Karakteristik Penderita HIV/Aids Di Pusat Pelayanan Khusus (PUSYANSUS) Klinik Voluntary Counseling And Testing (VCT) RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2006 – 2007

(1)

SKRIPSI

KARAKTERISTIK PENDERITA HIV/AIDS DI PUSAT PELAYANAN KHUSUS (PUSYANSUS) KLINIK VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING (VCT)

RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2006 – 2007

Oleh :

GIFANI ANASTASYA NIM. 041000146

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2008


(2)

KARAKTERISTIK PENDERITA HIV/AIDS DI PUSAT PELAYANAN KHUSUS (PUSYANSUS) KLINIK VOLUNTARY COUNSELING

AND TESTING (VCT) RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2006-2007

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

GIFANI ANASTASYA 041000146

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2008


(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi Dengan Judul :

KARAKTERISTIK PENDERITA HIV/AIDS DI PUSAT PELAYANAN KHUSUS (PUSYANSUS) KLINIK VOLUNTARY COUNSELING

AND TESTING (VCT) RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2006-2007

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :

GIFANI ANASTASYA NIM. 041000146

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 25 November 2008

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH Drs. Jemadi, M.Kes

NIP. 130702002 NIP. 131996168

Penguji II Penguji III

dr. Achsan Harahap, MPH drh.Rasmaliah,M.Kes NIP.

130318031 NIP. 390009523

Medan, Desember 2008 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

dr. Ria Masniari Lubis, MSi NIP. 131124053


(4)

ABSTRAK

AIDS sebagai sindroma berkurangnya daya kekebalan tubuh merupakan salah satu infeksi menular seksual yang disebabkan oleh HIV. Sejak pertama kali dilaporkan di Indonesia, jumlah kasus meningkat dengan cepat. Departemen Kesehatan RI tahun 2007 menyatakan prevalensi AIDS sebesar 4,57/100.000 penduduk.

Untuk mengetahui karakteristik penderita HIV/AIDS di Pusyansus Klinik VCT RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2006-2007 dilakukan penelitian deskriptif dengan desain Case Series. Populasi berjumlah 522 kasus dengan sample sebanyak 226 kasus yang diambil secara simple random sampling. Data dianalisis dengan uji Chi-Square.

Hasil menunjukkan proporsi tertinggi pada kelompok umur 20-39 tahun (86,7%), jenis kelamin laki-laki (81,0%), suku Batak (42,5%), tingkat pendidikan SLTA (83,6%), pekerjaan wiraswata (35,0%), status perkawinan kawin (42,5%), dan daerah tempat tinggal Medan (63,3%). Proporsi faktor risiko penularan penderita HIV/AIDS terbanyak melalui heteroseksual (57,1%) dan penggunaan jarum suntik bersama pada IDU (35,8%).

Ditemukan bahwa proporsi penderita HIV/AIDS yang kawin lebih besar secara bermakna pada perempuan dan faktor risiko seksual dibanding dengan yang belum kawin (p= 0,000). Demikian pula proporsi pada pendidikan menengah lebih besar secara bermakna pada faktor risiko IDU dan seksual (p=0,000), kemudian proporsi jenis kelamin laki-laki lebih besar secara bermakna pada seksual,IDU dan lain-lain dibanding pada perempuan (p=0,000).

Pusyansus Klinik VCT agar semakin meningkatkan pelayanan konselingnya secara sukarela mengenai bahaya terhadap faktor risiko penularan terutama seksual dan IDU, melayani dan memberikan dukungan kepada penderita dan petugas administrasi disarankan lebih melengkapi pencatatan dalam laporan bulanan mengenai variabel suku, pekerjaan, dan status perkawinan.


(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : GIFANI ANASTASYA

Tempat/Tanggal Lahir : Medan / 31 Juli 1986

Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum Kawin Jumlah Anggota Keluarga : 5 orang

Alamat Rumah : Jln. Sehati Gg. Bunga Matahari No. 7 Medan Kode Pos 20237

RIWAYAT PENDIDIKAN :

Tahun 1991 – 1992 : TK Yapena 1945 Medan Tahun 1992 – 1998 : SD Nasrani 5 Medan Tahun 1998 – 2001 : SLTP Negeri 12 Medan Tahun 2001 – 2004 : SMU Negeri 3 Medan Tahun 2004 – 2008 : FKM USU Medan


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai Bapa yang selalu memberi berkat kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini, yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Selama penulisan skripsi yang berjudul “Karakteristik Penderita HIV/AIDS Di Pusat Pelayanan Khusus (Pusyansus) Klinik Voluntary Counseling and Testing (VCT) RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2006-2007”, tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun material. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya dengan tulus kepada:

1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, MSi selaku Dekan FKM-USU.

2. Bapak Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH selaku Ketua Departemen Epidemiologi FKM-USU dan sekaligus sebagai dosen pembimbing I yang selalu sabar dan setia untuk meluangkan waktu dan pikiran dalam memberikan petunjuk, saran dan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

3. Ibu drh. Rasmaliah M.Kes selaku dosen Penasehat Akademik sekaligus sebagai dosen penguji II yang telah banyak memberikan masukan dan kritikan yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Jemadi M. Kes selaku dosen pembimbing II dan Bapak dr. Achsan Harahap, MPH selaku dosen penguji I yang senantiasa meluangkan waktu dalam memberikan saran dan kritik yang berguna untuk kesempurnaan skripsi ini.


(7)

5. Kepala Direktur RSUP H. Adam Malik Medan yang telah memberikan izin kepada penulis beserta seluruh staff Litbang yang senantiasa membantu penulis untuk melaksanakan penelitian.

6. Kepala Pusat Pelayanan Khusus Klinik VCT yang merupakan lokasi penelitian penulis beserta seluruh staff yang bertugas (Bu’ Mel, Bibik Emas, Dina, dll) atas waktu, tenaga, pikiran yang selalu terbuka bagi penulis sehingga memudahkan penulis pada saat melakukan penelitian.

7. Kedua orang tuaku tersayang, Ir. L. Simbolon dan D. br. Malau yang selalu berdoa tak henti-hentinya dan memberi dukungan baik moril maupun materil, nasehat, cinta, kasih sayang, perhatian, dan pengorbanan serta motivasi yang tulus untuk kelancaran penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Abang, kakak dan adikku tersayang, bang Hendra & kak Sanggul, bang Loi & Kak Yeni, Kak Yuli dan adikku Gatha dan keponakan kecilku “Yoli”. Kalian telah memberi arti dalam hidupku melalui dorongan semangat dan doa yang tak pernah pupus demi menyelesaikan skripsi ini.

9. Sahabat-sahabat terbaikku Aina, Nove, Pida, Rika dan Frengki yang selalu mendukung, membantu dan memberikan semangat bagi penulis dengan tak henti-hentinya serta selalu ada bersama saat suka dan duka membuat hari-hari semakin indah dan berarti. Terima kasih untuk persahabatan selama ini.

10. Yanti, Irma, Dori, Imel, Lastiar, Neri, Desy, Martha, Eber, Bellina, Iin, Bunda, Ditha, Jay dan juga seluruh teman – teman peminatan Epidemiologi stambuk 2004 atas semangat, kerjasama, canda tawa melalui ikatan persahabatan yang terus terjalin selama penulisan skripsi ini.


(8)

11. Teman dan saudaraku “Eks Judika Choir” (Nova Piri, Evelyn, Donal, dll) dan temanku Ocha, Nita, Icut terima kasih untuk persaudaraan dan dorongan semangat serta kesabaran yang selalu kalian berikan selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan dapat dijadikan acuan bagi penelitian selanjutnya. Semoga Tuhan memberikan berkat kepada kita semua. Amin.

Medan, Desember 2008 Penulis,


(9)

DAFTAR ISI

Hal

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Daftar Riwayat Hidup... iii

Kata Pengantar... iv

Daftar Isi... vii

Daftar Tabel ... x

Daftar Gambar... xi

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1. Tujuan Umum ... 4

1.3.2. Tujuan Khusus ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 6

2.1. Definisi HIV/AIDS ... 6

2.1.1 Definisi HIV... 6

2.1.2 Definisi AIDS ... 8

2.2. Etiologi dan Patogenesis ... 9

2.3. Epidemiologi HIV/AIDS... 10

2.3.1. Distribusi dan Frekuensi ... 10

2.3.2. Determinan... 11

2.4. Transmisi HIV/AIDS ... 12

2.4.1. Transmisi Seksual... 12

2.4.2. Transmisi Non Seksual ... 13

2.5. Diagnosis ... 14

2.5.1. Diagnosis Dini Infeksi HIV ... 14

2.5.2. Diagnosis AIDS ... 16

2.5.3. Manifestasi Klinis Pada Anak-anak ... 17

2.6. Metode Pengambilan Darah Tes HIV... 17

2.6.1. Unlinked Anonymous... 17

2.6.2. Voluntary Anonymous... 18

2.6.3. Voluntary Confidential... 18

2.6.4. Mandatory... 18

2.6.5. Compulsatory... 18

2.7. Pencegahan HIV/AIDS ... 19

2.7.1. Pencegahan Primer ... 19

2.7.2. Pencegahan Sekunder ... 19


(10)

2.8. VCT (Voluntary Counseling and Testing)... 21

2.8.1. Definisi VCT... 21

2.8.2. Tujuan VCT ... 21

2.8.3. Prinsip Pelayanan VCT ... 22

2.8.4. Tahapan VCT ... 23

BAB 3 KERANGKA KONSEP... 25

3.1.Model Kerangka Konsep ... 25

3.2.Definisi Operasional... 25

BAB 4 METODE PENELITIAN... 29

4.1. Jenis Penelitian... 29

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29

4.2.1. Lokasi Penelitian ... 29

4.2.2. Waktu Penelitian ... 29

4.3. Populasi dan Sampel ... 29

4.3.1. Populasi... 29

4.3.2. Sampel ... 30

4.4. Metode Pengumpulan Data... 32

4.5. Teknik Analisa Data... 32

BAB 5 HASIL PENELITIAN... 33

5.1. Deskripisi Lokasi Penelitian ... 33

5.1.1. RSUP. H. Adam Malik Medan... 33

5.1.2. Pusyansus Klinik VCT RSUP H. Adam Malik Medan ... 34

5.2. Distribusi Penderita HIV/AIDS Dari Jumlah Kunjungan ... 36

5.3. Distribusi Proporsi Penderita HIV/AIDS Berdasarkan Sosiodemografi ... 36

5.4. Distribusi Proporsi Penderita HIV/AIDS Berdasarkan Faktor Risiko Penularan ... 38

5.5. Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Jenis Kelamin ... 40

5.6. Distribusi Proporsi Status Perkawinan Berdasarkan Jenis Kelamin 41 5.7. Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Faktor Risiko Penularan .. 42

5.8. Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Berdasarkan Faktor Risiko Penularan ... 43

5.9. Distribusi Proporsi Tingkat Pendidikan Berdasarkan Faktor Risiko Penularan ... 44

5.10. Distribusi Proporsi Status Perkawinan Berdasarkan Faktor Risiko Penularan ... 45

BAB 6 PEMBAHASAN... 48

6.1. Penderita HIV/AIDS Dari Jumlah Kunjungan ... 49


(11)

6.3. Proporsi Penderita HIV/AIDS Berdasarkan Faktor Risiko

Penularan ... 58

6.4 Analisa Statistik ... 59

6.4.1. Umur Berdasarkan Jenis Kelamin ... 60

6.4.2. Status Perkawinan Berdasarkan Jenis Kelamin ... 61

6.4.3. Umur Berdasarkan Faktor Risiko Penularan ... 63

6.4.4. Jenis Kelamin Berdasarkan Faktor Risiko Penularan... 65

6.4.5. Tingkat Pendidikan Berdasarkan Faktor Risiko Penularan ... 66

6.4.6. Status Perkawinan Berdasarkan Faktor Risiko Penularan... 69

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN... 71

7.1. Kesimpulan... 71

7.2. Saran... 72

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

1. Master Data 2. Tabel Frekuensi 3. Tabel Angka Acak 4. Surat Penelitian


(12)

DAFTAR TABEL

Hal Tabel 5.1. Susunan Anggota Tim KlinikVCT RSUP H. Adam Malik Medan

Tahun 2006-2007 ... 34 Tabel 5.2. Distribusi Penderita HIV/AIDS Dari Jumlah Kunjungan

Di Pusyansus Klinik VCT RSUP H. Adam Malik Medan Tahun

2006-2007 ... 36 Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Penderita HIV/AIDS Berdasarkan Sosiodemografi

Di Pusyansus Klinik VCT RSUP H. Adam Malik Medan Tahun

2006-2007 ... 37 Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Penderita HIV/AIDS Berdasarkan Faktor Risiko

Penularan Di Pusyansus Klinik VCT RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2006-2007 ... 39 Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Penderita

HIV/AIDS Di Pusyansus Klinik VCT RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2006-2007 ... 40 Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Status Perkawinan Berdasarkan Jenis Kelamin

Pada Penderita HIV/AIDS Di Pusyansus Klinik VCT RSUP H.

