. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 138. Solanum torvum Swartz. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 139. Spondias dulcis Soland. ex Park. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 140. Symplocos fasciculate Zoll. 4, 10

141. Synedrella nodiflora (L.) Gaertn. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 142. Syzygium aromaticum (L.) Merr. & Perry. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10


(6)

Lanjutan Lampiran 28

No. Nama Jenis Lokasi Kecamatan yang sesuai

143. Syzygium cumini (L.) Skeels. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 144. Syzygium polyanthum (Wight.) Walp. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 145. Syzygium polyanthum (Wight.) Walp. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 146. Tacca palmata Bl. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 147. Talinum paniculatum (Jacq.) Gaertn. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 148. Tectona grandis L.f. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 149. Urena lobata L. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 150. Vitex pubescens Vahl. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 151. Vitex trifolia L. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 152. Zingiber officinale Roxb. 4, 10

153. Zingiber purpureum Roxb. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10

Keterangan : 1 = Bakarangan 2 = CLS 3 = CLU 4 = Binuang 5 = Tapin Tengah 6 = Tapin Selatan 7 = Lokpaikat 8 = Tapin Utara 9 = Bungur 10 = Piani