PENGARUH VARIASI JARI-JARI KOLAM OLAK TIPE TRAJECTORY Pengaruh Variasi Jari-Jari Kolam Olak Tipe Trajectory Bucket terhadap Loncatan Hidrolis dan Peredaman Energi pada Spillway Tipe Ogee.

(1)

PENGARUH VARIASI JARI-JARI KOLAM OLAK TIPE

TRAJECTORY

BUCKET

TERHADAP LONCATAN HIDROLIS DAN PEREDAMAN

ENERGI PADA

SPILLWAY

TIPE

OGEE

PUBLIKASI ILMIAH

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas

Teknik

oleh:

YOGIK HARDIAN PRASETYO

NIM : D 100 120 010

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2016


(2)

(3)

(4)

(5)

PENGARUH VARIASI JARI-JARI KOLAM OLAK TIPE TRAJECTORY BUCKET TERHADAP

LONCATAN HIDROLIS DAN PEREDAMAN ENERGI PADA SPILLWAY TIPE OGEE

ABSTRAK

Kebutuhan akan air tidak selalu cocok dengan ketersediaan air, baik secara ruang maupun

waktu. Salah satu upaya manusia untuk memanfaatkan air sehingga dapat dialirkan pada

tempat-tempat yang membutuhkan air (air irigasi) adalah pembuatan bendung (

weir

). Pada struktur

bendungan (DAM), bangunan yang digunakan untuk melimpaskan debit banjir berlebih yang masuk

ke waduk adalah

spillway.

Sebelum air melintasi s

pillway

aliran air bersifat subkritik. Sedangkan aliran

setelah melewati s

pillway

aliran berubah menjadi aliran super-kritis. Sehingga energi yang dengan

gaya gerus yang timbul dalam aliran tersebut harus direduksi mencapai tingkat yang normal

kembali. Untuk mereduksi energi yang terdapat di dalam aliran tersebut, maka di ujung hilir saluran

peluncur biasanya dibuat bangunan peredam energi atau kolam olakan (

stilling basin

). Jari-jari kolam

olak sangat berpengaruh dalam meredam energi, sehingga jari-jari kolam olak harus direncanakan

pada kelengkungan yang tepat agar menghasilkan redaman energi yang efektif dan efisien. Tujuan

dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh berbagai jari-jari kolam olak terhadap kecepatan air,

turbulensi dan peredaman energi.

Percobaan dalam penelitian ini dilakukan di Laboratorium Hidraulika Program Studi Teknik

Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta. Penelitian ini menggunakan alat

flume

dengan ukuran 30 cm x 60 cm x 1000 cm dengan kemiringan dasar saluran 0,0058. Menggunakan

mercu bendung tipe

Ogee

dan kolam olak tipe

trajectory bucket

dan menggunakan lima variasi jari-jari

kolam olak. Penelitian dilakukan dengan 5 seri, masing masing seri dilakukan satu tahap

running

dengan masing-masing enam variasi debit, sehingga total

running

yang dilakukan sebanyak 30

running.

Pada setiap debitnya dilakukan pengujian panjang loncat air, tinggi loncat air dan kehilangan energi.

Hasil penelitian menunjukkan beberapa kesimpulan. Pertama, jari-jari kolam olak 8 cm tipe

trajectory bucket

adalah yang paling efektif untuk meredam energi aliran yang berlaku untuk semua

debit. Kedua, jari-jari kolam olak 8 cm adalah yang paling efektif dalam meredam turbulesi aliran di

hilir pusaran. Ketiga, Jari-jari kolam olak yang terbaik untuk mereduksi panjang loncat air adalah

jari-jari kolam olak 6,5 cm yang mempunyai rerata panjang loncatan air paling rendah yaitu 18,667

cm. Karena semakin pendek loncatan air maka peredaman energi semakin baik. Keempat, Bilangan

Froude

pada percobaan ini berbanding lurus dengan panjang loncatan. Ini berlaku untuk semua

jari-jari kolam olak kecuali jari-jari-jari-jari 7,5 cm dikarenakan pada jari-jari-jari-jari tersebut terjadi separasi aliran.

Kata kunci :

bendung, pelimpah

ogee

,

trajectory bucket,

jari-jari kolam olak, kecepatan air, turbulensi,

peredaman energi.

ABSTRACTS

The need for water is not always matched by the availability of water, both in space and time. One

man’s attempt to take advantage of the water so it can be streamed on the places that need water

(irrigation water) is the making of the dam (weir). In the structure of the dam, a building that used

to bestow the flood discharge excess goes into the reservoir is spillway. Before crossing the spillway

water flow is subcritical water. While the flow after passing through the spillway transformed into

super-critical flow. So that energy with the grinding force that arise within the flow must be reduced

to achieve a normal level of return. To reduce the energy contained in the flow, then at the

downstream end of the launcher channel are ussually made energy absorbers buildings or stilling

basin. The radius of stilling basin very influential in reducing energy, so radius of stilling basin

should be planned at an appropriate curvature to produce energy reduce effective and efficient. The


(6)

purpose of this study to determine the effect of various stilling basin radius for water velocity,

turbulence and energy reduction.

The experiments in this study conducted at the laboratory of hydraulics Department of Civil

Engineering Faculty of Engneering, University of Muhammadiyah Surakarta. This experiment using

a flume with a size of 30 cm x 60 cm x 1000 cm with a slope of 0,0058 channel basis. Using top

point of weir ogee type and stilling basin trajectory bucket type and use five fingers variations

stilling basin. The experiments was conducted with the 5 series, each of the six variations of

discharge, so that the total running done as many as 30 running. At each discharge is done test of

water long jump, high jump water and energy loss.

The result of experiment show some conclusions. First, the radius stilling basin 8 cm

trajectory bucket type is the most effective to reduce the energy flow which applies to all discharge.

Second, the radius stilling basin 8 cm is the most effective to reduce of turbulence flow in

downstream vortex. Third, the best radius stilling basin to reduce long jump water is 6,5 cm which

has average length of the water jump lowest is 18,667 cm. Because of the shorter leap of water then

the better the energy reduction. Fourth, Froude number in this experiment is directly proportional

to the lenght of a water jump. This applies to all radius stilling basin except 7,5 cm radius due to

the radius of flow separation occurred.

Keywords : weir, spillway ogee, trajectory bucket, radius of stilling basin, velocity water, turbulence,

energy reduced.

