Karakteristik Responden Voluntary Counseling and Testing (VCT) dengan Hasil Tes Anti-HIV Reaktif di RSUP Sanglah Denpasar.

KARAKTERISTIK RESPONDEN VOLUNTARY COUNSELING
AND TESTING (VCT) DENGAN HASIL TES ANTI-HIV REAKTIF
DI RSUP SANGLAH DENPASAR
IGA Putri Purwanthi1, I Ketut Agus Somia2
1

2

Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana
Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP
Sanglah
ABSTRAK

Pemahaman masyarakat mengenai Voluntary Counseling and Testing (VCT) sebagai
pintu gerbang utama bagi perawatan dan pencegahan transmisi HIV-AIDS dinilai masih
kurang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik responden VCT dengan
hasil tes anti-HIV reaktif di RSUP Sanglah Denpasar pada tahun 2012 berdasarkan
distribusi sosio-demografi, perilaku berisiko, alasan tes HIV dan sumber informasi tes.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pengambilan data secara retrospektif yang
dilakukan pada tanggal 21 November 2013 - 25 November 2013.
Total 297 responden dengan hasil tes anti-HIV reaktif didapatkan jenis kelamin

terbanyak adalah laki-laki (60.8%) bertempat tinggal di Denpasar (36.4%), dengan
kelompok umur terbanyak adalah 30-39 tahun (42.4%). Pendidikan terakhir terbanyak
adalah Sekolah Menengah Atas (SMA) (40.1%) dan status perkawinan terbanyak
adalah sudah menikah (63.6%). Sebagian besar responden (36%) beprofesi sebagai
wiraswasta/karyawan swasta dan belum pernah mengakses pelayanan VCT sebelumnya
(94.3%). Kelompok berisiko terbanyak adalah pelanggan PS dan pasangan risti (15.5%)
dengan faktor risiko hubungan seks vaginal berisiko (71.4%). Sebagian besar responden
datang mengakses layanan VCT karena rujukan (46.8%) dengan sumber informasi
terbanyak dari dokter (70.4%).
Perlu edukasi kepada masyarakat mengenai wawasan tentang tes HIV dan evaluasi
program promosi-preventif yang dilaksanakan agar lebih efektif dan tepat sasaran.
Kata kunci: karakteristik responden, tes HIV, VCT Sanglah

CHARACTERISTIC VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING
(VCT) RESPONDENTS WITH REACTIVE ANTI-HIV TEST
RESULT AT RSUP SANGLAH DENPASAR
ABSTRACT

Community understanding of Voluntary Counseling and Testing (VCT) as an entry
point to prevention, care and treatment is still lacking. This study aimed to know about

characteristic of VCT respondents who have reactive test results in RSUP Sanglah
Denpasar based on socio-demographic, behavioral risk factor, the reasons for being
tested and test information resources. A retrospective descriptive study was conducted
among VCT respondents who have reactive test results in RSUP Sanglah Denpasar
during 21 November 2013 - 25 November 2013.
Total 297 respondents who have reactive test results, most of them were men (60.8%)
and mostly from Denpasar (36.4%). About 42.4% between 30-39 years old and their
last educational level was senior high school (40.1%). 63.6% were married and majority
were entrepreneurs and private workers (36%). 15.5% reported as customers of
prostitutes and high risk couple. Major risk factor was unprotected vaginal intercourse
(71.4%). Major reason for being tested was referral and most of them knew about the
test from doctors (70.4%)
Education related HIV test and evaluation for health promotion are needed to be
conducted to perform an effective and accurate program in the future.
Keywords: respondents characteristic, HIV testing, VCT Sanglah

menularkan virus tersebut.1,2 HIV-AIDS

PENDAHULUAN


merupakan
AIDS

(Acquired

Immunodeficiency

Sydrome) merupakan suatu kumpulan

gejala penyakit yang disebabkan oleh
menurunnya kekebalan tubuh akibat
infeksi

oleh

HIV

(Human

Immunodeficiency Virus ).1 HIV-AIDS


memiliki

“window

period”

yang

pandemi

yang

menjadi

ancaman global masyarakat di seluruh
dunia karena sampai saat ini masih
belum dapat ditemukan obat untuk
mengeradikasi virus HIV di dalam
tubuh manusia serta vaksin untuk

pencegahannya.

ditandai dengan fase asimtomatik (fase

Situasi HIV-AIDS di Indonesia sendiri

tanpa gejala) dimana pada fase yang

tergolong

rata-rata berlangsung relatif lama ini,

sejak pertama kali ditemukan di Bali

virus dalam tubuh penderita belum

pada

dapat terdeteksi melalui tes anti-HIV


September

namun

tersebar

si

penderita

sudah

dapat

mengkhawatirkan

tahun

di


1987
2012
341

sampai
kasus
(71%)

karena

dengan

HIV-AIDS
dari

497

kabupaten/kota di seluruh (33) provinsi

di


Indonesia.

