Meningkatkan Performa BPR Milik Pemda.
----
.----
----- - - ----
Pikiran Rakyat
. Senin o Selasa o Rabu
4
123
17
OJan
18
19
OPeb
5
6
20
21
o Mar
OApr
7
22
OMei
0
8
23
Kamis
9
0
10
24
OJUII
11
25
OJul
Jumat
26
0 Ags
o Sabtu 0 Minggu
12
.
27
Sep
13
28
0
@ 29
15
0
Nov
Okt
,
.._
."
.
30
0
16
31
Des
c.!1't.
\
Meningkatkan Performa BPR Milik Pemda
ANK Perkreditan
II
Rakyat (BPR) merupakan lembaga keuangan yang dianggap strategis dan diharapkari berperan dalam pengembangan
ekonomi daerah. BPR sendiri
memiliki segmen pasar yang
khas dan sangat potensial,
yaitu usaha kecil dan menengah yangjumlahnya sekitar
99% dari total pelaku usaha.
Jadi sangat beralasan, bila
Pemda di setiap provinsi memiliki BUMD yang bergerak
dalarn usaha perbankan ini.
Asumsinya, bila BPR memiliki performa baik dan berdaya saing, tentu akan marnpu memberi kontribusi pada
perekonomian di daerah. Bagaimana kondisi BPR milik
Pemda Jabar?
Pemda Jabar saat ini me---...
mifiki 71 Bank Perkreditan
Rakyat (BPR), total asetnya
(per september 2008) sekitar
Rp 458,7 miliar atau rata-ra~
fa Rp 6.46 miliar. Angka ini
B
TEND1 Haruman.
*
jauh di bawah skala ekonomi
yang ideal untuk BPR, yaitu
sekitar Rp 50 miliar. Sementara perol~han laba bersih sebesar Rp. 7,7 miliar. Bila kita
hitung Return on Investment
(ROI)-nya, diperoleh 1,6%.
Saya melihat ada empat
hal yang harus dilakukan,
pertarna,l.~
mergerdi-
dasarkan pada pertimbangan
untuk perbaikan performa
BPR di masa mendatang. Dengan melihat skala ekonomis
ideal, jumlah BPR hasil penggabungan paling banyak sepuluh buah saja. Untuk itu,
diperlukan terlebih dahulu
kajian komprehensif (keIja
sarna dengalJ pihak independen).
Hal ini penting karena dalam setiap keputusan merger
selalu ada konsekuensi biaya
spsial yang memang secara
logis harns teIjadi, misalnya
rasionalisasi jumlah karyawan. Kedua, perkuat pengelolanya (baca: sumber daya
manusia/SDM). Disinyalir
para pengelola, saat ini sebagian besar belum kompeten
untuk melaksanakan usaha
perbankan. Untuk itu, mendesak dibentuk Lembaga Pelatihan dan Serifikasi Profesi
bagi Pengelola Lembaga Keuangan milik daerah. Ada baiknya kita mencontoh Pemda
Jateng yang telah memiliki
lembaga khusus yang mendidik dan menyertifikasi selurub SDM yang mengelola
lembaga keuangan milik
pemda agar sesuai dengan
tuntutan industri. Ketiga,
perkuat infrastruktur berupa
penerapan teknologi ~modem
,~ --..-untuk kemudahan bertransaksi. Kita layak belajar dari
BPR "KS" sebagai salah satu
ikon BPR di Jabar, bahkan
Indonesia yang telah mengembangkan layanan dengan pemakaian teknologi
sehingga kegiatan operasi
menjadi lebih efisien. Keempat, terapkan Good Corporate Governance (GCG) yang
konsisten agar kiprah BPR
dapat dipantau para pemangku l
.----
----- - - ----
Pikiran Rakyat
. Senin o Selasa o Rabu
4
123
17
OJan
18
19
OPeb
5
6
20
21
o Mar
OApr
7
22
OMei
0
8
23
Kamis
9
0
10
24
OJUII
11
25
OJul
Jumat
26
0 Ags
o Sabtu 0 Minggu
12
.
27
Sep
13
28
0
@ 29
15
0
Nov
Okt
,
.._
."
.
30
0
16
31
Des
c.!1't.
\
Meningkatkan Performa BPR Milik Pemda
ANK Perkreditan
II
Rakyat (BPR) merupakan lembaga keuangan yang dianggap strategis dan diharapkari berperan dalam pengembangan
ekonomi daerah. BPR sendiri
memiliki segmen pasar yang
khas dan sangat potensial,
yaitu usaha kecil dan menengah yangjumlahnya sekitar
99% dari total pelaku usaha.
Jadi sangat beralasan, bila
Pemda di setiap provinsi memiliki BUMD yang bergerak
dalarn usaha perbankan ini.
Asumsinya, bila BPR memiliki performa baik dan berdaya saing, tentu akan marnpu memberi kontribusi pada
perekonomian di daerah. Bagaimana kondisi BPR milik
Pemda Jabar?
Pemda Jabar saat ini me---...
mifiki 71 Bank Perkreditan
Rakyat (BPR), total asetnya
(per september 2008) sekitar
Rp 458,7 miliar atau rata-ra~
fa Rp 6.46 miliar. Angka ini
B
TEND1 Haruman.
*
jauh di bawah skala ekonomi
yang ideal untuk BPR, yaitu
sekitar Rp 50 miliar. Sementara perol~han laba bersih sebesar Rp. 7,7 miliar. Bila kita
hitung Return on Investment
(ROI)-nya, diperoleh 1,6%.
Saya melihat ada empat
hal yang harus dilakukan,
pertarna,l.~
mergerdi-
dasarkan pada pertimbangan
untuk perbaikan performa
BPR di masa mendatang. Dengan melihat skala ekonomis
ideal, jumlah BPR hasil penggabungan paling banyak sepuluh buah saja. Untuk itu,
diperlukan terlebih dahulu
kajian komprehensif (keIja
sarna dengalJ pihak independen).
Hal ini penting karena dalam setiap keputusan merger
selalu ada konsekuensi biaya
spsial yang memang secara
logis harns teIjadi, misalnya
rasionalisasi jumlah karyawan. Kedua, perkuat pengelolanya (baca: sumber daya
manusia/SDM). Disinyalir
para pengelola, saat ini sebagian besar belum kompeten
untuk melaksanakan usaha
perbankan. Untuk itu, mendesak dibentuk Lembaga Pelatihan dan Serifikasi Profesi
bagi Pengelola Lembaga Keuangan milik daerah. Ada baiknya kita mencontoh Pemda
Jateng yang telah memiliki
lembaga khusus yang mendidik dan menyertifikasi selurub SDM yang mengelola
lembaga keuangan milik
pemda agar sesuai dengan
tuntutan industri. Ketiga,
perkuat infrastruktur berupa
penerapan teknologi ~modem
,~ --..-untuk kemudahan bertransaksi. Kita layak belajar dari
BPR "KS" sebagai salah satu
ikon BPR di Jabar, bahkan
Indonesia yang telah mengembangkan layanan dengan pemakaian teknologi
sehingga kegiatan operasi
menjadi lebih efisien. Keempat, terapkan Good Corporate Governance (GCG) yang
konsisten agar kiprah BPR
dapat dipantau para pemangku l