1. PENDAHULUAN

Kebutuhan akan air tidak selalu cocok dengan ketersediaan air, baik secara ruang maupun waktu. Salah satu upaya manusia untuk memanfaatkan air sehingga dapat dialirkan pada tempat-tempat yang membutuhkan air (air irigasi) adalah pembuatan bendung (weir). Fungsi utama bendung adalah untuk menaikkan air di hulu bendung tersebut sehingga air dapat dialirkan ke daerah-daerah yang membutuhkan air, fungsi lain dari bendung adalah untuk mengukur debit aliran Pada struktur bendungan (DAM), bangunan yang digunakan untuk melimpaskan debit banjir berlebih yang masuk ke waduk adalah spillway. Sebelum air melintasi spillway aliran air bersifat subkritik. Sedangkan aliran setelah melewati spillway aliran berubah menjadi aliran super-kritis. Sehingga energi yang dengan gaya gerus yang timbul dalam aliran tersebut harus direduksi mencapai tingkat yang normal kembali. Untuk mereduksi energi yang terdapat di dalam aliran tersebut, maka di ujung hilir saluran peluncur biasanya dibuat bangunan peredam energi atau kolam olakan (stilling basin). Jari-jari kolam olak sangat berpengaruh dalam meredam energi, sehingga jari-jari kolam olak harus direncanakan pada kelengkungan yang tepat agar menghasilkan redaman energi yang efektif dan efisien.

1.1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jari-jari kolam olak tipe

trajectory bucket terhadap kecepatan aliran, peredaman energi, turbulensi aliran dan mengetahui panjang loncat air dan tinggi loncat air serta mengetahui bilangan froude terhadap panjang loncat air.

1.2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam perencanaan spillway tipe ogee terutama pelimpah hilir miring dengan kolam olak trajectory bucket serta sebagai acuan penggunaan kelengkungan hilir spillway tipe ogee yang paling efektif dan ekonomis sebagai peredam energi.

1.3. Batasan Masalah

Untuk membatasi objek ruang lingkup penelitian ini agar langkahnya sistematis dan terarah maka diperlukan batasan-batasan masalah sebagai berikut :

1) Percobaan dalam penelitian ini menggunakan alat saluran/flume dari bahan flexy glass yang menjadi model saluran terbuka dengan ukuran 30 cm × 60 cm × 1000 cm.

2) Kemiringan dasar saluran 0,0058.

3) Jenis aliran adalah aliran tetap seragam (steady uniform flow).

4) Kekasaran model dan saluran tidak ditinjau.

5) Kekentalan kinematik sepanjang aliran dianggap sama.

6) Percobaan hanya menggunakan enam macam variasi debit : 3500 cm3/dt, 4000 cm3/dt, 4500 cm3/dt,

5000 cm3/dt, 5500 cm3/dt dan 6000 cm3/dt.


(7)

7) Percobaan menggunakan tirai luapan dari persamaan ogee.

8) Menggunakan lima variasi jari-jari kolam olak.

9) Menggunakan mercu bendung tipe ogee dan kolam olak tipe trajectory bucket.

10) Pengamatan dilakukan setelah aliran stabil.

11)Kajian yang ditinjau sebagai spillway. 2. TINJAUAN PUSTAKA

Beberapa penelitian yang pernah dilakukan berkaitan dengan peredam energi, loncatan air maupun turbulensi aliran pada kolam olakan adalah sebagai berikut ini.

Ardian (2014) melakukan penelitian pengaruh variasi kemiringan tubuh hilir spillway dan penempatan baffle bloks

pada kolam olak tipe trajectory bucket terhadap loncatan hidrois dan peredaman energi. Dan hasil penelitian didapat dengan debit aliran yang sama dari variasi kemiringan tubuh hilir bendung tidak terjadi perbedaan yang signifikan terhadap turbulensi aliran

Rizal (2015) melakukan penelitianpengaruh penempatan baffle blocks tipe cekung parabolik dan setengah lingkaran pada bendung dengan kolam olak solid roller bucket terhadap panjang loncat air dan kehilangan energi dan dapat disimpulkan bahwa baffle blocks tipe cekung parabolik dengan posisi pada awal radius lengkung adalah yang paling efektif dalam meredam turbulensi aliran di hilir pusaran.

3. METODE PENELITIAN

Gambar 1. Bagan Alir Penelitian

3.1. Perencanaan Model Pelimpah

Bangunan pelimpah direncanakan dengan debit (Q) yang maksimum agar mendapat variasi debit aliran yang beragam. Berikut ini pehitungan perencanaan bangunan pelimpah dengan data-data sebagai berikut :

a. Debit maksimum (Q) = 0,006 m3/dt

Mulai

Studi

Pustaka

Persiapan alat dan

bahan Perencanaan Model

Penentuan jenis dan jumlah running

Pelaksanaan dan Pengambilan Data Penelitian

Analisa Data Hasil Analisis dan

Pembahasan Kesimpulan dan Saran


(8)

b. Lebar saluran (b) = 0,3 m c. Tinggi pelimpah (p) = 0,2 m d. Dicoba hd = 0,0436 m

e. Kecepatan awal (V0) =

 

p hd .b

Q 0

V

 

0,2 0,0436

.0,3 0,006 0 V   m/dt 0,082 0 V 

f. Tinggi tekanan total (he) =

2g 2 0 V d H e

h  

9,81 . 2 2 0,0839 0,0436 e

h  

m

0,044

e

h

g. Mencari koefisien Cd =

Gambar 2. Grafik Koefisien Peluapan Mercu Ogee Hubungan antara p/hd (Hidraulic Structures for Flow Diversion and Storage, Version 2 CE IIT – Kharangpur)

Dari grafik koefisien peluapan mercu ogee hubungan antara p/hd dengan Cd di atas didapat p/hd = 4,59

dan dari ekstrapolasi dengan persamaan y = 0,016x + 2,102 didapat nilai Cd = 2,176 maka kontrol debit (Q)

adalah :

Q = Cd × b × he3/2

Q = 2,176 × 0,3 × 0,0443/2 = 0,006 m3/dt

Karena debit maksimum dan debit kontrol sama besar maka hasil perhitungan di atas benar.