Direktorat

laporan

AIDS adalah early diagnosis, yaitu

Pengendalian

dapat mendorong masyarakat untuk

Menurut

Jenderal

Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

tidak


(PP dan PL) Departemen Kesehatan RI,

termotivasi untuk mengikuti tes HIV

secara kumulatif jumlah kasus baru HIV

dan early treatment, yaitu semua yang

yang dilaporkan dari bulan Juli sampai

telah

dengan September 2012 di Indonesia

diberikan antiretroviral (ARV) pada

adalah sebanyak 5.489 kasus sedangkan

masa awal perjalanan penyakit.3


kasus baru AIDS dilaporkan sebanyak
1317 kasus.3
Beberapa

berperilaku

positif

Voluntary

(VCT)

faktor

risiko

HIV-AIDS

berisiko


terinfeksi

Counseling

adalah

HIV

bisa

and

Testing

satu

strategi

HIV-AIDS

dalam

salah

penanggulangan

dan

tertinggi adalah hubungan seks tidak

upaya Getting Zero Infection, Zero

aman pada heteroseksual, penggunaan

AIDS Related Death, dan Zero Stigma

jarum suntik tidak steril pada penasun

Discrimination

(Pengguna Narkoba Suntik), dari ibu

merupakan instrumen dalam upaya

(positif HIV) ke anak, dan LSL (Lelaki

layanan kesehatan paripurna di bidang

Seks

Lelaki).2,3

Pola

persebaran

HIV-AIDS

di

yang

Indonesia.

mencakup

VCT

proses

penyakit HIV-AIDS ini sendiri sudah

konseling pra testing, konseling pasca

mengalami pergeseran tren yaitu tidak

testing, dan testing HIV secara sukarela

hanya ada di kalangan pekerja dan

yang bersifat konfidensialitas dan secara

pelanggan seks saja namun sudah

lebih dini membantu orang mengetahui

menyentuh kalangan masyarakat umum

status HIV mereka.4 Menurut Komisi

seperti ibu rumah tangga dan bayi baru

Penanggulangan

lahir melalui transmisi ibu positif HIV

(KPAN) 2008, sebanyak 70-80 persen

ke anaknya.

penderita HIV-AIDS di Sumatera Utara

AIDS

Nasional

ditemukan setiap bulannya di 14 klinik
Strategi

pengendalian

memadukan

HIV-AIDS

pencegahan,

VCT yang ada di daerah tersebut.5

perawatan,

dukungan, serta pengobatan yang sangat

VCT merupakan suatu entry point bagi

kompleks

dan

perawatan dan pencegahan transmisi

diskriminasi ODHA masih terjadi di

HIV-AIDS yang masih bersifat passive

masyarakat. Prioritas tindakan yang

finding.

dilakukan dalam penanggulangan HIV-

masyarakat serta sosialisasi yang kurang

mengingat

stigma

Kurangnya

pemahaman

tepat sasaran mengenai program VCT

ini mengakibatkan diperlukannya suatu

Sampel pada penelitian ini adalah

data

dapat

seluruh responden klinik VCT Nusa

mengevaluasi upaya promosi-preventif

Indah RSUP Sanglah Denpasar dengan

yang sudah dilakukan selama ini. Di

hasil tes anti-HIV reaktif yang berumur

Indonesia, termasuk di Bali, khususnya

tidak kurang dari 12 tahun dan mengisi

juga di RSUP Sanglah belum ada data

formulir konseling tes sukarela pada

mengenai

tahun 2012.

pendukung

yang

karakteristik

mengenai

responden yang mencari layanan VCT
dengan hasil tes anti-HIV reaktif. Maka
dari itu, untuk membuat layanan ini
dapat berjalan dengan lebih efektif
diperlukan suatu gambaran mengenai
karakteristik responden yang mengakses
layanan VCT dengan hasil tes anti-HIV
reaktif.

Pengumpulan
berdasarkan
demografi
tinggal,
status

data
karakteristik

(jenis

umur,

kelamin,

pendidikan

perkawinan,

HASIL PENELITIAN

RSUP Sanglah Denpasar pada tahun
2012. Penelitian ini dilakukan pada
tanggal 21 November – 25 November
2013 dengan mengambil data dari
folder rekapan formulir konseling tes
sukarela di klinik VCT Nusa Indah
RSUP Sanglah Denpasar pada tahun
2012. Data yang terkumpul dalam
penelitian diolah dengan menggunakan
program SPSS dan dianalisis secara

terakhir,

pekerjaan

dan

risiko), alasan tes HIV dan sumber

Penelitian ini merupakan penelitian

dengan hasil tes anti-HIV reaktif di

tempat

berisiko (kelompok berisiko dan faktor

informasi tes HIV.

karakteristik responden klinik VCT

sosio-

riwayat tes HIV sebelumnya), perilaku

METODE PENELITIAN

deskriptif retrospektif untuk melihat

dilakukan

Tercatat sebanyak 1353 orang yang
mengakses layanan VCT di RSUP
Sanglah pada tahun 2012 dan sebanyak
388 (28.7%) dikonfirmasi memiliki
hasil tes anti-HIV reaktif. Dari data
tersebut

didapatkan

sebanyak

297

sampel yang formulirnya tersedia dan
berumur tidak kurang dari 12 tahun.
Data yang diambil adalah data berupa
karakteristik sosio-demografi, perilaku
berisiko, alasan tes HIV dan sumber
informasi tes HIV.