Adam Malik Medan Tahun 2006-2007 ... 41 Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Faktor Risiko Penularan

Pada Penderita HIV/AIDS Di Pusyansus Klinik VCT RSUP H.

Adam Malik Medan Tahun 2006-2007 ... 42 Tabel 5.8. Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Berdasarkan Faktor Risiko

Penularan Pada Penderita HIV/AIDS Di Pusyansus Klinik VCT

RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2006-2007... 43 Tabel 5.9. Distribusi Proporsi Tingkat Pendidikan Berdasarkan Faktor Risiko

Penularan Pada Penderita HIV/AIDS Di Pusyansus Klinik VCT

RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2006-2007 ... 44 Tabel 5.10. Distribusi Proporsi Status Perkawinan Berdasarkan Faktor Risiko

Penularan Pada Penderita HIV/AIDS Di Pusyansus Klinik VCT


(13)

DAFTAR GAMBAR

Hal Gambar 2.1. Struktur Virus... 6 Gambar 2.2. Anatomi Penampang Virus Beserta Bagian-bagiannya ... 7 Gambar 6.1. Diagram Bar Penderita HIV/AIDS Dari Jumlah Kunjungan

Di Pusyansus Klinik VCT RSUP H. Adam Malik Medan

Tahun 2006-2007 ... 48 Gambar 6.2. Diagram Pie Proporsi Penderita HIV/AIDS Berdasarkan Umur

Di Pusyansus Klinik VCT RSUP H. Adam Malik Medan

Tahun 2006-2007 ... 49 Gambar 6.3. Diagram Pie Proporsi Penderita HIV/AIDS Berdasarkan Jenis

Kelamin Di Pusyansus Klinik VCT RSUP H. Adam Malik Medan

Tahun 2006-2007 ... 50 Gambar 6.4. Diagram Bar Proporsi Penderita HIV/AIDS Berdasarkan Suku

Di Pusyansus Klinik VCT RSUP H. Adam Malik Medan

Tahun 2006-2007 ... 52 Gambar 6.5. Diagram Pie Proporsi Penderita HIV/AIDS Berdasarkan Tingkat

Pendidikan Di Pusyansus Klinik VCT RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2006-2007 ... 53 Gambar 6.6. Diagram Pie Proporsi Penderita HIV/AIDS Berdasarkan Pekerjaan

Di Pusyansus Klinik VCT RSUP H. Adam Malik Medan

Tahun 2006-2007 ... 55 Gambar 6.7. Diagram Pie Proporsi Penderita HIV/AIDS Berdasarkan Status

Perkawinan Di Pusyansus Klinik VCT RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2006-2007 ... 56 Gambar 6.8. Diagram Pie Proporsi Penderita HIV/AIDS Berdasarkan Daerah

Tempat Tinggal Di Pusyansus Klinik VCT RSUP H. Adam Malik

Medan Tahun 2006-2007... 57 Gambar 6.9. Diagram Pie Proporsi Penderita HIV/AIDS Berdasarkan Faktor

Risiko Penularan Di Pusyansus Klinik VCT RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2006-2007... 59 Gambar 6.10. Diagram Bar Proporsi Umur Berdasarkan Jenis Kelamin Pada

Penderita HIV/AIDS Di Pusyansus Klinik VCT RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2006-2007... 60


(14)

Gambar 6.11. Diagram Bar Proporsi Stuatus Perkawinan Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Penderita HIV/AIDS Di Pusyansus Klinik VCT RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2006-2007 ... 62 Gambar 6.12. Diagram Bar Proporsi Umur Berdasarkan Faktor Risiko Penularan

Pada Penderita HIV/AIDS Di Pusyansus Klinik VCT RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2006-2007 ... 63 Gambar 6.13. Diagram Bar Proporsi Jenis Kelamin Berdasarkan Faktor Risiko

Penularan Pada Penderita HIV/AIDS Di Pusyansus Klinik VCT

RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2006-2007... 65 Gambar 6.14. Diagram Bar Proporsi Tingkat Pendidikan Berdasarkan Faktor Risiko

Penularan Pada Penderita HIV/AIDS Di Pusyansus Klinik VCT

RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2006-2007... 67 Gambar 6.15. Diagram Bar Proporsi Status Perkawinan Berdasarkan Faktor Risiko

Penularan Pada Penderita HIV/AIDS Di Pusyansus Klinik VCT


(15)

ABSTRAK

AIDS sebagai sindroma berkurangnya daya kekebalan tubuh merupakan salah satu infeksi menular seksual yang disebabkan oleh HIV. Sejak pertama kali dilaporkan di Indonesia, jumlah kasus meningkat dengan cepat. Departemen Kesehatan RI tahun 2007 menyatakan prevalensi AIDS sebesar 4,57/100.000 penduduk.

Untuk mengetahui karakteristik penderita HIV/AIDS di Pusyansus Klinik VCT RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2006-2007 dilakukan penelitian deskriptif dengan desain Case Series. Populasi berjumlah 522 kasus dengan sample sebanyak 226 kasus yang diambil secara simple random sampling. Data dianalisis dengan uji Chi-Square.

Hasil menunjukkan proporsi tertinggi pada kelompok umur 20-39 tahun (86,7%), jenis kelamin laki-laki (81,0%), suku Batak (42,5%), tingkat pendidikan SLTA (83,6%), pekerjaan wiraswata (35,0%), status perkawinan kawin (42,5%), dan daerah tempat tinggal Medan (63,3%). Proporsi faktor risiko penularan penderita HIV/AIDS terbanyak melalui heteroseksual (57,1%) dan penggunaan jarum suntik bersama pada IDU (35,8%).

Ditemukan bahwa proporsi penderita HIV/AIDS yang kawin lebih besar secara bermakna pada perempuan dan faktor risiko seksual dibanding dengan yang belum kawin (p= 0,000). Demikian pula proporsi pada pendidikan menengah lebih besar secara bermakna pada faktor risiko IDU dan seksual (p=0,000), kemudian proporsi jenis kelamin laki-laki lebih besar secara bermakna pada seksual,IDU dan lain-lain dibanding pada perempuan (p=0,000).

Pusyansus Klinik VCT agar semakin meningkatkan pelayanan konselingnya secara sukarela mengenai bahaya terhadap faktor risiko penularan terutama seksual dan IDU, melayani dan memberikan dukungan kepada penderita dan petugas administrasi disarankan lebih melengkapi pencatatan dalam laporan bulanan mengenai variabel suku, pekerjaan, dan status perkawinan.


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Untuk menciptakan tujuan pembangunan kesehatan ini, diciptakanlah Visi Indonesia Sehat 2010 yang merupakan cerminan masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat serta memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mewujudkan visi ini adalah dengan menurunkan angka kematian akibat penyakit menular. 1

Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah salah satu jenis penyakit menular yang antara lain adalah sifilis, gonore, herpes simpleks, ulkus genitalis dan Acquired Immune Deficiency Syndrome(AIDS) yang masih menjadi perhatian utama yang dikenal sebagai sindroma berkurangnya daya kekebalan dengan munculnya kasus tahun 1981 yang dikenal di Amerika. AIDS merupakan IMS yang menular dan sangat ditakuti. Penyebab penyakit ini adalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang menyerang sistem kekebalan tubuh. 2,3

Menurut Joint United Nation Program on HIV/AIDS(UNAIDS), saat ini di dunia telah terjadi peningkatan jumlah orang dengan HIV/AIDS (odha) dari 36,6 juta orang pada tahun 2002 menjadi 39,4 juta orang pada tahun 2004. Berdasarkan data UNAIDS (2004) juga dilaporkan bahwa di wilayah Sub-Sahara Afrika, orang yang meninggal


(17)

akibat AIDS ada sebanyak 2,3 juta orang, di Amerika Utara dan Eropa Barat masing-masing sebanyak 16.000 orang pada tahun yang sama. 4,5

Menurut World Health Organization(WHO) pada tahun 2007 dilaporkan bahwa di beberapa wilayah di Asia Tenggara masih memiliki kasus HIV/AIDS yang cukup tinggi diantaranya Myanmar, Thailand, Malaysia dan Indonesia. Pada tahun 2005 di Myanmar, dilaporkan bahwa jumlah kematian akibat HIV/AIDS dari seluruh jumlah penduduk atau Cause Spesific Death Rate (CSDR) sebesar 73/100.000 penduduk, demikian juga halnya di Thailand dengan CSDR sebesar 33/100.000 penduduk, Malaysia dengan CSDR sebesar 16/100.000 penduduk, dan Indonesia dengan CSDR sebesar 2/100.000 penduduk. 6

Sejak pertama kali kasus HIV dilaporkan di Indonesia pada tahun 1987, jumlah kasus HIV/AIDS meningkat dengan cepat. Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Dirjen PP & PL) Departemen Kesehatan RI tahun 2005, dilaporkan bahwa dari tahun 1987 jumlah kasus HIV/AIDS yang berjumlah 9 kasus meningkat menjadi 1778 kasus di tahun 2000, kemudian berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI (2004) secara kumulatif terdapat 6.050 kasus HIV/AIDS dimana 3.368 kasus HIV+ dan 2.682 kasus AIDS.7,8

Berdasarkan Profil Kesehatan Nasional (2005), jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS yang dilaporkan meningkat menjadi 9.565 kasus dimana 4.244 kasus HIV+ dan 5.321 kasus AIDS, dan dari kasus AIDS ini sebanyak 1.332 kasus meninggal dunia atau Case Fatality Rate (CFR) 25,03%, kemudian menurut data dari Departemen Kesehatan RI (2007), kasus AIDS nasional hingga September 2007 telah dinyatakan


(18)

mencapai 10.384 orang dari 227.332.350 jiwa jumlah penduduk Indonesia atau prevalensi sebesar 4,57/100.000 dengan cara penularan kasus terbanyak melalui Injection Drug User (IDU)49,5%, heteroseksual 46,5% dan homoseksual 4%.9,10