3.2. Perencanaan Kolam Olak

Berikut ini perhitungan perencanaan stilling basin (kolam olak) tipe solid roller bucket dengan data sebagai berikut : a. Debit maksimum (Q) = 0,006 m3/dt

b. Lebar saluran (b) = 0,3 m c. Tinggi pelimpah (p) = 0,2 m d. Debit persatuan panjang bentang = 0,0204 m e. Tinggi air kritis (hc) =

3 g 2 q c h 

4


(9)

3 9,81 2 0,0204 c h 

m

0,0349

c

h

f. Radius lengkung (Rmin) =

1,55 c

h min R

 ; untuk c h d h < 2 c h d h

= 1,104 ; 1,104 < 2

Rmin = 1,55 × 0,0349 = 0,054 ≈ 0,055 m g. Kedalaman Air Minimum (Tmin) =

0,215 c h d h 1,88 c h min T          m 0,0349 0,0385 1,88 h T c

min 0,0349 0,0670

215 , 0       

3.3. Perencanaan Jari-Jari Kolam Olak

Terdapat lima variasi jari-jari kolam olakyaitu variasi a (jari-jari 6,5 cm), variasi b (jari-jari 7 cm), variasi c (jari-jari 7,5 cm), variasi d (jari-jari 8 cm) dan variasi e (jari-jari 8,5 cm)

Gambar hasil perencanaan model

Gambar 3. Tampang Lintang Bendung Tipe Ogee dan Kolam Olak Tipe Trajectory Bucket

4. HASIL PENELITIAN

Penelitian dilakukan dengan mengalirkan air pada open flume melewati pelimpah ogee dengan enam variasi debit ( 3500 cm3/dt, 4000 cm3/dt, 4500 cm3/dt, 4000 cm3/dt, 5500 cm3/dt, 6000 cm3/dt) menggunakan pompa air,

jari-jari kolam olak yang dipakai ada lima variasi ( 6,5 cm, 7 cm, 7.5 cm, 8 cm, 8.5 cm) dilakukan 30 kali running. Hasil analisis meliputi:

4.1. Analisis kecepatan aliran dengan variasi debit

Kecepatan aliran di hulu bendung dihitung sejauh (2x tinggi bendung) yang selanjutnya disebut d1, hd adalah

pengaliran di atas bendung, sedangkan d2 adalah kedalaman air di hilir kolam olak setelah terjadi loncatan air. Penjelasan


(10)

Gambar 4. Letak Kecepatan di Hulu Bendung (v1), di Atas Bendung (vd) dan di Hilir Kolam Olak (v2)

Kedalaman air di hulu bendung merupakan kedalaman yang paling besar, karena adanya efek pembendungan (fungsi bendung adalah untuk menaikkan muka air sungai/saluran), kedalaman aliran juga semakin naik ketika debit yang mengalir semakin naik. Kedalaman aliran d2 adalah kedalaman air setelah terjadi loncatan air. Pada kondisi ini aliran air

bersifat subkritis, setelah sebelumnya aliran air bersifat superkritis. Dari gambar 5 terlihat bahwa kedalaman aliran setelah peristiwa loncatan air semakin meningkat ketika debit yang lewat juga naik. Kedalaman kritik didapatkan dengan memasukkan ke dalam persamaan kritik (di puncak mercu), yaitu kedalam batas antara superkritik dan subkritik.

Gambar 5. Hubungan Antara Variasi Debit Q (cm3/dt) dengan kedalaman aliran d (cm)

Kecepatan di hulu bendung merupakan kecepatan yang paling rendah, karena terjadi pembendungan disusul kecepatan setelah loncatan air dan kecepatan sebelum loncatan air merupakan kecepatan paling tinggi. Penurunan kecepatan terjadi pada kolam olak dengan adanya peristiwa pusaran air (loncat air), yang akan mengubah jenis aliran dari superkritik menjadi subkritik. Peristiwa pusaran air juga bersifat meredam energi aliran, sehingga energi setelah pusaran air relatif lebih rendah. Informasi kecepatan air di hulu bendung, kecepatan setelah pusaran air dan kecepatan pada atas bendung disajikan pada gambar V.3.

Gambar 6. Hubungan Antara Variasi Debit Q (cm3/dt) dengan Kecepatan Aliran v (cm/dt)

Rincian detail kecepatan aliran dan kedalaman muka air di tubuh bendung dilakukan dengan menerapkan persamaan konservasi momentum yang dikalibrasikan dengan data pengukuran kedalaman di laboratorium.

Sesuai hukum Newton II, yang menyatakan bahwa ’’ jumlah gaya yang bekerja disuatu volume Kontrol sebanding

dengan perubahan momentum yang terjadi”, maka konservasi momentum dapat dituliskan berikut ini :


(11)

)

θ

cos

v

θ

cos

v

(

Q

.

ρ

A

.

λ

t

θ

sin

.

W

F

F

1

2

2 2

1 1

)

1

θ

cos

.

B

.

w

.

γ

2

1

.d

2

1

1

F

)

2

θ

cos

.

B

.

w

.

γ

2

2

.d

2

1

2

F

sin

θ

.

B

.

L

.

2

d

d

θ

sin

.

W

1 2

 

d)

.

(B

.

o

I

.

2

2

R

1

R

g

.

ρ

A

λ.

 

Persamaan tersebut di atas bersifat eksplisit dan acuan awal untuk memulai perhitungan, data pertama yang diketahui hd (kedalaman diatas bendung). Selanjutnya cara perhitungan dilanjutkan sebagai berikut ini:

1. Menentukan koordinat dari kemiringan pelimpah

2. Mencari tangen sudut dari masing-masing titik koordinat yang telah ditentukan.

3. Menentukan sudut awal (Ѳ1), sudut tengah (Ѳt), dan sudut akhir(Ѳ2) dari setiap titik koordinat.

4. Menentukan panjang busur punggung bendung dengan analisa matematis.

5. Menganalisa nilai fungsi dari rumusan momentum untuk mendapatkan tinggi aliran (d2 trial) yang meluncur pada

kemiringan pelimpah. Penentuan d2 trial dengan fungsi goal seek di MS. Excel 2013.

6. Mengulangi langkah 1-5 dengan penggal saluran di punggung pelimpah selanjutnya.

7. Setelah d2 trial didapat selanjutnya digambar aliran air yang melewati kemiringan tubuh bendung. Kemudian

dianalisis mengenai konservasi momentumnya.

2 1

t

W sin

Gambar 7 Tekanan pada Puncak Mercu Bendung

Profil aliran melalui pelimpah hasil iterasi dari persamaan momentum digambarkan pada gambar 8. Profil muka air yang paling atas ke bawah menggambarkan profil muka air yang melintasi bendung dengan debit 6000 cm3/dt dan

berturut-turut profil muka air di bawahnya dengan debit 5500 cm3/dt, 5000 cm3/dt, 4500 cm3/dt, 4000 cm3/dt, 3500 cm3/dt.