deskriptif kemudian ditampilkan dalam

Berdasarkan jenis kelamin seperti yang

bentuk tabel frekuensi.

ditunjukkan pada tabel 1, didapatkan
mayoritas responden berjenis kelamin

laki laki (60.9%). Tabel 2 menyajikan

terbanyak adalah kelompok umur 30 -

tentang

responden

39 tahun (42.4%). Mean (rata-rata)

berdasarkan tempat tinggal. Tabel 2

umur responden 34.34 tahun dengan

menunjukkan jumlah terbanyak adalah

median

responden yang bertempat tinggal di

dengan hasil tes anti-HIV reaktif adalah

daerah Denpasar (36.4%) diikuti oleh

16 tahun dan umur tertinggi adalah 69

Badung (21.9%) dan Amlapura (2.7%).

tahun.

karakteristik

32

tahun.

Umur

Berdasarkan tabel 3, kelompok umur

Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis kelamin

Jumlah (n)

Persentase (%)

Laki – laki

181

60.9

Perempuan

112

37.7

4

1.3

297

100

Tidak ada data
Total kasus

Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Tempat Tinggal
Tempat Tinggal

Jumlah (n)

Persentase (%)

Denpasar

108

36.4

Badung

65

21.9

Amlapura

27

9.1

Gianyar

19

6.4

Singaraja

19

6.4

Semarapura

11

3.7

Tabanan

11

3.7

Jembrana

8

2.7

Bangli

5

1.7

Luar Provinsi Bali

4

1.3

Tidak ada data

20

6.7

Total kasus

297

100

terendah

Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur
Kelompok Umur

Jumlah (n)

Persentase (%)

≤ 19 tahun

5

1.7

20 - 29 tahun

92

31.0

30 - 39 tahun

126

42.4

40 - 49 tahun

47

15.8

50 - 59 tahun

14

4.7

≥ 60 tahun

9

3.0

Tidak ada data

4

1.3

297

100

Total kasus

Pendidikan terakhir terbanyak adalah

dirinya bekerja tetapi tidak dijelaskan

Sekolah

lebih lanjut jenis pekerjaannya seperti

Menengah

Atas

(SMA)

(40.1%) diikuti oleh Sekolah Menengah

yang ditunjukkan pada tabel 6.

Pertama (SMP) (17.2%) dan Pendidikan
Tinggi

(16.8%)

seperti

yang

ditunjukkan pada tabel 4. Sedangkan
berdasarkan tabel 5, status perkawinan
terbanyak adalah menikah (63.6%).

Tabel 7 merupakan data mengenai
riwayat tes HIV sebelumnya, mayoritas
responden yang tidak pernah mengakses
layanan

VCT

sebelumnya

yaitu

sebanyak 280 orang (94.3%). Pada
adalah

responden

(36%)

melakukan tes HIV sebelumnya (4%),

diikuti oleh responden yang tidak

sebanyak 6 orang hasilnya positif, 1

bekerja

orang hasilnya negatif dan 5 orang tidak

Jenis

pekerjaan

terbanyak

wiraswasta/karyawan

(9.1%)

dan

swasta

buruh/petugas

kebersihan/PRT (5.4%). Sebanyak 10
orang (3.4%) menuliskan status bahwa

yang

mengetahui hasilnya.

sudah

pernah

Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Pendidikan terakhir

Jumlah (n)

Persentase (%)

Tidak sekolah

1

0.3

SD

44

14.8

SMP

51

17.2

SMA

119

40.1

Pendidikan Tinggi

50

16.8

Tidak ada data

32

10.8

Total kasus

297

100

Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Status Perkawinan
Status Perkawinan

Jumlah (n)

Persentase (%)

Belum menikah

79

26.6

Menikah

189

63.6

Cerai

17

5.7

Tidak ada data

12

4.0

Total kasus

297

100

Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan

Jumlah (n)

Persentase (%)

Tidak bekerja

27

9.1

Bekerja (tanpa keterangan)

10

3.4

Wiraswasta/Karyawan Swasta

107

36

Buruh/Petugas Kebersihan/PRT

16

5.4

Ibu Rumah Tangga

14

4.7

PNS

11

3.7

Supir

11

3.7

Satpam

7

2.4

Petani

5

1.7

POLRI

3

1

Pekerja Seks Komersial

2

0.7

Pejabat Lembaga Legislatif

1

0.3

Tenaga Kesehatan

1

0.3

Lainnya

14

4.7

Tidak ada data

68

22.9

Total kasus

297

100

Tabel 7. Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Tes HIV Sebelumnya
Riwayat Tes

Jumlah (n)

Persentase (%)

Tidak pernah

280

94.3

Pernah

12

4.0

Tidak ada data

5

1.7

297

100

Total kasus

Berdasarkan kelompok berisiko seperti

PS (15.5%). Sebanyak 41 orang (13.8)

yang

8,

termasuk ke dalam lebih dari satu

didapatkan sebanyak 217 orang mengisi

kelompok berisiko. Berdasarkan tabel 9,

data kelompok berisiko pada formulir

faktor risiko terbanyak adalah hubungan

dengan

seks

ditunjukkan

distribusi

pada

sebagai

tabel

berikut:

vaginal

berisiko

(71.4%).

kelompok berisiko terbanyak adalah

Sebanyak 15 orang termasuk ke dalam

pasangan risti (15.5%) dan pelanggan

lebih dari faktor risiko (5%).

