Total Diplomasi Untuk Menjaga Warisan Budaya.

~ibun
Jabar
.

o Selasa 4

5
20

o Mar

6
21
OApr

Rabu
7

22
OMei


o Kamis 0 Jumat

8
23

G)

OJun

10

24

11

25

o Sabtu o Minggu

12


26

27

0 Jul 0 Ags .Sep

13

14
28

OOkt

15
29

16
30


ONov

31

ODes

Total DiploIllasi untuk
Menjaga.WarisanBudaya

PERHA TIAN

publik

Indonesia kernbali
dihebohkan oleh ulah
negara tetangga. Pangkal
persoalannya kali ini
adalah penayangan
garnbar penari Pendet
asal Bali yang diklairn

rnilik Malaysia dan
digunakan sebagai salah
satu daya tarik wisata
negara jiran tersebut di
televisi Discovery Channel.
Klairn sepihak Malaysia
tersebut tentu rnendapat
reaksi keras dari segenap
elernen bangsa Indonesia
baik itu rnahasiswa,
politisi, kelornpok
senirnan, rnaupun
rnasyarakat urnurn.
Kasus ini juga rnengakibatkan sernakin rnernbumknya hubungan
antara kedua negara
yang ditandai dengan
sernakin tingginya
sentirnen anti-Malaysia di
tanah air.
Reaksi keras rakyat

Indonesia dalarn kasus ini
tentu bukan hal yang
apriori. Pasalnya, bukan
kali ini saja negara
tetangga tersebut rnelakukan klairn atas budaya
kita. Sebelurn tari Pendet,
Malaysia juga telah
terIebih dahulu rnengklairn batik, angklung,
lagu Rasa Sayange, dan
sejurnlah warisan budaya
Indonesia.
Jika kita telaah lebih
jauh, sebenarnya
persoalan ini tidak sernua
kesalahan dari negeri
tetangga kita tersebut.
Melainkan ada perrnasalahan lain yang jauh
lebih krusiaI, yakni
rnengenai bagairnana kita
rnernp~rlaku~.!; I:.eb':.da.::.._


.

rnenyadari keterJibatan
kita dalarn kehidupan
bernegara, terrnasuk
dalarn hal rnernbangun
citra dan rnempertahankan budaya Indonesia.
Perkembangan
teknologi inforrnasi yang
semakin pes at dewasa ini
mengakibatkan pola dan
intensitas interaksi
antarsetiap individu di
seluruh dunia bertambah
tinggi. Batas-batas negara

orasl
NOPRIANDI M IKBAL
Mahasiswa Fakultas Ekonomi

Universitas Padjadjaran Bandung

yaan kita sendiri, dan
sarnpai sejauh rnana
kebudayaan tersebut kita
lestarikan.
Sarnpai saat ini kebanyakan dari kita terjerernbap dalarn sikap
reaksioner dalarn
rnenanggapi kasus
tersebut. Kita kaget,
cernas, dan juga rnarah
rnelihat tindakan bangsa
serurnpun Malaysia. Di
sisi lain, kita juga tidak
rnerniliki visi yang jelas
dalarn rnernpertahankan
dan rnengernbangkan
kebudayaan kita sendiri,
padahal kebudayaan
adalah identitas diri dan

bangsa.
Pada saat ini, upaya
rnendorong perrnintaan
rnaaf dan pertanggungjawaban Malaysia adalah
hal rnutlak yang hams
dilakukan. Narnun selain
itu, di rnasa yang akan
datang rnasyarakat dan
pernerintah hams
bergotong-royong
rnernpertahankan
kebudayaan kita rnelalui
diplornasi yang cerdas.
Dewasa ini, diplornasi
un-tuk rnernpertahankan
ke-budayaan tidak dapat
lagi kita gantungkan
sepenuhnya kepada
pernerintah. Hal itu
disebabkan kinerja

lernbaga pernerintah
yang rnenaungi masalah
~sebut,
seperti ~~rn~n-

terian Budaya dan
Pariwisata ataupun
ked uta an kita di luar
negeri, tidak pernah
menunjukkan indeks
prestasi yang optimal
dalam

mernperkenalkan
budaya kita
ke dunia
in ternasional.
Dengan kata lain, saat
ini diplomasi negara
tidAklah cukup. Bangsa

ini rnernerlukan konsep
diplomasi bam, yakni
Total Diplomasi.
Total Diplomasi
menekankan satu konsep
bahwa masyarakat
adalah bagian yang tak
terpisahkan dari satu
negara. Oleh karenanya,
kita sebagai masyarakat
hams dilibatkan dan

menjadi
tidak jelas semen tara
akses dunia internasional
ke dalam negeri semakin
terbukalebar tanpa hams
mengandalkan pemerin.tahan yang berdaulat.
Pada titik inilah konsep
Total Diplomasi hams

disadari oleh masyarakat
kita, yakni kesadaran
bahwa apaj2un yang kita

-..-------.

Kliping

Hum os Unpod

2009----

lakukan akan terpantau
oleh dunia internasional
dan pada akhirnya akan
turut menyumbang citra
Indonesia di mata dunia,
tidak terkecuali dengan
kebudayaan Indonesia.
Hal terpenting yang
hams dilakukan sekarang adalah menginventarisasi setiap aset
budaya yang dimiliki
oleh bang~a ini dan
melestarikannya dalam
kehidupan, sehari-hari.
Kebudayaan tidak lagi
dipandang sebagai
warisan s~arah belaka,
tapi dijadikan keseharian
dan identitas diri maupun
bangsa. Dengan demikian, kita akan terhindar
dari sikap reaksioner tanpa visi.
Di sisi lain, kita
pun tidak perJu
khawatir 'dengan
klaim negara lain
terh'adap warisan
budaya kita
karena publik
internasional
tidak
dapat
dengan
gampang
dikelabui
dan bisa
menakar
dengan tepat siapa
sebenarnya pemilik
budaya tersebut.
Jauh sebelum ini,
Proklam'ator Republik
Indonesia, Bung Karno,
pernah berujar bahwa
bangsa rang besar
adalah bangsa yang
menghargai kebudayaannya. Saya harap
kita adalah salah satu

_ bari.~a

_tersebut.

(*)