Berdasarkan Profil Kesehatan Propinsi Sumatera Utara (2006), jumlah kasus HIV di Sumatera Utara dalam lima tahun terakhir mengalami peningkatan yang signifikan, dari 18 kasus HIV tahun 2002 menjadi 418 kasus di tahun 2006. Demikian juga dengan kasus AIDS, dari 13 kasus di tahun 2002 menjadi 305 kasus di tahun 2006. Menurut data dari Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara (2008), jumlah kumulatif HIV/AIDS sampai dengan Maret 2008 meningkat menjadi 1.232 kasus (732 kasus HIV+ dan 500 kasus AIDS) dengan penderita terbanyak berada di wilayah kota Medan yaitu sebanyak 925 kasus (599 kasus HIV+ dan 326 kasus AIDS). 11,12

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nurviana di Klinik VCT Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan tahun 2005 sampai dengan Oktober 2007, dilaporkan bahwa jumlah kasus HIV/AIDS sebanyak 152 kasus (127 kasus HIV+ dan 25 kasus AIDS). 13

Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan di Pusat Pelayanan Khusus Klinik VCT RSUP H. Adam Malik Medan, jumlah kasus HIV/AIDS dari tahun 2006 – 2007 sebanyak 522 kasus (429 kasus HIV+ dan 93 kasus AIDS), dimana pada tahun

2006 kasus HIV/AIDS sebanyak 202 kasus dan pada tahun 2007 sebanyak 320 kasus HIV/AIDS. Mengacu kepada latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui karakteristik penderita HIV/AIDS di Pusat Pelayanan Khusus klinik VCT RSUP H Adam Malik Medan Tahun 2006 - 2007.


(19)

Belum diketahuinya karakteristik penderita HIV/AIDS di Klinik VCT RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2006-2007.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik penderita HIV/AIDS di Klinik VCT RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2006-2007.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi penderita HIV/AIDS dari jumlah kunjungan ke Klinik VCT RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2006-2007

b. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita HIV/AIDS berdasarkan sosiodemografi (umur, jenis kelamin, suku, tingkat pendidikan, pekerjaan, status perkawinan dan daerah tempat tinggal)

c. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita HIV/AIDS berdasarkan faktor risiko penularan

d. Untuk mengetahui perbedaan distribusi proporsi umur penderita HIV/AIDS berdasarkan jenis kelamin

e. Untuk mengetahui perbedaan distribusi proporsi status perkawinan penderita HIV/AIDS berdasarkan jenis kelamin

f. Untuk mengetahui perbedaan distribusi proporsi umur penderita HIV/AIDS berdasarkan faktor risiko penularan

g. Untuk mengetahui perbedaan distribusi proporsi jenis kelamin penderita HIV/AIDS berdasarkan faktor risiko penularan


(20)

h. Untuk mengetahui perbedaan distribusi proporsi tingkat pendidikan penderita HIV/AIDS berdasarkan faktor risiko penularan

i. Untuk mengetahui perbedaan distribusi proporsi status perkawinan penderita HIV/AIDS berdasarkan faktor risiko penularan

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Sebagai bahan masukan bagi pihak Rumah Sakit dalam meningkatkan pelayanan kesehatan berupa konseling kepada pasien HIV/AIDS dengan memberikan informasi yang tepat guna

1.4.2. Sebagai informasi bagi peneliti lain yang berguna dalam pengembangan Ilmu Kesehatan Masyarakat khususnya mengenai HIV/AIDS


(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi HIV/AIDS 2.1.1. Definisi HIV

Virus adalah mikroorganisme yang hidup intraseluler obligat, yang tersusun atas satu jenis asam nukleat, yaitu RNA saja atau DNA saja, dan dikelilingi oleh selubung protein. Virus juga bervariasi dalam hal struktur, organ genom, ekspresi maupun strategi replikasi dan transmisinya. 14,15

Virus terdiri dari empat famili besar yaitu Poxviridae, Herpesviridae, Parvoviridae, dan Paramyxoviridaedan ntuk virus golongan RNA, hanya memiliki asam ribonukleat (ribonucleic acid) yang banyak dijumpai patogenik terhdap manusia maupun hewan. Salah satu golongan virus RNA adalah famili Retroviridae. Retrovirus yang merupakan virus dengan virion yang mengandung reverse transcriptase. Dalam kelompok retrovirus, termasuk virus-virus leukimia dan sarkoma pada manusia dan hewan, foamyvirusdan lentivirus.14

HIV adalah suatu retrovirus anggota subfamili lentivirinae yang menunjukkan banyak gambaran khas fisikokimia dari familinya. Ciri khas morfologi yang unik dari HIV adalah adanya nukleoid yang berbentuk silindris dalam virion matur.15


(22)

Gambar 2.1. Anatomi penampang virus HIV beserta bagian-bagiannya 16

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyebabkan terjadinya AIDS. Pada tahun 1983, virus ini dulunya dikenal dengan nama LAV (Lymphadenopathy Virus) yang ditemukan oleh Luc Montagnier dari Perancis pada seorang penderita limfadenopati. Penemuan ini kemudian disusul oleh Gallo pada tahun 1984 yang menyatakan bahwa virus ini menyerang sel limfosit T penolong dan kelainan ini dinamakan HTLV III (Human T Cell Lymphotropic Virus Type III). Pada tahun 1986,

International Committee on Taxonomy of Viruses memutuskan nama penyebab AIDS adalah HIV sebagai pengganti nama LAV dan HTLV III. 17,18

HIV adalah sejenis retrovirus RNA yang memiliki kemampuan untuk menginfeksi secara selektif sistem kekebalan tubuh dan kemudian membuat tidak berdayanya sistem tersebut yang sebenarnya berfungsi untuk melindungi tubuh terhadap


(23)

berbagai penyakit. Akibat dari adanya infeksi ini mampu menghasilkan defek pertahanan yang membuat tubuh menjadi amat rentan terhadap infeksi-infeksi lainnya.17,18

2.1.2. Definisi AIDS

AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah sindroma yang merupakan kumpulan gejala-gejala berbagai penyakit dan infeksi yang disebabkan oleh virus HIV yang merusak sebahagian dari sistem kekebalan tubuh manusia, sehingga orang yang terkena penyakit tersebut mudah terkena berbagai penyakit yang mematikan dan tidak lazim. 19

AIDS juga dapat didefinisikan melalui huruf-huruf yang terdapat dalam AIDS, yaitu :18

a. Acquired : didapat, ditularkan dari satu orang ke orang lain dan bukan penyakit bawaan

b. Immune : kebal, sistem kekebalan/kekebalan tubuh, yang melindungi tubuh terhadap infeksi

c. Deficiency: kekurangan, menunjukkan adanya kadar atau nilai yang lebih rendah dari normal

d. Syndrome : suatu kumpulan tanda atau gejala yang bila didapatkan secara bersamaan, menunjukkan bahwa seseorang mengidap suatu penyakit/keadaan tertentu.


(24)

Virus HIV adalah retrovirus yang mengandung bahan kimia yang disebut reverse transcriptase yang mentranskip RNA virus menjadi DNA bila virus tersebut masuk ke dalam sel target yang mana sel targetnya adalah sel yang mempunyai molekul CD4 dan kelompok terbesar yang mempunyai molekul CD4 adalah limfosit T4. 20,21

Limfosit T4 merupakan pusat dan sel utama yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam menginduksi kebanyakan fungsi-fungsi imunologik. Sel-sel target lain adalah monosit, makrofag, sel dendrite, sel Langerhans dan sel mikroglia.18,21

Bila virion HIV masuk ke dalam sel T, beberapa peristiwa yang kompleks dan berurutan akan berlangsung dan akan berakhir dengan partikel virus yang baru dari beberapa sel target yang terinfeksi. Membran virus akan melebur dengan membran sel T yang memungkinkan virus RNA lepas dan masuk ke dalam sel inang. Dalam waktu 12 jam peristiwa reverse transcriptase yang terjadi di dalam sel T, membuat DNA virus kemudian bersembunyi di dalam DNA sel inang dan dapat bersifat dorman selama bertahun-tahun, sebelum mulai bereplikasi membunuh sel T. Hal inilah yang membuat sistem imun secara perlahan-lahan menjadi tidak berfungsi dan menyebabkan penderita rentan terhadap berbagai infeksi. 20,22

2.3. Epidemiologi HIV/AIDS 2.3.1. Distribusi dan Frekuensi

Pada tahun 1992, sekurang-kurangnya 12,9 juta penduduk dunia terinfeksi dengan HIV termasuk anak-anak, dan dari jumlah ini sebanyak 2,58 juta telah menjadi penderita AIDS dengan CFR sebesar 98,9%. 23


(25)

Berdasarkan laporan dari UNAIDS (2004), prevalensi pengidap HIV dewasa (15-49 tahun) di wilayah Sub Sahara Afrika sebesar 7,4%. Benua Afrika didiami oleh 10% jumlah populasi dunia, namun di saat yang sama, 60% dari jumlah populasinya telah mengidap AIDS. Demikian juga dengan prevalensi pengidap HIV dewasa (15-49 tahun) di Amerika Utara sebesar 0,6% dan di Eropa Barat sebesar 0,3%. 5

Berdasarkan laporan dari Dirjen PP dan PL Depkes RI (2006), prevalensi kasus AIDS secara nasional sebesar 3,47 per 100.000 penduduk dengan prevalensi kasus tertinggi dilaporkan dari Propinsi Papua yaitu sebesar 50,94 per 100.000 penduduk dan disusul dengan Propinsi Jakarta dengan prevalensi sebesar 28,73 per 100.000 penduduk. 24

Berdasarkan Profil Kesehatan Nasional Tahun 2005, kasus AIDS tertinggi dilaporkan berada pada golongan umur 20-39 tahun (79,98%) dan 40-49 tahun (8,47%) sedangkan berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI (2007), rasio kasus AIDS antara laki-laki dan perempuan adalah 4,07:1. 9,10

Berdasarkan profil tersebut juga dinyatakan bahwa penularan HIV/AIDS terbanyak adalah melalui hubungan seksual dan penggunaan jarum suntik bersama pada IDU. Kelompok umur 20-49 tahun merupakan kelompok umur yang aktif dalam aktivitas seksual dan pengguna IDU juga didominasi oleh kelompok umur produktif. 9

2.3.2. Determinan

Determinan HIV/AIDS dibagi atas tiga kategori yaitu :18 a. Host (pejamu)


(26)

Distribusi umur penderita AIDS di Amerika Serikat, Eropa dan Afrika tidak berbeda jauh, kelompok terbesar berada pada umur 30-39 tahun dan menurun pada kelompok umur yang lebih besar dan lebih kecil. Penderita dari daerah urban (perkotaan) umumnya lebih tinggi daripada di daerah rural (pedesaan), karena di kota lebih banyak dilakukan promiskuitas (hubungan seksual dengan banyak mitra seksual). Kelompok masyarakat beresiko tinggi adalah kelompok masyarakat yang melakukan promiskuitas, penyalahguna narkotika suntik dan penerima transfusi darah, dan untuk kelompok penyalahguna narkotika suntik ada karena penggunaan jarum suntik secara bersama dan sering masih terdapat sisa darah di dalam alat suntik.

b. Agent

Jumlah virus HIV yang berada dalam tubuh pengidap HIV, sangat menentukan dalam proses penularan. Penurunan jumlah sel limfosit T biasanya berbanding terbalik dengan jumlah virus HIV yang ada dalam tubuh, yaitu makin rendah sel limfosit T nya, maka makin besar pula jumlah virus dalam darahnya. Hal ini juga terjadi pada penularan transplasental, makin rendah jumlah sel limfosit T seorang ibu pengidap HIV, maka makin besar kemungkinan penularan HIV kepada janinnya.

c. Environment

Lingkungan biologis, sosial ekonomi, budaya dan agama sangat menentukan penyebaran AIDS. Lingkungan biologis misalnya adanya riwayat ulkus genitalis, herpes simpleks dan sifilis yang positif akan meningkatkan prevalensi HIV karena luka-luka ini


(27)

menjadi tempat masuknya HIV. Faktor sosial ekonomi, budaya dan agama secara bersama atau sendiri-sendiri sangat berpengaruh terhadap perilaku masyarakat, baik dalam hal seksual maupun perilaku penggunaan narkotika.