Seperti yang dapat dilihat pada tabel 10,

orang (15.8%) memiliki lebih dari satu

alasan tes terbanyak adalah berdasarkan

alasan tes. Sumber informasi tes HIV

rujukan (46.8%) diikuti oleh merasa

terbanyak berasal dari dokter (70.4%)

berisiko (20.5%) dan ada gejala tertentu

diikuti oleh lay konselor (57%) dan

(15%). Rujukan yang dimaksud berasal

teman (16%) seperti yang ditunjukkan

dari dokter, klinik swasta dan Palang

pada tabel 11.

Merah Indonesia (PMI). Sebanyak 47

Tabel 8. Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Berisiko
Kelompok Berisiko

Jumlah (n)

Persentase (%)

Pelanggan PS

46

15.5

Pasangan risti

46

15.5

Pasien TB

35

11.8

PS tidak langsung

12

4.0

PS langsung

4

1.3

Gay

10

3.4

Penasun

1

0.3

Pelanggan PS dan pasien TB

23

7.7

PS tidak langsung dan pasien

9

3.0

Pasien TB dan pasangan risti

6

2.0

Pasangan risti dan pelanggan

1

0.3

Gay dan pasien TB

1

0.3

Penasun, pelanggan PS dan

1

0.3

Lainnya

22

7.4

Tidak ada data

80

26.9

Total kasus

297

100

Lebih dari satu kelompok berisiko

TB

PS

pasien TB

Tabel 9. Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Risiko

Faktor Risiko

Jumlah (n)

Persentase (%)

Tidak ada faktor risiko

18

6.1

Hubungan seks vaginal berisiko

212

71.4

Anal seks berisiko

13

4.4

Bergantian peralatan suntik

4

1.3

Tato

2

0.7

7

2.4

7

2.4

1

0.3

Lainnya

23

7.7

Tidak ada data

10

3.4

Total kasus

297

100

Lebih dari satu faktor risiko
Hubungan seks vaginal dan anal
berisiko
Hubungan seks vaginal berisiko
dan tato
Hubungan seks vaginal berisiko
dan bergantian peralatan suntik

Tabel 10. Distribusi Responden Berdasarkan Alasan Tes HIV

Alasan Tes

Jumlah (n)

Persentase (%)

Rujukan

139

46.8

Merasa berisiko

61

20.5

Ingin tahu saja

23

7.7

Ada gejala tertentu

15

5.1

40

13.5

Merasa berisiko dan rujukan

3

1.0

Ada gejala tertentu dan merasa

3

1.0

1

0.3

Lainnya

6

2.0

Tidak ada data

6

2.0

297

100

Lebih dari satu alasan tes
Ada gejala tertentu dan
rujukan

berisiko
Ingin tahu saja dan ada gejala
tertentu

Total kasus

Tabel 11. Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi Tes HIV
Sumber Informasi

Jumlah (n)

Persentase (%)

Dokter

209

70.4

Lay konselor

57

19.2

Teman

16

5.4

Petugas outrace

1

0.3

Internet

1

0.3

Dokter dan lay konselor

1

0.3

Teman dan lay konselor

1

0.3

Koran dan brosur

1

0.3

Koran, TV dan teman

1

0.3

Lainnya

5

1.7

Tidak ada data

4

1.3

297

100

Lebih dari satu sumber informasi

Total kasus

Ditinjau dari distribusi berdasarkan

PEMBAHASAN
Berdasarkan
kelamin,

distribusi menurut jenis

responden

dengan

jenis

kelamin laki-laki (60.9%) lebih banyak
daripada perempuan (37.7%) dengan
perbandingan 5 : 3. Hal ini sesuai
dengan data kumulatif penderita HIVAIDS di Bali periode 1987 sampai
dengan Agustus 2012 dimana jumlah
penderita

HIV-AIDS

dengan

jenis

kelamin laki-laki adalah sebanyak 4.288
orang

dan

dengan

jenis

kelamin

perempuan sebanyak 2216 orang.6 Hal
ini mungkin diakibatkan oleh populasi
laki-laki

yang

lebih

banyak

kelompok umur yang paling banyak
didapatkan adalah kelompok umur 3039

tahun

(42.4%),

diikuti

oleh

kelompok umur 20-29 tahun (31%).
Begitu

pula

Direktorat

menurut
Jenderal

data

dari

Pengendalian

Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
(PP dan PL) Departemen Kesehatan RI
didapatkan persentase kumulatif kasus
AIDS di Indonesia dari tahun 1987 2012 adalah tertinggi pada kelompok
umur 20-29 tahun (42,3%), diikuti
kelompok umur 30-39 tahun (33,1%).3

dan

Data mengenai distribusi hasil tes anti-

kecenderungan lebih dari satu laki-laki

HIV reaktif berdasarkan umur di atas

yang mendapat HIV dari satu saja

menunjukkan sebagian besar pasien

perempuan pekerja seks.