Sedangkan kecepatan aliran saat melintasi di titik A (Puncak bendung), B (sebelum permulaan lengkungan), C (Awal lengkungan kolam olak), D (puncak lembah kolam olak) disajikan pada gambar 8 berikut ini:


(12)

24 CM

A

B

C D 3,213 cm

3,046 cm 2,850 cm 2,653 cm 2,414 cm 2,250 cm

2,104 cm 1,983 cm 1,858 cm 1,729 cm 1,594 cm 1,457 cm

1,857 cm 1,750 cm 1,640 cm 1,526 cm 1,407 cm 1.286 cm

1,812 cm 1,707 cm 1,599 cm 1,488 cm 1,371 cm 1,254 cm

Gambar 8 Profil Muka Air yang Melintasi Tubuh Bendung dengan Data Kedalaman Aliran h (cm)

Gambar 9 Hubungan Antara posisi horizontal (x) (cm) Bendung dengan Kedalaman Aliran htrial (cm)

4.2. Analisis Bilangan Reynold dengan Variasi Debit

Gambar 10 Hubungan Variasi Debit (cm3/dt) dengan Bilangan Reynold Hilir Pusaran


(13)

Gambar 10 menunjukkan hubungan antara variasi debit dengan bilangan Reynold. Aliran pada Saluran Terbuka berdasarkan Bilangan Reynold ada tiga yaitu Laminer yang mempunyai Bilangan Reynold (Re) <500, Turbulen Re >1000 dan diantara 500 – 1000 adalah Aliran transisi/peralihan. Dari gambar V.9 dapat diketahui bahwa semua aliran yang terjadi pada semua perlakuan adalah aliran turbulen, karena memiliki bilangan Reynold (Re) >1000. Dari gambar 10 rerata bilangan bilangan renold untuk jari-jari 6,5 cm = 11429,46; 7 cm = 11447,45; 7,5 cm = 11515,28; 8 cm = 11403,74; 8,5 cm = 11500,32. Dengan demikian jari-jari kolam olak yang paling efektif meredam turbulensi di hilir pusaran adalah jari jari kolam 8 cm. Sebenarnya hubungan variasi debit (cm3/dt) dengan bilangan Reynold sudah dapat dilihat pada pembahasan antara

hubungan variasi debit (cm3/dt) dengan kecepatan di hilir pusaran (cm/dt). Karena semakin besar kecepatan di hilir pusaran

dengan debit aliran yang tetap maka akan semakin besar pula bilangan Reynold karena kekentalan kinematik dianggap sama pada semua aliran. Dari gambar juga terlihat semakin bertambahnya debit aliran, bilangan Reynold di hilir pusaran semakin besar, hal ini berbanding lurus (hubungan variasi debit dengan kecepatan di hilir pusaran).

4.3. Analisis Kehilangan Energi pada Variasi Debit

Gambar 11 Hubungan Variasi Debit (cm3/dt) dengan Kehilangan Energi (cm)

Gambar diatas (Gambar 11) menujukkan bahwa hasil presentase rerata hf/E1 untuk jari-jari kolam olak 6,5 cm =

0,726; 7 cm = 0,728; 7,5 cm = 0,732; 8 cm = 0,725 dan jari-jari kolam olak 8,5 cm = 0,730. Dengan demikian, maka jari-jari kolam olak 8 cm adalah yang paling efektif untuk meredam energi aliran yang berlaku untuk semua debit. Posisi jari-jari kolam olak yang efektif mereduksi energi aliran berturut-turut 8 cm, 6,5 cm, 7 cm, 8,5 cm dan 7,5 cm. posisi jari-jari kolam olak yang seharusnya berurutan dari jari-jari 6,5 cm, 7 cm, 7,5 cm, 8 cm, 8,5 cm untuk meredam energi paling efektif ternyata tidak berurutan, hal ini disebabkan oleh beberapa hal antara lain : pada pengaliran bendung dengan kolam olak trajectory bucket dengan jari-jari kolam olak 6,5 cm yang lengkungannya paling kecil ketika dilakukan pengujian, air yang melewati lengkungan yang harusnya mengalami loncatan penuh ternyata mengalami separasi aliran, dan terdapat air yang selalu berputar di kolam olak, hal ini mengakibatkan fungsi trajectory bucket kurang sempurna, kejadian tersebut untuk semua debit pengaliran.

4.4. Analisis Panjang Loncat Air dengan Tinggi Loncatan

Gambar 12 Hubungan Panjang Loncatan (cm) dengan Tinggi Loncatan (cm)

Pada Gambar 12 Hubungan perbandingan panjang loncatan (Lj) dengan tinggi loncatan (Ymax) disimpulkan bahwa semakin besar debit aliran yang melewati tubuh spillway maka tinggi loncatan dan panjang loncatan menjadi semakin besar.

.

Ini berlaku untuk semua jari-jari kolam kecuali jari-jari kolam olak 7,5 cm. Gambar tersebut juga menunjukkan jari-jari kolam olak yang paling efektif untuk mereduksi tinggi loncat air adalah jari-jari 8,5 cm yang mempunyai rerata tinggi loncatan adalah 17.1 cm. Posisi jari-jari kolam olak yang efektif mereduksi tinggi loncat air berturut-turut 8,5 cm, 7,5 cm, 7 cm, 6,5 cm dan 7,5 cm.


(14)

Pada pengaliran bendung ogee dengan jari-jari kolam olak 7,5 cm mengalami kejadian yang unik, hal ini karena pada saat debit 5000 cm3/dt, 5500 cm3/dt dan 6000 cm3/dt mengalami sparasi aliran akan tetapi pada debit kecil (3500

cm3/dt, 4000 cm3/dt dan 4500 cm3/dt) pengaliran di trajectory bucket terjadi loncatan sempurna. Hal inilah mengapa pada

kolam olak dengan jari-jari 7,5 cm panjang loncat air tidak dapat direratakan.

Separasi aliran yang terjadi dapat meredam panjang loncat air dan tinggi loncat air, hal ini disebabkan karena air yang memutar pada trajectory bucket menahan laju kecepatan aliran.