2.4. Transmisi HIV/AIDS

Pola transmisi yang berhubungan erat dengan unsur tempat keluar dan masuknya agent adalah :

2.4.1. Transmisi Seksual

Perilaku yang dianggap mempunyai resiko tinggi dan seringkali ada hubungannya dengan infeksi HIV antara lain hubungan seksual secara ano-genital, khususnya bagi mitra seksual yang pasif menerima ejakulasi semen dari seorang pengidap HIV. Mukosa rektum sangat tipis dan mudah sekali mengalami perlukaan saat berhubungan seksual secara ano-genital. Tingkat resiko kedua adalah hubungan oro-genital termasuk menelan semen dari mitra seksual pengidap HIV, dan yang ketiga adalah hubungan genito-genital/heteroseksual. Saat melakukan hubungan seksual, sering terjadi perlukaan yang ukurannya mikroskopis (hanya dapat dilihat dengan mikroskop) dan mulut yang bisa menjadi jalan bagi HIV untuk masuk ke aliran darah pasangannya. 18,19

Kegiatan seksual lain yang mungkin dapat menyebabkan terjadinya infeksi HIV antara lain :25

a. Anilingus yaitu melakukan hubungan intim di daerah anal dengan menggunakan lidah

b. Cunnilingusyaitu melakukan hubungan intim di daerah vagina/klitoris dengan menggunakan lidah (resiko lebih tinggi saat menstruasi)


(28)

c. Fellatio yaitu melakukan hubungan intim pada daerah genital pria dengan menggunakan lidah dan penghisapan (resiko lebih tinggi bila ejakulasi terjadi di dalam mulut)

d. Fisting yaitu memasukkan atau meletakkan tangan atau lengan bawah ke dalam rektum atau vagina

e. Memakai benda-benda seks pada rektum/vagina yang dapat menyebabkan robekan pada mukosa, dimana luka yang terjadi dapat merupakan jalan masuk bagi virus

2.4.2. Transmisi Non Seksual

HIV dapat menular melalui transmisi parenteral yaitu akibat penggunaan jarum suntik dan alat tusuk lainnya seperti alat tindik yang terkontaminasi HIV. Transmisi ini biasanya terjadi akibat penyalahgunaan narkotika suntik dan juga pengunaan jarum suntik yang banyak dipakai oleh petugas kesehatan. Transmisi parenteral lainnya adalah lewat donor/transfusi darah yang mengandung HIV. Resiko tertular HIV lewat transfusi darah adalah lebih dari 90%, artinya bila seseorang mendapat transfusi darah yang terkontaminasi HIV, maka dapat dipastikan bahwa yang bersangkutan akan menderita infeksi sesudah itu. 18

Transmisi non seksual yang lain adalah melalui transmisi ibu kepada janin. Seorang ibu yang mengidap HIV bisa menularkan HIV tersebut kepada janin yang dikandungnya. Ini tidak berarti bahwa HIV/AIDS adalah penyakit keturunan, karena penyakit keturunan berada di gen-gen manusia, sedangkan HIV menular saat darah atau cairan vagina ibu membuat kontak dengan darah atau cairan anaknya. 19,25


(29)

Berdasarkan kedua jenis transmisi yang sangat mempengaruhi masuknya HIV ke dalam darah, ada beberapa transmisi yang masih belum terbukti dan masih menjadi bahan perdebatan para pakar AIDS diantaranya adalah lewat air susu ibu, air liur, air mata, urine, udara, makanan, air, cairan muntahan, kontak yang tak disengaja (berpelukan atau berciuman), gigitan serangga, hubungan sosial dan pada orang serumah. 18,25

2.5. Diagnosis

2.5.1. Diagnosis Dini Infeksi HIV

HIV didiagnosis dengan mendeteksi antibodi anti-HIV melalui ELISA ( enzyme-linked immunoabsorbent assay). Pemeriksaan ELISA mempunyai sensitifitas 93% sampai 98% dan spesifisitas 98% sampai 99%. Hasil positif palsu dan negatif palsu dapat berakibat luar biasa, karena akibatnya sangat serius. Oleh sebab itu, pemeriksaan ELISA diulang dua kali, dan jika keduanya menunjukkan hasil positif, dilanjutkan dengan pemeriksaan yang lebih spesifik, yaitu Western Blot.21,26

Uji Western Blot ini, juga dilakukan sebanyak dua kali dan pemeriksaan ini lebih sedikit memberikan hasil positif palsu dan negatif palsu. Jika seseorang telah dipastikan mempunyai seropositif terhadap HIV, maka dilakukan pemeriksaan klinis dan imunologik untuk menilai keadaan penyakitnya.21

Infeksi HIV akan menyebabkan timbulnya gejala klinis yang mulai terjadi pada saat timbulnya serokonversi dan diakhiri dengan timbulnya penyakit AIDS.2 Stadium HIV membagi infeksi virus ini menjadi empat kelompok yaitu :


(30)

Kelompok ini dapat berupa symptomatic sero-conversion atau asyimptomatic sero-conversion. Gejala dapat berupa sindrom seperti pada infeksi Mononucleosis infectiosa, aseptic meningitis berupa rash dan keluhan muskulo skletal. Keluhan ini bersifat sementara saja, dan kemudian menghilang dengan sendirinya. 18

b. Kelompok II Infeksi Asimptomatik

Pada kelompok ini, sebagian besar penderita infeksi HIV tampak benar-benar sehat, karena tidak terdapat gejala – gejala penyakit yang terjadi. Kelompok ini hanya dapat diketahui melalui hasil tes darah. 2

c. Kelompok III Limfadenopati Generalisata Persisten (LGP)

Salah satu gejala umum dari infeksi HIV adalah adanya limfadenopati yang ditandai dengan adanya pembesaran kelenjar getah bening paling sedikit 1 cm di beberapa tempat yang menetap. 17

d. Kelompok IV Penyakit lainnya, yang terbagi atas lima sub kelompok, yaitu : i. Penyakit-penyakit umum (demam > 1 bulan, berat badan berkurang

> 10%, diare > 1 bulan)

ii. Penyakit-penyakit saraf (dementia, mielopati, neuropati perifer)

iii. Infeksi sekunder (penyakit-penyakit yang perlu diawasi oleh Pusat Pengawasan Penyakit dan penyakit-penyakit lainnya seperti leucoplakia

pada rambut-rambut sekitar mulut, herpes zoster multidermatom, bakteremia, salmonellosis rekuren, nokardiosis, tuberculosis, oral candidiasis )


(31)

iv. Kanker sekunder (Kaposi Sarcoma, limfoma non-Hodgkin, limfoma serebral primer)

v. Kelainan lainnya (hal-hal yang tidak termasuk di atas tetapi masih ada hubungannya dengan infeksi HIV) 2

2.5.2. Diagnosis AIDS

AIDS adalah stadium akhir dari serangkaian abnormalitas kekebalan dan klinis yang dikenal sebagai spektrum infeksi HIV. Manifestasi klinis utama dari AIDS adalah tumor dan terjadinya infeksi opurtunistik. Kaposi Sarcoma adalah tumor yang pertama kali dilaporkan yang disebabkan oleh virus Herpes dan ditandai dengan bercak ungu kemerahan pada lidah. Lesi kulit pada awalnya makular dan berkembang menjadi plak terindurasi berwarna merah ungu. Terdapat gejala berspektrum luas mulai dari lesi kulit atau oral sampai diseminasi disertai keterlibatan nodus limfatikus, saluran pencernaan atau paru. 18,26

Infeksi opurtunistik melibatkan hampir semua sistem badan. Pneumonia

Pneumocytis carinii merupakan infeksi opurtunistik yang umum terbanyak terjadi. Pada pasien AIDS, gejala utamanya dapat hanya demam, batuk kering yang tidak produktif, lemah, nafas pendek yang terjadi secara bertahap dan tidak ada rasa sakit. Diagnosis ditegakkan dengan adanya kista-kista yang khas pada sekret pernafasan. 21

Infeksi opurtunistik lainnya, antara lain TBC, infeksi-infeksi jamur seperti

cryptococcosis, cryptoporodiosis, kandidiasis, histoplasmosis, terjadinya herpes simpleks, serta infeksi virus sitomegalo pada retina mata (sitomegalovirus).17,21


(32)

2.5.3. Manifestasi Klinis Pada Anak-anak

Pada anak-anak, gejala yang timbul sangat bervariasi, seperti kegagalan untuk bertahan hidup, limfadenopati atau pembengkakan parotis, infeksi bakterial yang kronis dan berulang. Anak-anak yang terkena AIDS juga sangat peka terhadap terjadinya infeksi kandidiasis oral, diare, infeksi pernafasan, demam yang tak dapat diterangkan dan perkembangan yang terhambat. Pada anak-anak, tidak timbul infeksi opurtunistik seperti

Kaposi Sarcoma.21

2.6. Metode Pengambilan Darah Tes HIV 18

Dalam pengambilan darah untuk tes HIV, ada beberapa metode yang digunakan antara lain :

2.6.1. Unlinked Anonymous

Unlinked anonymous adalah pemeriksaan anti HIV terhadap sampel darah yang diambil untuk pemeriksaan-pemeriksaan lain, dan setelah menghilangkan semua identitas penderita. Hasil pemeriksaan ini tidak dapat dihubungkan kembali dengan si penderita.

2.6.2. Voluntary Anonymous

Metode ini dilakukan dengan sampel darah diberikan secara sukarela oleh seseorang setelah yang bersangkutan menandatangani surat persetujuan. Pada sampel ini hanya diberikan nomor kode. Hasil pemeriksaan dapat dilihat oleh yang bersangkutan dari pengumuman hasil pemeriksaan tanpa seorang lain pun mengetahuinya, termasuk petugas survailans.


(33)

Metode ini dilakukan dengan sukarela oleh seseorang untuk diperiksa darahnya tetapi hasilnya diketahui hanya oleh petugas kesehatan tertentu dan petugas ini harus merahasiakan hasil pemeriksaan tersebut.

2.6.4. Mandatory

Metode ini dilakukan terhadap semua orang yang mempunyai maksud tertentu. Pemeriksaan ini dilandasi suatu dasar hukum, sehingga tidak ada yang bisa menghindar dari pemeriksaan ini.

2.6.5. Compulsatory

Metode ini biasanya dilakukan kepada kelompok masyarakat yang umumnya kemerdekaannya dibatasi, misalnya seperti narapidana, pusat rehabilitasi narkotika, para resosialisasi PSK. Kelompok ini biasanya diwajibkan untuk mengikuti pemeriksaan anti HIV.