HIV-AIDS ditemukan pada kelompok

Distribusi hasil tes anti-HIV reaktif
berdasarkan tempat tinggal didapatkan
data sebagian besar bertempat tinggal di
Denpasar (36.4%) dan diikuti oleh
Badung (21.9%). Hal ini mungkin
diakibatkan oleh letak klinik VCT Nusa
Indah sendiri yang berada di Denpasar.
Selain itu hal ini dapat disebabkan oleh
kecenderungan paparan faktor atau
perilaku berisiko yang cukup tinggi di
daerah

perkotaan

pelanggan

pekerja

seperti

perilaku

seks,

pengguna

narkoba suntik, tato, dan lainnya.

usia

produktif.

merupakan

Fenomena

ancaman

produktivitas

ini

terhadap

individu

yang

bersangkutan dan secara tidak langsung
merupakan

ancaman

pula

bagi

pembangunan nasional di Indonesia.
Adapun sebagaimana yang telah di atur
dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Republik Indonesia
No.

68

tahun

2004,

dengan

dilatarbelakangi oleh merebaknya kasus
HIV-AIDS di kalangan usia produktif
maka

perlu

diberikan

informasi,

pendidikan dan pelatihan mengenai
HIV-AIDS kepada tenaga kerja sebagai

bentuk

upaya

pencegahan

dan

kesadaran untuk mengakses layanan

penanggulangan HIV-AIDS di tempat

kesehatan

kerja.7

berisiko.10

apabila

mengenai
Distribusi hasil tes anti-HIV reaktif
berdasarkan

pendidikan

didapatkan

data

terakhir

terbanyak

pada

kelompok Sekolah Menengah Atas
(SMA) (40.1%), diikuti oleh Sekolah
Menengah Pertama (SMP) (17.2%) dan
Pendidikan Tinggi (16.8%). Zhang et al

merasa

Sebaiknya
HIV-AIDS

dirinya

pendidikan
ini

diberikan

secara wajib kepada siswa Pendidikan
Tinggi, SMP maupun SMA melihat
tingginya angka prevalensi HIV-AIDS
di antara golongan tersebut sehingga
mereka akan memiliki wawasan dan
dapat memproteksi dirinya sendiri dari
hal-hal yang berisiko.

(2012), menyatakan bahwa salah satu
faktor yang mempengaruhi rendahnya

Ditinjau dari distribusi berdasarkan

pemanfaatan VCT di kalangan rural

status

migrants di China adalah pengetahuan

terbanyak pada kelompok responden

mengenai

yang sudah menikah (63.6%). Hal ini

HIV-AIDS

yang

kurang

perkawinan

didapatkan

data

memadai dan ketakutan akan adanya

perlu

stigma di masyarakat mengenai HIV-

banyaknya kemungkinan transmisi yang

AIDS.8

dapat

menjadi

terjadi

perhatian

seperti

karena

suami

yang

menularkan HIV kepada istrinya atau
Hasil

tes

anti-HIV

berdasarkan

tingkat

menunjukkan
responden

yang

pendidikan

sebagaian

memiliki

reaktif

latar

ini

besar
belakang

pendidikan terakhir Pendidikan Tinggi,
SMP dan SMA. Redding et al (2000)
seperti yang dikutip oleh Purwaningsih
(2010),

menyatakan

bahwa

tingkat

pendidikan seseorang mempengaruhi
persepsi dan perilaku orang tersebut
akan kesehatannya.9,10 Semakin tinggi

sebaliknya

dan

bisa

juga

terjadi

transmisi ibu positif HIV ke anak yang
dikandungnya.
bersifat

Walaupun

sukarela,

tes

perlu

HIV

diberikan

edukasi kepada pasangan yang akan
menikah akan pentingnya tes kesehatan
khususnya tes HIV sebelum masuk ke
jenjang

pernikahan.

Melalui

early

diagnostic maka transmisi HIV pun

dapat dicegah.

tingkat pengetahuan akan berpengaruh

Jenis

terhadap perilaku yang tidak berisiko

responden tes anti-HIV reaktif adalah

terhadap suatu penyakit dan tingginya

wiraswasta/karyawan

pekerjaan

terbanyak

swasta

pada

(36%).

Beberapa

jenis

pekerjaan

wiraswasta/karyawan

yang

bahwa praktek prostitusi merupakan

dimaksud dalam penelitian ini adalah

salah satu akar sumber penularan HIV-

karyawan toko, pedagang, karyawan

AIDS akibat perilaku seksual yang

hotel,

berisiko tinggi. Rendahnya persentase

karyawan

swasta

orang (0.7%). Seperti yang kita ketahui

perusahan

travel,

karyawan tempat spa atau tukang pijat

tersebut

dan lainnya. Hal ini berakitan dengan

rendahnya kesadaran wanita pekerja

data karakteristik berdasarkan umur

seks untuk mencari pelayanan VCT atau

dimana

reaktif

mereka enggan untuk menuliskan status

didapatkan terbanyak pada kelompok

pekerjaannya pada formulir. Maka dari

usia produktif. Melihat hal ini maka

itu data ini perlu dikaji lagi dan

sangat diperlukan kebijakan mengenai

pendidian tentang safe sex pada tempat-

HIV-AIDS di tempat kerja minimal

tempat prostitusi masih perlu dilakukan.

hasil

mencakup

tes

anti-HIV

program

informasi

yang

mengenai

perilaku

seksual

menjaga

sikap

aman

dan

nondiskriminatif.