4.5. Analisis Panjang Loncat Air dengan Variasi Debit

Panjang loncat air (Lj) diukur dari ujung kolam olakan ke titik terjauh dari olakan. Hubungan antara debit dengan panjang loncat air dapat dilihat pada (Gambar 13), menunjukkan bahwa semakin bertambahnya debit aliran, panjang loncat air semakin besar. Gambar tersebut juga menunjukkan jari-jari kolam olak yang paling efektif untuk mereduksi panjang loncat air. Jari-jari kolam olak yang terbaik untuk mereduksi panjang loncat air adalah jari-jari kolam olak 6,5 karena semakin pendek loncatan air maka peredaman energi semakin baik, untuk jari-jari kolam olak 6,5 cm menghasilkan panjang loncat air yang paling pendek.

Gambar 13Hubungan Variasi Debit (cm3/dt) dengan Panjang Loncat Air (cm) 4.6. Hubungan Panjang Loncatan dengan Bilangan Froude

Menurut Van Rijn (1990) bahwa panjang loncatan air dipengaruhi oleh bilangan Froude setelah loncatan. Maka dari itu dalam penelitian ini diperlihatkan bagaimana hubungan antara panjang loncatan dengan bilangan Froude. Dapat dilihat dalam lampiran dan diperjelas pada gambar 14.

Gambar 14. Hubungan Bilangan Froude (Fr2) dengan Panjang Loncatan (Lj)

Berdasarkan Gambar 14 menunjukkan bilangan Froude pada percobaan ini berbanding lurus dengan panjang loncatan. Debit semakin besar maka bilangan Froude dan panjang Loncatan semakin besar. Ini berlaku untuk semua jari-jari kolam olak kecuali jari-jari 7,5 cm dikarenakan pada jari-jari tersebut terjadi separasi aliran yang awalnya debit 3500 cm3/dt,

4000 cm3/dt dan 4500 cm3/dt itu normal kemudian pada debit 5000 cm3/dt, 5500 cm3/dt dan 6000 cm3/dt terjadi separasi

yang mengakibatkan perbedaan panjang loncatan.

Separasi aliran yang terjadi dapat meredam panjang loncat air hal ini disebabkan karena air yang memutar pada trajectory bucket menahan laju kecepatan aliran

5. PENUTUP 5.1. Kesimpulan

Berdasarkan data penelitian serta hasil analisis dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut :


(15)

1. Urutan jari-jari kolam olak Trajectory Bucket yang paling efektif meredam energi aliran berturut-turut adalah 8 cm (72.5 %), 6,5 cm (72.6 %), 7 cm (72.8 %), 8,5 cm (73.0 %) dan 7,5 cm (73.2%).

2. Urutan jari-jari kolam olak Trajectory Bucket yang paling efektif meredam turbulensi aliran di hilir pusaran berturut-turut adalah 8 cm (11403.7), 6,5 cm (11429.5), 7 cm (11447.5), 8,5 cm (11500.3) dan 7,5 cm (11515.3).

3. Urutan jari-jari kolam olak Trajectory Bucket dengan panjang loncat air dari paling pendek adalah 6,5 cm, 7 cm, 8 cm, 7.5 cm, 8,5 cm. Sedangkan jari-jari kolam olak Trajectory Bucket dengan tinggi loncat air dari paling tinggi adalah 8.5 cm, 7.5 cm, 7 cm, 6.5 cm, 8 cm.

4. Bilangan Froude pada percobaan ini berbanding lurus dengan panjang loncatan air. Debit semakin besar maka bilangan

Froude dan panjang Loncatan semakin besar. Hal berlaku untuk semua jari-jari kolam olak kecuali jari-jari 7,5 cm dikarenakan pada jari-jari tersebut terjadi separasi aliran yang awalnya debit 3500 cm3/dt, 4000 cm3/dt dan 4500 cm3/dt

itu normal kemudian pada debit 5000 cm3/dt, 5500 cm3/dt dan 6000 cm3/dt terjadi separasi yang mengakibatkan

perbedaan panjang loncatan.

5.2. Saran

Saran yang bisa diberikan dengan hasil penelitian ini adalah :

1. Untuk penelitian selanjutnya lebih ditekankan pada konservasi momentumnya.

2. Untuk penelitian lebih lanjut dapat juga dilakukan dengan variasi debit dengan jarak interval debit bisa lebih kecil, agar penelitian yang dilakukan lebih teliti lagi.

3. Untuk penelitian lebih lanjut dapat dilakukan dengan menambahkan variasi jari-jari kolam yang lebih dari 8,5 cm.

DAFTAR PUSTAKA

Anggrahaini. 1997. Hidrolika Saluran Terbuka. Surabaya: CV Citra Media.

Anonim. 2001. Pedoman Penyusunan “Laporan Tugas Akhir”. Surakarta: Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Anonim. 1986. Standar Perencanaan Irigasi. Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan Utama KP-02. Jakarta: Yayasan Badan Penerbit Pekerjaan Umum.

Anonim. 2014. Module 4 Hydraulic Structures for Flow Diversion and Storage. http://nptel.iitm.ac.in/courses/Webcourse- contents/IIT%20Kharagpur/Water%20Resource%20Engg/pdf/m4l08.pdf, IITM, Kharagpur, Diakses 25 Oktober 2014.

Ardian, P.W. 2014. “Pengaruh Variasi Kemiringan Tubuh Hilir Spilway dan Penempatan Baffle Blocks Pada Kolam Olak

Tipe Trajectory Bucket Terhadap Loncatan Hidrolis dan Peredaman Energi.” Skripsi (tidak diterbitkan). Surakarta:

Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Chow, V.T. 1985. Hidrolika Saluran Terbuka. Jakarta: Erlangga.

Dwi, S.N. 2014. “ Pengaruh Penempatan Baffle Blocks Tipe Cekung pada Bendung Dengan Kolam Olak Solid Roller

Bucket Terhadap Panjang Loncat Air dan Kehilangan Energi.” Skripsi (tidak diterbitkan). Surakarta: Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Indian Standard, 2010. Criteria For Hydraulic Design Of Bucket Type Energy Dissipator, New Delhi Mays, L.W. 1999. Hydraulic Design Handbook. New York USA: McGraw-Hill.

Peterka, A.J. 1974. Hydraulics Design Of Stilling Basin And Energy Disipaters. Colorado: United States Department Of Interior, Bureau Of Reclamation, Denver.