2.7. Pencegahan HIV/AIDS

Pencegahan terhadap HIV/AIDS digolongkan berdasarkan tiga kategori, yaitu :

2.7.1. Pencegahan Primer

Tujuan dari pencegahan primer adalah untuk mengurangi kasus HIV/AIDS dengan cara mengendalikan faktor risiko dan cara transmisinya. Pencegahan primer ini dapat dilakukan melalui beberapa kegiatan, antara lain :

a. tidak melakukan hubungan seksual (abstinence) dengan orang lain yang bukan pasangannya dan tidak berganti pasangan dan saling setia (be faithful)


(34)

b. menggunakan kondom sewaktu melakukan aktivitas seksual yang berisiko (consistently use condom)

c. menghindari penggunaan jarum suntik secara bergantian kepada orang lain d. semua alat yang menembus kulit dan darah (jarum suntik, jarum tato, atau

pisau cukur) harus disterilisasi dengan cara yang benar

e. mengembangkan program pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai cara penularan HIV 17,27

2.7.2. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder ditujukan kepada para penderita dan mengurangi akibat-akibat yang lebih serius dari kasus yang terjadi, yaitu melalui diagnosis dini dan pemberian pengobatan. Pada tahap ini, individu yang beresiko tinggi dapat melakukan tes skrining untuk melihat anti HIV dalam darahnya. 18,27

2.7.3. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier dilakukan untuk mengurangi kemajuan atau komplikasi penyakit yang sudah terjadi dan adalah merupakan sebuah aspek terapeutik dan kedokteran rehabilitasi yang penting sekali. Upaya ini terdiri atas ukuran-ukuran yang dimaksudkan untuk menurunkan kelemahan dan kecacatan, memperkecil penderitaan dan membantu penderita untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap kondisi yang tidak dapat diobati lagi. 27

Pencegahan ini dapat dilakukan misalnya melalui pendekatan kejiwaan terhadap penderita AIDS, kesiapan keluarga dan masyarakat untuk menerima orang yang hidup


(35)

dengan AIDS (ODHA) dengan meniadakan stigma terhadap keberadaan ODHA dan senantiasa mendampingi dan mendukung ODHA melalui perawatan dengan penuh kasih sayang. 17,18

2.8. VCT (Voluntary Counseling and Testing) 2.8.1. Definisi VCT

VCT adalah proses konseling pra testing, konseling post testing, dan testing HIV secara sukarela yang bersifat confidential dan secara lebih dini membantu orang mengetahui status HIV yang penting untuk pencegahan dan perawatannya.28

2.8.2. Tujuan VCT

Tujuan umum adalah menurunkan angka kesakitan HIV/AIDS melalui peningkatkan mutu pelayanan konseling dan testing HIV/AIDS sukarela dan perlindungan bagi petugas layanan VCT dan klien.29

Tujuan khusus dari VCT antara lain :

a. Sebagai pedoman penatalaksanaan pelayanan konseling dan testing HIV/AIDS. b. Menjaga mutu layanan melalui penyediaan sumber daya dan manajemen yang

sesuai.

c. Memberi perlindungan dan konfidensialitas dalam pelayanan konseling dan testing HIV/AIDS 29

Tujuan dari VCT ini merupakan suatu langkah awal yang penting menuju program pelayanan HIV/AIDS lainnya yaitu pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak, pencegahan dan manajemen klinis penyakit-penyakit yang berhubungan dengan HIV, pengendalian penyakit TBC serta dukungan psikologis dan hukum. 30


(36)

2.8.3. Prinsip Pelayanan VCT 29

Adapun prinsip pelayanan dalam VCT antara lain :

a. Sukarela dalam melaksanakan testing HIV.

Pemeriksaan HIV hanya dilaksanakan atas dasar kerelaan klien, tanpa paksaan, dan tanpa tekanan. Keputusan untuk dilakukan testing terletak ditangan klien. Kecuali testing HIV pada darah donor di unit transfusi dan transplantasi jaringan, organ tubuh dan sel. Testing dalam VCT bersifat sukarela sehingga tidak direkomendasikan untuk testing wajib pada pasangan yang akan menikah, pekerja seksual, IDU, rekrutmen pegawai/tenaga kerja Indonesia, dan asuransi kesehatan.

b. Saling mempercayai dan terjaminnya konfidensialitas.

Layanan harus bersifat profesional, menghargai hak dan martabat semua klien. Semua informasi yang disampaikan klien harus dijaga kerahasiaannya oleh konselor dan petugas kesehatan, tidak diperkenankan didiskusikan di luar konteks kunjungan klien. Semua informasi tertulis harus disimpan dalam tempat yang tidak dapat dijangkau oleh mereka yang tidak berhak. Untuk penanganan kasus klien selanjutnya dengan seizin klien, informasi kasus dari diri klien dapat diketahui.

c. Mempertahankan hubungan relasi konselor-klien yang efektif.

Konselor mendukung klien untuk kembali mengambil hasil testing dan mengikuti pertemuan konseling pasca testing untuk mengurangi perilaku berisiko. Dalam VCT dibicarakan juga respon dan perasaan klien dalam menerima hasil testing dan tahapan penerimaan hasil testing positif.


(37)

WHO dan Departemen Kesehatan RI telah memberikan pedoman yang dapat digunakan untuk melakukan testing HIV. Penerimaan hasil testing senantiasa diikuti oleh konseling pasca testing oleh konselor yang sama atau konselor lainnya yang disetujui oleh klien.

2.8.4. Tahapan VCT

Dalam melakukan kegiatannya, VCT memiliki beberapa tahap, yakni :29

a. Konseling Pra Testing

Adapun yang dilakukan pada saat konseling pra testing antara lain : i. Penerimaan klien

ii. Informasikan kepada klien tentang pelayanan tanpa nama (anonimus) sehingga nama tidak ditanyakan

iii. Menjelaskan tentang prosedur VCT

iv. Penilaian risiko untuk membantu klien mengetahui faktor risiko dan menyiapkan diri untuk pemeriksaan darah

v. Memberikan pengetahuan akan implikasi terinfeksi atau tidak terinfeksi HIV dan memfasilitasi diskusi tentang cara menyesuaikan diri dengan status HIV

b. Tes HIV

Prinsip tes HIV adalah sukarela dan terjaga kerahasiaanya. Tes dimaksud untuk menegakkan diagnosis. Ada serangkaian tes yang berbeda-beda karena perbedaan prinsip metode yang digunakan. Tes yang digunakan adalah tes serologis untuk mendeteksi


(38)

antibodi HIV dalam serum atau plasma. Spesimen adalah darah klien yang diambil secara intravena, plasma atau serumnya. Pada saat ini belum digunakan spesimen lain seperti saliva, urine, dan spot darah kering. Penggunaan metode tes cepat (rapid testing) memungkinkan klien mendapatkan hasil tes pada hari yang sama.

Tujuan tes HIV ada 4 yaitu untuk membantu menegakkan diagnosis, pengamanan darah donor (skrining), untuk surveilans, dan untuk penelitian. Hasil tes yang disampaikan kepada klien adalah benar milik klien dan petugas laboratorium harus menjaga mutu dan konfidensialitas dan menghindari terjadinya kesalahan, baik teknis (technical error) maupun manusia (human error) dan administratif (administrative error). Petugas laboratorium mengambil darah setelah klien menjalani konseling pra testing.

c. Konseling Pasca Tes

Konseling pasca testing membantu klien memahami dan menyesuaikan diri dengan hasil tes. Konselor mempersiapkan klien untuk menerima hasil tes, memberikan hasil tes, dan menyediakan informasi selanjutnya. Konselor mengajak klien mendiskusikan strategi untuk menurunkan penularan HIV.


(39)

BAB 3

KERANGKA KONSEP

3.1. Model Kerangka Konsep

Karakterisitik Penderita HIV/AIDS

1. Sosiodemografi

a. Umur

b. Jenis kelamin

c. Suku

d. Tingkat pendidikan e. Pekerjaan

f. Status perkawinan g. Daerah tempat tinggal 2. Faktor risiko penularan

3.2. Definisi Operasional

3.2.1. Penderita HIV/AIDS adalah penderita HIV/AIDS yang datang berkunjung dan dinyatakan sebagai penderita HIV/AIDS sesuai dengan yang tercatat dalam laporan bulanan di Pusyansus klinik VCT RSUP H. Adam Malik Medan.

3.2.2. Umur adalah umur penderita HIV/AIDS sesuai dengan yang tercatat dalam laporan bulanan yang dikelompokkan sebagai berikut :10

1. < 20 tahun 2. 20-39 tahun 3. ≥ 40 tahun

Agar umur bisa ditabulasi silang, maka dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu : 1. < 30 tahun

2. ≥ 30 tahun

3.2.3. Jenis kelamin adalah jenis kelamin yang dimiliki penderita HIV/AIDS sesuai dengan yang tercatat dalam laporan bulanan yang dibedakan atas :


(40)

1. Laki-laki 2. Perempuan

3.2.4. Suku adalah sifat etnografi untuk suatu kebudayaan dengan corak yang khas pada penderita HIV/AIDS yang tercatat dalam laporan bulanan yang dibedakan atas :

1. Batak (Toba, Karo, Mandailing, Simalungun) 2. Jawa

3. Melayu 4. Minang 5. Nias 6. Tionghoa 7. Lain-lain 8. Tidak tercatat

3.2.5. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal terakhir dari penderita HIV/AIDS sesuai dengan yang tercatat dalam laporan bulanan yang dikelompokkan sebagai berikut :

1. Tidak sekolah 2. SD

3. SLTP 4. SLTA 5. Akademi/PT

Agar tingkat pendidikan bisa ditabulasi silang, maka dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu :

1. Pendidikan Dasar ≤ 9 tahun (Tidak sekolah, SD dan SLTP) 2. Pendidikan Menengah 10-12 tahun (SLTA)

3. Pendidikan Tinggi > 12 tahun (Akademi/PT)

3.2.6. Pekerjaan adalah aktivitas utama penderita HIV/AIDS sesuai dengan yang tercatat dalam laporan bulanan dengan pengelompokkan sebagai berikut :

1. Pegawai Swasta 2. Wiraswasta

3. PNS/TNI/Pensiunan 4. Ibu Rumah Tangga


(41)

5. Mahasiswa/pelajar 6. Lain-lain

7. Tidak bekerja 8. Tidak tercatat

3.2.7. Status perkawinan adalah keterangan yang menunjukkan riwayat pernikahan penderita HIV/AIDS sesuai dengan yang tercatat dalam laporan bulanan dengan pengelompokkan sebagai berikut :

1. Kawin 2. Belum kawin 3. Tidak tercatat

3.2.8. Daerah tempat tinggal adalah daerah dimana penderita HIV/AIDS tinggal dan menetap sesuai dengan yang tercatat dalam laporan bulanan dengan pengelompokkan sebagai berikut :

1. Medan 2. Luar Medan

3.2.9. Faktor risiko penularan adalah faktor yang mempermudah seseorang terinfeksi virus HIV sesuai dengan yang tercatat dalam laporan bulanan dengan pengelompokkan sebagai berikut :

1. Heteroseksual 2. Homoseksual

3. Pengguna Narkotika Suntikan atau IDU 4. Transfusi darah

5. Perinatal 6. Tidak diketahui

Agar faktor risiko penularan bisa ditabulasi silang, maka dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu :

1. Seksual yaitu faktor risiko yang berasal dari perilaku penderita melalui hubungan intim/seks terdiri dari : heteroseksual dan homoseksual

2. IDU yaitu faktor risiko yang berasal dari perilaku pengguna narkotika suntik dengan pemakaian jarum secara bersama


(42)

3. Lain-lain yaitu faktor risiko yang berasal dari perilaku penderita di luar hubungan seksual dan IDU terdiri dari : transfusi darah dan perinatal 4. Tidak diketahui yaitu faktor risiko yang tidak diketahui sumber asalnya


(43)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah studi deskriptif dengan menggunakan desain case series.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Pusat Pelayanan Khusus Klinik VCT Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan dengan pertimbangan sebagai berikut, yaitu : tersedianya data mengenai penderita HIV/AIDS dan belum pernah dilakukan penelitian tentang karakteristik penderita HIV/AIDS di Pusat Pelayanan Khusus Klinik VCT RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2006-2007.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai dari bulan Maret 2008 sampai November 2008.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh data penderita HIV/AIDS yang tercatat dalam laporan bulanan Pusyansus Klinik VCT RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2006-2007 yang berjumlah 522 orang (429 HIV + dan 93 AIDS).