Kegiatan juga mencakup dialog dengan
karyawan

untuk

menumbuhkan

lingkungan kerja yang sehat, hak untuk
mendapat perlindungan dan dukungan,
terjaminnya kerahasiaan serta tidak
adanya PHK. Program HIV-AIDS di
tempat kerja sangat penting karena akan
memberikan rasa aman dan nyaman
pada karyawan dan staf perusahaan
serta

menghilangkan

diakibatkan

oleh

berisikan

pencegahan,

yang

bisa

stigma

dan

diskriminasi serta jaminan tidak adanya
pemecatan.5,7

Berdasarkan

riwayat

tes

HIV

sebelumnya, didominasi pada responden
yang tidak pernah mengakses layanan
VCT sebelumnya (94.3%). Hal ini dapat
berarti bahwa kesadaran masyarakat
untuk melakukan VCT khususnya pada
mereka yang terpapar faktor risiko
masih kurang. Pada responden yang
sudah pernah melakukan tes HIV
sebelumnya (4%), sebanyak 6 orang
hasilnya positif, 1 orang hasilnya
negatif dan 5 orang tidak mengetahui
hasilnya. Hal ini perlu dikaji lagi
apakah ada kemungkinan responden
yang sebelumnya sudah pernah di tes
HIV tersebut mengulang tes kembali

Hal lain yang perlu disoroti adalah

karena tidak percaya dengan hasil tes

rendahnya persentase responden yang

sebelumnya.

mengisi data pekerjaan sebagai Pekerja
Seks Komersial (PSK) yaitu sebanyak 2

Berdasarkan

distribusi

kelompok

memudahkan upaya promosi-preventif

berisiko, dari 217 responden yang

yang tepat sasaran dan efektif. Perlu

mengisi

kelompok

diberikan edukasi kepada masyarakat

berisiko terbanyak adalah pelanggan PS

khususnya yang termasuk ke dalam

(15.5%) dan pasangan risti (15.5%).

kelompok berisiko mengenai hal ini

Sebanyak 80 orang responden (26.9%)

sehingga mereka dapat menghindari

tidak mengisi data kelompok berisiko

faktor

pada

diberikan

data

didapatkan

formulir.

Hal

ini

mungkin

risiko

tersebut.

Perlu

pengertian

juga

terhadap

disebabkan karena persepsi mereka

responden di VCT Nusa Indah RSUP

tentang tidak pentingnya data kelompok

Sanglah

berisiko dalam prosedur tes yang akan

kelompok berisiko pada formulir yang

dilaksanakan atau mereka malu dan

sudah disediakan.

pentingnya

mengisi

data

enggan untuk mengisinya.
Ditinjau dari distribusi hasil tes antiMenurut Guidelines on Surveillance

HIV

among Populations Most at Risk for

didapatkan terbanyak pada responden

HIV UNAIDS 2011, beberapa populasi

dengan riwayat faktor risiko hubungan

spesifik

dalam

seks vaginal berisiko (71.4%). Beberapa

kelompok berisiko HIV adalah pekerja

bentuk transmisi HIV-AIDS adalah

seks, pelanggan pekerja seks, pengguna

penularan melalui hubungan seksual

narkoba suntik, dan Lelaki Seks Lelaki

yaitu sekitar 75% dari kasus penularan

(LSL).11 Pada penelitian ini pasien

HIV, darah dan produk darah yang

Tuberculosis (TB) termasuk kelompok

terinfeksi seperti tranfusi darah yang

berisiko pada formulir konseling tes

tidak ditapis serta pemakaian jarum

sukarela disebabkan oleh karena TB

suntik

merupakan koinfeksi HIV tersering

bergantian, dan transmisi ibu ke anak.2

(40%)

yang

dan

masuk

ke

merupakan

yang

tidak

faktor

steril

risiko

secara

penyebab

mortalitas utama pada Orang Dengan
Infeksi HIV-AIDS (ODHA).

berdasarkan

12,13

Fakta

tersebut mengakibatkan dibutuhkannya
tes VCT pada orang-orang dengan TB.