(1)

Gambar 4. Letak Kecepatan di Hulu Bendung (v1), di Atas Bendung (vd) dan di Hilir Kolam Olak (v2) Kedalaman air di hulu bendung merupakan kedalaman yang paling besar, karena adanya efek pembendungan (fungsi bendung adalah untuk menaikkan muka air sungai/saluran), kedalaman aliran juga semakin naik ketika debit yang mengalir semakin naik. Kedalaman aliran d2 adalah kedalaman air setelah terjadi loncatan air. Pada kondisi ini aliran air bersifat subkritis, setelah sebelumnya aliran air bersifat superkritis. Dari gambar 5 terlihat bahwa kedalaman aliran setelah peristiwa loncatan air semakin meningkat ketika debit yang lewat juga naik. Kedalaman kritik didapatkan dengan memasukkan ke dalam persamaan kritik (di puncak mercu), yaitu kedalam batas antara superkritik dan subkritik.

Gambar 5. Hubungan Antara Variasi Debit Q (cm3/dt) dengan kedalaman aliran d (cm)

Kecepatan di hulu bendung merupakan kecepatan yang paling rendah, karena terjadi pembendungan disusul kecepatan setelah loncatan air dan kecepatan sebelum loncatan air merupakan kecepatan paling tinggi. Penurunan kecepatan terjadi pada kolam olak dengan adanya peristiwa pusaran air (loncat air), yang akan mengubah jenis aliran dari superkritik menjadi subkritik. Peristiwa pusaran air juga bersifat meredam energi aliran, sehingga energi setelah pusaran air relatif lebih rendah. Informasi kecepatan air di hulu bendung, kecepatan setelah pusaran air dan kecepatan pada atas bendung disajikan pada gambar V.3.

Gambar 6. Hubungan Antara Variasi Debit Q (cm3/dt) dengan Kecepatan Aliran v (cm/dt)

Rincian detail kecepatan aliran dan kedalaman muka air di tubuh bendung dilakukan dengan menerapkan persamaan konservasi momentum yang dikalibrasikan dengan data pengukuran kedalaman di laboratorium.

Sesuai hukum Newton II, yang menyatakan bahwa ’’ jumlah gaya yang bekerja disuatu volume Kontrol sebanding dengan perubahan momentum yang terjadi”, maka konservasi momentum dapat dituliskan berikut ini :


(2)

)

θ

cos

v

θ

cos

v

(

Q

.

ρ

A

.

λ

t

θ

sin

.

W

F

F

1

2

2 2

1 1

)

1

θ

cos

.

B

.

w

.

γ

2

1

.d

2

1

1

F

)

2

θ

cos

.

B

.

w

.

γ

2

2

.d

2

1

2

F

sin

θ

.

B

.

L

.

2

d

d

θ

sin

.

W

1 2

 

d)

.

(B

.

o

I

.

2

2

R

1

R

g

.

ρ

A

λ.

 

Persamaan tersebut di atas bersifat eksplisit dan acuan awal untuk memulai perhitungan, data pertama yang diketahui hd (kedalaman diatas bendung). Selanjutnya cara perhitungan dilanjutkan sebagai berikut ini:

1. Menentukan koordinat dari kemiringan pelimpah

2. Mencari tangen sudut dari masing-masing titik koordinat yang telah ditentukan.

3. Menentukan sudut awal (Ѳ1), sudut tengah (Ѳt), dan sudut akhir(Ѳ2) dari setiap titik koordinat. 4. Menentukan panjang busur punggung bendung dengan analisa matematis.

5. Menganalisa nilai fungsi dari rumusan momentum untuk mendapatkan tinggi aliran (d2 trial) yang meluncur pada kemiringan pelimpah. Penentuan d2 trial dengan fungsi goal seek di MS. Excel 2013.

6. Mengulangi langkah 1-5 dengan penggal saluran di punggung pelimpah selanjutnya.

7. Setelah d2 trial didapat selanjutnya digambar aliran air yang melewati kemiringan tubuh bendung. Kemudian dianalisis mengenai konservasi momentumnya.

2 1

t W sin

Gambar 7 Tekanan pada Puncak Mercu Bendung

Profil aliran melalui pelimpah hasil iterasi dari persamaan momentum digambarkan pada gambar 8. Profil muka air yang paling atas ke bawah menggambarkan profil muka air yang melintasi bendung dengan debit 6000 cm3/dt dan berturut-turut profil muka air di bawahnya dengan debit 5500 cm3/dt, 5000 cm3/dt, 4500 cm3/dt, 4000 cm3/dt, 3500 cm3/dt. Sedangkan kecepatan aliran saat melintasi di titik A (Puncak bendung), B (sebelum permulaan lengkungan), C (Awal lengkungan kolam olak), D (puncak lembah kolam olak) disajikan pada gambar 8 berikut ini:


(3)

24 CM A

B

C D

3,213 cm 3,046 cm 2,850 cm 2,653 cm 2,414 cm 2,250 cm

2,104 cm 1,983 cm 1,858 cm 1,729 cm 1,594 cm 1,457 cm

1,857 cm 1,750 cm 1,640 cm 1,526 cm 1,407 cm 1.286 cm

1,812 cm 1,707 cm 1,599 cm 1,488 cm 1,371 cm 1,254 cm

Gambar 8 Profil Muka Air yang Melintasi Tubuh Bendung dengan Data Kedalaman Aliran h (cm)

Gambar 9 Hubungan Antara posisi horizontal (x) (cm) Bendung dengan Kedalaman Aliran h trial (cm)

4.2. Analisis Bilangan Reynold dengan Variasi Debit


(4)

Gambar 10 menunjukkan hubungan antara variasi debit dengan bilangan Reynold. Aliran pada Saluran Terbuka berdasarkan Bilangan Reynold ada tiga yaitu Laminer yang mempunyai Bilangan Reynold (Re) <500, Turbulen Re >1000 dan diantara 500 – 1000 adalah Aliran transisi/peralihan. Dari gambar V.9 dapat diketahui bahwa semua aliran yang terjadi pada semua perlakuan adalah aliran turbulen, karena memiliki bilangan Reynold (Re) >1000. Dari gambar 10 rerata bilangan bilangan renold untuk jari-jari 6,5 cm = 11429,46; 7 cm = 11447,45; 7,5 cm = 11515,28; 8 cm = 11403,74; 8,5 cm = 11500,32. Dengan demikian jari-jari kolam olak yang paling efektif meredam turbulensi di hilir pusaran adalah jari jari kolam 8 cm. Sebenarnya hubungan variasi debit (cm3/dt) dengan bilangan Reynold sudah dapat dilihat pada pembahasan antara hubungan variasi debit (cm3/dt) dengan kecepatan di hilir pusaran (cm/dt). Karena semakin besar kecepatan di hilir pusaran dengan debit aliran yang tetap maka akan semakin besar pula bilangan Reynold karena kekentalan kinematik dianggap sama pada semua aliran. Dari gambar juga terlihat semakin bertambahnya debit aliran, bilangan Reynold di hilir pusaran semakin besar, hal ini berbanding lurus (hubungan variasi debit dengan kecepatan di hilir pusaran).