(44)

4.3.2. Sampel

a. Besar Sampel

Sampel yang diambil pada penelitian ini adalah sebagian data penderita HIV/AIDS di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2006-2007. Besar sampel diambil dengan menggunakan rumus sebagai berikut :31

n = N

1 + N(d)2 Dimana : n = besar sampel

N = jumlah populasi

d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (0,05)

Sehingga diperoleh : n = 522 1 + 522 (0,05)2

n = 522

1 + 1,29

n = 522

2,305 n = 226,46 ≈ 226


(45)

Sampel yang diperoleh kemudian dilanjutkan dengan cara proporsional untuk masing-masing kelompok yaitu :

a. Untuk HIV +

n1= N1 x n N

n1 = 429 x 226 522

n1= 185,73 ≈ 186

b. Untuk AIDS

n2 = N2 x n N

n2 = 93 x 226 522

n2 = 40,26 ≈ 40

c. Cara Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara proporsional untuk HIV dan AIDS dan penggunaan simple random sampling untuk mengambil sampel dari masing-masing kelompok menggunakan tabel angka acak dengan bantuan komputer melalui program C Survey.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan mengambil data sekunder yang diperoleh dari laporan bulanan Pusyansus Klinik VCT RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2006-2007, kemudian dicatat sesuai dengan variabel yang ingin diteliti.


(46)

4.5. Teknik Analisa Data

Data yang telah dikumpulkan, diolah dengan menggunakan bantuan komputer melalui program SPSS (Statistical Product and Service Solution), lalu dianalisa dengan menggunakan uji Chi-Square dengan taraf kepercayaan 0,05. Hasil yang diperoleh disajikan dalam bentuk narasi, tabel distribusi proporsi, diagram bar dan diagram pie.


(47)

BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian 5.1.1. RSUP H. Adam Malik Medan

RSUP H. Adam Malik Medan merupakan rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No.335/Menkes/SK/VII/1990 dan juga sebagai Rumah Sakit Pendidikan sesuai dengan SK Menkes No. 502/Menkes/SK/IX/1991 yang memiliki visi sebagai pusat unggulan pelayanan kesehatan dan pendidikan juga merupakan pusat rujukan kesehatan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau. Lokasinya dibangun diatas tanah seluas ‡ 10 Ha dan terletak di Jalan Bunga Lau No. 17 Km 12 Kecamatan Medan Tuntungan Kotamadya Medan Provinsi Sumatera Utara.

Dalam rangka melayani pelayanan kesehatan masyarakat umum, RSUP H. Adam Malik Medan didukung oleh 1.955 orang tenaga yang terdiri dari 790 orang tenaga medis dari berbagai spesialisasi dan sub spesialisasi, 604 orang paramedis perawatan, 298 orang paramedis non perawatan dan 263 orang tenaga non medis serta ditambah dengan Dokter Brigade Siaga Bencana (BSB) sebanyak 8 orang.

RSUP H. Adam Malik Medan memiliki fasilitas pelayanan yang terdiri dari pelayanan medis (instalasi rawat jalan, rawat inap, perawatan intensif, gawat darurat, bedah pusat, hemodialisa), pelayanan penunjang medis (instalasi diagnostik terpadu, patologi klinik, patologi anatomi, radiologi, rehabilitasi medik, kardiovaskular, mikrobiologi), pelayanan penunjung non medis (instalasi gizi, farmasi, Central Sterilization Supply Depart (CSSD), bioelektro medik, Penyuluh Kesehatan masyarakat


(48)

Rumah Sakit (PKMRS), dan pelayanan non medis (instalasi tata usaha pasien, teknik sipil, pemulasaraan jenazah).

5.1.2. Pusat Pelayanan Khusus Klinik VCT RSUP H. Adam Malik Medan

Klinik VCT RSUP H. Adam Malik Medan merupakan wadah pelayanan khusus yang didirikan untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi individu maupun kelompok berisiko terinfeksi HIV/AIDS berupa konseling pra testing, tes HIV dan konseling pasca tes. Jika hasil tes menunjukkan penderita positif HIV/AIDS, klinik ini bekerjasama dengan bagian Case Support and Treatment (CST) untuk memberikan perawatan dan pengobatan terhadap penderita secara intensif dengan susunan anggota sebagai berikut pada tabel 5.1.

Tabel 5.1. Susunan Anggota Tim Klinik VCT RSUP H. Adam Malik Medan

Sumber : Klinik VCT RSUP H. Adam Malik Medan

Adapun tugas wewenang dan tanggung jawab Pusyansus di Klinik VCT dan CST RSUP H. Adam Malik Medan, antara lain :

a. Memberikan dukungan konseling dan testing secara sukarela kepada individu dan kelompok berisiko terinfeksi HIV/AIDS

No. Susunan Tim Jumlah

1. Koordinator 1

2. Konselor 3

3. Petugas Laboratorium 1

4. Petugas Administrasi 1

5. Petugas Kebersihan 1

6. Tim Leader (CST) 1

7. Konsulen (CST) 1

8. Petugas RR Anti Retroviral Therapy (CST) 1

9. Petugas Farmasi (CST) 1

10 . Manajer Kasus 2


(49)

b. Memberikan konseling lanjutan kepada pasien HIV/AIDS dan keluarga c. Menyampaikan hasil tes HIV/AIDS kepada pasien secara rahasia

d. Menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga peduli HIV/AIDS dan atau organisasi terkait

e. Memberikan penyuluhan dan sosialisasi tentang HIV/AIDS kepada masyarakat dan atau petugas medis

f. Melakukan pemeriksaan klinis terhadap penderita maupun yang terinfeksi HIV/AIDS secara mendetail

g. Melakukan perawatan dan pengobatan terhadap penderita HIV/AIDS secara intensif

h. Memberikan dukungan perawatan dan pengobatan kepada penderita HIV/AIDS secara intensif

i. Menyiapkan sarana dan prasarana laboratorium dan melakukan pemeriksaan pada penderita HIV/AIDS

j. Mencatat dan membuat laporan perawatan pada pasien HIV/AIDS

k. Menyiapkan, membuat dan mengumpulkan laporan bulanan dan triwulan klinik VCT serta saran/usul dan hambatan yang ditemukan

l. Melakukan tata laksana dokumen, pengarsipan, pengumpulan, pengolahan dan analisa data

m. Merekapitulasi data barang yang dibutuhkan klinik VCT RSUP H. Adam Malik (ATK, obat ARV dan IO, Reagensia, dll)


(50)

5.2. Penderita HIV/AIDS Dari Jumlah Kunjungan Penderita

Hasil penelitian tentang karakteristik penderita HIV/AIDS di Pusyansus Klinik VCT RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2006-2007, diperoleh penderita HIV/AIDS dari jumlah kunjungan seluruh penderita sebagai berikut :

Tabel 5.2. Distribusi Penderita HIV/AIDS Dari Jumlah Kunjungan Penderita Di Pusyansus Klinik VCT RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2006-2007

No. Tahun Jumlah Penderita Jumlah Kunjungan

Penderita

1. 2006 202 780

2. 2007 320 2481

Pada tabel 5.2. dapat dilihat bahwa jumlah penderita HIV/AIDS dari seluruh jumlah kunjungan penderita di Pusyansus Klinik VCT RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2006-2007 meningkat dalam 1 tahun terakhir. Dari 780 penderita yang datang pada tahun 2006, ada sebanyak 202 penderita baru HIV/AIDS, demikian juga pada tahun 2007, dari 2481 penderita yang datang, ada sebanyak 320 penderita baru HIV/AIDS.

5.3. Proporsi Sosiodemografi Penderita HIV/AIDS

Hasil penelitian tentang karakteristik penderita HIV/AIDS di Pusyansus Klinik VCT RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2006-2007 , diperoleh distribusi kasus berdasarkan sosiodemografi sebagai berikut :


(51)

Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Penderita HIV/AIDS Berdasarkan Sosiodemografi Di Pusyansus Klinik VCT RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2006-2007

No. Sosiodemografi Penderita HIV/AIDS

f %

1. Umur : < 20 tahun 20-39 tahun ≥ 40 tahun

7 196 23 3,1 86,7 10,2

Total 226 100

2. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan 183 43 81,0 19,0

Total 226 100

3. Suku :

Batak(Toba,Karo,Mandailing, Simalungun) Jawa Melayu Minang Nias Tionghoa Lain-lain Tidak Tercatat 96 20 5 3 2 35 9 56 42,5 8,8 2,2 1,3 0,9 15,5 4,0 24,8

Total 226 100

4. Tingkat Pendidikan : Tidak Sekolah SD SLTP SLTA Akademik/PT 6 4 7 189 20 2,7 1,8 3,1 83,6 8,8

Total 226 100

5. Pekerjaan :

Pegawai Swasta Wiraswasta PNS/TNI/Pensiunan IRT Mahasiswa/Pelajar Lain-lain Tidak Bekerja Tidak Tercatat 6 79 5 18 9 33 31 45 2,7 35,0 2,2 7,9 4,0 14,6 13,7 19,9

Total 226 100

6. Status Perkawinan : Kawin Belum Kawin Tidak Tercatat 96 94 36 42,5 41,6 15,9

Total 226 100

7. Daerah Tempat Tinggal: Medan Luar Medan 143 83 63,3 36,7


(52)

Dari tabel 5.3. dapat dilihat bahwa karakteristik penderita HIV/AIDS berdasarkan sosiodemografi yaitu sebagai berikut : proporsi penderita HIV/AIDS yang terbanyak adalah umur 20-39 tahun yaitu sebanyak 196 orang (86,7%). Menurut jenis kelamin yang terbanyak adalah laki-laki yaitu sebanyak 183 orang (81,0%). Menurut suku yang terbanyak adalah suku Batak yaitu sebanyak 96 orang (42,5%). Menurut tingkat pendidikan yang terbanyak adalah berpendidikan SLTA yaitu sebanyak 189 orang (83,6%). Menurut pekerjaan yang terbanyak adalah wiraswasta yaitu sebanyak 79 orang (35,0%). Menurut status perkawinan yang terbanyak adalah status kawin yaitu sebanyak 96 orang (42,5%). Menurut daerah tempat tinggal yang terbanyak adalah di dalam kota Medan yaitu sebanyak 143 orang (63,3%).