Edukasi mengenai safe sex dan ABCD
(Abstinence,
Drugs)

Be

perlu

Faithful,

dilakukan

Condom,

kepada

kelompok berisiko dan juga masyarakat
umum

mengingat

sudah

terjadi

Dengan mengetahui kelompok apa yang

pergeseran tren penyakit HIV-AIDS

berisiko

pada ibu rumah tangga yang tertular

terhadap

HIV-AIDS

akan

dari suami dengan perilaku seks yang

adanya faktor risiko dalam diri mereka,

berisiko.

kampanye

ketakutan akan HIV-AIDS itu sendiri,

penggunaan kondom masih tergolong

ketakutan akan stigma dan diskriminasi

kontroversi di beberapa daerah, masih

di masyarakat, kurangnya pengetahuan

perlu

akan tes HIV, keadaan finansial dan

Walaupun

dilakukan

mendukung

upaya

kebijakan

dalam

penggunaan

lainnya.15,16

kondom kepada para pekerja seks yang
dicantumkan

pada

Strategi

Komisi

Penanggulangan AIDS Nasional tahun
2007-2010 untuk mencegah penularan

Berkaitan dengan alasan tes HIV,
sumber informasi tes mengenai VCT itu
sendiri sebagian besar berasal dari
dokter

HIV.14

yaitu

sebanyak

209

orang

(70.4%). Sumber informasi lain seperti
Ditinjau dari alasan responden VCT

koran dan brosur serta internet masing-

dengan

dalam

masing hanya diakses oleh 1 responden

mengakses layanan VCT didapatkan

(0.3%). Hal ini dapat berarti kampanye

alasan terbanyak adalah melakukan tes

yang

karena

rujukan

rujukan

yang

hasil

tes

reaktif

dilakukan

oleh

komunitas-

(46.8%).

Sumber

komunitas yang bergerak di bidang

mendominasi

adalah

HIV-AIDS masih belum tepat sasaran

rujukan dari dokter. Hal ini berarti

mengingat brosur, pamflet dan poster

penderita baru melakukan VCT jika

adalah

sudah

dan

informasi yang biasa dipakai oleh

mendatangi praktik dokter tertentu.

komunitas-komunitas tersebut. Hal ini

Sedangkan responden yang melakukan

perlu menjadi bahan pertimbangan dan

VCT karena merasa berisiko adalah

bahan evaluasi untuk program dan

sebanyak 61 orang (20.5%).

upaya promosi-preventif berikutnya.

Hal ini berbeda dengan penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini terkait

Mungrue et al (2012), dimana alasan

dengan sumber data yang berasal dari

utama responden HIV rapid test di

formulir yang diisi oleh responden. Hal

Trinidad dalam mengakses pelayanan

ini mengakibatkan banyaknya kesulitan

tersebut adalah rasa ingin tahu (38%).15

dalam

Beberapa faktor penghambat responden

karena beberapa formulir tidak diisi

dalam mengakses layanan tes HIV

dengan lengkap. Disamping itu jangka

terjadi

gejala

tertentu

adalah persepsi mereka akan tidak

media

pencarian

utama

penyebaran

kelengkapan

data

waktu pengambilan serta pengolahan

masyarakat mengenai HIV-AIDS dan

data juga relatif pendek.

dievaluasi agar lebih efektif dan tepat
sasaran.

SIMPULAN

Perlu

dilakukan

penelitian

lanjutan dengan metode penelitian yang

Sebagian

besar

responden

kelamin

laki-laki

berjenis

(60.9%)

dan

bertempat tinggal di Denpasar (36.4%).

lain dan dalam jangka waktu yang lebih
lama agar data yang didapatkan lebih
lengkap dan tepat.

Kelompok umur terbanyak adalah pada
usia produktif yaitu umur 30-39 tahun
(42.4%)

dengan

pekerjaan

1. Djoerban Z, Djauzi S. HIV/AIDS di

terbanyak adalah wiraswasta/karyawan

Indonesia. Ilmu Penyakit Dalam. In:

swasta

Sudoyo AW, Setiyohadi B, editors.

(36%).

responden

jenis

DAFTAR PUSTAKA

Pendidikan

terakhir

sebagian

besar

adalah

Ilmu

Sekolah

Menengah

Atas

(SMA)

Interna Publishing, 2009; p. 2861-

(40.1%)

dan

status

perkawinan

Penyakit

Dalam.

Jakarta:

70.

terbanyak adalah menikah (63.6%).
Sebagian besar responden belum pernah
mengakses layanan VCT sebelumnya

2. Kumar V, Cotran RS, Robbins SL.
Buku Ajar Patologi. 7th ed, Vol 1.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

(94.3%)

EGC, 2007; p. 164-3.
Kelompok berisiko terbanyak adalah
pelanggan PS (15.5%) dan pasangan
risti (15.5%) dengan faktor risiko
terbanyak adalah hubungan seks vaginal
berisiko (71.4%). Alasan responden
dalam mengakses layanan VCT ini
adalah sebagian besar karena rujukan
(46.8%). Sumber informasi terbanyak
mereka dapatkan dari dokter (70.4%).
Dari penelitian ini, dapat kami sarankan
bagi pihak yang bergerak di bidang
promosi-preventiv

HIV-AIDS

agar

lebih menggalakkan edukasi kepada

3. Departemen

Kesehatan

Perkembangan

R.I.