4.3. Analisis Kehilangan Energi pada Variasi Debit

Gambar 11 Hubungan Variasi Debit (cm3/dt) dengan Kehilangan Energi (cm)

Gambar diatas (Gambar 11) menujukkan bahwa hasil presentase rerata hf/E1 untuk jari-jari kolam olak 6,5 cm = 0,726; 7 cm = 0,728; 7,5 cm = 0,732; 8 cm = 0,725 dan jari-jari kolam olak 8,5 cm = 0,730. Dengan demikian, maka jari-jari kolam olak 8 cm adalah yang paling efektif untuk meredam energi aliran yang berlaku untuk semua debit. Posisi jari-jari kolam olak yang efektif mereduksi energi aliran berturut-turut 8 cm, 6,5 cm, 7 cm, 8,5 cm dan 7,5 cm. posisi jari-jari kolam olak yang seharusnya berurutan dari jari-jari 6,5 cm, 7 cm, 7,5 cm, 8 cm, 8,5 cm untuk meredam energi paling efektif ternyata tidak berurutan, hal ini disebabkan oleh beberapa hal antara lain : pada pengaliran bendung dengan kolam olak trajectory

bucket dengan jari-jari kolam olak 6,5 cm yang lengkungannya paling kecil ketika dilakukan pengujian, air yang melewati

lengkungan yang harusnya mengalami loncatan penuh ternyata mengalami separasi aliran, dan terdapat air yang selalu berputar di kolam olak, hal ini mengakibatkan fungsi trajectory bucket kurang sempurna, kejadian tersebut untuk semua debit pengaliran.

4.4. Analisis Panjang Loncat Air dengan Tinggi Loncatan

Gambar 12 Hubungan Panjang Loncatan (cm) dengan Tinggi Loncatan (cm)

Pada Gambar 12 Hubungan perbandingan panjang loncatan (Lj) dengan tinggi loncatan (Ymax) disimpulkan bahwa semakin besar debit aliran yang melewati tubuh spillway maka tinggi loncatan dan panjang loncatan menjadi semakin besar.

.

Ini berlaku untuk semua jari-jari kolam kecuali jari-jari kolam olak 7,5 cm. Gambar tersebut juga menunjukkan jari-jari kolam olak yang paling efektif untuk mereduksi tinggi loncat air adalah jari-jari 8,5 cm yang mempunyai rerata tinggi loncatan adalah 17.1 cm. Posisi jari-jari kolam olak yang efektif mereduksi tinggi loncat air berturut-turut 8,5 cm, 7,5 cm, 7 cm, 6,5 cm dan 7,5 cm.


(5)

Pada pengaliran bendung ogee dengan jari-jari kolam olak 7,5 cm mengalami kejadian yang unik, hal ini karena pada saat debit 5000 cm3/dt, 5500 cm3/dt dan 6000 cm3/dt mengalami sparasi aliran akan tetapi pada debit kecil (3500 cm3/dt, 4000 cm3/dt dan 4500 cm3/dt) pengaliran di trajectory bucket terjadi loncatan sempurna. Hal inilah mengapa pada kolam olak dengan jari-jari 7,5 cm panjang loncat air tidak dapat direratakan.

Separasi aliran yang terjadi dapat meredam panjang loncat air dan tinggi loncat air, hal ini disebabkan karena air yang memutar pada trajectory bucket menahan laju kecepatan aliran.

4.5. Analisis Panjang Loncat Air dengan Variasi Debit

Panjang loncat air (Lj) diukur dari ujung kolam olakan ke titik terjauh dari olakan. Hubungan antara debit dengan panjang loncat air dapat dilihat pada (Gambar 13), menunjukkan bahwa semakin bertambahnya debit aliran, panjang loncat air semakin besar. Gambar tersebut juga menunjukkan jari-jari kolam olak yang paling efektif untuk mereduksi panjang loncat air. Jari-jari kolam olak yang terbaik untuk mereduksi panjang loncat air adalah jari-jari kolam olak 6,5 karena semakin pendek loncatan air maka peredaman energi semakin baik, untuk jari-jari kolam olak 6,5 cm menghasilkan panjang loncat air yang paling pendek.

Gambar 13Hubungan Variasi Debit (cm3/dt) dengan Panjang Loncat Air (cm) 4.6. Hubungan Panjang Loncatan dengan Bilangan Froude

Menurut Van Rijn (1990) bahwa panjang loncatan air dipengaruhi oleh bilangan Froude setelah loncatan. Maka dari itu dalam penelitian ini diperlihatkan bagaimana hubungan antara panjang loncatan dengan bilangan Froude. Dapat dilihat dalam lampiran dan diperjelas pada gambar 14.

Gambar 14. Hubungan Bilangan Froude (Fr2) dengan Panjang Loncatan (Lj)

Berdasarkan Gambar 14 menunjukkan bilangan Froude pada percobaan ini berbanding lurus dengan panjang loncatan. Debit semakin besar maka bilangan Froude dan panjang Loncatan semakin besar. Ini berlaku untuk semua jari-jari kolam olak kecuali jari-jari 7,5 cm dikarenakan pada jari-jari tersebut terjadi separasi aliran yang awalnya debit 3500 cm3/dt, 4000 cm3/dt dan 4500 cm3/dt itu normal kemudian pada debit 5000 cm3/dt, 5500 cm3/dt dan 6000 cm3/dt terjadi separasi yang mengakibatkan perbedaan panjang loncatan.

Separasi aliran yang terjadi dapat meredam panjang loncat air hal ini disebabkan karena air yang memutar pada trajectory bucket menahan laju kecepatan aliran

5. PENUTUP 5.1. Kesimpulan


(6)

1. Urutan jari-jari kolam olak Trajectory Bucket yang paling efektif meredam energi aliran berturut-turut adalah 8 cm (72.5 %), 6,5 cm (72.6 %), 7 cm (72.8 %), 8,5 cm (73.0 %) dan 7,5 cm (73.2%).

2. Urutan jari-jari kolam olak Trajectory Bucket yang paling efektif meredam turbulensi aliran di hilir pusaran berturut-turut adalah 8 cm (11403.7), 6,5 cm (11429.5), 7 cm (11447.5), 8,5 cm (11500.3) dan 7,5 cm (11515.3).