5.4. Proporsi Faktor Risiko Penularan Penderita HIV/AIDS

Hasil penelitian tentang karakteristik penderita HIV/AIDS di Pusyansus Klinik VCT RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2006-2007, diperoleh distribusi kasus berdasarkan faktor risiko penularan antara lain :


(53)

Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Penderita HIV/AIDS Berdasarkan Faktor Risiko Penularan di Pusyansus Klinik VCT RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2006-2007

No. Faktor Risiko Penularan Jumlah

f %

1. Heteroseksual 129 57,1

2. Homoseksual 2 0,9

3. IDU 81 35,8

4. Transfusi darah 5 2,2

5. Perinatal 6 2,7

6. Tidak diketahui 3 1,3

Total 226 100

Pada tabel 5.4. dapat dilihat bahwa dari 226 penderita HIV/AIDS di Pusyansus Klinik VCT RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2006-2007, proporsi penderita HIV/AIDS berdasarkan faktor risiko penularan yang terbanyak adalah melalui heteroseksual yaitu sebanyak 129 orang (57,1%), urutan kedua adalah IDU yaitu sebanyak 81 orang (35,8%), kemudian perinatal yaitu sebanyak 6 orang (2,7%), transfusi darah yaitu sebanyak 5 orang (2,2%), tidak diketahui yaitu sebanyak 3 orang (1,3%) dan yang terendah adalah homoseksual yaitu sebanyak 2 orang (0,9%).

Pada faktor risiko penularan tidak diketahui, analisis statistik tidak perlu dilakukan karena faktor risiko tersebut tidak menggambarkan faktor risiko penularan yang sebenarnya. Berdasarkan laporan bulanan tercatat faktor risiko penularan tidak diketahui, dikarenakan pada saat dilakukannya konseling, penderita cenderung tidak mengaku penularan berasal darimana, tetapi setelah dilakukan tes terbukti penularan yang sebenarnya akan tetapi tidak dicatat kembali dalam laporan.


(54)

5.5. Proporsi Umur Berdasarkan Jenis Kelamin

Hasil penelitian tentang karakteristik penderita HIV/AIDS di Pusyansus Klinik VCT RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2006-2007, diperoleh distribusi umur penderita berdasarkan jenis kelamin sebagai berikut :

Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Penderita HIV/AIDS Di Pusyansus Klinik VCT RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2006-2007

No. Umur Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan

f % f %

1. < 20 tahun 6 3,3 1 2,3

2. 20-39 tahun 158 86,3 38 88,4

3. ≥ 40 tahun 19 10,4 4 9,3

Total 183 100 43 100

Dari tabel 5.5. dapat dilihat bahwa dari 183 penderita HIV/AIDS pada jenis kelamin laki-laki, 158 penderita (86,3%) terdapat pada kelompok umur 20-39 tahun, 6 penderita (3,3%) diantaranya terdapat pada kelompok umur < 20 tahun,dan 19 penderita (10,4%) terdapat pada kelompok umur ≥ 40 tahun. Sedangkan dari 43 penderita HIV/AIDS pada jenis kelamin perempuan, 38 penderita (88,4%) terdapat pada kelompok umur 20-39 tahun, 4 penderita (9,3%) terdapat pada kelompok umur ≥ 40 tahun dan 1 penderita (2,3%) terdapat pada kelompok umur < 20 tahun.

Dari hasil tabulasi silang di atas, analisa dengan uji Chi-Square tidak dapat dilakukan karena ada 2 sel (33,3%) yang nilai harapannya kurang dari 5.


(55)

5.6. Proporsi Status Perkawinan Berdasarkan Jenis Kelamin

Hasil penelitian tentang karakteristik penderita HIV/AIDS di Pusyansus Klinik VCT RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2006-2007, diperoleh distribusi status perkawinan penderita berdasarkan jenis kelamin antara lain :

Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Status Perkawinan Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Penderita HIV/AIDS Di Pusyansus Klinik VCT RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2006-2007

No. Status Perkawinan

Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan

f % f %

1. Kawin 64 41,8 32 86,5

2. Belum kawin 89 58,2 5 13,5

Total 153 100 37 100

χ2 = 23,769 df = 1 p = 0,000

Dari tabel 5.6. dapat dilihat bahwa dari 153 penderita HIV/AIDS pada jenis kelamin laki-laki, 64 penderitra (41,8%) diantaranya berada dengan status kawin dan 89 penderita (58,2%) dengan status belum kawin, sedangkan dari 37 penderita HIV/AIDS pada jenis kelamin perempuan, 32 penderita (86,5%) berada dengan status kawin dan 5 penderita (13,5%) dengan status belum kawin.

Hasil analisis statistik hanya berdasarkan data penderita yang tercatat statusnya baik yang kawin dan belum kawin, sedangkan yang tidak tecatat tidak ikut diolah secara statistik dan dari 226 penderita hanya 190 orang yang tercatat status penderita yang kawin dan belum kawin.

Berdasarkan hasil uji statistik Chi-Square diperoleh bahwa ada perbedaan yang bermakna antara status perkawinan berdasarkan jenis kelamin. Hal ini berarti bahwa proporsi penderita HIV/AIDS pada jenis kelamin laki-laki yang berstatus belum kawin secara bermakna lebih besar dibandingkan dengan yang belum kawin pada perempuan


(56)

kelamin perempuan yang berstatus kawin secara bermakna lebih besar dibandingkan dengan yang berstatus kawin pada laki-laki. (86,5% vs 41,8%; χ2 = 23,769; p = 0,000).

5.7. Proporsi Umur Berdasarkan Faktor Risiko Penularan

Hasil penelitian tentang karakteristik penderita HIV/AIDS di Pusyansus Klinik VCT RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2006-2007, diperoleh distribusi umur penderita berdasarkan faktor risiko penularan sebagai berikut :

Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Faktor Risiko Penularan Pada Penderita HIV/AIDS Di Pusyansus Klinik VCT RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2006-2007

No. Umur

Faktor Risiko Penularan

Seksual IDU Lain-lain

f % f % f %

1. < 20 tahun 0 0 0 0 7 63,6

2. 20-39 tahun 113 85,6 78 97,5 3 27,3

3. ≥ 40 tahun 19 14,4 2 2,5 1 9,1

Total 132 100 80 100 11 100

Dari tabel 5.7. dapat dilihat bahwa dari 132 penderita HIV/AIDS dengan faktor risiko penularan yang berasal dari hubungan seksual (heteroseksual dan homoseksual), 113 penderita (85,6%) terdapat pada kelompok umur 20-39 tahun dan 19 penderita (14,4%) terdapat pada kelompok umur ≥ 40 tahun. Demikian halnya dari 80 penderita HIV/AIDS dengan faktor risiko penularan yang berasal dari IDU, 78 penderita (97,5%) terdapat pada kelompok umur 20-39 tahun dan 2 penderita (2,5%) terdapat pada kelompok umur ≥ 40 tahun, sedangkan dari 11 penderita HIV/AIDS dengan faktor risiko penularan yang berasal dari lain-lain (tranfusi dan perinatal), 7 penderita (63,6%) terdapat pada kelompok umur < 20 tahun, 3 penderita (27,3%) terdapat pada kelompok umur 20-39 tahun dan 1 penderita (9,1%) pada kelompok umur ≥ 40 tahun.


(57)

Dari hasil tabulasi silang di atas, analisa dengan uji Chi-Square tidak dapat dilakukan karena ada 4 sel (44,4%) yang nilai harapannya kurang dari 5.

5.8. Proporsi Jenis Kelamin Berdasarkan Faktor Risiko Penularan

Hasil penelitian tentang karakteristik penderita HIV/AIDS di Pusyansus Klinik VCT RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2006-2007, diperoleh distribusi jenis kelamin penderita berdasarkan faktor risiko penularan sebagai berikut :

Tabel 5.8. Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Berdasarkan Faktor Risiko Penularan Pada Penderita HIV/AIDS Di Pusyansus Klinik VCT RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2006-2007

No. Jenis Kelamin

Faktor Risiko Penularan

Seksual IDU Lain-lain

f % f % f %

1. Laki-laki 96 72,7 77 96,2 9 81,8

2. Perempuan 36 27,3 3 3,8 2 18,2

Total 132 100 80 100 11 100

χ2 = 18,368 df = 2 p = 0,000

Dari tabel 5.8. dapat dilihat bahwa dari 132 penderita HIV/AIDS dengan faktor risiko penularan yang berasal dari hubungan seksual (heteroseksual dan homoseksual), 96 penderita (72,7%) terdapat pada jenis kelamin laki-laki dan 36 penderita (27,3%) terdapat pada jenis kelamin perrempuan. Demikian halnya dari 80 penderita HIV/AIDS dengan faktor risiko penularan yang berasal dari IDU, 77 penderita (96,2%) terdapat pada jenis kelamin laki-laki dan 3 penderita (3,8%) terdapat pada jenis kelamin perempuan. Sedangkan dari 11 penderita HIV/AIDS dengan faktor risiko penularan yang berasal dari lain-lain (transfusi darah dan perinatal), 9 penderita (81,8%) terdapat pada jenis kelamin laki-laki dan 2 penderita (18,2%) terdapat pada jenis kelamin perempuan.


(58)

penderita HIV/AIDS pada faktor risiko penularan seksual, IDU, dan lain-lain (transfusi darah dan perinatal), masing-masing proporsi pada jenis kelamin laki-laki secara bermakna lebih besar dibandingkan pada jenis kelamin perempuan (72,7% vs 27,3%; 96,2% vs 3,8%; 81,8% vs 18,2%; χ2 = 18,368; p = 0,000).

5.9. Proporsi Tingkat Pendidikan Berdasarkan Faktor Risiko Penularan

Hasil penelitian tentang karakteristik penderita HIV/AIDS di Pusyansus Klinik VCT RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2006-2007, diperoleh distribusi tingkat pendidikan penderita berdasarkan faktor risiko penularan sebagai berikut:

Tabel 5.9. Distribusi Proporsi Tingkat Pendidikan Berdasarkan Faktor Risiko Penularan Pada Penderita HIV/AIDS Di Pusyansus Klinik VCT RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2006-2007

No. Tingkat Pendidikan

Faktor Risiko Penularan

Seksual IDU Lain-lain

f % f % f %

1. Pendidikan Dasar 7 5,3 3 3,8 7 63,6

2. Pendidikan Menengah 115 87,1 68 85,0 3 27,3

3. Pendidikan Tinggi 10 7,6 9 11,2 1 9,1

Total 132 100 80 100 11 100

χ2 = 52,927 df = 4 p = 0,000

Dari tabel 5.9. dapat dilihat bahwa dari 132 penderita HIV/AIDS dengan faktor risiko penularan yang berasal dari hubungan seksual (heteroseksual dan homoseksual), 115 penderita (87,1%) terdapat pada yang berpendidikan menengah (SLTA), 10 penderita (7,6%) pada tingkat pendidikan tinggi (Akademi/PT), dan 7 penderita (5,3%) pada tingkat pendidikan dasar (Tidak sekolah, SD dan SLTP). Demikian halnya dari 80 penderita HIV/AIDS dengan faktor risiko penularan yang berasal dari IDU, 68 penderita (85,0%) terdapat pada tingkat pendidikan menengah (SLTA), 9 penderita (11,2%)


(59)

tingkat pendidikan dasar ( Tidak sekolah, SD dan SLTP). Sedangkan dari 11 penderita HIV/AIDS dengan faktor risiko penularan yang berasal dari lain-lain (transfusi darah dan perinatal), 7 penderita (63,6%) terdapat pada tingkat pendidikan dasar (Tidak sekolah, SD dan SLTP), 3 penderita (27,3%) terdapat pada tingkat pendidikan menengah (SLTA), dan 1 penderita (9,1%) pada tingkat pendidikan tinggi (Akademi/PT).