HIV-AIDS

di

Indonesia Triwulan III tahun 2012.
[monograph in internet]. Jakarta:
Depkes; 2012 [cited November 26]:
Available

from

http://www.depkes.go.id.
4. Keputusan
Republik

Menteri

Kesehatan

Indonesia

Nomor

1507/MENKES/SK/X/2005
Tentang

Pedoman

Pelayanan

Konseling dan Testing HIV/AIDS
Secara

Sukarela

(Voluntary

Counselling and Testing), Tanggal

VCT pada orang risiko tinggi

18 Oktober 2005.

HIV/AIDS. JurnalNers. 2011; 6:5867.

5. Komisi Penanggulangan AIDS. 70
Persen

Kasus

HIV

Ditemukan

10. Dinorah,

Oliva,

Arturo,

et

al.

women

in

HIV/AIDS

among

internet]. Medan: KPA; 2011 [cited

Havana,

Cuba:

November

MEDICC Review. 2013; 15:29-35.

Melalui

VCT.

[monograph

26]:

Available

in

from

1986-2011.

http://www.aidsindonesia.or.id.
11. UNAID. Guidelines on surveillance
6. Komisi Penanggulangan AIDS Kota
Denpasar. Situasi kasus HIV-AIDS

among populations most at risk for
HIV. Geneva: WHO; 2011.p.1-40.

di Provinsi Bali dari tahun 1987 s/d
Agustus

2012.

[monograph

in

internet]. Bali: KPA; 2012 [cited
November

26]:

Available

from

12. Utama S, Somia A, Parwati T.
Pengaruh pemberian kombinasi anti
retro virus lebih awal terhadap
mortalitas pada ko-infeksi TB-HIV

http://kpa.denpasarkota.go.id/.

di Rumah Sakit sanglah Denpasar. J
7. Keputusan Menteri Tenaga Kerja
dan

Transmigrasi

Indonesia

Republik

Nomor:

68/MEN/IV/2004

Kep.
Tentang

Pencegahan dan Penanggulangan
HIV-AIDS

di

Tempat

Kerja,

8. Zhang T, Zhang J, Gao M, He N,
Detels R. Knowledge, attitudes and
of

voluntary

13. Harries A, Maher D, Graham S.
Background
Tuberculosis

information
and

HIV.

on
WHO:

TB/HIV a clinical manual. 2nd ed.
Geneva: WHO; 2004.p.23-40.

Tanggal 28 April 2004.

practices

Penyakit Dalam. 2011; 12:121-5.

HIV

couselling and testing among rural
migrants in central China: a crosssectional study. European Journal of
Public Health. 2011; 22:192-7.

14. Komisi

Penanggulangan

AIDS

Nasional. 2010. Strategi dan rencana
aksi nasional penanggulangan HIV
dan

AIDS

tahun

2010-2014.

http://www.aidsindonesia.or.id/strat
egi-dan-rencana-aksi-nasionalpenanggulangan-hiv-dan-aidstahun-2010-2014, Diakses pada 26

9. Purwaningsih, Misutarno, Imamah
SN. Analisis faktor pemanfaatan

November 2013.

15. Mungrue K, Sahadool S, Evans R,

16. Yazdanpanah Y, Lange J, Gerstoft

et al. Assesing the HIV test in the

J, Cairns G. Earlier testing for HIV -

fight

HIV/AIDS

how do we prevent late presentation.

epidemic in Trinidad. Dovepress.

Antiviral Therapy 2010;15 Suppl

2013; 5:191-8.

1:17-24.

against

the

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Layanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) pada Kelompok Risiko HIV/AIDS di Klinik IMS dan VCT Veteran Medan

5 90 147

Karakteristik Penderita HIV/Aids Di Pusat Pelayanan Khusus (PUSYANSUS) Klinik Voluntary Counseling And Testing (VCT) RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2006 – 2007

2 59 101

Faktor – Faktor Yang Berhubungan dengan Niat Ibu Hamil Untuk memanfaatkan Layanan VCT (Voluntary Counseling and Testing) Di wilayah Kerja Puskesmas Ciputat, Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten Tahun 2014

5 30 193

Modul pelatihan konseling dan tes sukarela HIV untuk konselor profesional = Voluntary counseling and testing (VCT) - [ BUKU ]

0 4 308

Pengantar Konseling VCT (Voluntary Counseling and Testing).

0 0 22

PROSES KOMUNIKASI DOKTER-PASIEN DALAM PELAKSANAAN HIV VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING (VCT) Di RSUD TUGUREJO SEMARANG.

0 1 8

Studi Fenomenologi Pelaksanaan Voluntary Counseling and Testing (VCT) HIV di RSUP Dr. Kariadi Semarang - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 18

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Layanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) pada Kelompok Risiko HIV/AIDS di Klinik IMS dan VCT Veteran Medan

0 0 16

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU VCT (VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING) HIVAIDS PADA IBU RUMAH TANGGA DI PUSKESMAS TEGALREJO YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU VCT (VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING)

0 0 11

GAMBARAN KARAKTERISTIK DAN PENGETAHUAN PASIEN TENTANG HIV/AIDS PADA PELAYANAN VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING (VCT) DI KABUPATEN KENDAL - Repository Universitas Muhammadiyah Semarang

0 1 17