3. Urutan jari-jari kolam olak Trajectory Bucket dengan panjang loncat air dari paling pendek adalah 6,5 cm, 7 cm, 8 cm, 7.5 cm, 8,5 cm. Sedangkan jari-jari kolam olak Trajectory Bucket dengan tinggi loncat air dari paling tinggi adalah 8.5 cm, 7.5 cm, 7 cm, 6.5 cm, 8 cm.

4. Bilangan Froude pada percobaan ini berbanding lurus dengan panjang loncatan air. Debit semakin besar maka bilangan

Froude dan panjang Loncatan semakin besar. Hal berlaku untuk semua jari-jari kolam olak kecuali jari-jari 7,5 cm

dikarenakan pada jari-jari tersebut terjadi separasi aliran yang awalnya debit 3500 cm3/dt, 4000 cm3/dt dan 4500 cm3/dt itu normal kemudian pada debit 5000 cm3/dt, 5500 cm3/dt dan 6000 cm3/dt terjadi separasi yang mengakibatkan perbedaan panjang loncatan.

5.2. Saran

Saran yang bisa diberikan dengan hasil penelitian ini adalah :

1. Untuk penelitian selanjutnya lebih ditekankan pada konservasi momentumnya.

2. Untuk penelitian lebih lanjut dapat juga dilakukan dengan variasi debit dengan jarak interval debit bisa lebih kecil, agar penelitian yang dilakukan lebih teliti lagi.

3. Untuk penelitian lebih lanjut dapat dilakukan dengan menambahkan variasi jari-jari kolam yang lebih dari 8,5 cm. DAFTAR PUSTAKA

Anggrahaini. 1997. Hidrolika Saluran Terbuka. Surabaya: CV Citra Media.

Anonim. 2001. Pedoman Penyusunan “Laporan Tugas Akhir”. Surakarta: Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Anonim. 1986. Standar Perencanaan Irigasi. Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan Utama KP-02. Jakarta: Yayasan Badan Penerbit Pekerjaan Umum.

Anonim. 2014. Module 4 Hydraulic Structures for Flow Diversion and Storage. http://nptel.iitm.ac.in/courses/Webcourse- contents/IIT%20Kharagpur/Water%20Resource%20Engg/pdf/m4l08.pdf, IITM, Kharagpur, Diakses 25 Oktober 2014.

Ardian, P.W. 2014. “Pengaruh Variasi Kemiringan Tubuh Hilir Spilway dan Penempatan Baffle Blocks Pada Kolam Olak Tipe Trajectory Bucket Terhadap Loncatan Hidrolis dan Peredaman Energi.” Skripsi (tidak diterbitkan). Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Chow, V.T. 1985. Hidrolika Saluran Terbuka. Jakarta: Erlangga.

Dwi, S.N. 2014. “ Pengaruh Penempatan Baffle Blocks Tipe Cekung pada Bendung Dengan Kolam Olak Solid Roller Bucket Terhadap Panjang Loncat Air dan Kehilangan Energi.” Skripsi (tidak diterbitkan). Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Indian Standard, 2010. Criteria For Hydraulic Design Of Bucket Type Energy Dissipator, New Delhi Mays, L.W. 1999. Hydraulic Design Handbook. New York USA: McGraw-Hill.

Peterka, A.J. 1974. Hydraulics Design Of Stilling Basin And Energy Disipaters. Colorado: United States Department Of Interior, Bureau Of Reclamation, Denver.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Kemiringan Tubuh Hilir Bendung (Spillway) dan Baffle Block pada Kolam Olak Solid Roller Bucket terhadap Loncatan Hidrolik dan Peredaman Energi

2 14 9

PENGARUH VARIASI JARI-JARI KOLAM OLAK TIPE TRAJECTORY Pengaruh Variasi Jari-Jari Kolam Olak Tipe Trajectory Bucket terhadap Loncatan Hidrolis dan Peredaman Energi pada Spillway Tipe Ogee.

0 2 18

PENGARUH VARIASI KEMIRINGAN TUBUH HILIR SPILLWAY DAN PENEMPATAN BAFFLE BLOCKS PADA KOLAM OLAK TIPE Pengaruh Variasi Kemiringan Tubuh Hilir Spillway Dan Penempatan Baffle Blocks Pada Kolam Olak Tipe Trajectory Bucket Terhadap Loncatan Hidrolis Dan Peredam

0 1 15

PENGARUH VARIASI KEMIRINGAN TUBUH HILIR SPILLWAY DAN PENEMPATAN BAFFLE BLOCKS PADA KOLAM OLAK TIPE Pengaruh Variasi Kemiringan Tubuh Hilir Spillway Dan Penempatan Baffle Blocks Pada Kolam Olak Tipe Trajectory Bucket Terhadap Loncatan Hidrolis Dan Peredam

0 1 12

PENGARUH VARIASI KEMIRINGAN TUBUH HILIR BENDUNG DAN PENEMPATAN BAFFLE BLOCKS PADA KOLAM OLAK TIPE Pengaruh Variasi Kemiringan Tubuh Hilir Bendung Dan Penempatan Baffle Blocks Pada Kolam Olak Tipe Solid Roller Bucket Terhadap Loncatan Hidrolis Dan Pereda

0 1 15

PENGARUH VARIASI KEMIRINGAN TUBUH HILIR BENDUNG DAN PENEMPATAN BAFFLE BLOCKS PADA KOLAM OLAK TIPE Pengaruh Variasi Kemiringan Tubuh Hilir Bendung Dan Penempatan Baffle Blocks Pada Kolam Olak Tipe Solid Roller Bucket Terhadap Loncatan Hidrolis Dan Pereda

1 8 11

KAJIAN PEREDAM ENERGI PADA KOLAM OLAK TIPE SOLID ROLLER BUCKET DENGAN BAFFLE BLOCKS BENTUK KOTAK.

2 17 3

PELIMPAH BERTANGGA SEBAGAI PEREDAM ENERGI PADA KOLAM OLAK TIPE SOLID ROLLER BUCKET.

0 0 4

PENGARUH VARIASI KEMIRINGAN PADA HULU BENDUNG DAN PENGGUNAAN KOLAM OLAK TIPE SLOTTED ROLLER BUCKET MODIFICATION TERHADAP LONCATAN AIR DAN GERUSAN SETEMPAT

0 0 8

POMPA PIPA DENGAN VARIASI JARI – JARI LENGAN

0 0 77