Berdasarkan hasil uji statistik Chi-Square diperoleh bahwa ada perbedaan yang bermakna antara tingkat pendidikan berdasarkan faktor risiko penularan. Hal ini berarti bahwa penderita HIV/AIDS pada faktor risiko penularan seksual dan IDU , masing-masing proporsi pada tingkat pendidikan menengah secara bermakna lebih besar dibandingkan pada tingkat pendidikan tinggi dan pendidikan dasar (87,1% vs 7,6% vs 35,3%; 85,0% vs 11,2% vs 3,8% ; χ2 = 52,927; p = 0,000). Penderita HIV/AIDS pada faktor risiko lain-lain (transfusi darah dan perinatal), proporsi yang berpendidikan dasar secara bermakna lebih besar dibandingkan pada tingkat pendidikan menengah dan pendidikan tinggi (63,6% vs 27,3% vs 9,1%; χ2 = 52,927; p = 0,000).

5.10. Proporsi Status Perkawinan Berdasarkan Faktor Risiko Penularan

Hasil penelitian tentang karakteristik penderita HIV/AIDS di Pusyansus Klinik VCT RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2006-2007, diperoleh distribusi status perkawinan penderita berdasarkan faktor risiko penularan sebagai berikut:


(60)

Tabel 5.10. Distribusi Proporsi Status Perkawinan Berdasarkan Faktor Risiko Penularan Pada Penderita HIV/AIDS Di Pusyansus Klinik VCT RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2006-2007

No. Status Perkawinan

Faktor Risiko Penularan

Seksual IDU Lain-lain

f % f % f %

1. Kawin 68 62,4 25 36,8 1 9,1

2. Belum kawin 41 37,6 43 63,2 10 90,9

Total 109 100 68 100 11 100

χ2 = 18,816 df = 2 p = 0,000

Dari tabel 5.10. dapat dilihat bahwa dari 109 penderita HIV/AIDS dengan faktor risiko penularan yang berasal dari hubungan seksual (heteroseksual dan homoseksual), 68 penderita (62,4%) terdapat pada yang berstatus kawin dan 41 penderita (37,6%) pada yang berstatus belum kawin. Demikian halnya dari 68 penderita HIV/AIDS dengan faktor risiko penularan yang berasal dari IDU, 43 penderita (63,2%) terdapat pada status belum kawin dan 25 penderita (36,8%) terdapat pada yang berstatus kawin, sedangkan dari 11 penderita HIV/AIDS dengan faktor risiko penularan yang berasal dari lain-lain (transfusi darah dan perinatal), 10 penderita (90,9%) terdapat pada yang berstatus belum kawin dan 1 penderita (9,1%) terdapat pada yang berstatus kawin.

Hasil analisis statistik hanya berdasarkan data penderita yang tercatat statusnya baik yang kawin dan belum kawin, sedangkan yang tidak tecatat tidak ikut diolah secara statistik, demikian halnya pada faktor risiko penularan yang tidak diketahui. Dari 226 penderita hanya 190 orang yang tercatat status penderita yang kawin dan belum kawin, sedangkan dari 3 penderita dengan faktor risiko tidak diketahui, terdapat 2 orang yang berstatus kawin, maka analisis statistik berjumlah 188 penderita.

Berdasarkan hasil uji statistik Chi-Square diperoleh bahwa ada perbedaan yang bermakna antara status perkawinan berdasarkan faktor risiko penularan. Hal ini berarti


(61)

bahwa penderita HIV/AIDS pada faktor risiko penularan melalui seksual, proporsi yang berstatus kawin secara bermakna lebih besar dibandingkan dengan yang berstatus belum kawin (62,4% vs 37,6%;χ2 = 18,816; p = 0,000). Penderita HIV/AIDS pada faktor penularan melalui IDU dan Lain-lain (transfusi darah dan perinatal), proporsi yang berstatus belum kawin secara bermakna lebih besar dibandingkan dengan yang berstatus kawin (63,2% vs 36,8%; 90,9% vs 9,1% ; χ2 = 18,816; p = 0,000).


(1)

Case Processing Summary

190 100.0% 0 .0% 190 100.0%

Status kawin penderita * Jenis kelamin penderita

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total

Cases

Status kawin penderita * Jenis kelamin penderita Crosstabulation

64 32 96

77.3 18.7 96.0

66.7% 33.3% 100.0%

41.8% 86.5% 50.5%

33.7% 16.8% 50.5%

89 5 94

75.7 18.3 94.0

94.7% 5.3% 100.0%

58.2% 13.5% 49.5%

46.8% 2.6% 49.5%

153 37 190

153.0 37.0 190.0

80.5% 19.5% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0%

80.5% 19.5% 100.0%

Count

Expected Count % within Status kawin penderita % within Jenis kelamin penderita % of Total Count

Expected Count % within Status kawin penderita % within Jenis kelamin penderita % of Total Count

Expected Count % within Status kawin penderita % within Jenis kelamin penderita % of Total Kawin

Belum kawin Status kawin

penderita

Total

Laki-laki Perempuan Jenis kelamin penderita

Total

Chi-Square Tests

23.769b 1 .000

22.016 1 .000

26.069 1 .000

.000 .000

23.644 1 .000

190 Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Computed only for a 2x2 table a.

0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 18. 31.


(2)

223 100.0% 0 .0% 223 100.0% Umur penderita *

Faktor risiko penularan

Umur penderita * Faktor risiko penularan Crosstabulation

0 0 7 7

4.1 2.5 .3 7.0

.0% .0% 100.0% 100.0%

.0% .0% 63.6% 3.1%

.0% .0% 3.1% 3.1%

113 78 3 194

114.8 69.6 9.6 194.0

58.2% 40.2% 1.5% 100.0%

85.6% 97.5% 27.3% 87.0%

50.7% 35.0% 1.3% 87.0%

19 2 1 22

13.0 7.9 1.1 22.0

86.4% 9.1% 4.5% 100.0%

14.4% 2.5% 9.1% 9.9%

8.5% .9% .4% 9.9%

132 80 11 223

132.0 80.0 11.0 223.0

59.2% 35.9% 4.9% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

59.2% 35.9% 4.9% 100.0%

Count

Expected Count % within Umur penderita % within Faktor risiko penularan

% of Total Count

Expected Count % within Umur penderita % within Faktor risiko penularan

% of Total Count

Expected Count % within Umur penderita % within Faktor risiko penularan

% of Total Count

Expected Count % within Umur penderita % within Faktor risiko penularan

% of Total <20 tahun

20-39 tahun

>=40 tahun Umur

penderita

Total

Seksual IDU Lain-lain Faktor risiko penularan

Total

Chi-Square Tests

147.613a 4 .000

58.015 4 .000

29.152 1 .000

223 Pearson Chi-Square

Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

4 cells (44.4%) have expected count less than 5. The a.


(3)

Case Processing Summary

223 100.0% 0 .0% 223 100.0%

Jenis kelamin penderita * Faktor risiko penularan

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total

Cases

Jenis kelamin penderita * Faktor risiko penularan Crosstabulation

96 77 9 182

107.7 65.3 9.0 182.0

52.7% 42.3% 4.9% 100.0%

72.7% 96.3% 81.8% 81.6%

43.0% 34.5% 4.0% 81.6%

36 3 2 41

24.3 14.7 2.0 41.0

87.8% 7.3% 4.9% 100.0%

27.3% 3.8% 18.2% 18.4%

16.1% 1.3% .9% 18.4%

132 80 11 223

132.0 80.0 11.0 223.0

59.2% 35.9% 4.9% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

59.2% 35.9% 4.9% 100.0%

Count

Expected Count % within Jenis kelamin penderita % within Faktor risiko penularan % of Total Count

Expected Count % within Jenis kelamin penderita % within Faktor risiko penularan % of Total Count

Expected Count % within Jenis kelamin penderita % within Faktor risiko penularan % of Total Laki-laki

Perempuan Jenis kelamin

penderita

Total

Seksual IDU Lain-lain Faktor risiko penularan

Total

Chi-Square Tests

18.368a 2 .000

22.118 2 .000

11.849 1 .001

223 Pearson Chi-Square

Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.02.


(4)

223 100.0% 0 .0% 223 100.0% Tingkat pendidikan *

Faktor risiko penularan

Tingkat pendidikan * Faktor risiko penularan Crosstabulation

7 3 7 17

10.1 6.1 .8 17.0

41.2% 17.6% 41.2% 100.0%

5.3% 3.8% 63.6% 7.6%

3.1% 1.3% 3.1% 7.6%

115 68 3 186

110.1 66.7 9.2 186.0

61.8% 36.6% 1.6% 100.0%

87.1% 85.0% 27.3% 83.4%

51.6% 30.5% 1.3% 83.4%

10 9 1 20

11.8 7.2 1.0 20.0

50.0% 45.0% 5.0% 100.0%

7.6% 11.3% 9.1% 9.0%

4.5% 4.0% .4% 9.0%

132 80 11 223

132.0 80.0 11.0 223.0

59.2% 35.9% 4.9% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

59.2% 35.9% 4.9% 100.0%

Count Expected Count % within Tingkat pendidikan % within Faktor risiko penularan % of Total Count Expected Count % within Tingkat pendidikan % within Faktor risiko penularan % of Total Count Expected Count % within Tingkat pendidikan % within Faktor risiko penularan % of Total Count Expected Count % within Tingkat pendidikan % within Faktor risiko penularan % of Total Pendidikan dasar

Pendidikan menengah

Pendidikan tinggi Tingkat

pendidikan

Total

Seksual IDU Lain-lain Faktor risiko penularan

Total

Chi-Square Tests

52.927a 4 .000

26.983 4 .000

4.221 1 .040

223 Pearson Chi-Square

Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

2 cells (22.2%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .84.


(5)

Case Processing Summary

188 100.0% 0 .0% 188 100.0%

Status kawin penderita * Faktor risiko penularan

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total

Cases

Status kawin penderita * Faktor risiko penularan Crosstabulation

68 25 1 94

54.5 34.0 5.5 94.0

72.3% 26.6% 1.1% 100.0%

62.4% 36.8% 9.1% 50.0%

36.2% 13.3% .5% 50.0%

41 43 10 94

54.5 34.0 5.5 94.0

43.6% 45.7% 10.6% 100.0%

37.6% 63.2% 90.9% 50.0%

21.8% 22.9% 5.3% 50.0%

109 68 11 188

109.0 68.0 11.0 188.0

58.0% 36.2% 5.9% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

58.0% 36.2% 5.9% 100.0%

Count

Expected Count % within Status kawin penderita % within Faktor risiko penularan % of Total Count

Expected Count % within Status kawin penderita % within Faktor risiko penularan % of Total Count

Expected Count % within Status kawin penderita % within Faktor risiko penularan % of Total Kawin

Belum kawin Status kawin

penderita

Total

Seksual IDU Lain-lain Faktor risiko penularan

Total

Chi-Square Tests

18.816a 2 .000

20.127 2 .000

18.706 1 .000

188 Pearson Chi-Square

Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.50.


(6)